Вы находитесь на странице: 1из 31

27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum PT. Vale Indonesia Tbk.

PT Vale Indonesia Tbk (Vale Indonesia) sebelumnya dikenal sebagai


PT International Nickel Indonesia, Tbk (PTI), adalah sebuah perusahaan
penanaman modal asing (PMA) yang mendapatkan izin usaha dari
pemerintah Indonesia untuk melakukan eksplorasi, kegiatan penambangan,
pengolahan dan produksi nikel. Perusahaan ini didirikan pada Juli 1968.
Saat ini PT. Vale Indonesia beroperasi di Pulau Sulawesi di bawah
perjanjian Kontrak Karya (KK) dengan pemerintah Indonesia. Perusahaan
menandatangani perjanjian KK pertama dengan pemerintah pada 27 Juli
1968, lalu pada 15 Januari 1996 menandatangani perjanjian modifikasi dan
perpanjangan kontrak awal KK, yang berlaku mulai 1 April 2008 sampai 28
Desember 2025.
Pada awalnya, luas area konsesi awal perusahaan adalah sebesar
218.528 Ha di tiga (3) Provinsi Sulawesi dengan rincian 118.387 Ha di
Sorowako, Sulawesi Selatan; 63.506 Ha di Pomalaa, Sulawesi Tenggara; dan
36.635 Ha di Bahodopi, Sulawesi Tengah. Pada tahun 2010, pemerintah
menyetujui pelepasan area KK dari total sekitar 28.000 hektar, atau sekitar
12,8 % dari luas total KK. Setelah pelepasan lahan tersebut, luas total area
KK PT. Vale Indonesia saat ini 190.000 Ha.
Tahapan operasional mencakup kegiatan penambangan dan
pengolahan bijih nikel menjadi nikel dalam matte tingkat menengah, yang
mengandung rataan 78% nikel dan 20% sulfur/belerang, Seluruh produksi
Vale Indonesia dikirim ke Jepang yang dilakukan di bawah kontrak jangka
panjang.
Vale Canada (sebelumnya Vale Inco Limited), anak perusahaan dari
Vale yang bergerak dalam bisnis logam dasar dan produsen nikel kedua
terbesar di dunia, merupakan pemegang saham mayoritas (58,73%) Vale
Indonesia dan sisanya dimiliki oleh Sumitomo Metal Mining Co. Ltd. (20,09
%), publik dan lainnya (21,18%) .
28

4.1.1 Visi, Misi dan Nilai PT. Vale Indonesia Tbk.


Visi dari PT. Vale Indonesia adalah menjadi perusahaan sumber
daya alam (SDA) nomer satu di dunia yang memberikan manfaat jangka
panjang, melalui keunggulan dan semangat hidup untuk manusia dan
lingkungan hidup. Misi perusahaan adalah mengubah SDA menjadi
kemakmuran dan pembangunan berkelanjutan. Nilai-nilai yang dipegang
oleh perusahaan adalah :
a. Hidup sangat berharga
b. Menghargai SDA
c. Cintai bumi kita
d. Melakukan hal yang benar
e. Meningkatkan kinerja bersama-sama
f. Mewujudkan tujuan bersama-sama
4.1.2 Produk PT. Vale Indonesia Tbk
Biji nikel laterit yang ditambang PT. Vale Indonesia Tbk,
mengandung unsur nikel berkadar rataan 1,95 Ni, disamping unsur kimia
lainnya. Proses pengolahan nikel PT. Vale Indonesia Tbk adalah
pyrometalurgy yaitu dengan menggunakan panas/api produksi sehingga
menghasilkan logam nikel dalam bentuk matte nikel sulfida, berkadar
minimal 75% Ni.
Nikel murni merupakan logam keras dan berkilauan dengan ciri
yang menarik antara lain : Mallable (dapat dibentuk), Ductilable (dapat
ditarik menjadi kawat), Tensile Strength (mempunyai daya rentang yang
tinggi), Rust Proof (mempunyai sifat tahan terhadap karat). Nikel dan
senyawanya digunakan dalam: stainless steel, disebut juga baja putih yaitu
suatu paduan nikel dan besi dan unsur kimia lain; alloy, logam campuran
untuk mendapatkan sifat tertentu; catalyst, sebagai bahan yang membantu
mempercepat proses reaksi kimia; ni, plating, pelapisan nikel pada
permukaan pelat besi; coin, mata uang logam; electric heating unit, unit
pemanas listrik; accumulator dan baterai/aki.
29

4.1.3 Mekanisme Kerja PT. Vale Indonesia Tbk


PT. Vale Indonesia Tbk dipimpin oleh seorang President & Chief
Executive Officer (CEO) yang bertanggungjawab mengarahkan, serta
mengkoordinir segala kegiatan pada semua departemen dan unit-unitnya.
Departemen yang ada di PT Vale Indonesia Tbk terdiri dari empat
kelompok besar, yakni kelompok operation (operasional), kelompok
business services & organizational development (pelayanan bisnis dan
pengembangan organisasi), kelompok financial (keuangan) dan kelompok
special project (proyek khusus) dimana fungsi dan kegiatannya dibagi atas
empat (4) kategori, yaitu :
a. Kelompok Operation
Dipimpin oleh Vice President Operation yang bertanggung jawab serta
mengkoordinir segala kegiatan pada setiap departemen serta unit-unitnya
yang bertugas menyediakan, memelihara dan mengadakan peralatan siap
pakai serta melaksanakan pengolahan dari nikel laterit menjadi nikel
matte. Kelompok ini membawahi empat (4) departemen, yaitu :
1) Mining Department
2) Maintenance Department
3) Process Plant Department
4) Logistic Department
b. Kelompok Special Project
Dipimpin oleh Vice President Special Project yang bertanggungjawab
dan mengkoordinir semua kegiatan yang dilakukan oleh setiap
departemen yang dibawahinya, seperti memantau kemajuan proyek yang
sedang berlangsung, pengadaan kebutuhan perusahaan, baik berupa
barang atau jasa serta memantau sistem pengolahan informasi
kepegawaian, logistik produksi dan pengolahan sistem komputer di
tambang dan pembangkit listrik.
c. Kelompok Financial
Dipimpin oleh Vice President Chief Financial Officer yang bertanggung
jawab mengawasi dan mengkoordinir biaya-biaya produksi, penggajian,
akuntansi properti, pengelolaan uang kas, membuat dan mengawasi arus
30

kas keuangan dari semua bagian dari PT INCO Tbk. Kelompok ini
menangani bagian :
1) Accounting services
2) Property and pyroll
3) Financial accountant
4) Singapore accountant
5) Cash management accountant
6) Internal audit
d. Kelompok Business Services & Organizatioal Development
Dipimpin oleh Vice President Business Services & Organizational
Development yang bertanggungjawab mengarahkan, mengkoordinir
semua kegiatan yang dilakukan berhubungan dengan pemerintah dan
pelayanan umum, serta administrasi kepegawaian dan hubungan
industrial. Departemen ini mengadakan pelatihan dan pengembangan
SDA/karyawan. Kelompok ini membawahi :
1) Safety and environment control Department
2) Human Relations and Employee Relations Department
3) Medical Services Department
4) Security and Plant Protection Department
5) External Relations Department

4.2. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah karyawan Departemen HR


PT. Vale Indonesia Tbk dari berbagai tingkatan jabatan sebanyak 36 orang.
Identitas responden yang didapatkan meliputi jenis kelamin, usia, masa kerja
dan tingkat pendidikan.

