Вы находитесь на странице: 1из 70

BAHAN AJAR

MATEMATIKA TERAPAN
SEMESTER 2 Ed.2014
PROGRAM D4
POLITEKNIK
Oleh
Tadjuddin, dkk

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR 2014

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah s.w.t, oleh

karena atas limpahan Rahmat dan HidayahNYA sehingga buku bahan

ajar Matematika Terapan ini dapat diselesaikan sesuai dengan

Matemtika-2 1
rencana. Isi matreri dari buku ini sesuai dengan kurikulum untuk bidang

Teknik Elektro( energy, listrik, telekomunikasi, komputer dan

elektronika), yang umumnya diberikan pada semester 2 dengan

berisikan materi tentang Persamaan Diferensial Linier bik orde 1

maupun orde 2 berserta Aplikasinya pada Rangkaian Listrik,

Transformasi Laplace serta Deret Fourier.

Pada setiap bab diberikan contoh penyelesaian, untuk memudahkan

mahasiswa dalam memahami isi materi dan juga diberikan soal soal

sebagai latihan/ tugas bagi peserta mata kuliah.

Penyusun sadari sepenuhnya, bahwa isi materi buku ini masih jauh

dari sempurna. Olehnya itu kritik dan saran dari semua pihak sangat

diharapkan demi penyempurnaannya dimasa yang akan datang. Kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga buku ini

dapat diselesaikan, kami ucapkan terima kasih dan semoga Allah s.w.t

selalu memberikan petunjuknya.

Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi yang membutuhkannya,

amin.

Makassar Januari 2014,

Penyusun,

BAB I

PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER ORDE 1

Matemtika-2 2
1.1 Pendahuluan

Persamaan differensial ialah persamaan yang

mengandung turunan atau turunan-turunan suatu fungsi yang

tidak diketahui. Mengingat luasnya wawasan persamaan

differensial, maka pembahasan tentang persamaan

differensial akan kita batasi pada:

1. Fungsi yang tidak diketahui di dalam persamaan

differensial dipilih hanya untuk fungsi dengan satu

variabel saja.

2. Persamaan differensial dipilih yang linier terhadap

fungsi yang tidak diketahui dan turunan-turunannya

3. Orde tertinggi dari turunan yang terdapat dalam

persamaan differensial adalah 1.

Dari batasan-batasan di atas, jelaslah bahwa

persamaan differensial yang akan dibahas adalah persamaan

differensial linier orde 1 untuk bab ini dan persamaan

differensial linier orde 2 untuk bab-bab berikutnya.

Contoh persamaan differensial linier orde 1 adalah:


dy
=sin t
x’ = sin t atau dx .
dy '
=x
Dimana dx adalah turunan pertama x terhadap t.

Penyelesaian dari contoh di atas diberikan oleh:

Matemtika-2 3
x(t) = - cos t + C ………………………………….. (1)

dimana C adalah konstanta sembarang.

Persamaan (1) merupakan penyelesaian umum dari contoh

persamaan differensial linier orde 1 ( setiap penyelesaian

umum selalu mengandung konstanta sembarang).

Jika pada persamaan (1) dipilih suatu nilai tertentu

untuk C misalkan C = 1 maka diperoleh suatu persamaan

sebagai berikut:
x(t) = - cosn t + 1 …………………………………. (2)

Persamaan (2) merupakan pemyelesaian khusus dari contoh persamaan

differensial linier orde 1.

Dalam persamaan differensial linier, salah satu masalah yang menjadi pokok

bahasan ialah ada tidaknya penyelesaian suatu persamaan differensial linier,

terutama penyelesaian yang memenuhi syarat tertentu. Syarat yang biasanya

diberikan pada persamaan differensial linier antara lain:

1. Harga penyelesaian untuk nilai tertentu

2. Harga penyelesaian untuk nilai turunannya pada nilai variabel

tersebut.

Jika syarat yang diberikan ialah harga/nilai penyelesaian untuk t = 0 (t

variabel), maka syarat seperti ini disebut dengan syarat awal dan persamaan

differensial linier yang dilengkapi dengan syarat awal disebut masalah nilai

awal. Jika syarat yang diberikan ialah harga/nilai penyelesaian pada dua nilai

t yang berbeda maka syarat yang seperti ini disebut syarat batas dan

persamaan differensial linier yang dilengkapi dengan syarat batas disebut

masalah nilai batas. Masalah nilai awal dan masalah nilai batas sering

dijumpai dalam menyelesaikan masalah real, misalnya dalam ilmu teknik, fisika

dan lain sebagainya.

Matemtika-2 4
Bentuk umum persamaan differensial linier orde 1

ialah:
x ' + p (t )x=r (t ) atau
dx
+p (t )x=r(t )
dt …………………………….. (3)

Dimana p(t) dan r(t) merupakan fungsi-fungsi sembarang dengan variabel t.

Jika r(t) = 0, maka persamaan (3) disebut persamaan differensial linier orde

1 homogen. Jika r(t) ≠ 0, maka persamaan (3) disebut persamaan

differensial linier orde 1 tak homogen.

Penyelesaian persamaan differensial linier orde 1 tak homogen

berkaitan erat dengan penyelesaian persamaan differensial linier orde 1

homogen. Berikut ini akan ditunjukkan cara penyelesaian persamaan

differensial linier orde 1 dengan metode pemisahan variabel.

Langkah-langkah metode pemisahan variabel sebagai berikut:

1. Bila x dan t merupakan variabel yang terkandung didalam

persamaan differensial linier orde 1, maka pisahkan kedua variabel

x dan t ke dalam ruas yang berlawanan (misalkan variabel x di ruas

kiri dan variabel t di ruas kanan).

2. Integralkan kedua ruas itu.

3. Jika memungkinkan untuk mendapatkan hasil pengintegralan, maka

variabel x dapat dinyatakan secara eksplisit dalam variabel t.

Jika tidak memungkinkan atau tidak mudah unruk mendapatkan

hasil pengintegralan, maka hubungan antara variabel x dan variabel

t dinyatakan dalam bentuk integral. Selanjutnya akan kita gunakan

metode pemisahan variabel untuk menentukan penyelesaian

persaamaan differensial linier orde 1. Untuk itu perhatikan bentuk

homogen persamaan differensial linier orde 1, yaitu:

dx
+ p ( t ) x= 0 ,
dt

Matemtika-2 5
Dengan tunduk kepada langkah di atas, diperoleh:

dx
=− p(t )x ,
dt
dx=-p(t )x .dt
dx
=− p(t ).dt
x

Integralkan kedua sisinya maka diperoleh:

dx
∫ x =∫− p(t ).dt
ln x=−∫ p(t ).dt
−∫ p (t ) dt
x(t )=ke +C
Jadi penyelesaian homogennya ialah:

−∫ p(t )dt
x(t )=ke
Selanjutnya perhatikan bentuk tak homogen dari persamaan differensial

linier orde 1, yaitu:

dx
+ p(t ) x=r(t )
dt

Untuk menyelesaikan persamaan differensial ini, perhatikan kembali

penyelesaian homogen dari persamaan differensial yaitu:

−∫ p(t )dt
x(t )=ke
−∫ p(t )dt
Jika dipilih k = 1, maka x(t )=e

u(t )=x(t )=e ∫


− p(t )dt
Misalkan

u(t )=e−h( t ) dimana h(t )=∫ p(t )dt

u' (t )=−h(t )e−h( t)


−h( t)
=−p(t )e
=−p(t ). u(t )
Misalkan pula bahwa penyelesaian tak homogennya mempunyai bentuk sebagai

berikut:

Matemtika-2 6
x ( t )=u( t ) . v ( t )
' ' '
x ( t )=u ( t ) . v ( t )+ u( t ). v (t )
'
=− p ( t ) u ( t ). v ( t )+u( t ) v (t )
Selanjutnya lakukan subtitusi ke bentuk tak homogennya yaitu:

x ' + p(t )x=r (t )


(− p(t ) u(t ).v(t )+u(t ) v ' (t ))+( p(t ) .u(t ) .v(t ))=r(t )

u(t ) v ' (t )=r(t )


r(t ) r (t )
v ' (t )= =
u(t ) e−h( t )
h(t )
v ' (t )=r(t ) e dt +C
h(t )
v(t )=∫ r(t ) e dt +C
Jadi penyelesaian tak homogennya ialah:

x(t )=u (t ) v(t )


−h( t ) h(t )
x(t )=e ∫ r(t ) e dt +C
Dimana h(t )=∫ p(t )dt
( Ini merupakan penyelesaian umum )
Contoh

Tentukan penyelesaian dari persamaan differensial di bawah ini:

' 2t
1). x −x=e
Penyelesaian
; Bentuk tak homogen dari persamaan differensial di atas yaitu:

Matemtika-2 7
x ' −x=0
dx
−x=0
dt
dx
=x
dt
dx
=dt
x
∫ dxx =∫ dt
ln x=t +C
x=et+C
x=ket dimana k = e C

Jadi penyelesaian tak homogennya adalah x (t )=k e t .

Untuk menentukan penyelesaian persamaan differensial di atas, perhatikan

kembali penyelesaian homogennya yaitu: x(t )=k e t

Jika dipilih k=1, maka x(t )= e t .

Misalkan u(t) = x(t )= e t

u' (t )=e(t )=u(t ) .

Misalkan pula bahwa penyelesaian persamaan differensial di atas mempunyai

bentuk sebagai berikut:

x(t )=u(t ) v(t )


x ' (t )=u' (t ).v(t )+u(t ). v' (t )
x ' (t )=u(t ).v(t )+u(t ). v' (t )
Selanjutnya lakukan subtitusi ke bentuk persamaan differensial di atas,
' 2t
yaitu: x −x=e

Matemtika-2 8
(u(t ). v(t )+u(t ) v' (t ))−u(t ) v(t )=e 2t
u(t ) v ' (t )=e2 t
e 2t e2 t
v ' (t )= =
u(t ) et
v ' (t )=e t
v(t )=∫ et dt=e t +C

Jadi penyelesaian persamaan differensial di atas adalah:

x(t )=u(t ). v (t )
x(t )=e t (et +C )
x(t )=e 2t +Cet

Penyelesaian persamaan differensial di atas akan terlihat lebih sederhana

bila kita langsung menggunakan rumusan yang ada, yaitu:

x(t )=e−h(t )∫ e h(t ).r(t ) dt +C


yang mana r (t )= e 2t ;
p(t )=−1, sehingga h(t )=∫ p(t )dt= ∫−1 dt=−t
x(t )=e−(−t)∫ e−t .e 2t dt+C
x(t )=e t ∫ e t dt+C
x(t )=e t ( et +C )
x(t )=e 2t +Cet

'
2). tx + x +4=0
Bagilah persamaan di atas dengan t, konstanta pindahkan ke ruas

kanan, sehingga:

1 4
x ' + x=−
t t …………………..
Selanjutnya gunakan rumusan yang ada yaitu:

h(t )
x(t )=e
−h(t )
∫e .r(t ) dt +C
Matemtika-2 9
1
p ( t )=
t
1
h ( t )=∫ dt = ln t
t
−4
r ( t )=
t
x ( t )=e−ln t
∫ e ln t ( −4
t
) dt +C
1 −4
x ( t )=
t
∫ t (
t
) dt +C
1
x ( t )= ∫ −4 dt +C
t
1
x ( t )= ( −4 t + C )
t
C
x ( t )=−4 +
t

3).
'
tx +x=sin t , dengan syarat
x(π )=2 .

Bagi dengan t sehingga:


1 1
x ' + x= sin t
t t
1
p( t )= , maka h ( t )= ln t
t
1
x ( t )=e−ln t ∫ e ln t ( sin t ) dt +C
t
1 1
x ( t )= ∫ t .( sin t ) dt +C
t t
1
x ( t )= ∫ .sin t dt +C
t
1 −cos t C
x ( t )= (−cos t )+C ) = +
t t t

Matemtika-2 10
1 C
x (π )= (−cos π )+
π π
1 C
2= +
π π
C=2 π −1
−cost 2 π −1
x (t )= +
t t

Soal Latihan/TUGAS 1

Selesaikan persamaan differensial linier orde 1 berikut:

1. x '+( tant ) x=sin 2t , x(0)=1


2. x '+t−1 x=−t 2
3. x ' +x=2
4. x ' −x=3e 2t
5. x '−x=3 et

Matemtika-2 11
BAB II
PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER ORDE 2

2.1 Pendahuluan

Persamaan differensial linier orde 2 ialah suatu persamaan yang

mengandung turunan turunan suatu fungsi dan turunan tertinggi dalam

persamaan itu, turunan kedua. Persamaan differensial linier orde 2

meliputi persamaan differensial linier orde 2 homogen dan tak

homogen.

