Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan data WHO pada tahun 2012 terdapat 360 juta jiwa di dunia
menderita gangguan pendengaran (5,3% populasi di dunia). Diantaranya 328 juta
(91%) dari itu adalah orang dewasa (183 juta laki-laki dan 145 juta perempuan).
Dan 32 (9%) juta lainnya adalah anak-anak. Data prevalensi tersebut yang
mengalami gangguan pendengaran pada anak-anak yang terbanyak adalah di asia
selatan, asia pasifik dan afrika. Sekitar sepertiga yang menderita gangguan
pendengaran yaitu usia lebih dari 65 tahun. Prevalensi dari gangguan pendengaran
pada dewasa sampai usia 65 tahun yang terbesar adalah di asia selatan, asia
pasifik dan afrika.
(17,1%). Angka prevalensi terkecil erada pada kelompok 5-14 tahun dan 15-24
tahun (masing-masing 0,8%).
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk memahami mengenai anatomi telinga,
fisiologi pendengaran, epidemiologi, etiologi, patogenesis, diagnosis,
penatalaksanaan dan komplikasi gangguan pendengaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Auris (telinga) dibedakan atas bagian luar, tengah dan dalam.auris berfungsi
ganda; untuk keseimbangan dan untuk pendengaran. Membrane tympanica
memisahkan auris eksterna dan auris media atau cavum timpani. Tuba auditiva
menghubungkan auris media dengan nasopharynx.
Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula), liang telinga (meatus
acusticus eksterna) sampai membran timpani bagian lateral. Daun telinga
terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit yang berfungsi mengumpulkan
gelombang suara, sedangkan liang telinga menghantarkan suara menuju
membrana timpani (Moore, 2013).
Telinga dalam terdiri dari dua bagian, yaitu labirin tulang dan labirin
membranosa. Labirin tulang terdiri dari koklea, vestibulum, dan kanalis
semisirkularis, sedangkan labirin membranosa terdiri dari utrikulus, sakulus,
duktus koklearis, dan duktus semisirkularis. Rongga labirin tulang dilapisi
oleh lapisan tipis periosteum internal atau endosteum, dan sebagian besar
diisi oleh trabekula (susunannya menyerupai spons) (Pearce, 2008).
K+ 4 mEq/l dan Na+ 139 mEq/l, sedangkan skala media berisi endolimfa
dengan konsentrasi K+ 144 mEq/l dan Na+ 13 mEq/l. Hal ini penting untuk
pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut membrana vestibularis
(Reissner’s Membrane) sedangkan dasar skala media adalah membrana
basilaris. Pada membran ini terletak organ corti yang mengandung organel-
organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ Corti
terdiri dari satu baris sel rambut dalam yang berisi 3000 sel dan tiga baris sel
rambut luar yang berisi 12000 sel. Ujung saraf aferen dan eferen menempel
pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat
stereosilia yang melekat pada suatu selubung di atasnya yang cenderung
datar, dikenal sebagai membran tektoria. Membran tektoria disekresi dan
disokong oleh suatu panggung yang terletak di medial disebut sebagai limbus
(Moore, 2013).
Nervus auditorius atau saraf pendengaran terdiri dari dua bagian, yaitu:
nervus vestibular (keseimbangan) dan nervus kokhlear (pendengaran). Serabut-
serabut saraf vestibular bergerak menuju nukleus vestibularis yang berada pada
titik pertemuan antara pons dan medula oblongata, kemudian menuju
cerebelum. Sedangkan, serabut saraf nervus kokhlear mula-mula dipancarkan
7
timbul akibat getaran suatu obyek. Bunyi yang didengar oleh setiap orang muda
antara 20 dan 20.000 siklus per detik. Akan tetapi, batasan bunyi sangat
9
2.3.1 Definisi
endolimfe. Hal ini menyebabkan tuli telinga dalam yang akan sama-sama
mempengaruhi konduksi udara dan tulang. Ambang pendengaran dan
perpindahan komponen aktif membrane basilar akan dipengaruhi sehingga
kemampuan untuk membedakan berbagai nada frekuensi yang lebih tinggi
terganggu. Akhirnya, depolarisasi sel rambut dalam yang tidak adekuat
dapat mneghasilkan sensasi suara yang tidak biasa dan mengganggu (tinitus
subyektif) hal ini juga dapat disebabkan oleh eksitasi neuron yang tidak
adekuat pada jaras pendengaran atau korteks auditorik.