4.2.1 Jenis Kelamin Responden


Karyawan pria berjumlah 20 orang (56%) dan wanita 16 orang
(44%). Data tersebut menunjukkan bahwa pada departemen ini karyawan
pria lebih banyak dari wanita.
31

4.2.2 Usia Responden


Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa karyawan di
departemen ini dominan berusia 30-40 tahun (41%) dan relatif lebih sedikit
usia di atas 51 tahun (11%). Data sebaran karyawan menurut usia dapat
dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Karakteristik responden berdasarkan usia


4.2.3 Masa Kerja Responden
Pada departemen ini lebih dominan karyawan yang telah bekerja
antara 1-11 tahun 52% dan relatif sedikit pada karyawan telah bekerja lebih
dari 33 tahun 12%. Data sebaran karyawan menurut masa kerja dapat
dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja


32

4.2.4 Tingkat Pendidikan Responden


Data sebaran karekteristik responden berdasarkan tingkat
pendidikan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Berdasarkan Gambar 5 karyawan dengan tingkat pendidikan S1 lebih


dominan 64%, sedangkan diploma 20%, S2 dan SMA masing-masing 8%.
Karyawan yang tingkat pendidikannya SMA merupakan karyawan yang telah
bekerja lebih dari 33 tahun.

4.3. Pola Komunikasi pada Department Human Resource PT. Vale Indonesia

Pola komunikasi terdiri dari saluran komunikasi formal (komunikasi


dari atas ke bawah, bawah ke atas, diagonal dan horizontal) dan komunikasi
formal. Analisis mengenai pola komunikasi yang ada di Departemen HR PT.
Vale Indonesia Tbk dilakukan dianalisis menggunakan rataan skor (Tabel 2)
dan diinterpretasikan dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil
penelitian untuk pola komunikasi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 . Skor Rataan untuk Pola Komunikasi


Rataan
Pola Komunikasi
Skor
Atas ke bawah 3,63
Bawah ke atas 3,41
Formal
Diagonal 3,34
Horizontal 3,56
Informal 3,09
Rataan skor 3,41
33

Pada Tabel 3, rataan skor untuk pola komunikasi yang terjadi pada
Departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk, yaitu pola komunikasi formal dan
informal 3,41. Angka ini berada pada rentang 3,41 – 4,20, berarti secara
keseluruhan komunikasi pada berjalan dengan baik.
Komunikasi atas ke bawah menunjukkan skor tertinggi, yaitu 3,63 dan
yang terendah adalah pola komunikasi informal 3,09. Komunikasi atas ke
bawah menunjukkan angka paling besar diantara pola komunikasi yang lain,
maka komunikasi dari atas ke bawah lebih sering dilakukan daripada pola
komunikasi yang lain.
Komunikasi horizontal menunjukkan angka rataan terbesar kedua
setelah yaitu, 3,56. Angka ini menunjukkan pola komunikasi dari bawah ke
atas pun sering dilakukan. Komunikasi dari bawah ke atas 3,41, artinya
komunikasi ini sering dilakukan. Komunikasi diagonal 3,34 masih berada
pada rentang skala 2,6 – 3,4 yang berarti komunikasi berjalan dengan cukup
sering.
Komunikasi informal 3,09 angka ini lebih kecil dibandingkan pola
komunikasi yang lainnya, namun demikian masih berada pada rentang skala
2,6 – 3,4 berarti komunikasi informal cukup sering dilakukan.

4.3.1 Pola Komunikasi dari Atas ke Bawah


Komunikasi dari atas ke bawah merupakan komunikasi dari seorang
pemimpin kepada bawahannya. Jalur komunikasi yang berasal dari atas
(manajer) ke bawah (karyawan) merupakan penyampaian pesan yang dapat
berbentuk perintah, instruksi maupun prosedur untuk dijalankan para
bawahan dengan sebaik-baiknya. Seorang manajer yang menggunakan jalur
komunikasi ke bawah memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi,
mengarahkan, mengokoordinasikan, memotivasi, memimpin dan
mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah. Skor rataan
untuk berbagai kriteria pada pola komunikasi dari atas ke bawah dapat
dilihat pada Tabel 4.
34

Tabel 4 . Skor Rataan untuk Pola Komunikasi Atas ke Bawah

Skor
No.
Pernyataan Rataan
Memberi instruksi/tugas secara lisan dan tulisan kepada
1 3,81
bawahan
Mengajukan ide atau gagasan kepada bawahan secara lisan dan
2 3,81
tulisan
3 Memberikan pujian secara lisan dan tulisan kepada bawahan 3,53
Memberikan penjelasan mengenai pekerjaan secara lisan dan
4 3,61
tulisan kepada bawahan

5 Memberikan pendapat kepada bawahan secara lisan dan tulisan 3,50

Menerima keluhan mengenai masalah pekerjaan dari bawahan


6 3,56
secara lisan dan tulisan
Total rataan skor 3,63

Tabel 4 memberikan instruksi/tugas secara lisan dan tulisan kepada


bawahan merupakan kriteria yang mendapatkan skor terbesar (3,81), artinya
atasan sering memberikan tugas/instruksi kepada bawahannya.
Instruksi/tugas kerja ini dilakukan baik secara tulisan atau pun secara lisan.
Pemberian intruksi/tugas secara lisan biasanya melalui tatap muka langsung,
ketika melakukan rapat, saat brieafing, atau melalui telepon dan secara
tulisan melalui email, atau memo.
Mengajukan ide dan gagasan kepada bawahan secara lisan dan
tulisan memiliki rataan skor 3,81, artinya hal ini sering dilakukan oleh
atasan. Biasanya pemimpin mengajukan ide, atau gagasan pada saat rapat
internal departemen HR, reguler meeting, atau saat melakukan diskusi-
diskusi. Para pemimpin biasanya mengajukan ide-ide, atau gagasan kepada
bawahan untuk meningkatkan kinerja section atau departemen HR secara
keseluruhan.
Memberikan pujian secara lisan dan tulisan kepada bawahan cukup
sering dilakukan pada departemen ini (rataan skor 3,53). Para atasan
memberikan pujian bertujuan agar bawahan merasa hasil kerjanya dihargai
dan membuat karyawan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
Memberikan penjelasan mengenai pekerjaan secara lisan dan tulisan
merupakan aktivitas yang memiliki skor 3,61, artinya hal ini sering pula
35

dilakukan. Dalam memberikan tugas baik secara lisan, ataupun tulisan


pemimpin, selalu memberikan penjelasan mengenai pekerjaan yang
diberikan untuk memudahkan bawahan melaksanakan tugasnya, atau pada
saat bawahan mengajukan keluhan mengenai pekerjaan yang diberikan.
Penjelasan ini dilakukan secara langsung, atau tatap muka dengan bawahan
atau melalui email.
Mengajukan pendapat kepada bawahan secara lisan dan tulisan
sering dilakukan oleh pemimpin pada departemen ini hal ini, yang dilihat
dari rataan skor yang diperoleh (3,50). Sama halnya ketika mengajukan ide,
atau gagasan, para pemimpin seringkali mengajukan pendapat pada rapat-
rapat internal departemen HR, reguler meeting, atau saat diskusi.
Menerima keluhan mengenai masalah pekerjaan dari bawahan secara
lisan dan tulisan mendapatkan skor 3,56, artinya aktivitas ini sering
dilakukan. Secara keseluruhan, pola komunikasi dari atas ke bawah pada
Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia menunjukkan angka
relatif besar (3,63). Hal ini menunjukkan komunikasi dari atasan ke
bawahan berjalan dengan baik.
4.3.2 Pola Komunikasi dari Bawah ke Atas
Komunikasi dari bawah ke atas berarti alur pesan yang
disampaikan berasal dari bawahan menuju ke atasan atau pimpinan. Pesan
yang ingin disampaikan mula-mula berasal dari karyawan yang selanjutnya
akan disampaikan ke jalur yang lebih tinggi. Skor rataan untuk pola
komunikasi dari bawah ke atas dapat dilihat pada Tabel 5.
36

