Вы находитесь на странице: 1из 79

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI JABOI, SABANG DENGAN


PENDEKATAN TEKNIK OVERLAY BERDASARKAN ANALISA DATA
GEOSAINS DAN DATA SATELIT YANG TERINTEGRASI

Ketua Peneliti:
Dr. Muhammad Isa, S.Si. M.Si./0020047405

Anggota Peneliti:
Dr. M. Syukri Surbakti, S.Si. M.Si./0030107301
Muhammad Rusdi, S.P. M.Si.Ph.D/ 0001047709

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


Oktober, 2017
ii
RINGKASAN
Penelitian tahun pertama difokuskan pada eksplorasi potensi panas bumi Jaboi, Sabang
melalui aplikasi dan interpretasi ilmu geologi dan geofisika. Tujuan penelitian untuk
mengoptimalkan parameter geosains yang berafialisi dengan temperatur meliputi data
geologi (patahan dan batuan vulkanik), sedangkan data geofisika (magnetik, gaya berat,
resistivitas dan suhu bawah permukaan). Selanjutnya data-data ini akan diintegrasikan
dengan teknik overlay untuk mendapatkan peta potensi panas bumi baik secara geologi
maupun secara geofisika. Topik ini menjadi penting dan menarik untuk dikaji karena
memanfaatkan potensi panas bumi sebagai energi terbarukan dari tinjauan ilmu kebumian.
Panas bumi merupakan sumber energi bersih dan ramah lingkungan sebagai pilihan energi
masa depan. Oleh karena itu penentuan potensi panas bumi terutama daerah gunung api
menjadi kajian penting dalam penelitian mendatang. Apalagi Pemerintah Indonesia sudah
mencanangkan program energi tahun 2025 dengan 23% berasal dari energi terbarukan.
Penentuan potensi panas bumi secara spatial dan terintegrasi merupakan suatu pendekatan
menarik dan menguntungkan karena potensi sumber daya alam ini di Indonesia sangat
melimpah. Keuntungan dari metode perpaduan geosains karena dapat memetakan daerah
potensi panas bumi secara lebih akurat dan terukur. Masalah utama yang muncul adalah
parameter pengukuran lapangan setiap metoda masih memiliki nilai temperatur yang
berbeda atau selisih interval yang besar. Oleh karena itu pendekatan multidispilin dan lintas
tinjauan untuk integrasi nilai temperatur ini sangat diperlukan agar perbedaan dapat
diminimalisir. Parameter utama dalam penelitian ini adalah temperatur. Pemilihan
temperatur didasari atas keterkaitannya baik secara langsung atau tidak langsung dengan
aktivitas panas bumi. Berdasarkan data geologi terutama patahan dan sebaran batuan
vulkanik berhubungan erat dengan keberadaan sistem panas bumi yang bersumber dari
aktivitas magma (reservoir). Hal yang sama berlaku pada anomali geofisika dimana nilai
kemagnetan, densitas batuan dan resistivitas juga berkorelasi dengan temperatur. Hubungan
ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai temperatur maka nilai kemagnetan dan nilai
resistivitas semakin kecil. Untuk data geokimia direncanakan berlangsung tahun kedua
dengan menguji sampel air dan uap gas daerah panas bumi di laboratorium yang telah
terstandarisasi untuk mendapatkan suhu bawah permukaan. Penelitian tahun II sangat
penting untuk memperkuat interpretasi tahun pertama sehingga data geokimia saling
berkaitan dan mendukung data geologi dan geofisika. Penelitian tahun III fokus pada
integrasi data geosains dan penginderaan jauh dalam menentukan model konseptual sistem
panas bumi menggunakan teknik overlay. Untuk mencapai tujuan ini, parameter yang
berkaitan dengan temperatur di saring terlebih dahulu dengan mengacu pada syarat batas
masing-masing metode dan pengecekan akurasi dilakukan dengan teknik gabungan. Hasil
akhir diinterpretasi sesuai komponen uji hingga diperoleh satu peta potensial panas bumi
yang matching terhadap berbagai pendekatan baik secara geologi, geofisika dan geokimia.
Penelitian ini menarik dikaji lebih mendalam agar diperoleh gambaran detail (konseptual
model) potensi daerah panas bumi Jaboi, Sabang. Model ini dapat menjelaskan keberadaan
sistem panas bumi yang dominan air atau uap sebagai energi bersih, terbarukan dan ramah
lingkungan. Luaran dari penelitian ini merupakan dokumentasi ilmiah proses integrasi ilmu
kebumian secara spasial dan terintegrasi satu sama lain. Bentuk nyata dari luaran penelitian
ini adalah peta potensi panas bumi, buku ajar, produk hasil monitoring perubahan suhu
dengan kedalaman berbeda, prosiding seminar nasional dan internasional, jurnal ilmiah
nasional terakreditasi atau internasional terindeks.
Kata kunci: Panas bumi, geosains, integrasi, spasial, energi terbarukan

