Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Diajukan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar
Oleh :
Penurunan Nyeri Pemasangan Infus pada Anak Usia Sekolah Di Ruang IRD
bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan
berbahagia ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat, simpati serta terima kasih
1. Prof. Irawan Yusuf, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Program Studi
2. Prof. Dr. dr. Ilhamjaya Patellongi,M.Kes Selaku Ketua Program Studi Ilmu
dan arahan selama penyusunan ini dimulai dari proposal hingga hasil penelitian.
45
4. Ibu Suni Hariati,S.Kep,Ns,M.Kep selaku Dewan Penguji II yang telah
ini.
Semoga segala bentuk bantuan dari semua pihak bernilai ibadah dan
kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat
penulis harapkan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
45
KATA PENGANTAR
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga usulan proposal dengan judul
“Tingkat Nyeri pada Pemasangan Infus dengan Teknik Distraksi pada Anak Usia
Sekolah Di Ruang IRD RSUD H.A Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba”
17 Desember 2010.
Ucapan terima kasih yang tulus serta limpahan hormat penulis haturkan
kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, Suamiku Irvan Handy dan Fiqry anakku
waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada
Penulis.
1. Prof. Irawan Yusuf, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Program Studi
45
3. Ibu Suni Hariati,S.Kep,Ns,M.Kep selaku Dewan Penguji II yang akan
mahasiswa seperjuangan. Serta semua pihak yang terkait yang tidak bisa
disebutkan satu-persatu.
Penulis sadari bahwa usulan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu saran dan masukan dari dewan penguji I dan II guna perbaikan
proposal ini sangat kami harapkan. Serta dukungan, waktu dan bimbingan dari
45
ABSTRAK
Nur Awaliah Rasyid,”TINGKAT NYERI AKIBAT PEMASANGAN INFUS
DENGAN TEKNIK DISTRAKSI PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG DIRAWAT
RUANG IRD RSUD H.A SULTAN DAENG RAJA KABUPATEN BULUKUMBA”.
Dibimbing oleh Ibu Kadek Ayu Erika dan Ibu Tuti Seniwati. Jumlah
61 halaman + 3 tabel + 9 lampiran.
Latar belakang : Rumah sakit merupakan tempat dimana anak sering mengalami
prosedur medis yang menyakitkan seperti pemasangan infus sehingga menimbulkan
stress situasional,kecemasan dan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak. Untuk
mengurangi nyeri tersebut maka sebaiknya dilakukan tindakan non farmakologis seperti
teknik distraksi.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat nyeri yang
dirasakan oleh anak usia sekolah pada pemasangan infus setelah dilakukan teknik
distraksi.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain penelitian pra eksperimental dengan
rancangan post test only design dengan jumlah sampel 37 orang anak usia sekolah (6-12
tahun) yang dirawat di ruang IRD RSUD H.A Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba
dan menggunakan teknik sampling non-propability sampling yaitu consecutive sampling.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 37 subjek penelitian yang diberikan
teknik distraksi pada saat pemasangan infus ditemukan 19 orang (51,4 %) yang
mengalami nyeri ringan, 9 orang (24,3 %) yang mengalami nyeri sedang dan 9 orang
(24,3 %) yang mengalami nyeri berat.
Kesimpulan :Tingkat nyeri yang dirasakan anak usia sekolah pada saat pemasangan
infus setelah dilakukan teknik distraksi sebagian besar mengalami nyeri ringan. Teknik
distraksi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri akibat
pemasangan infus
Kata Kunci : Tingkat nyeri, Pemasangan infus, Teknik Distraksi, Anak usia sekolah.
Sumber Pustaka : 20 (1993-2010)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………….……………. i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………….………...…...ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………...…….....iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………iv
DAFTAR ISI.……………………………………………………………………vi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang………………………………………………...…....1
D. Alur Penelitian……………………………………………………..42
E. Defenisi Operasional……………………………………………….44
6
F. Instrumen Penelitian……………..…………………………………45
G. Pengolahan Data…………………………………………………..45
A. Hasil………………………………………………………………...47
B. Pembahasan…………………………………………………………51
C. Keterbatasan Penelitian……………………………………………..59
A. Kesimpulan………………………………………………………….60
B. Saran………………………………………………………………...60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
DAFTAR TABEL/DIAGRAM
2011………………………………………………………………49
kelamin dan pengalaman infus yang lalu di ruang IRD RSUD H.A
2011…............................................................................................50
2011………………………………………………………………51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat rekomendasi penelitian dari Balitbangda Kabupaten
Kabupaten Bulukumba
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kehidupan anak dimana akan menimbulkan stress pada anak karena menghadapi
lingkungan yang asing dan terjadi gangguan pada gaya hidup mereka. Stressor
Persepsi nyeri pada anak kompleks dan sering sulit untuk dinilai. Meskipun bayi
dan anak telah mengalami nyeri pada awal kehidupan, namun ada banyak faktor
yang mempengaruhi persepsi anak tentang nyeri seperti usia anak, tingkat
yang terkait. Pada anak usia sekolah biasanya mengkomunikasikan secara verbal
nyeri yang mereka alami berkaitan dengan letak, intensitas, dan deskripsinya.
