Вы находитесь на странице: 1из 54

BAB V

GAMBARAN AREA PENELITIAN

5.1. Pendahuluan

5.1.1 Latar belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi

bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial

dan ekonomis. Kesehatan itu sendiri adalah keadaan sejahtera dari badan,

jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara

sosial dan ekonomis.

Setiap orang berhak atas kesehatan, seperti disebutkan dalam UU

Republik Indonesia No 36 tentang kesehatan pasal 4. Dan setiap orang

juga berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Menigkatkan derajat kesehatan dapat dilakukan melalui upaya kesehatan.

Upaya kesehatan ditujukan kepada semua orang baik ibu, bayi, balita,

anak maupun lansia.

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang evidence based diarahkan

untuk penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat

waktu. Untuk itu, peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat

penting dan semakin dibutuhkan dalam manajemen kesehatan oleh

berbagai pihak. Masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan dan

hasil pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah,

terutama terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan

langsung dengan kesehatan mereka. Kepedulian masyarakat akan

informasi kesehatan ini memberikan nilai positif bagi pembangunan

150
151

kesehatan itu sendiri. Untuk itu pengelola program harus bisa

menyediakan dan memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat

dengan dikemas secara baik, sederhana, informatif, dan tepat waktu.

Profil Kesehatan Puskesmas Abadijaya erupakan salah satu

dokumentasi dari Sistem Informasi Kesehatan yang dapat memberikan

gambaran perkembangan situasi kesehatan khusus nya di wilayah

administratif Puskesmas Abadijaya yang terbit setiap satu tahun sekali.

5.1.2. SISTEMATIKA PENYAJIAN

Sistematika penulisan Profil Kesehatan Puskesmas Abadijaya ini

terdiri dari :

1. Pendahuluan, bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan

profil kesehatan dan sistematika dari penyajiannya


2. Gambaran Umum, bab ini menyajkan tentang gambaran umum

wilayah Puskesmas Abadijaya. Selain uraian tentang letak

geografis, administratif, dan informasi umum lainnya, bab ini

mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan

faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi, pendidikan,

sosial budaya dan lingkungan.


3. Situasi Derajat Kesehatan, bab ini berisi uraian tentang indikator

mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status

gizi masyarakat.
4. Situasi Upaya Kesehatan, bab ini menguraikan tentang

pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan

penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan

kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi

masyarakat, pelayanan kefarmasian, dan alat kesehatan,

pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan

kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir

indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang


152

Kesehatan serta upaya kesehatan lainnya yang diselenggarakan

oleh Puskesmas Abadijaya.

5. Situasi Sumber Daya Kesehatan, bab ini menguraikan tentang

sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan

sumber daya kesehatan lainnya.


6. Kesimpulan, bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting

yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil

Kesehatan Puskesmas Abadijaya.Selain keberhasilan-

keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-

hal yang di anggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan

pembangunan kesehatan.
7. Pada bagian ini adalah lampiran yang berisi tabel resume/angka

pencapaian kabupaten /kota dan 79 tabel data kesehatan dan

yang terkait kesehatan yang responsif gender.

5.2 Gambaran Umum

5.2.1 Luas Wilayah

Luas wilayah Puskesmas Abadijaya ± 472 ha, terletak di Kelurahan

Abadijaya Kecamatan Sukmajaya Kota Depok. Wilayah kerja Puskesmas

berbatasan dengan :

- Sebelah Utara : Kelurahan Bhaktijaya


- Sebelah Selatan : Kelurahan Sukmajaya
- Sebelah Barat : Kelurahan Mekarjaya
- Sebelah Timur : Kelurahan Cimanggis

Wilayah kerja Puskesmas Abadijaya Meliputi 2 Kelurahan,

dimana kelurahan terdekat berjarak 1 Km dan jarak terjauh 5 Km.

Sarana transportasi cisalak ke arah Puskesmas mengitari jl raya Jakarta

Bogor sehingga jaraknya menjadi jauh. Kunjungan Puskesmas hampir

90 % dari penduduk Abadijaya, penduduk kelurahan Cisalak lebih


153

memilih pelayanan kesehatan ke Puskesmas Cimanggis karena sarana

transfortasi lebih mudah.

5.2.2 Jumlah Dan Pertumbuhan Penduduk

Gambaran suatu wilayah memiliki berbagai potensi sumber daya,

dapat dilihat dari salah satu sisi, yaitu Sumber Daya Manusia. Seperti

diketahui, Sumber Daya manusia (SDM) sebagai salah satu faktor

strategis. Karena disadari posisi mereka bukan hanya sebagai sasaran

dari berbagai program pembangunan akan tetapi juga SDM akan

berfungsi sebagai pemikir, perencana, sekaligus pelaksanadari berbagai

program pembangunan.

Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur

Puskesmas Abadijaya Tahun 2013


KELOMPOK JUMLAH PENDUDUK

NO UMUR LAKI-
LAKI-LAKI PEREMPUAN
(TAHUN) LAKI+PEREMPUAN
1 2 3 4 5

1 0–4 3,791 3,539 7,330


2 5–9 3,645 3,403 7,048
3 10 – 14 3,281 3,169 6,450
4 15 – 19 3,318 3,491 6,809
5 20 – 24 3,731 3,966 7,697
6 25 – 29 4,335 4,165 8,500
7 30 – 34 3,958 3,727 7,685
8 35 – 39 3,542 3,454 6,996
9 40 – 44 2,979 2,997 5,976
10 45 – 49 2,441 2,579 5,020
11 50 – 54 2,045 2,149 4,194
12 55 – 59 1,636 1,590 3,226
13 60 – 64 1,009 1,045 2,054
14 65 – 69 741 646 1,387
15 70 – 74 382 381 763
16 75-79 159 225 384
17 80-84 77 106 183
18 85-89 37 22 59
19 90-94 4 19 23
20 95+ 4 8 12
154

JUMLAH 41,115 40,681 81,796


Sumber: Proyeksi Penduduk

Jumlah penduduk merupakan modal yang potensial dan sangat

menguntungkan bila diimbangi dengan peningkatan kualitas yang baik.

Namun bila tidak, justru akan menjadi beban dan kendala dalam

kegiatan pembangunan. Jumlah penduduk yang besar tetapi

kesejahteraannya tidak terjamin akan menimbulkan masalah besar yang

umumnya dialami negara-negara yang sedang berkembang seperti

Indonesia, yaitu kemiskinan. Atas dasar pemikiran ini pembangunan

manusia dititik beratkan pada peningkatan kualitas SDM yang sejalan

dengan pertumbuhan ekonomi. Penitikberatan pada kualitas SDM

diperlukan karena penduduk yang besar hanya akan dapat merupakan

aset pembangunan jika “kualitasnya” (dilihat dari derajat kesehatan dan

atau tingkat pendidikan) cukup baik. Jumlah penduduk yang besar

disadari hanya nerupakan beban pembangunan jika berkualitas rendah

apabila dilihat dari komposisinya secara sosial dan budaya yang sangat

beragam.

Angka laju pertumbuhan penduduk Puskesmas Abadijaya relatif

stabil, perubahan dari tahun ke tahun tidak terlalu besar. Hal ini

mengindikasikan adanya pengaruh cukup besar dariterjadinya

perubahan sosial, disamping tingkat fertilitas yang cenderung menurun.

Perubahan sosial (Social change) penduduk yang terjadi di Depok pada

umumnya karena semakin sadarnya penduduk untuk mengatur jumlah

kelahiran akibat semakin tingginya biaya hidup yang harus ditanggung

oleh kepala rumah tangga, terutama untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari, biaya kesehatan dan biaya pendidikan.


155

Laju pertumbuhan yang cukup tinggi ini masih harus diantisipasi

oleh pemerintah daerah Puskesmas Abadijaya dalam penyediaan

berbagai fasilitas pelayanan umum yang diperlukan seperti fasilitas

kesehatan, pendidikan, maupun dalam pemenuhan kebutuhan pokok

seperti pangan dan papan.

5.2.3. Komposisi Menurut Umur Dan Jenis Kelamin

Dari 81.796 jiwa penduduk di wilayah Puskesmas Abadijaya

Depok ternyata sebanyak 41115 jiwa atau 50.66 persen adalah laki-laki

dan 40651 jiwa atau 49.34 persen adalah perempuan, dengan rasio jenis

kelamin (sex ratio) sebesar 102.69. Dilihat dari data yang dihasilkan

bahwa jumlah penduduk Puskesmas Abadijaya antara laki-laki dan

penrempuan hampir seimbang. Pada kelompok umur 0-14 tahun jumlah

penduduk laki-laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk

perempuan, begitu juga penduduk usia 30-59 tahun bahwa penduduk

laki-laki lebih banyak dari pada penduduk perempuan. Pada kelompok

umur 15-44 tahun penduduk perempuan lebih banyak dari pada

penduduk lali-laki.

