Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DisusunOleh:
1
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah Nyalah kami selaku penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa kami junjungkan kepada nabi besar
Muhammad Saw, yang telah mengantarkan kita menuju zaman yang penuh ilmu
pengetahuan.
Kami juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam
memahami maksud penulis.
Penyusun,
2
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
A. Kesimpulan ............................................................................................... 9
B. Saran ........................................................................................................ 10
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam makalah ini kami akan membahas tentang istihsan, dari pengertian,
jenis-jenis, hingga kehujahan istihsan itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan istishan?
2. Apa saja jenis-jenis istishan?
3. Bagaiman akahujahan istishan?
C. Urgensi
Makalah ini kami buat selain untuk memenuhi tugas Ushul Fiqh, kami juga
mengharap makalah kami dengan materi Istishan dapat menjadi referensi bagi
teman-teman untuk mengetahu dan memahami tentang apa yang dimaksud dengan
istishan, seperti apa jenis-jenis istishan, dasar hukum istishan, dan kehujahan dari
istishan itu sendiri.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Istihsan
Secara etimologis istishan berarti menganggap sesuatu baik, kata istishan ini
diambil dari kata al-husnu yang artinya baik.1 Dalam artian istihsan berarti
memperhitungkan sesuatu lebih baik, atau mengikuti sesuatu yang lebih baik dan
mencari yang lebih baik untuk diikuti, seperti contoh, adanya seseorang yang
menghadapi dua hal yang keduanya baik, namun ada hal yang mendorongnya
untuk meninggalkan salah satu diantaranya dan menetapkan satu pilihan
diantaranya, karena pilihan itulah yang dianggap lebih baik untuk diamalkan.2
Adapun pengertian istihsan yang dirumuskan oleh beberapa ulama ushul fiqh,
antara lain:
1. Definisi istihsan menurut Ibnul al- Araby ,Istihsan adalah meninggalkan
kehendak dalil dengan cara pengecualian atau memberikan rukhsah karena
berbeda hukumnya dalam beberapa hal. Ia membagi istihsan kepada empat
macam, yaitu:
a. Meninnggalkan dalil karena urf.
b. Meninggalkan dalil karena ijma’.
c. Meninggalkan dalil karena maslahat.
d. Meninggalakan dalil karena untuk meringankan dan menghindarkan
masyaqat.3
2. Menurut Ibnu Rusyd, Ulama’ Malikiyah berpendapat bahwa Istihsan ialah
meninggalkan qiyas dalam menetapkan suatu hukum, karena qiyas itu
menimbulkan ketentuan hukum yang terkesan berlebihan atau tidak wajar.4
3. Menurut Ibnu Subki ia meberikan dua rumusan devinisi yakni :
a. Beralih dari penggunaan suatu qiyas kepada qiyas lain yang lebih kuat
daripadanya.
1
Satria Effendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: kencana 2015). Hlm. 142
2
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, (Jakarta: Kencana, 2014). Hlm.347
3
Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm 110
4
Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm 111
5
b. Beralih dari penggunaan sebuah dalil kepada adat kebiasaan karena suatu
kemaslahatan.
B. Jenis-Jenis Istihsab
Setelah memahami beberapa definisi di atas,dapat ditarik kesimpulan tentang
hakikat Istihsan, yaitu seorang mujtahid dalam melakukan ijtihad untuk enemukan
dan menetapkan suatu hukum tidak jadi menggunakan suatu dalil, baik dalil itu
dalam bentuk qiyas, dalam bentuk kulli, atau dalam bentuk kaidah umum, sebagai
gantinya, ia menggunakan dalil lain dala bentuk qiyas lain yang dinilai lebih kuat,
atau nash yang diteukannya, atau ‘uruf yang berlaku, atau keadaan darurat,atau
huku pengecualian, alasannya karena dengan cara itulah si
mujtahidmenganggapnya sebagai cara terbaik yang lebih banyak mendatangkan
kemaslahatan dan lebih menjauhkan kesulitan bagi umat.6
1. Dari definisi yang dikemukakan Ibnu al-Arabi yang membagi istihsan kepada
empat macam, yang membagi jenis-jenis istishab sebagai berikut:
a. Istihsan dengan ‘Urf
meninggalkan dalil umum karena adanya 'urf.
