Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Matematika
Oleh:
Venty Emma Chahyanti
NIM. RSA1C215028
Dosen Pengampu :
Sri Winarni, S.Pd.,M.Pd
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tes Awal Tindakan Materi Perkalian dan Pembagian bentuk Aljabar... 13
Tabel 2. Perbedaan Kegiatan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ...................... 14
Tabel 3.Tes Akhir Tindakan Materi Perkalian dan Pembagian Bentuk Aljabar .. 18
Tabel 4.Tes Awal Tindakan Materi Persamaan Garis Lurus .............................. 21
Tabel 5. Perbedaan Kegiatan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ...................... 22
Tabel 6. Tes Akhir Tindakan Materi Persamaan Garis Lurus ............................. 25
Tabel 7. Perbedaan Kegiatan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ...................... 27
Tabel 8. Tes Awal Tindakan Materi Luas Permukaan dan Volume Prisma ........ 30
Tabel 9. Perbandingan penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
pada materi perkalian dan pembagian bentuk aljabar, persamaan garis
lurus serta luas permukaan dan volume prisma. .................................. 32
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
wawancara dengan salah seorang guru matematika SMP Negeri 18 Palu kelas VIII
diperoleh informasi bahwa pada materi luas permukaan dan volume prisma siswa belum
mampu menggunakan rumus luas permukaan dan volume prisma serta pada saat
mengajarkan sebagian besar siswa kurang mengingat konsep bangun datar, sehingga
siswa kesulitan menentukan luas alas prisma.
Hal tersebut disebabkan oleh siswa yang pada umumnya masih suka bermain
saat pembelajaran sehingga siswa tidak sepenuhnya menerima materi pelajaran, Siswa
masih kurang aktif dalam pembelajaran, padahal guru sudah menerapkan metode yang
memungkinkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Siswa cenderung hanya
mendengar dan mencatat materi yang ditulis di papan tulis, serta kurang memiliki rasa
percaya diri dan malu ketika diminta untuk bertanya jika ada sesuatu yang kurang
dipahami atau diminta untuk mengungkapkan jawaban mereka dari soal yang diberikan
kepada siswa yang lain di depan kelas. Tanggung jawab siswa dalam proses
pembelajaran kurang, guru hanya menggunakan model pembelajaran langsung sehingga
siswa tidak mendapat kesempatan untuk berpikir secara mandiri. Kondisi tersebut
berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
Materi perkalian dan pembagian bentuk aljabar, persamaan garis lurus serta luas
permukaan dan volume prisma adalah materi yang diajarkan pada tingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Ketiga materi ini yang akan di bahas dalam makalah dimana
akan diterapkannya model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang dirasa cukup
cocok karena model ini memberikan kesempatan siswa untuk berpikir secara individu
lalu mendiskusikan dengan pasangannya dan mempersentasikan hasil yang didapat
didepan kelas.
Penggunaaan model koopertif tipe Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dirasakan cukup efektif, siswa dapat aktif selama proses
pembelajaran, memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan
jawaban paling tepat, mendorong siswa untuk meningkatkan peran aktif serta kerjasama
mereka serta meningkatkan partisipasi siswa cocok untuk tugas sederhana, lebih mudah
dan cepat dalam pembentukan kelompok, dan dapat digunakan untuk semua mata
pelajaran serta semua tingkatan anak usia didik.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis tertarik untuk
membandingkan dan mendeskripsikan penerapan model kooperatif tipe Think Pair
2
Share (TPS) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian dan
pembagian bentuk aljabar, persamaan garis lurus serta luas permukaan dan volume
prisma. Oleh karena itu, penulis membuat makalah yang berjudul “PERBANDINGAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR
SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BENTUK ALJABAR, PERSAMAAN
GARIS LURUS, DAN LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME PRISMA”
3
3. Mengetahui penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas permukaan dan volume prisma.
4. Mengetahui perbandingan penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian dan pembagian
bentuk aljabar, persamaan garis lurus serta luas permukaan dan volume prisma.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Think Pair Share (TPS) strategi diskusi kooperatif yang dikembangkan oleh Frank
Lyman dan koleganya dari Universitas Maryland pada tahun 1981. Think Pair Share
(TPS) mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan
dalam dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Think Pair Share (TPS)
memberikan kepada siswa waktu untuk berpikir dan merespons serta saling bantu satu
sama lain.
