Вы находитесь на странице: 1из 5

ARTIKEL

PERKEMBANGAN PERS PADA ERA

DEMOKRASI TERPIMPIN

( 1969 – 1998 )

DISUSUN OLEH :

1. PITA FITRIANA.
2. MAZDA PUTRI NASTITI.
3. NASROTUL AZIZAH.
4. NAYLA FITROTUL HIDAYAH.
5. LUSI NUR QORIYAH.
6. SOLEKAH KHALIFATUN K.

SMK KESEHATAN BINA KARYA MEDIKA PONOROGO

JL.D.I Panjaitan 100E, Kel. Purbosuman, Kab. Ponorogo

Telp.(0352) 461575 , email : smkbkmpo@yahoo.com

Perkembangan pers pada era demokrasi terpimpin (1959-1998)


Di masa demokrasi Liberal, tiap orang yang memiiki uang atau modal boleh
menerbitkan surat kabar atau majalah. Tidak diperlukan izin atau pengesahan dari
siapapun. Melalui surat kabar dan majalah ini orang boleh menyampaikan pendapat dan
perasaannya, sehingga banyak Koran dan majalah muncul di masa ini dan mereka saling
berlomba menerbitkan surat kabar dan majalah sekalipun namyak yang tidak bisa
bertahan untuk terus terbit dengan teratur.

Koran-koran bekas milik RDV (Dinas Penerangan Belanda), setelah pengakuan


kedaulatan dialihkan ke tangan tenaga-tenaga Indonesia, Koran bekas RDV hidup jauh
lebih baik daripada Koran Indonesia yang ditangani langsung oleh orang Indonesia. Hal
ini antara lain disebabkan Koran milik RDV sewaktu dialihkan sudah mempunyai aparat
distribusi yang lengkap. Selain itu koran RDV mempunyai aparat distribusi yang
lengkap. Selain itu koran RDV mempunyai peralatan cetak yang jauh lebih lengkap dan
canggih dibandingkan dengan percetakan koran bangsa Indonesia.

Matinya majalah dan koran bermutu di masa Demokrasi Liberal kemungkinan


besar disebabkan oleh mismanajemen atau salah urus baik dibidang teknik redaksional,
teknis peralatan, keuangan, dan bernagai urusan perusahaan lainnya. Disamping itu
munculnya koran dan majalah yang isinya mengarah ke pornografi membuat keadaan
semakin buruk.

Di masa awal pelaksanaan Demokrasi Terpimpin, surat kabar dan majalah yang
tidak bersedia ikut serta dalam gelombang Demokrasi Terpimpin harus menyingkir atau
disingkirkan. Semakin lama peaturan ini semakin ketat. Di Jakarta, keluar larangan
berpolitik dalam segala bentuk termasuk dalam bentuk tulis-menulis. Khusus mengenai
pers ada Sembilan ketentuan yang salah satunya adalah pers dan alat-akat penyiaran
lainnya dilarang melakukan penyiaran kegiatan politik yang langsung dapat
mempengaruhi haluan Negara, dan tidak bersumber pada badan pemerintahan yang
berwenang untuk itu.
SIT adalah Surat Izin Terbit dan SIC adalah Surat Izin Cetak yang pada masa
Demokrasi Terpimpin sukar mendapatkannya. Semua penerbit pada tahun 1960
diwajibkan mengajukan permohonan SIT, sebagai pengesahan dillakukannya kegiatan
penyiaran. Pada bagian bawah permohonan SIT tercantum 19 pasal pernyataan yang
mengandung janji penanggung jawab surat kabar tersebut yaitu jika ia diberi SIT akan
mendukung jawab surat kabar tersebut yaitu jika ia diberi SIT akan mendukung Manipol-
Usdek dan akan mematuhi pedoman yang telah dan akan dikeluarkan oleh penguasa.
Pernyataan ini dengan mudah dipergunakan oleh penguasa sebagai alat penekan surat
kabar.

