Вы находитесь на странице: 1из 20

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Penyakit Sendi Degeneratif ( osteoartritis) adalah penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim, IPD,1997).Atau gangguan pada
sendi yang bergerak ( Price & Wilson,1995).

Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoarthritis (sekalipun
terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali
menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).

1.2 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa keperawatan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem pencernaan akibat sirosis hepatis secara langsung dan komprehensif meliputi
aspek bio-psiko-sosio-spiritual dengan pendekatan proses Keperawatan (pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, evaluasi).

Agar mahsiswa keperawatan bisa menyelesaikan kasus-kasus yang terjadi dalam masalah
keperawatan.

2. Tujuan Khusus
3. Untuk menjelaskan pengertian dari Osteoartritis.
4. Untuk menjelaskan Etiologi dari Osteoartritis.
5. Untuk menjelaskan patofisiologi Osteoartritis.
6. Untuk menjelaskan manifestasi klinis Osteoartritis
7. Untuk menjelaskan penatalaksanaan dari Osteartritis.
8. Untuk menjelaskan asuhan keperawatan gangguan muskuloskletal dengan Osteoartritis.

1.3. Alasan Pemilihan Masalah

Pada Hakekatnya, Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia
lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60
tahun. Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosis, yaitu melemahnya tulang rawan
pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya, penyakit ini
terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul. Oleh sebab itu sebagai alasan penyusunan
dalam pemilihan masalah ini adalah :

1. Menarik peminat penulis terhadap Asuhan Keperawatan Osteoartritis.


2. Karena adanya kesesuaian dengan jurusan dan mata kuliah penyusunannya.
3. Ingin mengetahui lebih dalam lagi serta ingin menambah pengetahuan yang lebih luas
seluk beluk tentang Askep Osteoartritis .

1.4. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang menyangkut pengertian dan jenis Asuhan keperawatan
Osteoartritis maka penyusun hanya membatasi makalah ini dengan beberapa sepengetahuan
yang dimiliki oleh penulis. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengarah kepada tujuan
penyusunan makalah ini karena dengan pembatasan permasalahannya yang begitu luas tentang
Asuhan keperawatan Osteoartritis.

Oleh karena itu penyusun dapat membatasi sendiri.Disamping itu keterbatasan penyusun sendiri
baik keterbatasan fisik maupun fasilitas sendiri.

1.5. Metode dan tehnik pengumpulan data

Metode yang penulis digunakan adalah metode analisis Deskriptif. Analisis yang artinya
penyusunan ini berdasarkan kegiatan dalam bangku perkuliahan akademik Program study S1
Keperawatan Kampus 2 RS. Ciremai. Sedangkan dalam pengumpulan data penyusun
mempergunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi

Pengamatan secara langsung pada materi dalam bangku kuliah dengan makalah tersebut
sehingga diperoleh kemungkinan kebenaran data tersebut.

1. Study Literatur

Mempelajari pendapat para ahli yang menunjang dalam penyusunan makalah ini guna
memperoleh teoritis.

1. Study Dokumentasi

Penyusunan berusaha mencari informasi berupa bahan tertulis atau media yang kemudian
ditransfer untuk kepentingan dalam penyusunan makalah ini.

1.6. Penjelasan Istilah

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan untuk menghindari salah pengertian maka
penulis akan menjelaskan istilah yang dipakai dalam makalah ini adalah :

 Profesionalisasi : Suatu proses menuju ke arah profesional


 Perawat : Seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan

keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk

memberikan pelayanan, dan bertanggung jawab dalam

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan

terhadap pasien.

 Osteoartritis : melemahnya tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi di

engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya, penyakit

ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul.

 Osteoartritis idioptik : Penyakit yang terjadi tanpa diketahui sebabnya.


 Nodus heberden : Pembengkakan tulang.
 Somnolen : Keadaan mengantuk dan kesadaran dapat pulih bila di

rangsang di tandai dengan mudah di bangunkan mampu

memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri.

