Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2.1.3. Epidemiologi
Kandidiasis oral dapat menyerang semua umur, baik pria maupun wanita. Meningkatnya
prevalensi infeksi Kandida albikan ini dihubungkan dengan kelompok penderita HIV/AIDS,
penderita yang menjalani transplantasi dan kemoterapi maligna. Odds dkk ( 1990 ) dalam
penelitiannya mengemukakan bahwa dari 6.545 penderita HIV/AIDS, sekitar 44.8% adalah
penderita kandidiasis.
2.1.4. Faktor resiko
Pada orang yang sehat, Kandida albikan umumnya tidak menyebabkan masalah apapun
dalam rongga mulut, namun karena berbagai faktor, jamur tersebut dapat tumbuh secara
berlebihan dan menginfeksi rongga mulut. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Patogenitas jamur
Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi Kandida adalah
adhesi, perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa, dan produksi enzim ekstraseluler. Adhesi
merupakan proses melekatnya sel Kandida ke dinding sel epitel host. Perubahan bentuk dari ragi
ke hifa diketahui berhubungan dengan patogenitas dan proses penyerangan Kandida terhadap sel
host. Produksi enzim hidrolitik ekstraseluler seperti aspartyc proteinase juga sering dihubungkan
dengan patogenitas Kandida albikan.
2. Faktor Host
Faktor host dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik.
Termasuk faktor lokal adalah adanya gangguan fungsi kelenjar ludah yang dapat menurunkan
jumlah saliva. Saliva penting dalam mencegah timbulnya kandidiasis oral karena efek
pembilasan dan antimikrobial protein yang terkandung dalam saliva dapat mencegah
pertumbuhan berlebih dari Kandida, itu sebabnya kandidiasis oral dapat terjadi pada kondisi
Sjogren syndrome, radioterapi kepala dan leher, dan obat-obatan yang dapat mengurangi sekresi
saliva. Pemakaian gigi tiruan lepasan juga dapat menjadi faktor resiko timbulnya kandidiasis
oral. Sebanyak 65% orang tua yang menggunakan gigi tiruan penuh rahang atas menderita
infeksi Kandida, hal ini dikarenakan pH yang rendah, lingkungan anaerob dan oksigen yang
sedikit mengakibatkan Kandida tumbuh pesat. Selain dikarenakan faktor lokal, kandidiasis juga
dapat dihubungkan dengan keadaan sistemik, yaitu usia, penyakit sistemik seperti diabetes,
kondisi imunodefisiensi seperti HIV, keganasan seperti leukemia, defisiensi nutrisi, dan
pemakaian obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu lama, kortikosteroid,
dan kemoterapi.
2.1.5 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis
Gambaran klinis kandidiasis oral tergantung pada keterlibatan lingkungan dan interaksi
organisme dengan jaringan pada host. Adapun kandidiasis oral dikelompokkan atas tiga, yaitu :
1. Kandidiasis Akut
Kandidiasis akut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut
Kandidiasis pseudomembranosus akut yang disebut juga sebagai thrush, pertama sekali
dijelaskan kandidiasis ini tampak sebagai plak mukosa yang putih, difus, bergumpal atau seperti
beludru, terdiri dari sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur, dapat dihapus meninggalkan
permukaan merah dan kasar. Pada umumnya dijumpai pada mukosa pipi, lidah, dan palatum
lunak. Penderita kandidiasis ini dapat mengeluhkan rasa terbakar pada mulut. Kandidiasis seperti
ini sering diderita oleh pasien dengan sistem imun rendah, seperti HIV/AIDS, pada pasien yang
mengkonsumsi kortikosteroid, dan menerima kemoterapi. Diagnosa dapat ditentukan dengan
pemeriksaan klinis, kultur jamur, atau pemeriksaan mikroskopis secara langsung dari kerokan
jaringan.
Gambar 1. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut pada lidah dan mukosa bukal pasien
Kandidiasis jenis ini membuat daerah permukaan mukosa oral mengelupas dan tampak
sebagai bercak-bercak merah difus yang rata. Infeksi ini terjadi karena pemakaian antibiotik
spektrum luas, terutama Tetrasiklin, yang mana obat tersebut dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem oral antara Lactobacillus acidophilus dan Kandida albikan. Antibiotik yang
dikonsumsi oleh pasien mengurangi populasi Lactobacillus dan memungkinkan Kandida tumbuh
subur.Pasien yang menderita Kandidiasis ini akan mengeluhkan sakit seperti terbakar.
Gambar 2. Kandidiasis Atropik Akut
2. Kandidiasis Kronik
Kandidiasis kronik dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
3. Keilitis Angularis
Keilitis angularis merupakan infeksi Kandida albikan pada sudut mulut, dapat bilateral
maupun unilateral.Sudut mulut yang terkena infeksi tampak merah dan pecah-pecah, dan terasa
sakit ketika membuka mulut. Keilitis angularis ini dapat terjadi pada penderita defisiensi vitamin
B12 dan anemia defisiensi besi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya
disebut Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan suatu infeksi
yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai
pada manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan
angka kematian sekitar 71%-79%. Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang
tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal, dan sebagainya.
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan
lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida albican merupakan
jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh
Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan
oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh
diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C.
guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albican merupakan jamur terbanyak yang
terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik.
Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45%
pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu
lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien
leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS
Penyakit ini kemudian diteliti lagi oleh Pepy. Beliau melihat jamur itu pada
moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush, sehingga ia menamakan
jamur itu thrush fungus. Veron (1835) menghubungkan penyakit pada bayi tersebut dengan
infeksi pada saat dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat kandungan ibunya. Berg (1840)
berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan perawat yang tercemar jamur
merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi ini. Berdasarkan bentuknya yang bulat
lonjong dan berwarna putih diberikanlah nama Oidium Albicans. Nama oidium kemudian
berubah menjadi monilia. Beberapa nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara lain
Wilkinson yang menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya Berkhout (1923) menamakan
jamur itu dalam genus candida.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Sistem
Integumen dan menambah wawasan Mahasiswa tentang penyakit Candidiasis serta asuhan
keperawatan secara teoritis pada penderita candidiasis
BAB II
PEMBAHASAN
Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida. Candida
merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40-60 % dari
populasi (Silverman S, 2001).
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans.
Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS),
perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang
(Stedman, 2005).
Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus
(Silverman S, 2001). Pada keadaan akut kandidiasis dapat menimbulkan keluhan seperti rasa
terbakar (burning sensation), rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau labial dan rasa
kering atau serostomia (Greenberg M. S. , 2003). Pada umumnya infeksi tersebut dapat di
tanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik secara topikal atau sistemik dengan
mempertimbangkan kondisi atau penyakit-penyakit yang menyertainya. (Silverman S, 2001).
