Вы находитесь на странице: 1из 57

LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG

DI PLN RAYON LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO


TANGGAL 30 JULI-31 AGUSTUS 2018

Peran Standing Operation Procedure Terhadap Tingkat Kecelakaan


pada Pekerja Pembebasan Jumper Opstick Kabel
di PLN Rayon Limboto

OLEH
SRI WAHYUNI RINDTIYANI NTOU
NIM. 811415040

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2018
LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG
DI PLN MAYORA LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

Peran Standing Operation Procedure Terhadap Tingkat Kecelakaan


pada Pekerja Pembebasan Jumper Opstick Kabel
di PLN Rayon Limboto

Disusun Oleh
SRI WAHYUNI RINDTIYANI NTOU
NIM. 811415040

Telah disahkan dan diterima dengan baik oleh :

Dosen Pembimbing Pembimbing Instansi

Drs, Hj. Reni Hiola, Dra., M.Kes Dedy U. Mohamad


NIP. 19540324198503 2 001 NIP.7602008E

Kepala PLN Rayon Limboto

Rahmawatie Datau
NIP.

Mengetahui,
Ketua Pengelola Magang
Program Studi Kesehatan Masyarakat

Ekawati Prasetya, S.Si, M.Kes


NIP.19810227200812 2 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat,
karunia, kesehatan dan kemudahan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) dan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT PLN Rayon
Limboto sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.
Laporan ini disusun sebagai persyarakat untuk menyelesaikan mata kuliah
Magang dan disamping itu kerja praktek ini dilaksanakan untuk menambah
wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme serta mencoba
mengaplikasikan pengetahuan penulis dan mengamati permasalahan dan
hambatan yang ada mengenai penerapan Keselamatan dan Kesehatan kerja
khususnya yang ada di PT PLN Rayon Limboto.
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini, penulis telah
dibantu dan di bombing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Lintje Boekoesoe, M.Kes selaku dekan Fakultas Olahragan dan
Kesehatan
2. Bapak Dr. Sunarto Kadir, Drs., M.Kes selaku ketua Jurusan Kesehatan
Masyarakat
3. Ibu Ekawaty Prasetya, S.Si., M.Kes selaku ketua pengelola magang
4. Ibu Dr. Hj. Reni Hiola, Dra., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan petunjuk dan pengarahan dalam kegiatan magang.
5. Bapak Dedy U. Mohamad selaku pembimbing instansi yang telah
memberikan ilmu dan bimbingannya selama berada di PLN Rayon Limboto
6. Staff PLN Rayon Limboto yang telah membantu kami selama berada di
PLN Rayon Limboto
Gorontalo Agustus 2018
Penyusun

Sri Wahyuni Rindtiyani Ntou


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Magang adalah kegiatan dan program yang diadakan secara individu
maupun lembaga program magang yang digunakan sebagai sarana dalam
memberikan gambaran real dunia kerja. Selain itu, magang adalah sarana
individu maupun lembaga untuk memberikan pembelajaran secara
berkomunikasi atau cara berhubungan antar sesame dan personil yang ada di
dalam perusahan atau organisasi tersebut.
Pada dasarnya magang ini hanya memberikan atau menanamkan
kompetensi individu berkelanjutan. Kompetensi yang berdampak apabila
program magang ini dilakukan adalah
a Kompetensi profesional
Kapasitas individu di dalam menyelesaikan tugas atau pekerjan sesuai
dengan job description yang telah ditentukan oleh perusahan atau
organisasi.
b Kompetensi personal
Kapanilitas yang berbentuk etos kerja, antusiasme, tanggungjawab indvidu
di dalam melaksanakan tugasnya.
c Kompetensi sosial
Kapabilitas yang diperlukan individu untuk melakukan interaksi sosial,
kerja sama dan berkomunikasi yang baik dalam lingkungan kerja secara
nyata.
Selain kompetensi, kegiatan magang juga perlu diperhatikan di setiap
prosesnya karena proses atau lingkup magang ini mendidik individu didalam
tata cara berpenampilan yang rapi, hadir tepat waktu sesuai jam yang telah
dijadwalkan oleh perusahan atau organisasi, mendidik untuk dapat melakukan
komunikasi dengan personal yang ada, dan mengerjakan pekerjan yang
dipasrahkan organisasi atau perusahan kepada individu magang secara baik
dan teliti. Secara garis besar maka mengertian magang adalah sistem pelatihan
kerja dengan mengintegrasikan pendidikan yang ditempuh dan kompetensi
yang didapatkan sebelumnya untuk dapat ikut berpartisipasi dalam dunia kerja
dimana hasik pekerjan ini akan dievaluasi dan diawasi.
Hal ini diperkuat oleh U Nomor 13 Tahun 203 dan pasal 1 Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.2/MEN/IX/2009 yang
menyatakan bahwa pemagangan dapat diartikan sebagai bagian dari sistem
pelatihan kerja yang diselengarakan secara terpadu antara pelatihan di
lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbinhan dan
pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman dalam proses
produksi barang dan/atau jasa di perusahan, dalam rangka menguasai
keterampilan atau keahlian tertentu.
Kegiatan magang merupakan pengenalan suasana kerja yang akan
dihadapi oleh mahasiswa, agar dapat siap pakai dan siap terjun di dunia kerja
setelah menyelesaikan studi. Untuk mencapai hal tersebut maka mahasiswa
disiapkan menjadi lebih mengenal secara dini lingkungan kerja seorang
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM). Upaya-upaya pengenalan dunia kerja
dilakukan melalui proses belajar mengajar dalam bentuk pengalaman belajar
lapangan, magang, kuliah dan orientasi program kerja di instansi kesehatan
dan lain sebagainya.
Kurikulum program magang bagi mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat adalah untuk member bekal pengalaman dan keterampilan kerja
praktis, penyesuaian sikap di dunia kerja sebelum mahasiswa dilepas untuk
bekerja sendiri. Program Studi Kesehatan Masyarakat melaksanakan program
magang karena mengharapkan para lulusan mempunyai kemampuan yang
bersifat akademik dan profesional.
Ruang lingkup ini biasanya disesuaikan dengan keadan atau kondisi
perusahan atau organisasi yang akan dijadikan tempat magang, dari dimulai
prosedur sampai dengan penentuan program-program yang akan dilaksanakan
individu atau organisasi penyelengara program magang. Dalam pasal 6
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.2/MEN/IX/209
pemagangan harud memiliki program pemagangan, sarana dan prasarana,
tenagan pelatihan dan pembimbing pemagangan dan pendanan.
Program pemagangan tersebut akan berhasil jika telah memenihi
kebutuhan untuk menyelengarakan pelatihan tentang teori, simulasi/praktik,
bekerja secara langsung di bawah bimbingan pekerja yang berpengalaman
sesuai dengan program dan keselamana serta kesehatan kerja (K3)
Kegiatan magang institusi yang dilaksanakan oleh mahasiswa jurusan
Kesehatan Masyarakat periode 2018, dilaksanakan pada instansi yang terkait
dengan kesehatan, yakni di PLN. PT. Karena PLN (Persero) juga tidak luput
untuk memenuhi semua tuntutan dalam memberikan jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja pada karyawannya, sesuia dengan undang-undang yang telah
ada yaitu tentang keselamatan kerja no 1 tahun 1970. Dengan adanya jaminan
tersebut karyawan PT. PLN (Persero) akan merasa aman pada saat mereka
bekerja. Pada PT. PLN (Persero) keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
mempunyai nama berbeda dengan perusahaan lain, yaitu K2 (Keselamatan
dan ketenagalistrikan) dan K2 tersebut sudah diatur dalam sebuah sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Didalam K2 tersebut mencakup
keseluruhan dari keselamatan dan kesehatan kerja, ketenagalistrikan dengan
adanya K2 tersebut maka semua pekerjaan yang akan dilakukan mempunyai
Standard Operation Procedure yang mesti dilaksanakan sebelum dikerjakan.
Perusahaan zaman sekarang, khususnya di PT. PLN (Persero) memiliki
tingkat kecelakaan kerja dan resiko terjadinya kecelakan kerja yang sangat
besar karena memiliki bagian atau tempat yang bekerjanya rawan dengan
adanya sengatan listrik. Jika para pekerja tidak bekerja berdasarkan aturan
yang ditetapkan, maka pekerja tersebut berpeluang besar mengalami
kecelakaan, karena sering diabaikannya atau menganggap remeh mengenai
SMK3. Di PLN terdapat pula bagian dimana tempat bekerjanya sangat
mungki mengalami kesalahan atau kecelakaan, maka diperlukan SMK3 yang
menjadi acuan pada perusahaan tersebut khususnya dibagian Standard
Operation Procedure.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat masalah mengenai
Peran SOP Terhadap Tingkat Kecelakaan pada Pekerja Pembebasan Jumper
Opstick di PLN Rayon Limboto
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Secara umum tujuan program magang adalah “Bagaimana Peran SOP
Terhadap Tingkat Kecelakaan pada Pekerja Pembebasan Jumper Opstick
Kabel di PLN Rayon Limboto”.

Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan program magang adalah:
a) Untuk mengetahui standing operation procedure pada pekerjaan
pembebasan jumper opstick kabel di PLN Rayon Limboto.
b) Untuk mengetahui pemakaian alat pelindung diri pada saat bekerja
pada pekerjaan pembebasan jumper opstik kabel.
c) Untuk mengetahui tingkat kecelakaan kerja pada pekerja
pembebasan jumper opstik kabel.
1.3 Manfaat Magang
a Bagi Mahasiswa
1) Mendapatkan pengalaman dan keterampilan dibidang manajemen
dan teknis kesehatan masyarakat.
2) Terpapar dengan kondisi yang sesungguhnya dan pengalaman di
instansi kesehatan dan atau institusi yang relevan.
3) Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis masalah
yang tepat terhadap pemecahan permasalahan kesehatan masyarakat.
4) Mendapat bahan untuk penulisan karya ilmiah.
b Bagi Institusi Tempat Magang
1) Institusi dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam membantu
penyelesaian tugas-tugas kantor untuk kebutuhan di unit kerja.
2) Institusi mendapat masukan baru dari pengembangan keilmuan di
perguruan tinggi.
3) Menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan dan bermanfaat
antara institusi tempat magang dengan PS IKM UNG
c Bagi Program Studi
1) Laporan magang dapat menjadi salah satu audit internal kualitas
pengajaran.
2) Memperkenalkan program studi kepada instansi yang bergerak di
bidang kesehatan.
3) Mendapatkan masukan yang berguna untuk menyempurnakan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.
4) Terbinanya jaringan kerja sama dengan institusi tempat magang
dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara
substansi akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber
daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan Kerja


Daryantono (2003;20), Keselamatan kerja adalah keselamatan yang
berhubungan dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
Mangkunegara (2009:161), keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang
aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.
Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan kebakaran, luka memar, keseleo, patah tulang, gangguan
penglihatan dan pendengaran. Menurut Moenir (2006:203), indikator
keselamatan kerja adalah :
a. Lingkungan kerja secara spesifik
1. Penempatan benda atau barang dilakukan dengan diberi tanda-tanda,
batas-batas, dan peringatan yang cukup.
2. Penyediaan perlengkapan yang mampu untuk digunakan sebagai alat
pencegahan, pertolongan dan perlindungan. Perlengkapan pencegahan
misalnya : alat pencegahan kebakaran, pintu darurat, kursi pelintar
bagi penerbangan pesawat temput pertolongan apabila terjadi
kecelakaan seperti : alat P3K, tabung oksigen, perahu penolong di
setiap perahu besar.
b. Lingkungan Sosial Psikologis
Jaminan keselamatan kerja secara psikologis dapat dilihat pada
aturan perusahaan mengenai berbagai jaminan pekerja yang meliputi :
1. Aturan mengenai ketertiban organisasi dan atau pekerjaan hendaknya
diperlakukan secara merata kepada semua pegawai tanpa kecuali.
Masalah-masalah seperti itulah yag sering menjadi sebab utama
kegagalan pegawai termasuk para eksekutif dalam pekerjaan.
2. Perawatan dan pemeliharaanasuransi terhadap para pegawai yang
melakukan pekerjaan berbahaya dan resiko yang kemungkinan terjadi
kecelakaan kerja yang sangat besar. Asuransi meliputi jenis dan tingkat
penderitaan yang dialami pada kecelakaan. Adanya asuransi yang jelas
menimbulkan ketenangan pegawai dalam bekerja dan menimbulkan
ketenangan akan dapat ditingkatkan karenanya.
2.2 Kesehatan Kerja
Mathis dan Jacson (2202:245), “mengartikan kesehatan kerja merupakan
kondisi yang merujuk pada kondisi fisik, mental dan stailitas emosi secara
umum”. Kemudian menurut Mangkunegara (2013:161), “keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.
Tujuan Kesehatan Kerja Menurut Nuraini (2012) yaitu :
1. Memelihara dan menigkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di
semua lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik,
mental maupun kesehatan sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan msdystsksy pekerja yang
diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuia dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya. Kesehatan kerja
mempengaruhi manusia dalam hubungannya dengan pekerjaan dan
lingkungan kerjanya. Baik secara fisik maupun psikis yang meliputi:
metode bekerja, kondisi kerja dana lingkungan kerja yang memungkinkan
dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari
kesehatan seseorang.
Menurut Manullang (200:87), ada tiga indikator kesehatan kerja yang
meliputi:
1. Lingkungan kerja yang medis
Dalam hal ini lingkungan kerja secara medis dapat dilihat dari sikap
perusahaan dalam menangani hal-hal sebagai berikut:
a Kebersihan lingkungan kerja
b Suhu udara dan ventilasi di tempat kerja
c Sistem pembuangan sampah
2. Sarana kesehatan tenaga kerja, yaitu upaya-upaya perusahaan untuk
menigkatkan kesehatan dari tenaga kerjanya. Hal ini dapat dilihat dari
penyediaan air bersih dan sarana kamar mandi.
3. Pemeilharaan kesehatan tenaga kerja, yaitu pelayanan kesehatan tenaga
kerja.
2.3 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan
(Suma’mur, 1989:5). Kecelakaan dikategorikan sebagai kejadian yang tak
terduga karena kejadian ini (kecelakaan) tidak terdapat unsure kesengajaan
yang dapat memicu terjadinya suatu kecelakaan.
Kecelakaan juga dikategorikan sebagai kejadian yang tidak diharapkan,
hal ini berhubungan dengan dampak yang terjadi pada saat atau setelah
terjadinya kecelakaan. Adapun yang dimaksud dengan kecelakaan akibat kerja
adalah kecelakaan yang diakibatkan atau berhubungapn dengan suatu kegiatan
atau pekerjaan tertentu. Hail ini dikarenakan tidak semua kegiatan atau
pekerjaan berpotensi akan timbulnya kecelakaan.
Mengenai pengertian kecelakaan kerja dapat dilihat pada UU no 3 tahun
1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja bab 1 pasal 1 ayat 6 yang berbunyi :
“Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan
hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja,
temasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula dengan
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju
tempat kerja, dan pulang ke rumah melakui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
Kecelakaan kerja dapat dikategorikan atas 2 golongan, yaitu kecelakaan
industry (on the job accident) yaitu kecelakaan yang terjadi berkaitan dengan
pekerjaannya, dan kedua disebut kecelakaan kompensasi (off the job
accident), yang tidak berhubungan langsung dengan pekerjaanya.
Perbedaannya adalah kecelakaan industry mendapat kompensasi dan masuk
statistik, sedangkan kecelakaan kompensasi tidak masuk statistik.
Tujuan pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada pasal 3 ayat 1
uu no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu
1 Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2 Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3 Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4 Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri dari waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya
5 Memberikan pertolongan pada kecelakaan
6 Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
7 Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca. Sinar
atau radiasi, suara dan getaran
8 Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik
maupun phisikis, peracunan, infeksi dan penularan
9 Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
10 Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
11 Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
12 Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
13 Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya
14 Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau bantang
15 Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
16 Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkamuat, perlakuan dan
penyimpanan barang
17 Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
18 Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
berbahaya kecelakaannya menjadi tambah tinggi.
Dari tujuan pemerintah tersebut dapat kita ambul kesimpulan
bahwa dibuatnya aturan penyelenggaraan K3 pada hakikanya adalah
pembuatan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan,
pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan peralatan dalam bekerja serta
pengaturan dalam menyimpan bahan, barang, produk teknis dan aparat
produksi yang mendandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Sehingga potensi bahaya kecelakaan kerja tersebut dapat dieliminir.
2.3.1 Sebab Terjadinya Kecelakaan
Biasa dikenal dengan istilah “sebab ganda kecelakaan” atau “teori
Domino” atau “Loss of Cousation Model”. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi dan menentukan faktor penyebab suatu kecelakaan. Adapun
rentetan sesuai urutan dari teori ini adalah :
1 Lack of control managennt (kurang control dari manajemen)
a Ada atau tidak suatu program
b Ada atau tidak suatu prosedur
c Jika ada apakah dijalankan Program dan prosedur tersebut.
2 Basic couse (sebab dasar)
Personnel Factor (Faktor Manusia)
3 Kurang pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
4 Tidak adanya motivasi
5 Masalah fisik dan mental
6 Job factor (faktor jenis pekerjaan)
7 Kurang/tidak adanyan standad
8 Desain dan pemeliharaan yang kurang memadai, dan lain-lain.
9 Immeidate Cause (Penyebab Langsung/Gejala)
a Sub Stnadard (Tindakan yang tidak aman)
b Sub Standard Condition (Kondisi yang tidak aman)
10 Incident (celaka)
Terjadi akibat adanya ketimpangan-ketimpangan dari 3 unsur diatas dan
apabila terjadi kontak yang melebihi NAB/TLV maka besar kemungkinan
akan terjadi suatu kecelakaan atau accident.
Meskipun tidak semua oekerjaan mempunyai potensi atau resioko akan
timbulnya kecelakaan, pekerjaan yang berhubungan dengan duni industry
mempunyai potensi atau resiko akan timbulnya kecelakaan, pekerjaan yang
berhubungan dengan dunia industry mempunyai potensi yang sangat besar
akan timbulnya suatu kecelakaan. Kecelakaan dapat dicegah dengan cara
mempelajari sebab-sebab atau faktor-faktor yang dapat menyebabkan akan
timbulnya suatu kecelakaan kerja. Suma’mur dalam bukunya yang berjudul
“Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja”, secara garis besar membagi sebab-
sebab kecelakaan dalam dua faktor yaitu:
1 Faktor mekanis dan lingkungannya
Faktor mekanis dan lingkungannya meliputi segala sesuatu selain manusia
termasuk keadaan lingkungannya yang tidak aman. Faktor mekanis dan
lingkungannya ini masih dapat dibagi atau diklasifikasikan lagi dalam
beberapa kelompok antara lain menurut jenis kecelakaan dan penyebabnya
2 Faktor manusia/pekerja
Faktor kecelakaan yang diakibatkan dari manusia/pekerja berhubngan