Bentuk umum persamaan differensial linier orde 2 adalah:

x`+`a \( t \) x'`+b \( t \) x=r \( t \) } {} # size 12{ ital at u} {} # size 12{ {d rSup { size 8{2} x} over { ital dt rSup { size 8{2} } +a \( t \) { { ital dx} over { ital dt} +b \( t \) x=r \( t \) } {} } {
¿
¿
¿
Dimana a(t) danb(t) adalah fungsi-fungsi sembarang dengan variabel t.

Bila r(t) = 0 maka persamaan differensial disebut persamaan

differensial linier Homogen, sedang bila r(t) ≠ 0 disebut persamaan

differensial linier orde 2 tak Homogen.

2.2. Persamaan Differensial Linier Orde 2 Homogen

Bentuk umum persamaan differensial linier orde adalah:

x`+`a \( t \) x'`+b \( t \) x=0} {} # size 12{ ital atau} {} # size 12{ { {d rSup { size 8{2} } x} over { ital dt rSup { size 8{2} } } } +a \( t \) { { ital dx} over { ital dt} } +b \( t \) x=0} {} } } {
¿
¿
¿

Matemtika-2 12
Penyelesaian persamaan differensial linier orde 2 homogen diatur oleh

teorema berikut:

“Setiap Penyelesaian Persamaan Differensial Linier Orde 2


x `+`a \( t \) x'`+`b \( t \) x=0} {
(PDL-2Homogen” ¿

Dapat dituliskan sebagai:


x(t)=C1 e1 (t)+C2 e 2(t)
Jika dan hanya jika:

1. e 1 (t ) dan e 2 (t ) merupakan penyelesaian

persamaan differensial linier orde 2 homogen.

2. Determinan Wronsky dari e 1 (t ) dan e 2 (t ) harus

memenuhi syarat:
¿
e 1 (t ) e 2 (t )
W ( e 1 (t ), e 2 (t ) ) ≠0 | e ' (t ) e ' (t )
1 2
Dimana: ¿
¿
W ( e 1 (t ), e 2 (t ) ) =| }

Karena luasnya aspek pembahasan persamaan differensial linier orde 2

ini, maka pembahasan akan dibatasi pada persamaan differensial linier

orde 2 dengan koefisien konstanta.

Bentuk umum persamaan differensial linier orde 2 dengan koefisien

x`+` ital px '`+` ital qx=r \( t \) } {


konstanta dapat dinyatakan dengan: ¿
Dimana p dan q konstanta.

Penyelesaian persamaan differensial ini juga berkaitan dengan

penyelesaian persamaan differensial linier homogennya.

Penyelesaian persamaan differensial linier orde 2 homogen dengan


x `+` ital px '`+` ital qx =0} {
koefisien constant: ¿

Matemtika-2 13
Diduga mempunyai bentuk yang sama dengan penyelesaian persamaan

differensial linier orde 1 homogen. Untuk itu perhatikan persamaan

differensial linier orde 1 homogen: x' + ax=0


Persamaan differensial ini memberikan penyelesaian sebagai berikut:
−at
x (t )=Ce
Selanjutnya kita misalkan bahwa penyelesaian persamaan differensial

orde 2 homogen dengan koefisien konstanta mempunyai bentuk sebagai

berikut x (t )=Ce λt

Seandainya pemisalan ini benar, maka dengan mensubtitusikan

x (t )=Ce λt ke dalam persamaan


x + ital px '+ ital qx =0} {
¿ kita peroleh

keidentikan untuk nilai yang sesuai.

Dari hasil subtitusi diperoleh sebagai berikut:

( λ 2 + pλ+q ) Cet =0
karena Cet ≠0, maka ( λ 2 + pλ+q )=0
Untuk menentukan λ perhatikan persamaan karakteristiknya yaitu:

2
λ + pλ +q=0
Harga λ yang memenuhi persamaan karaktertistikini adalah:
p 1
λ1 =− + √ p 2− 4 q
2 2
p 1
λ2 =− − √ p2 −4 q
2 2

Dalam hal ini tampak tiga kemunigkinan bentuk λ1 dan λ 2 yaitu:

1
2
p −4 q>0, yang memberikan λ 1 dan λ 2 keduanya ril dan berbeda ( λ 1≠ λ2 )
2
2. p −4 q=0, yang memberikan λ1 =λ2 ( akar Ganda/akar kembar ) dan ril .
2
3. p −4 q<0, yang memberikan λ 1∧λ 2 akar kompleks .

Matemtika-2 14
2
Kasus-1 ( p −4 q>0 )
Persamaan differensial dengan kasus ini memberikan dua penyelesaian yang
berbeda yaitu:

λ11 (t ) λ (t)
x 1(t)=C 1 e +C 2 e 2

Dimana
p 1
λ1 =− + √ p 2−4 q
2 2
p 1
λ2 =− − √ p2 −4 q
2 2
Bila kita pilih C = 1, maka determinan Wronsky dari kedua penyelesaian itu
adalah:
λ t
)=¿ | e λ t 
1

| λ1 e 1
λ2t
e
λ t
λ 1( t ) λ2 ( t ) | λ2 e 2

W (e ,e ¿¿ 
}
λ t λ1 t λ t
λ2 t
= λ2 e e 1
−. λ 1 e 1
.e 2

( λ1 + λ2 ) t ( λ1+ λ 2 )t
= λ2 ( e )− λ 1( e )
( λ 1 +λ 2 )t
=( λ2 − λ 1 ) . e
( λ1 + λ2 ) t
Karena kasus ini λ 1≠ λ 2 dan e ≠0
λ1 ( t ) λ (t )
maka W ( e ,e 2
)≠0

Menurut teorema di atas, maka penyelesaian persamaan differensial dengan kasus


ini ialah:
λ t λ t
x ( t )=C1 e +C 2 e 1 2

Contoh-1:

Tentukan penyelesaian umum persamaan differensial 2x” + 3x’ – 2x = 0


Jawab:
Persamaan Karakteristik dari persamaan differensial tersebut ialah :

2
2 λ +3 λ−2=0

Matemtika-2 15
Dengan menggunakan rumus abc maka diperoleh akar-akar persamaan
karakteristik sebagai berikut:

−3± √ ( 3)2 − 4( 2 )(−2 )


λ12 =
4
−3± √ 25
λ12 =
4
−3±5
λ12 =
4
λ1 =0,5 dan λ2 =−2
x ( t )=C 1 e0,5 t + C2 e−2t
Bila x(0) = 1 dan x’(0) = 2 tentukan penyelesaian khususnya.

1=C 1 +C 2
x ' (t )=0,5 C 1 e 0,5 t −2C 2 e−2t
2=0,5 C 1−2C 2
Atau
C1 + C2=1 ⇒ x2
0,5C1−2C2=2⇒ x1
.........................................
2C 1 +2C 2=2
0,5C1−2C2=2
2,5C1=4
C1=1,6
2(1,6)+2C 2=2
C2=−0,6
x(t)=1,6e 0,5t −0,6e−2t
2
Kasus-2 ( p −4 q=0 )
Persamaan differensial dengan kasus ini memberikan dua penyelesaian yang sama
yaitu:
x 1 (t )=x 2(t )=Ce λt
p
dimana λ=−
2

Matemtika-2 16
Bila kita pilih C = 1 dan kita hitung determian Wronsky maka akan diperoleh

W ( e λt , e λt ) =0 , hal ini tidak sesuai dengan teorema di atas. Untuk itu kita
harus mencari satu penyelesaian yang lain dimana determinan Wronsky ≠ 0.
Perhatikan cirri dari kasus ini, yaitu:

p2 −4 q=0
p2 =4 q
1
q= p 2
4
Selanjutnya lakukan subtitusi ke persamaan differensialnya

1
x + ital px' + ital qx =0} {} # size 12{x+px '+ p2 x=0
4
Misalkan penyelesaian lainnya itu berbentuk sebagai berikut:

x(t )=v(t ) e λt
sehingga :
x'(t )=v'(t ) e λt +v (t ) λe λt
x \( t \) = v (t ) e λt +v '(t ) λe λt +v '(t ) λe λt +v(t ) λ2 e λt
x + ital px' + { {1} over {4} } p rSup { size 8{2} } x=0} {
Selanjutnya lakukan subtitusi ke persamaan differensial ¿
diperoleh:
λt
v \( t\)`erSup {size8{λt} +v'\( t\)`λerSup{ size8{λt} +v' \(t \)`λe rSup{size 8{λt} +v\(t \) `λrSup{size8{2} e rSup{size 8{λt} +pleft [ v' \(t\) e rSup{ size8{λt} +v\(t \) `λerSup {size8{λt} right]+{ {prSup{size 8{2} } over {4} left[v\(t \)`erSup{ size8{λt} right ]=0} {} # ital at u:{}# v(t)=0(sebab e ≠0), sehin ga v(t)=C1t+C2
¿Jadi penyel sai nyang lain yaberbentuk:
λt
x2(t)=v(t) e
=(C1t+C2) eλt
λt
Bila kita pilih C1 =1 dan C2 =0 maka diperoleh x 2 ( t )=t e
λt λt
Selanjutnya akan ditunjukkan determian Wronsky dari W (e , te )

Matemtika-2 17
λt
W ( e λt , te λt )=¿ | e λt 
| λe
te λt
|e λt +tλe λt
¿¿ 
}
= e λt ( e λt +tλe λt )−( te λt )( λe λt )
= e2 λt + [ ( e λt )( tλe λt ) ]− [( te λt )( λe λt ) ]
= e2 λt
Untuk sembarang W ( e λt , te λt )≠0 .

Menurut teorema di atas, penyelesaian persamaan dengan kasus ini ialah:


λt λt
x (t )=C1 e +C2 t e
Contoh-2:
Tentukan penyelesaian umum persamaan differensial x” - 2x’ + x = 0
Jawab:
Persamaan Karakteristik dari persamaan differensial tersebut ialah :
λ2 −2 λ+1=0
Dengan menggunakan rumus abc maka diperoleh akar-akar persamaan

karakteristik sebagai berikut:

2±√(−2)2 −4 (1) (1 )
λ12=
2
2±√ 0
λ12=
2
λ12=1
x (t )=(C 1 t+C 2 ) et

Kasus-3 ( p2 −4 q<0 )

Persamaan differensial dengan kasus ini memberikan dua penyelesaian

yang berbeda yaitu:


λ t λ t
x 1 ( t )=C 1 e 11 dan x 2 ( t )=C 2 e 2
dimana λ1 =α + jβ dan λ2 =α − jβ
p 1
dengan α =− β = √ 4 q− p2
2 2

Matemtika-2 18
Bila kita pilih C = 1 dan selanjutnya akan ditunjukkan determinan

Wronsky dari

λ 1 t λ 2 t
e e
λ 1 t λ 2 t
λ1 e λ2 e
¿
rli
¿
¿ 
¿
¿
¿
¿
|¿|¿
)= ¿ ¿
λ t λ 2 t
W ( e 1
, e ¿
¿
¿
¿

Menurut teorema di atas, penyelesaian persamaan differensial dengan

kasus ini ialah:


λ t λ t
x (t )=C1 e 1 +C2 e 2
atau
( α + jβ )t ( α− jβ) t
x (t )=C1 e +C 2 e
x (t )=C1 (e α . t . e jβt )+C2 (e α . t . e− jβt )
αt jβt − jβt
x (t )=e (C 1 e +C 2 e )
x (t )=e αt [ C 1 (Cos β t + jSin β t )+C2 (Cos β t− jSin β t ) ]
x (t )=e αt [(C 1 +C 2 ) Cos β t+ j(C1 −C 2 ) Sin β t ]

x ( t )=e αt ( K 1 Cos β t+ K 2 Sin β t )


Dimana K 1=(C1 +C2 ) dan K 2 = j(C 1−C 2 )

Contoh-3:
x+π rSup { size 8{2} } x=0} {
Tentukan penyelesaian umum persamaan differensial ¿

Jawab:

Persamaan Karakteristik dari persamaan differensial tersebut ialah :

λ2 +π 2=0
Dengan menggunakan rumus abc maka diperoleh akar-akar persamaan

karakteristik sebagai berikut:

Matemtika-2 19
0±√ 0−4 (1) ( π 2 )
λ12=
2
±√−4 π 2
λ12=
2
±j2π
λ12= =± jπ
2
x (t )=( K 1 Cos π t+ K 2 Sin π t )

2.3 Persamaan Differensial Linier Orde 2 Tak Homogen

Bentuk umum persamaan differensial linier orde 2 tak homogen

dengan koefisien konstan ialah:


x + ital px '+ ital qx =r \( t \) } {
¿ .