medis yang menyakitkan dan tak terduga seperti pemasangan infus sehingga
pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak. Reaksi yang ditunjukkan juga
1
usia sekolah terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan ditunjukkan dengan
ekspresi, baik secara verbal maupun non verbal karena anak sudah mampu
Wong, 2008).
baik pada anak itu sendiri maupun petugas kesehatan.Selain itu hal ini dapat
membuat ketegangan pada petugas kesehatan dan orang tua yang bisa
Akan tetapi masih sedikit penelitian mengenai menangis yang disebabkan oleh
nyeri. Dalam penelitian lain tentang tindakan invasive yang menggunakan jarum
anak usia muda yang mengalami tindakan tersebut menunjukan menangis lebih
keras dari pada anak yang lebih tua (Yates et al, 1998)
2
mencoba berbagai intervensi untuk mengontrol intensitas nyeri. Dalam
farmakologik seperti teknik distraksi, teknik relaksasi dan teknik stimulasi kulit.
adekuat dalam mengontrol nyeri dan tidak ada efek samping. Hal ini dilakukan
sekolah teknik distraksi sangat efektif digunakan untuk mengalihkan nyeri, hal
nyeri pada anak, dan sering membuat pasien lebih banyak menahan nyeri. Selain
itu anak usia sekolah juga sudah dapat di ajak bekerja sama dan memiliki
2009)
3
dapat menurunkan intensitas nyeri pada pelaksanaan fungsi vena pada anak.
Dari 206 anak yang diteliti, ada 105 anak yang diberi intervensi dan 101 anak
yang menjadi kelompok kontol (tanpa intervensi). Dari penelitian ini didapatkan
bahwa tingkat nyeri yang dirasakan anak yang diberi intervensi lebih rendah
anak memiliki efektivitas yang lebih tinggi dalam menurunkan nyeri pada
anak-anak, terutama pada saat pemasangan infus ( Tufecki et al, 2009; A.Suci.E
adapula penelitian tentang respon nyeri yang dialami oleh anak pada saat
bahwa anak mampu mengungkapkan rasa nyeri yang dialaminya pada saat
pemasangan infus dan terdapat perbedaan respon nyeri yang ditampilkan anak
dimana untuk infant, balita dan anak usia sekolah menunjukkan bahwa anak
mengalami nyeri pada saat pemasangan infus sedangkan untuk anak remaja
tidak menunjukkan respon nyeri baik pada respon fisiologis maupun respon
perilaku. Namun pada penelitian ini tidak digambarkan tentang tingkatan nyeri
4
Data RSUD H.A Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba
menunjukkan bahwa dari 2368 anak yang di rawat tahun 2009, 867 anak (36,6
%) adalah anak dengan usia 6-12 tahun. Sedangkan anak usia sekolah (6-12
tahun) yang dirawat dari bulan Januari sampai September 2010 sebanyak 868
anak (37,7 %) dari 2301 anak yang di rawat. Hal ini menunjukkan
peningkatan jumlah anak usia sekolah yang di rawat pada periode yang sama
sebanyak 216 anak (33,1 %). Dari seluruh anak yang dirawat, 100 % anak
ruang IRD serta seorang anak yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD H.A
sedangkan anak mengatakan dia merasa sangat nyeri saat dilakukan tindakan
pemasangan infus.
infus dengan teknik distraksi pada anak usia sekolah yang dirawat di
Ruang IRD Rumah Sakit Umum daerah H.A Sultan dg Raja Kabupaten
Bulukumba”
B. Rumusan Masalah
prosedur medis yang menyakitkan dan tak terduga seperti pemasangan infus
5
sehingga menimbulkan stress situasional dan kecemasan yang mengarahkan
pada pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak. Reaksi yang ditunjukkan
Namun sebaiknya perlu pula diketahui tingkat nyeri yang dirasakan anak pada
teknik distraksi pada anak usia sekolah yang dirawat di Ruang IRD H.A
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat nyeri yang dirasakan anak usia sekolah pada
b. Tujuan Khusus
6
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Pendidikan
pada anak.
3. Bagi Penelitian
Sebagai data untuk penelitian lebih lanjut dalam kaitannya dengan proses
4. Bagi Peneliti
pengetahuan tentang tinkat nyeri yang dirasakan anak usia sekolah pada
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi Nyeri
bahwa nyeri adalah kejadian fisik, yang tentu saja untuk penatalaksanaan
Nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut yaitu nyeri yang biasanya
berlangsung singkat (waktu atau durasinya dari 1 detik sampai kurang dari
6 bulan) dan nyeri kronik yaitu nyeri yang berkembang lebih lambat dan
terjadi dalam waktu yang lebih lama sehingga terkadang pasien sulit untuk
dibedakan menjadi nyeri somatogenik yaitu nyeri secara fisik dan nyeri
dari stimulasi fisik dan mental atau stimuli emosional. Oleh karena itu
menitikberatkan pada faktor fisik semata tapi juga faktor mental dan
8
Pokok penting yang harus diingat adalah , apa yang “dikatakan”
tentang nyeri adalah tidak pada pernyataan verbal. Beberapa pasien tidak
dapat atau tidak akan melaporkan secara verbal bahwa mereka mengalami
verbal yang dapat terjadi bersamaan dengan nyeri (Brunner & Suddarth,
2002).