1.7. Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun dengan sistematika pembahasannya sebagai berikut :

 BAB I : Berisi pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,

Tujuan Penulisan, Alasan Pemilihan Masalah, Pembatasan Masalah ,

Metode Dan tehnik pengumpulan data, Penjelasan Istilah, Sistematika

Pembahasan.

 BAB II : Berisi Pembahasan, tentang pandangan secara teoritis yang

terdiri dari Pengertian Osteoartritis, Etiologi, Patofisiologi,

Klasifikasi, Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Penunjang,

Penatalaksanaan Osteoartritis , Pencegahan Osteoartritis dan Proses

Asuhan Keperawatan gangguan muskuloskeletal dengan Osteoartritis.


 BAB III : Kesimpulan yang menggambarkan tentang kesimpulan dalam

penulisan makalah ini baik secara umum maupun khusus, juga berisi

tentang saran-saran untuk calon perawat yang akan datang maupun

perawat yang profesional.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun
terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali
menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087).

Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan
pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di
bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis
kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).

Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang dan
sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan pertambahan
pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, dan fibrosis dan
kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau
kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan
dengan faktor sistemik atau infeksi. Osteoartritis merupakan penyakit sendi degenaritif yang
berkaitan dengan kerusakan kartiloago sendi. Lutut, punggung, tangan, dan pergelangan kaki
paling sering terkena.

2.2 Etiologi

Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, yang disebut dengan osteoartritis
idiopatik. Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis dapat terjadi akibat trauma pada sendi,
infeksi, atau variasi herediter, perkembangan, kelainan metabolik dan neurologik., yang disebut
dengan osteoartritis sekunder. Onset usia pada osteoartritis sekunder tergantung pada
penyebabnya; maka dari itu, penyakit ini dapat berkembang pada dewasa muda, dan bahkan
anak-anak, seperti halnya pada orang tua. Sebaliknya, terdapat hubungan yang kuat antara
osteoartritis primer dengan umur
Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:

1. Usia/Umur

Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50tahun). Karena pada lansia pembentukkan
kondrotin sulfat (substansi dasar tulang rawan) berkurang dan terjadi fibrosis tulang rawan.

2. Jenis Kelamin

Kelainan ini ditemukan pada pria dan wanita, tetapi sering ditemukan lebih banyak pada wanita
pascamenopause (osteoartritis primer). Osteoartritis sekunder lebih banyak ditemukan pada pria.

3. Ras

Lebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya cina, Eropa, dan Amerika daripada kulit
hitam.

4. Faktor Keturunan

Faktor genetik juga berperang timbulnya OA. Bila ibu menderita OA sendi interfalang distal,
anak perempuannya mempunyai kecenderungan terkena OA 2-3 kali lebih sering.

5. Faktor Metabolik/Endokrin

Klien hipertensi, hiperurisemia, dan diabetes lebih rentan terhadap OA. Berat badan berlebihan
akan meningkatkan resiko OA, baik pada pria maupun wanita.

6. Faktor Mekanis

 Trauma dan Faktor Predisposisi

Trauma yang hebat terutama fraktur intraartikular atau dislokasi sendi merupaan predisposisi
OA. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga yang menggunakan sendi berlebihan, dan gangguan
kongruensi sendi akan meningkatkan OA.

 Cuaca dan Iklim

OA lebih sering timbul setelah kontak dengan cuaca dingin atau lembab.

2.3 Patofisiologi

Selama ini OA sering di pandang sebagai proses penuaan yang tidak dapat dihindari. Ternyata
OA merupakan penyakit gangguan hemeostasis metabolisme kartilago dengan kerusakan
struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui.
Jelas mekanis dan kimiawi pada sinovia sendi terjadi multifokal,antara lain faktor usia, strees
mekanis, atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomis, obesitas, genetik, humoral,
dan faktor kebudayaan. Pemeriksaan biopsi sinovial klien OA menunjukan adanya sinovitis.
Pada level seluler, terjadi peningkatan aktivitas sitokin yang menyebabkan dikeluarkannya
mediator inflamasi dan matriks metelloproteinase (MMP). Akibatnaya, ada gangguan sintesis
proteoglikan. Selain itu ditemukan nitrogen monoksida yang berhubungan dengan transmisi
neurogenik dari mediator inflamsi yang menyebabkan kerusakan kartilago jauh dari lokasi
peradangan.