iii
PRAKATA

Alhamdulillah, tim peneliti telah dapat menyelesaikan tahapan tahun pertama (2017)
penelitian Unggulan Perguruan Tinggi tentang “Penentuan Potensi Panas Bumi Jaboi,
Sabang Dengan Pendekatan Teknik Overlay Berdasarkan Analisa Data Geosains Dan
Data Satelit Yang Terintegrasi”. Penelitian tahun pertama telah dilaksanakan dengan
survei geologi dan geofisika pada daerah panas bumi Jaboi, Sabang - Aceh - Indonesia.
Kajian untuk pengembangan dan pembangunan energi baru dan terbarukan ini sangat
penting dalam mendukung program pemerintah terutama dalam mengembangkan energi
hijau (Go Green). Energi panas bumi dan hutan merupakan sumber daya alam yang
memiliki manfaat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Pengembangan Panas bumi
harus senantiasa memperhatikan aspek-aspek kelestarian ekosistem (manusia dan alam).
Metode Geologi, Geofisika dan Geokimia (3G), ini merupakan hasil pemikiran dari banyak
tinjauan ilmu kebumian dalam upaya mensinergikan pengembangan energi terbarukan yang
berkelanjutan. Penyelidikan dan usulan keberlanjutan ini menarik dikaji lebih mendalam
agar diperoleh gambaran detail atau model konseptual mengenai potensi daerah panas bumi
khususnya daerah Jaboi, Sabang. Kami berharap laporan ringkas ini dapat menjadi referensi
bagi pemerintah, pengembang energi panas bumi, akademisi maupun pihak terkait lainnya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih pada Direktorat Riset dan Pengabdian
Masyarakat (DRPM) Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi Republik
Indonesia yang telah mendanai penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Semoga kegiatan
lanjutan mendapat perhatian dan dukungan yang tinggi sehingga kajian ini menyeluruh dan
mendekati sempurna dalam memahami potensi panas bumi.
Terima kasih juga kami sampaikan atas semua dukungan dan bantuan tim peneliti baik
pimpinan perguruan tinggi, dosen, mahasiswa, teknisi dan tenaga lokal serta pemerintah
kota Sabang. Semoga laporan ini dapat memberi banyak manfaat dalam bidang ilmu
kebumian dan pembelajaran di dunia pendidikan secara umum. Amin.