dengan adanya suatu kecenderungan untuk celaka dari manusia itu sendiri
(accident pronensess). Dan kecendurungan dari tiap orang/pekerja berbeda
antara satu dengan yang lian. Pada kenyataannya, pada pekerja-pekera
tertentu terdapat kecenderungan untuk mengalami kecelakaan-kecelakaan.
Ada orang yang bersifat sembrono, semaunya saja dalam bekerja, terlalu
lambat atau mungkin tergesa-gesa dalam bekerja, masa bodoh, suka
melamun dan lain-lain (Riswan D Djatmiko. 2016)
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I No. 609
taun 2012 tentang Pedoman Penyelesaisan Kasus Kecelakaan Kerja dan
Penyakit Akibat Kerja, menyebutkan:
a Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhbung dengan
hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan
kerja, demikian pula kecelakaan yang terjasi dalam perjalanan
berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah
melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
b Penyakit akibat kerja yang selanjutnya disingkat PAK (Occupational
Disease) yaitu penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja.
c Bahwa sesuatu kasus dinyatakan kecelakaan kerja apabila terdapat
unsure ruda paksa (trauma) yaitu cedera pada tubuh manusia akibat
suatu peristiwa atau kejadian (seperti terjatuh, terpukul, tertabrak dan
lain-lain) (Tarsial dan Darmiatun Suryatri. 2015).
2.4 PT PLN (Persero)
PT. PLN (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk
Perusahaan Perseroan (Persero) berkewajiban untuk menyediakan tenaga
lisrik bagi kepentingan umum. Berbagai upaya harus dilakukan perusahaan
tersebut untuk menjamin keamanan dan kesehatan pekerja dengan
mengaedakan pelatihan dan pengawasan. Pekerja perlu menigkatkan
pemakaian alat pelindung diri agar lebih optimal dan terciptanya suasana kerja
yang sehat, aman dan nyaman (Firmanzah Afrizal dkk. 2017).
Pada saat karyawan mendapatkan keamanan dan perlindungan saat bekerja
mereka akan melakukan pekerjaan dengan baik dengan perasaan yang tenang.
Melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah
satu faktor dalam member jaminan perlindungan dalam bekerja yang dapat
mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
PT. PLN (Persero) juga tidak luput untuk memenuhi semua tuntutan dalam
memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja pada karyawannya,
sesuia dengan undang-undang yang telah ada yaitu tentang keselamatan kerja
no 1 tahun 1970. Dengan adanya jaminan tersebut karyawan PT. PLN
(Persero) akan merasa aman pada saat mereka bekerja. Pada PT. PLN
(Persero) keselamatan dan kesehatan kerja (K3) mempunyai nama berbeda
dengan perusahaan lain, yaitu K2 (Keselamatan dan ketenagalistrikan) dan K2
tersebut sudah diatur dalam sebuah sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja. Didalam K2 tersebut mencakup keseluruhan dari keselamatan
dan kesehatan kerja, ketenagalistrikan dengan adanya K2 tersebut maka semua
pekerjaan yang akan dilakukan mempunyai Standard Operation Procedure
yang mesti dilaksanakan sebelum dikerjakan. Selain mempunyai Standard
Operation Procedure mereka juga mempunyai Job Safety Analyst untuk
melihat resiko resiko kerja apa yang akan terjadi pada pelaksanaannya, dengan
adanya Job Safety Analyst akan dapat membantu untuk menghindari
terjadinya kecelakaan kerja dan menciptakan ‘zero accident’ di tubuh PT.
PLN (Persero) (Putra P Wima dan Wahjuadi Djoko. 2014).
2.5 Standing Operation Procedure (SOP)
Pada dasarnya SOP (Stanadard Operating Procedure) adalah suatu
perangkat lunak pengatur, yang mengatur tahapan suatu proses kerja atau
prosedur kerja tertentu. Oleh karena prosedur kerja yang dimaksud bersifat
tetap, rutin dan tidak berubah-ubah, prosedur kerja tersebut dibakukan
menjadi dokumen tertulis yang disebut dengan Stanadard Operating
Procedure atau disingat SOP. Dokumen tertulis ini selanjutnya dijadikan
standar bagi pelaksanaan prosedur kerja tertentu tersebut.
Dalam suatu perusahaan, efisiensi yang diharapkan demi kemajuan
perusahaan, paling tidak adalah dalam hal waktu penyelesaian pekerjaan.
Dengan lebih cepatnya suatu pekerjaan dapat diselesaikan, berarti akan lebih
bantak volume pekerjaan yang dapat diselesaikan dala setiap satuan waktunya.
Berikut lagi adalah dalam hal kualitas pekerjaan, baik yang terkait dengan
pelayanan terkait produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Efisiensi
dari kedua hal tersebut di atas, secara langsung akan berdampak pada biaya
operasional yang semakin efisien, yang tentu saja merupakan harapan semua
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
Mengingat akan harapan setiap perusahaan sebagaimana disebutkan diatas,
penerapan SOP dalam setiap unit kerja dalam perusahaan memiliki peran
strategis yang sangat unggul, ini karena akan menyebabkan peningkatan
efisiensi pada setiap proses kerja dalam setiap unit kerja perusahaan. Apalagi
apabila semua unit kerja dalam perusahaan atau organisasi sepakat untuk
disiplin dan konsisten dalam menerapkan SOP sesuai kepentingan dan
kebutuhan pada unit kerja msing-masing, dapat dipastikan bahwa efisiensi
akan dapat tercapai secara menyeluruh dalam perusahaan tersebut. Itulah
sebabnya penerapan SOP sangat direkomendasikan karena memiliki peran
yang sangat strategis bagi perusahaan ataupun organisasi apapun (Budihardjo
M. 2014)
Standar operasional prosedur atau biasa disebut dengan SOP merupakan
acuan kerja yang dapat dijadikan standar dalam bekerja disemua tempat kerj
yang ada di suatu perusahaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan
baiik, cepat, tepat, efektif, efisien dan aman. Dalam SOP tertuang prosedur
yang harus dilakukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing
bagian sudah dibakukan. Sehingga ketika adan kesalahan sistem yang keluar
dari jalurya akan bisa diidentifikasi. Selain itu juga SOP dapat juga dijadikan
salah satu alat untuk menilai kinarja organisasi atau petugas.
2.5.1 Tujuan Standing Operation Procedure (SOP)
Standing Operation Procedure (SOP) ini antara lain agar pegawai selalu
bisa menjaga konsistensi dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari. Dengan
adanya acuan kerja yang jelas. Selain itu juga dengan adanya (SOP) , pegawai
akan tahu dengan jelas peran dan tanggung jawabnya karena dalam (SOP)
sudah menerangkan dengan jelas alur tugas masing – masing. Dengan
dibuatnya (SOP) yang baku, maka tugas atau pekerjaan petugas akan lebih
lancar karena masing‐masing sudah ada pedoman dan acuannya, selain itu
juga ketika ada kasus penyelewengan atau penyalahgunaan wewenang, (SOP)
ini juga bisa dijadikan sebagai dasar hukum yang kuat.
Di sisi lain SOP juga sekaligus menjadi feedback/umpan balik guna
penyesuaian antara kondisi yang dipersyaratkan dalam SOP dengan kondisi
riil yang ada guna mencapai kinerja individu dan kinerja organisasi yang
optimal. Bahkan dalam jangka panjang ,SOP dapat dijadikan sebagai langkah
perbaikan kinerja pelayanan dan kinerja organisasi berdasarkan konsep
manajemen kinerja.
Tujuan standar operasional prosedur (SOP) adalah sebagai berikut (Indah,
Puji : 2014 :30)
1. Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi
tertentu dan kemana petugas dan lingkungan dalam melaksanakan sesuatu
tugas atau pekerjaan tertentu.
2. Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesame pekerja,
dan supervisor.
3. Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan (dengan demikian
menghindari dan mengurangi konflik), keraguan, duplikasi serta
pemborosan dalam proses pelaksanaan kegiatan.
4. Merupakan parameter untuk menilai mutu pelayanan
5. Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efisien
dan efektif.
6. Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
petugas yang terkait.
7. Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses
kerja bila terjadi suatu kesalahan atau dugaan mal praktek dan kesalahan
administrative lainnya, sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan
petugas.
8. Sebagai dokumen yang digunakan untuk pelatihan.
Sedangkan fungsi SOP adalah sebagai berikut
1. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
4. Megarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
2.5.2 Manfaat Standing Operation Procedure (SOP)
SOP atau yang sering disebut sebagai prsedur tetap (protap) adalah
penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, dimana dan
oleh siapa dan dibuat untuk menghindari terjadinya variasi dalam proses
pelaksanaan kegiatan oleh pegawai yang akan mengganggu kineja organisasi
(instansi pemerintah) secara keseluruhan. SOP memiliki manfaat bagi
organisasi antara lain (Permenpan No.PER/21/M/11/2008):
1. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan
pekerjaan yang menjadi tugasnya.
2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh
seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas.
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan
tanggungjawab individual pegawai dan organisasi secara keseluruhan.
4. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada
intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pemipinan
dalam pelaksanaan proses sehari-hari.
5. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas.
6. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai cara
konkrit untuk memperbaiki kinerja serta membantu pengevaluasi usaha
yang telah dilakukan.
7. Memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dapat
berlangsung dalam berbagai situasi.
8. Menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat, baik dari sisi mutu,
waktu dan prosedur.
9. Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus
dikuasai oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya.
10. Memberikan infomrasi bagi upaya peningkatan kompetensi pegawai.
11. Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya.
12. Sebagai instrument yang dapat melindungi pegawai dari memungkinan
tuntutan hukum karena tuduhan melakukan penyimpangan.
13. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.
14. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan procedural dalam
memberikan pelayanan.
15. Membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan
standar pelayanan, sehingga sekaligus dapat memberikan informasi bagi
kinerja pelayanan
2.5.3 Landasan Pembuatan Standing Operation Procedure (SOP)
Perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, pegawai
diwajibkan dapat mengerjakan tugasnya dengan baik dan sesuai aturan yang
berlaku. Untuk pencapaian kerja yang baik, pegawai harus mendapatkan suatu
aturan atau pedoman yang jelas dan tertulis yaitu berupa Standar Operasional
Prosedur (SOP).
Dalam pembuatan SOP ini telah memiliki beberapa landasan dasar hukum
yang terkait bertujuan agar tidak adanya penyimpangan dalam pelaksanaan
P2TL itu sendiri. Landasan dasar hukum yang terdiri antara lain :

