Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
S
i
BAB III
INTEGRASI NUMERIK
Integrasi numerik mengambil peranan penting dalam masalah sains dan teknik.
Hal ini menginat di dalam bidang sains sering ditemukan ungkapan-ungkapam integral
matematis yang tidak mudah atau bahkan tidak dapat diselesaikan secara analitis.
Disamping itu, kadang-kadang fungsi yang integralkan tidak berbentuk analitis
melainkan berupa titik-titik data. Hal ini sering muncul dalam banyak aplikasi teknik.
Oleh sebab itu, kehadiran analisis numerik menjadi penting manakala pendekatan analitis
mengalami kebuntuan.
Dalam bab ini kita akan membahas beberapa teknik integrasi numerik yang sangat
umum digunakan untuk memperoleh pendekatan integral fungsi
y pada batas
x
interval a, b . Secara umum, integral fungsi y pada interval tersebut dapat
dinyatakan x
b
I= ∫ f x dx (3-1)
x=a
I x wi y x i
N
(3-2)
i
1
dengan N menyatakan jumlah segmen, y x 1 = y a dany x N = y b .
IntegrasiNumerik 1
Bab3 Supardi,M.S
i
dan di setiap titik xi dievaluasi fungsi ini sering disebut sebagai titik
y x . Faktor
xi
IntegrasiNumerik 2
b
f(x)
0
- 2x=x 0 x1x2 x3 ... xN-1 xN x=xN+1
f xi fi (3-4)
Selanjutnya, kita akan melakukan integrasi fungsi f x yang dibatasi oleh batas
bawah x a
dan batas atas x b . Ungkapan integrasi numerik dengan menggunakan
dan
harga-harga fungsi pada ujung-ujungnya, yaitu f f b biasa disebut metode
a
tertutup. Dalam gambar 3.2, penggunaan metode tertutup dapat dilakukan dengan
ditemukan sebuah fungsi dimana salah satu ujungnya atau bahkan keduanya sangat sulit
untuk dihitung (misalnya, fungsi yang akan dihitung mendekati suatu harga nol atau
singularitas). Oleh sebab itu, kita membutuhkan metode baru yang disebut dengan
metode terbuka. Metode terbuka ini akan mengestimasi integral dengan menggunakan
titik-titik simpul (node) xi yang berada diantara simpul-simpul batas yaitu xa dan xb .
Dalam gambar 3.2 metode terbuka digunakan untuk mendekati integral fungsi dengan
A x= A x −x 0 x−x 0
x0 A' x 0 A' ' x0 A' ' ' ... (3-7)
2
3
x−x0 x0
2 6
dengan definisi (3-6) maka diperoleh
A ' x = f x , A ' ' x= f ' x , A ' ' ' x = f ' ' x
(3-8)
Selajutnya, ungkapan (3-6) untuk batas bawah integrasi x0 dan batas atas x0h
menjadi
x0 h
2 3
h h (3-9)
∫x f x dx =0h A ' x 0 2 A' ' x 0 6 A' ' '
x0..
0
2 3
h h
=h f x 0 f ' x 0
f ' ' x 0 ...
2 6
Dengan mendekati ungkapan turunan pertama dengan beda hingga maju (forward
difference)
f x0 h− f (3-10)
xf 0' x ≈
0
h
maka persamaan (3-6) akan mengambil bentuk
h f x 0h− f x 0
2
3
I =hf x 0 O h . (3-11)
2 h
Dengan demikian kita memperoleh pendekatan integral dengan teknik integrasi trapesium
adalah
x0 h
h
∫ f t dt ≈ [ f x f x h ] (3-12)
x0 0 0
2
Dari ungkapan (3-11) dapat diketahui bahwa pendekatan integrasi dengan aturan
3
trapesium memiliki kesalahan yang sebanding dengan h . Oleh sebab itu, jika
kita
membagi dua terhadap h maka kesalahan hasil integrasi akan tereduksi hingga 1/8 nya.