2. Fisiologi Nyeri
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat
yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosiseptor. Secara
anatomis, nosiseptor ada yang bermielin dan ada juga yang tidak bermielin
beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit dan subkutan (kutaneus), somatik
dalam (deep somatic), dan pada daerah visceral. Karena letaknya berbeda-
beda maka nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.Nyeri
a. Serabut A delta
m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat hilang
99
b. Serabut C
m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat
yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, saraf, otot, dan jaringan
inflamasi ( Tamsuri,2007).
dapat timbul, namun teori gate control yang dianggap paling relevan
(Tamsuri,2007).
Teori gate control dari Melzack & Wall (1978) mengusulkan bahwa
disepanjang sistem saraf pusat. Teori ini menyatakan bahwa impuls nyeri
101
0
dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan
apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta-A dan serabut C,
sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat
kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf
11
1. Respon Fisik
e. Diaporesis
g. Dilatasi pupil
a. Muka pucat
b. Kelelahan otot
f. Kelelahan.
12
2. Respon Psikologis
antara lain :
c. Penyakit baru
f. Peningkatan ketidakmampuan
g. Kehilangan mobilitas
h. Menjadi tua
i. Sembuh
Tantangan
budaya.
13
3. Respon Perilaku
a. Fase antisipasi
b. Fase sensasi
kecil dan sudah berupaya mencegah nyeri sebelum nyeri itu datang.
14
Keberadaan enkafalin dan endorphin membantu
15
membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa
1. Budaya
bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan
2. Perhatian
seberapa berat nyeri ini dapat terjadi. Sebaliknya, individu yang tidak
pernah mengalami nyeri hebat tidak mempunyai rasa takut terhadap nyeri
16
banyaknya kejadian nyeri selama rentang kehidupan.bagi beberapa orang,
Suddarth,2002).
mereka menganggap nyeri adalah hal yang harus dijalani dan mereka
nyeri, tetapi ada pula riset yang tidak memperlihatkan suatu hubungan
yang konsisten antara ansietas dan nyeri. Namun, ansietas yang relevan
6. Efek plasebo
atau tindakan tersebut akan memberikan hasil bukan karena tindakan atau
17
atau tindakan saja sudah memberikan efek positif. Individu yang
c. Mudah dinilai
nyeri individu.
(lakukan sesuatu) karena nyerinya adalah apa yang ia rasakan meskipun iia
yakni :
18
a. Kulit – menjadi pucat, dingin dan lembab saat nyeri hebat dan lama.
intensitas.
h. Distres gastric – bisa terjadi mual, dengan atau tanpa muntah; anorexia
bergerak saat disuruh atau perlu; mungkin tidak pernah istirahat dan tidak
dapat tidur.
19
ditampilkannya secara vertikal. Garis ini digerakkan oleh gambaran
intensitas nyeri, misalnya: “no hurt”, sampai “worst hurt”. Baik skala
tetapi VAS yang vertical lebih sensitive menghasilkan score yang lebih
besar dan lebih mudah digunakan dari pada skala horizontal. VAS ini
atau 0-100 dan anak diminta untuk menunjukkan rasa nyeri yang
dirasakannya. Skala Numerik ini dapat digunakan pada anak yang lebih
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak sangat
Nyeri nyeri
20
Dari skala diatas, tingkatan nyeri yang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
(b) Skala 2-4 : nyeri ringan, dimana klien belum mengeluh nyeri, atau
(c) Skala 5-6 : nyeri sedang, dimana klien mulai merintih dan mengeluh,
(d) Skala 7-9 : termasuk nyeri berat, klien mungkin mengeluh sakit sekali
(e) Skala 10 : termasuk nyeri yang sangat, pada tingkat ini klien tidak
skala wajah yang bertingkat dari wajah yang tersenyum untuk “no pain”
sampai wajah yang berlinang air mata. Penjelasan Faces Rating Sacle
yaitu:
21
Kelebihan dari skala wajah ini yaitu anak dapat menunjukkan sendiri rasa
nyeri yang baru dialaminya sesuai dengan gambar yang telah ada dan
0 1 2 3 4 5
5. Manajemen Nyeri
tujuan pasien secara individu. Semua intervensi akan sangat berhasil bila
Suddarth,2002)
a. Intervensi Farmakologis
22
Menangani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi
kesehatan.
b. Intervensi Nonfarmakologis
atau menit. Dalam hal ini, pada saat nyeri hebat berlangsung selama
menghilangkan nyeri.