Tabel 5. Skor Rataan untuk Pola Komunikasi Bawah ke Atas


Skor
No
Rataa
.
Pernyataan n
1 Memberi laporan secara lisan dan tulisan kepada atasan 3,72
Mengajukan ide atau gagasan kepada atasan secara lisan
2 3,47
dan tulisan
3 Memberikan pujian secara lisan dan tulisan kepada atasan 3,14

4 Menerima tugas/instruksi secara lisan dan tulisan dari atasan 3,42

Memberikan pendapat secara lisan dan tulisan kepada


5 3,17
atasan
Mengemukakan masalah pekerjaan kepada atasan secara
6 3,53
lisan dan tulisan
Total rataan skor 3,41

Rataan skor tertinggi untuk pola komunikasi dari bawah ke atas


adalah 3,72, yaitu memberikan laporan secara lisan dan tulisan kepada
atasan. Angka ini berarti bawahan sering memberikan laporan kepada
atasannya. Laporan ini diberikan secara langsung kepada atasan, atau
melalui telepon, atau email.
Mengajukan ide dan gagasan kepada atasan secara lisan dan tulisan
memiliki rataan skor 3,47, artinya bawahan sering mengajukan ide, atau
gagasannya. Pengajuan ide atau gagasan ini dilakukan saat meeting internal
Departemen HR, meeting reguler, atau saat diskusi setiap section.
Memberikan pujian secara lisan dan tulisan kepada atasan
mendapatkan skor rataan terendah (3,14), namun masih menunjukkan
bahwa bawahan cukup sering memberikan pujian kepada atasannya. Pada
departemen HR tidak hanya atasan yang selalu memberikan pujian untuk
memotivasi bawahannya tetapi, bawahanpun melakukan hal yang sama.
Menerima instruksi/tugas dari atasan mendapatkan rataan skor
sebesar 3,42, artinya bawahan sering mendapatkan tugas, atau instruksi dari
atasan. Tugas atau instruksi ini diberikan atasan secara langsung atau
melalui telepon, memo, atau email. Memberikan pendapat kepada atasan
baik secara lisan atau pun tulisan kepada atasan mendapatkan skor 3,17
cukup sering, yang berarti bawahan sering mengutarakan pendapatnya
37

kepada atasan. Biasanya bawahan mengutarakan pendapatnya saat


berdiskusi dengan atasan, meeting internal Departemen HR, ataupun
meeting reguler.
Mengemukakan masalah pekerjaan kepada atasan mendapatkan
skor 3,53, yang berarti bawahan cukup sering mengemukakan masalah
mengenai pekerjaan kepada atasannya. Bawahan biasanya mengemukakan
masalah mengenai pekerjaan secara langsung kepada atasan saat berdiskusi,
atau melalui email dan telepon. Secara keseluruhan komunikasi antara
bawahan dan atasan memiliki rataan skor 3,41. Angka ini menunjukkan
bahwa komunikasi antara bawahan dengan atasan berjalan dengan cukup
baik.
4.3.3 Pola Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal melibatkan komunikasi antara dua tingkat
(level) organisasi yang berbeda. Komunikasi diagonal pada departemen HR
terjadi dengan seluruh departemen yang ada di PT. Vale Indonesia. Skor
rataan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Skor Rataan untuk Pola Komunikasi Diagonal
Skor
No.
Pernyataan Rataan
Atasan dari departemen lain sering memberikan kritikan
1 dan masukan yang bermanfaat kepada karyawan dalam 3,17
meningkatkan kinerja perusahaan dan sebaliknya

2 Terdapat saling ketergantungan antar bagian atau 3,81


departemen yang ada dalam perusahaan

Komunikasi antara karyawan dengan atasan dari


3 3,25
departemen lain membuat penyebaran informasi menjadi
lebih cepat
Karyawan menerima atau memberikan laporan kepada
4 3,36
atasan departemen lain
Komunikasi diagonal memungkinkan individu dari
5 berbagai departemen membantu menyelesaikan masalah 3,31
dalam perusahaan
Menerima atau mendapat keluhan mengenai masalah
6 3,17
pekerjaan dari departemen lain, atau sebaliknya
Total rataan skor 3,34
38

Rataan skor pada aktivitas memberikan kritik dan masukan yang


bermanfaat kepada karyawan lain mendapatkan skor 3,17, dimana nilai
tersebut menunjukkan bahwa atasan dari departemen lain cukup sering
memberikan kritik, atau masukan kepada karyawan di departemen HR.
Kritik dan masukan didapatkan ketika meeting dengan beberapa
departemen. Selain itu dilakukan melalui telepon, atau email.
Terdapat saling ketergantungan antar bagian, atau departemen yang
ada dalam perusahaan mendapatkan rataan skor tertinggi 3,81 dimana saling
ketergantungan itu seringkali terjadi. Aktivitas ini berhubungan dengan
menerima dan memberikan laporan kepada departemen lain yang memiliki
skor 3,36 (cukup sering dilakukan). Hal ini dikarenakan departemen HR
selalu berhubungan dengan semua departemen yang ada di PT. Vale
Indonesia, karena departemen ini mengurus masalah kepegawaian seperti
cuti karyawan, training, atasan, atau karyawan yang akan melakukan
perjalanan bisnis atau training di kota lain, karyawan yang akan pensiun,
semuanya melalui departemen HR.
Rataan skor untuk pernyataan komunikasi antara karyawan dengan
atasan dari departemen lain membuat penyebaran informasi menjadi lebih
cepat adalah 3,25, artinya cukup sering terjadi. Penyebaran informasi dapat
berlangsung secara tatap muka ketika meeting antar departemen, atau
melalui telepon dan email.
Nilai rataan skor pada aktivitas komunikasi memungkinkan individu
dari berbagai departemen membantu menyelesaikan masalah dalam
perusahaan 3,31, artinya aktivitas ini cukup sering terjadi. Diharapkan
dengan adanya bantuan dari departemen lain membuat kinerja baik
departemen HR, ataupun departemen lain menjadi lebih baik untuk
memberikan dampak positif pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Menerima atau mendapat keluhan mengenai masalah pekerjaan dari
manajer departemen lain, atau sebaliknya mendapatkan rataan skor 3,17.
Nilai rataan skor tersebut menunjukkan aktivitas pun cukup sering terjadi.
Keluhan misalnya datang dari senior staff Departemen Accounting apabila
data mengenai karyawan yang cuti, pensiun belum segera dilaporkan. Selain
39

itu, jika ada hak-hak karyawan yang harus segera dibayar bila belum
mendapat approval dari departemen HR, maka tidak dapat segera
dibayarkan. Hal-hal inilah yang kadang-kadang menimbulkan keluhan pada
Departemen HR.
Secara keseluruhan, kegiatan komunikasi diagonal pada Departemen
HR PT. Vale Indonesia berjalan dengan cukup baik (total skor rataan 3,34).
Komunikasi diagonal lebih banyak diterapkan dalam suatu organisasi
berskala besar, manakala terdapat saling ketergantungan antar bagian, atau
antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut.
4.3.4 Pola Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal terjadi antara bagian-bagian yang memiliki
posisi sejajar, atau sederajat dalam suatu organisasi. Pola komunikasi ini
terjadi antara sesama general manajer, manajer, senior staff, staff, atau
sesama karyawan non staff pada Departemen HR. Hasil skor rataan untuk
pola komunikasi horizontal dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Skor Rataan Untuk Pola Komunikasi Horizontal