Darussalam, 2017

Tim Peneliti

iv
DAFTAR ISI

RINGKASAN .......................................................................................................................... i
PRAKATA………………………………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii


DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………... iv

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………v
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………………vi

BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 4
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN........................................................... 11
BAB 4. METODE PENELITIAN ........................................................................................ 12
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI ....................................................................................... 16
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA............................................................... 24
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 27
LAMPIRAN 1 Submission and draft of journal ................................................................. 30
LAMPIRAN 2 Conference and Proceding .......................................................................... 40
LAMPIRAN 3 Produk Penelitian ........................................................................................ 49
LAMPIRAN 4 Buku Ajar.................................................................................................... 51

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nilai densitas batuan ........................................................................... 18

Tabel 2. Variasi Suseptibilitas Batuan dan Mineral……………………………….. 19

Tabel 3. Interpretasi hasil pemodelan anomali magnetik daerah Jaboi…………….. 21

Tabel 4. Anggaran biaya Penelitian yang diajukan untuk tahun kedua…………….. 26

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peta wilayah panas bumi Jaboi, untuk observasi energi terbarukan 1

Gambar 2. Patahan yang terdapat dalam Pulau Weh, Sabang, Aceh.............. 5

Gambar 3. Komponen dan arah medan magnet ............................................... 6

Gambar 4. Prinsip kerja penyelidikan dengan metoda geolistrik .................... 7

Gambar 5. Tampilan fluida panas bumi menurut tinjauan geokimia ............... 8

Gambar 6. Gradien temperatur pada daerah panas bumi ................................. 9

Gambar 7. Tahapan penelitian dan capaian yang ditargetkan ........................ 15

Gambar 8. Peta sebaran dan klasifikasi batuan daerah panas bumi jaboi..... 17

Gambar 9. Anomali residual data gravitasi daerah panas bumi jaboi ……… 18

Gambar 10. Distribusi titik pengukuran data anomali magnetik total............. 20

Gambar 11. Hasil pemodelan anomali magnetik ……………….………..... 20

Gambar 12. Penampang anomali resistivitas Lintasan I panas bumi jaboi ... 21

Gambar 13. Penampang anomali resistivitas Lintasan I................................. 22

Gambar 14. Penampang anomali resistivitas Lintasan II.............................. 23

Gambar 15. Peralatan Needle Probe untuk monitoring perubahan suhu............. 24

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Status submission dan draft jurnal ............................................ 30

Lampiran 2. Seminar dan Prosiding ……………… ……………..……….. 41

Lampiran 3. Produk Penelitian berupa peralatan Needle Probe …………….. 51

Lampiran 4. Draft Buku Ajar Potensi Panas Bumi Aceh ……..…………….. 54

viii
BAB 1. PENDAHULUAN

Pulau Weh merupakan salah satu pulau vulkanik yang terbentuk akibat tekanan dari garis

patahan Semangko di ujung barat laut Sumatera. Zona tekanan yang terbentuk adalah

Graben Sabang Bay-Balohan dan Graben Lhok Pria Laot dengan arah struktur Northwest-

Southeast. Aktivitas panas bumi yang terjadi di pulau Weh berkaitan erat dengan aktivitas

tektonik dan formasi vulkanik Leumo Matee dan Semeureuguh. Manifestasi permukaan

yang muncul karena aktivitas panas bumi Pulau Weh dapat di bagi dalam tiga kelompok:

kelompok Jaboi, Lhok Pria Laot dan Iboih. Kelompok Jaboi memiliki jenis manifestasi

dalam bentuk air panas dengan tipe bikarbonat dengan suhu tinggi 710C memiliki pH

netral. Fumarol dan jenis uap kaya asam sulfat dengan suhu 99 0C. Daerah panas bumi

Jaboi terletak antara dua kerucut termuda gunungapi yakni Leumo Matee dan Semeureuguh

berusia sekitar 1.1 Ma (Dikdik, 2006). Lokasi penelitian terletak di wilayah panas bumi

Jaboi, (gambar 1) dan secara geografis terletak pada koordinat 950.17’0’’ - 950.21’25’’ E

dan 50.46’20’’ - 50.50’15’’ N.

Gambar 1. Peta wilayah panas bumi Jaboi, untuk observasi energi terbarukan.