23
Brunner & Suddarth (2002) mengemukakan bahwa adapun
4) Teknik distraksi
24
visual, distraksi pendengaran, distraksi pernapasan, distraksi
5) Teknik relaksasi
6) Imajinasi terbimbing
terhadap nyeri.
7) Hipnotis
B. Teknik Distraksi
impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien),. Stimulus
25
endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi
1) Distraksi visual
2) Distraksi pendengaran
serta gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai
dan musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada
lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh
(Tamsuri, 2007).
Musik klasik salah satunya adalah musik Mozart. Dari sekian banyak
Penelitian itu di antaranya dilakukan oleh Dr. Alfred Tomatis dan Don
26
Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi
kreatif dan motivatif di otak. Yang tak kalah penting adalah kemurnian
dan kesederhaan musik Mozart itu sendiri. Namun, tidak berarti karya
3) Distraksi pernafasan
satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada
pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan lakukan massase pada
Bagi anak usia sekolah, dengan meminta mereka menahan napas sewaktu
27
“meniup keluar nyeri” telah didiskusikan sebagai alat distraksi yang efektif
4) Distraksi intelektual
menulis cerita.
5) Tehnik pernafasan
6) Imajinasi terbimbing
penyembuhan nyeri.
28
Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipnadnag sebagai
individu yang unik, yang punya potensi untuk tumbuh dan berkembang. Anak
usia sekolah, umur 6-12 tahun adalah suatu usia paliing sejahtera dari kehidupan,
2004)
1. Perkembangan fisik
pertumbuhan berbeda pada setiap anak. Rata-rata tinggi berat badan yang
lebih bervariasi, meningkat 2-3,5 kg per tahun. Anak laki-laki sedikit lebih
tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan selama tahun pertama
yang cepat. Anak perempuan yang lebih dulu mengalami pubertas mulai
melampaui berat badan dan tinggi badan anak laki-laki. Perbahan ini
terjadi pada anak perempuan berusia 9 tahun tetapi biasanya tidak terjadi
pada anak laki-laki sebelum 12 tahun (Edelman dan Mandle dikutip dalam
lipat membuat anak lebih lentur. Banyak anak berlatih keterampilan motorik
29
tubuh, melempar dan menangkap selama bermain, menyebabkan
2. Perkembangan kognitif
dapat menggali objek atau situasi lebih banyak untuk memecahkan masalah.
3. Perkembangan psikososial
sama seperti orang dewasa. Terjadinya perubahan fisik, emosi dan social
luas dengan teman, umpan balik berupa kritik dan evaluasi dari teman atau
30
lingkungannya, mencerminkan penerimaan dari kelompok akan membantu
Perasaan tidak adekuat dan rasa rendah diri akan berkembang apabila
anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkuungannya dan anak tidak berhasil
memenuhinya. Selain itu, harga diri yang kurang akan menjadi dasar yang
(reinforcement) dari orang tua dan orang dewasa lainnya terhadap prestasi
4. Perkembangan psikoseksual
sampai 12 tahun berada pada fase laten yaitu fase ketika anak
maupun sosialnya. Pada awal fase laten, anak perempuan lebih menyukai
teman dengan jenis kelamin yang sama demikian pula dengan anak laki-
reproduksi. Dalam hal ini orang tua harus bijaksana dalam merespons,
maturitas anak.
5. Perkembangan komunikasi
31
sederhana yang spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan
pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan
pada aspek fungsional dan procedural dari objek tertentu sangat tinggi
maka jelaskan arti fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu
yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab
6. Perkembangan moral
bukan hanya perintah dari yang memiliki otoritas. Pada anak masa
mengevaluasi aturan untuk diterapkan pada situasi yang ada. Anak usia
mereka sendiri dan orang lain. Kemampuan untuk fleksibel saat menerapkan
32
pengalaman dan signifikansi yang mereka tempatkan pada pengalaman
akibat trauma, kehilangan fungsi dan arti dari kematian. Perhatian utama
bagaimana cara mengatasinya agar tidak sakit dan rasa sakit yang timbul
33
fisik secara rutin, namun perhatian terhadap privacy menjadi lebih penting.
Pada usia 9 atau 10 tahun, sebagian besar anak menunjukkan ketakutan yang
terhadap perlukaan atau rasa nyeri ditunjukkan dengan ekspresi yang baik
D. Pemasangan Infus
1. Pengertian
(Weinstein,2001)
2. Tujuan
Terapi intravena diberikan pada bayi dan anak dengan alasan sebagai berikut
a. Penggantian cairan
b. Pemeliharaan cairan
34
3. Pemilihan Vena
Pada umumnya, vena yang harus digunakan padaa terapi IV adalah vena-
vena distal pada tangan dan lengan seperti vena basilica, vena sefalika dan
digunakan adalah vena yang belum digunakan dan lurus. Adapun pedoman
d. Pilih vena yang cukup besar untuk memungkinkan aliran darah yang
sehari-hari
direncanakan.