Situasi kependudukan di suatu wilayah, selain digambarkan

melalui laju pertumbuhan penduduk dan rasio jenis kelaminnya, juga

dapat tercermin dari komposisi penduduk menurut kelompok

umurnya, seperti yang disajikan di Tabel II.2. Dari tabel ini terlihat,

ada sebanyak 500.590 orang atau 27.60 persen penduduk yang

termasuk kelompok usia belum produktif secara ekonomi yaitu

berumur 0-14 tahun.

Piramida penduduk adalah grafik yang menunjukkan konmposisi

penduduk pada suatu periode yang diperlihatkan berdasarkan jenis

kelamin. Gambaran penduduk secara cepat dapat dilihat melalui


156

piramida ini. Sepintas terlihat jumlah penduduk laki-laki seimbang

dengan jumlah penduduk perempuan. Penduduk yang mendonimasi

dari sisi jumlah adalah penduduk yang berumur bibawah 10 tahun dan

penduduk 25-34 tahun, sementara penduduk yang sedikit jumlahnya

adalah orang tua usia 60 tahun keatas.

Tabel 5.2 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis

Kelamin Di Puskesmas Abadijaya Tahun 2013

No Pkm Jenis Kelamin Jml Luas Kepadatan


L P
abadijaya Wilayah penduduk

(Km2) (Km2)
1 Pkm 4111 40681 81796 ± 472 ha 4.977

Abadijaya 5

5.2.4. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)

Berdasarkan komposisi penduduk menurut kelompok umur

seperti yang disajikan pada Tabel 5.2 di atas, dapat diturunkan indikator

yang dapat digunakan sebagai salah satu indikator ekonomi yaitu Angka

Beban Tanggungan yang merupakan perbandingan atau rasio antara

penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan usia 65 tahun keatas

dengan penduduk usia produktif (15–64 tahun). Besarnya Angka Beban

Tanggungan ini menunjukkan beban tanggungan ekonomi penduduk

usia produktif.

Angka beban tanggungan juga berkaitan erat dengan masalah

ketenaga kerjaan. Semakin banyak penduduk usia produkttif yang tidak

bekerja, maka juga akan meningkatkan angka beban tanggungan.

Jumlah penduduk yang didominasi oleh usia kerja akan menjadi

tantangan berat bagi pembangunan karena jumlah berbagai kebutuhan

yang harus dipenuhi relatif lebih besar terutama sandang, pangan,


157

pendidikan dan kesejahteraan lainnya disamping itu juga golongan usia

muda akan meningkatkan jumlah angkatan kerja padahal untuk jumlah

ini belum tentu pula tersedia lapangan kerja, karena yang berusia

diatasnya juga masih banyak yang menganggur.

Semakin mengecil angka beban ketergantungan akan semakin

baik kondisi perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Semakin

tinggi Angka Beban Tanggungan menunjukkan penduduk di suatu

wilayah semakin mundur karena beban ekonomi penduduk usia

produktif semakin berat.

Tabel 5.3 Angka Beban Tanggungan

Puskesmas Abadijaya Tahun 2013

Kelompok L P

Umur
0-14 19,889 20,828
15-64 55,561 58,157
65+ 2,686 2,811
Rk (%) 44,13 43,81

Pada tahun 2013, jumlah penduduk yang belum produktif

sebanyak 20.828 orang dan jumlah penduduk usia yang sudah tidak

produktif lagi sebesar 2.811 orang sementara jumlah penduduk usia

produktif sebanyak 58157 orang sehingga angka beban tanggungan

penduduk sebesar 30.81 persen yang artinya setiap 100 penduduk usia
158

produktif menanggung beban hidup sebanyak 30 orang yang belum

produktif dan yang sudah tidak produktif lagi.

Dari hasil hitungan di atas, dapat dikatakan penduduk wilayah

puskesmas Abadijaya Puskesmas Abadijaya sudah mulai maju karena

Angka Beban Tanggungannya sudah kurang dari lima puluh persen

yaitu sebesar 43.81 persen. Sesuai dengan semangat membangun kota

layak anak, pemerintah Puskesmas Abadijaya beserta dinas dan instansi

terkait nampak harus terus mengupayakan berbagai program bagi

perkembangan dan fasilitas anak-anak di Puskesmas Abadijaya. Tahun

2013 ini pemerintah Puskesmas Abadijaya sudah memberikan

kesempatan sekolah gratis di sekolah-sekolah negeri dan bea siswa

untuk siswa prestasi, demikian juga dibidang kesehatan.

5.2.5. Angka Melek Huruf (AMH)

Karena mempunyai peranan yang sangat penting, kemampuan

membaca ini dijadikan salah satu indikator penting untuk mengukur

output pendidikan. Secara matematis, angka ini memperlihatkan rasio

antara yang dapat membaca/menulis dengan jumlah penduduk diatas

usia sepuluh tahun dalam satuan ratusan.

Tabel di atas menyajikan persentase penduduk di Puskesmas

Abadijaya pada tahun 2013 yang mempunyai kemampuan membaca

dan menulis. Jumlah penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis

sekitar 7.90 persen dari jumlah penduduk yang berusia 10 tahun ke atas.

Persentase penduduk laki-laki yang bisa membaca dan menulis sebesar

78.136 persen, sedangkan untuk perempuan adalah sebesar 71.960

persen. Persentase perempuan untuk melek huruf ini lebih rendah dari

laki-laki, perlu penekanan lebih bagi perempuan untuk meningkatkan

kemampuan diri, karena perempuan mempunyai peranan yang lebih


159

dominan dalam mendidik anak-anak di dalam keluarga. Peranan ini

sangat penting, karena keberhasilan generasi yang akan datang sangat

ditentukan oleh kemampuan ibu untuk dapat mendidik anak-anaknya.

Tentunya hal ini juga tidak lepas dari peranan penting sang ayah sebagai

kepala keluarga.

Tabel 5.4 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Jenis

Kelamin Dan Kemampuan Membaca/Menulis, Di Puskesmas Abadijaya

Tahun 2013

Kemampuan Laki-laki Perempuan Laki-laki +

Membaca/Menulis Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Dapat 82% 99.7% 75%

Tidak Dapat 18% 0.3% 25%

JUMLAH 100,00 100,00 100,00

5.2.6. Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan

Pendidikan yang ditamatkan merupakan indikator pokok kualitas

pendidikan formal. Tingginya tingkat pendidikan yang dapat dicapai

oleh rata-rata penduduk suatu wilayah akan mencerminkan taraf

intelektualitas wilayah yang bersangkutan.


160

Tabel 5.5 Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun Keatas Menurut Jenis

Kelamin Dan Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Di Puskesmas Abadijaya

Tahun 2013

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Laki-laki +

Yang Ditamatkan Perempuan


(1) (2) (3) (4)
Tidak Punya Ijazah 21.82 22.14 21.98
Tamat SD/MI/Sederajat 19.7 20.8 20.24
Tamat SLTP/MTs/Sederajat 23.5 28.6 26.01
Tamat SMU/MA/Sederajat 23.5 19.2 22.04
Tamat Akademi (DIII/Sarmud) 24.9 5.2 1.72
Tamat Universitas (DIV/S1) 3.9 4.1 4.01
J U M LAH 100,00 100,00 100,00

Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa penduduk 10 tahun keatas

yang tidak punya ijazah adalah sebesar 21.98 persen, tamat

SD/MI/Sederajat 20.24 persen, tamat SLTP/MTs /Sederajat sebesar 26.01

persen, tamat SMU/SMK Kejuruan 22.04 persen dan tamat Diploma 1.72

persen dan Universitas sebesar 4.01 persen.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa persentase perempuan yang masuk

dalam kelompok tamat SD lebih besar bila dibandingkan dengan laki-

laki, yaitu sebesar 20.8 persen perempuan dan untuk laki-laki sekitar 19.7

persen. Demikian juga hal untuk tingkat SMP bahwa perempuan yang

tamat SMP lebih besar dari pada laki-laki. Untuk tingkatan SLTA

pendidikan tertinggi yang ditamatkan lebih besar laki-laki dari pada

perempuan. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan, persentase perempuan lebih kecil bila dibandingkan dengan

laki-laki.

5.3 Situasi Derajat Kesehatan

Untuk mengetahui gambaran derajat kesehatan masyarakat dapat

diukur dari indikator-indikator yang digunakan antara lain angka kematian,


161

Umur Harapan Hidup, angka kesakitan serta status gizi. Indikator tersebut

dapat diperoleh melalui laporan dari fasilitas kesehatan (fasility based) dan

data yang dikumpulkan dari masyarakat (community based). Tetapi dalam

penyajian data angka kematian baik angka kematian ibu, bayi, atau balita

dalam profil ini di sajikan data Jumlah Kematian.