1
Seiring dengan pertumbuhan konsumsi energi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 8,4% per

tahun maka sangat wajar Pemerintah Indonesia mencanangkan program energi 35.000 Mwe

dengan 5% berasal dari energi terbarukan. Kebutuhan energi Indonesia saat ini diperkirakan

mencapai 1,5 miliar setara barel minyak (Barrel Oil Equivalen/BOE) (Anonimous, 2012).

Program ini selaras dengan dukungan pemerintah dengan terbitnya Undang-Undang 21

tahun 2014 tentang Panas Bumi dengan harapan dapat mempercepat penambahan kapasitas

Pembangkit Listrik Panas Bumi. Disamping itu kapasitas PLTP saat ini sebesar 1,438.5

MW dan baru 4,2% yang dimanfaatkan. Keberhasilan pelaksanaan fungsi tridarma perguruan

tinggi secara optimal menjadi suatu keharusan dalam dunia akademik. Dalam rencana induk

penelitian (RIP) Universitas Syiah Kuala telah disusun tujuh (7) tema penelitian, dimana

pada poin 5 diperuntukkan khusus energi terbarukan.

Kajian energi difokuskan pada topik identifikasi dan eksplorasi sumber daya alam sebagai

sumber energi terbarukan daerah Aceh. Target penelitian adalah mendapatkan informasi

akurat sehingga dapat digunakan untuk memahami sistem panas bumi terutama untuk lokal

Aceh dalam pengembangan energi terbarukan. Berlandaskan kebutuhan dan program energi

tersebut sangat mendesak dilakukan survey dan kajian mendalam dengan melibatkan

pendekatan multidispilin ilmu kebumian. Energi yang bersumber dalam bumi ini dipandang

strategis karena panas bumi tergolong sumber energi yang bersih, cadangan melimpah, dan

terjamin kontinuitas, selain itu yang sangat penting adalah energi yang ramah lingkungan

(green technology). Masalah utama yang sering muncul adalah saat pengukuran lapangan

setiap metoda masih memiliki nilai temperatur yang berbeda atau selisih interval yang besar.

Untuk pemilihan pendekatan yang tepat dan terukur sangat diperlukan sehingga potensi

geotermal dapat disinergiskan dan terintegrasi secara tepat. Beberapa peneliti menjelaskan

bahwa aktivitas patahan dan rekahan mempunyai korelasi dengan aktivitas gunung api

(McCaffrey et al., 1996; Tikoff dan De Saint-Blanquat, 1998).

2
Untuk panas bumi Jaboi ada informasi awal dimana daratan P. Weh mengalami depresi

tektonik (Katili, & Tjia H.D 1980). Pendekatan (metode, analisis dan prosedur) dapat

digunakan untuk memahami fenomena alam yang terjadi dalam sistem panas bumi. Secara

prinsip studi vulkanologi, geologi, struktur pemetaan, survei geokimia dan geofisika,

pengeboran, gradien suhu dan analisa citra satelit. Integrasi data-data ini diharapkan dapat

menghasilkan model konseptual sistem panas bumi Jaboi, Sabang yang paling sesuai dan

akurat. Luaran dari hasil penelitian ini adalah informasi model konseptual dari sistem panas

bumi yang berasosiasi dengan manifestasi geologi, geofisika, geohidrologi dan geokimia

Untuk luaran setiap tahun berjalan akan dipublikasi pada jurnal terkait baik nasional dan

internasional setelah disseminasi. Rincian dari hasil yang diinginkan adalah :

- Tahun pertama, hasil penelitian dengan metoda geofisika dan tinjauan langsung ke

lokasi dengan pendekatan geologi dan hasil nantinya akan dipublikasikan pada jurnal

Geologi Indonesia mengenai peta geologi tinjauan dan updating peta dari badan geologi.

- Tahun kedua, menargetkan untuk dapat publikasi hasil kajian fluida panas bumi dan

hipotesis bawah permukaan berdasarkan geohidrologi pada jurnal geothermics.