Think Pair Share (TPS) memiliki prosedur yang secara eksplisit memberi siswa
waktu untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Dengan demikian
diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling bergantung pada
kelompok kecil secara kooperatif.
5
siswa juga menyimpulkan hasil yang mereka dapatkan selama proses pembelajaran
berlangsung.
2.1.2 Komponen Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Menurut Aris Shoimin (2014:210) Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) mempunyai beberapa komponen antara lain sebagai berikut :
1. Think (Berpikir)
Pelaksanaan pembelajaran Think Pair Share (TPS) diawali dari berpikir sendiri
mengenai pemecahan suatu masalah. Tahap berpikir menuntut siswa untuk lebih
tekun dalam belajar dan aktif mencari referensi agar lebih mudah dalam
memecahkan masalah atau soal yang diberikan oleh guru.
2. Pair (Berpasangan)
Setelah diawali dengan berpikir, siswa kemudian diminta untuk mendiskusikan
hasil pemikirannya secara berpasangan. Tahap diskusi merupakan tahap tahap
menyatukan pendapat masing-masing siswa guna memperdalam pengetahuan
mereka. Diskusi dapat mendorong siswa untuk aktif menyampaikan pendapat
dan mendengarkan pendapat orang lain dalam kelompok serta mampu bekerja
sama dengan orang lain.
3. Share (Berbagi)
Setelah melakukan hasil pemikirannya, pasangan-pasangan siswa yang ada
diminta untuk berbagi hasil pemikiran yang telah dibicarakan bersama
pasangannya masing-masing kepada seluruh kelas. Tahap berbagi menuntut
siswa untuk mampu mengungkapkan pendapatnya secara bertanggung jawab,
serta mampu mempertahankan pendapat yang telah disampaikannya.
2.1.3 Langkah – Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
(TPS)
Menurut Aris Shoimin (2014:211) Langkah – langkah model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah sebagai berikut :
6
pertanyaan yang menggalakkan berpikir keseluruh kelas. Pertanyaan ini hendaknya
berupa pertanyaan terbuka yang memungkinkan dijawab dengan berbagai macam
jawaban.
2. Tahap dua, Pair (Berpasangan)
Pada tahap ini siswa berpikir secara individu. Guru meminta kepada siswa untuk
berpasangan dan mulai memikirkan pertanyaan atau masalah yang diberikan guru
dalam waktu tertentu. Lamanya waktu ditetapkan berdasarkan pemahaman guru
terhadap siswanya, sifat pertanyaannya, dan jadwal pembelajaran. Siswa diarahkan
untuk menulis jawaban atau pemecahan masalah hasil pemikirannya.
3. Tahap tiga, Share (Berbagi)
Pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berdua maju bersama
untuk melaporkan hasil diskusinya keseluruh kelas. Pada tahap terakhir ini siswa
seluruh kelas akan memperoleh keuntungan dalam bentuk mendengarkan berbagai
ungkapan mengenai konsep yang sama dinyatakan denagn cara yang berbeda oleh
individu yang berbeda.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share (TPS)
Menurut Aris Shoimin (2014:211-212) Kelebihan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) antara lain sebagi berikut :
1. Think Pair Share (TPS) mudah diterapkan diberbagai jenjang pendidikan dan dalam
setiap kesempatan.
2. Menyediakan waktu berpikir untuk meningkatkan kualitas respons siswa
3. Siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep dalam mata pelajaran.
4. Siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi.
5. Siswa dapat belajar dari siswa lain .
6. Setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau
menyampaikan idenya.
7
2. Lebih sedikit ide yang muncul.
3. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.
8
1. Pembelajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru dengan
melibatkan siswa secara sistematik, ataukah suatu proses yang bersifat otomatis dari
guru disebabkan telah menjadi pekerjaan rutin.
2. Kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia melakukan kegiatan belajar
dengan penuh kesadaran, kesungguhan, dan tanpa paksaan untuk memperoleh
tingkat penguasaan pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari
pembelajaran itu sendiri.
3. Siswa menempuh beberapa kegiatan belajar sebagai akibat penggunaan multi metode
dan multi media yang dipakai guru ataukah terbatas kepada satu kegiatan belajar saja
4. Siswa mempunyai kesempatan untuk mengontrol dan menilai sendiri hasil belajar
yang dicapainya ataukah ia tidak mengetahui apakah yang ia lakukan itu benar atau
salah.
5. Proses pembelajaran dapat melibatkan semua siswa dalam satu kelas tertentu yang
aktif belajar.
6. Suasana pembelajaran atau proses belajar-mengajar cukup menyenangkan dan
merangsang siswa belajar ataukah suasana yang mencemaskan dan menakutkan
7. Kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya, sehingga menjadi laboratorium
balajar ataukah kelas yang hampa dan miskin dengan sarana belajar sehingga tidak
memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar yang optimal.
9
pendidikan dasar diharapkan sesuai dengan tahap pekembangannnya yaitu pada tahapan
operasional kongrit.
10
Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu :
1. Siswa dapat menentukan persamaan garis lurus yang melalui satu titik dengan
gradient tertentu.
2. Siswa dapat menentukan persamaan garis lurus yang melalui dua titik.
Materi persamaan garis lurus adalah perbandingan antara selisih dan koordinat x
dan koordinat y dari dua titik yang terletak pada sebuah garis. Persamaan garis lurus dapat
dituliskan dalam bentuk 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐 dengan 𝑚 dan 𝑐 suatu konstanta.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada
materi perkalian dan pembagian bentuk aljabar dapat mengaktifkan siswa, mendorong
rasa ingin tahu, ingin mencoba dan bersikap mandiri sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar dan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal persamaan garis lurus.
11
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, setiap anggota kelompok diberikan tanggung
jawab untuk memecahkan masalah dalam kelompoknya, sehingga melalui cara seperti ini
diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada
kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkalian dan Pembagian Bentuk Aljabar.
13
Gambar diatas menunjukkan bahwa siswa SRR menghilangkan tanda kurung
pengurang tanpa mengubah tanda bilangan. Pada jawaban tersebut SRR
menuliskan 3𝑎2 + 4𝑎2 − 3𝑎 + 5 + 2 (SRR02TAW01). SRR melakukan
kesalahan pada 4𝑎2 , −3𝑎 dan 2. Jawaban seharusnya (−4𝑎2 ), (3𝑎), dan (−2).
Pada langkah selanjutnya SRR menuliskan 7a4 −3𝑎 + 7 (SRR02TAW02) sebagai
bentuk sederhana dari soal yang diberikan. Kesalahan SRR yaitu menjumlahkan
3𝑎2 dengan 4𝑎2 yang menghasilkan 7a4 sedangkan yang seharusnya dikurangkan,
pada suku 3𝑎 adalah positif, tetapi SRR menuliskan negatif, begitu pula 5+2 yang
seharusnya 5-2.
Tabel 2: Perbedaan kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus II pada materi
perkalian dan pembagian bentuk aljabar :
SIKLUS I SIKLUS II
KEGIATAN
AWAL 2. Melakukan apersepsi dengan 2. Melakukan apersepsi dengan
cara tanya jawab tentang cara tanya jawab tentang
materi prasyarat yaitu operasi materi prasyarat yaitu
bilangan bulat. respon siswa perkalian bentuk aljabar suku
dalam mengungkapkan satu. Respon siswa lebih
pengetahuan awal juga sudah antusias hal ini ditunjukkan
14
cukup baik, meskipun yang dengan perhatian sebagian
memberikan respon adalah besar siwa ketika guru
siswa yang berkemampuan menjelaskan dan menjawab
tinggi. ketika diberi pertanyaan.
