Вы находитесь на странице: 1из 23

Tugas Critical Book Review

“Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis dan Ilmu Filsafat


Suatu Pengantar”
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu.

Dosen: Dr. K. Panjaitan, M.Pd

DISUSUN OLEH

BOBY WALDANI 8186122005

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena berkat rahmat dan karunianya saya dapat meyelesaikan tugas “Critical Book

Review” meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan dan pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam

Makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu

saya berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan tugas yang telah saya

buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa

adanya saran yang membangun.

Semoga tugas ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata – kata yang kurang

berkenaan dan saya ucapkan terimakasih.

Medan, Oktober 2018


A. Pedahuluan

Sekarang ini sudah banyak buku yang memberikan informasi kepada pembaca

tentang mempelajari tentang filsafat ilmu dengan tujuannya masing-masing. Setiap

buku menyuguhkan hal-hal yang bermanfaat dengan penggunaan bahasanya masing-

masing yang menarik. Setiap teori yang ada tidak dapat dibandingkan salah atau

benarnya, mana yang lebih baik atau lebih buruk dan sebagainya. namum yang pasti

setiap informasi berguna bagi pembaca. Dalam tulisan ini saya sebagai penulis

mengambil dua sumber buku yang berbeda yaitu “Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan

Filosofis (A. Sony Keraf dan Mikhael Dua)” dan “Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Drs.

Surajiyo)” untuk dibandingkan isi kedua yang disampaikan kepada pembaca. Adapun

hal akan dibahas dalam tulisan Critical Book Report ini adalah “Apa itu Filsafat dan

Sumber pengetahuan: Rasionalisme dan Empirisme”yang terdapat pada Bab I dan

Bab III di buku A. Sony Keraf dan Mikhael Dua dan Bab I dan Bab IV di buku Drs.

Surajiyo.

Tujuan dari pembuatan tulisan ini adalah bukan membandingkan dari salah

atau benar, mana yang lebih baik atau tidak tetapi memandang perbedaan teknik yang

disampaikan tetapi tetap efektif untuk mempelajari ilmu berbicara di depan publik.

Dan juga tujuan lain pembuatan tulisan ini adalah agar saya sendiri sebagi penulis

menjadi lebih fasih lagi untuk berbicara di depan public tidak hanya sekedar fasih

dalam menulis. Kepada pembaca penulis juga berharap hal yang sama agar pembaca
lebih menguasai apa sebenarnya filsafat ilmu itu. Karena begitu bermanfaatnya ilmu

ini sehingga memang semua orang pantas mempelajarinya.


A. Identitas Buku Utama

1. Judul buku : Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis

2. Pengarang : A. Sony Keraf dan Mikhael Dua

3. Penerbit : Penerbit Kanisius

4. Tahun terbit : 2001

5. Kota Terbit : Yogyakarta

6. Tebal Buku : 159 halaman

B. Identitas Buku Pembanding

1. Judul buku : Ilmu Filsaafat Suatu Pengantar

2. Pengarang : Surajiyo

3. Penerbit : Bumi Aksara

4. Tahun terbit : 2008

5. Kota Terbit : Jakarta

6. Tebal Buku : 181 halaman


1. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis (A. Sony Keraf dan Mikhael Dua)

pada Bab I dan Bab III.

Pada Bab I ini A. Sony Keraf dan Mikhael Dua menerangkan materi-materi

yaitu diantaranya:

a. Apa itu filsafat?

b. Fenomenologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan

c. Filsafat pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan

d. Fokus filsafat ilmu pengetahuan

e. Manfaat belajar filsafat ilmu pengetahuan

A. Apa itu filsafat?

Dalam buku ini dikatakan bahwa filsafat pertama-tama adalah sikap: sikap

mempertanyakan, sikap bertanya, yaitu bertanya dan mempertanyakan segala sesuatu,

mempertanyakan apa saja dengan kata lain, filsafat sesungguhnya adalah metode,

yaitu cara, kecenderungan, sikap bertanya tentang segala sesuatu. Memang benar

bahwa secara etimologis filsafat berarti cinta akan kebenaran, suatu dorongan terus-

menerus, suatu dambaan untuk mencari dan mengejar kebenaran. Tapi dalam

pengertian ini, yang pertama-tama mau diungkapkan adalah bahwa filsafat adalah

sebuah upaya, sebuah proses, sebuah pencarian, sebuah quest, sebuah perburuan

tanpa henti akan kebenaran. Karena itu, cinta (philo) dalam philosophia, tidak

dipahami pertama-tama sebagai kata benda yang statis, yang given, melainkan

sebagai sebuah kata kerja,sebuah proses. Dalam arti itu, filsafat adalah sebuah sikap
yang dihidupi, yang dihayati dalam pencarian, dalam quest, dalam pertanyaan terus-

menerus.

B. Fenomenologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan

Secara metodologis, dalam gejala terbentuknya pengetahuan manusia, dapat

dibedakan antaradua kutub berbeda dari gejala pengetahuan manusia itu, yaitu antara

kutub si pengenal dan kutub yang dikenal, atau antara subjek dan objek. Hubungan

yang sedemikian hakiki ini telah menimbulkan perdebatan yang tiada hentinya

sepanjang sejarah filsafat pengetahuan dan ilmu pengetahuan tentang mana yang

lebih pokok dan yang lebih dulu; subjek – yaitu manusia dengan akal budinya -

ataukah objek – yaitu kenyataan yang diamati dan dialami di alam semesta ini.

Perdebatan-perdebatan ini, kendati sangat penting sebagaimana akan kita

bahas sebagian diantaranya, sampai tingkat tertentu tidak menyangkal kenyataan

bahwa bagaimanapun juga supaya ada pengetahuan, subjek harus terarah kepada

objek, dan sebaliknya objek harus terbuka dan terarah kepada subjek. Artinya, supaya

bisa terjadi pengetahuan, subjek harus terbuka dan terarah atau mengarahkan diri

kepada objek untuk mengenal dan mengenal dan mengetahuinya sebagaimana

adanya, dan sebaliknya objek harus terbuka dan terarah kepada subjek untuk dikenal

sebagaimana adanya.

C. Filsafat pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan

Dalam buku ini dijelaskan bahwa pengetahuan itu adalah keseluruhan

pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang
dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya. Sedangkan ilmu

pengetahuan adalah keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan

secara sistematis. Ini berarti pengetahuan lebih spontan sifatnya, sedangkan ilmu

pengetahuan lebih sistematis dan reflektif.

Di pihak lain, filsafat ilmu pengetahuan adalah cabang filsafat yang

mempersoalkan dan mengkaji segala persoalan yang berkaitan dengan ilmu

pengetahuan. Jadi yang dipersoalkan, misalnya, apa itu kebenaran? Apa metode ilmu

pengetahuan itu? Manakah metode yang paling bisa diandalkan? Apa kelemahan

metode yang ada? Apa itu teori? Apa itu hipotesis? Apa itu hukum ilmiah?

Berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan terakhir ini, ilmu pengetahuan

dilihat sebagai upaya untuk menjelaskan hubungan antara berbagai hal dan peristiwa

dalam alam semseta ini secara sistematis dan rasional ( masuk akal ). Asumsinya,

segala sesuatu yang dilihat dalam alam semesta ini sebagai sesuatu yang berdiri

sendiri-sendiri sesungguhnya tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan ada kaitannya

satu sama lain. Lalu dijelaskan bahwa yang satu adalah sebab dari yang lainnya, dan

yang lain adalah akibat dari yang lainnya. Maka, ilmu pengetahuan dalam rangka ini

dipahami sebagai upaya untuk mencari dan menjelaskan secara sistematis dan masuk

akal sebab dan akibat dari berbagai peristiwa di alam semesta ini.

D. Fokus filsafat ilmu pengetahuan

Berdasarkan uraian diatas, yang pertama-tama menjadi fokus filsafat ilmu

pengetahuan dalam seluruh pembicaraan kita disini adalah masalah metode ilmu
pengetahuan. Metode-metode ilmu pengetahuan adalah metode-metode yang logis

karena ilmu pengetahuan mempraktekkan logika. Namun selain logika temuan-

temuan dalam ilmu pengetahuan dimungkinkan oleh akal budi manusia yang terbuka

pada realitas. Keterbukaan budi manusia pada realitas itu biasa disebut imajinasi.