Proses OA terjadi karena adanya gangguan fungsi kondrosit. Kondrosit merupakan satu-satunya
sel hidup dalam tulang rawan sendi. Kondrosit akan dipengaruhi oleh faktor anabolik dan
katabolik dalam mempertahankan keseimbangan sintesis dan degradasi.

Secara anatomi fisiologi, sel tulang terdiri atas osteoblas, osteosit, dan osteoklas yang dalam
aktivitasnya mengatur hemeostasis kalsium yang tidak berdiri sendiri, melainkan saling
berinteraksi. Homeostasis kalsium pada tingkat seluler didahului penyerapan tulang oleh
osteoklas yang memerlukan waktu 40 hari, disusul fase istiraahat, dan kemudian disusul fase
pembentukkan tulang kembali oleh osteoblas yang memerlukan waktu 120 hari. Dalam
penyerapannya, osteoklas melepaskan transforming growth factor yang merangsang aktivitas
awal osteoklas. Dalam keadaan normal, kuantitas dan kualitas pembentukan tulang baru
osteoblas. Pada osteoporosis, penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukkan baru.

2.4 Klasifikasi

Osteoartritis dapat dibagi atas dua jenis yaitu:

1. Osteoartritis Primer

OA Primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat mengenai satu atau beberapa sendi.
OA jenis ini terutama ditemukan pada pada wanita kulit putih, usia baya, dan umumnya bersifat
poli-articular dengan nyeri akut disertai rasa panas pada bagian distal interfalang, yang
selanjutnya terjadi pembengkakan tulang (nodus heberden).

2. Osteoartritis Sekunder

OA sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada sinovia
sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder. Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan
osteoartritis sekunder sebagai berikut:

 Trauma /instabilitas.

OA sekunder terutama terjadi akibat fraktur pada daerah sendi, setelah menisektomi, tungkai
bawah yang tidak sama panjang, adanya hipermobilitas, instabilitas sendi, ketidaksejajaran dan
ketidakserasian permukaan sendi.

 Faktor Genetik/Perkembangan
Adanya kelainan genetik dan kelainan perkembangan tubuh (displasia epifisial, displasia
asetabular, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan, tergelincirnya epifisis)
dapat menyebabkan OA.

 Penyakit Metabolik/Endokrin

OA sekunder dapat pula disebabkan oleh penyakit metabolik/sendi (penyakit okronosis,


akromegali, mukopolisakarida, deposisi kristal, atau setelah inflamasi pada sendi. (misalnya, OA
atau artropati karena inflamasi).

Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis Osteoartritis di klasifikasikan menjelaskan :

1. Grade 0 : Normal
2. Grade 1 : Meragukan, dengan gambaran sendi normal, terdapat osteofit minim
3. Grade 2 : Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan sendi

menyempit asimetris.

4. Grade 3 : Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat, permukaan sendi

menyepit, dan tampak sklerosis subkondral.

5. Grade 4 : Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit secara

komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan sendi.

2.5 Manifestasi Klinis

Gambaran klinis Askep Osteoarthritis lainnya :

1. Rasa nyeri pada sendi

Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang

melakukan sesuatu kegiatan fisik.

2. Kekakuan dan keterbatasan gerak

Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat

memulai kegiatan fisik.

3. Peradangan

Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi


akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini

akan menimbulkan rasa nyeri.

4. Mekanik

Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan

berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan

penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya

berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis

coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri

dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui

penyebabnya.

5. Pembengkakan Sendi

Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan

dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.

6. Deformitas

Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.