Akan tetapi, ukuran domainnya juga terbagi menjadi dua, sehingga dibutuhkan aturan
trapesium lagi untuk mengevaluasinya, selanjutnya sumbangan hasil integrasi tiap
domain dijumlahkan. Hasil akhirnya memiliki kesalahan 1/4 nya bukan lagi 1/8 nya.
Untuk memperoleh ungkapan yang lebih teliti mengenai kesalahan pada metode
ini, maka marilah kita lakukan perhitungan lebih teliti lagi. Jika kesalahan pendekatan
dinyatakan sebagai E, maka
x0h
h
E= ∫x0
f x dx−
2
[ f x f x h]
0 0
[ ]
3
0 h 2 0 h
6 (3-13)
... −
[
2h f x 0 f x 0 h f ' xh0 f ' ' h x 0 f ' ' '
]
2 3
x0 .. 2 6
1 h f ' ' x0
3
≈− 12
Secara grafis ungkapan (3-12) dapat digambarkan seperti pada gambar (3-3)
IntegrasiNumerik 50
Ungkapan (3-12) adalah aturan trapezium untuk satu segmen. Untuk daerah yang
dibagi atas n segmen, maka ungkapan (3-12) dapat dinyatakan sebagai
x0
Nh h
∫
f x dx= [ f f f f ... f f f f ]
x0 0 1 1 2 N −2(3-14a)
N −1 N −1
2 N
atau jika ungkapan (3-14a) disederhanakan, maka akan menjadi
x0
Nh
h
∫ f x dx= [ f 2 f 2 f 2 f 2 f 2f 2 f f ]
x0
(3-14b)
N −3 N −2 N −1
2 0N 1 2 3
[
N −1 (3-14c)
∫ f x dx= f 0 f N 2
x0 h fn
2 ∑
n =1
]
Algoritma program untuk aturan trapesium ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
Mendefinisikan fungsi yang akan diintegrasikan
Menentukan batas bawah b dan batas atas a integrasi
b−a
Menghitung lebar segmen yaitu h= N
∫ 4x−x
0
2
dx
x1=1 ,
f1 41 1 2 3
h
Ungkapan (3-12) selanjutnya menjadi I f f1
0
2
Jadi I h f 1
f1 0 3 1.5
2
0 2
1.5000
Kesalahan hasil pendekatan integrasinya : 1.6667
1.6667 100% 10.002%
diperoleh 0.5
I 0 21.75 3.0 1.6250 .
2
1.6667 1.625
Kesalahan pendekatan integrasinya adalah 100% 2.5019%
1.6667
0.25
I 0 20.9375 21.75 22.4375 3.0 1.6563
2
1.6563
Kesalahan hasil pendekatan integrasinya : 1.6667
1.6667 100% 0.624%
Kalau kita perhatikan dari ketiga hasil yang telah diperoleh di atas, maka kita
dapat menyimpulkan bahwa dengan memperbanyak jumlah langkah maka akan diperoleh
hasil yang semakin dekat dengan hasil eksaknya. Namun, yang perlu disadari juga bahwa
dengan memperbanyak jumlah langkah, maka proses perhitungannyapun akan semakin
membutuhkan waktu lebih lama. Gambar 3.4 ditunjukkan bagan alir program komputer
untuk metode trapesium.
Mulai
Masukkan a, b dan N
h=(b-a)/N; fak=2
Inisialisasi sum=f(a)+f(b)
for n=1:N-1
x=a+nh
sum=sum+fak*f(x);
Selesai
Kita dapat mereduksi kesalahan dari metode ini dengan cara membagi interval x0
hingga x1 menjadi n segmen yang lebih kecil. Aturan titik tengah banyak segmen ini
selanjutnya dapat dinyatakan menjadi
x0 Nh
N −1
1
∫ f x dx≈h f x0 n h (3-15)
x0 2
∑
n=0
Gambar (3-7) memberikan interpretasi secara grafis terhadap metode titik tengah dengan
banyak segmen.
