Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
tahun 2005, didapatkan bahwa hipertensi menjadi salah satu dari sepuluh
penyakit terbanyak yang ditemukan pada rekam medik.5 Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi
di DKI Jakarta sebesar 28,8% meskipun lebih rendah dari angka nasional
yaitu sebesar 31,7%. Kejadian prevalensi yang terjadi di Jakarta Utara
berdasarkan Profil Kesehatan
2
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Berapa proporsi pasien hipertensi terhadap jumlah pasien rawat jalan di
RSUD KOJA?
2. Berapa proporsi pasien hipertensi yang terkontrol dengan obat terhadap
jumlah total pasien hipertensi di rawat jalan di RSUD KOJA?
3. Bagaimana profil [keluhan, usia, jenis kelamin, IMT] pada pasien
hipertensi?
3
1.6 Keaslian Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang pertama kali dilakukan di RSUD Koja.
Sebelumnya penelitian serupa belum pernah dilakukan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan pustaka
5
Sub grup: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup: perbatasan 140-149 < 90
6
darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan
terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan
diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila
jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi
campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.9,11
2.1.3 Patofisiologi
7
A. Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah
B. Sistem renin-angiotensin
8
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan
volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan
volume dan tekanan darah.
C. Sistem saraf simpatis
A. Genetik
Terdapatnya faktor genetik pada keluarga tertentu dapat
menyebabkan resiko hipertensi pada keluarga tersebut. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada
orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.4,9
B. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for
Health USA, prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks
9
Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk
wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk
wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar
internasional).9 Perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara
kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi
insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-
angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal.8,9
C. Jenis kelamin
prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause
salah satunya adalah penyakit jantung koroner.10 Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).2 Kadar kolesterol
HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada
premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen
yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus
berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai
dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita
umur 45-55 tahun.4,9
D. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon adrenalin
akan meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung
memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.9
E. Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan
perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih
otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan
pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya
10
aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya
risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung
mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja
lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus
memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri.4,9
F. Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak
lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler
ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi.4,9
G. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.14 Dalam
penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and
Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya
tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan
perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8%
subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan
dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu
kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan
merokok lebih dari 15 batang perhari.4,9
11
2.1.5 Diagnosis Hipertensi
Bila hipertensi terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama, akan
muncul komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang otak, mata,
jantung, pembuluh darah, arteri serta ginjal. Hipertensi adalah faktor resiko
utama timbulnya stroke dan penyakit jantung koroner (PJK).2 Kemungkinan
terburuknya adalah terjadi kematian pada penderita.9
12
2. Pada populasi umum <60 tahun, terapi farmakologis untuk menurunkan
tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik. diastolik≥90 mmHg
dengan target tekanan darah diastolik <90 mmHg (untuk usia 50-59 tahun)
3. Pada populasi umum <60 tahun, terapi farmakologis untuk menurunkan
tekanan darah sistolik≥140 mmHg dengan tearget ekanan darah sistolik
<140 mmHg
4. Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi
farmaskologis untuk menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target
target tekanan darah sistolik <140 mmHg dan taret tekanan darah diastolik
<90 mmHg
5. Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan penyakit diabetes, terapi
farmakologis untuk menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target
target tekanan darah sistolik <140 mmHg dan taret tekanan darah diastolik
<90 mmHg
6. Pada populasi non kulit hitam umum, termsuk mereka dengan diabetes,
terapi antihipertensi awal sebaiknya mencakup diuretik tipe Thiazid,
calcium channnel blocker (CCB), angiotensin converting enzym inhibitor
(ACEI), atau angiotensin reseptor blocker (ARB)
7. Pada populasi kulit hitam umum, termsuk mereka dengan diabetes, terapi
antihipertensi awal sebaiknya mencakup diuretik tipe Thiazid, calcium
channnel blocker (CCB)
8. Pada populasi berusia ≥18 dengan penyakit ginjal kronik , terapi
antihipertensi awa (aau tambahan)l sebaiknya mencakup angiotensin
converting enzym inhibitor (ACEI), atau angiotensin reseptor blocker
(ARB)
9. Tujuan utma terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan target
tekanan darah. Jika target tekanan darah tidak tercapai dalam 1 bulan
perawatan tingkatkan dosis awal atau tambahkan obat kedua dari salah satu
13
kelas yang direkomendasikan dalam rekomendasi 6 (thiazid type diuretic,
CCB, ACEI atau ARB).