7. Gangguan Fungsi

Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis osteoartritis ialah:

1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian sendi yang
menanggung beban).
2. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
3. Kista tulang
4. Osteofit pada pinggir sendi
5. Perubahan struktur anatomi sendi
 Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi

2.7 Penatalaksanaan/ perawatan Osteoartritis, antara lain;

1. Medikamentosa

Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik.

Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan

mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis.

2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang

sakit.

3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri


4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
5. Dukungan psikososial
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
7. Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
8. Diet rendah purin: Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi

pembentukan asam urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan

mempertahankannya dalam batas normal.

Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:

Golongan bahan Makanan yang tidak boleh


Makanan yang boleh diberikan
makanan diberikan
Karbohidrat Semua —

Protein hewani Daging atau ayam, ikan tongkol, Sardin, kerang, jantung, hati,
bandeng 50 gr/hari, telur, susu, usus, limpa, paru-paru, otak,
Protein nabati keju ekstrak daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung.
Lemak Kacang-kacangan kering 25 gr
atau tahu, tempe, oncom —
Sayuran
Minyak dalam jumlah terbatas. —
Buah-buahan
Semua sayuran sekehendak Asparagus, kacang polong,
Minuman kecuali: asparagus, kacang kacang buncis, kembang kol,
polong, kacang buncis, kembang bayam, jamur maksimum 50 gr
Bumbu, dll kol, bayam, jamur maksimum 50 sehari
gr sehari

Semua macam buah
Alkohol
Teh, kopi, minuman yang
Ragi
mengandung soda

Semua macam bumbu

2.8 Pencegahan osteoarthritis

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar kita terhindar dari osteoarthritis:

1. Menghindari olahraga yang bisa meyebabkan sendi terluka


2. mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi menjadi ringan
3. minum obat untuk mencegah osteoarthritis

2.9 Proses Asuhan Keperawatan gangguan muskuloskletal dengan Osteoartritis:

1. Tinjauan Kasus

Pengkajian

Tanggal : 10 Desember 2014

Jam : 11.21 WIB

Oleh : Ahmad Razi Umami dan Sitti Afiqah

Sumber : I. Laporan Keperawatan dan Catatan Rekam Medik

1. Informasi dari pasien dan keluarga pasien

III. Informasi tim kesehatan yang menangani pasien

1. Observasi langsung
2. Biodata
3. Identitas Pasien

Nama : Ny. N

Umur : 65 tahun

Jenis Kelamin :P
Agama : Islam

Alamat : Jl. Muktisari Rt.01 / Rw.03 Kec. Cingambul

Kab. Majalengka

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Status Perkawinan : Nikah

Diagnosa Medis : Osteoartritis (OA)

No.Register : 07108329

Tanggal Masuk : 10 November 2014

No.RM : 17302

1. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. S

Umur : 58 tahun

Jenis Kelamin :L

Agama : Islam

Alamat : Jl. Muktisari Rt.01 / Rw.03 Kec. Cingambul Kab.


Majalengka

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Status Perkawinan : Nikah

Hubungan dengan pasien : Suami

1. Keluhan Utama

Lima hari sebelum pasien masuk ke Rs. Klien merasakan Keluhan Rasa nyeri pada sendi,

Kekakuan dan keterbatasan gerak, ketidaknyamanan, dan Kelelahan.


1. Riwayat Kesehatan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang

 Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
 Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien

mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

1. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan pernah merasakan radang sendi sejak lama akibat kelelahan

pada saat melakukan aktivitas.

III. Riwayat Psiko – Sosial

Pasien dengan OA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada
pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-
kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri
klien.

1. Pemeriksaan Fisik
2. Penampilan Umum

Kesadaran : Somnolen

Tanda-tanda Vital

 Tekanan Darah : 110/80 mmHg


 Pulse/nadi : 80x/menit
 Suhu : 37,9 celcius
 Respirasi : 20x/menit

1. Pemeriksaan Fisik :

 Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,
ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
 Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial

o Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

o Catat bila ada krepitasi

o Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan


 Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral :
 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot
 Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
 Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

1. Tabel Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Do : Klien tampak lemas

Ds : – Klien mengeluh

Nyeri

– Klien menyatakan
Distensi jaringan akibat
sangat terganggu
1 akumulasi cairan/proses Nyeri Akut
aktivitasnya
inflamasi, destruksi sendi
– Klien merasakan
lelah di seluruh tubuh.