3. Kekakuan membrane basiler akan mnegganggu mikromekanis sehingga
mungkin berperan dalam ketulian pada usia lanjut
4. Tuli telinga dalam dapat juga disebabkan oleh sekresi endolimfe yang
abnormal. Jadi, loop diuretics pada dosis tinggi tidak hanya menghambat
kotranspor Na+-K+-2Cl- ginjal, tetapi juga dipendengaran. Selain itu,
kelainan genetik (jarang) pada kanal K+ di lumen juga telah diketahui
menyebabkan hal tersebut. Kanal K+ yang terdiri dari subunit (isK/KVLQTI),
yang juga diekspresikan di jantung (juga pada organ lain), berperan dalam
proses repolarisasi. Defek KVLQTI atau IsK tidak hanya menyebabkan
ketulian, tetapi juga perlambatan repolarisasi miokardium (interval QT
memanjang [sindrom Jervell, Large-Nielsen]). Gangguan penyerapan
endolimfe juga dapat menyebabkan tuli. Ruan endolimfe menjadi menonjol
keluar sehingga mengganggu hubungan antara sel rambut dan membrane
tektorial (edema endolimfe). Akhirnya, peningkatan permeabilitas antara
ruang endolimfe dan perilimfe mungkin berperan dalam penyakit Meniere,
yang ditandai oleh serangan tuli dan vertigo.
1. Tuli sensorineural
Menurut Centers of Disease Control and Prevention (CDC) (2011), tuli
sensorineural merupakan gangguan pendengaran yang terjadi akibat adanya
gangguan pada sepanjang telinga bagian dalam ataupun gangguan pada
sepanjang telinga bagian dalam ataupun gangguan pada fungsi saraf
pendengaran. Tuli sensorineural dapat dibagi menjadi tuli sensorineural
koklea dan tuli sensorineural retrokoklea.
Tuli sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia (congenital),
labirinitis (oleh bakteri/virus), intoksikasi obat streptomisin, kanamisin,
neomisin, kina, asetosal atau alkohol. Selain itu, tuli sensorineural juga
dapat disebabkan oleh tuli mendadak (sudden deafness), trauma kapitis,
trauma akustik, dan pajanan bising.
Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan oleh neuroma akustik,
tumor sudut pons serebelum, mieloma multipel, cedera otak, perdarahan
otak, dan sebagainya.
Patofisiologi
Gejala pertama dari toksisitas adalah timbulnya tinnitus nada tinggi. Jika
pemakaian tidak dihentikan, gangguan pendengaran dapat terjadi setelah
beberapa hari. Suara mendenging ini dapat bertahan selama beberapa
hari hingga 2 minggu setelah terapi dihentikan. Oleh karena persepsi
suara dalam rentang frekuensi tinggi (diluar pembicaraan normal)
merupakan yang pertama hilang, maka individu yang terganggu
terkadang tidak sadar akan kesulitas ini, dan tidak akan dapat terdeteksi
kecuali dilakukan pemeriksaan audiometri.
Pasien kebanyakan tidak akan memiliki keluhan gangguan
pendengaran hingga pada suatu saat mereka telah kehilangan 30 dB pada
frekuensi 3000 Hz- 4000Hz. Monitoring fungsi pendengaran penting
pada pasien yang mengalami insufisiensi ginjal atau pada pasien yang
mendapatkan dosis terapi obat yang lebih tinggi dari dosis normal
(Chamber, 2007).
