Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai makhluk ekonomi, manusia akan selalu berusaha untuk memenuhi


segala kebutuhan hidupnya. Keberadaan sebuah pusat perbelanjaan merupakan
merupakan salah satu sarana pemenuhan kebutuhan manusia sebagai makhluk
ekonomi. Bukan hanya kebutuhan primer, Pusat perbelanjaan juga menyediakan
kebutuhan sekunder bahkan kebutuhan tersier manusia. Maka dari itu, sangat tidak
mengherankan jika pembangunan pusat perbelanjaan di Indonesia semakin
menjamur.
Pusat perbelanjaan mempunyai peranan yang sangat penting pada roda
perekonomian di Indonesia. Hal ini disebabkan, hampir sebagian besar perputaran
rupiah terjadi di pusat perbelanjaan. Sadar akan hal ini, Indonesia sebagai Negara
berkembang terus memperlihatkan peningkatkan pembangunan pusat perbelanjaan
tiap tahunnya baik itu berupa pasar tradisional maupun modern. Hal ini dapat dilihat
dari keterangan yang disampaikan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag)
kepada Surat Kabar Harian Kompas (2014) bahwa jumlah pasar modern yang ada di
seluruh Indonesia mencapai 23.000 unit. Jumlah tersebut mengalami peningkatan
sebesar 14% dalam 3 tahun terakhir. Untuk pasar tradisional sendiri, Berdasarkan
data dari Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (2015)
jumlah pasar tradisional di Indonesia mencapai 13.450 pasar dengan jumlah
pedagang sekitar 12,6 juta orang di dalamnya. Dari dua data diatas dapat kita tarik
benang merah bahwa keberadaan pusat perbelanjaan sangat penting dalam
kehidupan perekonomian di Indonesia.
Pertumbuhan pusat perbelanjaan yang terus meningkat di Indonesia juga
berbanding lurus dengan pertumbuhan pusat perbelanjaan di Sulawesi Tenggara.
Pertumbuhan itu tampak sangat jelas di daerah perkotaan, terkhusus pada Kota

1
Kendari sebagai Ibu Kota Provinsi sekaligus sebagai pusat perekonomian Provinsi
Sulawesi Tenggara. Secara kuantitas, Kota Kendari mempunyai pusat perbelanjaan
yang lebih dari cukup untuk memenuhi permintaan penduduk terhadap kebutuhan
hidup sehari-hari. Pasar tradisional yang menjadi pemasok utama kebutuhan primer
tersebar merata di seluruh Kota Kendari.
Makin maraknya kegiatan perdagangan di Kota Kendari menimbulkan
beberapa kendala untuk Kota Kendari. Fasilitas perdagangan yang bermunculan
hanya pada pusat kota yang terletak di Kecamatan Mandonga dan Kecamatan Wua-
wua. Akibatnya pertumbuhan kota tidak merata pada seluruh kecamatan. Dan
kemacetan yang timbul pada pusat-pusat perbelanjaan akibat tidak ditunjang oleh
fasilitas yang memadai serta penyebaran penduduk yang tidak merata serta
dikarenakan tata ruang penjualan yang tidak teratur, banyaknya terjadi alih fungsi
dan campur baur . (Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kendari 2000-
2010, permasalahan dan potensi Kota Kendari).
Di sisi lain, dunia arsitektur terus mengalami perkembangan, salah satunya
dari segi material. Pemanfaatan barang bekas sedang menjadi tren di era modern
ini, karena berkurangnya berbagai sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui serta lamanya waktu yang dibutuhkan untuk proses penguraian
mengharuskan kita lebih kreatif memanfaatkan barang-barang bekas tersebut.
Berawal pada Tahun 2005 Shigeru Ban adalah seorang arsitek papan atas Jepang
mendesain kontainer kontainer bekas menjadi sebuah Museum yang sangat indah,
yang sekarang bernama Nomadic Museum. Bangunan tersebut cukup menarik
perhatian dunia, mengingat selama ini kontainer hanya identik dengan dunia
pengiriman ekspor impor saja. ketika kontainer sudah tidak layak pakai, maka akan
dibiarkan begitu saja tanpa ada perlakuan apapun. Namun ketika Nomadic Museum
terbangun dengan keunikannya, memakai kontainer sebagai material yang dominan,
Kontainer-kontainer bekas mulai dilirik oleh para arsitek sebagai bahan material
bangunan.