15
siswa. Siswa yang hadir yang tidak hadir 2 orang
berjumlah 25 siswa sehingga sehingga kelompok yang
kelompok yang terbentuk 12 terbentuk 12 kelompok. Siswa
kelompok dengan 1 kelompok langsung bergabung dengan
beranggota 3 siswa. Pada kelomponya tanpa protes
pembagian kelompok beberapa sehingga kelas tetap kondusif
siswa tidak menyukai
pasangan kelompoknya
sehingga suasana kelas tidak
kondusif.
1. Think 1. Think
2. Pair
2. Pair Bergabung bersama
Bergabung bersama pasangannya dan mulai
pasangannya dan mulai mengerjakan LKS yang telah
mengerjakan LKS yang telah diberikan. Semua siswa serius
diberikan. Saat mengerjakan pada saat mengerjakan LKS.
LKS sebagian besar siswa Semua kelompok berdiskusi
hanya diam hanya siswa yang dengan tenang bertukar
dianggap mampu yang pikiran.
16
mengerjakannya dan hanya
beberapa kelompok yang
berdiskusi dengan baik.
3. Share 3. Share
Mempersentasikan hasil Mempersentasikan hasil
diskusi didepan kelas. diskusi didepan kelas. Siswa
Keterampilan siswa dalam lenih berani dan lebih percaya
mempersentasikan sudah diri dalam mempersentasikan
cukup baik, pemahaman siswa hasil diskusinya dan seluruh
dalam menguasai materi kelompok yang lain
cukup, tetapi keberanian dan memperhatikan dan saling
percaya diri siswa masih memberikan tanggapan.
kurang.
17
Setiap siklus dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Selanjutnya pada pada
pertemuan kedua setiap siklus melaksanakan tes akhir tindakan. Pada silkus I tes akhir
tindakan dilakukan secara mandiri untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal perkalian bentuk aljabar. Terdiri dari 5 butir soal dan sebanyak 26
siswa yang mengikuti tes (9 siswa tuntas dan 17 siswa tidak tuntas). Pada siklus II tes
akhir tindakan dilakukan secara mandiri untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal pembagian bentuk aljabar. Terdiri dari 5 butir soal dan sebanyak 27
siswa yang mengikuti tes (22 tuntas dan 5 tidak tuntas).
Tabel 3 : Tes akhir tindakan pada materi perkalian dan pembagian bentuk aljabar.
Berikut adalah kesalahan siswa dalam mengerjakan soal tes akhir tindakan materi
perkalian dan pembagian bentuk aljabar.
Pada siklus I
Berdasarkan gambar 11, terlihat bahwa MFD melakukan kesalahan perkalian pada
koefisiennya yaitu pada perkalian (3) (-4) = 12 (MFD01TAS101). Kesalahan pada
(3𝑥. 2𝑦) (MFD01TAS102) yaitu pada koefisien 2𝑦 yang bernilai positif yang
seharusnya negatif. Kesalahan selanjutnya pada penulisan tanda (− + )
(MFD03TAS102) dan koefisien −4𝑥𝑦 (MFD03TAS102). Hal ini mengindikasi bahwa
siswa MFD belum paham terhadap perkalian yang berbeda tanda serta perkalian suku-
suku yang terdapat pada suku dua.Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa siswa
MFD tidak memahami proses perkalian bentuk aljabar, terutama pada perkalian yang
berbeda tanda.
Pada siklus II
18
Bedasarkan gambar 12, terlihat bahwa RX melakukan kesalahan pada pembagian
2𝑦²𝑧 2𝑦³
berlanjut yaitu pada (RX04TAS01) yang seharusnya adalah . Meskipun hasil
2𝑦³ 2𝑦²𝑧²
pembagian yang diperoleh RX benar namun karena terjadi kesalahan diawal sehingga
jawabannya menjadi salah. Kesalahan selanjutnya yaitu pada variabel y yang
1
seharusnya adalah 𝑦. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa RX secara umum
umum sudah paham dengan materi yang diajarkan, namun ada kesalahan pada nomor
4. Penyeb kesalahannya karena pembagiannya sudah berlanjut sehingga RX
kebingungan dan tidak mengerti.