Pertimbangan pediatrik :
paling besar
35
- Tempat penusukan pada kaki, kulit kepala dan antekubiti adalah yang
paling umum digunakan pada kelompok umur bayi sampai pada anak
4. Peralatan
d. Tourniquet
e. Tourniquet
g. Papan tangan
h. Kasa 2x2 dan salep pavidon iodine; atau, untuk balutan transparan,
36
l. Tiang infuse
5. Pelaksanaan
a. Cuci tangan
37
n. Pilih vena berdilatasi baik, bersihkan tempat insersi dengan gerakan
q. Tahan kateter dengan satu tangan, lepaskan torniket dan lepaskan stilet
mempertahankan aliran IV
u. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta ukuran jrum pada
balutan
38
w. Catat pada catatan perawat jenis larutan, letak insersi, kecepatan aliran,
ukuran dan tipe kateter atau jarum, kapan infuse dimulai dan
1999).
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Pemasangan infus
dengan teknik Tingkat nyeri
distraksi pada anak
usia sekolah
39
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
eksperimentl design : post test only design yaitu penelitian yang dilakukan
berupa teknik distraksi pada saat pemasangan infus. Setelah itu di ukur tingkat
nyeri yang dirasakan oleh anak dengan menggunakan skala nyeri “wajah”.
1. Tempat
Bulukumba.
2. Waktu
1. Populasi
40
Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah (6-12 tahun) yang
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah (6-12 tahun) yang
dirawat di ruang IRD RSUD H.A Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba
N
n =
N (d)2 + 1
Keterangan:
N : Jumlah populasi
59 59
n = = = 37,10 = 37 orang
59 (0,1)2 + 1 1,59
41
Sampel yang digunakan adalah semua anak usia sekolah (6-12
tahun) yang dirawat di ruang IRD RSUD H.A Sultan Daeng Raja
a. Kriteria Inklusi
infus
b. Kriteria Eksklusi
infus segera
D. Alur Penelitian
42
Izin pengambilan data awal
Penelitian
Pemasangan infus
43
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
E. DEFENISI OPERASIONAL
Teknik distraksi pernapasan yang dilakukan oleh anak usia sekolah (6-
infus.
2. Tingkat nyeri
distraksi pada saat pemasangan infus, yang di ukur dengan skala peringkat
dari wajah tersenyum untuk “tidak ada nyeri” sampai wajah yang
menangis untuk “nyeri yang paling berat” (Wong & Baker, 1998 & 2000
Kriteria Objektif :
44
Nyeri sedang : Bila anak menunjukkan/mengungkapkan nyeri
F. Instrumen Penelitian
skala nyeri dengan skala peringkat nyeri “wajah” dari Wong & Baker (1998 &
2000) dan lembar observasi yang berisi catatan tentang intensitas nyeri yang
dirasakan anak setelah dilakukan teknik distraksi pada saat pemasangan infus
G. Pengolahan Data
1. Editing
2. Koding
45
Memudahkan pengolahan data semua jawaban atau data yang
setiap jawaban.
3. Tabulasi
4. Analisa Data
Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Analisa univariat
H. Etika Penelitian
1. Informed Consent
diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan
manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan
2. Anonimity
46
Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi pada
kerahasiaan.
3. Confidentiality
47
48
BAB V
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini dikemukakan hasil dan pembahasan tentang tingkat nyeri
pada pemasangan infus dengan teknik distraksi pada anak usia sekolah di Ruang
dilakukan sesuai dengan rencana yaitu selama 3 minggu mulai tanggal 10-31
januari 2011 di ruang IRD RSUD H.A Sultan Daeng Raja Kabupaten
akan disajikan dalam bentuk tabel meliputi data umum dan khusus. Yang
termasuk data umum adalah data demografi yang meliputi umur, jenis
sedangkan yang termasuk data khusus adalah data tentang tingkat nyeri pada
pemasangan infus dengan teknik distraksi. Data yang diperoleh dari peneliti
47
49
Tabel 5.1
Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik Demografi di Ruang IRD RSUD H.A
Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba Tahun 2011
Umur
6 7 18,9
7 9 24,2
8 3 8,1
9 2 5,4
10 8 21,6
11 7 18,9
12 1 2,7
Jenis Kelamin
Laki-laki 24 64,9
Perempuan 13 35,1
Pendidikan
TK 8 21,6
SD 29 78,4
Suku
Bugis 29 78,4
Makassar 8 21,6
Pengalaman Infus Yang Lalu
Pernah diinfus 16 43,2
Belum pernah diinfus 21 56,8
Jumlah 37 100
Sumber : Data Primer, Januari 2011
3 responden (8,1 %), umur 9 tahun sebanyak 2 responden (5,4 %) dan umur
pendidikan, terlihat bahwa pasien anak usia sekolah yang dirawat, dari 37
47
50
berpendidikan SD sedangkan 8 responden (21,6 %) berpendidikan TK.
Tabel 5.2
Distribusi Responden berdasarkanTingkat Nyeri Post Test
di Ruang IRD RSUD H.A Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba Tahun 2011
yang lalu.
