Вы находитесь на странице: 1из 11

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data.

Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan
permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung
dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan.

2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian
ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di
internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

Selain data primer, sumber data yang dipakai peneliti adalah sumber data sekunder, data
sekunder didapat melalui berbagai sumber yaitu literatur artikel, serta situs di internet
yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

Kata motivasi berdasarkan dari kata dasar motif. Kamus Besar Bahasa Indonesia
memberikan pengertian motif dan motivasi, motif adalah kata benda yang artinya
pendorong, sedangkan motivasi adalah kata kerjaya yang artinya mendorong.

Syaoidih (dalam Riduwan, 2005: 200) membedakan pengertian motif dan motivasi adalah
sebagai berikut:
Motif merupakan tenaga yang mendorong atau menggerakan individu untuk bertindak
mencapai tujuan dan motivasi merupakan suatu kondisi yang tercipta sehingga
membangkitkan atau memperbesar motif pada diri seseorang. Sardiman (dalam Riduwan,
2005: 200) mengemukakan:
Motif adalah upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat
dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam diri dan di dalam subjek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Sedangkan motivasi diartikan
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu.

Menurut Mc.Donald (dalam Sardiman, 2011:73) motivasi adalah: perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan, mengandung tiga elemen penting:
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu
manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa “feeling”, afeksi seseorang.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.

Selanjutnya pendapat Oemar Hamalik (2001:158) “Motivasi adalah perubahan energi


dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan”. Selanjutnya menurut Uno (2011:1) “motivasi adalah kekuatan, baik dari
dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang
telah ditetapkan sebelumnya”. Motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk
melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar”
(Dalyono, 2005: 55).

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah: keinginan atau
dorongan untuk belajar yang dilakukan oleh siswa sesuai dengan kebutuhan yang
dirasakannya sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Selanjutnya setelah
memahami pengertian, berikut ini diuraikan pengertian motivasi belajar. Menurut
Sardiman (2011:75) motivasi belajar adalah : sebagai keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

Selanjutnya W.S. Winkel (dalam Riduwan, 2005:200) mengemukakan bahwa motivasi


belajar adalah keseluruhan penggerak di dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan
belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikhendaki
dapat tercapai.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar
adalah dorongan atau kekuatan alam diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta arah
belajar untuk mencapai tujuan yang dikehendaki siswa.

Menurut Sardiman (2011:22) “Belajar suatu proses interaksi antara diri manusia dengan
lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”. Dalam hal
ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi adalah: Proses internalisasi dari
sesuatu ke dalam diri yang belajar dan dilakukan secara aktif, dengan segenap panca
indera ikut berperan. Lebih lanjut Oemar Hamalik (2001:27) mengemukakan“Belajar
adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”. Sedangkan menurut
Thorndike dalam Yatim Riyanto (2010:7) “Belajar adalah proses interaksi antara stimulus
(berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan)”. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar memiliki
pengertian memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai,
pengalaman, dan mendapatkan informasi.