5.3.1 Jumlah Kematian

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat

dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di

samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator

dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program

pembangunan kesehatan lainnya. Jumlah kematian pada umumnya dapat

dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian.

a) Jumlah Kematian Bayi

Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat

diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di

rumah, sedangkan data kematian di fasilitas kesehatan hanya

memperlihatkan kasus rujukan. Gambaran perkembangan terakhir

mengenai Jumlah Kematian bayi dari Bidang Pelayanan Kesehatan

Masyarakat (Yankesmas)Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi (Kesga

dan Gizi) Dinas Kesehatan Puskesmas Abadijaya, dapat dilihat pada

gambar berikut :

Gambar 5.1 Jumlah Kematian Bayi

di Puskesmas Abadijaya Tahun 2011-2013


162

14
10
9
8
7
6
2011
5
4 3 2012
3 2013
2
1
0
0
ANGKA KEMATIAN BAYI

Pada gambar di atas menunjukkan adanya Kenaikan Jumlah

kematian bayi bila dibandingkan dengan jumlah kematian bayi pada

tahun 2012. Selain Pada tahun 2013 dari data yang dikumpulkan KIA

PKM Abadijaya terdapat 14 kasus kematian bayi dari 1867 kelahiran

hidup, angka terbesar kasus kematian BBLR sebanyak 12 BBLR

,namun angka ini belum bisa menggambarkan Jumlah kematian bayi

yang sebenarnya di populasi.

Ada banyak faktor yang mempengarui Jumlah kematian bayi

tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan dan

faktor yang kurang dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor

aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang

terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah pola perilaku

hidup merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap

Jumlah Kematian Bayi.

b) Jumlah Kematian Balita

Pada Tahun 2013 di temukan 10 kasus balita meninggal.

c) Jumlah Kematian Ibu Maternal

Jumlah kematian Ibu di Puskesmas Abadijaya mengalami turun

naik setiap tahunnya, dapat dilihat pada tabel berikut :


163

Gambar 5.2 Jumlah Kematian Ibu Maternal

di Puskesmas Abadijaya Tahun 2010-2012


2
2

2
1 1
2011
1
2012
1 2013

ANGKA KEMATIAN IBU

Dari gambar di atas terlihat bahwa jumlah kematian ibu

maternal pada tahun 2011 ada 2 kasus ibu meninggal, tahun 2011 ada 1

kasus meninggal, dan 2013 ada 1 kasus ibu nifas meninggal .

Angka kesakitan pada penduduk di peroleh dari data yang

berasal dari masyarakat (community Base data) melalui pengamatan

(surveilans) dan data yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan

(fasilitas Base data) melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin dan

insidentil.

5.3.2. Kasus AFP

Surveilans AFP merupakan kegiatan untuk menjaring semua

penderita yang lumpuh layu pada anak berusia <15 tahun dengan

tujuan untuk memantau adanya transmisi virus-polio liar disuatu

wilayah. Kegiatan ini dilaksanakan oleh pengelola surveilans dibantu

oleh petugas surveilans Puskesmas dan Rumah Sakit. Pada tahun 2013

di Puskesmas Abadijaya tidak ditemui kasus AFP.

Metode kerja yang dilaksanakan selama ini yaitu setelah

mendapatkan laporan ada kasus AFP selanjutnya kasus dilacak di

laporkan ke Dinkes dan diambil spesimen tinjanya kurang dari 48 jam

setelah laporan diterima, kemudian seluruh hasil pemeriksaan

spesimen dikirim ke laboratorium, sehingga didapatkan hasil positif


164

atau tidak. Penentuan hasil pengiriman specimen mengacu pada

pedoman yang ditetapkan oleh WHO dan DEPKES sehingga

specimen yang diterima harus 100% adekuat. Setelah dilakukan

pengambilan specimen 2 kali dengan jangka waktu <48jam, maka

setelah 60 hari dilakukan pemeriksaan ulang untuk melihat residual

paralysisnya, dan jika masih ditemukan sisa kelumpuhan maka

dilakukan diagnosa akhir dengan adanya hasil penanganan dari dokter

spesialis.

5.3.3. TB Paru

Perkiraan penderita TB Paru yaitu sebanyak 93 kasus jumlah

suspek yang dijaring mencapai 44 orang dengan jumlah kasus BTA+

berjumlah 43 Orang. Case Detection Rate (CDR) puskesmas tahun

2012 adalah 46.58% lebih kecil dari indikator yang seharusnya dicapai

yaitu sebesar 80%. Berikut akan disajikan jumlah kasus BTA+ di

Puskesmas Abadijaya tahun 2011-2013.

Gambar 5.3. Jumlah kasus BTA+

di Puskesmas Abadijaya Tahun 2011-2013

43
45
40
34 34
35
30
25 2011
20 2012
2013
15
10
5
0
KASUS BTA (+)
165

Dari gambar di atas terlihat bahwa angka kejadian kasus baru

BTA+ dari tahun 2011-2013.mengalami peningkatan yakni dari 34

penderita menjadi 43 penderita Untuk angka kesembuhan pada tahun

2013 yaitu dengan dilakukan pengobatan secara lengkap sebanyak 43

penderita dan angka kesuksesan sebesar 100%.

5.3.4. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

ISPA seringkali menjadi penyebab utama kematian pada bayi

dan balita, dimana pneumonia diduga sebagai faktor utama

penyebabnya. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama

kunjungan berobat pasien di Puskesmas dan di Rumah Sakit.

Berdasarkan laporan profil di Puskesmas Abadijaya 55 kasus

pneumonia dan 100% kasus yang di temukan dan ditangani.

Gambar 5.4. Perkembangan angka kesakitan balita Pneumonia

Di Puskesmas Abadijaya Tahun 2011-2013

55
60 52

50

40
2011
30 2012
2013
20

10 2

0
pneumonia

Tahun 2013 angka kesakitan balita karena penumonia

meningkat, perkembangan situasi global saat ini dimana banyak

penyakit ISPA yang bersifat New emerging disease, seperti SARS


166

(Severe Acute Respiratory Syndrome), AI (Avian Influensa/flu

burung) dan H1N1. Upaya pemberantasan penyakit ISPA difokuskan

pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat

pada penderita. Kecepatan keluarga dalam membawa penderita ke unit

pelayanan kesehatan serta ketrampilan petugas dalam menegakan

diagnosis merupakan kunci keberhasilan penanganan penyakit ISPA.

5.3.5. HIV-AIDS dan IMS

Berdasarkan hasil evaluasi program Infeksi Menular Seksual

(IMS) menunjukan bahwa penyakit ini tidak hanya menyerang pada

usia produktif tetapi sudah meningkat pada usia non produktif (anak-

anak bahkan bayi), hal ini menunjukan bahwa trend penyebaran

penyakit ini sudah berubah sehingga program harus mengupayakan

program penanggulangan yang lebih tepat agar penderita yang

terinfeksi pada usia non produktif dapat terjaring. Jumlah Kasus Tahun

2013 sebanyak 0 Kasus,

5.3.6. Kasus Diare

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis

lingkungan, dimana sarana air bersih dan BAB serta perilaku manusia

yang tidak sehat merupakan faktor dominan penyebab penyakit

tersebut. Peningkatan kasus sangat dipengaruhi oleh adanya

perubahan cuaca/musim, terutama terhadap ketersediaan airbersih di

masyarakat. Kasus diare dapat menyebabkan kematian terutama pada

saat Kejadian Luar Biasa (KLB).Pada tahun 2013 di Puskesmas

Abadijaya terdapat 1712 kasus diare ditangani dengan proporsi

sebesar 49.5 %.

Gambar 5.5. Perkembangan kasus Diare Ditangani

Di Puskesmas Abadijaya tahun 2011-2013


167

3417
3500
3000
2500
1806
2000 1688 2011
1500 2012
1000 2013

500
0
ANGKA KEJADIAN DIARE

Dari gambar di atas terlihat kasus diare ditangani pada balita

penurunan. Kasus diare dapat dikorelasikan dengan perbaikan hygiene

sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, karena secara umum

penyakit diare sangat berkaitan dengan kedua faktor tersebut. Upaya

penanggulangan diare dilakukan dengan pemberian oralit dan

penggunaan infus pada penderita, penyuluhan kepada masyarakat agar

meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan

sehari-hari serta melibatkan peran serta kader dalam tatalaksana diare

karena dengan penanganan yang tepat dan cepat ditingkat rumah tangga

maka diharapkan dapat mencegah terjadinya kasus dehidrasi berat yang

dapat mengakibatkan kematian. Tindakan penanganan segera

dilaksanakan dengan melibatkan lintas sektor dan lintas program serta

dengan meningkatkan kesiagaan melalui kegiatan surveilans kasus diare

yang dilaporkan setiap minggu dari laporan posyandu yang ada di

wilayah Puskesmas Abadijaya.

5.3.7. Kasus Kusta

Penyakit Kusta adalah penyakit menular menahun yang

disebabkan oleh Mycobacterium Leprae yang ditandai dengan adanya

bercak putih atau kemerahan pada kulit yang disertai

matirasa/anastesi, penebalan syaraf tepi juga disertai gangguan fungsi

syaraf berupa mati rasa dankelemahan/kelumpuhan pada otot tangan,


168

kaki dan mata, kulit kering serta pertumbuhan rambutyang terganggu

dan adanya kuman Mycobacterium Leprae pada pemeriksaan kerokan

padajaringan kulit (silt-skin smears).