Tuli akibat ototoksik dapat menetap hingga berbulan-bulan setelah
pengobatan selesai. Biasanya tuli bersifat bilateral. Kurang pendengaran
akibat pemakaian obat ototoksik bersifat sensorineural. Antibiotika yang
bersifat ototoksik mempunyai ciri-ciri penurunan tajam untuk frekuensi
tinggi pada audiogram, sedangkan diuretic menghasilkan gambaran
audiogram yang mendatar atau sedikit menurun. Selain itu tidak jarang
terdapat pula gangguan keseimbangan badan dan sulit memfiksasi
pandangan, terutama setelah perubahan posisi (Soetirto, 2001).
Penatalaksanaan
Tuli yang diakibatkan oleh obat-obatan ototoksik tidak dapat diobati.
Bila pada waktu pemberian obat-obat ototoksik terjadi gangguan pada
telinga dalam setelah dilakukan pemeriksaan audiometri, maka
pengobatan dengan obat-obatan tersebut harus segera dihentikan. Berat
ringannya ketulian yang terjadi tergantung kepada jenis obat, jumlah,
dan lamanya pengobatan.
Kerentanan pasien termasuk yang menderita insufisiensi ginjal,
renal, serta sifat obat itu sendiri juga mempengaruhi kemunculan gejala
ototoksik.
16
Gejala klinis
Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam
berbicara (speech discrimination) dan fungsi sosial. Gangguan pada
frekwensi tinggi dapat menyebabkan kesulitan dalam menerima dan
membedakan bunyi konsonan. Bunyi dengan nada tinggi, seperti suara
bayi menangis atau deringan telepon dapat tidak didengar sama sekali.
Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinnitus merupakan gejala yang
sering dikeluhkan dan akhirnya dapat mengganggu ketajaman
pendengaran dan konsentrasi.
Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising (noise
induced hearing loss) adalah :
1. Bersifat sensorineural
2. Hampir selalu bilateral
3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat (profound hearing
loss). Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB.
4. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi
penurunanpendengaran yang signifikan.
5. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000,
4000 dan 6000 Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada
frekwensi 4000Hz.
6. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000,
4000 dan 6000 Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 –
15 tahun.
7. Selain pengaruh terhadap pendengaran (auditory), bising yang
berlebihan juga mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh
18
Penatalaksanaan
Oleh karena tuli akibat bising adalah tuli saraf koklea yang bersifat
menetap (irreversible), bila gangguan pendengaran sudah
mengakibatkan kesulitan berkomunikasi dengan volume percakapan
biasa, dapat dicoba pemasangan alat bantu dengar (ABD). Apabila
pendengarannya telah sedemikian buruk, sehingga dengan memakai
ABD pun tidak dapat berkomunikasi dengan adekuat, perlu dilakukan
psikoterapi supaya pasien dapat menerima keadaannya. Latihan
pendengaran (auditory training) juga dapat dilakukan agar pasien dapat
menggunakan sisa pendengaran dengan ABD secara efisien dibantu
dengan membaca ucapan bibir (lip reading), mimik dan gerakan anggota
badan serta bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi.
2. Tuli konduktif
Terjadi pada 8% dari seluruh kejadian gangguan pendengaran.
disebabkan oleh kondisi patologis pada kanal telinga eksterna, membran
timpani, atau telinga tengah sehingga terjadi gangguan transmisi suara
secara mekanik. Gangguan pendengaran konduktif tidak melebihi 60 dB
karena dihantarkan menuju koklea melalui tulang (hataran melalui tulang)
bila intensitasnya tinggi. Pada gangguan jenis ini, transmisi gelombang
19
suara tidak dapat mencapai telinga dalam secara efektif. Ini disebabkan
karena beberapa gangguan atau lesi pada kanal telinga luar, rantai tulang
pendengaran, ruang telinga tengah, fenestra ovalis, fenestra rotunda, dan
tuba auditiva. Pada bentuk yang murni (tanpa komplikasi) biasanya tidak
ada kerusakan pada telinga dalam, maupun jalur persyarafan pendengaran
nervus vestibulokoklearis (N.VIII).
Tuli konduktif disebabkan kelainan di telinga luar atau telinga tengah.