Algoritma program untuk aturan titik tengah dapat dinyatakan sebagai berikut:
Mendefinisikan fungsi yang akan diintegrasikan
Menentukan batas bawah b dan batas atas a
ba
Menghitung lebar segmen yaitu h
n
Inisialisasi (memberikan harga awal) fungsi yang diintegrasikan yaitu
sum=0
Menghitung jumlahan dari i=0 hingga i=n-1
sum
sum f a i 1/ 2 h
Menghitung hasil integrasi, yaitu I
h * sum
Mencetak hasil perhitungan
Diagram alir untuk program komputer titik tegah dapat dilihat pada gambar 3.7.
Mulai
Masukkan a, b dan N
h=(b-a)/N;
Inisialisasi sum=0
for n=0:N-1
x=a+(n+1/2)h
sum=sum+h*f(x);
Selesai
x0 −h
x0 h f x dx diperoleh
Pertama, ekspansi deret Taylor untuk ∫ f x dx dan ∫
x0
x0
x0 −h
2 3
h h
∫
x0
f x dx =−hf ' x 0
2
f ' ' x 0 −
6
f ' ' ' x 0 ... (3-16a)
x0 h
2 3
h h
∫
x0
f x dx =hf ' x0
2
f ' ' x 0
6
f ' ' ' x 0 ... (3-16b)
∫ ∫ ∫ ∫
x 03 x0 5 x0−h x0−h
2h 2h iv
, maka
dengan mengambil x = x x h/ 2≡ x
1
mk 0 0 0
2
x0 h
... (3-17c)
∫
3
2
f x dx −hf x mk 2 h f ' ' x 0 5 f
iv
x0 3! h
= 3
5!
x
2
atau kesalahan untuk metode integrasi titik tengah
3
h
E≈ f ' ' xmk (3-18)
24
0
∫ 4x− x
0
2
dx
∫ 4x−x
0
2
[
dx≈ 1 4 0 . 5 − 0 . 5 =1 . 75 .
2
]
Kesalahan yang diberikan oleh integrasi ini adalah
∫ 4x−x 2
dx≈ h 0
1 = 0 . 5 0 . 93752 . 4375 = 1 . 6875 ¿ . Kesalahan
f +f
0
1.6875
yang diberikan oleh pendekatan ini adalah 1.6667
1.6667 100% 1.248%
f 1 f 0.375
4 0.375 0.375 1.3594
2
1.6667 1.6875
100% 0.312%
1.6667
Contoh program komputer untuk metode titik tengah dapat dilihat pada contoh program
dibawah ini
%Program Titik_Tengah
f=inline('4*x-x^2','x');
hasil_eksak=1.6667;
a=input('masukkan batas atas integrasi a:');
b=input('masukkan batas bawah integrasi b:');
N=input('masukkan jumlah segmen N:');
h=(b-a)/N;
sum=0.0;
for i=0:N-1
x=a+(i+0.5)*h;
sum=sum+f(x);
end
hasil_num=h*sum;
selisih=abs(hasil_eksak-hasil_numerik);
fprintf('hasil_numerik =%f,error=%f',hasil_num,selisih)
IntegrasiNumerik 61
diharapkan meskipun lebar segmen h pada integrasi diambil cukup lebar, namun
diharapkan akan diperoleh ketelitian yang lebih tinggi dari metode sebelumya. Dengan
mengintegralkan deret Taylor sepanjang interval 2 h dan mengurangkannya dengan
0 0
0 0
x0 3 3
5
4 iv h ...
f x
0
15
[
1 1
= h f x0
2 31
f x 0 f ' x 0 h f ' ' x 0 h f 'h' ' iv x 0 4h
4 x0 f 2 6 ...