1. UU RI No. 8 Tahun 1999 ; tentang perlindungan konsumen.


2. UU RI No. 25 Tahun 2009 ; tentang Pelayanan Publik.
3. UU RI No. 30 Tahun 2009 ; tentang Ketenagalistrikan.
4. Peraturan Presiden RI No. 8 Tahun 2011 ; tentang Tarif Tenaga Listrik
Yang Disediakan Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan
Listrik Negara.
5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 09 Tahun 2011 ;
tentang Ketentuan Pelaksanaan Tarif Tenaga Listrik Yang disediakan
Oleh Perusahaan Perseroaan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara.
6. Permen Pertambangan dan Energi No. 02 P/451/M.PE/1991 ; tentang
Hubungan Pemegang Usaha Ketenagalistrikan Dan Pemegang Izin Usaha
Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum Dengan Masyarakat.
7. KEPDIR. NO. 1486.K/DIR/2011 ; tentang Penertiban Pemakaian Tenaga
Listrik yang disahkan oleh Keputusan Dirjen Ketenagalistrikan No. 33-
12/23/600.1/2012 .
8. KEPDIR. NO. 163-1.K/DIR/2012 ; tentang Penyesuaian Rekening
Pemakaian Tenaga Listrik.

2.5.4 Prinsip-prinsip Standing Operation Procedure (SOP)


Pelaksanaan SOP harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Konsisten, SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke
waktu, oleh siapapun, dan dalam kondisi apapun oleh seluruh jajaran
organisasi pemerintahan.
2. Komitmen, SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari
seluruh jajaran organisasi, dari level yang paling rendah dan tinggi.
3. Perbaikan berkelanjutan, pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap
penyempurnaan-penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang
benar-benar efisien dan efektif.
4. Mengikat, SOP harus mengikat pelaksanaan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan prosedur standar yang telah ditetapkan.
5. Seluruh unsur memiliki peran penting, seluruh pegawai peran-peran
tertentu dalam setuap prosedur yang distandarkan. Jika pegawai
tertentu tidak melaksanakan perannya dengan baik, maka akan
mengganggun keseluruhan proses, yang akhirnya juga berdampak pada
proses penyelenggaraan pemerintah.
6. Terdokumentasi dengan baik, seluruh prosedur yang telah distandarkan
harus didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat selalu dijadikan
referensi bagi setiap mereka yang memerlukan.
BAB III
METODE KEGIATAN MAGANG

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang


3.1.1 Waktu Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan magang institusi oleh mahasisiwa Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo
Semester 7 dilaksanakan selama 1 bulan, terhitung sejak tanggal 30 Juli s/d 31
Agustus 2018. Kegiatan magang ini diikuti oleh seluruh mahasiswa semester 7
yang telah mengambil mata kuliah magang. Pelaksanaan magang sesuai hari
kerja efektif yang berlaku pada PLN Rayon Limboto yaitu di hari senin-sabtu
dimulai pukul 07.30-16.00 WITA.
3.1.2 Tempat Pelaksanaan Magang
Tempat pelaksaaan magang institusi dilakukan di PLN Rayon Limboto,
Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo.
3.2 Ruang Lingkup Kegiatan Magang
Ruang lingkup kegiatan magang di isntitusi PLN Rayon Limboto meliputi
persiapan dan pelaksanaan magang
Tabel 3.1 Rincian Kegiatan Magang Berdasarkan Waktu
Minggu ke-
Kegiatan
0 1 2 3 4 5
Persiapan dan pembekalan
Pelaksanaan Magang di Institusi
-Analisis Situasi
-Identifikasi Masalah
-Alternatif Pemecahan Masalah
Supervisi
Pembuatan Laporan
Seminar

3.2.1 Persiapan Magang


Persiapan magang dilakukan pada tanggal 28 Juli 2018 yang dimulai dari
pukul 08.00-15.00 wita dengan menerima materi magang/pembekalan
(coaching) sebanyak tiga kali.
3.2.2 Pelaksanaan Magang
PLN Rayon Limboto Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo memiliki 3
bidang pekerjaan yang penting Teknik, Pelayanan Pelaggan Administrasi dan
Transaksi Energi.
Sistem pelaksanaan kegiatan magang ditentukan oleh pembimbing instansi
dengan menempatkan para peserta magang di bagian layanan teknik dimana
para peserta magang turut ikut campur dalam kegiatan pengawasan seperti
pada pemangkasan, perbaikan tiang miring, pembuatan gardu, perbaikan
gangguan jaringan, dan Pekerja Pembebasan Jumper Opstick Kabel
Penyulang.
3.2.3 Supervisi
Kegiatan supervise dilakukan oleh Dosen Pembimbing dengan tujuan
memantau kegiatan mahasiswa di instans, mengarahkan mahasiswa agar
magang yang di lakukan terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tujuan, dan
melakukan koordinasi dengan kepala instansi dan pembimbing instansi.
3.2.4 Pembuatan laporan
Pembuatan laporan dimulai pada minggu kedua pelaksanaan magang.
Pembuatan laporan bertujuan untuk melaporkan seluruh hasul kegiatan
magang diinstansi selama 5 minggu.
3.2.5 Seminar Akhir
Seminar hasil bertujuan memaparkan serta menjelaskan seluruh hasil kegiatan
magang di instansi, seminar hasil dilaksanakan pada minggu ke lima setelah
laporan selesai, pelaksanaan seminar nantinya akan dihadiri oleh mahasiswa,
dosen pembimbing dan pembimbing instansi……………..
3.3 Metode Kegiatan Magang
3.3.1 Metode Observasi
Mahasiswa turun langsung ke lapangan untuk mengamati serta melihat
keadaan sebenarnya yang terjadi pada saat kegiatan proses perbaikan atau
pemangkasan sehingga dapat diketahui permasalahan-permasalahan apa
yang ada di lingkungan layanan teknik di PLN Rayon Limboto.
3.3.2 Metode Wawancara
Pada saat kegiatan magang dilaksanakan mahasiswa melakukan
dialog/tanya jawab dengan responden tentang ada atau tidak adannya
kecelakaan serta penyakit akibat kerja yang terjadi selama kegiatan
pemeliharaan dan gangguan.
3.3.3 Kuisioner
Mahasiswa menyebarkan lembar kuisioner kepada beberapa pekerja untuk
mengetahui tingkat pemahaman mereka terhadap pelaksanaan Standar
operasional prosedur.
3.3.4 Studi Pustaka
Penulis menggunakan berbagai literatur yang bisa memperkuat isi tulisan
seperti, buku, jurnal, dan berbagai literature lain.
BAB IV
HASIL PROGRAM MAGANG
4.1 Gambaran Umum PLN Rayon Limboto
4.1.1 Sejarah
Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di
Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang
bergerak di bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik
untuk keperluan sendiri. Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan
pengelolaan perusahaan- perusahaan Belanda tersebut oleh Jepang, setelah
Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia II.
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada
Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini
dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi
Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pimpinan KNI
Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan
perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada
27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di
bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas
pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi
BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak
di bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965.
Pada saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik
Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan
Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status
Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum
Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan
(PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.
4.1.2 Keadaan Umum Wilayah Kerja PLN Rayon Limboto
1. Geografis
PLN Rayon Limboto berada di tengah-tengah area Gorontalo yang berbatasan
dengan PLN Rayon Telaga di sebelah timur, PLN Ryon Marisa di sebelah
barat dan PLN Rayon Kwandang di sebelah utara dengan jumlah pelanggan
75.336. PLN Rayon Limboto tidak bekerja sendiri ada kurang lebih 10
perusahaan yang bekerja sama dengan PLN diantara lain Perusahaan Magopa
Kurnia, Fajar Putra Abadi, Nurfalian, Pigg, Permata, Senayu, CPL, Galesco.
2. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
a Manajer Rayon
Dalam hal ini manajer bertanggungjawab dan mengawasi kinerja masing-
masing fungsi seperti pelayanan kepada pelanggan melalui pengembangan
inovasi sistem pelayanan peningkatan pemasaran, pembacaan meter,
kepemilikan dan pengelolaan slst pengukur dan pembatas (APP), penagihan
dan administrasi serta keuangan untuk target kinerja pengusahaan
(termasuk penurunan piutang) dan kepuasan pelanggan.
Tugas pokok dari manajer Rayon yaitu :
1) Mensinergikan seluruh fungsi dan unsur inti dalam mengoptimalkan
sumber daya dan kemitraan untuk memaksimalkan kinerja unit dan
citra perusahaan.
2) Menjalin komunikasi dan hubungan kerja internal mapupun eksternal
yang efektif.
3) Mengembangkan dan memberdayakan seluruh potensi sumber daya
manusia untuk meningkatkan budaya perusahaan (integritas, saling
percaya, peduli dan pembelajaran), dan good corporate government
(responsibility, accountability, fairness, dan transparency).
4) Memberikan apresiasi dan melaksanakan pembinaan sumber daya
manusia.
b Supervisor Teknik
1) Melaksanakan pencapaian target kinerja fungsi teknik distribusi.
2) Melaksanakan pengendalian konstruksi, operasi dan pemeliharaan
jaringan distribusi untuk mempertahankan keandalan pasukan energy
tenaga listrik.
3) Menjaga aset dan pemutakhiran dan pemutusan aliran tenaga listrik.
4) Melaksanakan penyambungan dan pemutusan aliran tenaga listrik.
5) Melaksanakan penertiban pemakaian tenaga listrik (P2TL) untuk
menekan losses.
6) Melaksanakan keselamatan ketenagalistrikan (K2).
a) Asisten teknikal
1) Menyiapkan jadwal pelaksanaan pemutusan dan penyambungan
aliran tenaga listrik pelanggan potensial.
2) Melaksanakan pemutusan, penyambungan dan penyegelan APP untuk
aliran listrik pelanggan potensial/pelanggan umum.
3) Melaporkan hasil pemutusan/penyambunan dan pengoperasian
pelanggan/calon pelanggan potensial.
4) Memelihara alat kerja pemutusan dan penyambungan Assisten
Engineer susut dan PJU
b) Assisten engineer susut dan PJU
1) Menyiapkan data sasaran target operasi pada pelanggan yang diduga
melakukan pelanggaran.
2) Menyiapkan perlengkapan administrasi, peralatan kerja dan sarana
P2TL.
3) Melaksanakan P2TL sesuai Target Operasi (TO).
4) Menghitung kerugia kWh akibat pelanggaran.
5) Melaksanakan inventarisasi dan penertiban/pembongkaran PJU secara
periodik.
6) Menghitung dan membuat laporan susut distribusi.
7) Menyusun laporan rutin sesuai bidang tugasnya.
c) Assisten operator operasi distribusi
1) Menyiapkan data rencana operasi jaringan distribusi dalam keadaan
normal atau gangguan untuk menjaga mutu dan keandalan tenaga
listrik.
2) Melaksanakan operasi jaringan dan proteksinya sesuai Sop untuk
menjaga keandalan operasi dan keselamatan penyaluran tenaga listrik.
3) Melaksanakan realisasi pencapaian tingkat mutu pelayanan, losses
sesuai kinerja yang ditetapkan.
4) Melaksanakan pencatatan data counterPMT, LBS, Recloserdan
Sectionalizer
5) Memelihara alat kerja operasi jaringan distribusi.
6) Melaksanakan pengukuran tegangan jaringan distribusi (termasuk
trafo) dan tegangan di titik pelayanan, saidisaifi serta menyampaikan
kepada fungsi terkait.
7) Melaksanakan pemulihan gangguan jaringan distribusi.
8) Menghitung dan membuat laporan Saidi/Saifi dan gangguan trafo.
9) Melaksanakan inspeksi jaringan
d) Assisten teknikal pemeliharaan distribusi
1) Menyusun perencanaan pemeliharaan jaringan distribusi.
2) Menyiapkan jadwal pelaksanaan survey pemeliharaan jaringan
distribusi.
3) Menyiapkan rancangan teknis dan RAB pemeliharaan jaringan
distribusi.
4) Melaksanakan SOP dan kegiatan pemeliharaan jaringan distribusi.
5) Menyiapkan SPK/kontrak dan pengawasan kegiatan pemeliharaam
jaringan distribusi.
6) Melaporkan progres kerja kegiatan pemeliharaan jaringan distribus
c Pelayanan pelanggan dan ADM
1) Melaksanakan pencapaian target kinerja fungsi administrasi.
2) Memastikan pencapaian tingkat mutu pelayanan.
3) Melaksanakan penyambungan baru, perubahan daya, administrasi
pelanggan, pemvacaan meter, proses rekening, pengelolaan piutang
pelanggan.
4) Melaksanakan sosialisasi kebijakan-kebijakan dan produk
perusahaan, hak dan kewajiban pelanggan untuk meningkatkan citra
perusahaan.
5) Melaksanakan penerimaan danpengeluaran dana imprest dan receipt
untuk kelancaran operasional perusahaan
6) Mengelola sumber daya manusia (SDM) dalam penetapan cascading
KPI, penyusunan/pemamtauan dan pembinaan SMUK, serta
pembinaan kompetensi dan karir pegawai.
7) Memonitor penerimaan pendapatan.
8) Melaporkan pajak ke Area secara periodik.