Skor
No.
Pernyataan Rataan
1 Para bawahan atau atasan saling bertemu untuk 3,33
mengkoordinasikan tugas
2 Para bawahan atau atasan berkumpul mendiskusikan 3,86
penyelesaian masalah pekerjaan
Para atasan atau bawahan saling bertemu untuk berbagi
3 3,72
informasi mengenai pekerjaan
Para atasan atau bawahan saling memberikan pujian atas
4 3,33
prestasi yang didapatkan atau pekerjaan yang telah dilakukan
Para atasan atau bawahan saling memberikan masukan atau
5 3,58
pendapat mengenai pekerjaan
Para atasan atau bawahan saling mendengar keluhan mengenai
6 3,53
masalah pekerjaan
Total rataan skor 3,56

Pada Tabel 7 terdapat enam (6) aktivitas pada komunikasi


horizontal. Aktivitas yang mendapatkan skor tertinggi adalah 3,86, yaitu
para bawahan, atau atasan berkumpul untuk mendiskusikan penyelesaian
masalah pekerjaan. Hal ini berarti aktivitas ini sering dilakukan. Biasanya
40

para bawahan, maupun atasan sering melakukan diskusi-diskusi, baik


bertemu langsung, melalui meeting atau melalui telepon, atau email.
Aktivitas saling bertemu untuk berbagi informasi mengenai
pekerjaan mendapatkan rataan skor 3,72. Hal ini mengindikasikan bahwa
aktivitas ini sering dilakukan. Saling berbagi informasi biasanya lebih
banyak dilakukan secara langsung, atau tatap muka oleh karyawan,
pertukaran informasi ini didukung oleh kedekatan tempat duduk dari
masing-masing karyawan sehingga pertukaran informasi menjadi lebih
cepat.
Aktivitas selanjutnya adalah para atasan, atau bawahan saling
memberikan masukan atau pendapat mengenai pekerjaan yang
mendapatkan skor rataan 3,58. Masukan atau pendapat ini diberikan untuk
meningkatkan kinerja dari masing-masing individu dan memudahkan dalam
penyelesaian pekerjaan.
Para atasan atau bawahan saling memberikan pujian dan saling
bertemu untuk mengkoordinasikan tugas mendapat skor 3,33, artinya
aktivitas ini sering dilakukan. Di departemen HR, antara sesama atasan, atau
karyawan sangat terbuka untuk memberikan pujian satu sama lain. Selain
dapat membuat hubungan kerja baik, juga memotivasi agar lebih
meningkatkan kinerja.
Para atasan dan bawahan saling mendengar keluhan mengenai
pekerjaan. Nilai skor rataan 3,53 menunjukkan kedua aktivitas ini sering
terjadi. Banyaknya tugas yang harus dikerjakan membuat seringnya
karyawan mengeluh. Secara keseluruhan skor rataan dari seluruh aktivitas
pola komunikasi horizontal adalah 3,56. Hal ini berarti pola komunikasi
horizontal di Departemen HR PT. Vale Indonesia ini berjalan dengan baik.
4.3.5 Pola Komunikasi Informal
Dalam jaringan komunikasi informal, orang-orang yang ada dalam
suatu organisasi, tanpa mempedulikan jenjang hirarki, pangkat dan
kedudukan/jabatan, dapat berkomunikasi secara luas. Hal-hal yang
diperbincangkan biasanya bersifat umum seperti mengobrol tentang humor,
keluarga, anak-anak, olahraga, musik, film, acara di TV dan juga kadang
41

kala membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan situasi kerja yang ada
dalam perusahaan. Sumber informasi dalam komunikasi informal adalah
desas-desus, atau selentingan (Purwanto 2003). Skor rataan untuk pola
komunikasi informal dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Skor Rataan Pola Komunikasi Informal


Skor
No.
Pertanyaan Rataan
Atasan dan bawahan dapat berkomunikasi tanpa
1 3,11
mempedulikan jabatan dalam perusahaan
Atasan dan bawahan saling berbagi informasi mengenai hal-
2 3,56
hal diluar pekerjaan
Desas-desus digunakan sebagai sumber informasi dalam
3 2,61
organisasi
4 Penyebaran desas-desus berlangsung cepat dalam organisasi 3,06
5 2,86
Desas-desus memuat banyak informasi
6 Penyebaran desas-desus dipengaruhi oleh pentingnya situasi 3,36
Total rataan skor 3,09

Berdasarkan aktivitas pola komunikasi informal pada tabel tersebut


atasan dan bawahan dapar berkomunikasi tanpa memperdulikan jabatan
dalam perusahaan cukup sering dilakukan dengan skor rataan 3,11 dan
saling berbagi informasi menganai hal-hal diluar pekerjaan mendapatkan
skor rataan 3,56, artinya sering dilakukan. Atasan dan bawahan bebincang
dengan suasana yang lebih santai ketika jam istirahat, ketika menunggu
waktu meeting dimulai, atau disela-sela waktu kerja. Hal-hal yang
dibicarakan mengenai acara olahraga, humor, hobi atau acara-acara TV.
Nilai rataan skor untuk desas-desus digunakan sebagai sumber
informasi dalam organisasi adalah 2,61, artinya aktivitas ini cukup sering
terjadi. Penyebaran desas desus berlangsung cepat dalam organisasi
mempunyai rataan skor 3,06 dan memuat banyak informasi 2,86, yang
berarti kedua aktivitas ini cukup sering terjadi. Penyebaran desas-desus
dipengaruhi oleh pentingnya situasi memiliki rataan skor 3,36 artinya cukup
sering terjadi.
Secara keseluruhan komunikasi informal yang terjadi di Departemen
HR PT. Vale Indonesia berlangsung dengan cukup baik dengan total skor
42

3,09. Komunikasi informal biasanya dilakukan untuk mengurangi ketegangan


dan stress kerja.