- Tahun ketiga dengan integrasi tinjauan ilmu kebumian sehingga di dapat model

konseptual sistem panas bumi Jaboi. Hasilnya dipresentasi pada seminar nasional dan

internasional dan akan dipublikasi pada jurnal Volcanology and Geothermal Research.

Hasil integrasi antara data in situ dengan berbagai pendekatan metoda geosains dengan

hasil pengolahan data satelit nantinya akan merepresentasikan keadaan permukaan dan

bawah permukaan sistem panas bumi di lokasi penelitian. Hasil akhir berupa satu peta yang

akan berguna dalam menentukan model konseptual potensi panas bumi Jaboi, Sabang.

Luaran dari penelitian akan menjadi dasar pertimbangan stakeholders dan pihak terkait lain

untuk pengembangan dan pembangunan panas bumi lebih lanjut.

3
Adapun target yang telah dicapai untuk tahun pertama adalah menseminarkan hasil

penelitian pada kegiatan The 6th Aceh Development International Conference 2017 tanggal

24-26 Maret 2017 di University Islam International, Malaysia. Kemudian dilanjutkan pada

tanggal 12-14 Mei 2017 di Universitas Jambi ikut mempresentasikan hasil penelitian dan

interpretasi data geofisika dan telah submit makalah pada jurnal Geologi Indonesia yang

memiliki Akreditasi B dari LIPI dan ISSN 1907-2953. Disamping itu telah ada draft buku

ajar dengan judul potensi panas bumi Jaboi, Sabang dan produk peralatan monitoring dan

distribusi suhu bawah permukaan berupa batangan needle probe dengan sensor suhu LM35.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi dan Geomorfologi

Satuan batuan dari Pulau Weh dikategorikan menjadi empat kelompok satuan batuan:

batuan Tersier sedimen, vulkanik, batuan Tersier-Kuarter tua muda Kuarter vulkanik dan

alluvial. Lapangan panas bumi, yang terletak di sebuah lembah dengan batu di bawah

depresi, terdiri dari batuan vulkanik tua. Aktivitas tektonik lokal dan regional yang terkena

batu dan tanah dari pra-Tersier ke Plio-Pliosen, yang membentuk berbagai struktur geologi,

termasuk dari aktivitas magma. Berdasarkan bentuk lanskap, pola aliran sungai, erosi dan

jenis batuan di daerah penelitian, morfologi dapat dikelompokkan menjadi tiga unit: satuan

morfologi dataran rendah (SDR), satuan morfologi perbukitan (SMP) dan satuan morfologi

vulkanik (SMV). SDR tersebar di sepanjang pantai dari zona selatan dan utara dari struktur

panas bumi dengan ketinggian antara 150-250 meter di atas permukaan laut. morfologi ini

berisi sedimen pesisir dan piroklastik yang telah terkikis oleh abrasi. Morfologi ini dibentuk

oleh batuan pasir, batuan lava vulkanik dan tanah liat sebagai hasil sedimen aluvial. Sebuah

SMV terdiri dari bukit-bukit dan lereng bagian tengah dan barat laut daerah penelitian.

Satuan ini memiliki ketinggian 200-300 m di atas permukaan laut dan ditempati oleh

4
perkebunan dan pertanian. puncak tinggi dalam bentuk lava dan awan panas singkapan

(dari aktivitas vulkanik tua) yang terbentuk di Pulau Weh, Sabang.

Patahan dan air panas merupakan parameter yang penting sebagai hasil pengukuran dari

data geologi. Parameter ini menunjukkan pola yang sama dengan kenaikan temperatur.

Artinya ketika ada penampakan patahan dan sumber air panas otomatis daerah tersebut

mempunyai temperatur tinggi. Menurut literatur dan bukti yang ada di lapangan terdapat

sekitar 9 buah patahan utama yang dikontrol oleh struktur geologi panas bumi seperti

gambar 2. Untuk formasi patahan sekunder akibat proses tektonik ditunjukkan oleh patahan

Leumo Matee, Ceunohot, Iboih, Jaboi dan patahan Nibung. Material yang dimiliki berupa

andesit lava-dasitik dan memiliki kemiripan dengan produk batuan vulkanik Seulawah

Agam. Aktivitas tektonik yang membentuk zona graben Sabang bay dan Lhok Balohan Pria

Laot - Krueng Raya merupakan segmen horisontal yang membentuk patahan sinistral.

