Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa
tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis pilihan kata (diksi) mempengaruhi
pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam segi makna dan relasi, gaya
bahasa, ungkapan, kata kajian, kata popular, kata sapaan dan kata serapan.
1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan diksi?
2. Apa Fungsi diksi?
3. Bagaimana persyaratan ketepatan diksi?
4. Bagaimana pembagian makna kata?
5. Bagaimana pembagian gaya bahasa dan idiom?
1.3. TUJUAN
1. Megetahui pengertian dari diksi.
2. Mengetahui fungsi diksi.
3. Mengetahui syarat-syarat yang dibutuhkan dalam penggunaan diksi.
4. Mengetahui pembagian makna kata.
5. Memahami gaya bahasa dan idiom.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2. FUNGSI DIKSI
4
6. Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan)
yang benar.
7. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat.
8. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat.
9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim.
10. Menggunakan kata abstrak dan konkrit secara cermat.
B. Kesesuaian
Syarat kesesuaian kata, sebagai berikut :
1. Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam
situasi yang formal.
2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam
situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan
kata-kata popular.
3. Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-
kata slang.
5. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
6. Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
7. Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial.
5
menghadiri pertemuan itu, Wanita dan perempuan secara konseptual sama,
kumpulan, rombongan, gerombolan, secara konseptual sama maknanya,
istri dan bini secara konseptual sama.
B. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai
akibat dari sikap sosial, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah
makna konseptual. Makna konotatif atau konotasi berarti makna kias, bukan
makna sebenarnya. Makna konotatif juga mengandung nilai-nilai
emosional. Sebuah kata dapat berbeda dari satu masyakat ke masyarakat
lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma masyarakat tersebut.
Makna konotasi juga dapat berubah dari waktu kewaktu. Contoh:“Prabowo
Hatta dan Jokowi Kalla berebut kursi presiden.” Kalimat tersebut tidak
menunjukan makna bahwa Prabowo dan Jokowi Kalla tarik-menarik kursi.
Karena kata kursi berarti jabatan presiden.
Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat jelek. Kata-
kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek
daripada bodoh ), mampus (lebih jelek daripada mati), dan gubuk (lebih
jelek daripada rumah). Di pahak lain, kata-kata itu dapat mengandung arti
6
kiasan yang terjadi dari makna denotatif referensi lain. Makna yang
dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga
kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.
7
gagasan dan saran. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan
rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang
bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi jika dihambur-hamburkan dalam
suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
E. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai
makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan . Sinonim ialah persamaan
makna kata . Artinya, dua kata atau lebih yang berbeda bentuk ejaan, dan
pengucapannya.
Contoh: agung, besar, raya. mati, mangkat, wafat, meninggal, dll.
8
atau kapal yang digerakkan dengan tenaga layar”. Walaupun kini
kapal-kapal besar tidak lagi menggunakan layar, tetapi sudah
menggunakan tenaga mesin , bahkan juga tenaga nuklir, namun
kata berlayar masih digunakan.
2. Perkembangan Sosial dan Budaya
Perkembangan dalam bidan sosial kemasyarakatan dapat
menyebabkan terjadinya perubahan makna. Sama halnya dengan yang
terjadi sebagai akibat perkembangan dalam bidang ilmu dan
teknologi, sebuah kata yang pada mulanya bermakna ‘A’. lalu berubah
menjadi bermakna ‘B’ atau ‘C’. Bentuk katanya tetap sama, tetapi
konsep makna yang dikandungnya sudah berubah. Misalnya,
kata saudara dalam bahasa Sansekerta yang bermakna “seperut” atau
“satu kandungan”. Kini kata saudara, walaupun masih digunakan
dalam arti “orang yang lahir dari kandungan yang sama” tetapi
digunakan juga untuk menyebut atau menyapa siapa saja yang
dianggap sederajat atau berstatus sosial yang sama.
3. Perbedaan Bidang Pemakaian
Setiap bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosakata
tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu
dalam bidang tersebut. Kata-kata yang menjadi dalam kosakata dalam
bidang-bidang tertentu itu dalam kehidupan dan pemakaian sehari-
hari dapat digunakan dalam bidang lain atau menjadi kosakata umum.
Oleh karena itu, kata-kata tersebut menjadi memiliki makna baru atau
makna lain di samping makna aslinya. Misalnya, kata membajak yang
berasal dari bidang pertanian, seperti pada frase membajak sawah,
kini telah biasa digunakan dalam bidang lain dengan makna
“melakukan kekerasan atau paksaan untuk memperoleh keuntungan”
seperti tampak dalam frase membajak pesawat terbang dan kaset
bajakan.