Tabel 5.3
Tabulasi Silang Tingkat Nyeri pada Pemasangan Infus setelah dilakukan Teknik
Distraksi berdasarkan Kelompok Umur, Jenis Kelamin dan Pengalaman Infus
49
yang lalu di Ruang IRD RSUD H.A Sultan Daeng Raja Kabupaten Bulukumba
Tahun 2011
Pengalaman
Infus yang
lalu
Pernah di infus 5 31,2 4 25 7 43,8 16 100
Belum pernah 14 66,7 5 23,8 2 9,5 21 100
di infuse
yang yang mengalami nyeri ringan pada saat pemasangan infus setelah
lebih banyak pada umur 6 tahun yaitu 5 responden (71,4 5%). Tabel diatas
nyeri ringan setelah diberikan teknik distraksi pada saat pemasangan infus
50
sedang lebih banyak pada anak dengan jenis kelamin perempuan yaitu
banyak pada anak laki-laki yaitu sebanyak 6 responden (25 %). Sedangkan
untuk pengalaman infus yang lalu terlihat bahwa yang mengalamai nyeri
responden (66,7 %) dan yang mengalami nyeri berat adalah anak dengan
B. Pembahasan
51
sinergistik. Proses diterimanya rangsangan oleh nosiseptor hingga
sangat rumit, melibatkan banyak substrat dan reseptor. Pada tingkat ini bahkan
impuls saraf yang melalui akson. Pada neuron yang tidak bermielin impuls saraf
atau potensial aksi menjalar sebagai gelombang yang tidak terputus. Sedangkan
pada akson yang bermielin impuls akan menjalar dengan potensial aksi hanya
pada daerah yang tidak bermielin atau nodus ranvier, sehingga penjalaran akan
berlangsung lebih cepat. Hal ini disebut sebagai penghantaran saltatori. Proses
pertama yaitu dari perifer menuju medulla spinalis. Impuls yang terjadi di
nosiseptor akan menjalar melalui akson dari serabut aferen primer menuju kornu
dorsalis di medula spinalis. Tetapi tidak semua proses yang terjadi di sini
yang akan mengikat reseptor pada serabut aferen primer dan serabut saraf di
kornu dorsalis yang akan mencegah transmisi dengan mekanisme pre- dan
post-sinaps. Selain itu ada pula input inhibisi yang berasal dari otak, yang
52
diteruskan ke sistim yang lebih tinggi pada akhirnya akan diterjemahkan
usia sekolah hal ini bisa menimbulkan stress situasional dan kecemasan yang
mengurangi rasa nyeri tersebut. Teori gate control dari Melzack & Wall
(1978) mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh
bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls
control desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C
masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A maka akan menutup
53
akan menstimuli mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan berasal dari
serabut delta-A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan
otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri.
Alur saraf desenden melepaskan opiate endogen, seperti endorphin dan dinorfin,
suatu pembunuh alami nyeri dari dalam tubuh. Neuromodulator ini menutup
endorfin ( Potter,2005 ).
sebanyak 19 orang anak. Dari 19 anak usia sekolah tersebut, umur 10 tahun
dan 11 tahun lebih banyak yang mengalami nyeri ringan (wajah 1 dan 2). Hal
ini disebabkan karena anak pada umur tersebut lebih kooperatif daripada anak
yang umurnya lebih muda. Selain itu mereka lebih mudah untuk diajarkan
54
pemasangan infus maka akan memindahkan perhatian mereka pada
Pada penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa masih ada 9 orang anak
yang mengalami nyeri berat pada saat pemasangan infus meskipun telah
dilakukan teknik distraksi pada anak. Rata-rata yang mengalami nyeri berat ini
adalah anak-anak dengan umur 6 dan 7 tahun. Hal ini disebabkan karena anak
pada umur tersebut lebih takut terhadap keberadaan mereka di rumah sakit dan
petugas sehingga mereka agak sulit untuk di bujuk dan di ajak kerja sama. Butuh
waktu yang agak lama untuk membujuk anak dan menjelaskan tindakan yang
melakukan teknik distraksi pada saat pemasangan infus sehingga anak kurang
Meskipun masih ada seorang anak dengan umur 10 tahun yang mengalami nyeri
berat pada saat pemasangan infus setelah diberikan teknik distraksi. Hal ini
dan pernah mengalami tindakan pemasangan infus dan pada saat itu tidak ada
tindakan dari petugas untuk mengurangi nyeri yang dirasakan sehingga anak
tersebut tahu bahwa pemasangan infus akan menimbulkan nyeri. Hal inilah
yang membuat anak tersebut menjadi ketakutan dan merasa trauma sehingga
meskipun telah diajarkan teknik distraksi anak tetap menangis pada saat
menyatakan pada anak dengan usia 9 atau 10 tahun, sebagian besar anak
55
menunjukkan ketakutan yang lebih sedikit atau resistensi yang lebih terbuka
terhadap nyeri dibandingkan dengan anak yang lebih kecil. Secara umum
mengatupkan gigi. Selain itu mereka merasa malu jika harus menunjukkan
sebelum timbul nyeri atau segera setelah nyeri timbul. Distraksi dapat
distraksi yang efektif. Namun keefektifan teknik distraksi ini juga tergantung
selain nyeri. Selain itu peredaan nyeri secara umum dapat meningkat dalam
diberikan teknik distraksi pada saat pemasangan infus yang mengalami nyeri
ringan lebih banyak pada anak yang belum pernah dipasangi infus sebelumnya
56
lebih banyak pada anak yang pernah dipasangi infus sebelumnya yaitu sebanyak
7 responden (43,8 %). Hal ini disebabkan karena anak dengan pengalaman
pemasangan infus menimbulkan nyeri. Selain itu pada saat pemasangan infus
kooperatif pada saat diajarkan teknik distraksi. Berbeda dengan anak yang
dirasakan akibat pemasangan infus sehingga pada saat diajarkan teknik distraksi
yang dialami, makin takut individu tersebut terhada peristiwa yang menyakitkan
yang akan diakibatkan. Terlebih lagi jika individu tersebut tidak mendapatkan
peredaan nyeri yang adekuat dimasa lalu. Sekali individu mengalami nyeri
berat, individu tersebut mengetahui seberapa berat nyeri yang akan terjadi.