3
24 2 4
f 0 x 2 f 0 h2 f ' ' 0 x h 3 f ' 0' ' x 3 f x0 h ...
iv 4
3 2
h
' x
]
17
− 30 f iv x0 h4 ...
h
= [ f x 4 f x h f x 2 h ]O h5
0 0 0
3
Dari ungkapan (3-15) terlihat bahwa kesalahan pendekatan integrasi Simpson 1/3
adalah O(h5), sedangkan kesalahan pada aturan trapezium dan titik tengah adalah O(h3),
ini berarti bahwa aturan Simpson 1/3 memiliki ketelitian dua orde lebih tinggi
dibandingkan metode trapesium dan titik tengah.
Tetapi, kita akan menghitung lebih teliti lagi seberapa kesalahan yang dialami
metode Simpson 1/3 ini. Untuk tujuan ini, kita harus melakukan ekspansi deret Taylor
untuk ungkapan pendekatan integrasi Simpson 2 segmen
h
f x k−1
3[
k
4 f f 1 ] =
xk x
[ ]
h3 f x k 4 f x k f 2 h f ' ' x k xk (3-20)
2 4
2h iv
x k h3 h 2!iv f 4 ...
5
∫ f x dx= 2 hf
2
3
2 iv
f ' ' x k 5 f ... (3-21)
xk−1 h h
x k 3 ! 5!
x k
Dengan mengurangkan (3-21) dari (3-20) diperoleh kesalahan untuk metode Simpson 1/3
sebesar
h5
E≈ f iv x k (3-22)
60
x0
Nh (3-16)
h
∫ f x dx≈ [ f x 4 f x h2 f x 2 h4 f x
x0
3 h... 0 0 0 0
3
2 f x 0 N −2 h4 f x0 N −1h f
x 0N h]
]
N / 2−1
dx≈
f x 2i 1
∑
Algoritma program metode Simpson 1/3
∫ 4x−x
0
2
dx
b f xdx h
Ungkapan (3-11) selanjutnya menjadi f 4 f1 f 2 .
a 3
0
Kemudian kita akan mengevaluasi fungsi untuk tiap simpul (ada tiga simpul)
x 0 =0 ,
f 0 f 0 4 0 0
2
0
x1=0.5 ,
f 1 f 0.5 4 0.5 0.5 1.75
2
x2=1 ,
f 2 f 1.0 41.0 1.0
2
3.0
Selajutnya akan diperoleh pendekatan integrasi
0.5
∫ 4x− x dx≈
2
[ 04 1 .75 3 . 0 ] =1. 6667 .
3
Kesalahan yang diberikan oleh pendekatan ini adalah
1. 6667−1 . 6667
∣ 1 .6667 ∣×100=0
Contoh Soal 3.4
3
3−1
Diketehui a=1 , b=3 dan N =4 , jadi lebar segmen h= =0.5
4 .
3.0=e =20.0855
3
x
3
e dx≈
∫ h [ f 4 12 2 4 3 f 4 ]
1 30 f f f
0.5
3 [
≈ 2.71834 4.481727.38914 12.182520.0855 ]
≈17.3731
Kesalahan yang diberikan oleh pendekatan ini adalah
∣17.3673−17.3731∣
=0.000337 =0.0337 %
17.3673
Dari hasil yang diperoleh pada contoh soal 3.3, kita dapat ketahui bahwa dengan
mebgambil dua segmen saja, metode Simpson 1/3 sudah dapat memperoleh hasil yang
eksak. Nah, tetapi kita harus memahami kenapa hal ini dapat terjadi. Jawaban yang dapat
kita berikan mengapa ini terjadi adalah karena integran dari bentuk integral tersebut
merupakan polinomial orde dua. Sedangkan, metode Simpson 1/3 sebenarnya dapat
diturunkan melalui interpolasi lagrange orde kedua. Oleh sebab itu, metode Simpson 1/3
akan memberikan hasil yang eksak apabila digunakan untuk mendekati integral fungsi
kuadrat.