Contoh: apabila si A bersumpah tidak akan memasuki rumah, maka menurut
qiyas lughawiy, dengan memasuki setiap tempat yang bernama rumah,
misalnya masjid, si A berarti telah melanggar sumpahnya. Akan tetapi,
5
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, (Jakarta: Kencana 2014), hlm 347
6
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 351
6
berdasarkan Istihsan Imam Malik masuk masjid tidaklah melanggar sumpah
tersebut karena masjid menurut 'Urf tidak dinamakan rumah.
b. Istihsan dengan al-Maslahah
Meninggalkan dalil umum dengan dasar al-maslahah.
Contoh: Dalam kasus beban penjaminan buruh yang berkongsi. Berdasarkan
kaidah al-asl, buruh yang berkongsi (buruh yang hasilnya dibagi dua)
merupakan orang terpercaya, dan orang demikian tidak perlu dibebani
penjaminan, kecuali orang tersebut sudah kelihatan khianatnya.Tetapi
berdasarkan dalil istihsan, Imam Malik berpandangan bahwa buruh berkongsi
tersebut tetap dibebani penjaminan.
c. Istihsan dengan Ijma’
Meninggalkan kaidah umum atau dalil umum dengan dasar ijma'.
Contoh: Kasus orang yang memotong ekor keledai tunggangan untuk
membayar seluruh harga keledai itu. Jika si B memotong ekor keledai
tunggangan, dia wajib membayar kerugian sebesar harga yang berkurang dari
keledai itu sebagai akibat perbuatannya.Ini merupkan kaidah al-asl, akan tetapi
Ijma’ menyatakan keledai tunggangan yang digunakan untuk kendaraan bila
dicacatkan sebagian tubuhnya, maka harus diganti secara keseluruhan.
7
Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm 111
7
2. Jenis-Jenis Istihsan jika dilihat dari bentuknya, dapat dibagi enjadi dua macam.
a. Istihsan yang merajihkan qiyas Khafy dariqiyas Jaly, yang demikian
dinamakan juga Istihsan qiyas.
Contohnya: Bila seseorang telah mewakafkan sebidang tanah, aka hak
pengairan dan hak lalu lintas pada tanah itu ikut terbawa, karena di qiyas kan
dengan sewa menyewa. Hal ini didasarkan pada manfaat tujuannya, meskipun
tidak jelas disebut ketika terjadi wakaf.Sedangkan Qiyas Jaly dalam hal
tersebut, hak pengairan dan hak lalu lintas tidaklah termasuk dalam wakaf,
karena di qiyaskan dengan jual beli, hingga yang teranggap diwakaftidaklah
hanya yang disebutkan dengan jelas dalam wakaf.
b. Erajihkan pengecualian hukum khusus daripada yang umum (kully)
contoh: Nabi melarang jual beli sesuatu yang belum ada dalam hal ini termasuk
“Ijarah”, “Musaqah”, “Muzara’ah”.dan lain-lain. Terapi karena masyarakat
membutuhkannya maka dibolehkan. Mungkin karena banyaknya orang yang
ingin memerlukan musawah, ijarah,muzara’ah, ijarah, muzara’ah dan lain-lain .
hingga yang demikian dinamakan atu disebut istihan ijma’.
