Вы находитесь на странице: 1из 23

LAPORAN PRE PLANNING TENTANG HIPERTENSI DI PUSKESMAS

PANTI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2018

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Keperawatan Komunitas


Keluarga

oleh

Fitania Mariezka Putrie, S.Kep NIM 112311101064


Listya Pratiwi, S.Kep NIM 122311101017
Kurnia Juliarthi, S.Kep NIM 132311101012
Sintya Ayu P., S.Kep NIM 132311101049
Yuke Dwi P.S ., S.Kep NIM 142311101024

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
BAB I. LATAR BELAKANG

1.1 Analisis Situasi


Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang
memberikan gejala berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak,
penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung.
Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada
di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia (Armilawaty, 2007).
Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi
kemungkinan besar juga akan bertambah (Yogiantoro, 2006). Diperkirakan sekitar
80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari
sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,115 milyar kasus
di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan
pertambahan penduduk saat ini (Armilawaty, 2007)
Menurut American Heart Association (AHA), Penduduk Amerika yang
berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5%
juta jiwa, namun hamper sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Pada
tahun 2013 secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita pnyakit
hipertensi. Di Indonesia 5 propinsi yang memiliki prosentase penderita hipertensi
tertinggi yaitu Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Jawa
Barat, dan Gorontalo. Berdasarkan data 2007 maupun 2013 penderita hipertensi
lebih tinggi terjadi pada perempuan disbanding laki-laki (Infodatin).
Sebab-sebab yang mendasari hipertensi esensial masih belum diketahui.
Namun sebagian besar disebabkan oleh ketidaknormalan tertentu pada arteri.
Yakni mereka memiliki resistensi yang semakin tinggi (kekakuan atau
kekurangan elastisitas) pada arteri-arteri yang kecil yang paling jauh dari jantung
(arteri periferal atau arterioles), hal ini seringkali berkaitan dengan faktor-faktor
genetik, obesitas, kurang olahraga, asupan garam berlebih, bertambahnya usia, dll
(Gardner, 2007).
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa pencegahan hipertensi di masyarakat khususnya pada lansia?
2. Apa penanganan hipertensi di masyarakat khususnya pada lansia?
BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Kegiatan pendidikan kesehatan ini bertujuan untuk memberi informasi
terkait pencegahan dan penanangan hipertensi di masyarakat khususnya
pada lansia di Puskesmas Panti Jember
2.1.2 Tujuan Khusus
1. Masyarakat mampu memahami tentang hipertensi
2. Masyarakat mampu memahami tentang pencegahan dan penanganan
hipertensi
2.2 Manfaat
2.2.1 Menambah pengetahuan kepada masyarakat tentang hipertensi
2.2.2 Menambah pengetahuan kepada masyarakat tentang pencegahan dan
penanganan hipertensi
BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

2.1 Dasar Pemikiran


Penuaan adalah proses biologis normal pada manusia meliputi perubahan
yang berangsur-angsur, mulai dari struktur fungsi, dan toleransi tubuh
terhadap stres lingkungan. Efektifitas berbagai fungsi fisiologik tubuh akan
mulai menurun pada usia 30an dan akan terlihat semakin jelas pada usia 55-
60 tahun. Semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin
menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit, hal tersebut
tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi,
dan kesehatan.
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik  140 mmHg dan tekanan darah
diastolik  90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi. Dengan
kata lain hipertensi didefinisikan sebagai suatu peningkatan tekanan darah
sistolik dan / atau diastolik yang tidak normal. Klien yang menderita
hipertensi bila tidak mendapatkan pengelolaan yang benar bisa menyebabkan
berbagai resiko yang berakibat fatal. Pada lansia menderita hipertensi, dirasa
perlu mendapatkan informasi yang berhubungan dengan hipertensi untuk
kepentingan perawatan bagi penderita
2.2 Kerangka Penyelesaian (buat bagan)

Lansia kurang pengetahuan mengenai hipertensi

Perubahan motivasi gaya hidup untuk pencegahan dan penanganan


hipertensi

Intervensi : pendidikan kesehatan hipertensi


BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Latihan berjalan merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar
atau menciptakan suatu kondisi bagi masyarakat khususnya lansia terkait
pencegahan dan penanganan hipertensi.