4.4. Lingkungan Non Fisik pada Departemen Human Resource PT. Vale
Indonesia Tbk.

Lingkungan kerja non fisik adalah keadaan yang terjadi yang


berkaitan dengan hubungan kerja, baik dengan atasan maupun hubungan
sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Hasil rataan skor
pada lingkungan kerja non fisik dapat dilahat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Rataan Skor Lingkungan Kerja Non Fisik


Rataan
No Pernyataan
skor
Hubungan saya dengan atasan, bawahan, atau karyawan
1 4,25
yang setingkat berjalan dengan baik
Atasan saya selalu memberi kesempatan untuk
2 menuangkan ide, gagasan atau pendapat dalam setiap 4,28
proses pengambilan keputusan

3 Atasan saya selalu mempertimbangkan pendapat, saran, 4,22


atau gagasan yang disampaikan oleh bawahan
Saya selalu bekerja dengan nyaman tanpa tekanan, atau
4 4,14
paksaan dari pihak manapun di perusahaan
Ketika berbicara secara tatap muka dengan atasan,
5 bawahan atau karyawan setingkat saya selalu dalam 4,03
kondisi stabil
Atasan saya selalu memberikan perintah atau petunjuk
6 dalam keadaan emosi yang stabil (tidak marah-marah, 4,14
dan sebagainya)
Saya dapat bertanya tanpa rasa takut, jika ada sesuatu
7 4,03
mengenai pekerjaan saya yang tidak saya mengerti
Komunikasi antar semua tingkat jabatan berjalan dengan
8 4,25
baik
Saya selalu mendapat pujian atas pekerjaan yang saya
9 lakukan dan membuat saya senang dan termotivasi untuk 4,06
bekerja

Berdasarkan Tabel 9, hasil keseluruhan pada rataan skor untuk


semua pernyataan adalah 4,16. Hal ini berarti lingkungan kerja pada
Departemen HR PT. Vale Indonesia telah berjalan dengan baik. Suasana
yang diciptakan membuat karyawan merasa nyaman untuk melaksanakan
43

tugasnya. Komunikasi dirasakan terjalin dengan sangat baik, begitu juga


hubungan seluruh karyawan dari berbagai tingkatan jabatan.
Karyawan dapat bekerja dengan tenang tanpa adanya tekanan dan
rasa takut karena dalam memberikan tugas/instruksi atasan berada dalam
kondisi yang stabil. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi karyawan
adalah dengan memberikan pujian, di departemen ini atasan maupun
bawahan sering memberikan pujian, sehingga membuat karyawan
termotivasi untuk bekerja lebih baik.

4.5. Uji Asumsi Klasik

Uji penyimpangan asumsi klasik digunakan asumsi klasik untuk


mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dan heteroskedastis dalam suatu
model regresi (Priyatno, 2009).

4.5.1 Uji Normalitas


Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk melihat
normalitas data adalah dengan cara mencermati titik-titik data pada
Normal P-Plot (NPP). Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika
garis data riil mengikuti garis diagonal. Hasil uji normalitas dapat
dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Normal p-plot

Pada gambar NPP menunjukkan data berdistribusi secara normal,


karena titik-titik mengikuti garis diagonal. Hal ini berarti data dalam
44

penelitian adalah baik dan layak digunakan karena memiliki distribusi


normal.
4.5.2 Uji Multikoliniearitas
Multikolinearitas (kolinearitas ganda) berarti adanya hubungan
linear yang sempurna di antara peubah-peubah bebas dalam model regresi.
Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang
tinggi antara peubah-peubah bebas dalam suatu model regresi linear
berganda. Multikolinearitas diuji dengan melihat nilai Tolerance yang lebih
dari 0,1 dan nilai VIF yang kurang dari 10, sehingga model dapat dikatakan
terbebas dari multikolineritas. Hasil perhitungan uji multikolineritas pada
Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Uji Multikoliniearitas

Peubah Tolerance VIF Kriteria Hasil


X1 0,171 5,852
X2 0,152 6,579 Tidak ada
Tolerance > 0,1
X3 0,723 1,384 masalah
VIF < 10
multikolineritas
X4 0,319 3,135
X5 0,611 1,637

Berdasarkan nilai VIF yang kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih
dari 0,1, maka disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas antar peubah
independen pada model regresi.
4.5.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ditujukan untuk melihat apakah terdapat
ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan
yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana
terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain yang tetap atau disebut homoskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas
dapat dilihat pada Gambar 7.
45

Gambar 7. Hasil uji heteroskedastisitas

Dari hasil pengolahan data pada Gambar 7, yaitu analisis pada


Scatterplot menunjukkan bahwa model regresi terbebas dari
heteroskedastisitas yang ditunjukkan dari titik-titik data yang menyebar di
atas dan di bawah, atau di sekitar angka 0 dan penyebaran titik-titik tidak
berpola. Model yang didapatkan adalah tidak terdapat pola tertentu pada
grafik.

4.6. Pengaruh Pola Komunikasi Terhadap Lingkungan Kerja Non Fisik


pada Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk.

Pengaruh pola komunikasi terhadap lingkungan kerja non fisik pada


departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk. dianalisis dengan menggunakan
metode analisis liniear sederhana (Lampiran 5) dan berganda (Lampiran 6).
Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh peubah
independen terhadap peubah dependen. Peubah independen pada penelitian
ini terdiri dari pola komunikasi dari atas ke bawah (X1), bawah ke atas (X2),
diagonal (X3), horizontal (X4) dan komunikasi informal (X5). Peubah
dependen dalam penelitian ini adalah lingkungan kerja non fisik (Y) di
Departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk.
46

4.6.1 Pengaruh Pola Komunikasi Terhadap Lingkungan Kerja Non Fisik


dengan Analisis Regresi Linear Sederhana
Pengaruh pola komunikasi terhadap lingkungan kerja non fisik
pada departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk. dengan menggunakan metode
analisis liniear sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing pola komunikasi (komunikasi dari bawahan ke atasan, atasan ke
bawahan, diagonal, horizontal dan informal). Hasil perhitungan regresi
linear sederhana dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0, dimana hasil untuk
masing-masing pola komunikasi adalah :
1. Pengaruh pola komunikasi dari atasan ke bawahan terhadap lingkungan
kerja non fisik pada Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia
Tbk.
Hasil analisis perhitungan regresi linear sederhana untuk
pengaruh pola komunikasi dari atasan ke bawahan (X1) terhadap
lingkungan kerja non fisik dapat dilihat pada Tabel 11 dan 12.
Tabel 11. Output Model Summary

Nilai R square 0,459 menunjukkan sumbangan pengaruh pola


komunikasi dari atasan ke bawahan terhadap lingkungan kerja non fisik
45,9% dan sisanya 54,1% dipengaruhi oleh faktor lain.

Tabel 12. Hasil Uji Regresi Linear Sederhana

Berdasarkan hasil pengolahan regresi linear sederhana pada Tabel 12,


pola komunikasi dari atasan ke bawahan memiliki nilai nyata 0,000 < 0,05
47

maka komunikasi dari atasan ke bawahan berpengaruh terhadap lingkungan


kerja non fisik. Persamaan regresi untuk pola komunikasi dari atasan ke
bawahan adalah :
Ŷ = 2,545 + 0,443X1
Persamaan model regresi diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan satu
satuan pola komunikasi dari atasan ke bawahan akan meningkatkan
lingkungan kerja non fisik 0,443.
2. Pengaruh pola komunikasi dari bawahan ke atasan terhadap lingkungan
kerja non fisik pada Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk.
Hasil analisis perhitungan regresi linear sederhana untuk pengaruh
pola komunikasi dari bawahan ke atasan (X2) terhadap lingkungan kerja non
fisik dapat dilihat pada Tabel 13 dan 14.

Tabel 13. Output Model Summary

Nilai R square 0,442 menunjukkan sumbangan pengaruh pola


komunikasi dari bawahan ke atasan terhadap lingkungan kerja non fisik
44,2% dan sisanya (55,8%) dipengaruhi oleh faktor lain.