a) Assisten Officer Administrasi Umum dan K3


1) Menyiapkan rencana pengadaan ATK untuk mendukung operasional.
2) Melaksanakan pengelolaan rumah tangga kantor mencakup gedung,
kendaraan, dan peralatan kantor untuk mendukung kegiatan
operasional unit.
3) Menyiapkan usulan kebutuhan ATK/barang cetak, fasilitas/ sarana
kerja.
4) Menyiapkan laporan konvensi energi, biaya kendaraan, keamanan
sesuai jadwal.
5) Mengolah administrasi kepegawaian.
6) Melaksanakan pengelolaan rumah tangga kantor.
b) Assisten Analyst Akuntansi dan keuangan
1) Memastikan kelengkapan dan sahnya dokumen pembayaran.
2) Melaksanakan verifikasi buku harian kas/bank imprest output
SIMKEU.
3) Memastikan kebenaran softcopy transaksi keuangan dari SIMKEU
berikut lampirannya dan mengirimkan ke Kantor Area.
4) Melaksanakan penerimaan dan pengeluaran uang.
5) Melaksanakan verifikasi SIMKEU
c) Assisten Cater dan Pengendalian Piutang
1) Mendapatkan angka meter pelanggan dan membuat rekening listrik
(hardcopy atau softcopy) yang benar dan menyusun rencana serta
melakukan pengendalian pembacaan meter.
2) Mendapatkan angka meter dan membuat Berita Acara Penerimaan
kWh yang benar sesuai jadwal.
3) Menyusun anggaran biaya pembacaan meter pelanggan.
4) Mengelola administrasi sistem Rute Baca Meter (RBM) baik
pembuatan baru maupun pemeliharaan, Daftar Pembacaan Meter
(DPM), Portable Data Entry (PDE), Portable Data Tecnic (PDT),
Meter Elektronik, Automatic Meter Reading (AMR) dan Pembuatan
Rekening (Billing).
5) Menginformasikan/menindaklanjuti hasil baca meter yang tidak
normal.
6) Melakukan evaluasi hasil kegiatan pembacaan meter.
7) Bertanggungjawab terhadap akurasi hasil baca meter.
8) Melakukan pembinaan petugas baca meter baik intern maupun pihak
ketiga.
9) Membuat laporan kegiatan pembacaan meter seperti Rekening Per
Jenis tarif.
10) Menyediakan data piutang yang lengkap, benar dan akurat secara
terus-menerus termasuk melaksanakan rekonsiliasi bersama fungsi
terkait.
11) Melaksanakan pembayaran rekening/tagihan listrik yang mudah dan
nyaman, termasuk mendapatkan mitra kerja pengelola Payment
Point/praktis yang handal.
12) Legalisasi, Surat Pemberitahuan Tagihan (SPT), Perintah Kerja
Pemutusan/Bongkar, Daftar Usulan Piutang Ragu-Ragu (DUPR).
13) Mengelola pengawasan piutang/tunggakan melalui pendekatan
khusus, sosialisasi, penyuluhan, kehumasan, kemitraan, sanksi biaya
keterlambatan, membuat perintah kerja pemutusan
sementara/rampung kepada fungsi terkait, termasuk penyelesaian
piutang ragu-ragu melalui Kantor Penyelesaian dan Lelang negara
(KPPLN) dan Daftar Usulan Penghapusan Piutang Ragu-ragu
(DUPRR).
14) Menyusun anggaran biaya operasional penagihan ( fee pihak ketiga,
pemutusan/penyambungan dll).
15) Mencari metode dan memberikan usulan penagihan piutang
pelanggan untuk menekan rasio piutang ke tingkat nol (0) rupiah dan
nol (0) lembar.
16) Melakukan evaluasi kegiatan penagihan untuk menemukan metode
yang efektif dan efisien. Dan membuat laporan kegiatan penagihan
secara berkala.
d) Assisten Analyst Pelayanan Pelanggan
1) Menyusun pola operasional pelayanan pelanggan guna menjamin
kepuasan pelanggan dan memonitor pelaksanaannya.
2) Memberikan pelayanan yang maksimal kepada pelanggan.
3) Bertanggungjawab terhadap Data Induk Langganan (DIL).
4) Bertanggungjawab atas mutasi Perubahan Data Langganan (PDL).
5) Bertanggungjawab atas pembukuan langganan.
6) Melaksanakan pengelolaan database dan menyiapkan dokumen-
dokumen Perubahan Data Induk Langganan (DIL), Perubahan Daya
(PB), Migrasi dan permohonan lain seperti Perintah Kerja (PK),
Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL), Arsip Induk Langganan
(AIL) pelanggan baik melalui call center 123 maupun langsung
mendatangi kantor PLN.
d Supervisor Transaksi Energi
Bertanggung jawab atas pengolahan kegiatan proyek pembangkit sesuai
kontrak dengan menggunakan jasa manajemen konstruksi sebagai bagian
pencapaian target kinerja proyek yang ditetapkan oleh perusahaan. Rincian
tugas pokok manajer proyek pembangkit adalah:
1) Koordinasi pengawasan dan pengendalian teknik dan administrasi
dengan unit jasa manajemen konstruksi
2) Menyusun Basic Communication dengan pihak pengguna jasa dan
setiap pihak terkait
3) Mengevaluasi rekomendasi penyempurnaan pekerjaan proyek dari
pihak jasa manajemen konstruksi untuk proses amandemen dari pihak
konstruksi
4) Menugaskan pengawasan mutu, tertib biaya dan ketetapan waktu
pelaksanaan proyek tehadap setiap pihak pelaksanaan konstruksi dan
pihak jasa manajemen konstruksi
3. Sumber Daya PLN Rayon Limboto
PLN Rayon Limboto memiliki sumber daya sebanyak 13 pegawai dan kurang
lebih 100 mitra kerja.
Tabel 4.3
Pekerjaan Jumlah
Manajer 1
SPV teknik 1
SPV Pelayanan Pelanggan dan 1
ADM
SPV Transaksi Energi Listrik 1
Staf Teknik 3

Staf Pelayanan Pelanggan dan 2


ADM
Staf Transaksi Energi Listrik 2
Coordinator Kantor Jaga/YANTEK 6

4. Visi dan Misi PLN Rayon Limboto


Pada dasarnya semua PLN memiliki visi dan misi yang sama yaitu :
a. Visi PT. PLN (Persero)
”Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul
dan terpercaya dengan bertumpu potensi insani”.
b. Konsekuensi Visi Terhadap Strategi Perusahaan
1) Mewujudkan kinerja perusahaan dengan kualitas setaraf dunia dalam
usaha bisnis kelistrikan.
2) Berfokus pada penigkatan kualitas proses secara terus-menerus untuk
memperoleh hasil yang maksimal.
3) Membangun lingkungan kerja yang memungkinkan anggota
perusahaan mentrasformasikan potensi mereka menjadi kinerja
perusahaan yang dihargai tinggi.
c. Misi PT. PLN (Persero)
1) Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain terkait yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan, karyawan, dan pemegang
saham.
2) Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3) Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
4) Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
5. Uraian Kegiatan Magang
Berdasarkan dari catatan kegiatan magang harian dan absensi magang
makan inti kegiatan magang dari minggu 1 sampai minggu ke IV adalah:
a. Minggu ke 1 (30 juli – 04agustus 2018)
1) Penerimaan mahasiswa magang jurusan kesehatan masyarakat oleh
PLN AREA Gorontalo.
2) Penerimaan mahasiswa magang oleh PLN Rayon Limboto.
3) Melihat proses perbaikan gangguan jaringan listrik.
4) Melihat tim audit K2K3 melakukan inspeksi pada peralatan dan
alat pelindung diri di bagian layanan teknik.
5) Melihat pengangkutan bekas tinag yang akan dipakai kembali serta
pemantauan perbaikan tiang yang miring.
b. Minggu ke II (06 agustus – 11 agustus 2018)
1) Mengawasi kegiatan pemangkasan di Desa Talumelito.
2) Melihat pembuatan Gardu di Sekolah Polisi Negara Batudaa.
3) Melihat perbaikan Kilometer di desa Tenilo
4) Melihat pembebasan jumper opstick
5) Melihat pengangkatan tiang yang akan dipakai kembali.
6) Pembuatan laporan dan kuisioner yang akan disebar pada pekerja
pembebasan jumper opstick
c. Minggu ke III (13 agustus – 18 agustus 2018)
1) Mengamati pengoperasian Gardu
2) Konsultasi dengan pembimbing instansi dan dosen pembimbing
mengenai permasalahan yang akan diangkat dalam laporan magang
3) Menyebar kuisioner
4) Melakukan briefing bersama tim pemangkasan
d. Minggu ke IV (20 agustus – 25 agustus 2018)
1) Menyebar kuisioner
2) Membuat laporan
3) melihat titik-titik pemadaman
4) konsultasi dengan pembimbing instansi
e. Minggu ke V (27 agustus – 31 agustus 2018)
1) melakukan shooting safety induction
2) Seminar akhir
3) Peyusunan laporan
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Standing Operation Procedure (SOP) Pembebasan Jumper Opstik
Dalam menjalankan operasional banyak menggunakan mesin-mesin dan
alat yang mempunyai resiko terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Karena itu
dibutuhkan keterampilan dan kedisiplinan yang baik dari karyawan. Bisa saja
terjadi kecelakaan dalam bekerja baik kecelakaan ringan, berat bahkan
meninggal dunia.
Sebab itu perusahaan diwajibkan melakukan system operational
procedure (SOP) untuk memperhatikan keselamatan kerja pekerjaanya, karena
pekerj/karyawan adalah penggerak dari sebuah perusahaan. SOP adalah
standar/pedoman tertulis yang digunakan untuk mendorong dan menggerakan
suatu kelompok untuk mencapai suatu tujuan.
PLN Rayon Limboto memang belum menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), namun mengenai Standing
Operation Procedure dan Job Safety Analysis (JSA) serta ijin kerja perlahan-
lahan sudah mulai terapkan.
Dalam hal ini dapat dilihat perusahaan telah menjalankan salah satu dari
beberapa SOP di bidang keselamatan dan kesehatan kerja yaitu dengan
menyediakan peralatan dan perlengkapan kerja yang dapat digunakan
karyawan selama bekerja. Adapun Alat Pelindung Diri pada PLN Rayon
Limboto sebagai berikut:
Tabel 5.1
Alat Pelindung Diri pada PLN Rayon Limboto
No Nama Alat Jumlah Satuan Keterangan
1 Safety helmet 6 Buah Pelindung kepala
2 Sarung tangan 12 Buah Pelindung tangan
3 Pakaian kerja 3 Pasang
Melindungi pekerja ketika
4 Safety belt 6 Buah
berada di atas ketinggian
Melindungi kaki dari benda
5 Safety shoes 39 Buah
tajam atau cairan kimia
6 Safety vest 3 Pasang Agar mudah dikenali
7 Safety glasses 6 buah Melindungi mata
Sumber: data primer PLN Rayon Limboto Agustus 2018
Standing operation procedure atau biasa dikenal dengan standar
operasional prosedur pada pekerjaan pembebasan jumpur opstick melibatkan
beberapa petugas diantara lain asman jaringan, spv operasi jaringan area
(pengawas operasi), spv teknik rayon limboto (pengawas pekerjaan), piket
APD, piket golf, operator PLTD Telaga, Operator GI Isimu, dan piket yantek
Limboto.
Pada pekerjaan ini para pekerja membutuhkan alat bantu seperti radio
komunikasi (HT), telepon atau HP, dan kendaraan operasional. Sedangkan
untuk peralatan K2/K3 seperti
a APD (helmet, sarung tangan, pakaian kerja, safety belt dan lain-lain)
b Tangga Fibber
c Shackle stik 20 KV
d Grounding TM
Dengan Langkah kerja sebagai berikut :
a Pembebasan Tegangan
Pukul InstruksiKerja Pelaksana
Piket Golf.10 menginformasikan ke Dispatcher APD.10
Piket Golf.10
untuk pelepasan sesaat PMT Outgoing LT.08 dan IS.05
PMT Outgoing LT.08 di PLTD Telaga dilepas via
Dispatcher APD.10
SCADA
LBS Manual Pentadio dilepas Piket Yantek
Limboto
PMT Outgoing I5.05 di GI Isimu dilepas via SCADA Dispatcher APD.10
LBS Manual RS.DUNDA dilepas Piket Yantek
Limboto
05.50 – PMT Outgoing LT.08 dimasukkan via SCADA,tegangan
Dispatcher APD.10
06.00 sampai dengan LBS MANUAL Pentadio
PMT Outgoing IS.05 dimasukkan via SCADA,tegangan
Dispatcher APD.10
sampai dengan LBS MANUAL RS.DUNDA
Piket Golf.10 menginformasikan ke Pengawas pekerjaan
PMT Outgoing LT.08 posisi masuk tegangan sd LBS
MANUAL Pentadio dan PMT Outgoing IS.05 posisi Piket Golf.10
masuk tegangan sd LBS MANUAL RS.Dunda,lokasi
pekerjaan sudah bebas dari tegangan.
Pekerjaan Pembebasan Jumper opstick kabel LT.08 dan Piket Yantek
IS.05 dimulai Limboto
Sumber: data sekunder PLN Rayon Limboto Agustus 2018

