Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
ginjal kehilangan fungsi secara irreversible dan progresif (Suryono, Armiyati, &
Mustofa, 2015). Secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit
GGK, Menurut data dunia World Health Organization (WHO) dalam Ratnawati
(2014), angka kejadian GGK di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 13.619
orang.
Angka kejadian GGK meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan Pusat Data &
diperkirakan 50 orang per satu juta penduduk. Selama kurun waktu dari tahun
1999 hingga 2004, terdapat 16,8% dari populasi penduduk usia 20 tahun
mengalami penyakit GGK. Presentase ini meningkat bila dibandingkan data enam
tahun sebelumnya (Anita & Novitasari, 2014). Artinya, sekitar 1,5 juta orang
harus menjalani hidup bergantung pada terapi pengganti ginjal atau hemodialisa
(HD), dengan insidensi sebesar 8% dan terus bertambah setiap tahunnya. Terapi
hemodialisa akan merubah ritme kehidupan seseorang baik bagi pasien maupun
keluarganya. Perubahan yang terjadi meliputi pola makan, pola minum, pola tidur,
3
terapi obat-obatan, dan aktivitas kehidupannya yang terjadi di rumah serta di
merupakan salah satu terapi untuk mengatasi fungsi ginjal yang rusak, terapi
hemodialisa yang harus dilakukan pada pasien GGK biasanya berlangsung rutin
hidup pasien dan mengendalikan uremia yang terjadi (Anita & Novitasari,
2014).
studi hidrasi yang normal menjadi hal yang penting bagi pasien GGK. Status
hidrasi yang melebihi ambang batas yang di toleransi (overhidrasi) akan membuat
pasien jatuh pada kondisi yang tidak baik. Beberapa dampak dari keadaan tersebut
antara lain hipertensi, edema pulmo, dan gagal jantung kongestif. Gangguan pada
GGK dengan overhidrasi, kejadian mencapai 40% kasus (Suryono et al., 2015).
pasien GGK membuat hal ini harus di tangani dengan baik. Salah satu
4
tersebut adalah dengan melakukan program pembatasan intake cairan.
Konsekuensi dari pembatasan intake cairan ini adalah munculnya rasa haus pada
Ada beberapa cara untuk mengurangi haus pada pasien yang menjalani
dengan obat kumur dingin (tidak ditelan), mengunyah permen karet atau
permen mint atau permen bebas gula, dan menghisap es batu (Noorman
hemodialisis di RSUD Kota Langsa tahun 2009 menujukkan bahwa permen karet
dapat meningkatkan jumlah sekresi saliva untuk mengurangi rasa haus dan
xerostomia dengan jumlah rata – rata 2,7 mL per menit dan 2,8 mL per menit.
Estimasi yang sama juga dikemukakan oleh Veerman, dkk, (2005) bahwa
mengunyah permen karet merupakan terapi alternatif yang dapat diberikan untuk
merangsang kelenjar ludah atau terapi paliatif pada pasien yang menjalani
5
Fransisca (2013) dalam artikelnya menyampaikan beberapa tips mengurangi
rasa haus yang dapat dilakukan oleh penderita GGK. Salah satu tips yang
dengan air dingin akan berdampak pada penurunan rasa kering di mulut akibat
program pembatasan cairan, sehingga hal tersebut akan dapat menurunkan rasa
haus yang muncul. Gerakan berkumur juga akan membuat otot-otot bibir, lidah,
mulut untuk menghasilkan saliva. Akumulasi saliva di mulut mencegah mulut dari
Permen Karet Rendah Gula dan Kumur Air Matang Terhadap Penurunan Rasa
Haus Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruang Hemodialisa RSUD. Abdul
Wahab Sjahrani”
B. Rumusan masalah
ini adalah apakah ada perbandingan pengaruh mengunyah permen karet rendah
gula dan kumur air matang terhadap penurunan rasa haus pasien Gagal Ginjal
Kronik (GGK).
6
C. Tujuan
1. Tujuan umum
air matang terhadap penurunan rasa haus pasien gagal ginjal kronik.