Kelainan telinga luar meyebabkan tuli konduktif adalah otalgia, atresia liang
telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumkripta, otitis eksterna
maligna, dan osteoma liang telinga. Kelainan telinga tengah yang
menyebabkan tuli konduktif adalah sumbatan tuba eustachius, otitis media,
otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum, dan dislokasi tulang
pendengaran.
Etiologi
a. Dermatitis kronik pada telinga luar
b. Liang telinga sempit
c. Produksi serumen terlalu banyak dan kental
d. Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan
mengorek telinga)
Patofisiologi
Impaksi serumen (sumbatan oleh serumen yang keras)
Telinga luar dalam kulit kanal auditoris eksterna glandula serumenosa
sekresi substansi lilin serumen tertimbun kanalis eksternus
menumpuk menutup hantaran suara lewat udara reseptor gagal
menerima suara tuli konduktif
Gejala klinis
Gejala yang umumnya dirasakan penderita penyakit impaksi serumen,
antara lain:
-Pendengaran berkurang karena telinga tersumbat
-Rasa nyeri apabila serumen menekan keras membatu dan
menekan dinding telinga
20
Penatalaksanaan
Serumen dapat dilunakkan dengan meneteskan beberapa tetes
gliserin hangat, minyak mineral, atau hidrogen peroksida perbandingan
setengah selama 30 menit sebelum pengangkatan. Bahan seruminolitik,
seperti peroksida dalam gliseril (Debrox) atau Cerumenex juga tersedia;
namun, senyawa ini dapat menyebabkan reaksi alergi dalam bentuk
dermatitis. Pemakaian larutan ini dua sampai tiga kali sehari selama
beberapa hari biasanya sudah mencukupi untuk memudahkan pengangkatan
impaksi. Bila impaksi serumen tak dapat dilepaskan dengan cara ini, dapat
diangkat oleh petugas perawatan kesehatan dengan instrumen khusus seperti
kuret serumen dan pengisap aural yang menggunakan mikroskop binokuler
untuk pembesaran.
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan
menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan dokter
akan membuang serumen tersebut dengan cara menyemburnya secara
perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga
keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga
yang berulang, maka irigasi tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke
telinga tengah dan kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan
ini, serumen dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul atau dengan
alat penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut serumen karena bisa
menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga dan tidak
mampu melarutkan serumen secara adekuat.
Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di
liang telinga, antara lain:
21
3. Tuli Campuran
Gangguan jenis ini merupakan kombinasi dari gangguan pendengaran
jenis konduksi dan gangguan pendengaran jenis sensorineural. Mula-mula
gangguan pendengaran jenis ini adalah jenis hantaran (misalnya
22
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan hum test dan tes penala untuk
membantu klinisi membedakan tuli konduktif dan tuli sensorineural
sebelum dilakukan pemeriksaan audiometri. Pada hum test, pasien diminta
bersenandung dan kemudian memberitahu apakah suara didengar lebih
keras di satu telinga atau sama di keduanya. Pada tuli konduktif, suara akan
terdengar lebih keras pada telinga yang sakit, sebaliknya pada tuli
sensorineural suara akan terdengar lebih keras pada telinga yang sehat.
Menurut AAO-HNS guideline, tes penala dapat digunakan untuk
24
konfirmasi temuan audiometri. Tes penala berupa tes Weber dan tes Rinne
dilakukan dengan alat bantu garpu tala 256 Hz atau 512 Hz juga melihat
ada tidaknya lateralisasi ke salah satu sisi telinga (Bashiruddin, Soetirto,
2007).
4. Pemeriksaan Audiometri
bunyi dan saat bunyi tersebut menghilang. Cara membaca hasil audiometri adalah
dengan melihat grafik yang dihasilkan. Grafik Air Conductor (AC) untuk
menunjukan hantaran udara, sedangkan grafik Bone Conductor (BC) untuk
melihat hantaran tulang. Telinga kiri ditandai dengan warna biru, sedangkan
telinga kanan ditandai dengan warna merah.