Sedangkan individu yang tidak pernah mengalami nyeri hebat tidak mempunyai
rasa takut terhadap nyeri itu. Efek yang tidak diinginkan yang diakibatkan dari
terhadap pengalaman masa lalu pasien tentang nyeri. Jika nyerinya teratasi
57
mungkin lebih sedikit memiliki ketakutan terhadap nyeri dimasa mendatang
Dari hasil penelitian diatas juga didapatkan bahwa anak dengan jenis
kelamin laki-laki lebih banyak yang mengalami nyeri ringan setelah diberi
teknik distraksi pada saat pemasangan infus dari pada perempuan. Hal ini
dengan anak perempuan yang karakternya lebih cengeng dibanding dengan anak
mengalami nyeri ringan dan nyeri sedang. Hal ini disebabkan karena anak- anak
ini lebih kooperatif pada saat pemasangan infus dan pada saat diajarkan teknik
distraksi. Selain itu anak-anak ini juga mendapat dukungan yang aktif dari
keluarganya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Hart and Bossert (1994)
Umumnya anak takut akan perlukaan dan nyeri. Anak dengan penyakit kronik
sebaliknya anak dengan penyakit akut mungkin lebih menunjukkan respon fisik.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Tufecki & Cheng (2007), dari 2 kelompok
58
dengan anak perempuan. Dikatakan bahwa budaya di Turki juga mempengaruhi
persepsi anak terhadap nyeri berdasarkan jenis kelaminnya dimana anak laki-
C. Keterbatasan Penelitian
teknik distraksi terhadap tingkat nyeri yang dirasakan anak pada saat
tingkat nyeri pada pemasangan infus dengan teknik distraksi tanpa melihat
pengaruhnya.
BAB V
A. Kesimpulan
59
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Ruang IRD RSUD H.A
1. Tingkat nyeri yang dirasakan oleh anak usia sekolah pada saat
2. Teknik distraksi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
3. Nyeri ringan ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dengan usia yang
lebih tua yaitu 10 dan 11 tahun dan pada jenis kelamin laki-laki.
4. Nyeri berat lebih banyak dirasakan oleh anak dengan umur yang lebih
muda yaitu pada umur 6 dan 7 tahun dan lebih banyak dirasakan oleh anak
perempuan. Selain itu sebagian besar anak pada usia ini pernah mengalami
mengurangi nyeri.
B. Saran
60
pada anak usia sekolah sehingga mampu meminimalisasi hospitalisasi dan
trauma pada anak terhadap rumah sakit dan tindakan pengobatan lainnya.
61
Lampiran 2
Kepada Yth.
Di
tentang “Tingkat nyeri pada pemasangan infus dengan teknik distraksi pada anak
usia sekolah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat nyeri pada
massase pada anak yang akan dipasangi infus dengan meminta anak menarik
napas melalui hidung sambil memejamkan mata dan menghitung satu sampai lima
itu melihat respon nyeri pada anak sesuai intensitas nyeri yang dirasakan setelah
disimpan secara terpisah dalam arsip khusus. Hasil penelitian ini akan dilaporkan
Tidak ada resiko untuk anda jika anda berperan serta dalam penelitian ini.