Dalam tabel 5.6. menjelaskan data dari World Health

Organisation (WHO) Penyakit kusta dapat diklasifikasikan menjadi 2

tipe PB (Pausi Basiler) dan MB (Multi Basiler), dengan kriteria

sebagai berikut :

Klasifikasi Kusta PB MB
Jumlah bercak kulit 1-5 >5 1-5 >5
Kerusakam syaraf tepi Hanya 1 syaraf Lebih dari 1 syaraf
Skin smear (BTA) Negatif (-) Positif (+)

Hasil evaluasi program kusta menunjukan bahwa jumlah di

tahun 2012 tidak di temukan penderita kusta baru .

5.3.7. Penyakit Menular Yg Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga

berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, namun diantara

penyakit-penyakit tersebut ada yang dapat dicegah dengan imunisasi

atau biasa disingkat dengan PD3I (Penyakit-penyakit yang Dapat

Dicegah Dengan Imunisasi) antara lain yaitu :

a. Difteri

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Corynebacterium diptheriae, yang ditandai dengan gejala panas

tinggi disertai pseudo membran (selaput tipis) putih keabu-

abuan pada tenggorok yang tak mudah lepas dan mudah

berdarah. Penyakit ini sering kali menjadi penyebab kematian

pada anak-anak, namun penyakit ini dapat dicegah dengan


169

pemberian imunisasi DPT1, DPT2 dan DPT3.Pada tahun 2013,

tidak ada kasus untuk difteri.

b. Tetanus dan Tetanus Neonatorum

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh

Clostridium tetani, terdiri dari Tetanus Neonatorum yaitu

tetanus pada bayi dan tetanus dengan riwayat luka.

Berdasarkan laporan pada tahun 2013 tidak terjadi kasus

tetanus dan kasus tetanus neonatorum. Kejadian kasus tetanus

Neonatorum sebenarnya dapat dicegah dengan upaya

pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan

imunisasi tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil.

c. Campak

Penyakit Campak merupakan penyakit akut yang

disebabkan virus measles yang disebarkan melalui bersin/batuk

dengan gejala awal yaitu demam, bercak kemerahan, batuk-

pilek lalu timbul ruam di seluruh tubuh. Penyakit Campak

sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB), dimana

kematian akibat campak pada umumnya disebabkan

komplikasi dengan penyakit lain seperti meningitis. Tahun

2013 ditemukan 3 kasus Campak.

Gambar 5.6 Gambaran Penderita Campak,

di Puskesmas Abadijaya Tahun 2011-2013


170

3 3
3

2 2011
1 2012
1 2013
1

0
ANGKA KASUS CAMPAK

Pada tahun 2012 kasus campak terjadi 1 Kasus

mengalami peningkatan di tahun 2013 hanya ada 3 kasus

campak .

d. Hepatitis B

Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

Hepatitis B yang dapat merusak hati. Penyebaran penyakit

tersebut bisa melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke

bayi selama proses persalinan dan melalui hubungan seksual.

Infeksi pada anak-anak biasanya tidak menimbulkan gejala dan

kalaupun ada biasanya adalah gangguan pada perut, lemah dan

urine menjadi kuning. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan

menimbulkan cirrhosis hepatis (kanker hati) dan dapat

menimbulkan kematian. Kasus hepatitis B tahun 2013

dilaporkan tidak ada kasus yang terjadi.

e. Pertusis

Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Bardetella pertusis yang ditandai dengan gejala batuk beruntun

dan disertai tarikan nafas hup yang khas serta disertai muntah.

Lama batuk bisa sampai 1-3 bulan sehingga sering disebut

batuk 100 hari. Serangan batuk lebih sering pada malam hari.
171

Pada tahun 2013 tidak ditemukan kasus pertusis di Puskesmas

Abadijaya.

5.3.8. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu

penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat dan sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa

(KLB) sehingga sering menimbulkan kepanikan di masyarakat karena

penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan kematian.

Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang penularannya melalui

gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang hidup

digenangan air bersih di sekitar rumah. Umumnya kasus ini mulai

meningkat saat musim hujan.

Jumlah kasus DBD yang dilaporkan pada tahun 2013 sebanyak

34 orang yang tersebar di 42 RW di wilayah Puskesmas Abadijaya

dengan kasus terbanyak di RW 1 cisalak sebanyak 5 orang dan RW 13

Cisalak sebanyak 4 orang, RW 12 Cisalak sebanyak 2 orang.

Dikelurahan Abadijaya RW 9 sebanyak 4 orang , Abadijaya RW 26 ,

296 dan 17 sebanyak 2 orang ,Hal ini terjadi karena masih banyak

ditemukannya jentik nyamuk di lingkungan rumah dan sekitar Hal ini

perlunya adanya kesadaran masyarakat untuk berperan serta dalam

pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan ”3M PLUS”

(menguras – mengubur - menutup tempat penampungan air) plus

upaya lain yaitu melakukan pemantauan rumah/bangunan bebas jentik

serta melakukan pengenalan dini gejala DBD dan penanganannya di

rumah.

Berdasarkan laporan tahun 2013 diketahui dari 15.051 rumah/

bangunan yang ada, 2320 rumah/bangunan diperiksa dan ada 4984


172

rumah/bangunan bebas jentik (95 %) yang dinyatakan bebas jentik.

Diharapkan pada tahun mendatang capaian angka Bebas Jentik (ABJ)

tersebut dapat ditingkatkan menjadi 100% sehingga tidak memberi

kesempatan nyamuk untuk berkembang biak.

Gambar 5.7. Gambaran Kasus DB di Puskesmas Abadijaya

Tahun 2011-2013
34
35
30
25 21
20 17
2011
15 2012
10 2013

5
0

ANGKA KASUS DBD

5.3.9. Filariasis (Penyakit Kaki Gajah)

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit infeksi menahun

(kronis) yang disebabkan oleh cacing filaria. Penyakit ini ditularkan

oleh berbagai jenis nyamuk yang menyerang saluran dan kelenjar

getah bening yang dapat menimbulkan cacat menetap (seumur hidup)

berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin sehingga dapat

menimbulkan stigma sosial.

Upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan

memutus rantai penularan dan mengobati penderita untuk mencegah

infeksi sekunder. Dalam upaya mencapai eradikasi Filariasis tahun

2020 (WHO), diperlukan alat/sarana yang sensitif untuk penegakan

diagnosis sehingga penderita dapat ditemukan dalam stadium dini dan

tidak sampai menimbulkan kecacatan. (perlu disebutkan upaya di


173

Puskesmas Abadijaya yaitu pengobatan massal filariasis, tahun 2013

tahun ke-5 .Tahun 2013 tidak ada kasus Filariasis Di Wilayah

Puskesmas Abadijaya.

5.4. Status Gizi

Status gizi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

menentukan derajat kesehatan dimana kondisi gizi seseorang sangat erat

kaitannya dengan permasalahan kesehatan karena disamping

merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit

infeksi, kondisi gizi juga secara langsung dapat menyebabkan terjadinya

gangguan kesehatan pada individu. Untuk itu dilakukan pemantauan

terhadap status gizi bayi dan balita karena masa tersebut merupakan

masa emas perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan fisiknya.

5.4.1. Status Gizi Bayi

Masalah status gizi ibu hamil akan berpengaruh terhadap

kesehatan janin yang dikandungnya dan akan berdampak pada berat

badan bayi yang dilahirkan serta juga akan berpengaruh pada

perkembangan otak dan pertumbuhan fisik bayi.

BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram,

merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap

kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori :

BBLR karena premature (usia kandungan < 37 minggu) dan BBLR

karena intrauterine growth retardation (IUGR) yaitu bayi yang lahir

cukup bulan tetapi berat badannya kurang dimana BBLR karena


174

IUGR umumnya disebabkan karena status gizi ibu hamil yang buruk

atau menderita sakit yang memperberat kehamilan.

Berdasarkan laporan profil tahun 2013 diketahui dari 1867

jumlah bayi lahir hidup ada 26 bayi yang BBLR(1.4 %). Jumlah

BBLR tersebut meningkat dibandingkan tahun 2012 ( 7 kasus).

Kenaikan jumlah bayi BBLR tersebut dapat dipengaruhi oleh status

gizi ibu hamil atau adanya penyakit pada ibu yang memperberat

kehamilannya.

Gambar 5.8 Jumlah Bayi Berat Badan Lahir rendah

di Puskesmas Abadijaya Tahun 2011-2013

30 26
25
20
2011
15
2012
10 7
2013
5
0
0
BBLR

BBLR dibutuhkan penanganan terpadu dengan lintas program

dan lintas sektor karena timbulnya masalah penyakit dan status gizi

berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.

5.4.2. Status Gizi Balita

Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan

pengukuran antropometri yang menggunakan indeks berat badan

menurut umur (BB/U) dan dikategorikan dalam ”gizi lebih, gizi baik,

gizi kurang dan gizi buruk”.