b Pembebasan Jumper Opstick Kabel


Pukul Instruksi Kerja Pelaksana
Grounding Lokal di pasang pada jaringan SUTM Penyulang
LT.08 dan LL.01
Piket Yantek Limboto
Lepas jumper opstick kabel LT.08
06.00 – Lepas jumper opstick kabel LL.01
06.30 Lepas Grounding local dilokasi pekerjaan Piket Yantek Limboto
Pengawas pekerjaan menginformasikan ke Piket Golf.10
Spv Teknik
langkah pembebasan jumper opstick kabel telah selesai
Sumber: data sekunder PLN Rayon Limboto Agustus 2018
c Penormalan tegangan
Pukul Instruksi Kerja Pelaksana
Pengawas pekerjaan menginformasikan ke Piket Golf.10
bahwa tegangan sudah bisa untuk Spv Teknik
dinormalkan,Personil,Peralatan,dan jaringan posisi aman
Piket Golf.10 menginformasikan ke Dispatcher APD.10
untuk penormalan tegangan penyulang LT.08 dan IS.05 Piket Golf.10
06.30-
Personil,peralatan dan jaringan sudah posisi aman.
07.00
LBS MANUAL RS.Dunda dimasukkan Piket Yantek Limboto
LBS MANUAL Pentadio dimasukkan Piket Yantek Limboto
Langkah Penormalan Tegangan Penyulang selesai, Laporkan
Piket Golf.10
ke APD.10
Sumber: data sekunder PLN Rayon Limboto Agustus 2018

5.2 Hasil
a) Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan Umur di PLN Rayon
Limboto
Berdasarkan data primer yang diperoleh dari lapangan sebagai hasil
survey identivikasi masalah, maka didapatkan hasil distribusi pekerja layanan
teknisi berdasarkan umur di PLN Rayon Limboto sebagai berikut :
Tabel 5.2
Distribusi pekerja Layanan Teknisi
Berdasarkan umur Di PLN Rayon Limboto
Umur Pekerja n %
20-25 2 16.7
26-30 1 8.3
31-35 2 16.7
36-40 4 33.3
> 40 3 25.0
Jumlah 12 100.0
Sumber: data primer PLN Rayon Limboto
Agustus 2018
Pada tabel 5.2 ditunjukkan bahwa dari 12 responden pekerja di
bagian layanan teknisi pekerja terbanyak berada pada kelompok umur 36-40 tahun
yaitu sebanyak 4 jiwa (33.3%) dan jumlah pekerja yang paling sedikit berada pada
kelompok umur 26-30 tahun yaitu sebanyak 1 jiwa ((8.3%).
b) Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan Masa Kerja di PLN Rayon
Limboto
Berdasarkan data primer yang diperoleh dari lapangan sebagai hasil
survey identivikasi masalah, maka didapatkan hasil distribusi pekerja layanan
teknisi berdasarkan masa kerja di PLN Rayon Limboto sebagai berikut :
Tabel 5.3
Distribusi pekerja Layanan Teknisi
Berdasarkan Masa Kerja Di PLN Rayon Limboto
Masa Kerja n %
1-5 5 41.7
6-10 1 8.3
11-15 1 8.3
16-20 4 33
> 20 1 8.3
Jumlah 12 100.0
Sumber: data primer PLN Rayon Limboto
Agustus 2018
Pada tabel 5.3 diatas, ditunjukkan bahwa dari 12 responden pekerja di
bagian layanan teknisi terbanyak yaitu 5 responden yang memiliki masa kerja
1-5 tahun (41.7%) dan pekerja yang paling sedikit memiliki masa kerja dari
6-10 tahun, 11-5 tahun dan >20 tahun masing-masing sebanyak 1 responden
(8.3%).
c) Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan Pernah Mengikuti Pelatihan
dan Pendidikan Sebelum dan Selama Bekerja di PLN Rayon Limboto
Berdasarkan data primer yang diperoleh dari lapangan sebagai hasil
survey identivikasi masalah, maka didapatkan hasil distribusi pekerja layanan
teknisi berdasarkan pernah pernah mengikuti pelatihan dan pendidikan
sebelum dan selama bekerja di PLN Rayon Limboto sebagai berikut :
Tabel 5.4
distribusi Pekerja Layanan Teknisi
berdasarkanPernah Mengikuti Pelatihan
dan Pendidikansebelum dan selama bekerja di PLN Rayon Limboto
Pelatihan dan Pendidikan n %
Ya 10 83.3
Tidak 2 16.7
Jumlah 12 100.0
Sumber: data primer PLN Rayon Limboto Agustus 2018
Pada tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa dari 12 respoden 10 (83.3%)
diantaranya sudah mengikuti pelatihan dan pendidikan sebelum dan selama
bekerja sedangkan 2 responden (16.7%) belum mengikuti pelatihan dan
pendidikan selama bekeja.
d) Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan Melakukan Briefing Sebelum
Bekerja di PLN Rayon Limboto
Berdasarkan data primer yang diperoleh dari lapangan sebagai hasil
survey identivikasi masalah, maka didapatkan hasil distribusi pekerja layanan
teknisi berdasarkan melakukan briefing sebelum bekerja a di PLN Rayon
Limboto sebagai berikut :
Tabel 5.5
Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan
Melakukan Briefing Sebelum Bekerja di PLN Rayon Limboto
Melakukan briefing sebelum bekerja n %
Ya 11 91.7
Tidak 1 8.3
Kadang-kadang 0 0.0
Jumlah 12 100.0
Sumber: data primer PLN Rayon Limboto Agustus 2018
Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa rata-rata para pekerja sering
melakukan briefing sebelum bekerja yaitu sebanyak 11 responden (91.7%)
dan yang tidak melakukan briefing sebanyak 1 responden (8.3%). Pelaksanaan
briefing oleh bagian layanan teknisi sering dilakukan pada pagi hari, sehingga
salah satu penyebab 1 responden tidak mengikuti briefing karena sering
terlambat.
e) Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan Pemakaian Peralatan dalam
Kondisi yang Baik pada saat Bekerja di PLN Rayon Limboto
Berdasarkan data primer yang diperoleh dari lapangan sebagai hasil
survey identivikasi masalah, maka didapatkan hasil distribusi pekerja layanan
teknisi berdasarkan pemakaian peralatan dalam kondisi yang baik pada saat
bekerja di PLN Rayon Limboto sebagai berikut :
Tabel 5.6
Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan
Pemakaian Peralatan dalam Kondisi Baik pada saat Bekerja
di PLN Rayon Limboto
Pekerja memakai peralatan dalam kondisi n %
yang baik
Ya 12 100.0
Tidak 0 0.0
Kadang-kadang 0 0.0
Jumlah 12 100.0
Sumber: data primer PLN Rayon Limboto Agustus 2018
Pada tabel 5.6 pekerja memakai peralatan yang dalam kondisi baik yang
dapat ditunjukkan dengan 12 responden menjawab ya (100.0). hal ini
dikarenakan setiap 6 bulan sekali sering ada inspeksi dari tim advisor yang aka
mengecek kelengkapan dan kelayakan dari peralatan-peralatan di bagian
layanan teknisi.
f) Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan Pemakaian Alat Pelindung
Diri pada saat Bekerja di PLN Rayon Limboto
Berdasarkan data primer yang diperoleh dari lapangan sebagai hasil survey
identivikasi masalah, maka didapatkan hasil distribusi pekerja layanan teknisi
berdasarkan pemakaian alat pelindung diri pada saat bekerja di PLN Rayon
Limboto sebagai berikut :
Tabel 5.7
Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan
Pemakaian Alat Pelindung Diri pada saat Bekerja di PLN Rayon Limboto
Memakai APD Ya Tidak Kadang-kadang Jumlah
n % n % n % n %
Safety Glasses 7 58.3 2 16.7 3 25.0 12 100.0
Safety Vest 11 91.7 1 8.3 0 0.0 12 100.0
Safety Shoes 11 91.7 1 8.3 0 0.0 12 100.0
Safety belt 12 100.0 0 0.0 0 0.0 12 100.0
Pakaian kerja 12 100.0 0 0.0 0 0.0 12 100.0
Sarung tangan 6 50.0 3 25.0 3 25.0 12 100.0
Safety helmt 12 100.0 0 0.0 0 0.0 12 100.0
Sumber: data primer PLN Rayon Limboto Agustus 2018
Dari tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa 12 responden (100.0%)
menggunakan alat pelindung diri safety belt, safety shoes dan safety helmt.
Sedangkan untuk alat pelindung diri safety vest dan safety shoes hanya 11
responden (91.7%) yang memakainya sedangkan 1 responden (83.3%) tidak
memakainya. Sedangkan untuk alat pelindung diri safety glasses 7 (58.3%) dari 12
responden memakainya. 2 responden (16.7%) tidak memakai safety glasses dan 3
responden (25.0%) hanya kadang-kadang memakainya. Pada alat pelindung diri
sarung tangan 6 responden (50.%) sering memakai sarung tangan ketika bekerja
sedangkan yang tidak menggunakan sarung tangan ketika bekerja ada 3 responden
(25.0%) dan yang responden yang kadang-kadang memakainya ada 3 responden
(25.0%).
g) Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan Pemakaian Tangga Fibber
pada saat Bekerja di PLN Rayon Limboto
Berdasarkan data primer yang diperoleh dari lapangan sebagai hasil survey
identivikasi masalah, maka didapatkan hasil distribusi pekerja layanan teknisi
berdasarkan pemakaian tangga fibber pada saat bekerja di PLN Rayon
Limboto sebagai berikut :
Tabel 5.8
Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan
Pemakaian Tangga Fibber pada saat Bekerja di PLN Rayon Limboto
a) Memakai Tangga Fibber n %
b) Ya 12 100.0
Tidak 0 0.0
c) Kadang-kadang 0 0.0
Jumlah 12 100.0
Sumber: data primer PLN Rayon Limboto Agustus
Pada tabel 5.8 dapat dilihat bahwa 12 responden (100.%) para pekerja
menggunakan tangga fibber pada saat bekerja. Hal ini dikarenakan tinggi tiang
yang harus di capai untuk melakukan perbaikan jaringan, sehingga para pekerja
sangat membutuhkan alat bantu tangga fibber agar dapat sampai ke tempat tujuan

h) Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan Pemakaian Shackel Stik 20


KV pada saat Bekerja di PLN Rayon Limboto
Berdasarkan data primer yang diperoleh dari lapangan sebagai hasil
survey identivikasi masalah, maka didapatkan hasil distribusi pekerja layanan
teknisi berdasarkan pemakaian shackel stik 20 KV pada saat bekerja di PLN
Rayon Limboto sebagai berikut :
Tabel 5.9
Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan
Pemakaian Shackel Stik 20 KV pada saat Bekerja di PLN Rayon Limboto
Memakai Shackel Stik 20 KV n %
Ya 12 100.0
Tidak 0 0.0
Kadang-kadang 0 0.0
Jumlah 12 100.0
Sumber: data primer PLN Rayon Limboto Agustus 2018
Pada tabel 5.9 12 responden (100.0) memakai shackle stik 20
KV……………………………………..
i) Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan Penggunaan Grounding tm
pada saat Bekerja di PLN Rayon Limboto
Berdasarkan data primer yang diperoleh dari lapangan sebagai hasil
survey identivikasi masalah, maka didapatkan hasil distribusi pekerja layanan
teknisi berdasarkan penggunaan grounding tm pada saat bekerja di PLN
Rayon Limboto sebagai berikut :
Tabel 5.10
Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan
Penggunaan Grounding TM pada saat Bekerja di PLN Rayon Limboto
Menggunakan Grounding TM n %
Ya 12 100.0
Tidak 0 0.0
Kadang-kadang 0 0.0
Jumlah 12 100.0
Sumber: data primer PLN Rayon Limboto Agustus 2018
Pada tabel 5.10 dapat dilihat bahwa 12 responden (100.%) memakai
grounding TM pada saat bekerja untuk melakukan pembebasan jumpuer opstik
kabel. Hal ini dikarenakan grounding TM berfungsi sebagai …………..
j) Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan Cara Melakukan Langkah
Kerja Pembebasan Tegangan dengan Benar pada saat Bekerja di PLN Rayon
Limboto
Berdasarkan data primer yang diperoleh dari lapangan sebagai hasil
survey identivikasi masalah, maka didapatkan hasil distribusi pekerja layanan
teknisi berdasarkan cara melakukan langkah kerja pembebasan tegangan
dengan benar pada saat bekerja di PLN Rayon Limboto sebagai berikut :
Tabel 5.11
Diatribusi pekejra Layanan Tekisi berdasarkan
Cara Melakukan Langkah Kerja Pembebasan Tegangan dengan Benar
di PLN Rayon Limboto
Melakukan langkah kerja pembebasan n %
tegangan dengan benar
Ya 12 100.0
Tidak 0 0.0
Kadang-kadang 0 0.0
Jumlah 12 100.0
Sumber: data primer PLN Rayon Limboto Agustus 2018
Pada tabel 5.11 dapat dilihat bahwa 12 responden (100.0%) melakukan
langkah kerja pembebasan teganan dengan benar. Karena jika ada pekerja
yang melakukan langkah kerja pembebasan tegangan dengan cara yang tidak
benar maka akan berakibat fatal bagi para pekeja.
k) Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan Cara Melakukan Langkah
Kerja Pembebasan Jumper Opstick dengan Benar pada saat Bekerja di PLN
Rayon Limboto
Berdasarkan data primer yang diperoleh dari lapangan sebagai hasil
survey identivikasi masalah, maka didapatkan hasil distribusi pekerja layanan
teknisi berdasarkan cara melakukan langkah kerja pembebasan jumper opstick
dengan benar pada saat bekerja di PLN Rayon Limboto sebagai berikut :
Tabel 5.12
Diatribusi pekejra Layanan Teknisi berdasarkan
Cara Melakukan Langkah Kerja Pembebasan Jumper Opstick dengan Benar
di PLN Rayon Limboto
Melakukan langkah kerja pembebasan n %
jumper opstick dengan benar
Ya 12 100.0
Tidak 0 0.0
Kadang-kadang 0 0.0
Jumlah 12 100.0
Sumber: data primer PLN Rayon Limboto Agustus 2018

Pada tabel 5.12 dapat dilihat bahwa 12 responden (100.0%) melakukan


langkah kerja pembebasan teganan dengan benar. Karena jika ada pekerja
yang melakukan langkah kerja pembebasan jumper opstik dengan cara yang
tidak benar maka akan berakibat fatal bagi para pekeja.

l) Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan Cara Melakukan Langkah


Kerja Penormalan Tegangan dengan Benar pada saat Bekerja di PLN Rayon
Limboto
Berdasarkan data primer yang diperoleh dari lapangan sebagai hasil
survey identivikasi masalah, maka didapatkan hasil distribusi pekerja layanan
teknisi berdasarkan cara melakukan langkah kerja penormalan tegangan
dengan benar pada saat bekerja di PLN Rayon Limboto sebagai berikut :
Tabel 5.13
Distribusi Pekerja Layanan Teknisi berdasarkan
Cara Melakukan Langkah Kerja Penormalan Tegangan dengan Benar
di PLN Rayon Limboto
Melakukan langkah kerja N %
penormalan tegangan dengan benar
Ya 12 100.0
Tidak 0 0.0
Kadang-kadang 0 0.0
Jumlah 12 100.0
Sumber: data primer PLN Rayon Limboto Agustus 2018
Pada tabel 5.13 dapat dilihat bahwa 12 responden (100.0%) melakukan
langkah kerja pembebasan teganan dengan benar. Karena jika ada pekerja
yang melakukan langkah kerja penormalan tegangan dengan cara yang tidak
benar maka akan berakibat fatal bagi para pekeja.

m) Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan Pemakaian Katrol pada saat


Bekerja di PLN Rayon Limboto
Berdasarkan data primer yang diperoleh dari lapangan sebagai hasil
survey identivikasi masalah, maka didapatkan hasil distribusi pekerja layanan
teknisi berdasarkan pemakaian katrol pada saat bekerja di PLN Rayon
Limboto sebagai berikut :
Tabel. 5.14
Distribusi Pekerja Layanan Teknisi berdasarkan
Pemakaian Katrol pada saat Bekerja di PLN Rayon Limboto
Memakai Kantrol n %
Ya 5 41.7
Tidak 5 41.7
Kadang-kadang 2 16.7
Jumlah 12 100.0
Sumber: data primer PLN Rayon LimbotoAgustus 2018
Pada tabel 5.14 dapat dilihat dari 12 responden 5 responden (41.7%)
sering menggunakan katrol untuk membantu mereka dalam pekerjaannya. Dan
2 reponden (16.7%) hanya kadang-kadang menggunakan katrol sedangkan 5
responden (41.7%) lainnya tidak menggunakan katrol. Alasan dibalik
penggunaan katrol karena masa beban yang berat sehingga para pekerja
membutuhkan katrol untuk membantu mereka mengangkat beban tersebut,
sedangkan untuk peralatan dengan ukuran kecil kebanyakan para pekerja
hanya melemparnya keatas tanpa menggunakan katrol.