Penyelesaian persamaan differensial linier orde 2 tak homogen dengan

koefisien konstan berkaitan erat dengan penyelesaian bentuk

homogennya
x + ital px '+ ital qx =0} {
¿ . Jika x (t )=x TH (t ) suatu penyelesaian

persamaan tak homogen dan x(t )=x H (t ) adalah penyelesaian

persamaa n homogennya, maka x (t )=x H (t )+x YH (t ) adalah penyelesaian

persamaan differensial tak homogen.

Untuk menetukan penyelesaian persamaan differensial linier orde 2,

khusus tak homogen terdapat beberapa metode antara lain:

a. Metode Koefisien tak tentu

b. Metode kompleks

c. Metode variasi parameter

a. Metode Koefisien Tak Tentu

Metode ini hanya berlaku untuk r(t) yang mempunyai bentuk/tipe

tertentu, yaitu:

1. r(t) : Polinom

Jika r(t) polinom berderajat n, maka kita misalkan penyelesaian

tak homogennya x(t) polinom berderajat n pula dengan

Matemtika-2 20
koefisien-koefisiennya harus ditentukan. Jika hal ini tidak

berhasil, misalkanlah x(t) polinom berderajat lebih tinggi dan

seterusnya sampai berhasil.

2. r(t) : Fungsi Eksponen.

Jika r(t) berbentuk Ae pt , maka kita misalkan penyelesaian tak


pt
homogennya x (t )=Ce . Jika tidak berhasil, maka misalkanlah
pt
x(t )=C t e dan seterusnya sampai berhasil.

3. r(t) : Fungsi Sinus atau Cosinus

Jika r(t) berbentuk A sin at atau B cos at maka kita

misalkan penyelesaian tak homogennya

x(t )=C1 Cos at+C 2 sin at


4. r(t) : Hasil kali antara eksponen dengan sin atau cos.
pt pt
Jika r(t) berbentuk e sin at atau e cos at maka kita

misalkan penyelesaian tak homogennya

x (t )=e pt (C 1 Cos at+C2 sin at )


5. r(t) : Kombinasi dari tipe 1, 2 dan 3.

Jika r(t) berbentuk kombinasi dari tyipe 1, 2 dan 3 maka kita

misalkan penyelesaian tak homogennya mengikuti aturan-

aturan yang berlaku pada tipe 1, 2 dan 3 atau dipecahkan

menjadi beberapa permasalahan tipe 1, 2 dan 3 dan selanjutnya

penyelesaiannya merupakan penjumlahan dari seluruh penyelsaian

tipe 1, 2 dan 3.

b. Metode Kompleks

Matemtika-2 21
Metode kompleks digunakan untukmr(t) yang berbentuk bilangan kompleks
atau r(t) yang dapat dinyatakan dengan bilangan kompleks. Jika r(t) berbentuk

e jt maka kita misalkan penyelesain\annya berbentuk x (t )=Ce jt .


Jika r(t) berbentuk Cos t. maka kita misalkan penyelesaian tak homogennya

x (t )=Re { x ¿ (t ) } . Dengan Re { x ¿ (t ) } adalah komponen ril dari x* dan


x*(t) merupakan penyelesaian persamaan differensial kompleks. Jika r(t)
berbentuk sin t, maka kita misalkan penyelesaian tak homogennya ialah:

x (t )=Im { x ¿ (t ) } dimana Im(x*(t)) ialah komponen imajiner dari x* dan


x*(t) merupakan penyelesaian persamaan differensial kompleks.

c. Metode Variasi Parameter


Metode ini mempunyai kesamaan dengan metode pemisahan variable untuk
persamaan differensial linier orde 1. r(t) pada metode ini bebas (sembarang).

Pada bagian ini akan diberikan contoh-contoh penyelesaian dari tiap sub-
sub pokok bahasan agar lebih mudah memahami teori yang telah dibahas
sebelumnya.
a. Metode Koefisien Tak Tentu
Contoh-1:
Tentukan penyelesaian umum persamaan differensial berikut:
2x +3x' - 2x=e rSup { size 8{3t} } +t rSup { size 8{2} } +1+2sin t} {
¿

Jawab:
Penyelesaian persamaan differensial linier Homogennya ialah:
0,5t −2 t
x H ( t )=C 1 e +C 2 e ( Lihat contoh-1 )
Penyelesaian persamaan differensial Tak Homogennya yaitu:
Ada 2 cara untuk menyelesaikan sebagai berikut:
a. Membagi permasalahan menjadi 3 bagian yaitu:
2
1. 2x+3x' - 2x=e rSup { size 8{3t} } } {} # 2 . ` 2x+3x'−2x=t +1
¿
¿3. 2x+3x' - 2x=2sin t {} } } {
¿
b. Misalkan penyelesaiannya berbentuk:

Matemtika-2 22
Cara a:
2 x+3x' - 2x=e rSup { size 8{3t} } } {
1. ¿
3t
Misalkan x(t )= Ae

x'(t)=3Ae3t
x \( t \) =9 ital Ae rSup { size 8{3t} } {} # x \( t \) ,x' \( t \) danx(t)
Subtitusikan ke dalam persamaan differensial di atas, diperoleh:

2(9 Ae 3 t )+3(3 Ae 3t )−2 Ae 3 t =e 3t


18 Ae 3 t +9 Ae 3 t −2 Ae 3 t =e 3t
3t 3t
25 Ae =e
25 A=1
1
A=
25
1
Jadi x(t )= e 3t
25
2 x+3x' - 2x=t rSup { size 8{2} } +1} {
2. ¿

Misalkan x ( t )= At 2 + Bt +C

x'(t)=2 At+B
x \( t \) =2A} {} # size 12{Subtitusikanx \( t \) ,x' \( t \) dan x (t) kedalam persaaan differesial, diperoleh:
2 2
4A+6At+3B-2At −2Bt−2C=t +1
−2 At 2+(6 A−2B)t+(4 A+3B−2C)=t2+1
1
−2 At 2=t2 ⇒ A=− .
2
6 A−2B=0
1
6(− )−2B=0
2
3
−3−2B=0 ⇒B=−
2
4 A+3B−2C=1
7,5
−2−4,5−2C=1 ⇒C=−
2
1
x(t)=− (t2+3t+7,5)
2

Matemtika-2 23
2 x +3x' - 2x=2 sin t} {
3. ¿

Misalkan x (t )= A cost+ B sin t

x'(t)=−Asin+Bco
¿
x\(t)=-AcosBin}{#ze12talSubsk`iprmntaldfes`iproh:}{#ze12-AcstBin3+o-2AcstBin=}{#ze12\(-4A+3B)cost in=2}{#sze1-4A+3B0~draow`x}{#size12-3A4B=~draow`x}{#size12-A+9B=0 {12-68~\(italdperkung)`oh:}{#size125B=-8 { }over25#siz1{-A+9\(8}over25)=0{#siz1-A72}over{5#siz1A=-6}over{25#siz1x\(t)=-{6}over25ialCst{8 }S∫#size12{talJd~pny`iersamtldfn ebu`ialh:}{#sz12xrSbie8talTH}\()={1over25Supsiz8{3t}-6con\)1ver{2}(tSupsiz8+37,5\)}{#x(t=rSubsize8H}\)+x{italTH}\()#x=CrSub{size81}p0,5t+CrSub{size82}p-t+{1over25}\(Supsiz8{3t-6con\)1}ver{2(tSupsiz8}+37,5\){
¿
Cara b:
¿
Misalkan penyelesaiannya berbentuk:
¿
x(t)=C1 e3t+C 2 t 2+C 3 t+C 4 +C 5 cost+C6 sint
x'(t)=3C 1 e3t+2C 2 t+C3−C 5 sin+C 6 cost
x \( t \) =9C rSub { size 8{1} } e rSup { size 8{3t} } +2C rSub { size 8{2} } - C rSub { size 8{5} } cost - C rSub { size 8{6} } sint {} } } {
¿
Bila disubtitusikan ke dalam persamaan maka diperoleh:
18C 1 e 3t +4 C 2−2 C5 cos t−2 C6 sin t +9 C 1 e3 t +6 C2 t +3 C3 −3 C 5 sin t+3 C 6 cos t
−2 C 1 e3 t −2 C2 t 2 −2C 3 t−2 C 4 −2 C5 cos t−2C 6 sin t=e 3 t +t 2 +1+2 sin t

Matemtika-2 24
25 C1 e 3 t −2C 2 t 2 +(6 C 2 −2C 3 )t +( 4 C 2 +3 C3 −2 C 4 )+(−4 C5 +3 C6 )cost +
(−3 C5 −4 C6 )sin t=e 3t +t 2 +1+2 sin t
25 C 1 e3 t =e 3 t
1
25 C 1 =1 ⇒C 1=
25
1
−2 C 2 t 2 =t 2 ⇒−2C 2 =1 ⇒ C 2=−
2
6 C2 −2 C3 =0
3
−3−2 C3 =0 ⇒C 3 =−
2
4 C 2 +3 C 3 −2C 4 =1
7,5
−2−4,5−2C 4 =1 ⇒C 4 =−
2
−4 C 5 +3 C 6=0⇒ x 4
−3 C 5 −4 C 6 =2⇒ x 3
−16 C 5 +12 C 6 =0
−9C 5 −12C 6 =6
6
−25 C 5 =6 ⇒C 5 =−
25
24 8
+3 C 6 =0 ⇒C 6 =−
25 25
Jadi penyelesaiannya ialah :
1 1
x TH (t )= (e 3t −6 cost−8 sin t )− (t 2 +3 t +7,5)
25 2
1 1
x (t )=C1 e0,5 t +C2 e−2t + (e3 t −6 cos t−8 sint )− (t 2 +3 t+7,5 )
25 2
Contoh-2 (Metode Kompleks)
Tentukan penyelesaian persamaan differensial berikut:
2 x +3x' - 2x=6 cos t} {
¿

Jawab:
Penyelesaian persamaan differensial linier Homogennya ialah:
0,5t −2 t
x H ( t )=C 1 e +C 2 e ( Lihat contoh-1 )
Selanjutnya akan dibahas penyelesaian persaaan differensial tak homogennya.
Hubungan antara 6 cost dengan bilangan kompleks, diperoleh dari persamaan
berikut:

Matemtika-2 25
6 e jt =6(cost+ j sin t )
atau⇒ 6 cost=Re(6 e jt ).
Karena itu diharapkan penyelesaian persamaan differensial di atas berbentuk:
x TH (t )=Re( x∗(t ))
Bila x*(t) merupakan penyelesaian persamaan kompleks dan Re merupakan
bagian real dari bilangan kompleks tersebut, maka:
2x *+3x∗' - 2x*=6e rSup { size 8{ ital jt } } } {
¿ .
Misalkan penyelesaian tersebut berbentuk:
¿
x∗(t)=Ke jt
x*'( t)= jKe jt
x* \( t \) = - ital Ke rSup { size 8{ ital jt } } {} } } {
¿
Subtitusikan kedalam persamaan differensial kompleks di atas, maka diperoleh:

−2 Ke jt +3 jKe jt −2 Ke jt =6 e jt
jt jt
(−4 +3 j) Ke =6 e
6 (−4− j3 ) −24 18
K= = −j
(−4+ j3 ) (−4− j3 ) 25 25
−24 18 jt
x∗(t )=
25( −j
25
e )
18
x∗(t )=
25(
−24
−j
25
(cos t+ jsin t ) )
−24 24 18 18
x∗(t )= cos t− j sint− j cos t+ sin t
25 25 25 25
−24 18 24 18
x∗(t )= cos t+ sin t− j( sint + cos t )
25 25 25 25
−24 18
Yang memenuhi syarat ialah ⇒ x∗(t )= cos t+ sin t ( Bagian Ril ).
25 25
1
x∗(t )=− (24 cos t−18 sin t )
25
1
x (t )=C1 e0,5 t + C2 e−2t − (24 cos t−18 sin t )
25
Contoh-3 (Metode Variasi Parameter)
2x +3x' - 2x=e rSup { size 8{3t} } } {
Tentukan penyelesaian umum persamaan differensial ¿

Jawab:

Matemtika-2 26
Penyelesaian persamaan differensial homogennya (Lihat contoh sebelumnya)
dengan hasil sebagai berikut:
0,5t −2 t
x H (t )=C 1 e +C 2 e
0,5t −2t
Bila dipilih C1 =C 2=1, maka x H (t )=e +e
Selanjutnya misalkan penyelesaian umum dari persamaan differensial di atas
0,5 t −2 t
berbentuk x (t )=v 1 (t )e +v 2 (t )e
0,5 t 0,5t −2 t −2t
Dengan demikian x ' (t )=v 1 ' (t )e +0,5 v 1 (t )e + v 2 ' (t )e −2 v 2 (t )e

Misalkan :
0,5 t −2t
v 1 ' (t )e +v 2 '(t )e =0 ... . .. ..... .. .. ...... ..... .... ......∗)
0,5 t −2t
Sehingga x ' (t )=0,5 v 1 (t )e −2 v 2 (t )e
x \( t \) =0,5v rSub { size 8{1} } ' \( t \) e rSup { size 8{0,5t} } + { {1} over {4} } v rSub { size 8{1} } \( t \) e rSup { size 8{0,5t} } - 2v rSub { size 8{2} } ' \( t \) e rSup { size 8{ - 2t} } +4v rSub { size 8{2} } \( t \) e rSup { size 8{ - 2t} } } {
Dengan demikian ¿
Subtitusikan kedalam persamaan differensial di atas diperoleh:
1
(2(0,5 v '(t )e 1
0,5t
+ v 1 (t )e 0,5 t −2 v 2 '(t )e−2 t +4 v 2 (t )e−2 t ) + (3(0,5 v 1 (t )e0,5 t −2 v 2 (t )e−2t ))
4 )
−2 ( v 1 (t )e +v 2 (t )e −2t )=e 3t
0,5t

1
( v '(t )e
1
0,5t
+ v 1 (t )e 0,5 t −4 v 2 '(t )e−2t +8 v 2 (t )e−2t ) + ((1,5 v 1 (t )e 0,5t −6 v 2 (t )e−2t ) )
2 )
−( 2 v 1 (t )e 0,5t +2 v 2 (t )e −2 t )=e3 t
atau
v 1 ' (t )e 0,5 t −4 v 2 '(t )e−2t =e 3 t . .. .. . .. .. . .. .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. .. . .** )
Dari kedua persamaan tersebut di atas ( persamaan *) dan **) diperoleh
5
1 t 1
v 1 ' (t )= e 2 dan v 2 ' (t )=− e5 t , s ehingga:
5 5
5 5
1 t 2 t
v 1 (t )=∫ e 2 dt= e 2 +C 1
5 25
1 1
v 2 (t )=∫ − e5 t dt =− e5 t +C2
5 25
Sehingga penyelesaiannya adalah:

Matemtika-2 27
x (t )=v 1 (t )e0,5 t +v 2 (t )e−2t
5 t
=
25(
2 2t 1 5t
e +C1 e 2 + − e +C 2 e
25
−2t
) ( )
t
x (t )=
2 3t
25 ( 1
e +C1 e2 − e 3 t +C 2 e−3t
25
t
)
1 3t
x (t )=C1 e +C2 e−3 t +
e2
25
Tentukan penyelesaian khusus persamaan differensial berikut:
x +4x'+8x=4 cos t+7 sin t~ dengan x \( 0 \) = 1 dan x ' \( 0 \) =−1 } {
¿

Kunci Jawaban : x (t )=e−2t cos2t +sin t


Soal-Soal TUGAS 2

1.x - 4x'+20x=0} {} # size 12{2 . `x −4x'+4x=0


¿
3.x - 4x'+9x=10e rSup { size 8{2t} } - 12cost} {} # 4 . `x −x'−2x=4sin 3t
¿5.x+9x'=2sin 2t+3cos3t {} # 6 . `x+2x' +2x=2et cost
7.x - x' - 2x=3e rSup { size 8{3t} } ,`x \( 0 \) =0,`x' \( 0 \) = - 2 {} # 8 . `x +2x'+2x=2cos2t+3sin 3t, x(0)=1, x'(0)=1
9.x+x' - 3x=2sin 5t,~x \( 0 \) =4,`x' \( 0 \) =2 {} } } {
¿

Matemtika-2 28
BAB III
APLIKASI PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER
ORDE 1 DAN 2

3.1 Pendahuluan
Permasalahan dalam teknik umumnya berbentuk persamaan differensial
(biasa atau parsial) yang disertai dengan syarat awal, syarat batas atau keduanya.
Untuk dapat menyelesaikan permasalahan teknik, pertama kali kita harus
melakukan pemodelan matematika terhadap permasalahannya. Jika model
matematikanya sudah diperoleh, selanjutnya kita selesaikan model matematikanya
secara matematika. Jika penyelesaian matematikanya sudah diperoleh, berikutnya
kita interpretasikan penyelesaian matematika kedalam kenyataan yang ada.
Permasalahan teknik yang akan dibahas berikut ini merupakan masalah yang
berkaitan dengan jurusan/bidang teknik listrik dan berharap hanya ada satu
interpretasi tentang hasil dari penyelesaian masalah yang akan dibahas.
a. Aplikasi Persamaan Differensial linier orde 1
Dalam rangkaian listrik, beda potensial sepanjang rangkaian
dikendalikan oleh hokum Kirchoff. Hukum Kirchoff menyatakan bahwa
jumlah aljabar beda potensial sepanjang rangkaian tertutup selalu sama
dengan nol. Dengan perkataan lain, beda potensial antara dua titik pada suatu
rangkaian tertutup sama dengan jumlah beda potensial pada bagian lain
rangkaian tersebut.
1. Rangkaian RL
R

Gambar 3.1 Rangkaian RL

Matemtika-2 29
Jika arus sepanjang rangkaian di atas, yaitu I = i(t), maka beda potensial antara
dua titik pada rangkaian ialah:
Vc−Va=R . I
dI
Vb−Vc=L
dt
Vb−Ca=E (t )
Dari persamaan-persamaan di atas, diperoleh hubungan sebagai berikut:
dI
L +RI =E (t )
dt
atau
dI RI E(t )
+ =
dt L L
Model matematika rangkaian RL di atas merupakan persamaan differensial linier
orde satu.
dx
+ px=r (t )
Bentuk umum persamaan differensial linier orde satu ialah dt .
Dan penyelesaiannya adalah:

x(t )=e ∫ e h( t ).r(t ) dt +C


−h(t )

−h( t) −h(t ) h(t)


Atau x(t )=Ce +e ∫ e .r(t ) dt
Hubungan antara bentuk umum persamaan differensial linier orde satu dengan
model matematika rangkaian RL ialah:
R E(t )
x (t )=I (t ); p= ; r (t )=
L L
R R
h(t )=∫ dt= t
L L
Dengan demikian penyelesaian model matematika rangkaian RL ialah:

Matemtika-2 30
I(t )=Ce−h( t)+e−h (t )∫ e h( t) . r(t )dt
R R R
L E (t )
− t − t
I(t )=Ce L
+e t ∫ e L
dt
L
R
R − t R
t L t
− e
I(t )=Ce L
+
L
∫e L.
E(t )dt

Bila E(t )=E0 (konstan )


R
R − t R
− t L t
L e L.
I (t )=Ce +
L ∫e E0 dt
R
E 0 − RL t L RL t
I (t )=Ce
R
− t
L
+ e
L R
e + C1 ( )
− t
L
E0 E0
I (t )=e (C+C 1 )+
R R
R

L
t E0
I (t )=ke +
R
E0
k =C+C 1
R
E0
Jika t →∞ maka I (t )=
R
Jika diberikan syarat awal I (0)=0, maka:
E
I ( 0)=ke 0 + 0
R
E
k =− 0
R
R
E 0 −L t E 0
Sehingga I (t )=− e +
R R

[ ]
R
E0 − t
I (t )= 1−e L
R
Grafik dari I(t) terhadap t diberikan di bawah ini:

I (t)

E0
R
Gambar 3.2 Kurva I =f(t)

Matemtika-2 31
INTERPRETASI:

Sepanjang rangkaian ini I(t) membesar dari 0 dan setelah waktu yang

E0
I(t )=
cukup lama, I(t) hampir tetap yaitu R .

- Waktu yang diperlukan untuk membuat arus lebih cepat

mencapai harga konstan, tergantung pada besarnya R dan

L. Bila L diperkecil atau R diperbesar maka waktu yang

diperlukan semakin lebih cepat.

- Laju perubahan pada arus berbanding lurus dengan

besarnya arus.

Bila E(t )=E 0 sin ωt , maka :


R R R
− t1 − t t
I(t )=Ce + e L ∫ e L E0 sin ωt dt
L
L
R R R
− t E − t t
0
I(t )=Ce + e ∫ e L sin ωt dt
L L
L
R
t
Untuk menghitung ∫e L
sin ωt dt , gunakan pengintegralan parsial dan

diperoleh hasilnya sebagai berikut:

Matemtika-2 32
R
R Lt ω
∫e
R
L
t
sin ωt dt=
L
e

ω2 +
R
( )
( 2
R
sin ωt− cos ωt + C1 , sehingga:
L
)
L

[ ]
R
R Lt ω
I (t )=Ce
R
− t
L
+
E0
L
e

R
L
t
L
e

ω2+
R
( )
( 2
R
sin ωt− cos ωt +C 1
L
)
L
R
− t
L E 0 E0 R ωL
I (t )=e (C +C1
)+ (sin ωt− cos ωt )
L 2 2 R 2 R
L (ω +( )
L
R
− t E E
I (t )=e L (C +C1 0 )+ 02 2 2 ( R sin ωt−ωL cos ωt )
L ω L +R
R

L
t E0 R sin ωt ωL cos ωt
I (t )=ke + 2 2 2
( 2 2 2
− 2 2 2
)
√ω L +R √ ω L +R √ω L +R

R

L
t E0
I ( t )=ke + ( sin ωt cos δ−cos ωt sin δ )
√ ω2 L2 + R2
R

L
t E0
I ( t )=ke + sin( ωt−δ )
√ ω2 L2 + R2
Dengan :
E0 R ωL ωL
k =C+C 1 , Cos δ = 2 2 2 , sin δ = 2 2 2 , tan δ=
L √ω L +R √ω L +R R
ωL
δ =arc tan , δ : sudut fasa.
R

INTERPRETASI:

 I (t) terdiri atas 2 suku yaitu :


R
− t
L
Suku ke 1 ke

E0
sin(ωt −δ )
Sukuk k 2 √ω 2 L2+R2
 Jika t →∞ , maka suku ke 1 menjadi nol dan sukuk ke 2 tidak

nol (suku ke 2 yang berpengaruh)

Matemtika-2 33
 Suku ke 1 menyebabkan adanya arus transient, sedang suku ke 2

menyebabkan adanya arus steady (mantap).

 Jika t →∞ , maka arus yang terjadi merupakan arus bolak

balik yang melakukan gerak harmonis.

 Sudut fasa δ akan sama dengan nol bila induktansi (L) sama

dengan nol.

Contoh-1

Pada rangkaian RL, dengan R = 1 Ohm, L = 100 Henry dan E =

100 Volt. Berapa arus pada setiap waktu t ? dengan I (0) = 0

Jawab:
R

L
I(t )=ke t+E 0
100
I(t )=ke−0,01 t +
1
−0,01 t
I(t )=ke +100
I( 0)=k (1)+100 , k=−100
Sehingga:

I(t )=−100 (e−0 . 01t +100)


I(t )=100(1−e−0. 01 t ), ampere
Contoh-2

Berkaitan dengan contoh-1, setelah berapa lamakah arus menjadi 5

ampere ?

Jawab:

5=100 (1−e−0,01t )
0,05=(1−e−0,01t )
atau
e−0, 01t =0,95
Ln e−0, 01t =Ln 0,95
−0,01 t=−0,0512
t=5,12 det ik

Matemtika-2 34
Contoh-3

Berkaitan dengan contoh-1, berapa lamakah waktu yang dibutuhkan

untuk menaikkan arus dari 5 ampere menjadi 15 ampere ?

Jawab:

Waktu yang dibutuhkan untuk menaikkan arus dari 0 ampere menjadi 5

ampere adalah 5, 12 detik. Selanjutnya akan dihitung waktu yang

dibutuhkan untuk menaikkan arus dari 0 sampai 15 ampere sebagai

berikut:

15=100 (1−e−0,01t )
0,15=(1−e−0, 01t )
atau
e−0, 01t =0,85
Ln e−0, 01t =Ln 0,85
−0,01 t=−0,1625
t=16,25 det ik
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk menaikkan arus dari 5 ampere

menjadi 15 ampere adalah 16,25 detik – 5,12 detik = 11,13 detik.