Gambar 5.9. Gambaran Status Gizi Balita


175

di Puskesmas Abadijaya Tahun 2012-2013


89.0
90.0 77.0
80.0
70.0
60.0 DITIMBANG BGM
50.0
40.0 BGM DITIMBANG
30.0
20.0
10.0 1.1
1.01 1.4 1.0
1 1.0 1
0.0
ANGKA CAKUPAN GIZI

Kondisi yang dapat dilihat dalam grafik diatas bahwa gizi

baik jauh lebih banyak, tetapi masih terdapat beberapa kasus gizi

yang lain dan untuk gizi kurang dan buruk mengalami penurunan,

pemberian PMT pada balita Gizi kurang terus dilakukan dan

meningkatkan penyuluhan ttg gizi sehingga angka kasus Gizi

kurang segera bias turun.

5.5. Situasi Upaya Kesehatan

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai

upaya pelayanan kesehatan masyarakat.

5.5.1. Pelayanan Kesehatan

Derajat kesehatan keluarga dan masyarakat antara lain ditentukan

oleh kesehatan ibu dan anak sebagai kelompok srategis untuk dilakukan

tindakan peningkatan kesehatan dan pencegahan maupun pengobatan.

Masalah kesehatan ibu dan anak masih merupakan masalah Nasional

yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas

sumber daya manusia pada generasi mendatang. Tingginya angka

kematian ibu dan angka kematian bayi serta lambatnya penurunan

kedua angka tersebut menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan

ibu dan anak sangat perlu untuk ditingkatkan. Dalam meningkatkan


176

kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak maka indikator yang

digunakan adalah angka kematian ibu dan bayi, terdistribusinya buku

KIA pada ibu hamil, dapat diketahuinya pencapaian program serta

masalah yang dihadapi maka dilakukan kegiatan, dan terlaksananya

pembahasan kasus kematian ibu.

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang

sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat

dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat

sudah dapat diatasi.

Seorang ibu mempunyai peran besar didalam pertumbuhan bayi

dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorangibu

yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin

dalamkandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi /

anaknya. Pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi antara lain pelayanan

antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yangdiberikan

di sarana kesehatan mulai Posyandu sampai rumah sakit.

a) Pelayanan Antenatal (K 1 Dan K 4)

Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh

tenaga kesehatan bidan kepada ibu hamil sesuai pedoman.Kegiatan

pelayanan antenatal meliputi pengukuran berat badan dan tekanan

darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

serta pemberian tablet besi pada ibu hamil selama masa kehamilannya.

Titik berat kegiatan adalah promotif dan preventif dan hasilnya terlihat

daricakupan K1 dan K4.

Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan

K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil
177

merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan

kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk

mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan Cakupan K4 ibu hamil

adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan

pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat

kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali

pada trimester dua, dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat

dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu

hamil. Cakupan K1 dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada

gambar berikut.

Gambar 5.10. Persentase cakupan Pelayanan K1 Ibu Hamil

Di Puskesmas Abadijaya Tahun 2011-2013

100 97
95
100
90
80
70
2011
60
50 2012
40 2013
30
20
10
K1

Gambar 5.11. Persentase cakupan Pelayanan K4 Ibu Hamil

Di Puskesmas Abadijaya Tahun 2011-2013

94 96
90

90
70 2011
50 2012
2013
30
10
k4

Dari grafik tersebut terlihat cakupan K1 danK4 di Puskesmas

Abadijaya menunjukan peningkatan yang berarti terjadi peningkatan


178

kualitas pelayanan pada ibu hamil di Puskesmas Abadijaya, namun

cakupan K1 tersebut masih belum memenuhi target SPM sebesar

98%. Sedangkan kunjungan K4 Ibu Hamil di Puskesmas Abadijaya

dalam lima tahun terakhir cukup baik, karena telah melewati target

nasional sebesar 90 %. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran

masyarakat untuk memeriksakan kehamilan meningkat,

b) Pertolongan Persalinan

Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir

sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara

lain disebabkan pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga

kesehatan yang punya kompetensi kebidanan (profesionalisme).

Dari laporan KIA Puskesmas Abadijaya diketahui, pada tahun

2013 jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan

(linakes) sebesar 100%, pencapaian tersebut telah memenuhi target

SPM maupun Indonesia Sehat 2012 sebesar 90%. Adapun

perkembangan cakupan linakes kurun waktu 2011-2013 terlihat pada

gambar 5.12.

Gambar 5.12 Perkembangan cakupan Linakes

di Puskesmas Abadijaya Tahun 2011-2013

100 100 100


100
90
80
70 2011
60
50 2012
40 2013
30
20
10
LINAKES
179

Dari grafik tersebut terlihat bahwa selama tahun 2011-2013

cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas

Abadijaya mencapai 100% cenderung meningkat. Kondisi tersebut

tak lepas dari adanya pengembangan berbagai program kemitraan

bidan dan dukun dalam perencanaan persalinan dan pencegahan

komplikasi (P4K).

c) Ibu Hamil Resiko Tinggi (Risti)/Komplikasi Yang Ditangani

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh bidan di desa dan

Puskesmas, sekitar 20% diantara ibu hamil yang ditemui dan diperiksa

tergolong dalam kasus resiko tinggi/komplikasi yang membutuhkan

rujukan. Kasus resiko tinggi/komplikasi adalah keadaan

penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan

kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb< 8 g%, tekanan

darah tinggi (sistole >140 mmHg, diastole >90 mmHg), oedema nyata,

eklampsia, ketuban pecah dini, perdarahan pervaginam, letak lintang

pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida,

infeksi berat / sepsis dan persalinan prematur.

Berdasarkan laporan KIA Puskesmas Abadijaya, jumlah ibu

hamil resiko tinggi/komplikasi di Puskesmas Abadijaya tahun 2013

sebanyak 432 dan bumil risti yang di tangani sebanyak 432 atau 100%

membutuhkan pelayanan kesehatan rujukan dan semua kasus telah

memperoleh penanganan sesuai prosedur.

d) Pelayanan Nifas

Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinandimana

organ reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untukkembali

normal, walau pada umumnya organ reproduksi akankembali normal


180

dalam waktu 3 bulan pasca persalinan.Dalam masa nifas, ibu

seharusnya memperoleh pelayanankesehatan yang meliputi

pemeriksaan kondisi umum, payudara,dinding perut, perineum,

kandung kemih dan organ kandungan.Karena dengan perawatan nifas

yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian ibu

nifas. Pada tahun 2013 jumlah sasaran ibu bersalin di Puskesmas

Abadijaya sebanyak 1872 orang dan 82 % telah mendapat pelayanan

nifas sesuai standar.

e) Kunjungan Neonatus (KN1 Dan KN2)

Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur

yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya

kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain

dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan

pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal 3 kali, satu

kali pada umur 0-2 Hari (KN1) dan KN2 pada umur 3-7 Hari dan KN3

pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus,

petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi

juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan

tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan

resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif,

pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan

pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu

balita muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah

menggunakan buku KIA.

Tahun 2013, pelayanan KN2 kepada neonatus mengalami

peningkatan yang hanya mencapai 95%, hal ini menunjukan bahwa

kesadaran ibu nifas untuk memeriksakan kesehatan bayinya mulai


181

meningkat bila dibandingkan dengan tahun tahun lalu. Upaya tenaga

kesehatan sangat diperlukan untuk memberikan kesadaran dan

pengertian kepada masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan dini

kepada neonatus, sehingga dapat mendeteksi secara dini penyakit

maupun kelainan yang dialami neonatus.

f) Pelayanan Keluarga Berencana

Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi

terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi

cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita

biasanya antara 15- 49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah

kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih

diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB. Tingkat pencapaian

Pelayanan Keluarga Berencana dapat digambarkan melalui cakupan

peserta KB yang ditunjukan melalui kelompok sasaran program yang

sedang/pernah menggunakan alat kontrasepsi menurut daerah tempat

tinggal, tempat pelayanan serta jenis kontrasepsi yang digunakan

akseptor. Cakupan secara lengkap menurut kecamatan dan puskesmas

dari pelayanan KB dapat dilihat pada lampiran profil ini.

Proporsi wanita umur 15-49 tahun berstatus menikah yang sedang

menggunakan/memakai alat KB, sebagai peserta KB baru tahun 2013

sebanyak 1.351 orang sedangkan peserta KB aktif sebanyak 8.045

orang. Banyaknya peserta KB aktif ini, disebabkan karena pencatatan

dan pelaporan jumlah sasaran PUS yang belum akurat, sehingga banyak

PUS yang tidak tercatat, namun memperoleh pelayanan. Hal ini juga

menunjukan bahwa kesadaran PUS untuk mencegah dan menjarangkan

kehamilan sudah semakin baik.