n) Distribusi Pekerja Layanan Teknisi Berdasarkan Pernah Terluka atau


Tersengat Listrik pada saat Bekerja di PLN Rayon Limboto
Berdasarkan data primer yang diperoleh dari lapangan sebagai hasil
survey identivikasi masalah, maka didapatkan hasil distribusi pekerja layanan
teknisi berdasarkan pernah terluka atau tersengat listrik pada saat bekerja di
PLN Rayon Limboto sebagai berikut :
Tabel 5.15
Distribusi Pekerja Layanan Teknisi berdasarkan
Pernah Terluka atau Tersengat Listrik di PLN Rayon Limboto
Terluka atau tersengat listrik N %
pada saat Bekerja
Ya 4 33.3
Tidak 4 33.3
Kadang-kadang 4 33.3
Jumlah 12 100.0
Sumber: data primer PLN Rayon Limboto
Agustus 2018
Pada tabel 5.15 dapat dilihat dari 12 responden, 4 responden (33.3%) terluka
atau tersengat listrik pada saat bekerja, 4 responden (33.3%) hanya kadang-
kadang mengalami luka atau tersengat listrik pada saat bekerja dan 4
responden (33.3%) tidak mengalami luka atau tersengat listrik pada saat
bekerja. Biasanya kecelakaan kerja terjadi karena prosedur yang telah
ditetapkan tidak berjalan dengan baik seperti standar penggunaan alat
pelindung diri atau kurang kehati-hatian dari masing-masing para pekerja.
Sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerta atau tersengat listrik pada saat
bekerja.
Berdasarkan hasil dari kuisioner yang telah di sebarkan pada 12 responden
rata-rata para pekerja sudah mengetahui Standing Operation Procedure
(SOP) dari pembebasan jumper opstik kabel. Hal ini dikarenakan masa kerja
para pekerja yang sudah cukup lama ditambah lagi dengan pelatihan dan
pendidikan yang mereka dapatkan sebelum atau selama masa kerja mereka,
walaupun masih ada beberapa orang yang belum mendapatkan pelatihan dan
pendidikan tersebut.
Sanding operational procedure (SOP) dapat memberikan kemudahan
kepada setiap pekerja dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat
memberikan hasil pekerjaan yang bermutu dan berkualitas, disamping
terhidar dari kecelakaan kerja. Pemahaman, sikap serta kesadaran adalah hal
yang penting yang harus dimiliki oleh setiap pekerja dalam menerapkan dan
mematuhi SOP tersebut sehingga pekerja melakukan pekerjaannya dengan
baik dan benar. PT PLN Rayon Limboto merupakan salah satu Badan Milik
Usaha Negara) yang mengutamakan kualitas, kepuasan dan keselamatan
masyarakat. Keberhasilan penerapan SOP di perusahaan tidak lepas dari
sikap kepatuhan personal baik dari pihak karyawan maupun pihak
manajerial dalam melaksanakan peraturan dan kebijakan.
Setiap proses pekerjaan di unit sarana layanan teknisi banyak
menggunakan bahan-bahan yang dapat menimbulkan potensi bahaya kerja.
Jika para pekerja tidak melaksanaka pekerjaan sesuai dengan SOP yang
telah ditetapkan dengan baik maka akan timbul potensi bahaya kerja yg
dapat membahaykan pekerja itu sendiri.
Sanding operational procedure (SOP) memiliki peranan yang sangat
penting dalam sebuah perusahaan. Kerugian yang dapat disebabkan oleh
kecelakaan sangatlah besar sehingga semua pihak yang terlibat baik pekerja,
pimpinan perusahaan dan penentu kebijakan harus memahami dan
menerapkan program-program tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat. Maka
dengan demikian jumlah kecelakaan kerja dapat ditekan dan perusahaan
tidak mengalami suatu kerugian (Hariyono Widodo. 2016).
5.3 Keterbatasan Penelitian
1. Pekerja layanan teknis memiliki karyawan sebanyak 15 orang, namun
kuisioner hanya berhasil disebarkan pada 12 responden hal ini dikarenakan
pada layanan teknisi menggunakan shif kerja, sehingga tidak semua
karyawan dapat berkumpul dalam satu waktu dan ini merupakan salah satu
kendala penulis dalam menyebarkan kuisioner.
2. Beberapa responden mengisi kuisioner dengan melihat hasil dari kusioner
temannya sehingga dapat mempengaruhi keakuratan data.
3. Kurangnya data seperti profil dan kecelakaan kerja dari perusahaan sehingg
menyulitkan penyusun dalam mengangkat sebuah masalah.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Dari hasil pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Standing Operation Procedur merupakan suatu perangkat lunak pengatur,
yang mengatur tahapan suatu proses kerja atau prosedur kerja tertentu. Oleh
karena prosedur kerja yang dimaksud bersifat tetap, rutin dan tidak berubah-
ubah, prosedur kerja tersebut dibakukan menjadi dokumen tertulis yang
disebut dengan Stanadard Operating Procedure atau Standing Operation
Procedur (SOP). Dokumen tertulis ini selanjutnya dijadikan standar bagi
pelaksanaan prosedur kerja tertentu. Standing Operation Procedur pada
pekerjaan pembebasan jumper opstik kabel sudah meliputi semua hal yang
diperlukan yaitu mulai dari petugas yang terlibat, alat bantu, peralatan
K2/K3, dan langkah kerja.
2. Rata-rata para pekerja pada pekerjaan pembebasan jumper opstik kabel
sudah menggunakan alat pelindung diri (APD) dengan benar, hal ini
dikarenakan pekerjaan yang mereka lakukan dapat dikategorikan bahaya.
walaupun ada beberapa alat pelindung diri yang jarang dipakai bahkan tidak
dipakai seperti sarung tangan. Hal ini dikarenakan kebiasaan para pekerja
yang lebih suka bekerja tanpa menggunakan sarung tangan. berdasarkan
hasil survey yang di dapatkan rata-rata alasan para pekerja tidak
menggunakan sarung tangan karena tangan yang tertutupi dengan sarung
tangan mengakibatkan kelembaban yang cukup tinggi sehingga
menimbulkan ketidaknyamanan bagi pekerja yang memakainya.
3. Pada pekerjaan pembebasan jumper opstik kabel 8 dari 12 responden pernah
mengalami luka dan tersengat listrik.
6.2 Saran
1. Bagi perusahaan PLN Rayon yang bersangkutan agar dapat memberikan
layanan pemeriksaan kesehatan berkala pada tenaga layanan teknisi, untuk
mengetahui kondisi kesehatan para pekerja.
2. Bagi perusahaan PLN Rayon yang bersangkutan agar dapat menerapkan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja guna penunjang tingkat
produktivitas pekerja sehingga dapat membantu perusahaan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Bagi pekerja layanan teknisi agar dapat memakai alat pelindung diri dan
alat bantu yang benar pada saat bekerja
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/97272-ID-program-keselamatan-dan-
kesehatan-kerja.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/87693-ID-pengaruh-keselamatan-dan-
kesehatan-kerja.pdf

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=323917&val=5676&title=Im
plementasi%20Sistem%20Manajemen%20Keselamatan%20dan%20Kesehatan%2
0Kerja%20di%20PT%20PLN%20(Persero)%20Area%20Pengatur%20%20Distri
busi%20Jawa%20Tengah%20&%20D.I.Yogyakarta%20dalam%20Upaya%20Pen
ingkatan%20Mutu%20dan%20Produktivitas%20Kerja%20%20%20%20%20Kar
yawan

http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-
content/uploads/2012/05/L2F009076_MKP.pdf

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=459722&val=5795&title=A
NALISIS%20KESEHATAN%20DAN%20KESELAMATAN%20KERJA%20(K
3),%20EVALUASI%20KINERJA,%20DAN%20PEMBAGIAN%20KERJA%20
SERTA%20PENGARUHNYA%20TERHADAP%20PRESTASI%20KERJA%20
KARYAWAN%20(STUDI%20KASUS%20PADA%20PT.%20PLN%20(PERSE
RO)%20AREA%20MANADO)

https://eprints.uns.ac.id/34360/1/F3514039_pendahuluan.pdf
Djatmiko Dwi Riswan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja.2016. cet 1
yogyakarta. CV Budi Utama.
https://books.google.co.id/books?id=0uZjDwAAQBAJ&pg=PA79&dq=pengertia
n+kecelakaan+kerja&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwidlvPl5e3cAhXUQ30KHarkD
ycQ6AEIKDAA#v=onepage&q=pengertian%20kecelakaan%20kerja&f=true
Fajri N Rosa. 2018 perencanan, pekasanan penulisan laporan magang. sCV Budi
Utama. Yogyakarta https://books.google.co.id/books?isbn=6024752164

Firmanzah Afrizal dkk. 2017


https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/viewFile/17233/16490
http://eprints.uad.ac.id/5394/1/PENERAPAN%20STANDAR%20OPERASIONA
L%20PROSEDUR%20PERILAKU%20SELAMAT%20DAN%20KECELAKAA
N%20KERJA.pdf
http://eprints.dinus.ac.id/7932/2/abstrak_13404.pdf
https://e-dokumen.kemenag.go.id/files/BX32jRZz1284857253.pdf
https://batharawisnu.wordpress.com/2013/06/14/penertiban-pemakaian-tenaga-
listrik/
http://katamandor.com/wp-content/uploads/2018/02/Standar-Kompetensi-Tenaga-
Listrik.pdf
http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/peraturan-pemerintah-nomor-14-
tahun-2012-tentang-kegiatan-usaha-penyediaan-tenaga-listrik.pdf
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2012/bn730-2012lamp.pdf
http://bumn.go.id/pln/halaman/41/tentang-perusahaan.html
https://media.neliti.com/media/publications/32937-ID-analisis-manajemen-
keselamatan-dan-kesehatan-kerja-studi-evaluasi-penanggulangan.pdf
Budihardjo M. 2014. Panduan Praktis Menyusun SOP. Raih Asa Sukses.
Jakarta https://books.google.co.id/books?id=-
wzQBgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Sistem+operasional+prosedur&hl
=id&sa=X&ved=0ahUKEwjFjZLU_-
3cAhXWbisKHQU1AxAQ6AEIVDAJ#v=onepage&q=Sistem%20operasiona
l%20prosedur&f=true

Tarsial dan Darmiatun Suryatri. 2015. Prinsip-prinsip K3LH


(Keselamatan dan Kesehata Kerja dan Lingkungan Hdup). Malang:
Gunung Samudra
https://books.google.co.id/books?id=gaYqDwAAQBAJ&printsec=fro
ntcover&dq=keselamatan+dan+kesehatan+kerja+di+perusahaan&hl=i
d&sa=X&ved=0ahUKEwjI8frE_e3cAhVIcCsKHUlxCPoQ6AEIMzA
C#v=onepage&q=keselamatan%20dan%20kesehatan%20kerja%20di
%20perusahaan&f=true
Hariyono widodo. 2016. Standar operasional prosedur bidang K3 pada unit sarana
pt kereta apa Indonesia (persero darerah operasi 6 yogyakarta. Teknoin vol 22 no
7 540-550 https://media.neliti.com/media/publications/129917-ID-none.pdf

Вам также может понравиться