Maka logika dan imajinasi merupakan dua dimensi penting dari seluruh cara kerja

ilmu pengetahuan. Tugas filsafat ilmu pengetahuan adalah membuka pikiran kita

untuk mempelajari dengan serius proses logis dan imajinatif dalam cara kerja ilmu

pengetahuan.

E. Manfaat belajar filsafat ilmu pengetahuan

Pada buku ini dijelaskan beberapa manfaat belajar filsafat ilmu pengetahuan,

diantaranya sebagai berikut :

1. Membantu mahasiswa untuk semakin kritis dalam sikap ilmiahnhya.

2. Secara khusus mata kuliah filsafat ilmu pengetahuan ini berguna untuk calon

ilmuwan dengan memperkenalkan metode-metode ilmu pengetahuan yang kiranya

sangat berguna bagi mereka.

3. Membantu kerja mahasiswa tersebut kelak dikemudian hari.

4. Dapat mengetahui bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya bersifat puritan-elitis,

melainkan juga pragmatis.

Pada Bab III ini A. Sony Keraf dan Mikhael Dua menerangkan materi-materi

yaitu diantaranya:
a) Rasionalisme

b) Empirisme

c) Sebuah Sintesis

d) Pengetahuan Apriori dan Pengetahuan Aposteriori

1) Rasionalisme

Inti dari pandangan rasionalisme adalah bahwa hanya dengan mengguanakan

prosedur tertentu dari akal saja kita bisa sampai pada pengetahuan yang sebenarnya,

yaitu pengetahuan yang tidak mungkin salah. Menurut kaum rasionalis, sumber

pengetahuan, bahkan sumber satu-satunya adalah akal budi manusia. Akal budilah

yang memberi kita pengetahuan yang pasti benar tentang sesuatu. Dalam buku ini

juga dijelaskan beberapa pemikiran-pemikiran yang dikemukakan para ahli,

diantaranya :

a. Plato

Plato mengungkapkan bahwa satu-satunya pengetahuan sejati adalah apa yang

disebutnya sebagai episteme, yaitu pengetahuan tunggal dan tak berubah sesuai

dengan ide-ide abadi. Oleh karena itu, apa yang kita tangkap dengan pancaindra

hanya merupakan tiruan cacat dari ide-ide tertentu yang abadi. Hanya ide-ide itu saja

yang bersifat nyata dan sempurna. Segala hal lain hanya tiruan dan karena itu tidak

nyata dan tidak sempurna.


b. Rene Descartes

Sasaran utama dari Descartes adalah bagaimana kita bisa sampai pada

pengetahuan yang pasti benar. Menurutnya, kita perlu meragukan segala sesuatu

sampai kita mempunyai ide yang jelas dan tepat ( clara et distincta ). Dengan kata

lain, Descartes menghendaki agar kita tetap meragukan untuk sementara waktu apa

saja yang tidak bisa dilihat dengan terang akal budi sebagai yang pasti benar dan

tidak diragukan lagi.

2) Empirisme

Seperti halnya rasionalisme dan para filsuf rasionalis empirisme dan juga para

filsuf empiris, sesungguhnya ingin menanggapi persoalan yang diajukan skeptisisme:

bagaimana kita bisa sampai pada pengetahuan yang pasti benar? Seperti kaum

rasionalis, kaum empirisis pun ingin mencari dasar yang kokoh, dasar pembenaran

bagi pengetahuan sejati. Mereka juga ingin mencari bukti yang kuat bagi pengetahuan

yang benar. Mereka pun berusaha menemukan pembenaran atau pembuktian yang

kokoh bagi pengetahuan manusia. Yang paling pokok untuk bisa sampai pada

pengetahuan yang benar, menurut kaum empirisis adalah data dan fakta yang

ditangkap oleh pancaindra kita. Dengan kata lain, satu-satunya pengetahuan yang

benar adalah yang diperoleh me,lalui pengalaman dan pancaindra. Dalam buku ini

juga dijelaskan beberapa pemikiran-pemikiran yang dikemukakan para ahli,

diantaranya :

a) John Locke
Seperti halnya kaum rasionalis, John Locke, sebagaimana dikatakan dalam

bukunyaAn Essay Concerning Human Understanding, ingin “mencari hal yang asli

atau kepastian mengenai pengetahuan manusia”. Menurut Locke, semua konsep atau

ide yang mengungkapkan pengetahuan manusia, sesungguhnya berasal dari

pengalaman manusia. Konsep atau ide-ide ini diperoleh dari pancaindra atau dari

refleksi atas apa yang diberikan oleh pancaindra.

b) David Hume

Seperti Locke, Hume khususnya dalam bukunya An Enguiry Concerning

Human Understanding (1748), menganut paham empirisme bahwa semua materi

pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi kita. Dengan demikian ia pun menolak

paham rasionalisme bahwa pengetahuan manusia bersumber dari akal budi manusia.