182

Jenis alat kontrasepsi yang digunakan peserta KB selama tahun

2013, alat kontrasepsi yang banyak diminati adalah suntikan (3319

orang) dan pil KB (2544 orang).

g) Pelayanan Imunisasi

Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi

umur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk

Wanita Usia Subur/Ibu hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD (kelas

1: DT dan Kelas 2 - 3 : TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan

dilakukan atas dasar jika ditemukannya masalah seperti potensial/risti

KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya

berdasarkan kebijakan teknis. Pencapaian Universal Child

Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proyeksi terhadap

cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila

cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti

dalam wilayah tersebut tergambar besarnya tingkat kekebalan

masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang

dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Dalam hal ini Pemerintah menargetkan pencapaian UCI pada

wilayah administrasi kelurahan. Suatu kota telah mencapai target UCI

apabila >80% desa/kelurahan telah mencapai target imunisasi yang

masuk dalam kategori penetapan UCI. Target UCI tahun 2013 untuk

Puskesmas Abadijaya adalah 100% atau 2 Kelurahan, dan semua sudah

memenuhi target UCI. Beberapa Jenis antigen yang masuk dalam

perhitungan UCI suatu wilayah antara lain DPT-HB1, DPT-HB3, Polio

4, BCG, Campak, HB0. Target jangkauan imunisasi bayi ditunjukan

dengan cakupan imunisasi DPT1 karena imunisasi ini merupakan salah

satu antigen kontak pertama dari semua imunisasi yang diberikan


183

kepada bayi. Saat ini vaksin imunisasi DPT telah digabungkan dengan

vaksin imunisasi HB yang lebih dikenal dengan imunisasi DPT-HB

(combo). Sehingga cakupan imunisasi kedua vaksin ini ditampilkan

bersamaan. Gambaran cakupan imunisasi bayi DPT1 dan HB1 pada

tahun 2011-2013 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 5.13. Cakupan Imunisasi Bayi DPT1 dan HB1

Di Puskesmas Abadijaya tahun 2011-2013

95
89
100 83
90
80
70 2011
60
2012
50
40 2013
30
20
10
DPT + HB 1

Pada gambar di atas terlihat bahwa presentase cakupan imunisasi

DPT-1+HB1 tahun 2013 adalah 95 %, Cakupan belum 100 % karena

ada sekelompok masyarakat yang bayi/ anaknya tdk diperbolehkan di

imunisasi.

Maternal dan Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan

salah satu kegiatan imunisasi tambahan yang bertujuan untuk

menurunkan jumlah kasus Tetanus Neonatal di setiap Kabupaten/Kota

hingga <1 kasus per 100 kelahiran hidup per tahun. Pada masa lalu

sasaran kegiatan MNTE adalah calon pengantin dan ibu hamil namun

pencapaian target agak lambat, sehingga dilakukan kegiatan akselerasi

berupa pemberian TT 5 dosis pada seluruh Wanita Usia Subur termasuk

ibu hamil (usia 15-39 tahun).

h) Pelayanan Kesehatan Anak Balita, Usia Sekolah Dan Remaja


184

Pelayanan kesehatan pada kelompok anak balita (pra sekolah),

usia sekolah dan remaja dilakukan melalui deteksi/pemantauan dini

terhadap tumbuh kembang dan kesehatan anak pra sekolah serta

pemeriksaan kesehatan anak sekolah dasar/ sederajat dan pelayanan

kesehatan pada remaja (SMP dan SMU). Cakupan deteksi dini tumbuh

kembang anak balita/pra sekolah adalah cakupan anak umur 0-5 tahun

yang dideteksi kesehatan dan tumbuh kembangnya sesuai standar oleh

dokter, bidan dan perawat paling sedikit dua (2) kali per tahun baik

didalam gedung maupun diluar gedung seperti Posyandu, taman

kanak-kanak, panti asuhan. Sementara untuk pelayanan kesehatan bagi

siwa SD/MI dan siswa`SMP/SMU dan sederajat dilakukan melalui

penjaringan kesehatan bagi murid kelas 1 (satu) SD/MI dan

SMP/SMU.

i) Pelayanan Kesehatan Pra Usila (45-59 Th) Dan Usila (>60 Th)

Seiring bertambahnya Umur Harapan Hidup (UHH) maka

keberadaan para lanjut usia tidak dapat begitu saja diabaikan, sehingga

perlu diupayakan peningkatan kualitas hidup bagi kelompok umur

lanjut usia. Pelayanan kesehatan pra usila dan usila adalah penduduk

usia 45 tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai

standar yang dilakukan oleh tenaga kesehatan baik di Puskesmas, di

Posyandu lansia maupun di kelompok usia lanjut. Pada tahun 2013

jumlah usila di Puskesmas Abadijaya sebanyak 1147 orang yang

mendapatkan pelayanan kesehatan 57.71% .

j) Pemberian Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil

Pada saat periksa kehamilan di sarana kesehatan, ibu hamil akan

mendapatkan tablet Fe yang bertujuan untuk mengatasi dan mencegah


185

terjadinya kasus anemia serta meminimalkan dampak buruk akibat

kekurangan Fe, karena kekurangan Fe pada ibu hamil dapat

mengakibatkan terjadinya abortus, kecacatan bayi atau bayi lahir

dengan berat badan rendah (BBLR). Cakupan ibu hamil yang

mendapatkan Fe-1 (30 tablet) tahun 2013 sebesar 97% dan cakupan

Fe-3 sebesar 95%.

k) Pemberian Kapsul Vitamin A

Upaya perbaikan gizi juga dilakukan pada beberapa sasaran

yang diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap vitamin A,

yang dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada

bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun

(Februari dan Agustus) dan pada ibu nifas diberikan 2 kali. Vitamin A

adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang

berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan

kesehatan mata. Anak yang menderita kurang vitamin A, bila terserang

campak, diare atau penyakit infeksi lain, penyakit tersebut akan

bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akan

menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada

saat yang sama akan mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh.

Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu yang lama juga akan

mengakibatkan terjadinya gangguan pada mata, dan bila anak tidak

segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan. Persentase

pemberian kapsul vitamin A pada bayi 6-11 bulan tahun 2013

sebanyak 97,56% (1160 pada bayi) dan jumlah balita 6 s/d 59

sebanyak 78.58% (4.972 balita ). Hal ini menggambarkan bahwa

perlu meningkatkan kesadaran orang tua balita untuk membawa


186

anaknya ke posyandu maupun sarana kesehatan untuk memperoleh

vitamin A pada bulan Februari dan Agustus.

l) Kesehatan Gigi Dan Mulut

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi pelayanan dasar

gigi di Puskesmas dan usaha kesehatan gigi di sekolah (UKGS).

Kegiatan kesehatan gigi dan mulut meliputi upaya promotif

(penyuluhan), preventif (pemeriksaan gigi) dan kuratif sederhana

seperti pencabutan gigi, pengobatan dan penambalan gigi sementara

dan tetap.

m) Penyuluhan Kesehatan

Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan melalui penyuluhan

kelompok dan penyuluhan massaDiharapkan kegiatan penyuluhan

tersebut semakin ditingkatkan agar dapat menjangkau masyarakat

luas sehingga tujuan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

masyarakat juga meningkat.

5.5.2. Akses Dan Mutu Pelayanan Kesehatan

Penilaian akses dan mutu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari

tingkat kemudahan masyarakat untuk menjangkau sarana kesehatan dan

mutu dari pelayanan kesehatan yang diberikan. Dalam hal akses dapat

dilihat dari kunjungan rawat jalan dan rawat inap pasien sementara untuk

melihat mutu pelayanan dapat dilihat dari kemampuan pelayanan yang

disediakan sarana kesehatan


187

a) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar

Dalam rangka meningkatkan kepersertaan masyarakat dalam

pembiayaan kesehatan, sejak lama dikembangkan berbagai cara untuk

memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat. Pada saat ini

berkembang berbagai cara pembiayaan jaminan pemeliharaan

kesehatan pra bayar di masyarakat mulai dana sehat, tabulin, JPKM,

askes, jamsostek, askeskin sampai asuransi kesehatan swasta.

Dari jumlah penduduk sebesar 81796 jiwa di Puskesmas

Abadijaya pada tahun 2012 hanya 428.190 penduduk yang menjadi

peserta jaminan kesehatan pra bayar dengan peserta askes 13201

orang, peserta jamkesmas 4276 orang dimana pembiayaan ditanggung

oleh pemerintah untuk masyarakat miskin (Pemerintah Pusat) dan

Peserta Jamkesda 9691 peserta. Rendahnya cakupan tersebut mungkin

disebabkan karena kurang pahamnya masyarakat mengenai sistem

jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar..59

66

b) Kunjungan Rawat Jalan

Pada tahun 2013 jumlah kunjungan rawat jalan yang terdiri dari

kunjungan baru dan lama di Puskesmas Abadijaya sebanyak 52344

pasien untuk kunjungan rawat jalan dan 153 pasien kunjungan

gangguan jiwa, yang meliputi kunjungan pasien di Puskesmas.

c) Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Laboratorium

Jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas

Abadijaya tahun 2012 sebanyak 26 yang terdiri dari 1 rumah sakit

umum, 3 RB , 7 klinik dan 9 Apotik, 6 Toko Obat .

d) Sarana Kesehatan Dengan Pelayanan 4 Spesialis Dasar


188

Yang dimaksud sarana kesehatan dengan pelayanan 4 spesialis

dasar adalah sarana kesehatan yang telah mempunyai 4 pelayanan

spesialis dasar yaitu kandungan dan kebidanan, bedah, penyakit dalam

dan anak.Pada tahun 2013 ada 1 rumah sakit di wilayah Puskesmas

Abadijaya, dari rumah sakit tersebut telah mempunyai pelayanan 4

spesialis dasar.

e) Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat (Gadar)

Yang dimaksud sarana kesehatan dengan kemampuan gawat

darurat adalah sarana kesehatan yang terdiri dari rumah sakit (umum,

jiwa,khusus), puskesmas dan sarana kesehatan lain (RB, klinik) baik

milik pemerintah, TNI/Polri maupun sawsta yang telah mempunyai

kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawatdarurat sesuai

standar. Pada tahun 2013 terdapat 18 sarana kesehatan di Puskesmas

Abadijaya semuanya sudah mempunyai Kemampuan pelayanan Gadar

level 1.