Hasil pembelajaran pada siklus I menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
melakukan kesalahan perkalian beda tanda serta suku-suku yang akan dikali terutama
perkalian aljabar suku dua dengan suku dua. Pada siklus II menunjukkan bahwa siswa
tidak terlalu bermasalah pada operasi pembagian dan sebagian besar sudah mampu
membagi aljabar yang sederhana.
Keberhasilan dalam penelitian ini dapat dilihat dari aktivitas guru dalam
mengelola pembelajaran di dalam kelas dan aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS). Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan hal ini ditandai dengan semua aspek minimal berkategori baik.
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi perkallian dan pembagian bentuk aljabar di kelas VII SMP
Negeri 18 Palu.
3.2 Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Persamaan Garis Lurus.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurul Fitra Ramdhani,dkk (2015)
mengenai penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada materi
persamaan garis lurus untuk meningkatkan hasil belajar siswa dilakukan dalam 2 siklus.
Sebelum melakukan tindakan pembelajaran dengan tahap-tahap model kooperatif tipe
19
Think Pair Share (TPS) dilakukan tes pra tindakan untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa tentang materi prasyarat menentukan persamaan garis lurus.
Penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada siklus I materi yang
diajarkan yaitu persamaan garis lurus yang melalui satu titik dengan gradient tertentu dan
pada siklus II materi yang diajarkan yaitu persamaan garis lurus yang melalui dua titik.
Pelaksanaan tindakan setiap siklus sama yaitu terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan penutup. Pada kegiatan awal terdiri dari tahap penyampaian tujuan, memotivasi
siswa, menyajikan informasi serta perorganisasian. Pada kegiatan inti terdiri dari tahap
berpikir (think), berpasangan (pair), dan berbagi (share). Pada kegiatan penutup yaitu
pemberian kesimpulan dan tugas rumah.
Sebelum melaksanakan kegiatan awal akan dilakukan tes awal sebanyak 5 nomor
yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi prasyarat
menentukan persamaan garis lurus. Salah satu soal tersebut adalah soal berikut ini :
Tabel 4 : Tes awal tindakan pada materi persamaan garis lurus.
Pada soal nomor 1 Semua siswa sudah mampu menuliskan bentuk umum
persamaan garis lurus yaitu 𝐴 + 𝐵 + 𝐶 + 0. Pada soal nomor 2 siswa masih
mengalami kekeliruan dalam menyatakan sebuah pernyataan persamaan 2𝑦 − 5 =
20𝑥 kedalam bentuk 𝐴 + 𝐵 + 𝐶 = 0. Satu contoh kekeliruan siswa yaitu dengan
5 7
menjawab 𝑦 = 2 𝑥 − 2 (MV2TA01), padahal jawaban yang benar adalah 20𝑥 −
20
Tabel 5: Perbedaan kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus II pada
materi persamaan garis lurus :
SIKLUS I SIKLUS II
1. Mempersiapkan siswa 1. Mempersiapkan siswa
untuk belajar dan untuk belajar dan
memberikan informasi memberikan informasi
mengenai materi mengenai materi
persamaan garis lurus persamaan garis lurus
yang melalui satu titik yang melalui dua titik.
dengan gradient tertentu.
21
4. Menyampaikan tujuan 4. Menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak pembelajaran yang
dicapai yaitu siswa dapat hendak dicapai yaitu
menentukan persamaan siswa dapat menentukan
garis lurus yang melalui persamaan garis lurus
satu titik dengan gradient yang melalui dua titik
tertentu yaitu dengan yaitu dengan
menggunakan rumus yang menggunakan rumus
tepat. yang tepat.
1. Think 1. Think
Memberikan LKS kepada Memberikan LKS
semua siswa dan meminta kepada semua siswa dan
siswa mengerjakan secara meminta siswa
mandiri. Beberapa siswa mengerjakan secara
mengalami kesulitan mandiri. Semua siswa
dalam memahami maksud telah memahami maksud
KEGIATAN soal yang terdapat pada dari soal yang diberikan
INTI LKS sehingga pada LKS.
memerlukan bimbingan
dari guru.