Misalnya ditinjau sebuah polinomial orde dua yang diasumsikan x0 a ,
x1 ba
x0 h , x2 x0 2h , panjang segmen h . Selanjutnya dilakukan integrasi
2
terhadap polinomial Lagrange orde dua, yaitu
x dx x x1 x x2 f x x x x x f x1 dx
x
x f
2
x
dx
2
2 0 2
0
2
x
x
(3-18)
x0 x1 x0 x2 x1 x0 x1 x2
0
x
0 0
x2 x x0 x x1
f
0 x x x x
x
2 0 2 1 x2 dx
Dari ungkapan integral tersebut, dengan mudah akan diperoleh
x2 f xdx h (3-19)
0 2 f 4 f x1 f x 2
x
3
0
Ungkapan (3-19) sebenarnya juga dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut.
Dimisalkan
x x0 nh , dalam kasus demikian oleh karena x1 x0 h , maka
x x1
n 1 h . Dengan cara yang sama diperoleh x x2 n 2 h .
[
0 1 0
x
x
Untuk suku ketiga integral, yaitu
∫ 0
0
2x −
1
f 2 (3-22a)
[ ]
x
x2
2x x − x x−1 x
0 x
−x
disederhanakan menjadi
2
fx ] = h f x 2= h f
[
(3-22b)
h f x 2∫ n n−1 h 1 3 1 n2
0 3 3
2 2 2 x2
3 n −2
dn=
0 2 4
1
Dari (3-18) diperoleh pendekatan integral dengan metode Simpson dua segmen
berbentuk
x2
h
∫ f x dx=
3 [ f x 0 4 f x 1 f x 2 ] (3-23)
x0
Kesalahan Pembulatan
Sumber kesalahan pembulatan yang dialami oleh metode Simpson pada dasarnya
sama dengan kesalahan pembulatan yang dialami pada metode trapesium maupun metode
titik tengah. Secara umum, kita berharap bahwa kesalahan relatif terhadap pembulatan
yang dialami oleh beberapa integrasi numerik adalah orde dari h. Untuk tahu kenapa
demikian, sekarang kita kembali ke bentuk pendekatan dari ungkapan integral yaitu,
N
∫ f x dx≈∑ wi f xi
i= 1
(3-24)
Dari ungkapan pendekatan integral tersebut, secara garis besar dapat diperinci
sumber-sumber kesalahan pembulatan yang muncul yaitu,
Kesalahan yang muncul karena perkalian antara faktor bobot wi dengan
evaluasi
fungsi-fungsi
f xi .
Masukkan a, b dan N
h=(b-a)/N; fak=2
Inisialisasi sum=f(a)+f(b)
for n=1:N-1
x=a+nh
YA
fak=2
fak=4
sum=sum+fak*f(x);
Selesai
Untuk meningkatkan ketelitian yang telah diberikan oleh metode Simpson 1/3,
maka diperkenalkan metode Simpson yang lain yaitu metode Simpson 3/8. Metode
Simpson 1/3 memerlukan jumlah langkah yang genap untuk menerapkan metodenya.
Dengan kata lain, jumlah langkah untuk metode Simpson 1/3 harus dapat dibagi dengan
2. Lain halnya dengan metode Simpson 3/8, metode ini tidak mensyaratkan jumlah
langkah genap ataupun ganjil melainkan jumlah langkah yang dapat dibagi dengan 3.
Ungkapan metode Simpson 3/8 untuk 3 segmen dinyatakan oleh
x3
[
f x3 N 2
∫ f3h x dx= f a3 ∑
N / 3−1 N /3−1
f x 3 N 1 3 (3-26b)
∑
n=0
a 8 N /3−1
n=0
2
∑ f x 3 N f
b ]
Dibawah ini diberikan algoritma metode Simpson 3/8
IntegrasiNumerik 70
Mulai
Masukkan a, b dan N
Apakah
N kelipatan 3
?
h=(b-a)/N;
Inisialisasi sum=f(a)+f(b)
for n=1:N-1
x=a+nh
Apakah TIDAK
mod(n,3)=1 atau mod(n,3)=2
?