4. Adanya Asosiasi
Berbeda dengan perubahan makna yang terjadi sebagai akibat
penggunaan dalam bidang yang lain, dalam hal ini, makna baru yang
9
muncul adalah berkaitan dengan hal atau peristiwa lain yang
berkenaan dengan kata tersebut. Misalnya, kata amplop yang berasal
dari bidang administrasi atau surat-menyurat, maka asalnya adalah
“sampul surat”. Kedalam amplop itu selain biasa dimasukkan surat
tetapi bisa juga dimasukkan benda lain seperti uang. Oleh karena itu,
dalam kalimat “Beri saja amplop maka semua urusanmu pasti beres.”
Dalam kalimat tersebut, amplop yang dimaksudkan bukanlah surat,
melainkan berisi uang yang berarti sogokan.
5. Pertukaran Tanggapan Indra
Dalam penggunaan bahasa, banyak terjdi kasus pertukaran
tanggapan antara alat indra yang satu dengan alat indra yang lain.
Misalnya, rasa pedas yang seharusnya ditanggap dengan alat indra
perasa pada lidah, tertukar menjadi ditanggap alat indra pendengar
seperti tampak dalam ujaran kata-katanya cukup pedas. Dalam hal ini,
pertukara alat indra penanggap, biasa disebut dengan
istilah sinestesia.
6. Perbedaan Tanggapan
Setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah
mempunyai makna leksikal tetap. Namun karena pandangan hidup
dan ukuran dalam norma kehidupan di dalam masyarakat maka
banyak kata yang memiliki nilai rasa yang “rendah”, kurang
menyenangkan. Di samping itu ada juga yang menjadi memiliki nilai
rasa yang “tinggi”, atau yang mengenakkan. Kata-kata yang nilainya
merosot menjadi rendah tersebut, lazim disebut peyoratif, sedangkan
yang nilainya naik menjadi tinggi disebut amelioratif. Misalnya,
kata bini yang saat ini dianggap peyoratif, sedangkan
kata istri dianggap amelioratif.
7. Pengembangan Istilah
Salah satu upaya dalam pengembangan atau pembentukan istilah
baru adalah dengan memanfaatkan kosakata bahasa Indonesia yang
ada dengan jalan memberi makna baru, entah dengan menyempitkan
makna kata tersebut, meluaskan, maupun memberi arti baru sama
10
sekali. Misalnya, kata papan yang semula bermakna “lempengan
kayu tipis”, kini diangkat menjadi istilah untuk makna “perumahan”.
11
b. Retoris adalah gaya bahasa berupa kalimat tanya yang tidak memerlukan
jawaban. Contoh:Bukankah tugas kalian masih banyak?
c. Koreksio adalah gaya bahasa yang mengoreksi kata-kata yang dianggap
salah dengan kata-kata pembetulannya. Contoh : aku bertemu
dengannya, oh ternyata sedang bermimpi.
d. Repetisi adalah gaya bahasa dengan mengulang-ulang kata atau
kelompok kata. Repetisi sering digunakan dalam pidato. Contoh : kita
harus berusaha, kita harus belajar, kita harus bisa sehingga kita
harus pintar.
e. Paralelisme adalah gaya bahasa dengan pengulangan yang sering dipakai
dalam puisi. Paralelisme dapat dibedakan menjadi dua yaitu anafora dan
epifora.
f. Enomerasio adalah gaya bahasa yang menyebutkan beberapa peristiwa
saling berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan. Contoh : Bintang-
bintang gemerlapan, rembulan bersinar, angin berembus sepoi-sepoi,
malam itu indah sekali.
g. Klimaks adalah gaya bahasa yang mengungkapkan beberapa hal secara
berturut-turut semakin memuncak. Contoh: Sejak detik, menit, jam, dan
hari ini saya tidak merokok lagi.
h. Antiklimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa
hal secara berturut-turut semakin menurun. Contoh: Jangankan seribu,
seratus, serupiah, bahkan sesen pun aku tidak membawa uang.
i. Asidenton adalah gaya bahasa yang menjelaskan beberapa hal sederajat
secara berturut-turut tanpa kata penghubung. Contoh: Baju, celana, kaos,
sarung, dan kaos kaki dicuci semuanya.