Perleche
Infeksi jamur ini merupakan suatu infeksi Candida di sudut mulut yang menyebabkan retakan
dan sayatan kecil. Bisa berasal dari gigi palsu yang letaknya bergeser dan menyebabkan
kelembaban di sudut mulut sehingga tumbuh jamur.
b. Candidiasis kutis
Candidiasis intertriginosa
Kelainan ini sering terjadi pada orang-orang gemuk, menyerang lipatan-lipatan kulit yang besar.
Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha,intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau
kaki, glans penis dan umbilikalis, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan
eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil
atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif dengan pinggir yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer.
Kandidiasis perianal
Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini menimbulkan pruritus
ani.
c. Candidosis Sistemik
Endokarditis
Infeksi ini sering disebabkan oleh penumpukan dan pertumbuhan ragi dan pseudohifa /vegetasi
pada katub jantung buatan juga pada morfinis sebagai akibat penyuntikan sendiri.
Meningitis
Gejala sama dengan meningitis TB atau karena bakteri lain
Reaksi id (kandidid)
Reaksi ini terjadi karena adanya metabolit Candida. Klinisnya berupa vesikel – vesikel yang
bergerombol ,terdapat pada sela jari tanganatau bagian badan yang lain ,mirip dermatofitid. Di
tempat tersebut tidak adaelemen jamur. Bila lesi candidosis diobati , kandidid akan sembuh.
Jikadilakukan uji kulit dengan kandidin (antigen kandida) memberi hasil positif
2.3 ETIOLOGI
Faktor predisposisi terjadinya infeksi Candida meliputi faktor endogen maupun eksogen,
antara lain :
1. Faktor endogen :
a. Perubahan fisiologik
Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
Kegemukan, karena banyak keringat
Debilitas
Iatrogenik
Endokrinopati, gangguan gula darah kulit
Penyakit kronik : tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaanumum yang buruk.
b. Umur : orang tua dan bayi lebih sering terkena infeksi karena status imunologiknya tidak
sempurna.
c. Imunologik : penyakit genetik.
2. Faktor eksogen :
a. Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
b. Kebersihan kulit
c. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan
masuknya jamur.
d. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis.
1. Pada bayi
Timbul bercak putih pada lidah dan sekitar mulut
Menimbulkan nyeri
Infeksi mulut (peradangan).
2.5 PATOFISIOLOGI
Jamur candida albicans umumnya memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai
saprofit sampai terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme
pertahanan lokal dan sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada keadaan ini jamur
akan berpoliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur rongga mulut yang
paling sering ditemukan. Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans ini
yang pertumbuhannya dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri yang normal. Tidak
terkontrolnya pertumbuhan candida karena penggunaan kortikosteroid
dalam jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imunserta
penyakit yang menyerang sistem imun seperti Aquired Immuno deficiency Sindrome (AIDS).
Namun bisa juga karena gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang
biasanya dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol. Sehingga, ketika
pertahanan tubuh/antibodi dalam keadaan lemah, jamur candida albicans yang dalam keadaan
normal tidak memberikan reaksi apapun pada tubuh berubah tumbuh tak terkontrol dan
menyerang sistem imun manusia itu sendiri yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral
atau moniliasis.
2.6 DIAGNOSIS
Diagnosa dari candidiasis biasanya berdasarkan dari gejala klinis yang ditimbulkan. Selain itu,
dapat dilakukan pemeriksaan langsung dan pemeriksaan biakan.
1. Pemeriksaan langsung kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10%
atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu. Pemeriksaan biakan:
bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dektrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini
dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan
dalam suhu kamar atau lemari suhu 37ºC, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like
colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada
corn meal agar.
2. Pemeriksaan biakan dilakukan dengan menanam bahan ke dalam agar dekstrosa glukosa
Sabouroud, setelah itu dapat ditambahkan dengan antibiotic (kloramfenikol) untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Kemudian disimpan dalam suhu kamar 37ºC. Setelah 24-24 jam, koloni
akan tumbuh.
Identifikasi untuk Candida albicans dilakukan dengan membiakkannya pada corn meal agar.
Pada media ini, akan membentuk Chlamydoconidia dan pada serumnya akan membentuk germ
tube.
Germ tube test merupakan test yang dilakukan untuk membedakan Candida albicans
dengan candidia lainnya secara ekonomis dan efisien. 0,3 ml serum (bisa serum manusia, kelinci,
domba) dicampur dengan sel yeast. Lalu diinkubasi dengan suhu 35-37 oC selama 2-3 jam.
Serum diambil dengan usa dan diletakkan pada objek glass dan ditutup dengan deck glass. Bila
terbentuk germ tube maka kesimpulannya adalah Candida albicans. Germ tube merupakan
filament yang dibentuk oleh Blastoconidia dengan ciri khas tidak ada konstriksi pada perbatasan
antara Germ Tube dan Blastoconida.
2.7 PENATALAKSANAAN
Dalam menanganinya dapat dilakukan pengobatan yang bervariasi, tergantung pada daerah mana
yang terkena dampak dari timbulnya Kandidiasis tersebut, seperti:
Obat kumur atau dalam bentuk permen hisap diberikan kepada klien. Selain itu, pengobatan yang
paling sering digunakan saat ini adalah pemakaian Nistatin drop. Nistatin ini akan diteteskan
pada mulut bayi untuk mengobati kandidiasisnya. Ada juga yang menyarankan cara pemakaian
yang lain, yaitu tangan ibu dicuci sampai bersih, teteskan 2 tetes ke ujung jari ibu dan oleskan ke
lidah dan mulut bayi secara merata. Cara ini menjamin obat teroleskan dengan lebih merata
namun harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai membuat bayi muntah.
a. Bila menderita candidiasis sebaiknya segera mengkonsumsi obat-obatan antifungal seperti
Nistatin dan clotrimazole. Untuk kasus-kasus yang lebih parah, ketoconazole atau flukonazol
dapat diminum sekali sehari.
b. Bila menderita candida esophagitis dapat di obati dengan ketoconazole, itraconazole (Sporanox)
atau flukonazol. Kandidiasis cornu dapat diobati dengan dengan antifungal powders dan krim.
c. Sedangkan bagi candidiasis yang terjadi pada vagina dan menyebabkan infeksi dapat diobati
dengan obat antifungal seperti butoconazole, clotrimazole, miconazole, Nistatin, tioconazole dan
terconazole.
Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan
anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.
Cara Penularan melalui kontak sekret atau ekskret dari mulut, kulit, vagina dan tinja, dari
penderita ataupun “carrier”, atau tertulari melalui jalan lahir pada saat bayi dilahirkan, penularan
endogen.
2.11CARA PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan candidiasis oral antara lain :
1. Pencegahan Pada bayi biasakan mencuci bersih dan mensterilkan botol/dot/pacifier yang
digunakan dan menyimpan pada tempat yang bersih dan kering.
