Вы находитесь на странице: 1из 2

Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut

mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu. Buta warna ini merupakan kondisi
genetik yang biasanya diturunkan dari orang tua ke anaknya. Gen yang bertanggung jawab
untuk kondisi ini dilakukan pada kromosom X dan inilah alasan mengapa lebih banyak
pria terpengaruh daripada wanita (Turbent, 2018).
Di retina, ada dua jenis sel yang mendeteksi cahaya. Mereka disebut batang dan
kerucut. Batang hanya mendeteksi cahaya dan gelap dan sangat sensitif terhadap tingkat
cahaya rendah, sedangkan sel kerucut mendeteksi warna dan terkonsentrasi di dekat pusat
penglihatan (Turbent, 2018). Ada tiga jenis sel kerucut pada retina. Mereka masing-
masing berisi pigmen visual (opsin) yang berbeda sehingga bereaksi terhadap panjang
gelombang cahaya yang berbeda, yaitu merah, hijau, dan biru. Sel kerucut menangkap
gelombang cahaya sesuai dengan pigmen masing-masing dan meneruskannya dalam
bentuk sinyal transmisi listrik ke otak. Kemudian mengolah dan menggabungkan sinyal
warna merah, hijau, dan biru dari retina ke tayangan warna tertentu. Karena perbedaan
intensitas dari masing-masing warna pokok tersebut, kita dapat membedakan jutaan
warna. Gangguan penerimaan cahaya pada satu jenis atau lebih sel kerucut di retina
berdampak langsung pada persepsi warna di otak seseorang yang buta warna memiliki
cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut (Cummings, 2011: 81).

Ada tiga jenis reseptor warna dan bentuk utama yang berbeda, yakni kelainan merah
(protan), hijau (deutan), dan biru (tritan). Kondisi kekurangan warna merah dan hijau
menghasilkan masalah penglihatan warna yang cukup sebanding, mereka sering disatukan
dan dikenal sebagai kebutaan warna merah-hijau (Daniel, 2012:6). Butawarna dapat
terjadi secara congenital atau didapat akibat penyakit tertentu. Butawarna yang
diturunkan tidak bersifat progresif dan tidak dapat diobati. Pada kelainan makula (retinitis
sentral dan degenerasi makula sentral), sering terdapat kelainan pada penglihatn warna
biru dan kuning, sedang pada kelainan saraf optik akan terlihat gangguan penglihatan
warna merah dan hijau. Butawarna umumnya dianggap lebih banyak terdapat pada laki-
laki dibanding perempuan dengan perbandingan 20:1 (Kartika dkk, 2014: 269).

Untuk mengetahui apakah seseorang menyandang butawarna atau tidak maka dapat
dilakukan beberapa tes. Tes yang pertama dapat menggunakan tes pencocokan benang. Uji
pencocokan benang dilakukan dengan pasien diberi sebuah gelendong benang dan diminta untuk
mengambil gelendong yang warnanya cocok dari setumpuk gelendong yang berwarna-warni. Dalam hal ini
pasien harus menemukan warna yang berhubungan erat dengan warna sampel. Jenis tes penglihatan
warna ini mengabaikan penamaan warna, yang sangat berbeda antara orang uji (Negi, 2010). Tes buta

warna lainnya yang paling populer adalah dengan menggunakan buku Ishihara’s Tests yang
terdiri dari plat atau lembaran yang di dalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna
dan ukuran. Titik tersebut membentuk lingkaran, warna titik tersebut dibuat sedemikian
rupa sehingga orang butawarna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat
orang normal (Murti dkk, 2011: 160).

Buta warna pada manusia disebabkan oleh gen-gen resesif yang terkait dengan
kromosom X. Pada wanita yang memiliki alel heterozigot merupakan wanita normal yang
membawa sifat buta warna atau disebut carrier. Inti yang harus diketahui adalah, bahwa
buta warna merah-hijau adalah sifat resesif terkait seks dan kebutaan warna biru-kuning
adalah sifat dominan autosomal. Sedangkan buta warna yang sering terjadi pada laki-laki
adalah buta warna merah-hijau (Hartl, 2011: 106). Dalam buta warna, wanita pembawa
tidak terpengaruh karena sifatnya resesif. Hal ini menyebabkan lebih banyak pria menjadi
buta warna merah-hijau dan bahkan lebih banyak wanita menjadi pembawa kekurangan
penglihatan warna ini (Daniel, 2012: 7).
Buta warna herediter merupakan kelainan genetik sexlinked pada kromosom X ayah
dan ibu. Anak perempuan menerima satu kromosom X dari ibu dan satu dari ayah.
Dibutuhkan hanya satu gen untuk penglihatan warna normal. Anak laki-laki, menerima
kromosom X dari ibu dan Y dari ayah, jika gen X tunggal tidak mempunyai gen
fotopigmen maka akan terjadi buta warna (Kartika dkk, 2014: 269).

Negi. 2010. Color Blindness Tests. https://www.color-blindness.com/2010/03/23/color-


blindness-tests/. Diakses pada 21 Oktober puku; 8.07 WIB

Вам также может понравиться