Contoh-4

Pada suatu rangkaian RL, dengan R = 30 Ohm, L = 10 Henry, E=110 sin

60 π t

Tentukan:

a. Sudut fasa

b. Arus pada setiap waktu t

Jawab:

a. Bentuk umum persamaan beda potensial adalah E=E 0 sin ωt ,

sehingga ω=60 π .

Matemtika-2 35
ωL 60 π (10)
Tanδ= =
R 30
δ=arc tan 20 π
δ=89 , 080
δ=0, 49 π
b. Untuk menghitung arus tiap waktu digunakan rumus:
R
− t
L
E0
I(t )=ke + sin( ω t−δ )
√ ω2 L2+ R2
30
− t 110
10
I(t )=ke + sin (60 π t−0, 49 π )
√(60 π )2 (10)2 (30)2
I(t )=ke−3 t +0,058 sin (60 π t−0, 49 π ) ampere
k : konstanta sembarang yang besarnya tergantung syarat awal.

2. Rangkaian RC

Gambar 3.3 Rangkaian RC

Jika arus sepanjang rangkaian di atas yaitu I = I (t) maka beda potensial

antara dua titik pada rangkaian itu ialah:

V D−V A =R. I
1
V B −V D= ∫ Idt
C
V B −V A=E (t )
Dari persamaan di atas diperoleh hubungan sebagai berikut:

Matemtika-2 36
1
R.I +
C
∫ Idt=E (t )
dI I d
R + = E(t )
dt C dt
dI I 1 d
+ = E (t )
dt RC R dt
Dengan demikian model matematika rangkaian RG di atas merupakan

persamaan differensial linier orde 1. Hubungan antara bentuk umum

persamaan differensial linier orde 1 dengan model matematika

rangkaian RC ialah:

1 1 dE(t )
x (t )=I (t ), p= , r (t )=
RC R dt
Jadi penyelesaian model matematika rangkaian RC di atas ialah:

1
1 − t 1
RC
RC dE (t )
− t e t
I ( t )=ke RC
+
R dt
∫e
dt
dE(t )
Bila E(t )=konstan, maka =0, sehinggga:
dt
1
1 − t 1
t RC t
− e
I ( t )=ke RC
+
R
∫e RC
.( 0 ) dt
1
− t
RC
I ( t )=ke
1 1
RC ω RC 1
Sin δ = ; Cos δ = ; Tan δ = =
ω ω RC
√( ) √( ) +ω
2 2
1 1
+ ω2 2
RC RC
Selanjutnya untuk menentukan muatan Q(t) pada rangkaian RC, menurut definisi

Q(t )=∫ Idt


atau
dQ(t )
I(t )=
dt

Matemtika-2 37
Dengan menggunakan difinisi ini, maka model matematika rangkaian RC
menjadi:
1
RI +
C
∫ Idt =E(t )
dQ Q
R + =E(t )
dt C
dQ Q 1
+ = E(t )
dt RC R
Model matematika rangkaian RC merupakan persamaan differensial linier orde 1

1 1
x (t )=Q(t ), p= , r(t )= E (t )
dengan RC R .
Jadi penyelesaian model matematika rangkaian RC di atas ialah:
t
t − t
RC
− e
Q(t )=ke RC
+
R
∫e RC
E(t ) dt
t
t − t
RC
−e
Q(t )=ke +
R
RC
∫ e RC E(t ) dt
Bila E(t )=E0 =konstan, maka:

Bila E(t )=E0 =konstan, maka:


t
t − t
RC

RCe
Q(t )=ke + ∫ e RC E0 (t ) dt
R
t
E0 − tRC t
Q(t )=ke

RC
+ e
R
(
RC e RC +k 1 )
t

RC
E0 − tRC
Q(t )=ke +E0 C +k 1 e
R
t
− E0
Q(t )=e RC (k +k 1 )+E 0 C
R
t

RC
Q(t )=Ke +K 1
E0
K=k +k 1
R
K 1 =E0 C

berikut:

Matemtika-2 38
Jika kita gunakan hubungan berikut
Q(t )=∫ Idt dan I ( t ) pada rangkaian RC
dengan E (t) = Eo telah kita tentukan yaitu:
t

RC
I(t )=Ke
Maka :
t

Q(t )=∫ Ke RC
dt
t

RC
Q(t )=K (−RCe + K 1)
t

RC
Q(t )=K∗e + K 1∗
Dengan K∗¿−KRC dan K 1∗¿ KK 1
Bila kita bandingkan kedua penyelesaian di atas, ternyata keduanya
mencapai hasil yang sama. Karena K dan K* sama (keduanya konstanta
K 1 danK 1∗¿
sembarang), sedangkan ¿ juga sama (keduanya konstanta
sembarang).

Bila E (t) = E0 Sin ω t , maka:


t
t − t
RC
− e
Q(t )=ke RC
+
R
∫e RC
E0 Sin ωt dt
t

t RC t
− E0 e
Q(t )=ke RC
R
+ ∫ e Sinωt dt RC

t
− E 0 − tRC
Q(t )=ke RC
+ e
R
(∫ udv )
∫ udv=uv −∫ vdu
t t
RC t
u=e →du= e RC dt
RC
1
dv =Sin ωt dt → v=− cosωt
ω
setelah diintegralkan diperoleh:
t

t ω
t t

RC
E0 −
RC e RC
.e RC
1
Q(t )=ke + e ( ( Sinωt− Cos ωt )+k 1 )
R 1 RC
ω2 +( )2
ωC

Matemtika-2 39
1
t
E0 C E0 sin ωt

RC RC ω Cos ωt
Q(t )=e (k +k 1 )+ ( − )
√1+(ω RC ) 2

1
√ 2
R ω +(
1 2
RC
)
√ 2
ω +(
1 2
RC
)
√ 2
ω +(
1 2
RC
)

t
E0C sin ωt

RC RC ω Cos ωt
Q(t )=Ke + ( − )


√ 1+(ω RC ) ω2+( 1 )2 ω2+( 1 )2

2

RC RC

dengan
Eο
K=k +k 1
R
1
RC
Sin δ =


2
1
ω+ 2
RC ( )
ω
Cos δ=


2
1
2
ω+ ( )
RC
1
RC 1 1
tg δ= = atau δ=arc . tg
ω ω RC ω RC
b. Aplikasi Persamaan Differensial Linier Orde 2
1. Rangkaian LC

Gambar 3.4 Rangkaian LC


Jika arus sepanjang rangkaian di atas yaitu I = i(t) maka beda potensial antara dua
titik pada rangkaian ini ialah:

Matemtika-2 40
dI
V P −V A=L
dt
1
V B −V P=
C
∫ I dt
V B −V A=E (t )
Dari persamaan-persamaan di atas, berdasarkan hokum Kirchoff diperoleh:
dI 1
dt C ∫
L + I dt=E (t )

Bila dilakukan pendiferensialan terhadap persamaan ini, diperoleh:


2
d I 1 dE(t)
L + I= atau LI + { {I} over {C} } = { { ital dE \( t \) } over { ital dt } } } {
dt 2 C dt
¿
Perhatikan bentuk homogen persamaan diferensial di atas, yaitu:
LI+ { {I} over {C} } =0} {
¿
Penyelesaian bentuk homogennya ialah:
I H (t )=C 1 e λ 1 t +C 2 e λ 2t
dengan:

λ=
2
-0± 0 −4
2L
L
C √
λ1,2 =
±j
L
√ L
C

Perhatikan bentuk tak homogen persamaan diferensial di atas, yaitu:


LI+ { {I} over {C} } = { { ital dE \( t \) } over { ital dt} } } {
¿
dE(t )
=0
Bila E(t ) = Eo = konstan, maka dt , sehingga penyelesaian tak
homogennya sama dengan nol.
dE(t )
E(t )=E 0 sin ωt , maka =ωE 0 cos ωt
Bila dt , sehingga:
LI+ { {1} over {C} } I=ωE rSub { size 8{0} } cosωt} {
¿

Matemtika-2 41
Karena ruas kanan persamaan ini mengandung cos ωt , dan cos ωt

mempunyai hubungan dengan e jωt , yaitu sebagai komponen nyata,


jωt
Re=(e )=cos ωt
Maka untuk menyelesaikan persamaan diferensial di atas kita gunakan persamaan
diferensial kompleks yaitu:
LI*+ { {1} over {C} } I*=ωE rSub { size 8{0} } e rSup { size 8{jωt} } } {
¿
Selanjutnya misalkan penyelesaianya berbentuk:
jωt
I TH∗( t )=Ke
¿
I TH *'(t)=jKe jωt
I TH * \( T \) = - Kωe rSup { size 8{jωt} } {} } } {
¿

Substitusikan kedalam persamaan diferensial di atas diperoleh:


I TH *'(t )= jKe jωt
1
−Kω Le jωt + Ke jωt =ωE 0 e jωt
C
1
(−ω 2 L+ )Ke jωt=ωE0 e jωt
C
ωE E
K= 0 = 0
1 1
(−ω2 L+ ) (−ωL+ )
C ωC
Jadi
E0 E0
I TH∗(t )= (e jωt ) = (cos ωt+ j sin ωt )
1 1
−ωL+ −ωL+
ωC ωC
E0
I TH∗(t )= cos ωt ⇒ Komponen nyata.
1
−ωL+
ωC
Sehingga penyelesaian umum persamaan diferensial rangkaian LC ialah:

Matemtika-2 42
λ t λ t E0
I (t )=C1 e 1 +C2 e 2 + cos ωt
1
−ωL +
ωC

j L
t −
j L
I (t )=C1 e L C +C 2 e L C + 0√
t E
cos ωt
1
−ωL+
ωC
1 L E0
I (t )=k 1 cos
1 L
L C√t +k 2 sin
L C
t+

−ωL+
1
ωC
cos ωt

INTERPRETASI:

1. Harga
λ1 dan λ2 umunya kompleks.

2. Arus yang terjadi (mengalir) pada rangkaian di atas hanya arus steady

(sebab tidak ada R)

Dengan menggunakan definisi:

Q(t )=∫ I (t )dt


Selanjutnya akan ditentukan Q(t)

λ t λ t E0
Q(t )=∫ (C 1 e 1 +C 2 e 2 + cosωt ) dt
1
−ωL+
ωC
C 1 λ t C 2 λ t E0
Q(t )= e 1 + e 2 + sin ωt +k 1
λ1 λ2 2 1
−ω L+
C
λ t λ t E0
Q(t )=Q(t )=K 1 e 1 +K 2 e 2 + sin ωt
21
−ω L+
C
dengan :
C C
K 1 = 1 dan K 2= 2
λ1 λ2
k 1 dipilih sama dengan nol.

Contoh:

Tentukan arus steady dan muatan yang tersimpan dalam rangkaian LC

bila L=0,1 Henry, C = 0,001 F dan E(t) = 155 sin 377 t volt

Jawab:

Matemtika-2 43
1 L E0
I(t )=k 1 cos
1 L
L C√ t +k 2 sin

L C
t+
−ωL+
1
ωC
cosωt

I(t )=k 1 cos


1 0,1

0,1 0, 001
t+k 2 sin

1 0,1
0,1 0,001
t+
155
−377 (0,1)+
1
377( 0,001 )
cos 377 t

I(t )=k 1 cos 100 t+k 2 sin 100 t−35 cos377 t Ampere
Muatan yang tersimpan dalam rangkaian LC ialah:

Q(t )=∫ I dt

Q(t )=∫ (k 1 cos100 t +k 2 sin100 t−35 cos 377 t ) dt


k k 35
Q(t )= 1 sin 100 t− 2 cos100 t− sin 377 t
100 100 377
Q(t )=K 1 sin 100 t−K 2 cos 100 t−0,09 sin 377 t Coulomb
k k
K 1 = 1 ; K 2= 2
100 100
2. Rangkaian RLC
Jika arus sepanjang rangkaian ini adalah I = I(t), maka beda potensial antara dua
titik pada rangkaian ini ialah:

V P  V A  RI
dI
VQ  V A  L
dt
1
C
V B  VQ  I dt
Gambar 3.5 Rangkaian RLC V B  V A  E (t )
Gambar 3.5 Rangkaian RLC

Dari persamaan-persamaan di atas diperoleh:


dI 1
L + RI + ∫ I dt=E(t )
dt C ( Hukum Kirchoff)
dQ
I=
Karena dt , dengan melakukan diferensiasi terhadap persamaan
diferensial di atas diperoleh:

Matemtika-2 44
d2I dI 1 dE(t)
L 2 +R + I =
dt dt C dt
Atau:
I
LI +R`I'+{ I} over {C} =E`'\(t\) {}# Bila`E\(t\)=ErSub{size8{0} `sin`ωt,`~mak :{}#E`'\(t\)=ωErSub{size8{0} `cos` ωt,` sehing a: {}#L`I +R I'+ =ωE0cos ωt
C
Selanjutnya akan ditentukan penyelesaian persamaan diferensial di atas,
perhatikan bentuk homogennya:
L I +R`I`'+ { {I} over {C} } =0} {
¿
Penyelesaian bentuk homogennya ialah:
λ1 t λ2 t
I H ( t )=C 1 e +C 2 e

Perhatikan bentuk tak homogennya:


L I +R`I`'+ { {I} over {C} } =ω`E rSub { size 8{0} } `cos`ωt} {
¿
Karena ruas kanan persamaan ini mengandung cos ωt dan cos ωt , mempunyai
jωt
hubungan dengan e , yaitu :
Re ( e jωt )=cos ωt
Maka untuk menyelesaikan persamaan diferensial di atas kita gunakan persamaan
diferensial kompleksnya yaitu:
LI∗+ ital RI`'∗+ { {1} over {C} } I*=ω`E rSub { size 8{0} } `e rSup { size 8{jωt} } } {
¿
Selanjutnya, misalkan penyelesaiannya:

Matemtika-2 45
¿
jωt
I∗TH(t)=Ke
jωt
I'*TH(t)=jωKe
I∗rSub{size8talTH}\()=-ωrSup{size82}K`rSup{size8jωt}{#-rSupsize8{2} talLK`erSup{siz8jωt}+alRω`KerSup{siz8jωt}+{1overC}italKerSup{siz8jωt}=ErSub{size80}rSup{size8jωt}{#\(-ωrSup{size82}L+jωR{1}overC\)K`rSup{size8jωt}=ErSub{size80}`rSup{size8jωt}{#K=ωErSub{size80} ovr{\(-ωSupsize8{2}L+jωR{1}overC\)}{#K=ErSub{size80} over{\(-ωL+italjR{1}overω`C}\)={ErSubsize8{0} ovrj\(ωL+R-{1}overω`C}\) {#K=ErSub{size80} over{italjZ}{
¿
Sehingga :
E0 jωt
I ∗TH ( t )= e
jZ
E 0 jωt
I ∗TH ( t )=− j e
Z
E
=− j 0 jθ e jωt
|Z| e
E
=− j 0 e j ( ωt −θ )
|Z|
E0
Re( I ∗T (t )=Re (− j [ cos (ω t−θ )+ j sin (ω t−θ) ]
H |Z|
E0
= sin (ωt−θ )
|Z |

Jadi penyelesaian persamaan diferensial di atas adalah:


I TH (t )=Re ( I∗(t ))
E0
= sin (ωt−θ )
|Z|
Mengingat sin(ωt −θ)= sin ωt cosθ−cos ωt sin θ .

Matemtika-2 46
Re Z R
cos θ= =
|Z|
Dengan √ R 2 +( ωL−
1 2
ωC
)

1
ωL−
Im Z ωC
sin θ= =
|Z|
√ R2 +( ωL−
1 2
ωC
)

Maka:
E0
I TH ( t )= ( sin ωt cos θ−cos ωt sin θ )

E0
√ 2
R +( ωL−
1
ωC
)2

1
=
R2 +( ωL−
1 2
)
( R sin ωt−( ωL−
ωC
) cos ωt )
ωC
E0 1
= ( R sin ωt−S cos ωt ) , dengan S=ωL−
2
R +S 2 ωC
Jadi penyelesaian umum persamaan differensial rangkaian RLC ialah:
I ( t )=I H (t )+ I TH (t )
λ t λ2t E0
I ( t )=C1 e 1 +C2 e + ( R sin ωt−S cos ωt )
R 2 + S2

INTERPRETASI:

 Harga λ1 dan λ2 umumnya negative sebab R L dan C tidak pernah

negative
E0
I ( t )= ( R sin ωt−S cos ωt )
 Jika t →∞ maka R 2 +S 2

 I(t) terdiri dari 3 suku yaitu:


λ1 t
Suku ke 1 : C 1 e
λ2t
Suku ke 2 : C 2 e
E0
Suku ke 3 : 2 2 ( R sin ωt −S cos ωt )
R +S
Suku ke 1 dan suku ke 2 menyebabkan adanya arus transient, sedangkan
suku ke 3 menyebabkan asanya arus steady (mantap).
 Jika t →∞ , maka arus yang terjadi merupakan arus steady (mantap).

Matemtika-2 47
Denagn menggunakan definisi:

Q(t )=∫ I (t )dt , maka:


λ t λ2 t E0
Q(t )=∫ (C 1 e 1 +C 2 e + 2 2
( R sin ωt−S cosωt ))dt
R +S
C 1 λ1 t C 2 λ t E 0 2

Q(t )= e + e + 2 2
(−R cosωt−S sin ωt )+ k
λ1 λ2 ω( R +S )
λ t λ t E
Q(t )=K 1 e 1 + K 2 e − 0 2 2 ( R cos ωt+ S sin ωt )
2

ω( R +S )
k =0 (dipilih)
Contoh:
Tentukan arus dalam rangkaian RLC, yang terdiri dari R = 100 Ohm, L=0,1
Henry dan C = 0,001 Farad, sedakan E(t) = 155 sin 377 t.
Diberikan syarat awal sebagai berikut: I (0) = 0 dan Q(0) = 0

Jawab:
λ1 t λ2t E0
I ( t )=C1 e +C2 e + ( R sin ωt−S cos ωt )
R +S 2
2

Matemtika-2 48
0,1I+`'=}{#size2talPrmn~Kky:10,λSup8{}+=#rbsize2-qt\(10)Sup{8}4,over2#λbsiz1=-0+qt{\(.4)}over,2#λSubsiz81=-0+9{e}~taldnλrSubsiz82=-90#ωL{1ovC37\(,)}er S=5`italdbukn{#ICsz81}erp-0+Si2u{9t5}over\(1)psz8+3Si{20`n7t-5co\}#I()=Crubsze81Spi{+2-90t},3`sn748co{#ialSyrwI\()=ehg:}0Cubsz81+{i2,3\-4()#rSe}Cubsz8=0. *\){}#Q(t=InialdCrSubsze81p{-0t}+i29,3`sn748co\)tald}{#Q(=CrSubize1v-0ps8+{2}or9eSuiz-0t1,38v7cs{4}orn#Q\()=CSubize81v-0+{s2}or9,3e7~dawCSub{iz81}v0+rs2oe9=-,3{7}. ∗¿\)#italDr~*dnpeoh:{}CSubsz81=-0,4#i253
¿
¿
Jadi:
Contoh
¿ I(t )=−0,04 e−10 t +0, 53 e−990 t +1, 38 sin 377 t−0, 48 cos37 t

Tentukan arus transient rangkaian RLC bila R = 40 Ohm, L = 10 Henry dan


C = 0,02 Farad dan E (t) = 800 cos 5t volt.

Jawab:

Matemtika-2 49
λ1 t λ2t E0
I ( t )=C1 e +C2 e + ( R sin ωt−S cos ωt )
R2 +S 2
L I +R`I'+ { {I} over {C} } =0} {} # size 12{10`I+40 I '+50 I=0
Persamaan Karakteristiknya:
2
10 λ +40 λ+50=0
−40±√(40)2−4(10)(50 )
λ1,2 =
20
−40±√(1.600−2000)
λ1,2 =
20
−40±√−400
λ1,2 =
20
−40± j 20
λ1,2 = =−2± j
20
λ1 =−2+ j dan λ2=−2− j
1 1
S=ωL− =5(10 )−
ωC 5(0,02)
S=40
800
I(t )=e−2 t ( K 1 cost+ K sin t )+ 2 2
( 40 sin5 t−40 cos5 t )
(40) +(40)
−2t
I(t )=e ( K 1 cost +K sint)+10 (sin5t− cos5t )
Ini merupakan arus Transien
Tentukan besarnya arus steady pada soal di atas.
Jawab:
−2t
I (t )=e ( K 1 cost + K sint )+10 (sin5t− cos5t )
Jika t → ∞, maka I (t) = 10 (sin 5t - cos 5t)
Ini merupakan arus steady.

SOALTUGAS

Matemtika-2 50
1. Tentukan arus steady rangkaian RL, bila :

a. R = 20 Ohm, L=100 Henry E(t) = 50 sin t volt

b. R = 240 Ohm, L=40 Henry E(t) = 300 sin 10 t volt

c. R = 40 Ohm, L=10 Henry E(t) = 800 cos t volt

2. Tentukan arus transient dalam soal soal di atas

3. Tentukan arus steady rangkaian RC, bila:

a. R = 20 Ohm, C = 0,05 Farad E(t) = 50 sin t volt

b. R = 240 Ohm, C = 0,001 Farad E(t) = 300 sin 10 t volt

c. R = 40 Ohm, C =0,02 Farad E(t) = 800 cos t volt

4. Tentukan arus transient dalam soal no. 3 di atas

5. Tentukan muatan dalam soal no. 3 di atas

6. Tentukan arus steady rangkaian LC bila:

a. L = 100 Henry, C = 0,05 Farad E(t) = 50 sin t volt

b. L = 40 Henry, C = 0,001 Farad E(t) = 300 sin 10 t volt

c. L = 10 Henry, C =0,02 Farad E(t) = 800 cos t volt

7. Tentukan muatan dalam soal no. 6 di atas

8. Tentukan arus steady rangkaian RLC bila:

a. R = 20 Ohm, L = 100 Henry, C = 0,05 Farad E(t) = 50 sin

t volt

b. R = 240 Ohm, L = 40 Henry, C = 0,001 Farad E(t) = 300

sin 10 t volt

c. R = 40 Ohm, L = 10 Henry, C =0,02 Farad E(t) = 800

cos t volt

9. Tentukan arus transient dalam soal no. 8 di atas

10. Tentukan muatan dalam soal no. 8 di atas.

Matemtika-2 51
BAB IV
TRANSFORMASI LAPLACE

4.1 Pendahuluan
Transformasi Laplace merupakan suatu metode untuk menyelesaikan
masalah nilai awal ataupun masalah nilai batas dari persamaan differensial.
Proses dalam transformasi Laplace terdiri atas tiga langkah utama yaitu:
1. Menuliskan maslah dalam bentuk persamaan yang lebih sederhana
(persamaan pembantu) dengan menggunakan Transformasi Laplace.
2. Menyelesaikan persamaan pembantu, semata-mata dengan manipulasi
aljabar.
3. Mengembalikan penyelesaian persamaan pembantu menjadi penyelesaian
masalah semula dengan menggunakan balikan transformasi Laplace.
Jadi dengan transformasi Laplace, suatu persamaan differensial diubah menjadi
persamaan aljabar. Walaupun penentuan transformasi Laplace suatu fungsi atau
penentuan balikan transformasi Laplace dapat dilakukan dengan menggunakan
tabel, tetapi karena keterbatasan tabel itu maka perlu dipahami betul cara
menentukan transformasi Laplace suatu fungsi ataupun cara menentukan
balikannya. Disamping itu biasanya perlu pula dilakukan pengolahan seperlunya
terlebih dahulu sehingga tabel yang ada dapat digunakan.
Transformasi Laplace ini banyak digunakan dalam matematika teknik.
Antara lain karena masalahnya menjadi sangat sederhana. Misalnya untuk
menentukan masalah nilai awal, tidak perlu kita terlebih dahulu menentukan
penyelesaian umumnya, karena syarat awal itu segera dipakai pada waktu
melakukan transformasi Laplace.