Gambar 2. Patahan yang terdapat dalam Pulau Weh, Sabang, Aceh

Data geologi menunjukkan bahwa sebaran batuan pada kedalaman puncak reservoir sampai

ke bawahnya adalah satuan lava vulkanik tua (Widodo, 2006).

5
2.2. Geofisika

2.2.1 Magnetik

Variasi medan magnet dapat digunakan untuk menentukan anomali kedalaman, geometri

dan subsepbilitas magnetik. Intepretasi data magnetik melibatkan desain profil dan

penentuan lokasi anomali magnetik harus tepat. Sebagian batuan dan mineral memiliki

magnetisasi tetap yang diperoleh melalui beberapa mekanisme (Telford et al. 1990).

Anomali magnetik adalah variasi dari medan magnet bumi dalam merespon variasi

kemagnetan pada permukaan batuan (kerentanan, k). Prinsip anomali magnetik berasal dari

gaya magnet yang dihasilkan oleh dua muatan m1 dan m2 yang dipisahkan oleh jarak r,

sehingga menghasilkan gaya magnet. Berdasarkan referensi dijelaskan bahwa sudut antara

medan magnet utama terhadap bidang horizontal dikatakan sudut inklinasi I. Sudut deviasi

merupakan komponen horizontal dalam arah utara sehingga dikenal dengan sudut D

(gambar 3). Model matematis medan magnet utama bumi, inklinasi dan deklinasi diperoleh

dari IGRF (International Geomagnetic Reference Field), yang setiap 5 tahun diperbarui.

Gambar 3. Komponen dan arah medan magnet (Kaufman, 2009)

6
2.2.2 Geolistrik

Penyelidikan geolistrik terdiri atas dua aktivitas yakni mapping dalam arah lateral dan

sounding untuk arah vertikal. Kedua arah ini memberikan informasi tahanan jenis bawah

permukaan. Berdasarkan penelitian awal, data sounding tahanan jenis listrik semu

memperlihatkan suatu struktur lapisan yang relatif tinggi di permukaan dan semakin

mengecil ke bawah dan meninggi di bagian bawahnya. Model lapisan ini mengindikasikan

keberadaan lapisan konduktif 3-5 Ohm-m dengan tebal antara 400-500 m yang

kemungkinan berasosiasi dengan batuan kaya minaral lempung atau batuan penutup bagi

sistem panas bumi Jaboi Data tahanan jenis mengindikasikan ketebalan batuan tudung

sekitar 400-500 m dan kedalaman puncak reservoir pada sekitar 650 m (Geologi, 2006).

Prinsip kerja dari metoda ini mengikuti hukum Ohm dimana bumi dipandang sebagai

hambatan yang dapat dialirkan listrik ke segalah arah seperti gambar 4.

Gambar 4. Prinsip kerja penyelidikan dengan metoda geolistrik

2.3. Geokimia

Fluida panas bumi terdiri dari air panas, kondensat uap dan gas panas bumi. Air panas bumi

terdiri dari mineral mata air, air tanah meteorik dan air laut/ air sungai. Sedangkan gas

terdiri dari gas vulkanik, gas fumarol dan semi mineral gas; dan gas tanah (Hg, CO2, gas

mulia dan gas organik).