– Klien merasakan
Perilaku distraksi/ respons
autonomic
Do : Klien tampak

meringis

Ds : Klien mengeluh

distensi jaringan deformitas skeletal, Gangguan mobilitas


2 nyeri, penurunan kekuatan fisik berhubungan
akibat akumulasi otot dengan.

cairan/proses

inflamasi,

destruksi sendi
deformitas skeletal, Nyeri,
Do : Klien merasakan Gangguan Citra
3
Perubahan fungsi Tubuh
dari bagian-bagian penurunan kekuatan otot

yang sakit.

Ds : ekspresi wajah

klien menunjukan

rasa nyeri
Do : Klien tampak

lelah

Ds : – Klien merasa

lelah dan lemas di


kerusakan muskuloskeletal,
penurunan kekuatan, daya
4 seluruh tubuh Defisit perawatan diri
tahan, nyeri pada waktu
bergerak, depresi
– Ketidakmampuan

untuk mengatur

kegiatan sehari-

hari.

1. Diagnosa Keperawatan

 Nyeri akut / kronisberhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses


inflamasi, distruksi sendi.
 Kerusakan Mobilitas Fisikberhubungan dengan Deformitas skeletal, Nyeri,
ketidaknyamanan , Penurunan kekuatan otot
 Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan Perubahan
kemampuan melakukan tugas-tugas umum, Peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
 Kurang Perawatan Diriberhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal antara lain
Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.
 Resiko Tinggi terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Lingkungan berhubungan dengan
Proses penyakit degeneratif jangka panjang, Sistem pendukung tidak adekuat.
 Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan Kebutuhan
Perawatan dan Pengobatanberhubungan dengan Kurangnya pemahaman / mengingat
kesalahan interpretasi informasi.

1. Asuhan Keperawatan Tahap Intervensi


Diagnosa Keperawatan I : Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.

Hasil yang diharapkan/Kriteria evaluasi :

 Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol


 Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
 Mengikuti program terapi.
 Menggunakan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol
nyeri.

Intervensi :

 Kaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10). Catat faktor-faktor
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal

 Beri matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan saat klien
beristirahat/tidur.

 Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.

 Pantau penggunaan bantal.
 Dorong klien untuk sering mengubah posisi.
 Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.
 Bantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.
 Pantau suhu kompres.
 Berikan masase yang lembut.
 Dorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya relaksasi progresif sentuhan
terapeutik bio feedback, visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri dan pengendalian
nafas.
 Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
 Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.

Diagnosa Keperawatan II : Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,


Nyeri, ketidaknyamanan , Penurunan kekuatan otot

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi :

 Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktor


 Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian
tubuh
 Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

Intervensi:
 Pantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi
 Pertahankan tirah baring/duduk jika diperlukan
 Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus-menerus dan tidur malam
hari tidak terganggu.
 Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan isometric jika
memungkinkan.
 Dorongkan untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan.
 Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan
pegangan tinggi dan bak dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda
penyelamat
 Kolaborasi ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.

Diagnosa Keperawatan III : Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan
dengan Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum, Peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:

 Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi


penyakit, perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.
 Menyusun tujuan atau rencana realistis untuk masa mendatang.

Intervensi:

 Dorong klien mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa
depan.
 Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang. Memastikan bagaimana
pandangan pribadi klien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-
aspek seksual
 Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan
 Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan
tubuh/perubahan.
 Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat membantu koping.
 Bantu kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.
 Ikutsertakan klien dalam merencanakan dan membuat jadwal aktivitas.

Diagnosa Keperawatan IV : Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan


Auskuloskeletal antara lain Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak,
Depresi.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:

 Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan
klien.
 Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan
diri.
 Mengidentifikasikan sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan.