YA
fak=2
fak=3
sum=sum+fak*f(x);
Selesai
I wi f xi
N
(3-27)
i 0
Dimana
xi merupakan titik-titik evaluasi dan adalh faktor bobot yang bersesuaian
wi
Untuk
x 2,
2
2 2 2
w x1 w 2 f x 2 1 x dx
w2 x 2
f x f 1 1
Untuk
x3
wfxw f x 1 x3 dx 0 w x w x
3 3
1 1 22
1 1 2 2
1
1 1 22
Jika empat persamaan simultan tersebut diselesaiakan maka akan diperoleh harga-harga
w1 w2 1
x1 1
0,5773503
3
x2 1
0,5773503
3
Dengan mensubstitusi titik-titik yang diperoleh serta faktor bobotnya, maka ungkapan
(3-27) menjadi
If 1 1
f
3 3
Selanjutnya, kita akan mencari titik-titik dan faktor bobot yang bersesuaian untuk
pendekatan integrasi Gauss tiga titik. Seperti halnya pada pencarian titik-titik dan faktor
bobot pada integrasi Gauss dua titik, maka persamaan (3-27) harus memenuhi hubungan
sebagai berikut
Untuk
f x 1 ,
1
w1 f x1 w1 w2 w3
w2 f x2 w3 f x3 1dx 2
1
Untuk
f x x ,
1
w1 x1 w2 x2 w3 x3
w1 f x1 w2 f x2 w3 f x3 1
x dx 0
f x
Untuk
1
x 2, 2
wfxwfx wfx x dx
2
w x 2 w x 2 w x 2
1 1 2 2 3 3
1 3
1 1
2 2 3 3
Untuk f x x3
wfxw fx 1
dx 0
x3 w x 3 w x3 w x3
fx w
1 1 2 2 1 1 2 2 3 3
3 3
f x 1
x 4,
Untuk
wfxw 2
xf w f x 1 x 4 dx w x 4 w x 4 w x 4
1 1 2 2 3 3
1 5
11
2 2 3 3
Untuk f x x5
wf x w fx 1
dx 0
x5 w x 5 w x5 w x 5
fx w
1 1 2 2 3 3
1 1 2 2 3 3
1
Dari enam ungkapan di atas, maka kita telah memperoleh enam persamaan
simultan linier yaitu
w1 w2 w3 2
w1 x1 w2 x2 w3 x3 0
2
wx wx wx
2 2 2
1 1 22
3 3
3
wx wx wx 0
3 3 3
1 1 2 2 3 3
2
wx wx wx
4 4 4
1 1 22
3 3
5
wx wx wx 0
5 5 5
1 1 2 2 3 3
Dengan menyelesaikan enam persamaan simultan linier di atas, maka akan diperoleh
harga untuk titik-titik dan faktor bobot yang bersesuaian yaitu
x1 0,774596669 w1 0,555555556
x2 0 w2 0,888888889
x3 0,774596669 w3 0,555555556
Tabel 3.1 diberikan harga titik-titik Gauss dan faktor bobot yang bersesuaian
untuk beberapa jumlah titik.