2. Tujuan khusus
gula.
d. Menganalisis tingkat rasa haus pada pasien gagal ginjal kronik setelah
e. Menganalisis tingkat rasa haus pada pasien gagal ginjal kronik setelah
7
D. Manfaat
1. Teoritis
2. Praktisi
rehabilitasi.
b. Bagi Peneliti
hemodialisa
c. Bagi Responden
8
E. Penelitian terdahulu
Tabel 1.1
Penelitian terdahulu
9
selama satu hari
2. Agus Suryono Efektifitas mengulum es Rancangan penelitian yang Hasil penelitian menunjukkan
batu dan berkumur air digunakan dalam penelitian ini bahwa rata-rata kekuatan otot
matang terhadap adalah quasi-experimental sebelum dilakukan mobilisasi
penurunan rasa haus dengan pendekatan two group dini yaitu sebesar 13,62. Rata-
pasien penyakit ginjal pre-test-post-test desaign. rata kekuatan otot setelah
kronik (pgk) di RSUP. Kelompok subjek pertama dalam dilakukan mobilisasi dini yaitu
dr. Kariadi Semarang penelitian ini adalah kelompok sebesar 20,92. Rata-rata
yang diberikan perlakuan peningkatkan kekuatan otot
mengulum es batu. Es batu sebesar 7,308.
berasal dari air matang 10 ml
yang dibekukan menjadi es batu
dan dikulum responden sampai
mencair dan air dari es batu
ditelan sampai habis.
Kelompok subjek kedua
adalah kelompok yang diberikan
perlakuan berkumur air matang
sebanyak 25 ml dengan suhu ±
250C. Kumur dilakukan selama
30 detik setelah itu air bekas
kumur dibuang.
3. Noorman Efektifitas mengunyah Metode penelitian yang Hasil penelitian dengan Mann
Wahyu Arfany permen karet rendah digunakan dalam penelitian ini Whitney menunjukkan terdapat
gula dan mengulum es adalah quasy eksperiment dengan perbedaan efektifitas mengunyah
batu terhadap penurunan diobservasi adalah yang diberikan permen karet rendah gula dan
rasa haus pada pasien intervensi mengunyah permen mengulum es batu terhadap
10
penyakit ginjal kronis karet rendah gula dan kelompok penurunan rasa haus dimana
yang menjalani subjek yang kedua adalah yang mengulum es batu lebih efektif
hemodialisis di RSUD. diberikan intervensi mengulum es dibandingkan dengan
Tugurejo Semarang batu. mengunyah permen karet rendah
gula dengan p value 0,000.
Rekomendasi dari penelitian ini
diharapkan mengulum es batu
dapat digunakan untuk terapi
menejeman rasa haus pada
pasien penyakit ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis.
11
Keaslian Penelitian:
rendah gula dan kumur air matang terhadap penurunan rasa haus pasien Gagal
Ginjal Kronik.
umum terletak pada variabel penelitian, desain penelitian, lokasi dan waktu
air matang.
2015) hanya meneliti tentang pengaruh mengunyah permen karet xylitol terhadap
rasa haus pada pasien ckd dengan terapi hemodialisa. Penelitian (Noorman
Wahyu Arfany et al., 2014) efektifitas mengunyah permen karet rendah gula dan
mengulum es batu terhadap penurunan rasa haus pada pasien penyakit ginjal
efektifitas mengulum es batu dan berkumur air matang terhadap penurunan rasa
sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu kejujuran,
rasional, objektif serta terbuka. Hal ini merupakan implikasi etis dari proses
(membangun).
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
fungsinya dengan baik dan berakibat pada terjadinya uremia (S.C, Bare,
berlangsung lebih dari 3 bulan (Lewis, L., Dirksen, & R., Heitkemper, M,
GGK adalah suatu kondisi sakit yang disebabkan kerusakan pada ginjal
yang terjadi lebih dari 3 bulan dengan batasan karakteristik nilai LFG
13
2. Klasifikasi
3. Etiologi
pielonefritis kronik (6%), nefropati asam urat (2%), nefropati lupus (1%),
4. Patofisiologi
14
agar tetap stabil. Mengingat fungsi ginjal yang sangat penting, maka
2013)
keluar bersama dengan urin. Bersamaan dengan hal tersebut, ruptur terjadi
15
berlebihan, sehingga mengalami sklerosis dan nekrosis. Keadaan tersebut
5. Manifestasi klinik
a. Sistem kardiovaskuler
hipertensi, pitting edema pada kaki, tangan, dan tulang duduk, edema
hiperlipidemia.
b. Sistem integument
Manifestasi klinik yang dapat muncul pada sistem ini antara lain
c. Sistem pulmonal
Manifestasi klinik yang dapat muncul pada sistem ini antara lain
16
d. Sistem gastrointestinal
cerna.
e. Sistem neurologic
Manifestasi klinik yang dapat muncul dari sistem ini antara lain
f. Sistem musculoskeletal
Manifestasi klinik yang dapat muncul pada sistem ini antara lain
kram otot, kehilangan kekuatan otot, nyeri tulang, fraktur, dan foot
drop.
g. Sistem reproduksi
Manifestasi klinik yang dapat muncul dari sistem ini antara lain
h. Distibusi metabolic
metabolik karena GGK antara lain akan terjadi peningkatan BUN dan
LFG.