Tabel 14. Hasil Uji Regresi Sederhana

Hasil pengolahan regresi linear sederhana pada Tabel 14, pola


komunikasi dari bawahan ke atasan memiliki nilai nyata 0,000 < 0,05 maka
komunikasi dari bawahan ke atasan berpengaruh terhadap lingkungan kerja
non fisik. Persamaan regresi untuk pola komunikasi dari bawahan ke atasan
adalah :
48

Ŷ = 2,460 + 0,497X2
Persamaan model regresi diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan
satu satuan pola komunikasi dari bawahan ke atasan akan meningkatkan
lingkungan kerja non fisik 0,497.
3. Pengaruh pola komunikasi diagonal terhadap lingkungan kerja non fisik
pada Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk.
Hasil analisis perhitungan regresi linear sederhana untuk pengaruh
pola komunikasi diagonal (X3) terhadap lingkungan kerja non fisik dapat
dilihat pada Tabel 15 dan 16.

Tabel 15. Output Model Summary

Nilai R square 0,276 menunjukkan sumbangan pengaruh pola


komunikasi diagonal terhadap lingkungan kerja non fisik 27,6% dan
sisanya (72,4%) dipengaruhi oleh faktor lain.

Tabel 16. Hasil Uji Regresi

Pola komunikasi diagonal memiliki nilai nyata 0,001 < 0,05 maka
komunikasi diagonal berpengaruh terhadap lingkungan kerja non fisik.
Persamaan regresi untuk pola komunikasi diagonal adalah :
Ŷ = 2,796 + 0,406X3
Persamaan model regresi diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan satu
satuan pola komunikasi diagonal akan meningkatkan lingkungan kerja non
fisik 0,406.
49

4. Pengaruh pola komunikasi horizontal terhadap lingkungan kerja non fisik


pada Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk.
Perhitungan regresi linear sederhana untuk pengaruh pola komunikasi
horizontal (X4) terhadap lingkungan kerja non fisik dapat dilihat pada Tabel
17 dan 18.

Tabel 17. Output Model Summary

Nilai R square 0,609 menunjukkan sumbangan pengaruh pola


komunikasi horizontal terhadap lingkungan kerja non fisik 60,9% dan
sisanya (39,1%) dipengaruhi oleh faktor lain.

Tabel 18. Hasil Uji Regresi

Pola komunikasi horizontal memiliki nilai nyata 0,000 < 0,05 maka
komunikasi horizontal berpengaruh terhadap lingkungan kerja non fisik.
Persamaan regresi untuk pola komunikasi horizontal adalah :
Ŷ = 2,796 + 0,759X3
Persamaan model regresi diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan
satu satuan pola komunikasi horizontal akan meningkatkan lingkungan
kerja non fisik 0,759.
5. Pengaruh pola komunikasi informal terhadap lingkungan kerja non fisik pada
Departemen Human Resource PT. Vale Indonesia Tbk.
Perhitungan regresi linear sederhana untuk pengaruh pola komunikasi
informal (X5) terhadap lingkungan kerja non fisik dapat dilihat pada Tabel 19
dan 20.
50

Tabel 19. Output Model Summary

Nilai R square 0,085 menunjukkan sumbangan pengaruh pola


komunikasi informal terhadap lingkungan kerja non fisik 8,5% dan sisanya
(91,5%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

Tabel 20. Hasil Uji Regresi

Berdasarkan hasil regresi sederhana nilai nyata komunikasi informal


0,084 > 0,05 maka komunikasi informal tidak berpengaruh nyata terhadap
lingkungan kerja non fisik.
Secara keseluruhan analisis regresi linear sederhana untuk masing-
masing pola komunikasi didapatkan bahwa pola komunikasi horizontal
merupakan pola komunikasi yang memiliki kontribusi paling besar (60,9%)
terhadap lingkungan kerja non fisik, sedangkan terkecil adalah pola
komunikasi informal (8,5%).

4.6.2 Pengaruh Pola Komunikasi Terhadap Lingkungan Kerja Non Fisik


dengan Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui


seberapa besar pengaruh peubah independen terhadap peubah dependen.
Jika pada regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh
dari masing-masing pola komunikasi maka regresi linear berganda
digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pola komunikasi secara
51

keseluruhan terhadap lingkungan kerja non fisik. Hasil regresi linear


berganda dapat dilihat pada Tabel 21 dan 22.

Tabel 21. Output Model Summary

R menunjukkan korelasi berganda, yaitu korelasi antara dua atau


lebih variabel independen terhadap peubah dependen. Nilai R berkisar
antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungan semakin erat,
sebaliknya jika mendekati 0, maka hubungan semakin lemah. Angka R pada
tabel tersebut menunjukkan angka 0,847 (84,7%), artinya korelasi antara
pola komunikasi terhadap lingkungan kerja non fisik memiliki hubungan
erat, karena medekati 1. Nilai R square 0,671 menunjukkan sumbangan
pengaruh pola komunikasi terhadap lingkungan kerja non fisik 67,1% dan
sisanya (32,9%) dijelaskan oleh peubah lain yang tidak diteliti

Tabel 22. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Berdasarkan hasil pengolahan regresi liniear berganda pada Tabel 12


X2 (komunikasi dari bawah ke atas) memiliki nilai nyata 0,085 dan X3
(komunikasi diagonal) 0,056 tidak berpengaruh terhadap lingkungan kerja
non fisik karena nilai nyatanya lebih dari 0,05, maka persamaan model
regresi linear berganda pada penelitian ini adalah :
Ŷ = 0,945 + 0,407 X1 + 0,482 X4 + 0,181 X5
Persamaan model regresi dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
52

1. Komunikasi dari atas ke bawah (X1) memiliki t hitung 2,655 dengan


tingkat nyata 0,013. t hitung > t tabel ( 2,655 > 1,697) dan nilai nyatanya
kurang dari 0,05 maka komunikasi dari atas ke bawah memiliki
pengaruh nyata terhadap lingkungan non fisik Departemen HR PT. Vale
Indonesia. Nilai koefisien beta yang dimiliki bernilai 0,407, artinya setiap
kenaikan komunikasi dari atas ke bawah sebesar satu satuan akan
meningkatkan lingkungan kerja non fisik 0,407.
2. Komunikasi horizontal (X4) memiliki t hitung 2,886 dan nilai nyata
0,007. t hitung > t tabel (2,886 > 1,697) dan nilai nyata kurang dari 0,05
maka komunikasi horizontal memiliki pengaruh nyata terhadap
lingkungan kerja non fisik. Nilai koefisien beta yang dimiliki bernilai
0,482 Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan komunikasi horizontal
sebesar satu satuan akan terjadi peningkatan lingkungan kerja non fisik
0,482.
3. Komunikasi informal (X5) memiliki t hitung 2,321 dengan nilai nyata
0,027. t hitung (2,339 > 1,697) dan nilai nyata kurang dari 0,05 maka
komunikasi informal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
lingkungan kerja non fisik. Nilai koefisien yang dimiliki 0,181, berarti
apabila terjadi peningkatan komunikasi informal sebesar satu satuan,
akan terjadi peningkatan lingkungan kerja non fisik 0,181.
Pada analisis regresi linear berganda didapatkan bahwa komunikasi
horizontal merupakan komunikasi yang paling berpengaruh diantara pola
komunikasi yang lainnya, nilai koefisien adalah 0,482 dan nilai nyata 0,007.
Seringnya para karyawan berinteraksi, atau berkomunikasi dengan rekan
sejabatan dan karena penelitian ini merupakan penelitian tentang SDM di
sebuah perusahaan membuat komunikasi horizontal memiliki pengaruh
yang cukup besar bagi lingkungan kerja non fisik. Dalam perusahaan,
terdapat kecenderungan dalam melaksanakan pekerjaan para karyawan
saling berbagi informasi dengan rekan sejabatan, terutama apabila muncul
masalah-masalah dalam perusahaan. Secara praktis dapat dikatakan
komunikasi horizontal yang dominan dalam melancarkan komunikasi dalam
53

