Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DEMOKRASI TERPIMPIN
( 1969 – 1998 )
DISUSUN OLEH :
1. PITA FITRIANA.
2. MAZDA PUTRI NASTITI.
3. NASROTUL AZIZAH.
4. NAYLA FITROTUL HIDAYAH.
5. LUSI NUR QORIYAH.
6. SOLEKAH KHALIFATUN K.
Di masa awal pelaksanaan Demokrasi Terpimpin, surat kabar dan majalah yang
tidak bersedia ikut serta dalam gelombang Demokrasi Terpimpin harus menyingkir atau
disingkirkan. Semakin lama peaturan ini semakin ketat. Di Jakarta, keluar larangan
berpolitik dalam segala bentuk termasuk dalam bentuk tulis-menulis. Khusus mengenai
pers ada Sembilan ketentuan yang salah satunya adalah pers dan alat-akat penyiaran
lainnya dilarang melakukan penyiaran kegiatan politik yang langsung dapat
mempengaruhi haluan Negara, dan tidak bersumber pada badan pemerintahan yang
berwenang untuk itu.
SIT adalah Surat Izin Terbit dan SIC adalah Surat Izin Cetak yang pada masa
Demokrasi Terpimpin sukar mendapatkannya. Semua penerbit pada tahun 1960
diwajibkan mengajukan permohonan SIT, sebagai pengesahan dillakukannya kegiatan
penyiaran. Pada bagian bawah permohonan SIT tercantum 19 pasal pernyataan yang
mengandung janji penanggung jawab surat kabar tersebut yaitu jika ia diberi SIT akan
mendukung jawab surat kabar tersebut yaitu jika ia diberi SIT akan mendukung Manipol-
Usdek dan akan mematuhi pedoman yang telah dan akan dikeluarkan oleh penguasa.
Pernyataan ini dengan mudah dipergunakan oleh penguasa sebagai alat penekan surat
kabar.
Beberapa factor penunjang keberhasilan PKI dalam bidang pers dan media massa
yaitu:
Sebagai langkah awal dalam usaha merumuskan kehidupan pers nasional sesuai
dengan dasar Negara Pancasila dan UUD 1945, adalah dengan dikeluarkannya Ketetapan
MPRS No. XXXII/MPRS/1966 pada tanggal 6 Juli 1966. Kalangan pers menyambut
keluarnya ketetapan MPRS tersebut dengan pencetusan Deklarasi Wartawan Indonesia,
yang dihasilkan oleh konferensi Kerja PWI di Pasir Putih Jawa Timur pada tanggal 13-15
Oktober 1966.