INCLUDEPICTURE "http://www.aafp.org/afp/2013/0101/hi-
res/afp20130101p41-f1.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "http://www.aafp.org/afp/2013/0101/hi-res/afp20130101p41-
f3.gif" \* MERGEFORMATINET
5. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan MRI
Kortikosteroid sistemik
Untuk hasil pengobatan yang maksimal, dosis terapi prednison oral yang
direkomendasikan adalah 1 mg/kg/hari dosis tunggal dengan dosis maksimum 60
mg/hari selama 10-14 hari. Dosis ekuivalen prednison 60 mg setara dengan
metilprednisolon 48 mg dan deksametason 10 mg. Sebuah data yang representatif
31
Kortikosteroid Intratimpani
Terapi oksigen hiperbarik telah diterapkan sebagai terapi tambahan dalam kasus
tuli mendadak. Terapi ini memberikan oksigen 100% dengan tekanan lebih dari 1
ATA (atmosphere absolute). Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan oksigenasi
koklea dan perilimfe, sehingga diharapkan dapat menghantarkan oksigen dengan
tekanan parsial yang lebih tinggi ke jaringan, terutama koklea yang sangat peka
terhadap keadaan iskemik. Terapi oksigen hiperbarik diperkirakan memiliki efek
yang kompleks pada imunitas tubuh, transpor oksigen dan hemodinamik,
peningkatkan respons normal pejamu terhadap infeksi dan iskemia, serta
mengurangi hipoksia dan edema. Terapi ini memiliki efek samping berupa
kerusakan pada telinga, sinus, dan paru akibat perubahan tekanan, miopia yang
memburuk sementara, klaustrofobia, dan keracunan oksigen. Dalam sebuah studi
terhadap 80 pasien yang menjalani terapi oksigen hiperbarik, 5 pasien (6,25%)
mengalami barotrauma pada telinga atau sinus.
dan speaker. ABM menerima suara melalui mikrophone yang mengubah sinyal
suara menjadi sinyal listrik kemudian mengirimkannya ke amplifier. Amplifier
meningkatkan kekuatan sinyal listrik dan mengirimkannya ke telinga pemakai
ABM melalui speaker.
Suara yang sudah dikeraskan oleh ABM masuk melalui telinga luar,
tengah dan dalam. Proses selanjutnya suara menyebabkan vibrasi pada telinga
tengah dan dalam. Hair cells atau biasa disebut dengan rambut saraf pendengaran
yang masih baik akan mendeteksi vibrasi yang paling besar dan mengubahnya
menjadi sinyal saraf yang kemudian diteruskan ke otak. Semakin rusak rambut
saraf pendengaran, maka semakin parah kondisi pendengaran pendengar dan
ABM dengan penguatan yang besar dibutuhkan untuk membangunkan rambut
saraf pendengaran. Akan tetapi, akan ada batasan kekuatan pengerasan yang
dikeluarkan oleh ABM. Bahkan jika rambut saraf pendengaran terlalu parah
kerusakannya dan ABM pun sudah tidak bisa memberikan penguatan yang
memadai, dalam situasi ini mungkin ABM tidak bisa membantu lagi.
Beberapa model Alat Bantu Dengar (ABM) yang ada di pasaran. Model
ABM didasarkan pada bagaimana ABM tersebut diletakkan serta penguatan yang
dibutuhkan. Umumnya ABM diletakkan dibelakang telinga dan dalam lubang
telinga.
34
INCLUDEPICTURE "http://cdn.hearingreview.com/hearingr/2014/06/Kukfigure-
2.jpg" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcQsqXWl5EXkhh0102vq55kUMMZzSbm3nAmbM7iJ7GPh9szPxuEFNw"
\* MERGEFORMATINET
Hearing aid atau alat bantu pendengaran pada saat ini tersedia dalam beberapa
jenis. Tipe yang terbaik untuk dipilih tergantung pada tingkat kehilangan
pendengaran, bentuk telinga, gaya hidup dan kebutuhan akan pendengaran.
Setelah mengevaluasi tingkat pendengaran, seorang ahli THT dapat menolong
kita untuk menentukan pilihan yang tepat. Berikut ada empat jenis alat bantu
pendengaran :
sempit dalam kanal telinga. Selama seorang bayi tumbuh, earmolds perlu
untuk diganti sesuai pada bentuk dasar.