7
Komposisi kimia dari sampel air telah diketahui dari 7 sumber mata air panas lapangan

panas bumi Sabang (Widodo. et. al., 2006). Selain air panas dan uap gas penggunaan isotop

O18 juga dapat menjelaskan karakteristik dari fluida panas bumi. Gambar 5. menunjukkan

fluida panas bui menurut tinjauan geokimia

Gambar 5. Tampilan fluida panas bumi menurut tinjauan geokimia

2.4. Penginderaan Jauh (Remote Sensing)

Penginderaan jauh adalah teknik yang menggunakan teknologi untuk mengumpulkan

informasi mengenai suatu objek, target, permukaan atau fenomena bumi menggunakan

pengamat atau instrumen tanpa kontak fisik dengan target tertentu (Siegal, 1980). Radiasi

elektromagnetik mengacu pada semua energi dengan kecepatan cahaya dan menunjukkan

pola gelombang harmonik yang merambat jauh dari sumber. Gelombang radiasi terdiri dari

partikel energi yang terkuantisasi atau foton (Sabin, 1997). Eksplorasi panas bumi dimulai

dengan analisis citra satelit dan foto udara. Analisis ini menggunakan thermal band dalam

memahami keberadaan dan karakteristik dari sistem panas bumi.

8
Thermal infra merah (TIR) sangat cocok karena mempunyai kedalaman penetrasi sehingga

informasi yang tercatat sangat akurat. Radiasi termal yang dipancarkan pada panjang

gelombang tertentu dari target sangat tergantung pada temperatur. Jika permukaan bumi

dianggap sebagai benda hitam, maka temperatur dan pancaran spektral terkait dengan

persamaan Planck, sehingga merujuk pada gambar 6 untuk informasi gradien temperatur.

Gambar 6. Gradien temperatur pada daerah panas bumi (Masami, 2009)

Penginderaan jauh merupakan sumber atraktif berupa peta tematik yang menyediakan

berbagai informasi penting dan merepresentasikan permukaan atau bawah permukaan bumi

secara spasial dalam berbagai skala. Pemetaan tematik dari data satelit didasarkan pada

klasifikasi citra (image) (Foody, 2002). Pemetaan pada klasifikasi citra dan telah berhasil

digunakan untuk mengidentifikasi dan memetakan potensi panas bumi.

2.5. Peta Jalan Penelitian

Kajian mengenai korelasi antara manisfestasi panas bumi dengan parameter geologi,

geofisika, geokimia dan penginderaan jauh sudah sangat jelas. Korelasi dan keterkaitan ini

telah ditunjukkan oleh sifat fisik batuan dan mineral dari fluida panas bumi. Data hasil

penelitian awal sistem panas bumi Jaboi, Sabang terutama patahan, batuan vulkanik,

keterdapatan manifestasi permukaan dan litoligi perlapisan (Dikdik &Widodo, 2006).

9
Perbandingan temperatur pengukuran langsung, perkiraan model dengan teknik beda

hingga dan perbandingan antara temperatur lapangan dengan temperatur satelit karena

saling berkorelasi (M.Isa, 2013). Berdasarkan kajian terdahulu pada daerah panas bumi

Jaboi, Sabang jelas bahwa berbagai pendekatan ilmu kebumian dan penginderaan jauh

menggambarkan hasil penyelidikan yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Oleh

karena itu teknik overlay menjadi pilihan penting dalam menentukan potensi panas bumi

dari berbagai tinjauan ilmu. Disamping itu pengembangan dan aplikasi teknik ini sangat

efisien dan berkelanjutan karena berupa tool yang dapat menyatukan semua parameter

menjadi satu peta tematik. Peta ini akan memberi informasi akurat dan terukur secara lokal

dari model konseptual dari sistem panas bumi daerah penelitian.