4.2. Transformasi Laplace dan Sifat-Sifatnya


Definisi : Transformasi Laplace suatu fingsi f yang didefinisikan pada t ¿0


F( S )=L( f )=∫ e−st f (t ) dt
ialah suatu fungsi F atau L(f) sehingga 0 .
Contoh:

Matemtika-2 52
Tentukan Transformasi laplace dari :
1. f(t )=k, k:konstanta

F( S )=∫ e -st f (t ) dt
0

F( S )=∫ e -st k ) dt
0

F( S )=k ∫ e -st ) dt
0
1 −st ∞
F( S )=k ( e )|0
−s
1
F( S )=k ( (e−s ∞−e0 )), →e−∞=0; e0 =1
−s
1 k
F( S )=k ( (0−1 ))=
−s s

2. f(t )=∫ e-st f (t ) dt
0
∞ ∞
F( S )=∫ e . t dt =∫ t . e -st dt
-st

0 0
Misalkan u=t→ du=dt
dv=e−st dt →Integralkan kedua sisi diperoleh:
∫ dv=∫ e−st dt
Jadi:
1 −st
v= e
−s

Matemtika-2 53
∞ ∞
∫ udv=uv−∫ vdu
0 0

t 1
= e−st −∫ e−st
-s 0
−s
t 1
=( e−st − 2 e−st )|∞0
-s s
1
=(0− 2 (0−1 ))
s
1
F(S )= 2 dimana s>0.
s
3 . f (t )=t 2
∞ ∞
F( S )=∫ e .t dt=∫ t 2 e−st dt
−st 2

0 0

∫ udv=uv−∫ vdu
Misalkan u=t 2 →du=2 t dt
1
dv=e−st dt →v= e−st
−s

2 1 1
F( S )=t ( e )−∫ e−st . 2 tdt
−st
−s 0 −s
∞ ∞
1 1
F( S )=0−∫ 2 t ( e−st ) dt=∫ 2 t e−st dt
0 −s 0 s
Misalkan u=2 t →du=2 dt ;
1 1
dv= e−st dt→ v= 2 e−st
s −s

1 −st ∞ 1 −st
∫ udv=2 t( 2 e )−∫ 2 e . 2 dt
0 −s 0 −s

1
=0−∫ 2( 2 e−st )dt
0 −s
2
=− 3 e−st|∞0
s
2
=− 3 (0−1)
s
2
F( S )= 3 dimana s>0 .
s

Matemtika-2 54
4 . f ( t )=e at

F (S )=∫ e−st . e at dt
0

( -s+a ) t
F( S )=∫ e dt
0
1 (−s+a) t ∞
F(S )= e |0
(−s +a )
1
F( S )= ( 0−1 )
(−s+ a)
1
F( S )=
s−a

-at
5 . f( t )=e

F (S )=∫ e−st .e−at dt
0

( -s−a) t
F( S )=∫ e dt
0
1
F(S )= e(−s−a) t|∞0
(−s−a)
1
F( S )= (0−1)
(−s−a )
1
F( S )= untuk s >0 .
s+ a
Dengan cara yang sama jika:
f ( t )=e jωt
1 ( s+ jω)
F( S )= x
(s− jω ) ( s+ jω)
(s+ jω)
F( S )= 2 2
(s +ω )
s ω
F( S )= 2 2 + j 2 2
(s +ω ) (s +ω )
e jωt =cosωt + jsin ωt ; sehingga :
s ω
L(cos ωt )= 2 2 dan L(sin ωt )= 2 2
s +ω s +ω

Matemtika-2 55
6 . f (t )=cosh at
F( S )=. .. .. . .. ?
1 1 1
cosh at= e at + e−at = ( e at +e−at )
2 2 2
1 1 1
F ( S )= (
2 s−a s+a
+ )
1 s+a s−a
F ( S )=
(
2
2 s −a s −a 2 )
+ 2 2

1 2s
F ( S )=
(
2 s2 −a 2 )
s
F ( S )= 2 2
s −a
a
7 . f (t )=sinh at ; maka F ( S )= 2 2
s −a

Tabel 4.1 Transformasi Laplace Suatu Fungsi t

No F(t) F(S) Keterangan


k
1 k k: konstanta
s
t 1
2
s2
2 2
3 t
s3

n!
4 tn n:bilangan asli
s n+1
at 1
5 e s>a
s−a
1
6 e−at s>a
s+a
s
7 Cos ωt s >ω
s +ω 2
2

ω
8 Sin ωt s >ω
s +ω 2
2

s
9 Cosh at s>a
s −a2
2

a
10 Sinh at s>a
s −a2
2

4.3 Transformasi Laplace Suatu Turunan dan Integral

Matemtika-2 56
Alasan yang membuat Transformasi laplace dapat digunajan untuk

menyelesaikan persamaan diferensial ialah karena adanya kaitan tertentu

antara Transformasi Laplace suatu fungsi dengan transformasi laplace suatu

turunan dan integralnya.

Transformasi Laplace suatu turunan fungsi didefinisikan oleh:

L(f ’) = s L(f) – f(0) , dimana f ‘ turunan pertama dari f.

Jika f mempunyai turunan ke n dan f beserta turunannya mempunyai

Transformasi Laplace, maka definisi Transformasi Laplace suatu turunan data

diperluas menjadi sebagai berikut:

L(f n )=s n L(f )−s n−1 f (0)−s n−2 f '(0 )−. .. . .. .. .. . .−f n−1 (0)
n
Dimana f turunan ke n dari f.

Untuk n = 2 maka :

L(f '')=s 2 L(f ) −sf (0 )−f '(0 )


Contoh:

Tentukan Transformasi Laplace dari :

¿
1 ). f (t )= 2
Jawb:
2
f(t)= , mak f(0)=0
f'(t)=2t, mak f'(0)=
f\(0)=2,~italmak ~f(0)=2
L(f\)=srSup{size8{2} L\(f ) - italsf\(0) -f'\(0) {}#~L\(2)=srSup{size8{2} L\(f ) -0 {}#~{ 2} over {s} =srSup{size8{2} L\(f ) {}#`L\(f )={ 2} over {srSup{size8{3} } { #~italJdi~F\(S )={ 2} over {srSup{size8{3} } { } {
¿
2). f (t )=sin 2 t , maka f (0 )=0
f ' (t )=2 sin t cost=sin 2 t , makaf ' (0 )=0
L( f ' )=L(sin 2 t )

Matemtika-2 57
2
sL (f )−f (0)=
s 2 +4
2
L(f )= 2
s( s +4 )
2
F( S )= 2
s( s +4 )

3 ) . f ( t = s i n at
¿
f(t)=sinat,mkaf(0)=
f'(t)=sinat+cosat,mkaf'(0)=
2
f\(t)=acositla+cosital -ital rSup{size82} sintal }{#~f(t)=2acost−asint
¿L(f\)=2italL\(cosital \)-arSup{size82} L\(f){}#~srSup{size82} L\(f)-italsf\(0)-f'\(0)=2a{ s}over{sSup{size82} +arSup{size82} -arSup{size82} L\(f){}#~\(srSup{size82} +arSup{size82} \)`L(f\)={ 2ital s}over{\(srSup{size82} +arSup{size82} \) }{#~L\(f)={ 2itals}over{\(srSup{size82} +arSup{size82} \)rSup{size82} {}#~F\(S)={ 2ital s}over{\(srSup{size82} +arSup{size82} \)rSup{size82} {}
¿
4. Selesaikan persamaan diferensial berikut:

Y” + 4 Y’ +3Y = 0, Y(0) = 3 dan Y’(0) = 0

L(Y+4Y'+3Y \) =L \( 0 \) } {} # size 12{L \( Y)+4L(Y ')+3L(Y )=L(0); dimana L(Y)=Y (S)


2
s Y(S)−sY (0)−Y '(0)+4(sY (s)−Y (0))+3Y(S)=0
2
s Y(S)−3s−1+4sY (S)−12+3Y(S)=0
2
Y(S) ( s +4s+3 )=3s+13
3s+13
Y(S)=
(s2+4s+3)
3s+13
Y(S)=
(s+3)(s+1)
A B
Y(S)= +
s+3 s+1

Matemtika-2 58
3 s+13 −9+13
A|= = =−2
s=−3 s+1 −3+1
3 s+13 −3+13
B|= = =5
s=−1 s+3 −1+3
−2 5
Y (S )= +
s+3 s+1
−3 t −t
y (t )=−2 e +5 e

5). Y '+3Y =0, Y (3)=1


L(Y '+3Y )=L(0)
sY ( S)−Y (0)+3Y (S)=0
Y (S) ( s+3 ) =Y (0)
1
Y (S)=Y (0)
s+3
y(t )=Y (0) e−3 t
Y (3)=1
1=Y (0)e−9
Y (0)=e 9
y(t )=e 9 .e−3 t
y(t )=e 9−3t
6). Tentukan penyelesaian masalah nilai awal
Y 1 '=−3Y 1 +4Y 2
Y 2 '=−2Y 1 +3Y 2
Y 1 (0)=−1; Y 2 (0)=3
Jawab :
L(Y 1 ' )=L(−3Y 1 +4Y 2 )
sY 1 ( s)−Y 1 (0)=−3Y 1 ( s)+4Y 2 (s)
sY 1 ( s)+1=−3Y 1 (s)+4Y 2 ( s)
sY 1 ( s)+3Y 1 (s)−4Y 2 (s)=−1
Y 1 ( s) (s+3)−4Y 2 (s)=−1... .............. ........(1)
L(Y 2 ' )=L(−2Y 1 +3Y 2 )
sY 2 (s)−Y 2 (0)=−2Y 1 (s)+3Y 2 (s)
sY 2 (s)−3=−2Y 1 ( s)+3Y 2 (s)
2Y 1 (s)+Y 2 (s)( s−3)=3............ .............. .(2)

Matemtika-2 59
¿
(s+3) −4
Y1(s) danY2(s) dapatditentukandenganmetode Det rminan|2 (s−3)
¿ =(s+3)(s−3)+8
Δ=| }
|
−1 −4
|
( s +3 ) −1
|3 (s−3) |2 3
¿ ¿
2 } −s+3+12 −s+15 −s 15 −1 } 3 s + 9 +2 3 s + 1 3 s 1
¿Δ=s −1¿Y1(s)=¿ 2 = 2 ¿Y1(s)= 2 ¿Y1(s)= 2 + 2 ¿y1(t)=L Y1(s)¿ y1(t)=−Cosh t+15 Sinh t¿Y2(s)=¿ 2 = 2 ¿Y2(s)= 2 ¿Y2(s)= 2 + 2 ¿Y2(s)=3 Cosh t+1 Sinh t ¿
s −1 s −1 s −1 s −1 s −1 s −1 s −1 s −1 s −1 s −1
Transformasi Laplace suatu integral didefinisikan oleh:
t
1
L (∫ f (z ) dz= L(f )
0 s
atau:
t
−1 1
L ( F ( s)=∫ f (z ) dz
s 0

4.4 Penerapan Transformasi Laplace

Transformasi Laplace memliki keistimewaan karena jika

Transformasi Laplace dapat diterapkan, maka Transformasi Laplace

akan memetakan masalah yang diketahui ke suatu masalah yang lebih

sederhana.

Contoh-1:

Matemtika-2 60
Tentukan fungsi arus terhadap waktu pada rangkaian RLC, bila R = 40

Ohm, L = 20 henry dan C = 0,05 Farad serta V(t) = sin t.


Jawab:
Persamaan differensial yang merupakan model matematika rangkaian tersebut
ialah :
dI q
L +R . I+ =V (t ). .. . .. .. . .. .. . .(1 )
dt C
dq
dimana I =
dt
Hubungan antara Laplace arus dan muatan q
dq
L ( I )=L
dt
I( s)=s q (s)−q(0 )
I( 0)=0 dan q (0)=0 maka:
I( s)=s q (s)
1
Jadi q( s)= I ( s)
s

Matemtika-2 61
q
L( L I ' +RI + )=L( Sin t )
C
1
[ LsI (s )−I (0 )]+R I ( s )+ I ( s )=V ( s )
Cs

[ 1
]
I ( s ) Ls+ +R =V ( s )
Cs
1
I ( s )= V (s )
1
( Ls+ R+ )
Cs
1
I ( s )= V (s )
2 1
Ls + Rs+
C
s
s
I ( s )= V (s ), Masukkan nilainya :
2 1
Ls + Rs+
C
s 1
I ( s )= V ( s ); L(sin t )=
20 s2 + 40 s +20 s2 +1
s
20
I ( s )= 2
(s +2 s +1)( s2 + 1)
s
20
I )s )=
(s +1)2 ( s 2 +1)
Untuk memudahkan menentukan balikan Transformasi Laplace, maka kita
lakukan dekomposisi pecahan parsial ( memanipulasi aljabar) pada persamaan di
atas sebagai berikut:
s
20 A B Cs+ D
2 2
= +
2 (s+ 1)
+ 2
(s +1) ( s +1) ( s+1 ) ( s +1)
A( s +1)+ B(s +1 )(s +1)+( Cs+ D )(s +1)2
2 2
=
( s+1 )2 ( s2 + 1)
s
2 3 2 2
As + A+ B (s + s + s +1)+(Cs+ D )( s +2 s+1 ) 20
=
(s +1)2 ( s 2 +1) ( s+1 )2 ( s2 + 1)

Matemtika-2 62
s
As2 + A+B( s 3 +s2 +s+1)+(Cs+D )(s 2 +2s +1)=
20
s
As2 + A+Bs3 +Bs2 +Bs+B )+Cs3 +(2C+D )s 2 +(C +2D)s +D=
20
s
(B+C )s3 +( A+B+2C+D)2 +( B+C+2D) s+( A +B+ D)=
20
B+C=0 . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. ..(1 )
A+B+2C+D=0. . .. .. . .. .(2)
1
B+C +2D= .. . .. .. . .. .. .(3 )
20
A+B+D=0 .. . .. .. . .. .. . .. .. .(4 )
Dari (2) ⇒ B+2C+ D=-A
1
(5) dan (6) A +C−D=−
20
A+C +D=0
1 1
diperoleh -2D=− , sehingga D = , subtitusi ke (4 ) diperoleh:
20 40

s
+B+2C+D)2 +( B+C+2D) s+( A +B+ D)=
20
B+C=0 . .. .. . .. .. . .. .. .
1 1
A+B=− . .. .. .(7 ) Jika B=0 maka A =− ,
40 40
1 1 1
sehingga dari (5) ⇒− +C− =− , ⇒ C = 0
40 40 20
s 1 1

20 40 40
2 2
= 2
+ 2
(s+1) (s +1) ( s+1 ) (s +1)
1 1 1
I (s)= (− 2
+ 2 )
40 (s+1) ( s +1)
1 1 1
I (t )=L−1 I (s)=L−1( (− + 2 ))
40 ( s+1 ) (s +1 )
2

1
I (t )= (−t e−t +sin t )
40
Contoh-2
Pada suatu rangkaian RL, dengan:
R = 30 Ohm, L = 10 Henry dan E = 110 Sin 60 π t Volt.
Tentukan arus pada setiap waktu t, Bila I(0) = 0.