2. Biasakan berkumur setelah memakai kortikosteroid inhaler
3. Rajin berkumur dan menggosok gigi
4. Rajin membersihkan gigi tiruan atau kawat gigi
A. PENGKAJIAN
1. SYSTEM KARDIOVASKULER
Tidak ada nyeri dada
2. SYSTEM PERNAFASAN
Respirasi normal, nadi normal
3. SYSTEM INTEGUMENT
Turgor tidak elastis, terasa gatal dan mukosa oral adanya lesi, pecah-pecah dan kemerahan pada
sudut mulut
4. SYSTEM MUSCULOSKELETAL
Badan terasa lemas dan sulit untuk bergerak karena kurang asupan nutrisi
5. SYSTEM PERSYARAFAN
Kadang-kadang nyeri pada bagian mulut atau bagian lain yang terinfeksi dan kesadaran penuh
6. AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : Perubahan pola tidur
Tanda :Tidur kurang, mata tampak mengantuk, sklera berwarna putih kemerahan, garis
Hitam dibawah mata
7. SIRKULASI
Tanda : Timbul bercak putih pada mulut dan kemerahan pada kulit yang terinfeksi
8. INTEGRITAS EGO
Gejala : Perasaan cemas dan takut. Putus asa dan tidak berdaya
Tanda : Ansietas, murung, menarik diri
9. MAKANAN / CAIRAN
Gejala : Ketidakmampuan mengkonsumsi makanan secara adekuat, Anorexia, Kehilangan nafsu
makan karena nyeri, Diindikasi kan infeksi sudah menyebar sampai esofagus sehingga terjadi
gangguan menelan pula.
Tanda : Porsi makan sedikit, penurunan berat badan, turgor kulit buruk.
10. KEAMANAN
Gejala : Riwayat defisiensi imun, Kulit lecet / kemerahan, Lesi kulit / ulkus pada kulit, Riwayat
berulangnya infeksi jamur.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
TUJUAN /
NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1 Nyeri akut b.d proses Setelah
dilakukan Kaji nyeri
secara Untuk mengetahui
infeksi yang tindakan keperawatan komprehensif baik
skala, nyeri yang dialami
menghasilkan 1x24 jam diharapkan frekuensi, lokasi dan durasinya klien secara
bentukan warna nyeri pada mukosa komprehensif
merah dan eksudat klien hilang.
Untuk mengetahui
berwarna putih
Dengan kriteria hasil Observasi respon non verbal
tingkat kenyamanan
klien mampu :
klien
Mampu mengontrol
Agar klien bias
nyeri
memahami dan
Mampu mengetahui Jelaskan mekanisme nyeri
mengetahui
factor penyebab nyeri yang terjadi
bagaimana nyeri bias
Skala nyeri hilang
terjadi
Ekspresi wajah rileks
Untuk mengurangi
sensasi nyeri
Ajarkan tekhnik relaksasi dan Untuk mengobati
distraksi untuk mengurangi nyeri
rasa nyeri
Mengurangi
Kolaborasi dengan dokter
timbulnya nyeri
dalam pemberian obat
analgetik
Kolaborasi dengan keluarga
dalam mengontrol factor
pemicu timbulnya nyeri seperti
pembatasan aktivitas
2 Hipertermi b.d suhu Setelah
dilakukan
Kaji ttv klien terutama suhu Mengetahui keadaan
tubuh meningkat tindakankeperawatan tubuh klien umum klien
1x24 jam diharapkan
Dengan
suhu tubuh klien
Berikan kompres hangat di menghangatkan
kembali normal.
sekitar lipatan misalnya ketiak seluruh permukaan
Dengan kriteria hasil
dan lipatan paha kulit, terjadi
klien mampu :
pelebaran pembuluh
Suhu tubuh kembali
darah disekitar kulit
normal
sehingga aliran
Tidak ada perubahan
darah bertambah dan
kulit
panas tubuh makin
Tidak ada pusing
cepat dibuang
keudara
Menjaga kecukupan
cairan dalam tubuh
dan mencegah
Beri minum air putih atau susu
timbulnya panas
< dari 1000 cc/hr
lebih tinggi
Pakaian tipis
membantu
mengurangi
penguapan tubuh
Anjurkan keluarga untuk tidak Membantu
memakaikan selimut dan menurunkan demam
pakaian tebal kepada klien klien
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans.
Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS),
perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang
(Stedman, 2005).
Cara Penularan melalui kontak sekret atau ekskret dari mulut, kulit, vagina dan tinja, dari
penderita ataupun “carrier”, atau tertulari melalui jalan lahir pada saat bayi dilahirkan, penularan
endogen.
Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan
anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.
3.2 SARAN
Dengan kita mengetahui apa itu candidiasis dan bagaimana asuhan keperawatan secara
teoritis pada pasien penderita candidiasis sehingga kita bisa mengaplikasikan nya, dan bisa
menambah wawasan kita tentang candidiasis
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, huda. Asuhan keperawatan berdasarkan dignosa medis & nic-noc. Edisi revisi 2015,
penerbit mediaction : Jakarta
Chin, James. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Edisi 17, Cetakan II, Penerbit CV.
Infomedika, Jakarta, 2006
Greenberg L. Michael. 2005. Teks- Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Jilid 2. Jakarta :
Erlangga
Louise B. Hauley. 2003.Mikroorganisme Penyakit Infeksi. Jakarta : Hipokrates
Siregar. 2004. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta : EGC
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35555-Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-
Askep%20Candidiasis.html
LATAR BELAKANG
Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya disebut
Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan suatu infeksi yang
paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada
manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka
kematian sekitar 71%-79%. Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang
tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal,
dan sebagainya.
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan lesi
putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida albican merupakan jenis
jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh
Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan
oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh
diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C.
guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albicanmerupakan jamur terbanyak yang
terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat
sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-
65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada
orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang
menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS
Penyakit ini kemudian diteliti lagi oleh Pepy. Beliau melihat jamur itu pada
moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush, sehingga ia menamakan
jamur itu thrush fungus. Veron (1835) menghubungkan penyakit pada bayi tersebut dengan
infeksi pada saat dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat kandungan ibunya. Berg (1840)
berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan perawat yang tercemar jamur
merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi ini. Berdasarkan bentuknya yang bulat
lonjong dan berwarna putih diberikanlah nama Oidium Albicans. Nama oidium kemudian
berubah menjadi monilia. Beberapa nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara lain
Wilkinson yang menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya Berkhout (1923) menamakan
jamur itu dalam genus candida.
