Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh:
Riselena Alyssa Amadea
N 111 16 004
Pembimbing Klinik:
dr. SALSIAH HASAN, Sp.An, KIC
Cairan merupakan salah satu bagian utama dalam tubuh manusia dengan
distribusi sebesar 60% dari berat badan dibandingkan dengan zat padat yaitu 40%
dari berat badan. Jumlah total cairan tubuh seseorang bervariasi antara 55-70%
dari berat badannya. Variasi ini tergantung dari banyaknya lemak yang dikandung
tubuhnya.Semakin gemuk seseorang semakin kurang air yang dikandungnya,
sebab lemak kurang mengandung air.Rata-rata kandungan air pada laki-laki
sebesar 60% berat badan sedangkan pada perempuan sebesar 55% berat badan
Zat cair (60%) terdiri dari cairan intrasel 40% berat badan, cairan ekstrasel
20% berat badan, dan cairan transelular 1-3% berat badan. Cairan ekstrasel dibagi
lagi menjadi cairan intravascular dan cairan interstisial. Pada bayi cairan jumlah
ekstrasel lebih besar dari intrasel. Perbandingan ini akan berubah sesuai dengan
perkembangan tubuh, sehingga pada dewasa cairan intrasel 2 kali cairan ekstrasel.
1. Cairan Intrasel
Merupakan cairan yang terkandung didalam sel.
2. Cairan Ekstrasel
Merupakan cairan yang berada diluar sel. Jumlah relative cairan ekstraseluler
berkurang seiring usia. Ia dibagi menjadi:
- Cairan Intravaskular
Cairan yang terkandung dalam pembuluh darah. Rata-rata volume darah orang
dewasa sekitar 5-6 liter dimana 3 liternya merupakan plasma dan sisanya terdiri
dari eritrosit, leukosit dan trombosit.
- Cairan Interstisial
Cairan yang mengelilingi sel, rata-rata volumenya adalah 11-12 liter pada
orang dewasa. Cairan limfe juga termasuk dalam kategori ini.
1
- Cairan Transeluler
Merupakan cairan yang terkandung di antara rongga tubuh tertentu seperti
serebrospinal, perikordial, pleura, sendi synovial, intraocular, dan sekresi saluran
pencernaan.
Terapi cairan perioperatif mencakup penggantian kehilangan cairan
ataudefisiensi cairan yang ada sebelumnya, dan kehilangan darah pada tindakan
bedahseperti pada sebelum tindakan pembedahan, selama, dan pasca
pembedahan.Tujuan dari pemberian cairan selama operasi adalah sebagai
koreksikehilangan cairan melalui luka operasi, mengganti perdarahan dan
mengganticairan yang hilang melalui organ eksresi.Idealnya, perdarahan
seharusnyadiatasi dengan penggantian cairan dengan kristaloid atau koloid untuk
menjaga volume intravascular (normovolemia) sehingga resiko terjadinya anemia
dapat diatasi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
o M (Medication) : tidak sedang menggunakan pengobatan tertentu
o P (Past History of Medication) : Riwayat DM (-), HT (-), icterus (-),
riwayat penggunaan obat-obat (-).
o L (Last Meal) : Pasien terakhir makan pukul 08,00 pagi sebelum
operasi, mual (+), muntah (-)
o E (Elicit History) : Nyeri perut bawah diserti nyeri kepala yang
semakin memberat SMRS
4
Estimasi usia kehamilan 32 minggu 3 hari
Estimasi berat janin 1898 gr
5
o Peralatan resusitasi dan obat-obatan emergensi : sulfas atrofin,
lidokain, adrenalin, dan efedrin.
6
Keterangan:
: Mulai anestesi
: Mulai operasi
: Operasi selesai
Cairan
Pemberian Cairan:
o Cairan masuk :
Pre-operatif kristaloid RL 500 cc
Durante operatif :Kristaloid RL 2200 cc + NaCl 0,9% 500 cc +
WB 700 cc
Total input cairan : 3.400 cc
o Cairan keluar :
Perdarahan :
kasa 4x4 (20 buah) 15 x 20 = 300 cc
7
Kasa lipat (2 buah ) 150 x 2= 300 cc
Tabung suction + 900 cc
Urin : ± 100 cc
8
BAB III
PEMBAHASAN
ASA II : pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik ringan sampai
sedang.
ASA III : pasien penyakit bedah disertai dnegan penyakit sistemik berat yang
disebabkan oleh berbagai penyebab tetapi tidak mengancam jiwa.
ASA IV : pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik berat yang
secara langsung mengancam kehidupnnya.
ASA V pasien penyakit bedah yang disertai dengan penyakit sistemik berat yang
sudah tidak mungkin ditolong lagi, dioperassi ataupun tidak selama 24 jam
passien akan meninggal.