C. Kehujahan Istihsan
8
Satria Effendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: kencana 2015). Hlm. 145
9
Romli, Studi perbandingan Ushul Fiqh, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm 209
8
َ ِ ك ا ل َّ ذِ ي َن ه َ د َ ا ه ُ م ُ َّللاَّ ُ َۖو أ ُو لَٰ َ ئ
ك ه ُ مْ أ ُ و ل ُ و َ ِ ا ل َّ ِذ ي َن ي َ سْ ت َ ِم ع ُ و َن ال ْ ق َ ْو َل ف َ ي َ ت َّب ِ ع ُ و َن أ َ ْح س َ ن َ ه ُ ۚ أ ُو لَٰ َ ئ
اْل َل ْ ب َ اب
ْ
Artinya: (yaitu) mereka yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang
paling baik di antaranya.
b. Surah az-Zumar (39): 55:
ُ َو ا ت َّ ب ِ ع ُ وا أ َ ْح س َ َن َم ا أ ُن ْ ِز َل إ ِ ل َ ي ْ ك ُ مْ ِم ْن َر ب ِ ك ُ مْ ِم ْن ق َ ب ْ ِل أ َ ْن ي َ أ ْت ِ ي َ ك ُ مُ ال ْ ع َ ذ َ ا
ب ب َ غ ْ ت َ ة ً َو أ َن ْ ت ُمْ ََل
ت َشْ ع ُ ُر و َن
Artinya: Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak
menyadarinya,
c. Sabda Rasulallah
Apa yang dianggap baik oleh orang-orang Islam, adalah juga baik disisi Allah
(HR. Ahmad dalam kitab Sunnah bukan dalam masnadnya)
10
Satria Effendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2015) hlm. 146
11
Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: Kharisma Putra Utama,2014). Hlm 161
9
d. Nabi menyalahkan sahabat yang ber-istihsan, seperti sahabat yang
membunuh musuh yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, karena
dianggap bahwa ucapan itu karena didorong rasa takut terhadap
pandangannya sahabat.
e. Mujtahid yang telah memakai istihsan adalah orang yang menggunakan
akal semata, jika yang demikian diperbolehkan, tentu orang yang tidak
mengerti al-Qur’an dan Hadis boleh menjadi mujtahid.
12
Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: Kharisma Putra Utama,2014). Hlm 162
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologis istishan berarti menganggap sesuatu baik, kata istishan ini
diambil dari kata al-husnu yang artinya baik. Dalam artian istihsan berarti
memperhitungkan sesuatu lebih baik, atau mengikuti sesuatu yang lebih baik dan
mencari yang lebih baik untuk diikuti.
13
Satria Effendi, Ushul Fiqh, (Jakarta: kencana 2015). Hlm. 145
11
2. Golongan Syafi’iyah menolak Istihsan sebagai hujah hukum, dengan
alasan-alasan:
a. Kita diperintah hanya taat kepada Allah dan Rasul, dan dalam hal ini
yakni al-Qur’an dan Hais. Sedangkan istihsan bukan al-Qur’an dan
bukan pula hadis. Karena itu, tidaklah dapat disepakati sebagai hujah.
b. Syariat adalah Nash atau kandungan nash, sedang Istihsan bukanlah
nash dan bukan pula kandungan nash.
c. Nabi bersabda bukanlah dengan dasar istihsan darinya, yang
dimaksudkan di sini bukan karena pribadinya yakni nabi menganggap
baik, sebab itu Nabi tidak berbicara menurut kehendak dirinya.
d. Nabi menyalahkan sahabat yang ber-istihsan, seperti sahabat yang
membunuh musuh yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat,
karena dianggap bahwa ucapan itu karena didorong rasa takut terhadap
pandangannya sahabat.
e. Mujtahid yang telah memakai istihsan adalah orang yang menggunakan
akal semata, jika yang demikian diperbolehkan, tentu orang yang tidak
mengerti al-Qur’an dan Hadis boleh menjadi mujtahid.
B. Saran
Demikian makalah ini kami tulis, semoga isi dari makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan.Karenanya, saran dan kritikan yang sifatnya membangun,
sangat penulis harapkan dari semua pihak.
12
DAFTAR PUSTAKA
13