2. In-the-ear (ITE)
ABM yang dipasangkan dalam telinga bagian luar dan digunakan
untuk penurunan pendengaran ringan sampai dengan berat. Beberapa ITE
dilengkapi dengan fitur seperti telecoil. Telecoil adalah magnet lilitan magnet
yang berfimgsi untuk menangkap suara melaiui melaiui lilitan magnet
tersebut bukan melalul mikrophon. Fitur ini memberikan kemudahan pemakai
afat bantu mendengar untuk berbicara melaiui telephon. Telecoil juga
berfungsi untuk menangkap suara yang dikeluarkan oleh induction loop
system. ITE umumnya tidak digunakan oleh anak-anak dan orangtua.
39
4. Completely-in-the-Canal (CIC)
Jenis alat bantu dengar yang satu ini dipasang jauh di dalam saluran kanal
telinga dan umumnya tidak dapat dilihat. Karena bentuknya yang begitu kecil
sehingga tidak semua tipe rangkaian dapat sesuai dengan model ini. Jenis ini
40
sangat sesuai untuk penderita yang amat parah. Pada dasarnya cara kerja alat
pendengaran ini sama dengan jenis BTE melainkan letaknya saja yang
berbeda.
Jenis alat bantu dengar tipe ini dipasang permanen di dalam kulit di
belakang telinga, yaitu sebuat lempeng titanium dan prossesor. Prinsip
kerjanya yaitu lempeng titanium menerima rangsang dari luar kemudian
diolah di prosessor dan dilanjutkan ke telinga bagian dalam melalui tulang.
41
6. Cochlear implant
Cochlear implant adalah alat pendengaran buatan yang dirancang
untuk menghasilkan sensasi pendengaran yang berguna yang secara elektrikal
merangsang saraf - saraf dalam pusat telinga. The cochlear implant dirancang
untuk simpangan bagian – bagian rusak dari bagian dalam telinga dan
mengirim rangsangan listrik secara langsung ke saraf pendengar dimana
rangsangan tersebut kemudian ditafsirkan sebagai suara oleh otak. Alat ini
menyediakan kemampuan untuk sensasi pendengaran yang berguna dan
memperbaiki kemampuan berkomunikasi bagi orang yang kehilangan
pendengaran yang parah. Cochlear implants adalah sebuah pilihan penting
bagi individu yang memperoleh sedikit atau tidak ada keuntungan dari sebuah
hearing aid konvensional. Prinsip kerja dari cochlear implant :
BAB III
KESIMPULAN
sensorineural dan tuli konduktif melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, tes penala,
pemeriksaan audiometri, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Ketulian atau hearing
loss diklasifikasikan menjadi tuli konduktif, tuli sensorineural, atau campuran. Tuli
konduktif disebabkan oleh abnormalitas telinga luar, membran timpani, rongga udara
telinga tengah, atau tulang pendengaran, struktur yang menghantarkan gelombang
suara ke koklea. Sementara itu, tuli sensorineural disebabkan oleh adanya
abnormalitas koklea, saraf auditorik, dan struktur lain yang mengolah impuls neural
ke korteks auditorik di otak.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, George L. 2014. Boies: Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta. EGC
Bashiruddin J, Soetirto I. Tuli mendadak. In: Buku ajar ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok kepala dan leher. Ed 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007.
Rauch SD. Clinical practice: Idiopathic sudden sensorineural hearing loss. N Engl J
Med. 2008;359:833-40.
Sherwood, lauralee. 2012. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Jakarta. EGC.
44
Stachler RJ, Chandrasekhar SS, Archer SM, Rosenfeld RM, Schwartz SR, Barrs DM,
et al. Clinical practice guideline sudden hearing loss: Recommendations of
the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery.
Otolaryngol Head Neck Surg. 2012;146:S1.
World Health Organization. http://www.who.int/pbd/deafness/WHO_GE_HL.pdf
prevalensi deafness and hearing loss. Februari 2017