PWI sebagai satu-satunya organisasi wartawan yang diakui pemerintahdi


masaDemokrasi Terpimpin dikelola oleh wartawan-wartawan berpaham komunis dan
yang bersimpati pada paham ini. PKI berusaha menguasai PWI dengan sekuat tenaga
karena melalui PWI, SPS, dan Pancatunggal SIT dan SIC dikeluarkan. Dengan demikian
dapat menentukan siapa yang bisa diberi SIT dan SIC.

BPS singkatan dari Badan Pendukung/Penyebar Soekarnoisme. Badan ini


dibentuk untuk menandingi organisasi yang berinduk pada PKI. Tokohnya yang terkenal
adalah Sajuti Melik BPS tidak menyetujui Nasakaom tetapi setuju dengan Nasasos
(Naionalis, Agama, Sosialis). Koran pendukung BPS harus bersedia memuat tulisan
Sajuti Melik sebagai usaha mengimbangi dan mengadakan perlawanan PKI. BPS
ditentang PKI dengan tuduhan BPS hendak mengadakan PWI tandingan. Sehingga
perang pena dan fitnah pun terjadi.

Sewaktu menerbitkan Berita Yudha, Jenderal Ahmad Yani menyadari di masa


Demokrasi Terpimpin itu akan sangat membahayakan masyarakat apabila tidak ada lagi
pegangan dan hanya mendapat satu sumber berita. Saat itu hanya ada suara dari PKI,
karena itu perlu diambil alih dengan segera harian pendukung BPS Berita Indonesia dan
mengganti namanya Berita Yudha dengan motto: Untuk Mempertinggi Ketahanan
Revolusi Indonesia. Sedangkan Jenderal A. H Nasution juga menerbitkan surat kabar
bernama Angkatan Bersenjata dengan inti tujuan yang sama.

Beberapa factor penunjang keberhasilan PKI dalam bidang pers dan media massa
yaitu:

Disiplin kerja. Dengan disiplin kerja, mereka bersedia menyingkirkan pendapat


pribadi dengan patuh pada indtruksi atasan.
Jaminan Sosial. Mereka mendapat jaminan dalam kehidupannya.
Hubungan dengan fungsionaris/tokoh partai. Hubungan ini akan mempermudah control
atas tiap anggota.

Sebagai langkah awal dalam usaha merumuskan kehidupan pers nasional sesuai
dengan dasar Negara Pancasila dan UUD 1945, adalah dengan dikeluarkannya Ketetapan
MPRS No. XXXII/MPRS/1966 pada tanggal 6 Juli 1966. Kalangan pers menyambut
keluarnya ketetapan MPRS tersebut dengan pencetusan Deklarasi Wartawan Indonesia,
yang dihasilkan oleh konferensi Kerja PWI di Pasir Putih Jawa Timur pada tanggal 13-15
Oktober 1966.

Setelah DPR berhasil merealisasikan UU No. 11/1966 sebagai UU Pokok Pers


pada tanggal 12 Desember 1966, masalah selanjutnya adalah mengenai kesepakatan
dalam penafsiran dari UU Pokok Pers tersebut, terutama masalah fungsi, kewajiban dan
hak per situ sendiri.

Dalam usaha memantapkan penafsiran serta pelaksaan UU Pokok Pers dalam


praktiknya, amak dibentuklah Dewan Pers. Dewan Pers merupakan pendamping
pemerintah untuk bersama-sama membina pertumbuhan dan perkembangan pers
nasional.

Selama masa 4 tahun pertama pemerintahan Orde Baru, meski pemerintah


menghadapi berbagai masalah stabilitas dan rehabilitas i keamanan, politik pemerinta dan
ekonomi, telah diisi dengan langkah-langkah awal peletakan kerangka dasar bagi
pembangunan pers Pancasila.

Tahap selanjutnya adalah tahap pemantapan menuju tahap pemapanan diri


dalam pers nasional. Pada tahap ini upaya yang dialkukan adalah penerapan mekanisme
interaksi positif antara pers, masyarakat dan pemerintah.

Вам также может понравиться