3. DEFINISI
Oral trush adalah adanya bercak putih pada lidah, langit – langit dan pipi bagian dalam (Wong :
1995). Bercak tersebut sulit untuk dihilangkan dan bila dipaksa untuk diambil maka akan
mengakibatkan perdarahan. Oral Trush ini sering disebut juga denagn oral candidiasis atau
moniliasis, dan sering terjadi pada masa bayi. Seiring dengan bertambahnya usia, angka kejadian
makin jarang, kecuali pada bayi yang mendapatkan pengobatan antibiotik atau imunosupresif
(Nelson, 1994: 638)
Oral Trush ini kadang sulit dibedakan dengan sisa susu, terutama pada bayi yang mendapatkan
susu formula (Pengganti air Susu Ibu – PASI). Sisa susu yang berupa lapisan endapan putih tebal
pada lidah bayi ini dapat dibersihkan dengan kapas lidi yang dibasahi dengan air hangat.
Oral trush ini juga harus denagn stomatitis. Stomatitis merupakan inflamasi dan ulserasi pada
membran mukosa mulut. Anak yang mengalami stomatitius biasanya tidak mau makan atau
minum (M. Scharin, 1994: 448).
4. ETIOLOGI
Oral thrush dan infeksi Candida lainnya dapat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menjadi
lemah oleh karena penyakit atau obat-obatan seperti prednison, atau ketika antibiotik
mengganggu keseimbangan alami mikroorganisme dalam tubuh.
Biasanya sistem kekebalan tubuh bekerja untuk mengusir invasi organisme berbahaya, seperti
virus, bakteri dan jamur, sambil mempertahankan keseimbangan antara mikroba "baik" dan
"buruk" yang biasanya menghuni tubuh.
Penyakit-penyakit yang dapat membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi kandidiasis mulut
(oral trush), antara lain:
1. HIV/AIDS
Virus human immunodeficiency (HIV) merupakan virus penyebab AIDS, yang dapat
menimbulkan kerusakan atau menghancurkan sel-sel sistem kekebalan tubuh. Sehingga membuat
tubuh lebih rentan terhadap infeksi oportunistik yang biasanya tubuh akan menolak. Serangan
berulang dari oral trush mungkin merupakan tanda pertama dari infeksi HIV.
2. Kanker
Jika seseorang menderita kanker, sistem kekebalan tubuhnya mungkin akan melemah oleh
karena penyakit kanker tersebut dan karena perawatan penyakit, seperti kemoterapi dan radiasi.
Penyakit kanker dan perawatan penyakit ini dapat meningkatkan risiko infeksi Candida seperti
oral thrush
3. Diabetes mellitus
Jika seseorang menderita diabetes yang tidak diobati atau diabetes yang tidak terkontrol dengan
baik, air liur (saliva) mungkin akan mengandung sejumlah besar gula, sehingga dapat mendorong
pertumbuhan candida.
5. GEJALA KLINIS
1. Pada anak-anak dan dewasa
Awalnya, seseorang mungkin tidak menyadari gejala oral trush. Tergantung pada penyebab,
tanda dan gejala dapat terjadi tiba-tiba dan bertahan untuk waktu yang lama. Gejala-gejala
tersebut, antara lain:
a. Lesi putih atau krem di lidah, pipi bagian dalam, langit-langit mulut, gusi, dan amandel (tonsil)
b. Lesi menyerupai keju
c. Nyeri
d. Sedikit perdarahan jika lesi digosok atau tergores
e. Pecah-pecah dan kemerahan pada sudut mulut (terutama pada pemakai gigi tiruan)
f. Sensasi seperti terdapat kapas pada mulut
g. Kehilangan selera makan
Pada kasus yang berat, lesi dapat menyebar ke bawah ke kerongkongan dan esofagus (Candida
esophagitis). Jika hal ini terjadi, pasien mungkin akan mengalami kesulitan menelan atau merasa
seolah-olah makanan terjebak di tenggorokan.
6. PATOFISIOLOGI
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida sp. pada sel epitel vagina. Kemampuan
melekat ini lebih baik pada C.albicans daripada spesies Candida lainnya. Kemudian, Candida sp.
mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan-ikatan protein sel
pejamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu, Candida sp. juga mengeluarkan
mikotoksin –diantaranya gliotoksin– yang mampu menghambat aktivitas fagositosis dan
menekan sistem imun lokal. Terbentuknya kolonisasi Candida sp. memudahkan proses invasi
tersebut berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada pejamu.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa
b. Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan dengan pemberian
flukonazol.
c. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur.
d. Diagnosa pasti dengan biopsi
8. PENATALAKSANAAN
Terdiri dari 2 cara :
1) Medik /pengobatan
Memberikan obat antijamur, misalnya :a. Miconazol : mengandung miconazole 25 mg per ml,
dalam gel bebas gula. Gel miconazole dapat diberikan ke lesi setelah makan.b.Nystatin : tiap
pastille mengandung 100.000 unit nistatin. Satu pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali
sehari selama 7-14 hari. Pastille lebih enak daripada sediaan nistatin lain. Nistatin ini
mengandung gula.
2) Keperawatan
Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan risiko terjadi diare. Upaya
agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu
diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum
dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan dengan autoclaff dan
hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak
memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan
disimpan kering, nanti ketika akan dipakai seduh dengan air mendidih.
Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat menyebabkan oral thrush juga
dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari
oral thrush sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu atau ibu
hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya.Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum
juga dapat menjadi penyebab terjadinya oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut.
Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh
air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat pada mulut tersebut.Apabila oral thrush
sudah terjadi pada anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut berikanlah
makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap habis makan
berikan air putih dan usahakan agar sering minum.Oral thrush dapat dicegah dengan selalu
menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah minum apalagi sehabis makan.
Sariawan dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali sariawan akibat jamur yang harus diobati
dengan obat antijamur. Masa penyembuhan relatif lama, yaitu seminggu. Jika tak segera diobati,
dapat berkelanjutan meski hanya menyebar di sekitar mulut saja. Tapi jamur yang tertelan dan
melewati pembuluh darah, juga bisa menyebabkan diare.
Saat sariawan, biasanya si kecil enggan makan atau minum. Berikut kiat untuk membantunya
mendapatkan asupan yang dibutuhkan:
Suapi makannya dengan menggunakan sendok secara perlahan-lahan. Usahakan minum
menggunakan sedotan dan gelas, untuk menghindari kontak langsung dengan sariawan serta tak
menimbulkan gesekan dan trauma lebih lanjut.
Berikan makanan yang bertekstur lembut dan cair, pada intinya yang mudah ditelan dan disuapi.
Hindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, agar tidak menambah luka.
Makanan yang banyak mengandung vitamin C dan B serta zat besi, dapat memercepat proses
penyembuhan. Misalnya buah-buahan dan sayuran hijau. Kekurangan vitamin C dapat
memudahkan si kecil mengalami sariawan.
Olesi bagian yang sariawan dengan madu.Jika telah diberi obat, biasanya obat kumur, tetapi tak
juga sembuh, kemungkinan ada penyebab lain. Misalnya kuman yang telah bertambah,
pemakaian obat dengan dosis tak tepat, atau cara memberi makanan yang membuat sariawan si
kecil kembali mengalami trauma di lidah.