organisasi untuk mendukung kepemimpinan dalam pencapaian tujuan


organisasi.
Selain komunikasi horizontal, komunikasi dari atasan kepada
bawahan juga berpengaruh terhadap lingkungan kerja non fisik. Seorang
pemimpin harus mampu mengkomunikasikan ide, gagasan, atau informasi
kepada para bawahannya, sehingga bawahan dapat memahami pesan yang
disampaikan dengan baik. Bagaimana cara atasan berkomunikasi untuk
memberikan tugas, atau instruksi kepada bawahan berpengaruh pada
lingkungan kerja non fisik.
Untuk komunikasi dari bawahan ke atasan tidak berpengaruh
terhadap lingkungan kerja non fisik, karena yang memegang peranan dalam
hubungan antara atasan dan bawahan adalah seorang pemimpin dan
bagaimana cara pemimpin berkomunikasi, atau menyampaikan pesan
terhadap bawahannya. Selain komunikasi dari bawahan ke atasan,
komunikasi diagonal juga tidak berpengaruh terhadap lingkungan kerja non
fisik. Hubungan antara atasan dan bawahan yang berbeda bagian, atau
departemen dalam perusahaan tidak berkontribusi dalam mempengaruhi
lingkungan kerja non fisik pada suatu departemen. Hubungan dengan
karyawan dalam satu bagian, atau departemen yang lebih penting daripada
hubungan dengan karyawan dari departemen lain, sehingga membuat
komunikasi diagonal tidak berpengaruh pada lingkungan kerja non fisik.
Dalam keadaan tertentu selain komunikasi formal, komunikasi
informal juga dapat berpengaruh terhadap lingkungan kerja non fisik di
perusahaan. Walaupun kontribusinya kecil tetapi komunikasi informal dapat
digunakan untuk mencairkan suasana dan mengurangi stres kerja. Selain itu
komunikasi informal dapat digunakan oleh atasan untuk memonitor para
karyawan dalam melakukan tugas dan lebih mengenal bawahannya
sehingga memudahkan dalam mengarahkan bawahannya.
54

4.7. Uji Hipotesis

Uji F dan uji t digunakan untuk menguji hipotesi apakah pola


komunikasi tidak berpengaruh atau berpengaruh terhadap lingkungan kerja
non fisik. Hipotesis penelitian adalah :
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara pola komunikasi terhadap lingkungan
kerja non fisik
H1 : Terdapat pengaruh antara pola komunikasi terhadap lingkungan kerja
non fisik

4.7.1 Uji F
Uji F digunakan untuk menguji secara serentak apakah pola
komunikasi dari atasan ke bawahan (X1), bawahan ke atasan (X2), diagonal
(X3), horizontal (X4), dan informal (X5), berpengaruh terhadap lingkungan
kerja non fisik. Hasil uji F pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Hasil Uji F

Hasil uji F menunjukkan nilai F 15.252 dengan nilai nyata 0,000 <
0,05, sehingga terima terima H1 tolak H0. Jadi, dapat disimpulkan terdapat
pengaruh antara pola komunikasi (X1, X2, X3, X4 dan X5) terhadap
lingkungan kerja non fisik.
4.7.2 Uji t
Uji t digunakan untuk menguji konstanta dari setiap peubah bebas
Hal ini berarti bahwa uji t dapat mengetahui, apakah peubah independen
secara individu mempunyai pengaruh berarti terhadap peubah dependen.
Hasil uji t pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 22.
Berdasarkan uji t pola komunikasi yang memiliki nilai nyata kurang
dari 0,05 adalah pola komunikasi atas ke bawah (X1) 0,013, horizontal (X4)
55

0,007 serta komunikasi informal (X5) 0,027 dengan demikian terima H1,
pola komunikasi inilah yang berpengaruh terhadap lingkungan kerja non
fisik pada Departemen HR PT. Vale Indonesia Tbk. Sedangkan pola
komunikasi dari bawah ke atas (X2) memiliki nilai nyata 0,085 dan pola
komunikasi diagonal 0,056 yang berarti lebih besar daripada 0,05 maka
terima H0 komunikasi diagonal dan bawah ke atas tidak memiliki pengaruh
terhadap lingkungan kerja non fisik pada Departemen HR PT. Vale
Indonesia Tbk.

4.8. Implikasi Manajerial

Dalam dunia bisnis, baik perusahaan kecil, sedang dan besar, orang-
orang yang ada dalam perusahaan tidak terlepas dari kegiatan komunikasi
yang merupakan faktor penting bagi pencapain tujuan organisasi. Hasil
rekapitulasi dari keseluruhan penelitian tentang pola komunikasi dapat dilihat
pada Tabel 24.

Tabel 24. Rekapitulasi Hasil Pola Komunikasi pada Departemen HR PT.


Vale Indonesia Tbk
Pengaruh Terhadap
Rataan
Pola Komunikasi Interpretasi Lingkungan kerja non
skor
fisik
atas ke
bawah 3,63 Baik Berpengaruh
bawah ke
Formal atas 3,41 Baik Tidak Berpengaruh
diagonal 3,34 Cukup baik Tidak berpengaruh
horizontal 3,56 Baik Berpengaruh
Informal 3,09 Cukup baik Berpengaruh
Kesimpulan 3,41 Baik

Secara keseluruhan pola komunikasi baik formal maupun informal


yang ada pada departemen HR PT. Vale Indonesia berjalan dengan baik
berada pada rentang skala 3,41–4,2. Pola komunikasi yang paling
berpengaruh adalah pola komunikasi formal daripada komunikasi informal.
Pola komunikasi informal memiliki rataan skor 3,09, angka ini berada pada
rentang skala 2,61 – 3,40, artinya berjalan dengan cukup baik.
56

Seorang pemimpin yang menggunakan saluran komunikasi ke


bawahan memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, mengarahkan,
mengkoordinasikan, memotivasi, memimpin dan mengendalikan berbagai
kegiatan perusahaan. Peran pemimpin penting di departemen HR PT. Vale
Indonesia, seberapa jauh proses komunikasi itu berhasil dengan baik
ditentukan oleh kondisi dan perilaku atasan, atau manajer sebagai pengirim
gagasan, media yang dipakai, isi pesan, cara pesan disampaikan dan suasana
komunikasi itu sendiri. Apabila pemimpin dalam kondisi emosi yang tidak
baik, tentunya membuat bawahan merasa tidak nyaman untuk melakukan
interaksi.
Dalam mencapai keberhasilan tujuan perusahaan para pemimpin harus
percaya kepada bawahannya. Pemecahan masalah-masalah yang terjadi
dalam suatu organisasi dan mengambil keputusan, seorang pemimpin harus
dapat memperhatikan aspirasi yang berasal dari bawahan. Pada departemen
HR PT. Vale Indonesia pimpinan memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk memberikan pendapat, atau gagasannya, sehingga para
bawahan merasa dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
Pada departemen HR PT. Vale Indonesia komunikasi horizontal
bersifat koordinatif diantara karyawan yang memiliki posisi sederajat. Tujuan
dari komunikasi horizontal, antara lain untuk melakukan persuasi,
mempengaruhi dan memberikan informasi kepada rekan sejabatan. Intensitas
pertemuan secara tatap muka dan kedekatan tempat duduk membuat
penyebaran informasi menjadi lebih cepat dan komunikasi menjadi lebih
efektif.
Selain komunikasi formal, komunikasi informal, komunikasi informal
ternyata cukup berpengaruh pada lingkungan kerja, komunikasi informal pada
departemen HR Vale Indonesia digunakan sebagai penghilang ketegangan
dalam bekerja dan untuk lebih mendekatkan hubungan antara sesama
karyawan. Selain itu komunikasi informal biasanya digunakan atasan untuk
lebih mengenal karakter orang yang dipimpinnya. Namun yang perlu
diwaspadai pada komunikasi formal adalah penyebaran desas-desus yang
57