ASA VI Pasien yang didiagnosis mati otak yang organ tubuhnya di keluarkan
untuk tujuan donor
Pada kasus ini, pasien perempuan usia 38 tahun dengan diagnosis G4P2A1
Gravid 32-33 minggu + Impending Eklamsia dengan rencana tindakan Sectio
Caessaria. Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
9
penunjang didapatkan pasien mengeluhkan nyeri kepala sejak mengalami
kehamilan, dengan tekanan darah 170/120 mmHg, serta hasil pemeriksaan
urinalisis yaitu adanya protein (++), maka disimpulkan keadaan umum pasien
tergolong dalam status fisik ASA II (E) karena pasien dilakukan operasi cito, E
yang berarti emergensi.
Pada pasien ini, pilihan anestesi yang dilakukan adalah jenis regional
anastesi. Adapun indikasi dilakukan regional anastesi adalah karena operasi
dilakukan pada daerah perut.
10
Pada kasus ini pasien dipuasakan hanya kurang lebih 2 jam sebelum
dilakukan operasi, hal ini dikarenakan operasi yang bersifat emergensi yang
apabila menilik pada teori bahwa sebelum dilakukan operasi lebih baiknya pasien
dipuasakan selama 10 jam. Tujuan puasa untuk mencegah terjadinya aspirasi isi
lambung karena regurgitasi atau muntah pada saat dilakukannya tindakan anestesi
akibat efek samping dari obat-obat anastesi yang diberikan sehingga refleks laring
mengalami penurunan selama anestesia.
Adapun tindakan terapi cairan yang dilakukan pada pasien ini yaitu
sebagai berikut :
Terapi Cairan
BB : 60 Kg
EBV : 65 cc/kg BB x 60 kg = 3.900 cc
Jumlah perdarahan : ± 1.500 cc
% perdarahan : 1.500/3.900 x 100% = 38,4 %
Pemberian Cairan:
o Cairan masuk :
Pre-operatif kristaloid RL 500 cc
Durante operatif :Kristaloid RL 2200 cc + NaCl 0,9% 500 cc +
WB 700 cc
Total input cairan : 3.400 cc
o Cairan keluar :
Perdarahan :
kasa 4x4 (20 buah) 15 x 20 = 300 cc
Kasa lipat (2 buah ) 150 x 2= 300 cc
Tabung suction + 900 cc
Urin : ± 100 cc
Perhitungan Cairan
Input yang diperlukan selama operasi
1. Cairan Maintanance (M) : (4x10) + (2x10) + (1x40) = 100 ml/jam
11
2. Cairan defisit urin selama 3 jam 15 menit = 100 ml
3. Stress Operasi Besar : 8 cc x 60 kg = 480 ml/jam
4. Defisit darah selama 3 jam 15 menit= 1.500 ml
Jika diganti dengan cairan kolid atau darah 1:1
Jika diganti dengan cairan kristaloid 3:1
Perhitungan cairan pengganti darah :
Transfusi + 3 x cairan kristaloid = volume perdarahan
700 + 3x =1.500
3x= 800
X : 3 x 800 = 2.400 ml
Untuk mengganti kehilangan darah 1.500 cc diperlukan ± 2.400cairan
kristaloid.
Total kebutuhan cairan selama 3 jam15 menit operasi :100 + 480 +
2.400 = 2.980 ml
a. Cairan masuk :
Kristaloid : 2700 mL
Whole blood : 700
Total cairan masuk : 3400 ml
b. Keseimbangan kebutuhan:
Cairan masuk – cairan dibutuhkan = 2.700 ml – 2.980 ml = - 280 ml
Pada pasien total cairan yang masuk adalah sebanyak 2.700 ml yaitu
berupa cairan kristaloid (RL 2200 ml dan Nacl 500 ml), sedangkan cairan yang
dibutuhkan adalah sebanyak 2.980 dari defisit urin, stress operasi dan kristaloid
pengganti darah yaitu. Sehingga keseimbangan kebutuhan pada pasien ini adalah
2.700-2.980 = - 280. Terdapat defisit jumlah cairan intraoperatif pada pasien
sebesar -280. Hal ini dapat disebabkan karena pasien dipuasakan selama 2 jam
sebelum operasi dan tidak di ketahui berapa jumlah cairan yang di berikan untuk
mengganti puasa selama 2 jam tersebut.
12
Pada pasien ini diberikan obat sedatif secara intravena yaitu Propofol 70
mg I.V karena memiliki efek yang cepat, dengan distribusi dan eliminasi yang
cepat. Selain itu juga propofol dapat menghambat transmisi neuron yang hancur
oleh GABA. Obat anestesi ini mempunyai efek kerjanya yang cepat dan dapat
dicapai dalam waktu 30 detik. Sedatif Propofol ini diberikan dipertengahan saat
operasi berlangsung karena operasi yang berlanjut dengan tindakan histerektomi,
yang sudah pasti akan memperpanjang durasi operasi.
13
BAB IV
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15