Usaha menigkatkan hasil pembelajaran terus dilakukan oleh guru. Namun kenyataannya
metode pembelajaran yang umum dilakukan saat ini yaitu pembelajaran individu
(konvensional) belum mampu menghasilkan hasil belajar yang belum optimal. Lebih
komplek lagi hasil belajar tidak hanya aspek kognitif, namun juga afektif dan
psikomotorik. Selain itu, pembelajran individu yang lebih menitik beratkan pada guru
belum dapat mendorong meningkatkan motivasi belajar siswa. Berbagai kelemahan yang
dimiliki model pembelajaran individu (konvensional) ini dapat di atasi mencari alternatif
lain model pembelajaran. Saat ini telah berkembang Model pembelajaran kooperatif dan
salah satunya adalah pembelajaran kooperatif Model TGT. Pada Model pembelajaran ini
siswa sebagai subjek pembelajaran. Peran siswa sangat dominan dalam setiap proses
belajar. Selain itu, kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan, karena di desain dalam
bentuk permainan dan perlombaan. Selanjutnya dilatih untuk bekerja sama sosial untuk
membantu temannya bekerja sama dalam satu permainan agar mampu dan bisa mandiri
dalam menyelesaikan soal-soal pada materi yang telah ditentukan. Kondisi ini mendorong
siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan dapat meningkatkan motivasi, aktivitas,
dan prestasi belajar siswa. Pembelajaran TGT dapat berjalan dengan baik apabila RPP
disusun dengan tepat. Selain tahap perencanan, pada tahap pelaksanaan pembelajaran juga
harus dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya perlu adanya evaluasi pembelajaran sehingga
dapat menentukan langkah pembelajaran yang lebih baik.
Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan
kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi Person, Proses,
Press dan Product sebagai berikut :
1. Definisi kreativitas dalam dimensi Person
Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang
berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif. “Creativity
refers to the abilities that are characteristics of creative people” (Guilford, 1950)
“Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an
unique and characteristic way” (Hulbeck, 1945) Guilford menerangkan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat
kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul
dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi
kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
2. Kreativitas dalam dimensi Proses
Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus
pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
“Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality
of thinking” Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau
kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas
dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya,
memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses
perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan diatas ada pendapat lain
yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut :
Wallas mengemukakan empat tahap dalam proses kreatif yaitu :
Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk
memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai
pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami. Inkubasi; adalah tahap
dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan
waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan
bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada
kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali
pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk
memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti
dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh
ya”.
Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara
kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita.
Dari dua pendapat ahli diatas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi
didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang
lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
3. Definisi Kreativitas dalam dimensi Press,
Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau
dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta
atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan
psikologis. Definisi Simpson (1982), merujuk pada aspek dorongan internal dengan
rumusannya sebagai berikut :
“The initiative that one manifests by his power to break away from the usual
sequence of thought” Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai
imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang
berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya
terhadap perubahan atau perkembangan baru. (Munandar, 1999 )

4. Definisi Kreativitas dalam dimensi Product


Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas
yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang
baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif.
“Creativity is the ability to bring something new into existence” Definisi yang berfokus
pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron
(1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam
Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka
kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari
sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari
kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang memberikan definisi saling melengkapi.
Untuk itu kita dapat membuat berbagai kesimpulan mengenai definisi tentang kreativitas
dengan acuan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli.
Dari beberapa uraian mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan diatas peneliti
menyimpulkan bahwa : “Kreativitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli),
bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”.

C. Teori Kreatifitas
Teori yang melandasi pengembangan kreativitas dapat dibedakan menjadi Tiga, yaitu:
Teori Psikoanalisis, Teori Humanistik, Teori Cziksentmihalyi
1. Teori Psikoanalisis
Pribadi kretif dipandang sebagai seorang yang pernah mengalami traumatis, yang dihadapi
dengan memunculkan gagasan-gagasan yang disadari dan tidak disadari bercampur
menjadi pemecahan inovatif dari trauma. Teori ini terdiri dari:
a. Teori Freud
Freud menjelaskan proses kretif dari mekanisme pertahanan (defence mechanism). Freud
percaya bahwa meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan
kreatif, mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab utama kreativitas karena
kebutuhan seksual tidak dapat dipenuhi, maka terjadi sublimasi dan merupakan awal
imajinasi.
Macam mekanisme pertahanan:
- Represi - regresi
- Konpensasi - Proyeksi
- Sublimasi - Pembentukan reaksi
- Rasionalisasi - Pemindahan
- Identifikasi - Kompartementalisasi
- Introjeksi
b. Teori Ernst Kris
Erns Kris (1900-1957) menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi seiring
memunculkan tindakan kreatif. Orang yang kreatif menurut teori ini adalah mereka yang
paling mampu “memanggil” bahan dari alam pikiran tidak sadar. Seorang yang kreatif
tidak mengalami hambatan untuk bias “seperti anak” dalam pemikirannya. Mereka dapat
mempertahankan “sikap bermain” mengenai masala-masalah serius dalam kehidupannya.
Dengan demikian mereka mampu malihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan
inovatif, mereka melakukan regresi demi bertahannya ego (Regression in The Survive of
The Ego)
c. Teori Carl Jung
Carl Jung (1875-1967) percaya bahwa alam ketidaksadaran (ketidaksadaran kolektif)
memainkan peranan yang amat penting dalam pemunculan kreativitas tingkat tinggi. Dari
ketidaksadaran kolektif ini timbil penemuan, teori, seni dan karya-karya baru lainnya.