17
i. Ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
j. Sistem hematologi
6. Penatalaksanaan
Dayrit, & Siswadi, 2009). Dan menurut (Azis, Witjaksono, & Rajidi,
18
Prinsip-prinsip di atas menurut Lewis et al., (2011), dapat dicapai
antara lain:
olahraga dan tanpa alkohol, diet rendah garam, dan dengan obat-
blocker.
memiliki nilai biologis tinggi, seprti produk susu, telur, daging, dan
19
e. Pembatasan cairan.
obat diuretik (Lewis et al., 2011) Jumlah cairan yang diizinkan masuk
kehilangan cairan dari evaporasi yang terjadi melalui kulit dan paru
kulit, 300 ml dari paru, dan 200 ml dalam bentuk feses yang berasal
1) Pembatasan natrium
20
natriumnya. Satu gram natrium klorida mengandung 400 mg
natrium.
2) Pembatasan kalium
3) Pembatasan fosfat
7. Komplikasi
21
pembatasan intake cairan. Ketidakpatuhan terhadap pembatasan intake
napas, hipertensi, dan gangguan jantung, serta yang paling serius adalah
sisa metabolisme berupa larutan dan air yang ada pada darah melalui membran
Melalui proses difusi molekul dalam darah dapat berpindah ke dialisat. Proses
konsentrasi darah lebih tinggi dari pada konsentrasi dialisat. Osmosis adalah
perpindahan air dari tekanan tinggi (darah) ke tekanan yang lebih rendah
penyakit ginjal atau endokrin yang dilaksanakan oleh ginjal dan dampak dari
gagal ginjal serta terapi terhadap kualitas hidup pasien. Oleh karena itu pada
Menurut Price & & Wilson (2007) dialisa adalah suatu proses dimana
solute dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran
22
berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen lainnya.
digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu
difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap
tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan
dipercaya dan efisien hemodialisa telah menjadi metode yang dominan dalam
pengobatan gagal ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat (Tisher &
Wilcox, 1997).
1. Definisi
Haus merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Para
23
b. Haus adalah keinginan akan cairan yang menghasilkan naluri dasar
(Kara, 2013)
haus adalah keinginan akan air (minum) yang muncul sebagai akibat
Rasa haus akan muncul karena pusat rasa haus tubuh distimulasi oleh
volume darah, membran mukosa dan mulut yang kering, angiotensin II,
2010)
24
3. Fisiologi munculnya rasa haus
tubuh manusia sebagai salah satu sinyal akan kebutuhan air di dalam
tubuh. Jumlah air dalam tubuh harus seimbang antara yang masuk dan
yang keluar. Jika jumlah air yang keluar lebih banyak dibanding yang
dan kemudian mencari air. Selain itu, kondisi membran mukosa mulut dan
Rasa haus segera akan hilang ketika seseorang minum air bahkan
air tidak akan pernah sampai tepat di traktus gastrointestinalis), rasa haus
seseorang, tetapi rasa haus akan datang kembali setelah 15 menit atau
25
lebih. Apabila air benar- benar masuk ke lambung, maka peregangan
Orang yang sehat, respon untuk mengurangi hal tersebut adalah dengan
minum sehingga rasa haus hilang (A Potter, & Perry, 2010 ; Guyton A C,
2012). Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi penderita GGK, yang mana
grapes, menyikat gigi, mengunyah permen karet atau permen mint atau
permen bebas gula, dan bilas mulut dengan obat kumur dingin
a. Mengulum Es Batu
26
es batu selama 5 menit akan dapat menurunkan rasa haus pasien GGK.
keluhan haus pasien berkurang. (Conchon & & Fonseca, 2014) dalam
b. Frozen grapes
Kandungan air dalam buah anggur juga akan lebih bertahan lama di
27
c. Sikat gigi
oleh setiap orang. Tujuan dari menyikat gigi antara lain untuk
karies gigi, dan menyikat gigi dengan pasta gigi dapat membantu
xerostomia.
kesehatan mulut dari pasien seperti bau mulut dan stomatitis (Bruzda-
mulut. Permen karet yang dikunyah selama lebih dari 10 menit dan
28
saliva di mulut. Saliva yang terakumulasi di mulut akan membasahi
mulut, sehingga hal ini dapat menurunkan sensasi rasa haus yang
karet dalam usaha menurunkan rasa haus yang muncul akibat program
gula biasa karena memiliki indeks glikemik yang sangat rendah yaitu
dilepaskan ke dalam darah 13 kali lebih cepat dibanding xylitol. Hal ini
29
gula darah dan juga tidak memberi efek hiperglikemik yang
e. Berkumur
mencegah mulut dari erosi dan kering, serta mengurangi rasa haus
(Pratama, 2014).
