Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Menurut Sudra (2010) nilai ideal BOR dikatan secara statistik semakin tinggi nilai
BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang tersedia untuk pasien.
Namun perlu diperhatikan pula bahwa semakin banyak pasien yang dilayani berarti
semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja pertugas kesehatan di unit tersebut.
Akibatnya, pasien kurang mendapatkan perhatian yang dibutuhkan dalam proses
perawatan. Pada akhirnya, peningkatan BOR yang terlalu tinggi ini justru bisa
menurunkan kualitas kinerja tim medis dan menurunkan kepuasan serta keselamatan
pasien. Di sisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin sedikit tempat tidur yang
digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan tempat tidur yang telah
disediakan. Dengan kata lain, jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan
pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka perlu adanya suatu nilai ideal yang
mneyeimbangkan suatu kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien, dan aspek
pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Maka nilai ideal untuk BOR yang
disarankan adalah 75% - 85%. (Sudra, 2010).
2. AvLOS (Average Length of Stay)
Menurut Sudra (2010), AvLOS adalah rata-rata jumlah hari pasien rawat inap yang
tinggal disuatu ruangan di rumah sakit, tidak termasuk bayi baru lahir. AVLOS adalah
rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan
pada diagnosis tertentu dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai AVLOS yang idela antara 6-9 hari. Menurut Ert T (2009), untuk menghitung
AvLOS dapat menggunakan rumus :
2. Dimensi Kehandalan
Ketidakpuasan pasien pada dimensi kehandalan terhadap mutu pelayanan
kesehatan pada ruang rawat inap kelas III RSUDZA Banda Aceh, telah memberikan
gambaran bahwa tenaga kesehatan yang bertugas dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien belum optimal dalam melaksanakan tugasnya dari aspek
kecepatan, ketepatan, kesesuaian, dan kelancaran pelayanan.
3. Dimensi Jaminan
Ketidakpuasan pasien pada dimensi ini, memberikan gambaran tentang pengalaman nyata
pasien yang tidak sesuai dengan harapan bagaimana tenaga kesehatan mampu membuat
para pasien mempercayainya, merasa aman dalam menerima pelayanan, bersikap
konsisten, dan memiliki pengetahuan yang memadai untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan pasien.
4. Dimensi Ketanggapan
Hasil penelitian untuk dimensi ketanggapan merupakan dimensi prioritas ketiga dalam
menyempurnakan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan pada ruang rawat inap
kelas III RSUDZA Banda Aceh. Hal ini didasarkan pada hasil Gap Score antara
kenyataan dan harapan responden terhadap dimensi ini adalah -0,7.