2. Pair 2. Pair
Mengorganisasikan siswa Mengorganisasikan
kedalam 12 kelompok siswa kedalam 12
masing-masing kelompok kelompok masing-
22
terdiri dari 2 siswa untuk masing kelompok terdiri
saling berdiskusi tentang dari 2 siswa. Tidak ada
jawaban yang diperoleh. siswa yang protes
Beberapa siswa tidak mengenai pasangan
menerima pasangan kelompoknya dan semua
kelompoknya sehingga siswa berdiskusi dengan
suasana kelas menjadi baik.
kurang kondusif.
3. Share 3. Share
Mempersentasikan hasil Mempersentasikan hasil
diskusi masing-masing diskusi masing-masing
kelompok kedepan kelas. kelompok kedepan kelas.
Beberapa kelompok Semua siswa berani dan
jawabannya masih keliru percaya diri saling
karena kurangnya memberi tanggapan
ketelitian. kepada kelompok yang
lain.
23
Penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yaitu pada tahap Think
(berpikir) diawali dengan siswa dapat berpikir sendiri mengenai pemecahan suatu
masalah. Tahap berpikir menuntut siswa untuk lebih tekun dalam belajar dan aktif
mencari referensi agar lebih mudah dalam memecahkan masalah atau soal yang diberikan
oleh guru sehingga hasil belajar siswa megalami peningkatan.
Setiap siklus dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Selanjutnya pada pada
pertemuan kedua setiap siklus melaksanakan tes akhir tindakan. Pada silkus I tes akhir
tindakan dilakukan secara mandiri yang terdiri dari 2 butir soal, dan sebanyak 24 siswa
yang mengikuti tes (10 siswa tuntas dan 14 siswa tidak tuntas). Pada silkus II tes akhir
tindakan dilakukan secara mandiri yang terdiri dari 2 butir soal, dan sebanyak 24 siswa
yang mengikuti tes (20 siswa tuntas dan 4 siswa tidak tuntas).
Tabel 6 : Tes akhir tindakan pada materi persamaan garis lurus.
Berikut adalah kesalahan siswa dalam mengerjakan soal tes akhir tindakan materi
persamaan garis lurus.
Pada siklus I
Hasil tes akhir tindakan siklus I menunjukkan bahwa umumnya siswa dapat
menentukan persamaan garis yang melaui satu titik dengan gradien tertentu, namun
masih ada siswa yang keliru dalam operasi hitung pecahan. Berdasarkan hasil
wawancara diperoleh bahwa siswa melakukan kesalahan dalam operasi hitung pecahan
(KMSI12S), namun siswa tersebut sudah dapat mengetahui letak kesalahan yang
dilakukan dan dapet memperbaiki jawabannya (KMSI14S).
Pada siklus 2
24
Hasil tes akhir tindakan siklus II menunjukkan bahwa umumnya siswa sudah dapat
menuntukan persamaan garis yang melalui dua titik yang benar. Berdasarkan hasil
wawancara diperoleh bahwa siswa masih melakukan kesalahan operasi hitung aljabar
(MIS217S), namun siswa tersebut dapat memperbaiki kesalahan pada jawaban
(MIS219S).
3.3 Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Luas Permukaan Dan Volume Prisma.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Neri Sondek,dkk (2016) mengenai
penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada materi luas permukaan dan
volume limas untuk meningkatkan hasil belajar siswa dilakukan dalam 2 siklus. Sebelum
melakukan tindakan pembelajaran dengan tahap-tahap model kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) dilakukan tes pra tindakan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa yaitu
pada materi luas dan keliling bangun datar segitiga dan segiempat.
25
Penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada siklus I materi yang
diajarkan yaitu luas permukaan prisma dan pada siklus II materi yang diajarkan yaitu
volume prisma. Pelaksanaan tindakan setiap siklus sama yaitu terdiri dari kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal terdiri dari tahap penyampaian
tujuan, memotivasi siswa, menyajikan informasi serta perorganisasian. Pada kegiatan inti
terdiri dari tahap berpikir (think), berpasangan (pair), dan berbagi (share). Pada kegiatan
penutup yaitu pemberian kesimpulan dan tugas rumah.