2. Teori Humanistik
Teori Humanistik melikat kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi.
Teori Humanistik meliputi:
a. Teori Maslow
Abraham Maslow (1908-1970) berpendapat manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang
menjadi nyata sebagai kebutuhan, Kebutuhan tersebut adalah:
1. Kebutuhan fisik/biologis
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan cinta
4. Kebutuhan akan penghagaan dan harga diri
5. Kebutuhan aktualisasi / perwujudan diri
6. Kebutuhan estetika
7. Kebutuhan-kebutuhan tersebut mempunyai urutan hierarki.
Keempat Kebutuhan pertama disebut kebutuhan “deficiency”. Kedua Kebutuhan
berikutnya (aktualisasi diri dan estetik atau transendentasi) disebut kebutuhan “being”.
Proses perwujudan diri erat kaitannya dengan kreativitas. Bila bebas dari neurosis, orang
yang mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang hakiki. Mereka
mencapai “peak experience” saat mendapat kilasan ilham (flash of insight).
b. Teori Rogers
Tiga kondisi internal dari pribadi kreatif, yaitu:
Keterbukaan terhadap pengalaman
2. Kemampuan untuk menilai situasi patokan pribadi seseorang (internal locus of
evaluation)
3. Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep.( Winn,
W, 1978:35 )
Apabila seseorang memiliki ketiga cirri ini maka kesehatan psikologis sangat baik. Orang
tersebut diatas akan berfungsi sepenuhnya menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup
secara kreatif. Ketiga cirri atau kondisi tersebut uga merupakan dorongan dari dalam
(internal press) untuk kreasi.
3. Teori Cziksentmihalyi
Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah Predisposisi genetis
(genetic predispotition). Contoh seorang yang system sensorisnya peka terhadap warna
lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik. Minat
pada usia dini pada ranah tertentu
Minat menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah tertentu,
sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas. Akses terhadap suatu bidang
Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina/mentor dalam bidang yang diminati
sangat membantu pengembangan bakat. ( Winn, W, 1978:38 ). Access to a field,
Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat + tokoh-tokoh penting
dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang terakhir, mendapatkan
kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar dalam b idang yang diminati sangat penting
untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari orang-orang penting. Orang-orang
kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan diri
terhadap hampir setiap situasi dan untuk melakukan apa yang perlu untuk mencapau
tujuannya. ( Munandar, 2000 )
D. Defenisi Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya adalah pengembangan pancadaya mengacu kepada hakikat
manusia dalam bingkai dimensi kemanusiaan yang semuanya itu terkandung manusia. (
Prayitno, 2011:67 )
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
E. Fungsi Pendidikan
Menurut Horton dan Hunt dalam Wikipedia Indonesia, lembaga pendidikan berkaitan
dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan
masyarakat.
Melestarikan kebudayaan.
Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.

F. Defenisi Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan prilaku kearah yang lebih baik. Dalam
interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal yang
datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.
(Mulyasa, 2002:100)
Interkasi antara peserta didik dengan lingkungannya, dimana dapa di artikan bahwa tugas
guru yang paling utama mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan prilaku bagi peserta didik.
G. Tujuan Belajar Dan Pembelajara
Guru sebagai salah satu unsur pendidik harus memiliki kemampuan memahami bagaimana
peserta didik belajar dan kemampuan mengorganisasikan proses belajar yang mampu
mengembangkan kemampuan dan bentuk watak peserta didik.
Belajar dan pembelajaran satu sama lain memiliki keterkaitan substantif dan fungsional.
Keterkaitan substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya
perubahan prilaku dalam diri individu. Sementara keterkaitan fungsional pembelajaran dan
belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan proses belajar
atau dengan kata lain belajar merupakan parameter pembelajaran. Tujuan dari belajar
adalah untuk memperoleh hasil belajar dan penggalaman hidup, sedangkan tujuan dari
pembelajaran adalah untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Walaupun belajar dan pembelajaran memiliki keterkaitan demikian, perlu di ingat bahwa
tidak semua proses belajar merupakan pembelajaran. Oleh sebab itu dapat pula di katakan
bahwa belajar bersifat internal atau individu. Sedangkan pembelajaran bersifat publik.
(Winataputra, 2008:10)
Sehubung dengan itu sebagai calon pendidik yang baik hendaknya memahami dan
menerapkan konsep dasar belajar dan pembelajaran serta tujuan dari belajar dan
pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar dalam kondisi pembelajaran yang
efektif.