Faktor resiko:
Obesitas
Diagnosis: Jenis kelamin
Anamnesis Kebiasaan merokok
Pemeriksaan Fisik Genetik
Pemeriksaan Penunjang Stres
Kurang olahraga
Pola asupan garam
dalam diet
Tatalaksana: Komplikasi:
Otak
Pengobatan hipertensi
Mata
dengan obat anti
jantungpembuluh
hipertensi
darah
ginjal
14
2.3 Kerangka Konsep
Obesitas
Jenis kelamin
Kebiasaan
merokok Hipertensi
adalah tekanan
darah ≥140
dan ≥90
Genetik
Stres
Kurang
olahraga
Pola asupan
garam
dalam diet
15
BAB III
METODE PENELITIAN
16
3.4.2 Eksklusi:
17
3.6 Alur Penelitian
Analisis Data
18
3.10 Jadwal penelitian
Direncanakan tanggal 22 Oktober 2018 sampai dengan 15 Desember
2018.
1. Proposal
a. Membentuk tim
b. Membuat judul
c. Mengumpulkan literature
d. Membuat Pendahuluan
e. Membuat Tinjauan Pustaka
f. Membuat Metoda Penelitian
2. Pengumpulan Data
a. Mengkoordinasikan kegiatan penelitian dengan internis di Koja
b. Melatih mahasiswa untuk mengumpulkan data
c. Membagi tugas mahasiswa untuk menjaring pasien di ruang rawat inap
Penyakit Dalam
d. Mendata semua pasien yang masuk kriteria inklusi
3. Pengolahan Data
a. Menginput data kedalam bentuk excel
19
b. Memproses data dengan menggunakan SPSS 20
c. Melakukan konsultasi dengan pakar statistik
4. Analisis Data
a. Membuat tabulasi hasil penelitian
b. Melakukan konsultasi dengan pakar endokrin
c. Membuat artikel penelitian
5. Publikasi
a. Menetapkan jurnal ilmiah kedokteran untuk publikasi artikel
b. Mengirim artikel
20
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization (WHO). Health topic: Hypertension [Internet].
Geneva: WHO;2015 [cited 2018 Oct 13]. Available from:
http://www.who.int/topics/hypertension/en/
2. Santoso M, Kurniadi I, Aprilia I. Hubungan antara Penyakit Hipertensi dengan
Stroke pada Pasien Rawat di RSUD Koja Periode 2004-2008. Artikel Penelitian.
Jakarta: Universitas Kristen Krida Wacana.
3. Neupane D, etc. Prevalence of Hypertension in Member Countries of South
Asian Association for Regional Cooperatio (SAARC) Systematic Review AND
Meta-Analysis.Medicine (Baltimore); WHO 2014 Sep;93(13) e74. [cited 2018 Oct
13]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4616265/
4. World Health Organization (WHO). Hypertension fact sheet [Internet].
Departmen of Sustainable Development and Healthy Environtmens: WHO;
September 2011 [cited 2018 Oct 13]. Available from:
http://www.searo.who.int/entity/noncommunicable_diseases/media/non_communi
cable_diseases_hypertension_fs.pdf?ua=1
5. Depkes RI. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatatlaksana Penyakit Hipertensi.
Jakarta: Dirjen PP & PL Depkes RI.2010
6. JNC VII. The seventh report of the Joint National Committee on
prevention,detection,evaluation, and treatment of high blood pressure.
Hypertension, 42: 1206 [cited 2018 Oct 18]. Available from:
https://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/express.pdf
7. https://www.scribd.com/doc/139734640/Klasifikasi-Hipertensi-Menurut-WHO
8. Runge, M. S. & M. A. Greganti. Netter’s Internal Medicine. USA: Icon Learning
System.2015
9. Nuraini B. Risk Factor of hypertension.Artikel Penelitian. J Majority Vol 4 No
5, Feb 2015. Lampung: Universitas Lampung. 2015
10. Depkes RI. Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI.2014.
11. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009
12..http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINS
I_2016/11_DKI_Jakarta_2016.pdf
13. http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/11/9
21
22