Sebelum melaksanakan kegiatan awal akan dilakukan tes awal tentang materi
prasyarat yaitu luas dan keliling bangun datar segitiga dan segiempat dengan tujuan
mengetahui kemampuan prasyarat yang dimiliki siswa dan sebagai acuan untuk
membentuk kelompok belajar yang heterogen. Berdasarkan hasil analisis tes awal
diperoleh informasi bahwa dari 24 siswa yang mengikuti tes, terdapat 11 siswa yang tidak
tuntas. Umumnya siswa salah menghitung luas daerah dan keliling segitiga, persegi
panjang serta penggunaan rumus phytagoras untuk menentukan luas daerah segitiga siku-
siku.
Tabel 7 : Perbedaan kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus II pada materi
luas permukaan dan volume prisma.
SIKLUS I SIKLUS II
26
3. Memotivasi siswa dengan 3. Memotivasi siswa dengan
menyampaikan pentingnya menyampaikan pentingnya
mempelajari materi luas mempelajari materi luas
permukaan dan volume prisma permukaan dan volume
dalam kehidupan sehari-hari. prisma dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Menyampaikan tujuan
4. Menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu siswa
pembelajaran. Siswa dapat
dapat menghitung volume
menghitung luas permukaan
prisma tegak segitiga dan
prisma tegak segitiga dan
segiempat denagn tepat dan
segiempat dengan tepat serta
siswa dapat menyelesaikan
siswa dapat menyelesaikan
masalah nyata yang berkaitan
masalah nyata yang berkaitan
denganmenghitung volume
dengan luas permukaan prisma.
prisma.
1. Think 1. Think
Memberikan LKS yang harus Memberikan LKS yang harus
dikerjakan individu kepada dikerjakan individu kepada
seluruh siswa. Siswa dapat seluruh siswa. Siswa
27
2. Pair 2. Pair
Mengorganisasikan siswa Mengorganisasikan siswa
kedalam 12 kelompok masing- kedalam 12 kelompok
masing kelompok terdiri dari 2 masing-masing kelompok
siswa. Sebagian besar siswa terdiri dari 2 siswa. Semua
dapat berdiskusi dengan baik. siswa dapat menyelesaikan
Siswa menggunakan rumus soal dengan menggunakan
luas permukaan prisma untuk rumus volume prisma dan
menyelesaikan soal, hanya kegiatan berdiskusi berjalan
beberapa siswa yang masih dengan baik.
mengalami kesulitan.
3. Share 3. Share
Mempersentasikan hasil diskusi Mempersentasikan hasil
dari masing-masing kelompok diskusi dari masing-masing
didepan kelas. Siswa aktif kelompok didepan kelas.
dalam mempersentasikannya Siswa aktif dalam
dan kelompok lain berani untuk mempersentasikannya dan
menanggapi. kelompok yang lain berani
untuk menanggapi.
28
untuk menyelesaikan soal, hanya beberapa siswa yang masih mengalami kesulitan., guru
melakukan perbaikan di siklus II semua siswa dapat menyelesaikan soal dengan
menggunakan rumus volume prisma dan kegiatan berdiskusi berjalan dengan baik.
Penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yaitu pada tahap Think
(berpikir) diawali dengan siswa dapat berpikir sendiri mengenai pemecahan suatu
masalah. Tahap berpikir menuntut siswa untuk lebih tekun dalam belajar dan aktif
mencari referensi agar lebih mudah dalam memecahkan masalah atau soal yang diberikan
oleh guru sehingga hasil belajar siswa megalami peningkatan.
Tabel 8 : Tes akhir tindakan pada materi luas permukaan dan volume prisma.
Berikut adalah kesalahan siswa dalam mengerjakan soal tes akhir tindakan materi luas
permukaan dan volume prisma.
Pada Siklus I
Analisis tes akhir tindakan siklus I menunjukkan bahwa kebanyakan siswa melakukan
kesalahan pada nomor 3, satu diantaranya yaitu ME sesuai dengan gambar 4 diatas.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa siswa ME sudah memahami cara
menentukan luas permukaan prisma (MES136S), tetapi siswa ME juga masih bingung
menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan menghitung luas permukaan
prisma (MES134S) dan karena terburu –buru siswa ME salah menuliskan apa yang
ditanyakan (MES132S).