2
Di Kota Kendari sendiri, pemanfaatan kontainer sebagai material bangunan
tgerbilang masih sangat baru dan sedikit. Sebuah pusat perbelanjaan yang terbuat
dari kontainer akan terdengar sangat baru dan unik di telinga masyarakat Kota
Kendari. Dengan keunikan dan inovasi tersebut, pusat perbelanjaan yang akan
dibangun diharapkan mampu menarik minat masyarakat Kota Kendari untuk
berbelanja di tempat baru tersebut. Dengan demikian, titik keramaian baru akan
terbentuk, sehingga tingkat keramaian area Wua-wua akan berkurang, hingga
berujung pada berkurangnya tingkat kemacetan.
Pada umumnya, pembangunan sebuah pusat perbelanjaan pasti akan memakan
biaya, waktu, dan tenaga yang sangat banyak. Namun, akan lain halnya jika
pembangunannya menggunakan kontainer. Kontainer merupakan sebuah barang
fabrikasi yang sudah jadi, sehingga tidak memerlukan perlakuan yang banyak untuk
mengubahnya menjadi sebuah ruang. Dengan demikian, pembanguna pusat
perbelanjaan dengan memanfaatkan kontainer akan menghemat tenaga, waktu dan
biaya.
Dari beberapa pemaparan diatas, penulis menyimpulkan bahwa Kota Kendari
membutuhkan setidaknya satu unit/kawasan pusat perbelanjaan dengan
pemanfaatan kontainer bekas sehingga dalam pembangunan pusat perbelanjaan
diharapkan mampu menarik minat masyarakat Kota Kendari untuk berbelanja di
tempat baru tersebut. Dari seluruh pertimbangan diatas, maka judul “Perencanaan
Pusat Perbelanjaan dengan Pemanfaatan Kontainer Bekas di Kota Kendari”
dinilai sangat pantas digunakan sebagai bahan penelitian tugas akhir dalam rangka
meraih gelar Sarjana Arsitektur.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menentukan lokasi dan site yang tepat untuk merencanakan pusat
perbelanjaan?
2. Bagaimana menganalisa karakteristik peti kemas (container) yang dapat
diterapkan sebagai material utama dalam perencanaan pusat perbelanjaan.

3
C. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
a. Untuk mendapatka lokasi dan site yang tepat untuk perencanaa pusat
perbelanjaan di Kota Kendari.
b. Untuk endapatkan karakteristik peti kemas (container) yang dapat diterapkan
sebagai material utama dalam perencanaan pusat perbelanjaan.
2. Sasaran
Sasaran pembahasan yang akan dicapai, ditujukan pada masalah pengadaan
wadah pusat perbelanjaan dengan pemanfaatan kontainer bekas di Kota Kendari
yang sesuai dengan kriteria arsitekturnya dengan klasifikasi pelayanannya untuk
masyarakat golongan ekonomi menengah keatas dan bawah, sehingga dapat
melahirkan pola perencanaan yang memenuhi fungsi sebagai wadah komersial/
perbelanjaan yang bersuasana nyaman dan rekreatif.

D. Batasan dan Lingkup pembahaan

1. Pembahasan ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur yang berkaitan dengan pusat
perbelanjaan dengan pemanfaatan container bekas dan spesifikasi perencanaan.
2. Pembahasan diarahkan pada pembahasan arsitektural yang merupakan alternatif
rancangan perencanaan tapak, tata fisik perwadahan, ungkapan program ruang,
sistem struktur dan persyaratan ruang serta perlengakapan bangunan.

E. Metode Perancangan
1. Studi Literatur
Pengumpulan data dan pembelajaran dari sumber tertulis berupa buku, jurnal,
maupun internet sebagai landasan teori, standard dan studi kasus pada bangunan
dengan fungsi dan karakteristik yang serupa yang digunakan sebagai studi
banding.
2. Observasi Lapangan

4
Pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan langsung dan wawancara
yang berkaitan dengan pokok pembahasan, untuk mendapatkan gambaran dari
fasilitas dan aktivitas yang ada di dalam tempat kebugaran dan relaksasi di kota
kendari.
F. Sistematika Pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang penulisan mengenai permasalahan yang menyebabkan


perlu adanya pusat perbelanjaan dengan Pemanfaatan kontainer bekas di Kota
Kendari, permasalahan yang diangkat, tujuan, dan sasaran, lingkup pembahasan,
metode dan sistematika pembahasan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Pembahasan tinjauan pustaka Merupakan tinjauan umum mengenai pusat
perbelanjaan dengan pemanfaatan kontainer bekas di Kota Kendari dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya.

BAB III : TINJAUAN LOKASI PERENCANAAN


Pembahasan mengenai tinjauan lokasi yang berisi tentang gambaran umum
lokasi, potensi tata ruang kota kendari, ketersediaan pusat perbelanjaan dan
ketersediaan kontainer bekas di Kendari.

Вам также может понравиться