Dengan teknik distraksi ini diharapkan rasa nyeri yang anak anda rasakan dapat
berkurang. Hasil penelitian ini akan membantu rencana asuhan para perawat
dalam menurunkan nyeri pada anak yang akan dipasangi infus. Anda bebas untuk
menolak untuk berperan serta dalam penelitian ini, menolak berperan dalam
penelitian ini tidak akan mempengaruhi hubungan dengan rumah sakit khususnya
asuhan keperawatan yang anda akan terima. Peran serta dalam penelitian ini tidak
akan meminta biaya anda dan anda juga tidak akan dibayar untuk keterlibatan
Bulukumba, 2010
Peneliti
Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia menjadi responden dalam
dengan Teknik Distraksi pada Anak Usia Sekolah di Ruang IRD RSUD H.A
dalam rangka penyyusunan skripsi bagi peneliti dan tidak merugikan saya serta
Dengan demikian, secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun,
Bulukumba, 2010
( ………………………)
Lampiran 6
Frequencies
umur responden
suku responden
pendidikan responden
Frequency
Percent Valid Percent Cumulative Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
7 Count 3 3 3 9
8 Count 0 2 1 3
9 Count 0 1 1 2
10 Count 1 6 1 8
11 Count 0 6 1 7
12 Count 0 0 1 1
Total Count 9 19 9 37
perempuan Count 3 3 7 13
% within jns kelamin
23.1% 23.1% 53.8% 100.0%
responden
Total Count 9 19 9 37
% within jns kelamin
24.3% 51.4% 24.3% 100.0%
responden
Lampiran 8
Hasil Uji Statistik (Distribusi Frekuensi)
umur responden
suku responden
pendidikan responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
7 Count 3 3 3 9
8 Count 0 2 1 3
9 Count 0 1 1 2
10 Count 1 6 1 8
11 Count 0 6 1 7
12 Count 0 0 1 1
Total Count 9 19 9 37
perempuan Count 3 3 7 13
% within jns
kelamin 23.1% 23.1% 53.8% 100.0%
responden
Total Count 9 19 9 37
% within jns
kelamin 24.3% 51.4% 24.3% 100.0%
responden
% within
pengalaman 43.8% 31.2% 25.0% 100.0%
masa lalu
% within
pengalaman 9.5% 66.7% 23.8% 100.0%
masa lalu
Total Count 9 19 9 37
% within
pengalaman 24.3% 51.4% 24.3% 100.0%
masa lalu
Lampiran 4
(Distraksi Pernapasan)
2. Setelah itu minta anak untuk memandang fokus pada satu objek atau
memejamkan mata
satu sampai lima dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara
perlahan dengan menghitung satu sampai lima (dalam hati). Perawat juga ikut
terbentuk pernapasan yang teratur dan pada hitungan ketiga maka dilakukan
Lampiran 5
Terdiri atas enam skala wajah kartun yang direntang dari wajah yang tersenyum
untuk “ tidak ada nyeri “ sampai wajah yang menangis untuk “ Nyeri yang paling berat
Instruksi :
1. Jelaskan pada anak bahwa setiap wajah adalah seseorang yang merasa
bahagia karena tidak mengalami nyeri (sakit) atau sedih karena mengalami
3. Catat nomor wajah mana yang ditunjuk atau yang sesuai dengan wajah anak
0 1 2 3 4 5
Instruksi Singkat :
(Tunjuk pada wajah) seberapa hebat nyeri yang kamu alami sekarang? Bila anak
Nampak bingung atau tidak berespon, tunjukkan WAJAH 1 dan katakan “ wajah ini
tidak ada nyeri”. Pindahkan jari anda pada WAJAH 5 dan katakana “ wajah ini
sangat nyeri sebanyak yang kamu bisa bayangkan, meskipun kamu tidak harus
menangis untuk merasakan nyeri ini”. Bila tidak dapat memilih wajah, gunakan
instruksi asli.
Daftar Pustaka
Asmadi (2008), Teknik Prosedural Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien ,
Salemba Medika, Jakarta
Brunner & Suddarth (2002), Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah , Edisi 8 , EGC,
Jakarta
Dahlan, M.S (2009), Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan , Seri Evidance
Based Medicine 1, Edisi 4, Salemba Medika, Jakarta
Hidayat, A.A (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data,
Salemba Medika, Jakarta
Hermawati , Karakteristik Nyeri pada Ibu Inpartu Kala I antara yang diberi Teknik
Distraksi Musik Klasik dan Massase dengan yang diberi Massase Saja di
Rumah Sakit Bersalin Gratis Kepatihan Kulon Jabres Surakarta, di akses tanggal
23 November 2010, (http://etd.e
prints.ums.ac.id/4451/I/J210070094.pdf )
La Rocca, J.C & Otto, S.E (1998). Pedoman Praktis Terapi Intravena, Edisi 2, EGC,
Jakarta
Perry & Potter (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, EGC, Jakarta
Tulaar, Angela B.M., Memperoleh Kembali Fungsi pada Anak dengan Kanker, di
akses pada tanggal 23 November 2010,
(http://www.majalah–farmacia.com/rubrik/one_news_print.asp?ID News=392)
Wong, D.L ., Eaton, M.H ., Wilson, D ., Winkelstein, M.L & Schwartz, P (2008).
Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 6, EGC, Jakarta
Lampiran 6
LEMBAR OBSERVASI
Tanggal : Umur :
Nama : Agama :
Jenis Kelamin : Alamat :
Pendidikan : Suku :
Wajah 0
Wajah 1
Wajah 2
Wajah 3
Wajah 4
Wajah 5
Hasil :