5.6. Perilaku Hidup Masyarakat

Banyaknya penyakit yang ada saat ini tidak bisa dilepaskan dari

perilaku yang tidak sehat. Dimana untuk mengubah perilaku masyarakat

merupakan sesuatu yang tidak mudah namun mutlak diperlukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sehingga diperlukan upaya

penyuluhan kesehatan yang terus menerus guna mendorong masyarakat

berperilaku hidup bersih dan sehat.Untuk menggambarkan keadaan

perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan

masyarakat, digunakan 10 indikator antara lain :

5.6.1. Rumah Tangga Sehat (ber-PHBS)


189

Rumah tangga sehat/ adalah rumah tangga yang seluruh

anggota keluarganya telah berperilaku hidup bersih dan sehat yang

meliputi 10 indikator.Dari laporan profil, pada tahun 2013 telah

dilakukan pengkajian PHBS pada 15.051 rumah tangga ada 10.546

rumah tangga yg ber PHBS , 10.546 yang diperiksa ( 89 %) sudah

ber PHBS. Perlu adanya intervensi dari berbagai komponen baik lintas

program, lintas sektor, LSM, swasta dan tokoh masyarakat untuk

berperan aktif dalam membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat

di masyarakat.

5.6.2. Keadaan Lingkungan

Kegiatan upaya penyehatan lingkungan lebih diarahkan pada

peningkatan kualitas lingkungan melalui kegiatan yang bersifat

promotif dan preventif. Adapun pelaksanaannya bersama masyarakat

diharapkan mampu memberikan kontribusi bermakna terhadap

kesehatanmasyarakat karena kondisi lingkungan yang sehat

merupakan salah satu pilar utama dalam pencapaian Indonesia sehat

2012.Untuk memperkecil risiko terjadinya penyakit atau gangguan

kesehatan akibat kondisi lingkungan yang kurang sehat, telah

dilakukan berbagai upaya peningkatan kualitas lingkungan antara lain:

1. Rumah
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi

sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. Rumah

dikategorikan sehat jika memenuhi syarat kesehatan yaitu

memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan

sampah, pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan

hunianrumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari

tanah.
190

Jumlah rumah di Puskesmas Abadijaya Tahun 2013 berdasarkan

profil sebanyak 15.051 rumah dan 2320 ada 10.546 rumah tangga

yg ber PHBS, 10.546 yang diperiksa ( 89 %) sudah ber PHBS

dinyatakan memenuhi syarat kesehatan. Capaian tersebut sudah

memenuhi target Indonesia Sehat sebesar 80%, hal ini tentunya

harus tetap dilakukan upaya pembinaan yang lebih intensif kepada

masyarakt agar memperhatikan kesehatan rumahnya karena rumah

yang sehat dan nyaman akan berdampak bagi penghuninya dalam

meningkatkan produktivitasnya.

2. Akses terhadap jenis sarana air bersih yang digunakan


Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan

akan air bersih semakin bertambah. Berbagai upaya dilakukan agar

akses masyarakat terhadap air bersih meningkat, salah satunya

melalui pendekatan partisipatori yang mendorong masyarakat

berperan aktif dalam pembangunan perpipaan air bersih

didaerahnya.
Dari 2320 keluarga total keluarga di Puskesmas Abadijaya yang

diperiksa sumber air minumnya pada tahun 2013, diketahui 0%

keluarga memanfaatkan air kemasan, sebanyak 0 % menggunakan

air isi ulang, sebanyak 79.1% PDAM, sebanyak 20.9%

menggunakan pompa.
Gambar 3.14
Grafik akses sarana air bersih
191

79.1
80
70
60
50
20.9 PDAM
40
30 POMPA
20
10 POMPA
0 PDAM
SUMBER AIR MINUM

3. Sarana Sanitasi Dasar

Upaya peningkatan kualitas air bersih akan berdampak positif

apabila diikuti oleh upaya perbaikan sanitasi yang meliputi

kepemilikan jamban, pembuangan air limbah dan sampah

dilingkungan sekitar kita, karena pembuangan kotoran baik

sampah, air limbah maupun tinja yang tidak memenuhi syarat

kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air serta dapat

menimbulkan penyakit menular di masyarakat.

Pada tahun 2013 telah dilakukan pemeriksaan pada 15910

keluarga dan diketahui 100% keluarga telah memiliki jamban dan

90% diantaranya memiliki jamban sehat. Untuk kepemilikan

tempat sampah, dari 15910 keluarga yang diperiksa, diketahui 100

% keluarga telah memiliki tempat sampah dan 90%diantaranya

termasuk sehat.

Saluran Pembuangan air limbah (SPAL) adalah suatu

bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan dari

kamar mandi, tempat cuci, dapur dan yang lainnya dan bukan dari

jamban, dimana SPAL yang sehat hendaknya memenuhi

persyaratan antara lain : tidak mencemari sumber air bersih, tidak


192

menimbulkan genangan air yang dapat digunakan untuk sarang

nyamuk, tidak menimbulkan bau. Pada pemeriksaan pada 15910

keluarga yang memiliki pengelolaan air limbah diketahui 100%

keluarga yang memiliki pengelolaan air limbah dan 90 % keluarga

yang sehat.

4. Pengawasan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengolahan

Makanan
a. Pengawasan Tempat-tempat Umum

Kegiatan-kegiatan pengawasan Tempat-Tempat Umum

dilakukan secara rutin oleh sanitarian Puskesmas dan petugas

dari Dinas Kesehatan Puskesmas Abadijaya. Jenis TTU yang

diperiksa antara lain, meliputi Hotel, Pasar, Terminal, Sekolah,

Saranah Ibadah, sarana kesehatan dan lain-lain.Jumlah TTU

yang ada di Puskesmas Abadijaya tahun 2013 sebanyak 41

buah, Yang diperiksa 16 buah jumlah yang sehat atau

memenuhi syarat kesehatan 10 buah (62.50%). Jumlah fasilitas

pelayanan kesehatan yang ada saat ini di Puskesmas Abadijaya

bila dilihat dari segi kuantitas, baik milik Pemerintah, BUMN,

maupunswasta, dinilai telah cukup memadai bila dibandingkan

dengan jumlah dan persebaran pendudukPuskesmas Abadijaya.

Hal ini merupakan suatu potensi yang perlu mendapat

pembinaan dalam hal mutupelayanan, sehingga dapat

memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan derajat

kesehatan baik individu maupun masyarakat Puskesmas

Abadijaya.
193

Untuk itu penyediaan, pemeliharaan danpengembangan

sarana akan terus diupayakan mengikuti perkembangan

kebutuhan masyarakat.Penyediaan, pemeliharaan dan

pengembangan sarana kesehatan dilakukan seoptimal

mungkindengan memobilisasi peran serta masyarakat,

termasuk swasta baik dalam hal sarana kesehatandasar maupun

sarana kesehatan rujukan. Jumlah Pasar yang dibina 1 dari 3

pasar dengan presentase yang sehat sebanyak 100 %, dan

Jumlah TPUM Lainya yang dibina 16 dari 34 dengan

presentase yang sehat 37.50 %.

b. Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan

Kegiatan-kegiatan pengawasan Tempat-Tempat Umum

dilakukan secara rutin oleh sanitarian Puskesmas dan petugas

dari Dinas Kesehatan Puskesmas Abadijaya. Untuk Jumlah

Restoran/Rumah Makan yang dibina 1 dari 4 Restoran/Rumah

Makan yang ada dengan presentase yang sehat 100%,

5. Institusi yang Dibina Kesehatan Lingkungannya

Institusi yang dibina kesehatan lingkungannya meliputi

sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, perkantoran

dan sarana lainnya. Jumlah institusi yang dibina di Puskesmas

Abadijaya tahun 2012 berdasarkan laporan profil sebanyak 143

institusi dan 27 diantaranya (18,9%) telah dibina.

Gambar 5.15. Institusi dibina kesehatan lingkungannya

Di Puskesmas Abadijaya Tahun 2013


194

81
90
80
70
60
50 33
40
30 16
20 5 52 42
10 jmlh institusi
0 yang dibina

5.7. Situasi Sumber Daya Kesehatan

Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam

penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Ketersediaan sumber daya

kesehatan sesuai dengan kebutuhan baik secara kuantitas maupun secara

kualitas. Sumber daya kesehtaan yang diperlukan didalam pembangunan

kesehatan antara lain tenaga, dana, sarana dan prasarana serta teknologi.