Hanya saja Hume sedikit berbeda pendapat dengan Locke. Menurut Hume,

pemahaman manusia dipengaruhi oleh sejumlah kepastian dasar tertentu mengenai

dunia eksterbal, mengenai masa depan, mengenai sebab dan bahwa kepastian-

kepastian ini merupakan bagian dari naluri alamiah manusia, yang tidak dihasilkan

ataupun bisa dicegah oleh akal budi atau proses pemikiran manusia.

3) Sebuah Sintesis

Pada bagian ini akan dibahas mengenai beberapa unsur sintesis dan Imanuel

Kant yaitu dalam pemikiran yang dilakukan oleh ahli-ahli diatas sama-sama setengah
benar saja. Sintesis antara kedua paham yang berbeda ini sesungguhnya sampai

tingkat tertentu telah kita temukan pada Aristoteles. Aristoteles menolak pandangan

Plato bahwa pengetahuan hanyalah ingatan akan ide-ide abadi.

Dengan tegas aristoteles mengungkapkan sebuah prinsip yang dianggap

sebagai dasar paham empirisisme bahwa “ tidak ada sesuatu pun dalam akal budi

yang tidak ada terlebih dahulu dalam indra”. Baginya, akal budi hanya melakukan

abstraksi atas data yang diperoleh melalui pengamatan. Selain itu disini juga dibahas

mengenai Imanuel Kant. Ia adalah filsuf yang paling berjasa dalam mendamaikan

kedua aliran pemikiran ini. Salah satu sukses Kant adalah mendamaikan antara

empirisme dan rasionalisme. Kant berpendapat bahwa kedua pandangan ini berat

sebelah, dan karena itu hanya setengah benar. Menurut Kant , hanya ada satu dunia

dan bukan dua dunia seperti yang dipahami oleh Plato, dan itu tidak lain adalah dunia

yang kita alami. Menurut Kant, mengalami dunia dan berpikir tentang dunia

sesungguhnya berkaitan satu sama lain. Ketika saya melihat dunia, saya sekaligus

berpikir tentang dunia yang sama.

4) Pengetahuan Apriori dan Pengetahuan Aposteriori

Istilah apriori secara harfiah berarti “dari yang lebih dulu atau sebelumnya”,

sedangkan istilah aposteriori berarti “dari apa yang sesudahnya”. Menurut Aristoteles,

A lebih dulu dari B jika dan hanya jika B tidak bisa ada tanpa A. Pengertian tersebut

diatas kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh filsuf-filsuf modern seperti Leibniz

dan Kant. Menurut Leibniz, mengetahui realitas secara aposteriori berarti


mengetahuinya berdasarkan apa yang ditemukan secara aktual didunia ini, yaitu

melalui pancaindra, dari pengaruh yang ditimbulkan realitas itu dalam pengalaman

kita. Sebaliknya mengetahui realitas secara apriori adalah mengetahuinya dengan

sebabnya dan apa yang menimbulkan dan memungkinkan hal itu ada/terjadi.

2. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Drs. Surajiyo) pada Bab I dan IV

Pada Bab I ini Drs. Surajiyo menerangkan materi-materi yaitu diantaranya:

1. Pengertian Filsafat

2. Objek Filsafat

3. Metode Filsafat

4. Ciri-ciri Filsafat

5. Asal dan peranan filsafat

6. Kegunaan filsafat

I. Pengertian Filsafat

Didalam buku ini dijelaskan pengertian filsafat dari segi etimologi dan

terminologi sebagai mana dijelaskan bahwa filsafat berasal dari bahasa arab yang

dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa inggris dikenal dengan philosophy

yang berarti cinta akan kebijaksanaan. Sedangkan secara etimologi filsafat berarti

cinta kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya. Secara terminologi filsafat