Intervensi:

 Diskusikan tingkat fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi penyakit dan potensial
perubahan yang sekarang diantisipasi.
 Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
 Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi rencana untuk
memodifikasi lingkungan.
 Kolaborasi untuk mencapai terapi okupasi.

Diagnosa Keperawatan V : Resiko Tinggi terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Lingkungan


berhubungan dengan Proses penyakit degeneratif jangka panjang, Sistem pendukung tidak
adekuat.

Hasil yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi :

 Mempertahankan keamanan lingkungan yang meningkatkan perkembangan.


 Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.

Intervensi:

 Kaji tingkat fungsi fisik


 Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri.
 Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual.
 Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan misal alat bantu mobilisasi.

Diagnosa Keperawatan VI : Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit,


Prognosis dan Kebutuhan Perawatan dan Pengobatan berhubungan dengan Kurangnya
pemahaman / mengingat kesalahan interpretasi informasi.

Hasil yang diharapkan/Kriteria Evaluasi:

 Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/pragnosis dan perawatan.


 Mengembangkan rencana untuk perawatan diri termasuk modifikasi gaya hidup yang
konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

Intervensi :

 Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan


 Diskusikan kebiasaan pasien dalam melaksanakan proses sakit melalui diet, obat-obatan
dan program diet seimbang, latihan dan istirahat.
1. Asuhan Keperawatan Tahap Implementasi

Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah di rencanakan dan di lakukan sesuai
dengan kebutuhan klien/pasien tergantung pada kondisinya. Sasaran utama pasien meliputi
peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pemahaman dan penerimaan penanganan, pemenuhan
aktivitas perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi sosial, dan upaya
komplikasi.

1. Asuhan Keperawatan Tahap Evaluasi

Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang telah dilakukan
dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien. Hasil yang di harapkan :

 Mengalami peredaan nyeri


 Tampak tenang dan bebas dari ansietas
 Memperhatikan aktifitas perawatan diri secara efektif

1. Pembahasan Evaluasi :

Evaluasi pada kasus ini :

1. S : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang

O : Klien terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas

sesuai kemampuan.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

1. S : Klien menyatakan dapat mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan

dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh.

O : Klien dapat berjalan secara perlahan-lahan

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

Anjurkan klien untuk bergerak aktif / pasif

 S : Klien mengatakan rasa cemas berkurang

O : Klien merasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,


perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

Anjurkan perawat memotivasi kepada klien mengenai masalah penyakit.

1. S : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang

O : Klien tampak tenang dan dapat istirahat

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.

1. S : Klien mengatakan mulai bisa beraktivitas tanpa kesulitan dan paham akan

cara evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan

untuk diri sendiri.

O : Klien tampak mengerjakan aktivitas sehari-hari

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

berikan support kepada klien agar terus melakukan anjuran petugas.

1. S : Klien mengatakan paham dengan Osteoartritis atau rematik dan dapat

menyebutkan mulai dari pengertian sampai diitnya.

O : Klien tampak menjawab pertanyaan petugas dan antusias dalam pemberian

pendidikan kesehatan.

A : Masalah teratasi

P : Lanjtukan Intervensi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang dan
sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan pertambahan
pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, dan fibrosis dan
kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau
kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan
dengan faktor sistemik atau infeksi.

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut: Usia/Umur, Jenis Kelamin,
Ras, Faktor Keturunan, Faktor Metabolik/Endokrin, Faktor Mekanik, Diet.

3.2 Saran

– Mahasiswa harus mengerti tentang pengertian Osteoartritis beserta etiologi dan

patofisiologinya secara lengkap.

– Mahasiswa keperawatan harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien

dengan penyakit osteoarthritis secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-

psiko-sosio-spiritual dengan pendekatan proses Keperawatan (pengkajian, diagnosa

keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, evaluasi).

– Mahasiswa sebaiknya menggunakan makalah ini sebagai sumber ilmu untuk

mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit osteoarthritis

lebih lanjut.

Вам также может понравиться