5.7.1. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang disajikan dalam bab ini meliputi: Puskesmas,

Rumah Sakit, dan beberapa sarana pelayan kesehatan yang ada di

Puskesmas Abadijaya.Sarana pelayanan kesehatan yang ada di

Puskesmas Abadijaya sampai dengan tahun 2012 yang tercatat di Dinas

Kesehatan Puskesmas Abadijaya adalah sebagai berikut:

Tabel 5.6. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan

Di Puskesmas Abadijaya Tahun 2013

Pemilikan/Pengelolaan
Fasilitas
Pem.Kab/Kot
No
Swasta Jmlh
Kesehatan
a
195

1 Rumah sakit umum - 1 1


Rumah sakit
2 - - 0
bersalin
Puskesmas
3 - - -
perawatan
Puskesmas non
4 1 - 1
perawatan
5 Puskesmas keliling - - -
Puskesmas
6 - - -
pembantu
7 Rumah bersalin - 2 2
Balai
8 - 7 7
pengobatan/klinik
Praktik dokter
9 - - -
bersama
10 Posyandu 45 - 45
11 Apotek - 9 9
12 Toko obat - 6 6
13 Gfk - - -
Industri obat
14 - - -
tradisional
Industri kecil obat
15 - - -
tradisional
Sumber : Puskesmas Abadijaya

a) Puskesmas

Puskesmas adalah kesatuan organisasi fungsional yang

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,terpadu,

merata,dapat diterima dan dijangkau oleh masyarakat dengan peran

serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi tepat guna,dengan biaya yang dapat

dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derjat

kesehatan yang optimal,tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada

perorangan (Depkes RI,2004).


196

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah

supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Secara umum, mereka

harus memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai

dengan rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan perorangan (UKP)

atau upaya kesehatan masyarakat (UKM).Puskesmas dapat

memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan. Hal

ini disepakati oleh puskesmas dan dinas kesehatan yang bersangkutan.

Dalam memberikan pelayanan di masyarakat, puskesmas biasanya

memiliki subunit pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas

keliling, posyandu, pos kesehatan desa maupun pos bersalin desa

(polindes). Fungsi Puskesmas sendiri meliputi:

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh

masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga

berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di

samping itu aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan

dari penyelenggaraan setiap pembangunan di wilayah

kerjanya.Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang

dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka

masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha

memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri

sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam


197

memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber

pembiayaannya, serta ikut menetap, menyelenggarakan dan

memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan

perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan

memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya social budaya

masyarakat setempat.

c. Pusat strata pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan

kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:

1. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang

bersifat pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit

dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan

pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan

perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas

tertentu di tambahkan dengan rawat inap.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang

bersifat publik dengan tujuan utama memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi

kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,


198

perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga

berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program

kesehatan masyarakat lainnya.

Puskesmas di Puskesmas Abadijaya pada umumnya relatif

mudah dijangkau oleh masyarakat baik dengan jalan kaki,

kendaraan roda dua maupun roda empat dengan jarak terjauh ke

masyarakat kelurahan maksimal 1 km dan waktu tempuh yang

diperlukan maksimal 5 menit dengan roda dua dan 15 menit

dengan roda empat.. Pada tahun 2012 Puskesmas di Puskesmas

Abadijaya dibedakan unit kerjanya yaitu UPT (Unit pelayanan

Teknis) dan UPF (Unit Pelayanan Fungsional).

Tabel 5.7. Gambaran Wilayah Puskesmas dan Wilayah Kerja

Kelurahan Di Puskesmas Abadijaya Tahun 2013

Nama Puskesmas Wilayah Kerja Kelurahan


Abadijaya Kelurahan Abadijaya
Kelurahan Cisalak

3. Sarana Kesehatan Bersumber daya Masyarakat

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan

memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat.

Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)

diantaranya adalah Posyandu, Pos malaria kelurahan, kelurahan

siaga, dan lain sebagainya. Posyandu merupakan salah satu

bentuk UKBM yang paling di kenal di masyarakat. Posyandu

menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan

ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan

penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya,

Posyandu dikelompokan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu


199

Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu

Mandiri. Perkembangan jumlah posyandu di Puskesmas

Abadijaya terus meningkat dimana pada tahun 2012 sudah

mencapai 45 buah posyandu.

b) Rumah Sakit

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah

bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan

fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif)

kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi

tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Berdasarkan undang-

undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan

dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat.

Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan

kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum

adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna

dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan

pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan

peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.


200

Di mana untuk menyelenggarakan fungsinya, maka Rumah Sakit

umum menyelenggarakan kegiatan :

a. Pelayanan medis

b. Pelayanan dan asuhan keperawatan

c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis

d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan

e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan

f. Administrasi umum dan keuangan

Sedangkan menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang

rumah sakit, fungsi rumah sakit adalah :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.


b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai

kebutuhan medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan

kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang

kesehatan. Rumah sakit yang ada di Puskesmas Abadijaya berjumlah

1 rumah sakit swasta. Beberapa Indikator yang digunakan untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan sarana pelayanan, mutu pelayanan

dan tingkat efisiensi pelayanan rumah sakit adalah Bed Occupancy

Rate (BOR) atau tingkat hunian rumah sakit, Length Of Stay (LOS)

atau rata-rata lama hari rawat di rumah sakit, Turn Over Interval

(TOI) atau jarak pemanfaatan tempat tidur antara satu pasien dengan

pasien lainnya, Bed Turn Over (BTO) atau frekuensi penggunaan


201

tempat tidur, Gross Death Rate (GDR) atau seluruh kematian di

rumah sakit, Net Death Rate (NDR) atau kematian di rumah sakit

kurang dari 48 jam.

c) Tenaga Kesehatan

SDM Kesehatan di daerah terdiri dari SDM Kesehatan yang bertugas

di unit kesehatan (sarana pelayanan dan non pelayanan) di Puskesmas

Abadijaya, dengan status kepegawaian PNS, dan sukwan. Data Sumber

Daya Kesehatan (SDM Kesehatan) yang terkumpul belum sepenuhnya

dapat menggambarkan SDM Kesehatan secara lengkap.

1) Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Puskesmas yang merupakan ujung tombak dalam pelayanan

kesehatan masyarakat, kinerjanya sangat dipengaruhi ketersediaan

sumber daya manusia yang dimiliki terutama ketersediaan tenaga

kesehatan. Pada tahun 2012 terdapat 23 orang yang bertugas di

Puskesmas dengan rincian 18 tenaga kesehatan dan 5 tenaga non

kesehatan.

Kebutuhan tenaga ini dikaitkan dengan rencana pengembangan

fasilitas kesehatan, setiap tingkat administrasi pelayanan mempunyai

formasi pegawai bervariasi sejalan dengan mobilitasi. Berikut ini

adalah jumlah dan sebaran Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Abadijaya tahun 2012

Tabel 5.8. Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Abadijaya

Tahun 2013

N Jenis Tenaga Puskesmas Total ket

o
1 Dokter 4 4
2 Dokter Gigi 1 1
3 Bidan 3 3
4 Perawat 6 6
5 Kefarmasian 1 1
202

6 Gizi 1 1
Kesehatan
7 0 0
Masyarakat
8 Sanitasi 1 1
9 Analis 1 1
Jumlah 18 18

5.8. Pembiayaan Kesehatan

5.8.1. Dana Tugas Pembantuan

Salah Satu Sumber pembiayaan Kesehatan di Puskesmas

Abadijaya yang bersumber dari Dana APBN melalui Dana Tugas

Pembantuan dialokasikan melalui Dana Kegiatan Bantuan

Operasional Kesehatan (BOK) yang membiayai operasional pelayanan

kesehatan, dengan besaran alokasi dana pada tahun 2012

5.9. Penutup

Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis

bagipimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen, maka

penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai

masukan dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu penyajian data

dan informasi yang berkualitas sangat dibutuhkan baik oleh jajaran

kesehatan , lintas sektor maupun masyarakat. Dibidang kesehatan, data dan

informasi ini diperoleh melalui penyelenggaraan sistem informasi

kesehatan. Namun sangat disadari, sistem informasi kesehatan yang ada

saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi

kesehatan secara optimal.

Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan

dalam Profil Kesehatan Kota yang diterbitkan saat ini belum sesuai dengan

harapan. Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Kota dapat

memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang

seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai. Walaupun


203

Profil Kesehatan sering kali belum mendapatkan apresiasi yang memadai,

karena belum dapat menyajikan data dan informasi yang sesuai dengan

harapan, namun ini merupakan salah satu publikasi data dan informasi

yang meliputi data capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM). Oleh

karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas Profil, perlu dicari

terobosan dalam mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat

untuk mengisi kekosongan data sehingga kualitas data menjadi lebih baik.

Вам также может понравиться