j. Polisidenton adalah gaya bahasa yang menjelaskan beberapa hal
sederajat secara berturut-turut dengan kata penghubung. Contoh: Buku
cerita dan sepatu serta tas dibeli kakak untuk adik.
k. Pleonasme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata tambahan secara
berlebihan. Contoh :Anak-anak sedang turun ke bawah
12
l. Tautologi adalah gaya bahasa dengan pengulangan kata, kelompok kata,
atau sinonimnya. Contoh : Datang, datanglah malam ini juga wahai
sahabatku.
m. Praterito adalah gaya bahasa yang menyembunyikan maksud agar
ditebak oleh pembaca atau pedengarnya. Contoh: Senang sekali bisa
diterima kuliah di UGM. Kelak kalian dapat merasakan sendiri
n. Elipsis adalah gaya bahasa yang menggunakan kalimat elips (kalimat
tidak lengkap). Contoh :Ayo, tidur! (maksudnya : ayo, anak-anak tidur!)
o. Interupsi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata atau kelompok
kata yang disisipkan untuk menjelaskan sesuatu. Contoh : Buku ini, yang
ku cari selama ini, yang kudapatkan dari seorang teman.
p. Ekslamasio adalah gaya bahasa yang menggunakan kata seru. Yang
termasuk kata seru diantaranya,
yaitu ah, aduh, amboi, astaga, awas, oh, wah. Contoh: awas, ada anjing
galak!
13
e. Eufimisme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata atau kelompok
kata penghalus. Contoh: Ia sedang ke kamar belakang (kamar belakang
penghalus dari WC).
f. Litotes adalah gaya bahasa yang menggunakan kata berlawanan untuk
merendahkan diri. Contoh: Ayo, mampir ke gubuk kami (rumah).
g. Hiperbola adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara
berlebihan. Contoh: Tawanya menggelegar hingga membelah bumi.
h. Perifrasis adalah gaya bahasa yang menggunakan suatu kata atau
kelompok kata dengan kata atau kelompok kata lain. Contoh: Aku
merasa senang dapat belajar di kota pelajar(Yogyakarta).
i. Personifikasi adalah gaya bahasa yang menggambarkan benda mati
seolah-olah benda hidup atau bernyawa. Contoh: Buih
laut menjilat pantai.
j. Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian, tetapi yang
dimaksud ialah seluruh bagian atau sebaliknya.
Sinekdoke dibagi dua yaitu : Pars Prototo adalah gaya bahasa yang
menyatakan sebagian, tetapi untuk seluruhbagian. Contoh: Setiap
kepala harus membayar uang dua ribu rupiah (setiap kepala : setiap
orang).
Totem proparte adalah gaya bahasa yang menyatakan seluruh bagian
untuk sebagian. Contoh: Flu burung menyerang Indonesia. (maksudnya
penyakit flu burung menyerang beberapa orang Indonesia)
k. Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan suatu nama barang,
tetapi yang dimaksud ialah benda lain. Contoh: Setiap hari aku
minum aqua (maksudnya adalah air minum)
l. Alegori adalah gaya bahasa yang membandingkan kehidupan manusia
dengan alam secara utuh. Contoh: Keduanya selamatlah sampai
di pantai yang dituju. (maksudnya mencapai kehidupan yang bahagia)
m. Metafora adalah gaya bahasa yang mengunakan kata atau kelompok
kata dengan arti bukan sesungguhnya untuk membandingkan suatu
benda dengan benda lainnya. Contoh : si jantung hatinya telah pergi
tanpa pesan (jantung hati : kekasih).
14
n. Simile adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata perbandingan
antara lain seperti bak umpama, laksana, bagaikan.
Contoh: Wajah kedua orang itu bagaikan pinang dibelah dua.
15
e. Inuendo adalah gaya bahasa sindiran yang mengecilkan kenyataan
sebenarnya. Contoh:Jangan heran bahwa ia menjadi kaya karena pelit.
IDIOM
16
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini
dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejunlah kosakata secara
aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
mengkomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.
Selain kata yang tepat, efektivitas, komunikasi menuntut persyaratan yang harus
dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai
dengan tuntutan komunikasi.
3.2. SARAN
Sebagai seorang mahasiswa, perlu sekali mempelajari dan memahami
bagaimana penggunaan diksi yang tepat dan cermat karena seorang mahasiswa
itu selalu dibebankan dan berkelut dengan karya-karya tulis dalam setiap tugas
perkuliahannya.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan
makalah kami ke depannya.
17