yang dilakukan secara efisien dan disertai dengan kemauan yang besar,
dan dengan cara yang baik akan dapat memberikan dampak yang baik
30
berkumur dapat dilakukan dengan media aquabidest sebanyak 5 ml
(Kara, 2013)
Tabel 2.2
Thirst Distres Scale
No Item pertanyaan
1. Rasa haus saya menyebabkan saya merasa tidak nyaman
2. Rasa haus saya membuat saya minum sangat banyak
3. Saya sangat tidak nyaman ketika saya haus
4. Mulut saya terasa sangat kering ketika saya haus
5. Saliva saya sangat sedikit ketika saya haus
6. Ketika saya kurang minum, saya akan sangat kehausan
Sumber: (Kara, 2013)
31
mungkin didapatkan adalah 6-30, yang mana semakin tinggi skor
kuesioner yang telah divalidasi yang terdiri dari 5 item, yang mana
setiap item memiliki 5 point yang berasal dari skala Likert (tidak
haus (Said & & Mohammed, 2013) Beberapa pertanyaan DTI dapat
Tabel 2.3
Dialysis Thirst Inventory
No Item pertanyaan
1. Haus adalah masalah untuk saya
2. Saya merasa haus sepanjang hari
3. Saya merasa haus sepanjang malam
4. Kehidupan sosial saya dipengaruhi oleh haus saya
5. Saya haus sebelum sesi dialysis
6. Saya haus selama sesi dialysis
7. Saya haus setelah sesi dialisis
Sumber: Said & Mohammed (2013)
Masing-masing dari item pertanyaan diberikan skala Likert dengan
tipe skala (1= tidak pernah hingga 5= sangat sering). Laporan pasien
yang mengatakan “tidak pernah dan “hampir tidak pernah”
32
dikategorikan “tidak ada haus”, “kadang-kadang” hingga “sangat
sering” dikategorikan sebagai “ada haus” (Said & Mohammed, 2013).
D. Kerangka Teori
Mengulum es batu
Frozen grapes
Sikat gigi
Mengunyah permen
karet rendah gula
Skema 2.1
Kerangka Teori
(Lewis, Dirksen, Heitkemper, dkk., 2011; Sulistyaningsih, 2011; Guyton, 2012;
DeBruyne, Pinna & Whitney, 2012)
33
E. Kerangka Konsep
Mengunyah permen
karet rendah gula
Penurunan rasa haus
Berkumur air
matang
Skema 2.2
kerangka konsep
Variabel-variabel yang diteliti meliputi:
haus yang terdiri dari mengunyah permen karet rendah gula dan berkumur
air matang.
34
F. Hipotesis
1. Ada perbedaan skor haus sebelum dan sesudah Mengunyah Permen Karet
Rendah Gula
2. Ada perbedaan skor haus sebelum dan sesudah Berkumur Air Matang.
Rendah Gula dan berkumur air matang terhadap penurunan rasa haus
Wahab Sjahrani.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
experiment semu atau Quasy experiment dengan rancangan penelitian pre test
and post test nonequivalent control group. Pada penelitian ini, responden
(pre test) untuk menentukan kemampuan atau nilai awal responden sebelum
responden.
36
Adapun, rancangan pre and post test nonequivalent control group
R1:O1 X1 02
R
111 R2:O1 X2 02
R3:O1 X0 02
Gambar 3.1
Skema Desain Penelitian
Keterangan :
R : Responden penelitian
Gula
37
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Tabel Definisi Operasional
38
akibat tubuh 5. 25
mengalami
kekurangan cairan
1. Populasi penelitian
2. Sampel penelitian
Kriteria Inklusi
Kriteria eksklusi
wajah
39
c. Pasien Gagal ginjal kronik yang mengalami nyeri pada bagian mulut
3. Metode sampling
4. Besar sampel
(𝑍𝑖−𝛼 + 𝑍1−𝛽 )2
2
N = 2σ2
(µ1 − µ2)2
Di mana:
matang
1,282
yakni 10,6
40
µ2 : Perbedaan yang diinginkan pada kelompok intervensi
yakni 13,1
yaitu 2,73
baku), sedangkan yang ditetapkan peneliti adalah 𝑍𝑖−𝛼/2 𝑑𝑎𝑛 𝑍1−𝛽 dan µ0
2 x 1,652 (3,242)2
N=
(−2,5)2
2 x 2,75 (10,510)
N=
6,25
N = 9,18 ≈ 9 Orang
𝑛
n′ =
1−𝑓
dimana :
41
F : Prediksi persentase sampel drop out : 15% = 0,15
𝑛
n′ =
1−𝑓
9
n′ =
1 − 0,15
n′ = 10,59 = 11 orang
Jadi jumlah sampel per kelompok yaitu 11 orang, maka total seluruh sampel
adalah 33 orang.