diartikan sebagai arti yang terkandung oleh istilah filsafat. Dikarenakan batasan dari

filsafat itu banyak maka sebagai gambaran perlu diperkenalkan beberapa batasan.
Disini juga terdapat berbagai pemahaman-pemahaman para ahli mengenai filsafat

yaitu diantanya:

a. Plato

b. Aristoteles

c. Al Farabi

d. Rene Descartes

e. Immanuel Kant

f. Langeveld

g. Hasbullah Bakry

h. N. Driyarkara

i. Notonegoro

j. Ir. Poedjawijatna

Disini juga dijelaskan tentang tujuan dari fisafat yaitu mencari hakikat dari

suatu objek atau gejala secara mendalam.

II. Objek Filsafat

Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau

pembentukan pengetahuan. Didalam buku ini terdapat dua objek dalam filsafat yaitu

diantanya:

1. Objek material filsafat


Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau

pembentukan pengetahuan itu. Objek material juga adalah hal yang diselidiki,

dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu.

2. Objek formal filsafat

Objek formal adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian

atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot.

Objek formal juga tidak hanya memberikan keutuhan pada suatu ilmu, tetapi pada

saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang lainya.

III. Metode Filsafat

Kata metode berasal dari kata yunani methodos sambungan dari kata depan

meta (menuju, melalui, mengikuti, sesudah) dan kata benda hodos (jalan, perjalanan,

cara, arah). Kata methodos sendiri berarti penelitian, metode ilmiah, hipotesis ilmiah,

uraian ilmiah. Metode ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. Sedikitnya

ada sepuluh metode dalam filsafat yaitu diantaranya:

1. Metode kritis: Socrates, Plato

2. Metode intuitif: Plotinus, Bargson

3. Metode skolastik: Thomas Aquinas, filsafat abad pertengahan

4. Metode geometris: Rene Descartes dan pengikutnya

5. Metode empiris: Hobbes, Locke, Barkeley, David Hume


6. Metode transendental: Immanuel Kant, Neo-Skolastik

7. Metode fenomenologis: Husserl, Ekistensialisme

8. Metode dialektis: Hegel, Marx

9. Metode Neo-Positivistis

10. Metode analitika bahasa: Wittgenstein

IV. Ciri-ciri Filsafat

Dalam buku ini dijelaskan berbagai ciri-ciri filsafat diantaranya:

1. Menyeluruh

Artinya pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan bukan hanya

ditinjau dari satu sudut pandangan tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui

hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, hubungan ilmu dengan

moral, seni, dan tujuan hidup.

2. Mendasar

Artinya pemikiran yang dalam sampai pada hasil yang fundamental atau

esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi

segenap nilai dan keilmuan. Jadi, tidak hanya berhenti pada periferensi (kulitnya)

saja, tetapi sampai tembus kedalamnya.

3. Spekulatif

Artinya hasil pemikiran yang dapat dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya.
V. Asal dan peranan filsafat

1. Asal filsafat

Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu sebagai berikut:

a. Keheranan

b. Kesangsian

c. Dan kesadaran akan keterbatasan

2. Peranan filsafat

Dibuku ini dijelaskan bahwa filsafat memiliki peranan-peranan yaitu sebagai berikut:

a. Pendobrak

b. Pembebas

c. Dan pembimbing

VI. Kegunaan filsafat

Kegunaan filsafat dapat dibagi menjadi dua, yakni kegunaan secara umum dan

kegunaan secara khusus. kegunaan umum dimaksudkan manfaat yang dapat diambil

oleh orang yang belajar filsafat dengan mendalam sehingga mampu memecahkan

masalah-masalah secara kritis tentang segala sesuatu. kegunaan secara khusus

dimaksudkan manfaat khusus yang bisa diambil untuk memecahkan khususnya suatu

objek di Indonesia. Jadi, khusus diartikan terikat oleh ruang dan waktu, sedangkan

umum tidak terikat oleh ruang dan waktu.