Tabel 3.1 Daftar titik-titik Gauss dan faktor bobot yang bersesuaian
Jumlah Titik xi wi
N=2 0,577350269 1,000000000
N=3 0 0,888888889
0,774596669 0,555555556
N=5 0 0,568888889
0,538469310 0,478628670
0,906179846 0,236926885
N = 10 0,148874339 0,295524225
0,433395394 0,269266719
0,679409568 0,219086363
0,865063367 0,149451349
0,973906528 0,066671344
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa batas-batas integrasi yang terpenuhi untuk
metode kuadratur ini adalah -1 hingga +1. Hal ini tentunya menjadikan penylesaiaan
dengan metode ini kurang luwes. Oleh sebab itu, perlu dilakukan transformasi terhadap
batas bawah dan batas atas integrasi tersebut, misalnya a dan b masing-masing untuk
batas bawah dan batas atas integrasi. Untuk itu, kita menganggap bahwa terdapat
hubungan antara xt dengan x melalui hubungan
2xt a b (3-29)
x ba
dimana
xt merupakan kooordinat origin yang berada dalam interval [ a , b] atau
a xt b , sedangkan x adalah koordinat ternormalisasi yang berada dalam rentang
1
x 1 . Transformasi dari x ke xt memberikan
xt (3-30)
b a x a
b
2
f dxt
f dx dxdx
2 i 1w i f xt (3-31)
t i
xt xt
dimana a 1
1 2,901925
x
t
10 1 - 0,577350269 1 10
1
2
dxt dxt
1
1
% Program Gauss Kuadratur
f=input('Masukkan fungsi integrand (gunakan inline() :');
a=input('Masukkan batas bawah integrasi :');
b=input('Masukkan batas atas integrasi :');
N=input('Integrasi Kuadratur yang digunakan (2,3,4,5,6,8,10) :');
if (N==2)
load gauss2.txt;
x=gauss2(:,1);w=gauss2(:,2);
elseif(N==3)
load gauss3.txt;
x=gauss3(:,1);w=gauss2(:,3);
elseif(N==4)
load gauss4.txt;
x=gauss4(:,1);w=gauss4(:,2);
elseif(N==5)
load gauss5.txt;
x=gauss5(:,1);w=gauss5(:,2);
elseif(N==6)
load gauss6.txt;
x=gauss6(:,1);w=gauss6(:,2);
elseif(N==8)
load gauss8.txt;
x=gauss8(:,1);w=gauss8(:,2);
elseif(N==10)
load gauss10.txt;
x=gauss10(:,1);w=gauss10(:,2);
else
fprintf('Ulangi, masukan jenis Gauss salah!');
end;
jum=0;
for i=1:N
jum=jum+w(i)*f(x(i));
end;
jumlah=(b-a)/2*jum;
fprintf('Hasil Integrasi Kuadratur %i titik adalah %f',N,jumlah);
SOAL DAN LATIHAN
1. Hitunglah dengan metode trapesium integral berikut ini dengan menggunakan 2,4dan
6 segmen.
1
∫ 1 x
1
a)
2 arctan x
dx d) ∫ dx
0 0 x
∫e
2
5 1 4 cos x
x
b) e)
/ 2
3 dx 1
∫
2
dx
1
c) ∫0
cos sin x dx
a) ∫ x sin x d) ∫
0
x lnsin x dx
dx
0
1
1 1 1
b) ∫ 2
dx e) ∫ ln dx
0
x 1−ln 0 x
c)
∫1
x 1 dx
0
x
5. Ulangilah pertanyaan nomor 2) dengan metode Simpson 3/8 dengan 3,6,9 dan 12
segmen. Bandingkan hasilnya dengan hasil sebelumnya.
6. Dengan menggunakan mhubungan
1 1 1
2sin x ∑ sin j x−cos x −cos m x ,
2 j=1 2 2
1 m 1 1
2 sin x ∑ cos j x−sin m x −sin x
2 j=1 2 2
dengan m adalah bilangan integer positf, maka tunjukkan bahwa untuk metode
trapesium banyak segmen dengan jumlah m subinterval akan memberikan harga
eksak pada setiap integral berikut ini
∫ cos r x dx , ∫sin r x dx
− −
untuk setiap bilangan integer r yang bukan merupakann multipel dari m. Harga
berapakah yang diberikan oleh metode trapesium untuk integral-integral tersebut
dx
1 2
1
/4
1
∫ ∫
2 2 −x
b) x sin x e) x e dx
0
dx /4
0
3.5
x
c) ∫ dx
f) ∫ 3x
e sin 2 x dx
3
x −4 2
0
8. Ulangilah soal nomor 1 dengan kuadratur Gauss 3 titik.
9. Ulangilah soal nomor 1 dengan kuadratur Gauss 4 titik.
10. Ulangi sekalilagi soal nomor 1 dengan kuadratur Gauss 6 titik. Kemudian
bandingkanlah hasilnya dengan hasil-hasil sebelumnya jika dibandingkan
dengan hasil eksaknya.