E. Instrumen Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah permen karet
xylitol atau permen karet rendah gula, air matang dan lembar kuesioner DTI,
42
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
(DTI).
1. Tahap persiapan
Kalimantan Timur.
Sjahrani
Wahab Sjahrani
2. Tahap pelaksanaan
43
saat pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan intervensi menguyah
intervensi ini dilakukan dengan interval waktu 4 jam sekali dalam sehari
dan pada kelompok kontrol yang mendapatkan terapi permen karet biasa
3. Tahap akhir
b. Coding : pada tahap ini peneliti merubah data berbentuk huruf menjadi
dan jenis kelamin perempuan diberi kode 2. Pada kategori usia, usia
44
26 - 35 tahun memiliki kode 1, usia 36 - 45 tahun memiliki kode 2,
4.
tabel.
yang sudah dientry pada master tabel apakah ada kesalahan atau tidak.
H. Analisis Data
1. Uji Normalitas
dibawah 50 responden dan berskala rasio. Jika nilai p value > 0,05 maka
dikatakan data terdistribusi normal sedangkan, jika nilai p value < 0,05
45
2. Uji Homogenitas
menggunakan uji Levene statistics, dimana jika nilai Levene statistic >
I. Etika Penelitian
permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini Kepala
46
keikutsertaannya dalam penelitian ini. Peneliti tetap menghormati
mungkin dan risiko seminimal mungkin. Pada prinsip ini peneliti berbuat
baik ini juga mencakup tidak melakukan hal yang berbahaya bagi
responden. Prinsip etik berbuat baik meliputi: risiko penelitian harus wajar
karet rendah gula dan berkumur air matang, serta manfaat setelah
matang.
47
Jawaban responden hanya digunakan untuk penelitian, tidak
48
J. Alur Penelitian
Informed consent
Stop
Pre test
Post test
Analisa data
Pelaporan
Gambar 3.2
Bagan Alur Penelitian
49
Daftar Pustaka
50
Boston: Cengange Learning.
Desitasari, Utami, G. T., &, & Misrawati. (2013). Hubungan tingkat pengetahuan,
sikap, dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet pasien Gagal Ginjal
Kronik yang menjalani. Hemodialisa.
Dudek, S. G. (2014). Nutrition essentials for nursing practice. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Guyton A C, H. J. E. (2012). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Jakarta:
EGC.
Kara, B. (2013). Validity and reliability of the Turkish version of the Thirst Distress
Scale in patients on hemodialysis. Asian Nursing Reaserch 7 (2013), 212–218.
Lewis, S., L., Dirksen, S., & R., Heitkemper, M, & Bucher, L. (2011).
Medicalsurgical nursing: assesment and management of clinical problems.
Missouri: Elsevier Mosby.
Price, L., & & Wilson, L. (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit (Edisi 6 vo). Jakarta: EGC.
S.C, S., Bare, B. ., Hinkle, J. ., & Cheever, K. . (2008). Brunner & Suddarth’s
Textbook of medical surgical nursing. Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins.
Said, H., & & Mohammed, H. (2013). Effec of chewing gum on xerostomia, thirst
and interdialytic weight gain in patients on hemodialysis. Life Science Journal
2013; 10(2), 1768.
Sulistyaningsih, D. R. (2011). Efektivitas training efikasi diri pada pasien Penyakit
Ginjal Kronik dalam meningkatkan kepatuhan terhadap intake cairan. Majalah
Ilmiah Sultan Agung, 50, No. 128.
Suryono, A., Armiyati, Y., & Mustofa, A. (2015). Effectiveness between sucking ice
cube and gurgling with drinking water toward thirst reduction in chronic kidney
disease (ckd) patients at rsup. dr. kariadi semarang, 1–13.
Tanujiarso, B. A., Ismonah, & Supriadi., &. (2014). Efektifitas Konseling Diet Cairan
Terhadap Pengontrolan Interdialitic Weight Gain (IDWG) Pasien Hemodialis di
Rs Telorejo Semarang. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan.
51
Lampiran
52