Pada Bab IV ini Drs. Surajiyo menerangkan materi-materi yaitu diantaranya:

1. Rasionalisme, Empiris, dan Kritisme

2. Metode-metode ilmiah

3. Susunan ilmu pengetahuan

1. Rasionalisme, Empiris, dan Kritisme

a. Rasionalisme

Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan

yang dapat dipercaya adalah rasio (akal). Hanya yang diperoleh melalui akallah yang

memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan yang perlu mutlak, yaitu syarat

yang dipakai oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah.

b. Empirisme

Aliran ini berpendapat, bahwa empiri atau pengalamanlah yang menjadi

sumber pengetahuan, baik pengalaman yang batiniah maupun yang lahiriah. Akal

bukan menjadi sumber pengetahuan, tetapi akal mendapat tugas untuk mengolah

bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.

c. Kritisme
Aliran ini sebagai penengah dari rasionalisme dan empirisme karena

dalam hal ini peranan budi sangat besar sekali. Hal ini tampak dalam pengetahuan

apriorinya, baik yang analitis maupun yang sintetis.

2. Metode-metode ilmiah

Menuruy soejono soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada

dua macam, yaitu sebagai berikut:

a. Metode ilmiah yang bersifat umum

b. Metode penyelidikan ilmiah

3. Susunan ilmu pengetahuan

a. Langkah-langkah dalam ilmu pengetahuan

Ada beberapa tahapan dalam penyelidikan ilmiah diantanya sebagai berikut:

1. Perumusan masalah

2. Pengamatan dan pengumpulan data/observasi

3. Pengamatan dan klasifikasi data

4. Perumusan pengetahuan (defenisi)

5. Tahap ramalan (prediksi)

6. Pengujian kebenaran hipotesis (verifikasi)

b. Limas ilmu

c. Bahasa ilmiah
Didalam bahasa ilmiah ini dibagi menjadi dua golongan yaitu:

1. Bahasa alami

Yaitu bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari yang digunakan untuk

menyatakan sesuatu yang tumbuh atas dasar pengaruh alam sekelilingnya.

2. Bahasa buatan

Yaitu bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan dari akal

pikiran untuk maksud tertentu.

d. Siklus empiris

Siklus empiris ini memiliki tahapan juga dalam penyelidikan ilmiah yaitu sebagai

berikut:

1. Observasi

2. Induksi

3. Deduksi

4. Kajian (eksperimentasi)

5. Evaluasi

e. Penjelasan dan ramalan


KESIMPULAN

Setelah membaca dua buku sebagai sumber refrensi mengenai Apa itu Filsafat

dan Sumber pengetahuan: Rasionalisme dan Empirisme yaitu pada buku “Ilmu

Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis (A. Sony Keraf dan Mikhael Dua)”

dan “Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Drs. Surajiyo)” dan membandingkan kedua

isinya mengenai Apa itu Filsafat dan Sumber pengetahuan: Rasionalisme dan

Empirisme saya menyimpulkan beberapa hal :

1. Buku Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis oleh A. Sony Keraf dan Mikhael

Duapada dasarnya menarik namun terdapat beberapa kekurangan yang saya rasa

kurang membuat pembaca merasa ingin membacanya hal tersebut yaitu :

- Penggunaan contoh yang kurang menarik

- Bahasa dan kalimat-kalimat yang dituangkan dalam buku kurang dibuat lebih

sederhana dan menarik sehingga minat pembaca kurang terpacu untuk membacanya.

- Isinya atau tatanan bahasanya kurang menarik, sehingga membuat pembaca malas

membacanya.

2. Buku Ilmu Filsafat Suatu Pengantar oleh Drs. Surajiyo secara teori lebih menarik

buat saya secara pribadi Karena dalam setiap pemaparan yang dikatakan dalam

bukunya lebih mudah untuk diikuti dari segi bahasa. Penggunaan bahasa yang

sederhana dan menarik mendukung pemahaman yang lebih lagi bagi pembaca setelah

membaca buku ini. Dan juga dalam pembuatan contoh-contoh yang memang

berdasarkan pengalaman sehari-hari.


Secara keseluruhan setelah membaca dan membandingkan kedua isi

buku “Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis (A. Sony Keraf dan Mikhael

Dua)” dan “Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Drs. Surajiyo)” saya lebih tertarik dan

terpacu motivasinya untuk semakin mengenal apa sebetulnya itu filsafat dan sumber-

sumber pengetahuan yaitu rasionalisme, empirisme, dan kritisme dari buku “Ilmu

Filsafat Suatu Pengantar (Drs. Surajiyo)” dikarenakan hal-hal yang telah saya

paparkan sebelumnya.

Вам также может понравиться