Pada Siklus II
29
Berdasarkan gambar 4 siswa ME melakukan kesalahan karena tidak menuliskan yang
diketahui dan yang ditanyakan serta tidak menulis rumus volume prisma. Berdasarkan
hasil wawancara diperoleh bahwa secara umum siswa ME sudah paham dengan materi
yang sudah diajarkan setelah mendapat penjelasan (MES230S). Selain itu, ME paham
dengan kekeliruannya dan bisa memberikan jawaban yang benar (MES225S) dan
(MES227S).
Setiap siklus dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Selanjutnya pada pada
pertemuan kedua setiap siklus melaksanakan tes akhir tindakan. Pada silkus I hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa dari 21 siswa yang mengikuti tes, terdapat 11 siswa yang
tuntas. Pada siklus II hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 23 siswa yang
mengikuti tes, terdapat 19 siswa yang tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
peningkatan hasil tes akhir tindakan dari siklus I ke siklus II.
Keberhasilan dalam penelitian ini dapat dilihat dari aktivitas guru dalam
mengelola pembelajaran di dalam kelas dan aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS). Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan siswa dari siklus I ke siklus II
mengalami peningkatan dan berkategori baik.
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi luas permukaan dan volume prisma di kelas VIII SMP Negeri
18 Palu.
3.4 Perbandingan Penerapan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkalian Dan Pembagian Bentuk
Aljabar, Persamaan Garis Lurus, Serta Luas Permukaan Dan Volume Prisma.
30
penerapan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
yang akan dipaparkan yaitu sebagai berikut:
Table 9 : Perbandingan penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
pada materi perkalian dan pembagian bentuk aljabar, persamaan garis lurus serta luas
permukaan dan volume prisma.
Langkah-
Langkah
Model Materi Materi
Materi
pembelajaran Perkalian dan Luas Permukaan
Kooperati Persamaan Garis
Pembagian dan Volume
Tipe Think Lurus
Bentuk Aljabar Prisma.
Pair Share
(TPS)
31
pasangannya saling terdiri atas dua siswa saling bertukar
bertukar pendapat berdasarkan pendapat dan
dan berdiskusi kemampuan yang berdiskusi
menyelesaikan berbeda, dan menyelesaikan
masalah pada LKS meminta siswa masalah pada LKS
sehingga setiap masing-masing sehingga setiap
pasangan siswa kelompok pasangan siswa lebih
lebih mengingat mendiskusikan mengingat konsep
konsep tentang jawaban yang telah tentang materi yang
materi yang diperoleh. diajarkan.
diajarkan.
32
BAB VI
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi perkalian dan pembagian bentuk aljabar di kelas VII SMP
Negeri 18 Palu yaitu dengan mengikuti langkah-langkah : 1). Menjelaskan langkah-
langkah metode pembelajaran yang digunakan, 2). Membentuk kelompok 2-3 peserta
didik denagn heterogen, 3). Think, 4). Pair, 5). Share
2. Penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi persamaan garis lurus di kelas VIII SMP Negeri 3 Banawa
yaitu dengan mengikuti langkah-langkah:1) pemberian orientasi, 2) Think , 3) Pair ,
4) Share dan 5) penghargaan.
3. Penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi luas permukaan dan volume prisma di kelas VIII SMP
Negeri 18 Palu yaitu dengan mengikuti langkah-langkah: 1) menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa, 2) menyajikan informasi, 3) mengorganisasikan siswa dalam
kelompok, 4) mengajukan permasalahan, 5) Think, Pair, Share, 6) evaluasi dan 7)
penghargaan.
4. Perbandingan Penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian dan pembagian bentuk
aljabar, persamaan garis lurus, dan luas permukaan dan volume prisma dapat dilihat
dari :1). aktivitas guru dan siswa 2). Hasil tes akhir tindakan.
4.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
34