Sebelum menyusun perencanaan pembelajaran, terlebih dahulu perlu mengenali


kedudukan sistem pembelajaran yang ada disekolah. Pengenalan tersebut dimaksudkan
agar guru memperoleh informasi yang relevan tentang semua komponen sistem
pembelajaran yang ada, yang pada gilirannya dijadikan sebagai bahan untuk merancang
sistem pembelajaran yang lebih baru. Usaha pengenalan dapat dilakukan dengan tiga cara,
(1) melakukan observasi langsung ke sekolah, (2) melakukan studi kajian terhadap tiap
komponen sistem pembelajaran, (3) pendalaman, penguatan, dan perluasan dengan
mempelajari berbagai teori yang relevan. (Mukhtar, 2001: 76)
Peran Kreatifitas Guru Dalam Pembelajaran Yang Berhasil
Dalam arti luas, guru mengemban peranan-peranan sebagai ukuran kognitif, sebagai
agen moral, sebagai innovator dan kooperator (W. Taylor, 1978). Guru sebagai ukuran
kognitif adalah mewariskan pengetahuan dan berbagai keterampilan kepada generasi
muda. Hal-hal yang diwariskan itu sudah tentu harus sesuai dengan ukuran-ukuran yang
telah ditentukan oleh masyarakat dan merupakan gambaran tentang keadaan sosial
ekonomi dan politik masyarakat bersangkutan. Karena itu guru harus memiliki kreatifitas
yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya, sehingga materi yang akan disampaikan
kepada siswa lebih menarik bagi siswa untuk belajar secara berkesinambungan.
Peranan guru sebagai fasilitator belajar bertitik tolak dari tujuan-tujuan yang hendak
dicapai. Implikasinya terjadi pada tugas dan tanggung jawab, dimana guru mengemban
peranan dalam proses kelompok, memberikan penyuluhan, dan kreatifitas belajar siswa,
guru sebagai perencana berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi
rencana-rencana yang operasional, guru sebagai pemimpin dalam kelas sekaligus sebagai
anggota kelompok-kelompok dari siswa, guru sebagai petunjuk jalan kepada sumber-
sumber, dan guru sebagai pendiagnosa kemajuan belajar siswa, peranan ini erat kaitannya
dengan tugas mengevaluasi kemajuan belajar siswa. (Mukhtar, 2001:82-86)
Dengan apa yang telah dijelaskan diatas peranan guru sangat besar untuk
keberhasilan siswa dalam proses belajar, oleh karena itu seorang guru harus memiliki
kreatifitas untuk merancang pembelajaran agar lebih menarik siswa sehingga akan
menghasilkan hasil belajar yang memuaskan bagi kedua belah pihak yaitu guru dan siswa.
Daftar pustaka
Arends Richard I. 2007. Learning To Teach. Terjemahan: Helly Prayitno S dan Sri
Mulyani S, 2008 Edisi I. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Winn,W. 1978. Media, Mental Imagery, and Memory. ACTJ vol 28 No. 4 Winter 1978.
Terjemahan ali. Rieneka Cipta.
Saud, Udin Syaefudin. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Bandung; Alfabeta
Subana. 2009.Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia Bandung.
H.A. Tilaar. 1999. Profesionalisme Guru Abad 21. Makalah Seminar Nasional Temu
Lembaga Penelitian, IKIP Yogyakarta.

http://imanrasiman99.blogspot.com/2012/06/kreativitas-guru-dalam-pembelajaran.html

Вам также может понравиться