4.2 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran pada kegiatan pendidikan kesehatan ini yaitu masyarakat
khususnya lansia
4.3 Metode yang Digunakan
1. Jenis model pembelajaran : konstruktif
2. Landasan teori : diskusi
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengidentifikasi pilihan tindakan
c. Menetapkan tindak lanjut sasaran
=Sasaran

= Pemateri
DAFTAR PUSTAKA

Aru Sudoyo. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan IPD FKUI.
Bulecheck, et.al. 2008. Nursing Intervention Classification. USA: Mosby-Elsiever
Moorhead. 2008. Nursing Outcomes Classification. USA: Mosby-Elsiever
Nanda. 2012. Nursing diagnoses: definitions and classification 2012-2014.
Oxford:Wiley-Blackwell
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah 2.
(Ed 8). Jakarta: EGC.
Lampiran:
Lampiran 1 : Berita Acara
Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4 : Standar Operasional Prosedur (SOP) bila ada
Lampiran 5 : Materi

Jember, 13 November 2018

Pemateri
Lampiran 1: Berita Acara

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN


TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A 2018/2019

BERITA ACARA

Pada hari ini, ..... tanggal ........... jam ....... s/d ....... WIB pada masyarakat Di
Puskesmas Panti Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur telah dilaksanakan
Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang Pencegahan dan Penanganan Hipertensi
pada Lansia.

Jember, 13 November 2018


Pembimbing
Keperawatan Komunitas Keluarga

............................................
....................................................
Lampiran 2: Daftar Hadir

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN


TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A 2018/2019

DAFTAR HADIR

Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang Pencegahan dan Penanganan Hipertensi


pada Lansia pada: Hari ......., ........... jam ....... s/d ....... WIB Di Puskesmas Panti
Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur

NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Jember, 13 November 2018


Pembimbing
Keperawatan Komunitas Keluarga

............................................
....................................................
Lampiran 3: Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Pendidikan Kesehatan Tentang Pencegahan dan Penanganan


Hipertensi
Sasaran : Masyarakat khususnya Lansia
Waktu :
Hari/Tanggal : Selasa, 13 November 2018
Tempat : Puskesmas Panti Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur

1. Standar Kompetensi
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, sasaran akan dapat mengerti dan
memahami tentang pencegahan dan penanganan hipertensi pada lansia
2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi selama 30 menit
sasaran akan mampu
a. Memahami tentang pengertian hipertensi minimal 75 % dengan benar;
b. Memahami tentang pencegahan dan penanganan hipertensi minimal 75 %
dengan benar;
3. Pokok Bahasan: Pencegahan dan Penanganan Hipertensi
4. Sub pokok Bahasan
a. Pengertian hipertensi pada lansia
b. Pencegahan dan penanganan hipertensi pada lansia
5. Waktu: 20 menit
6. Bahan/Alat yang Diperlukan : Materi
7. Model Pembelajaran
a. Jenis model penyuluhan: demonstrasi
b. Landasan teori : diskusidan praktikum
c. Langkah pokok
a) Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b) Mengidentifikasi pilihan tindakan
c) Menetapkan tindak lanjut sasaran
8. Setting Tempat
Keterangan:
1. Pemateri

2. Peserta
9. Persiapan
Penyuluhan menyiapkan materi tentang pencegahan dan penanganan
hipertensi kemudian membuat media pembelajaran
10. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta
Pendahuluan 1. Salam pembuka Memperhatikan dan 5 menit
2. Memperkenalkan diri menjawab salam
3. Menjelaskan tujuan
umum dan tujuan
Memperhatikan
khusus Memperhatikan
Penyajian 1. Menjelaskan materi Memperhatikan
tentang:
a. Pengertian hipertensi
b. Tanda dan gejala
Memperhatikan
hipertensi
c. Pencegahan dan Memberikan
penanganan pertanyaan 10 menit
hipertensi Memperhatikan dan
2. Memberikan
kesempatan kepada
memberi tanggapan
audiens untuk Memperhatikan
bertanya
3. Menjawab Memberi pertanyaan
pertanyaan
4. Memberikan
kesempatan kepada
Memperhatikan dan
audiens untuk memberi tanggapan
menjelaskan kembali
materi yang sudah
disampaikan
Penutup 1. Menyimpulkan Memperhatikan 5 menit
materi yang telah
diberikan
2. Mengevaluasi hasil
Memberi saran
pendidikan
kesehatan Memberi komentar
3. Memberikan leaflet dan menjawab
tentang hipertensi pertanyaan bersama
4. Salam penutup