Matemtika-2 63
Jawab:
Model matematika rangkaian RL ialah :
dI
L +R . I=E(t )
dt
dI
10 +30 I=110 sin 60 π t
dt
Transformasi laplace dari persamaan ini ialah :
dI
L(10 +30 I )=L(110sin 60 π t )
dt
L(10 I '+30 I )=L(110sin 60 πt )
(60 π )
10 [ (sI ( s)−I (0 ) ] +30 I (s)=110 2 2
s +(60 π )
(60 π )
10 sI ( s)+30 I (s)=110 2
s +(60 π )2
60 π
I( s) ( 10 s+30 )=110 2
s +(60 π )2
(110) (60 π ) (110) (60 π )
I( s )= =
(10 s+ 30)( s +(60 π ) ) 10 ( s+ 3)( s2 +(60 π )2 )
2 2

(110) (6 π )
I( s )=
(s +3)( s2 +(60 π )2 )
Untuk menentukan balikan Transformasi Laplace dari I(s) terlebih dahulu
dilakukan manipulasi aljabar terhadap ruas kanan persamaan yaitu:
11 (60 π ) A Bs+C
= +
(s +3)( s 2 +(60 π )2 (s +3) (s 2 +(60 π )2
A ((s 2 +(60 π )2 +(Bs+C )( s+3)=110 (6 π )
As 2 +(60 π )2 A+Bs 2 +(3 B+C )s +3 C=11(60 π )
A+B=0 .. . .. .. . .. ..(1 )
3 B+C=0 . .. .. . .. ..(2 )
(60 π )2 A +3 C=11(60 π ).. . .. ..(3 )

Matemtika-2 64
Dari (1 ) B=-A subtitusi ke (2 )
-3A+C=0. .. . .. .. . .. .(4 )
(3 ) dan ( 4 )
(60 π )2 A+3 C=11(60 π )→x 1
-3A+C=0 →x3
.. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. .. . .. .. . .. .. . .. .. .
(60 π )2 A+3 C=11(60 π )
−9 A+3C=0
(9+(60 π )2 ) A=11(60 π )
11 (60 π ) 11 (60 π ) 11(60 π )
A=
(9+(60 π ) ) 2
; berarti B = -
(9+(60 π ) ) 2 (
; dan C = -3 -
(9+(60 π )2 ) )
33 (60 π ))
C=
(9+(60 π )2 )
11 (60 π ) 11 (60 π )s 33 (60 π ) 1
I( s)= 2
+(− + ).( 2 )
( 9+(60 π ) ) (9+(60 π ) ) (s +(60 π )2
2 2
(9+(60 π ) )( s+3 )
11 (60 π ) (−11s+33)(60 π ) 1
I( s)=
(
(9+(60 π ) )( s+3 ) (9+(60 π )2 )
2
+
) .( 2
( s +(60 π )2
)

I ( s )=
11 (60 π )
(9+(60 π ) )
.
1
2 ( s+3 )
+
11(60 π ) −s
[
3
+ 2
(9+(60 π ) ) ( s +(60 π ) s +(60 π )2
2 2 2 ]
I ( s )=
11 (60 π ) 1
[−
s
+
11(3 )
]60 π
(9+(60 π )2 ) (s+ 3) ( s2 +(60 π )2 ( 9+(60 π )2 ) s2 +(60 π )2 [ ]
11 (60 π )
I (t )= 2
( e−3 t −Cos (60 π ) t ) + 11(3) 2 Sin 60 π t
(9+(60 π ) ) (9+(60 π ) )
60 π 3 60 π
Jika :Sin δ= ; Cos δ= ; Maka Tan δ= =20 π
√ 9+(60 π )2 √ 9+(60 π )2 3
δ= Arc Tan 20 π
11(60 π ) −3 t 11
Sehingga : I (t )= e − Sinδ Cos 60 πt+
9+(60 π )2 √ (9+(60 π )2

11
Cos δ Sin 60 πt )
√(9+(60 π )2

Matemtika-2 65
11
I(t )=Ke−3 t + (Sin 60 πt Cos δ−Cos 60 πt Sin δ)
√ 9+(60 π )2
110
I(t )=Ke−3 t + Sin( 60 πt−δ )
√ 90+(60 π )2 (10)2
11(60 π )
Dengan K = 2
9+(60 π )
SOAL-SOAL TUGAS
A. Selesaikan dengan Transformasi Laplace tiap fungsi berikut:
1. 5−10 t
1
2. cos 15 t
5
3 . cos2t +sinh 3 t
4 . t 4 −5 t−6 +4 t 3
d
5 . (te 5t )
dt
d2 t
6 . 2 (cost+te )
dt
7 . 5 cos 4 t +4 sin5 t
B. Selesaikan nilai awal berikut dengan Transformasi Laplace

1.Y'+2Y=0;Y(0)=1
¿
2.Y+3 '−4Y=0;\(Y0\)=Y'\(0)=−5}{#size12{3.~Y+2' Y=0;Y()=3Y'(0)=-3
4.Y− =6erSup{size8{−t} ;Y\(0)=2,Y'\(0)=3}{#5.~Y+10Y'+25Y=2e-5t;Y(0)= Y'(0)-1
¿6.Y−9 '`+18Y=54;Y\(0)=`Y'\(0)=-3{}#7.~Y+9Y=et; Y(0)= Y'(0)=
8.Y+10Y'+26Y=37erSup{size8{t} ;Y\(0)=1`Y'\(0)=2{}#9.~YrSub{size8{1} '=4YrSub{size8{1} −YrSub{size8{2} {#~YlSub{size8{2} '=2YrSub{size8{1} +YrSub{size8{2} ;YrSub{size8{1} \(0)=1,YrSub{size8{2} \(0)=3{}#10.`YrSub{size8{1} '=4YrSub{size8{1} −2YrSub{size8{2} {#`YlSub{size8{2} '=YrSub{size8{1} +YrSub{size8{2} ;YrSub{size8{1} \(0)=1,YrSub{size8{2} \(0)= {} {
¿

Matemtika-2 66
BAB V
DERET FOURIER
5.1 Pendahulun
A, Fungsi periodik
Suat fungsi periodik terhadap waktuXp (t) dengan periode dasar To,
dapat dinyatakan sebagai jumla h gelombang gelombang sinusoidal.
Fungsi periodik Xp(t)=Xp(t+To). Dalam buku yang lain dikatakan bahwa
Bila f(x) merupakan fungsi periodik dalam interval(-L,L), yaitu periode
2Lmaka f(x) dapat dinyatakan dalam bentuk deret yang disebut deret
Fourier yaitu:

l∞
A0 ∞ nΠx nΠx
f ( x )=( + ∑ An cos + ∑ Bn sin )
2 1 L 1 L
∞ l∞
nΠx nΠx
ATAU f ( x )=( A 0+ ∑ An cos + ∑ Bn sin )
1 L 1 L
L
1
dim ana A 0= ∫ f ( x ) dx
2 L −L
L
1 nΠx
An= ∫ f ( x ) cos dx
L −L L
L
1 nΠx
Bn= ∫ f ( x ) sin dx
L −L L
A 0, An dan Bn disebut koefisien FOURIER
n=0,1,2,. .. . .. .. . .. ..

Sifat sifat simetri

Even and Odd function

1. Suatu fungsi f(t) dikatakan fungsi GENAP (EVEN) jika

memenuhi f(-x)=f(x)
2. Suatu fungsi f(t) dikatakan fungsi GANJIL (ODD) jika

memenuhi f(-x)=-f(x)
3. Deret fourier Dengan fungsi genap biasa disebut FOURIER cosine
series, sedang fungi ganjil disebut FOURIER sine series

Matemtika-2 67
4. Dalam hal periode=2π Ao & An ada sedang Bn =0 untuk fungsi
genap, untuk fungsi ganjil , nilai Bn ADA sedang Ao & An Bernilai nol
Beberapa contoh penyelesaian deret fourier
Tentukan deret FOURIER fungsi berikut
0 if −2 ∠ x ∠−1
k if −1∠ x ∠ 1
0 if 1 ∠ x ∠ 2 p=2 L=4 maka L=2
¿
¿
¿

¿
1
1 1 k k k
Ao= ∫
4 −1
k dx= ( k . x )= ( x )= ( 1+ 1 )=
4 4 4 2
¿
1
1 nΠx 1 nΠx 1 2k nΠ
An= ∫ f ( x ) . cos
2 2
dx= ∫ k cos
2 −1 2
dx= (
2 nΠ
sin
2 )
¿
k nΠ
An= sin
nΠ 2
¿
2k 2k
An= jika n=1,5,9 dan An=− ⋮jika n=3. 7 . 11
nΠ nΠ
¿
Bn=0 jika n=1,2,. .. . .. .. .
¿
1 . f ( x )=¿ { ¿ { ¿ ¿ ¿
¿
¿
¿

Matemtika-2 68
SOAL SOAL TUGAS

Find the FOURIER series of the periodic function f (x)p=2L and

sketch f(x) and the first bthree partial sums

1.

−1 if −1 ∠ x ∠ 0
1 if 0 ∠ x ∠1 p=2 L=2
¿
¿
2 . f ( x ) = { 1 if 1 ∠ x ∠ 3 p =2 L= 4
¿
−0 if −2 ∠ x ∠ 0
2 if 0 ∠ x ∠ 2 p =2 L=4
¿
¿
x if −1 ∠ x ∠1 p= 2 L=2

¿
¿
−2 if −1 ∠ x ∠ 0
21 if 0 ∠ x ∠ 1 p =2 L =2
¿
¿
−1 if −1 ∠ x ∠ 0
1 if 0∠ x∠2 p=2 L=6
¿
¿
6 . f ( x ) =¿ { ¿ ¿ ¿
5 . f x =¿ { ¿ ¿ ¿
( )
4 . f ( x ) =¿ { ¿ ¿ ¿
1 . f ( x ) =¿ { ¿ ¿ ¿
¿
¿
¿

1
Matemtika-2
1
DAFTAR PUSTAKA

Gager William, A. 1968. Contemporary College Algebra and


Trigonometry. The Macmillan Company New-York, Collier-
Macmillan Canada, LTD. Toronto, Ontario.

Kastroud dan Erwin Sucipto. 1990. Matematika Untuk Teknik. Edisi ke


Tiga, Erlangga Jakarta.

Kreyzig, Erwin. 1990. Matematika Teknik Lanjutan, Edisi Ke Enam Jilid


1. Penerbit Erlangga Jakarta.

Kreyzig, Erwin. Advanced Englineering Mathematics, Seventh Edition

Sokolnikoff, Redhffer. 1958. Mathematics Of Physics and Modern


Engineering. McGraw-Hill International Book Company.

Spigel, Murray, R. Pantur Silaban. 1984. Kalkulus Lanjutan, Seri Buku


Schaum, teori dan Soal-Soal. Penerbit Erlangga, Jakarta.

2
Matemtika-2
2

Вам также может понравиться