Bisa juga lantaran daya tahan tubuh anak yang rendah. Biasanya anak yang sering sariawan,
lebih banyak akibat daya tahan tubuhnya rendah dan kebersihan mulut dan gigi yang tak terjaga.
9. PENCEGAHAN
Tidak ada cara untuk mencegah terpajan pada kandida. Obat-obatan tidak biasa dipakai untuk
mencegah kandidiasis. Ada beberapa alasan: Penyakit tersebut tidak begitu bahaya. Ada obat-
obatan yang efektif untuk mengobati penyakit tersebut. Ragi dapat menjadi kebal (resistan)
terhadap obat-obatan. Memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan terapi antiretroviral (ART)
adalah cara terbaik untuk mencegah jangkitan kandidiasis.
10. EPIDEMIOLOGI
Kolonisasi candida oral telah dilaporkan berkisar dari sekitar 40% sampai 70% dari anak yang
sehat dan dewasa, dengan tingkat lebih tinggi diamati antara anak-anak dengan gigi karies dan
orang dewasa yang lebih tua memakai gigi palsu. Candida kereta tingkat telah terbukti juga
meningkatkan dengan terapi radiasi kanker, diabetes, dan infeksi HIV. kolonisasi Candida dapat
menyebabkan infeksi oportunistik mukosa serta disebarluaskan dan multi-sistem keterlibatan
organ dalam immunocompromised orang.Tingkat infeksi telah dilaporkan sebagai 50% selama
kemoterapi, 70% selama terapi radiasi, dan 90% pada infeksi HIV.
Agen antijamur yang sering digunakan selama radiasi dan kemoterapi untuk mencegah infeksi
oportunistik di antara pasien di bawah perawatan untuk kanker. Selain itu, pengenalan yang
sangat aktif anti-retroviral telah menyebabkan penurunan kejadian kandidiasis oral dan dalam
kasus penyakit refrakter antara orang yang terinfeksi HIV. Efek menguntungkan dari ARV
mungkin melalui efeknya pada pemulihan kekebalan dan kolonisasi orofaringeal lebih rendah
dari spesies Candida atau efek penghambatan langsung pada organisme ragi.
11. KOMPLIKASI
Apabila oral thrush tidak segera ditangani atau diobati maka akan menebabkan kesukaran
minum(menghisap puting susu atau dot) sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan.Oral
thrush tersebut dapat mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan menimbulkan infeksi
usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati maka bayi akan terserang diare.
Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama.
12. ASKEP
3.1 Pengkajian
Anamnesa
Identitas Anak
Nama : An. N
Umur : 18 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal MRS : 15 Desember 2010
Alamat : Surabaya
Identitas Orang tua
Nama Ayah : Tn. R
Nama Ibu : Ny. P
Pekerjaan Ayah/Ibu : PNS
Pendidikan Ayah/Ibu : S.1
Agama : Islam
Alamat : Surabaya
Riwayat Sakit dan Kesehatan
Keluhan utama
Anak N menangis terus (kemungkinan dikarenakan rasa nyeri di mulut dan tubuhnya yang
panas).
Riwayat penyakit saat ini
Anak N menangis terus sejak kemarin, suhu tubuhnya meningkat, pada mulut terdapat bercak
putih serta tidak mau minum ASI.
Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Anak N tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak keluarga yang mengalami penyakit seperti ini.
Riwayat Nutrisi
Minum ASI hanya sedikit.
Riwayat Pertumbuhan
BB sebelum sakit : 12 kg
BB saat sakit : 10 kg
Riwayat Perkembangan
Psikoseksual : Toileting : anak lebih sering mengompol
Psikososial : Anak sering menangis dan sulit bicara
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital : Suhu : 38,5oC
Nadi : 110x/menit
RR : 30 x/menit
Tekanan darah : 99/65 mmHg
B1 (breathing) : normal
B2 (blood) : normal
B3 (brain) : normal
B4 (bladder) : normal
B5 (bowel) : Timbul rasa nyeri dan perih di sekitar mulut, anak tidak mau minum ASI.
B6 (bone) : normal
3.2 Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : anak menangis Kandidasis Hipertermi
DO: T : 38,5oC
Proses infeksi
Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan bentukan berwarna merah dan
mengandung eksudat
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan nafsu makan
Intervensi Keperawatan
Diagnosa : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Kriteria hasil : -Anak tidak menangis
-Suhu tubuh normal : 36,5-37,5oC
Intervensi Rasional
Berikan kompres dingin di sekitar Di ketiak dan lipatan paha terdapat
lipatan misalnya ketiak, lipatan paha banyak pembuluh darah besar.
Hipertermi mengalami vasodilatasi
sehingga harus diberi kompres dingin
agar terjadi vasokonstriksi
Beri anak banyak minum air putih atau Peningkatan suhu tubuh
susu lebih dari 1000 cc/hari mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang banyak.
Suhu ruangan harus diubah untuk
Ciptakan suasana yang nyaman (atur mempertahankan suhu mendekati
ventilasi) normal
Pakaian tipis membantu mengurangi
Anjurkan keluarga untuk tidak penguapan tubuh
memakaikan selimut dan pakaian yang
tebal pada anak Digunakan untuk mengurangi demam
Kolaborasi : pemberian obat anti dengan aksi sentralnya pada
mikroba, antipiretik pemberian cairan hipotalamus, meskipun demam
parenteral mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organisme
dan meningkatkan autodestruksi dari
sel-sel yang terinfeksi
Tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan anak setelah
Evaluasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, dilakukan tindakan keperawatan
pernafasan) setiap 3 jam
Diagnosa : Nyeri akut yang berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan bentukan
berwarna merah dan mengandung eksudat
Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria hasil: Anak tidak menangis, anak tampak rileks
Intervensi Rasional
Anjurkan ibu untuk menggendong dan Anak akan merasa nyaman dalam
menenangkan si anak misalnya dekapan ibunya
mengelus-elus kepalanya
Ajarkan teknik distraksi pada orang tua Mengalihkan perhatian anak
misalnya dengan memberikan anak terhadap nyeri
mainan
Beri analgesik sesuai indikasi Menghilangkan/mengurangi nyeri
Evaluasi status nyeri, catat lokasi, Memastikan kondisi anak setelah
karakteristik, frekuensi, waktu dan dilakukan tindakan keperawatan
beratnya (skala 0-10)
Diagnosa : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
penurunan nafsu makan.