Memperhatikan dan
membalas salam

11. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur:
a) Materi yang akan disajikan terkait pencegahan dan penanganan
hipertensi
b) Tempat yang akan digunakan untuk melakukan pendidikan kesehatan
c) Persiapan mahasiswa telah dilakukan
d) Persiapan klien dan keluarga telah dilakukan
2. Evaluasi Proses:
a) Proses penyuluhan pencegahan dan penanganan pada klien mulai dari
awal hingga akhir asuhan sesuai dengan yang diharapkan
b) Klien dan keluarga kooperatif selama diberikan pendidikan kesehatan
pada lansia
c) Tujuan umum dan tujuan khusus akan tercapai setelah asuhan
keperawatan dilaksanakan
3. Evaluasi Hasil:
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan klien dan keluarga mampu:
a) Memahami tentang pengertian hipertensi
b) Memahami tentang pencegahan dan penanganan hipertensi
Lampiran 4: Standar Operasional Prosedur
-
Lampiran 5: Materi
HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2002). Hipertensi adalah tekanan
darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner
dan Suddarth, 2002). Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan
peningkatan tekanan sistolik lebih besar / sama dengan 160 mmHg dan atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasim, 2003).

2. Epidemiologi
Menurut American Heart Association (AHA), Penduduk Amerika yang
berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga
74,5% juta jiwa, namun hamper sekitar 90-95% kasus tidak diketahui
penyebabnya. Pada tahun 2013 secara nasional 25,8% penduduk Indonesia
menderita pnyakit hipertensi. Di Indonesia 5 propinsi yang memiliki
prosentase penderita hipertensi tertinggi yaitu Bangka Belitung, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur, Jawa Barat, dan Gorontalo. Berdasarkan data
2007 maupun 2013 penderita hipertensi lebih tinggi terjadi pada perempuan
disbanding laki-laki (Infodatin).

3. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut menurut Smeltzer (2002) dibedakan atas:
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan
rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,
Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “(JNC – VI,
1997) sebagai berikut :
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi
No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

Kalsifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan


menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain.

4. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-
laki lebih tinggi dari perempuan), dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak
dari kulit putih).

c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah:

1) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )


2) Kegemukan atau makan berlebihan
3) Stress
4) Merokok
5) Minum alkohol
6) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :

1) Ginjal
a) Glomerulonefritis
b) Pielonefritis
c) Nekrosis tubular akut
d) Tumor
2) Vascular
a) Aterosklerosis
b) Hiperplasia
c) Trombosis
d) Aneurisma
e) Emboli kolestrol
f) Vaskulitis
3) Kelainan endokrin
a) DM
b) Hipertiroidisme
c) Hipotiroidisme
4) Saraf
a) Stroke
b) Ensepalitis
5) Obat – obatan
a) Kontrasepsi oral
b) Kortikosteroid

5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2002).

6. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Menurut Aru (2006), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu:
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin/hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel–sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor–faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.

b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal


c. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)

d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi

f. Kolesterol dan trigliserid serum


Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)

g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi

h. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

j. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung

k. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati

i. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.

8. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a.Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
tanpa obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Menghentikan merokok
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu :
a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan.
c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam
zona latihan
d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
3) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi yaitu :
a) Teknik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
4) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.
5) Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan
hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And
Treatment Of High Blood Pressure, USA: 1988) menyimpulkan
bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang
ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a) Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor.
b) Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1. Dosis obat pertama dinaikkan
2. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3. Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,
vasodilator
c) Step 3: Alternatif yang bisa ditempuh
1. Obat ke-2 diganti
2. Ditambah obat ke-3 jenis lain
d) Step 4: Alternatif pemberian obatnya
1. Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2. Re-evaluasi dan konsultasi
6. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi
dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan
( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

Вам также может понравиться