bersifat negatif, maka peran pemimpin sangat dibutuhkan dalam menangani


dan mengendalikan desas desus yang terjadi di perusahaan.
Lingkungan kerja non fisik pada pada departemen HR Vale Indonesia
dirasakan baik. Semua ini tentunya tidak terlepas dari komunikasi yang
terjalin oleh seluruh karyawan dari semua jenjang jabatan. Hubungan antara
seluruh karyawan dirasakan berjalan dengan baik. Sikap pemimpin yang
selalu memberikan kesempatan kepada seluruh pegawai untuk memberikan
pendapat, pujian atau bahkan kritikan membuat bawahan merasa dihargai dan
termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
Pola komunikasi baik komunikasi formal, maupun informal yang ada
di departemen HR PT. Vale Indonesia memberikan pengaruh cukup besar
pada lingkungan kerja non fisik di perusahaan, maka komunikasi efektif perlu
ditingkatkan diantara semua jenjang jabatan, sehingga tercapai kesepahaman
dalam penyampaian pesan, hubungan baik antara seluruh pegawai dari
berbagai tingkatan manajemen tetap dijaga dalam meningkatkan kinerja
karyawan dan mencapai tujuan perusahaan.

Вам также может понравиться

  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Документ24 страницы
    Bab Ii PDF
    Fenty Alnafrah Hs
    Оценок пока нет
  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Документ24 страницы
    Bab Ii PDF
    Fenty Alnafrah Hs
    Оценок пока нет
  • Reaksi Kimia PDF
    Reaksi Kimia PDF
    Документ16 страниц
    Reaksi Kimia PDF
    Faiz Almath
    Оценок пока нет
  • Makalah Kewirausahaan Dalam Perkonomian
    Makalah Kewirausahaan Dalam Perkonomian
    Документ5 страниц
    Makalah Kewirausahaan Dalam Perkonomian
    IssmiKarimaTripuspita
    Оценок пока нет
  • Kepemimpinan
    Kepemimpinan
    Документ17 страниц
    Kepemimpinan
    Dony
    Оценок пока нет
  • Materi Prof Triyuni PDF
    Materi Prof Triyuni PDF
    Документ109 страниц
    Materi Prof Triyuni PDF
    Indahge30 Gemilang
    Оценок пока нет
  • Kepemimpinan
    Kepemimpinan
    Документ17 страниц
    Kepemimpinan
    Dony
    Оценок пока нет
  • Kepemimpinan
    Kepemimpinan
    Документ17 страниц
    Kepemimpinan
    Dony
    Оценок пока нет
  • Electric Furnace
    Electric Furnace
    Документ13 страниц
    Electric Furnace
    guiltia jurai
    Оценок пока нет
  • Reaksi Kimia PDF
    Reaksi Kimia PDF
    Документ16 страниц
    Reaksi Kimia PDF
    Faiz Almath
    Оценок пока нет
  • Reaksi Kimia PDF
    Reaksi Kimia PDF
    Документ16 страниц
    Reaksi Kimia PDF
    Faiz Almath
    Оценок пока нет
  • Reaksi Kimia PDF
    Reaksi Kimia PDF
    Документ16 страниц
    Reaksi Kimia PDF
    Faiz Almath
    Оценок пока нет
  • Materi Karya Tulis Ilmiah
    Materi Karya Tulis Ilmiah
    Документ13 страниц
    Materi Karya Tulis Ilmiah
    Nori Lofindie
    100% (1)
  • Materi Prof Triyuni PDF
    Materi Prof Triyuni PDF
    Документ109 страниц
    Materi Prof Triyuni PDF
    Indahge30 Gemilang
    Оценок пока нет
  • Laporan Heat Treatment c2
    Laporan Heat Treatment c2
    Документ8 страниц
    Laporan Heat Treatment c2
    Rizka Febriyanti
    Оценок пока нет
  • Pembuatan Electric Furnace Berbasis Mikrokontroler
    Pembuatan Electric Furnace Berbasis Mikrokontroler
    Документ5 страниц
    Pembuatan Electric Furnace Berbasis Mikrokontroler
    Rezky Indah Lestari
    Оценок пока нет
  • Dokumen - Tips - Laporan Heat Treatment 569914dd98cc1
    Dokumen - Tips - Laporan Heat Treatment 569914dd98cc1
    Документ18 страниц
    Dokumen - Tips - Laporan Heat Treatment 569914dd98cc1
    Rezky Indah Lestari
    Оценок пока нет
  • Pembuatan Electric Furnace Berbasis Mikrokontroler
    Pembuatan Electric Furnace Berbasis Mikrokontroler
    Документ5 страниц
    Pembuatan Electric Furnace Berbasis Mikrokontroler
    Rezky Indah Lestari
    Оценок пока нет
  • Makalah Teknik Lingkungan
    Makalah Teknik Lingkungan
    Документ22 страницы
    Makalah Teknik Lingkungan
    Rezky Indah Lestari
    Оценок пока нет
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Документ2 страницы
    Bab Iv
    Rezky Indah Lestari
    Оценок пока нет
  • Statistik
    Statistik
    Документ3 страницы
    Statistik
    Rezky Indah Lestari
    Оценок пока нет
  • Proses Proses Pengolahan Bijih Emas Di PT Antam TBK
    Proses Proses Pengolahan Bijih Emas Di PT Antam TBK
    Документ33 страницы
    Proses Proses Pengolahan Bijih Emas Di PT Antam TBK
    Rezky Indah Lestari
    Оценок пока нет
  • File PDF
    File PDF
    Документ20 страниц
    File PDF
    Rezky Indah Lestari
    Оценок пока нет
  • Sejarah Antam
    Sejarah Antam
    Документ16 страниц
    Sejarah Antam
    Budiman Raharjo'bjo'
    Оценок пока нет
  • Proses Pengolahan Nikel
    Proses Pengolahan Nikel
    Документ14 страниц
    Proses Pengolahan Nikel
    Ito Purnomo
    100% (5)
  • BAB IV Hasil Dan Pembahasan PDF
    BAB IV Hasil Dan Pembahasan PDF
    Документ31 страница
    BAB IV Hasil Dan Pembahasan PDF
    Rezky Indah Lestari
    Оценок пока нет
  • Makalah Teknik Lingkungan
    Makalah Teknik Lingkungan
    Документ23 страницы
    Makalah Teknik Lingkungan
    Rezky Indah Lestari
    Оценок пока нет
  • File PDF
    File PDF
    Документ20 страниц
    File PDF
    Rezky Indah Lestari
    Оценок пока нет