Tujuan : Nafsu makan anak kembali normal
Kriteria hasil : -Anak mau minum ASI
-Anak tidak menangis
-Nutrisi terpenuhi 1000 kkal
Intervensi Rasional
Beri nutrisi dalam keadaan lunak, porsi
1. Memberikan nutrisi yang adekuat
sedikit tapi sering 2. Mencegah kerusakan integritas pada mukosa
Menghindari makanan dan obat-obatan mulut
atau zat yang dapat menimbulkan reaksi
3. ASI merupakan nutrisi untuk anak dan dapat
alergi pada rongga mulut meningkatkan sistem imun anak
Anjurkan pada ibu untuk terus berusaha
4. Membantu klien untuk memenuhi nutrisi enteral
memberikan ASI untuk anak
Kolaborasi pemasangan NGT jika anak
tidak dapat makan dan minum peroral
• Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorang.
• Veracity (kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Sebagian besar anak-anak diajarkan untuk selalu
berkata jujur, tetapi bagi orang dewasa, pilihannya sering kali kurang jelas.
14. PENDKES
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
Menyimpulkan Mendengarkan
3. Penutup 5 Menit
Salam penutup Menjawab salam
F. Media
1. Leaflet : Tentang penyakit oral thrush
2. Poster tentang penyakit oral thrush
G. Sumber/Referensi
a. Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.
b. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
c. FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
d. Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.
H. Evaluasi
Formatif :
Klien dapat menjelaskan pengertian oral thrush
Klien mampu menjelaskan faktor penyebab dari penyakit oral thrush
Klien dapat menjelaskan tanda/gejala penyakit oral thrush
Klien mampu menjelaskan penatalaksanaan oral thrush
Sumatif :
Klien dapat memahami penyakit oral thrush
Source Citation
Sudbery, Peter E. "Growth of Candida albicans hyphae." Nature Reviews Microbiology 9.10
(2011): 737+. Gale Education, Religion and Humanities Lite Package. Web. 23 Nov. 2011.
Document URL
http://go.galegroup.com/ps/i.do?id=GALE%7CA268651930&v=2.1&u=kpt05106&it=r&p=GPS
&sw=w
1. Pengertian :
Karsinoma lidah adalah suatu tumor yang terjadididasar mulut, kadang-kadang meluas kearah
lidah dan menyebabkan gangguan mobilitas lidah (Van de Velde,1999).
1. Etiologi
2. Faktor herediter.
3. Faktor non herediter:
3) Faktor karsinogenik
III.Klasifikasi Tumor :
3. Metastase (M)
1. Patobiologis
1. Diagnostik
1. Rongen Foto
2. Pemeriksaan histopatologik
3. Biopsi
4. Terapi pembedahan
1. Penatalaksanaan
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data Subjektif :
a) Pembekakan
Data Objektif :
ANALISA DATA
Menilai pemenuhan
Berat badan Kaji porsi makan yang kebutuhan gizi tubuh
dihabiskan
stabil
Evaluasi
Timbang berat badan perkembangan kes.
2 Gangguan Komunikasi Ajak bicara pelan- Fungsi mobilitas lidah
komunikasi verbal tidak pelan teratur.
verbal terganggu
Kriteria :
Suara /vokal
jelas.
Share this:
Twitter
Facebook
Terkait
About asuhankeperawatanhaerilanwar
bekerja di rs dr wahidin sudirohusodo makassar
View all posts by asuhankeperawatanhaerilanwar →
Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.
1.
Report
Category:
Documents
Download: 50
Comment: 0
266
views
Share
Comments
Description
makalah
Download 1. Ca. Lidah (makalah)
Transcript
Recommended
presentasi ca lidah
Embriologi Lidah1. Lateral lingual swelling 2. Tuberculum impar 3. Foramen cecum 4. Copula
5. Eppiglottal swelling 6. Laryngeal orifice 7. Arytenoid swellings 8. Pharyngeal…
Makalah Kd 1 CA Colon
ca colon
Makalah Kd 1 CA Colon
ca colon
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma lidah adalah tumor agresif dengan
prognosis buruk. Dalam onkologi sel skuamosa kanker kepala dan leher sering dianggap
bersama-sama…
makalah kanker lidah
KELAINAN LIDAH ERRES TIFANI SEFTY ROHMA NINGRUM TRI AKBARISYAH DESI
SRI ASTUTI DIAH TANJUNG PERMATA 04091004011 04091004012 04091004013
04091004014 04091004015 DOSEN PENGAJAR…
PROSPEK DAN PELUANG USAHA PENGOLAHAN PRODUK Aloe vera L. Oleh : Dyah
Purwaningsih Jurdik Kimia, FMIPA UNY I. PENDAHULUAN Seiring dengan makin
meningkatnya kesadaran masyarakat…
Sken 1 CA Mammae
kanker payudara
ca tahap 1 baru
ok
SKENARIO 1 CA MAMAE.docx
1. Lp CA Tiroid
KANKER TIROID Kanker tiroid merupakan neoplasma sistem endokrin yang terbanyak
dijumpai. Berdasarkan dari “Pathological Based Registration” di Indonesia kanker tiroid…
law
Makalah CA Paru
Makalah CA Colon
Makalah CA Hepar
tugas kmb 2
makalah CA prostat
makalah ca prostat
View more
PENGERTIAN
Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia.
Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan
penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren),
tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner &
Suddart).
B. KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of
the International Headache Society sebagai berikut:
1. Migren (dengan atau tanpa aura)
2. Sakit kepal tegang
3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal
4. Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi struktural.
5. Sakit kepala dikatkan dengan trauma kepala.
6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid).
7. Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor otak)
8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.
9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).
11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau struktur
sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)
12. Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)
C. PATOFISIOLOGI
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala
dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah
otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang
tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari
meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri
besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
Ø Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
Ø Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan
pneumo atau zat kontras ensefalografi.
Ø Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan
liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba
atau cepat sekali.
Ø Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi
alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia
dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi
serebrovasculer akut).
Ø Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache)
dan radang (arteritis temporalis)
Ø Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada
spondiloartrosis deformans servikalis.
Ø Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol
kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher
(spondiloartritis deforman servikalis.
Ø Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi
dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan
sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini
dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan
mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal
yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah
retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang
menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
Ø Fase aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk
menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini
adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit
lemah pada ekstremitas dan pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan
fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan
kerusakan responsivitas CO2.
Ø Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihungkan dengan
fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau
beberapa hari.
Ø Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan
lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.
b. Cluster Headache
Cluster Headache adalah beentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria.
Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa
didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan
sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun
kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang
ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap
klorpromazin.
c. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala,
yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada
tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat
yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan
ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan
simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan
dan obat relaksan otot.
E. PENGKAJIAN
Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari
sakit kepala.
v Data Subyektif
a. Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.
b. Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.
c. Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.
d. Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan interval
diantara sakit kepala.
e. Awal serangan sakit kepala.
f. Ada gejala prodomal atau tidak
g. Ada gejala yang menyertai.
h. Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).
i. Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.
j. Ada alergi atau tidak.
v Data Obyektif
a. Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.
b. Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari – hari.
c. Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.
d. Suhu badan
e. Drainase dari sinus.
Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya ialah:
a. Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau
gangguan organik.
b. Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau terjadi
peningkatan tekanan intrakranial.
c. Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi kesisi yang lain.
d. Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada waktu
bangun tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur.
e. Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.
f. Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.
g. Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada sakit
kepala yang psikogenis.
h. Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus.
i. Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan makanan
yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian juga alkohol.
j. Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam limngkungan kerja
dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.
k. Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.
l. Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.
F. DIAGNOSTIK
1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan
abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan
menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur
tubuh.
3. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak
dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena
penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana
intrakranial.
2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak
adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri
berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat,
tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.
H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana
intrakranial.
Intervensi:
a. Pastikan durasi/episode masalah , siapa yang telah dikonsulkan, dan obat dan/atau terapi apa
yang telah digunakan
b. Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya (misal : berat,
berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.
c. Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi sinus, trauma
servikal, hipertensi atau trauma.
d. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah,
menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi jantung/pernafasan, tekanan
darah.
e. Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang
f. Evaluasi perilaku nyeri
g. Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup, penurunan aktivitas,
penurunan berat badan.
h. Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, seperti mengisolasi
diri.
i. Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, seperti asuransi, pasangan/keluarga
j. Diskusikan dinamika fisiologi dari ketegangan/ansietas dengan pasien/orang terdekat
k. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul.
l. Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi.
m. Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang.
n. Berikan kompres dingin pada kepala.
o. Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan.
p. Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.
q. Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri, dan
reduksi stres dan teknik relaksasi yang lain.
r. Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif “Saya sembuh, saya sedang relaksasi,
Saya suka hidup ini”. Sarankan pasien untuk menyadari dialog eksternal-internal dan katakan
“berhenti” atau “tunda” jika muncul pikiran yang negatif.
s. Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat sesuai
indikasi.
2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung
tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak
adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
Intervensi.
a. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan yang daoat
diajarkan.
b. Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh.
c. Sarankan pasien untuk mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana sakit kepala itu
mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini.
d. Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan seksual.
e. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penagnan, dan hasil yang diharapkan.
f. Kolaborasi
Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat pelatihan sikap
asertif sesuai indikasi.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang
mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.
Intervensi ;
a. Diskusikan etiologi individual dari saki kepala bila diketahui.
b. Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi, seperti stress
emosi, suhu yang berlebihan, alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu.
c. Diskusikan tentang obat-obatan dan efek sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk
menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai indikasi
d. Instruksikan pasien/orang terdekat dalam melakukan program kegiatan/latihan , makanan yang
dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti masase dan sebagainya.
e. Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang normal.
f. Anjurkan pasien/orang terdekat untuk menyediakan waktu agar dapat relaksasi dan bersenang-
senang.
g. Anjurkan untuk menggunakan aktivitas otak dengan benar, mencintai dan tertawa/tersenyum.
h. Sarankan pemakaian musik-musik yang menyenangkan.
i. Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang
berhubungan atau faktor presipitasinya.
j. Berikan informasi tertulis/semacam catatan petunjuk
k. Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau terapi yang
bukan terapi medis
Pengertian Cephalgia Askep Cephalgia Askep Cephalgia Cephalgia atau sakit kepala adalah
salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala
bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon
stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon
tersebut (Brunner & Suddan ) Klasifikasi Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan
oleh Headache Classification Cimitte of the International Headache Society sebagai berikut: 1.
Migren (dengan atau tanpa aura) 2. Sakit kepala tegang 3. Sakit kepala klaster dan hemikrania
paroksismal 4. Berbagai sakit kepala yang dikaitkan dengan lesi struktural. 5. Sakit kepala
dikaitkan dengan trauma kepala. 6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis.
Perdarahan subarakhnoid). 7. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan intrakranial non
vaskuler ( mis. Tumor otak) 8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus
obat. 9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik. 10. Sakit kepala yang dihubungkan
dengan gangguan metabolik (hipoglikemia). 11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan
dengan gangguan kepala, leher atau struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut) 12. Neuralgia
kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial) Patofisiologi Sakit kepala timbul sebagai hasil
perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap
nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan
frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka
nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura
basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak.
Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri. Perangsangan terhadap bangunan-
bangunan itu dapat berupa: Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis. Iritasi kimiawi terhadap
selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras
ensefalografi. Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan
lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun
tiba-tiba atau cepat sekali. Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada
infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti
hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska
contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut). Gangguan pembuluh darah ekstrakranial,
misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis) Gangguan
terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis
deformans servikalis. Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus
(sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi)
dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis. Ketegangan otot kepala, leher bahu
sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala
sininim dari pusing kepala. Manifestasi Klinis a. Migren Migren adalah gejala kompleks yang
mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi
berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh
gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai
kecenderungan kuat dalam keluarga. Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan
hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi
arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan
ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Migren klasik
dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu: 1. Fase aura. Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat
memberikan kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah
serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan,
perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing. Periode aura
ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi
awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan
responsivitas CO2. 2. Fase sakit kepala Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan
tidak mampu yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi,
beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari. 3. Fase pemulihan Periode kontraksi otot leher
dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya
terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang. b. Cluster Headache Cluster Headache
adalah bentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam
bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan
menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung.
Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya. Tipe
sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang
ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap
klorpromazin. c. Tension Headache Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi
pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang.
Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher.
Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung
kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini
merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk
memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot. Cephalgia
Cephalgia Pengkajian Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang
penyebab dan sifat dari sakit kepala. 1. Data Subyektif a. Pengertian pasien tentang sakit kepala
dan kemungkinan penyebabnya. b. Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress. c.
Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan. d. Tempat, frekwensi, pola dan
sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan interval diantara sakit kepala. e. Awal
serangan sakit kepala. f. Ada gejala prodomal atau tidak g. .Ada gejala yang menyertai. h.
Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren). i. Situasi yang
membuat sakit kepala lebih parah. j. Ada alergi atau tidak. 2. Data Obyektif a. Perilaku : gejala
yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri. b. Perubahan kemampuan dalam
melaksanakan aktifitas sehari – hari. c. Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik
sistem saraf cranial. d. Suhu badan e. Drainase dari sinus. Dalam pengkajian sakit kepala,
beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya ialah: a. Sakit kepala yang
terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau gangguan organik. b. Sakit
kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau terjadi peningkatan
tekanan intrakranial. c. Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi ke sisi yang lain. d.
Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada waktu bangun
tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur. e. Sakit kepala tipe sinus timbul
pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk. f. Banyak sakit kepala yang berhubungan
dengan kondisi stress. g. Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada,
sering terjadi pada sakit kepala yang psikogenis. h. Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang
tetap dan sifatnya bertambah terus. i. Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala
bisa didahului makan makanan yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine
demikian juga alkohol. j. Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam
lingkungan kerja dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala. k. Obat
kontrasepsi oral dapat memperberat migrain. l. Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala
perlu dikaji. Diagnostik 1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan
aman untuk menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat. 2. MRI Scan, dengan tujuan
mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan menggunakan tehnik scanning
dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh. 3. Pungsi lumbal, dengan
mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak dilakukan bila diketahui
terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang
mendadak akibat pengambilan CSF. Diagnosa Keperawatan Cephalgia 1. Nyeri b.d stess dan
ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial. 2. Koping
individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat,
kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat,
ancaman berlebihan pada diri sendiri. 3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif. Rencana
Asuhan Keperawatan Cephalgia 1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf,
vasospasme, peningkatan tekana intrakranial. Intervensi: a. Pastikan durasi/episode masalah ,
siapa yang telah dikonsulkan, dan obat dan/atau terapi apa yang telah digunakan b. Teliti keluhan
nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya (misal : berat, berdenyut,
konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan. c. Catat kemungkinan
patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi sinus, trauma servikal, hipertensi atau
trauma. d. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh,
gelisah, menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi jantung/pernafasan,
tekanan darah. e. Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang f. Evaluasi perilaku
nyeri g. Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup, penurunan
aktivitas, penurunan berat badan. h. Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi
dari pasien, seperti mengisolasi diri. i. Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang
terdekat, seperti asuransi, pasangan/keluarga j. Diskusikan dinamika fisiologi dari
ketegangan/ansietas dengan pasien/orang terdekat k. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri
dengan segera jika nyeri itu timbul. l. Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan
indikasi. m. Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang. n. Berikan kompres
dingin pada kepala. o. Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai
kebutuhan. p. Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan. q.
Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri, dan reduksi
stres dan teknik relaksasi yang lain. r. Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif
“Saya sembuh, saya sedang relaksasi, Saya suka hidup ini”. Sarankan pasien untuk menyadari
dialog eksternal-internal dan katakan “berhenti” atau “tunda” jika muncul pikiran yang negatif. s.
Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat sesuai
indikasi. 2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem
pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping
tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri. Intervensi; a. Dekati pasien
dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan yang daoat diajarkan. b.
Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh. c. Sarankan pasien untuk
mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana sakit kepala itu mengganggu kerja dan
kesenangan dari hidup ini. d. Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan seksual. e.
Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penagnan, dan hasil yang diharapkan. f.
Kolaborasi Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat
pelatihan sikap asertif sesuai indikasi. 3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif. Intervensi ;
a. Diskusikan etiologi individual dari saki kepala bila diketahui. b. Bantu pasien dalam
mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi, seperti stress emosi, suhu yang
berlebihan, alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu. c. Diskusikan tentang obat-obatan dan
efek sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai
indikasi d. Instruksikan pasien/orang terdekat dalam melakukan program kegiatan/latihan ,
makanan yang dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti masase dan
sebagainya. e. Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang normal. f. Anjurkan pasien/orang
terdekat untuk menyediakan waktu agar dapat relaksasi dan bersenang-senang. g. Anjurkan
untuk menggunakan aktivitas otak dengan benar, mencintai dan tertawa/tersenyum. h. Sarankan
pemakaian musik-musik yang menyenangkan. i. Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit
kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan atau faktor presipitasinya. j.
Berikan informasi tertulis/semacam catatan petunjuk k. Identifikasi dan diskusikan timbulnya
resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau terapi yang bukan terapi medis Daftar Pustaka 1.
Barbara C Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran, Bandung. 2. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar keperawatan
Medikal Bedah, EGC, Jakarta. 3. Marlyn E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman untukPerencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta. 4.
Priguna Sidharta, 1994, Neurogi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta. 5. Susan
Martin Tucker, 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Perawatan, Diagnosa dan Evaluasi,
Edisi V, Vol 2, EGC, Jakarta. 6. Sylvia G. Price, 1997, Patofisologi, konsep klinik proses –
proses penyakit. EGC, Jakarta Artikel yang Berhubungan : Pengkajian Keperawatan Tingkat
Kesadaran Askep AMI Kumpulan Askep Tags: Askep, askep cephalgia, asuhan keperawatan
cephalgia, sakit kepala Artikel Lain Pentingnya Kesadaran Fisik Mental Dan Spiritual Dalam
Menjaga Kesehatan Penyebab Penurunan Daya Konsentrasi SOP Pemberian Obat Injeksi
Intravena Perset Tips Membersihkan Telinga Dengan Aman Tips Menjaga Kesehatan Mata Tips
Mengatasi Kantung Mata Dan Mata Panda Secara Alami Pelayanan Admission Penanggulangan
Bencana Internal Rumah Sakit Dari Bahaya Gempa Bumi Penanggulangan Bencana Internal
Rumah Sakit Dari Bahaya Kebakaran Respon Obat Yang Tidak Diinginkan Kategori Analis (1)
Anatomi Fisiologi (3) Askep (9) Askep Anak (11) Askep Bedah (13) Askep Gerontik (1) Askep
Interna (11) Askep Jiwa (1) Askep Kulit (4) Askep Mata (2) Askep Maternitas (2) Askep Paru
(1) Askep Saraf (5) cedera olahraga (3) Diet (6) gawat darurat (16) Keperawatan (67) Kesehatan
Balita (8) Manajemen Keperawatan (1) Pemeriksaan fisik (3) Pengkajian (10) Protap (26) Syok
(6) Tips Sehat (27) Download ASKEP Tags air susu ibu alergi Askep asma asuhan keperawatan
asuhan keperawatan kanker avpu bab berat badan biomekanika trauma buang air besar defekasi
dehidrasi demam diabetes mellitus Diet diet sehat gcs hipertensi infeksi saluran pernafasan akut
ispa kateter kateterisasi urine kepuasan klien kompres hangat makp menu makanan anak model
asuhan keperawatan nadi o2 oksigen pengkajian keperawatan pireksia prinsip pemberian obat
Rabies respirasi suhu tubuh Syok terapi oksigen timbang terima tingkat kesadaran triage unit
gawat darurat ureter urine [SEO Monitor by MyPagerank.Net] Msn bot last visit powered by
MyPagerank.Net [Googlebot last access powered by MyPagerank.Net] Yahoo bot last visit
powered by MyPagerank.Net Tukar Link ? Copy kode dibawah ini, kemudian paste di blog
Anda:
Tampilan akan seperti ini : [NursingBegin.com - Kumpulan Askep - Tips Kesehatan] Langganan
Artikel Enter your Email Preview | Powered by FeedBlitz [Subscribe to get updates by email, IM
and more!] Menu Anak My Facebook Nursing Begin Create Your Badge widgeo.net Copyright
© 2008 - 2016NursingBegin.com All Rights Reserved. Copyright © 2008 - 2016
NursingBegin.com.