BAB. 3 TUJUAN DAN MANFAAT

3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengintegrasikan data geosains (geologi, geofisika,

geokimia) dan data satelit sehingga dapat mengetahui dan memetakan potensi panas bumi

khususnya wilayah Pulau Weh. Tujuan lebih terperinci dari penelitian setiap tahun adalah :

i. Untuk mengembangkan teknik overlay yang didasarkan pada metode geosains dan

penginderaan jauh dalam memetakan sistem panas bumi.

ii. Untuk menentukan temperatur bawah permukaan daerah Jaboi berdasarkan data

geologi, geofisika, geohidrologi dan geokimia.

iii. Untuk mengkorelasikan potensi panas bumi data in situ melalui pendekatan geosains

dengan data satelit sehingga menghasilkan satu peta (one map).

iv. Untuk mendapatkan akurasi data potensi panas bumi yang sudah terkoreksi dengan

baik sehingga menjadi informasi yang terpadu dan spasial.

v. Untuk publikasi hasil penelitian pada jurnal ilmiah baik nasional dan internasional.

10
3.2 Manfaat Penelitian

Disamping untuk pengembangan diri, aplikasi teknik ini sangat efisien dan berkelanjutan

karena berupa tool yang dapat menyatukan semua parameter menjadi satu peta tematik.

Peta ini memberi informasi akurat dan terukur secara lokal (in situ) dari model konseptual

dari sistem panas bumi daerah penelitian. Peta yang dihasilkan sangat membantu pemangku

kebijakan dalam merencanakan pembangunan berkelanjutan terutama dalam pembangunan

energi terbarukan dan ramah lingkungan. Secara umum manfaat penelitian ini menjadi

dokumentasi ilmiah dalam proses integrasi ilmu kebumian.

BAB 4. METODE PENELITIAN

4.1 Geologi dan Geofisika

4.1.1 Peta geologi tinjauan

Pengukuran geologi dapat diperoleh dengan meninjau langsung di lapangan panas bumi.

Patahan dan air panas adalah target dari pengukuran lapangan karena secara konsep saling

mempengaruhi. Penyelidikan patahan memberi informasi geologi yang kuat apalagi di

dukung oleh penelitian terdahulu. Informasi patahan dan air panas menunjukkan pola yang

sama dengan temperatur, terutama dalam hal peningkatan temperatur. Dengan kata lain,

ketika ada penampakan patahan dan air panas secara otomatis daerah tersebut

bertemperatur tinggi. Data geologi ini selanjutnya diimpor ke dalam format ASCII sehingga

data pengukuran akan berada pada koordinat yang sama. Setelah ditentukan klasifikasi dari

masing-masing manifestasi akan diperoleh peta geologi tinjauan. Peta geologi tinjau ini

menjadi target tahun pertama penelitian dari pendekatan metode geologi dan geomorfologi

daerah panas bumi Jaboi, Sabang. Untuk perbandingan dapat dikorelasikan dengan

penelitian geologi sebelumnya (Dikdik, 2006).

11
4.1.2 Peta anomali geofisika (suhu permukaan)

4.1.2.1 Temperatur

Untuk monitoring temperatur dilakukan dengan menggunakan batang pipa dengan panjang

2 meter dan setiap 50 sentimeter dipasang sensor LM35. Sensor ini efektif bekerja pada

temperatur antara -50°C dan 150°C dengan linearitas 10 mV/°C serta akurasi sensor 0,1°C.

Sedangkan untuk menghitung konduktivitas bahan daerah penelitian, digunakan peralatan

dengan panjang 60 sentimeter dan diameter 5 milimeter. Peningkatan temperatur diukur

menurut logaritma dari interval waktu (log t). Dengan regresi linear akan dihitung untuk

mendapatkan konduktivitas medium sehingga memudahkan membuat kontur anomali.

4.2 Geokimia dan Geohidrologi

4.2.1 Geokimia

Survey geokimia berguna dalam menentukan apakah sistem panas bumi adalah dominan air

atau uap, menduga suhu bawah permukaan pada kedalaman tertentu, memperkirakan

homogenitas pasokan air, menafsirkan data yang diperoleh. Dalam eksplorasi ini dibangun

model yang realistis dari sistem panas bumi berdasarkan tipe dan karakteristik dari fluida

yang ada. Sumber panas adalah massa panas dimana aliran fluida yang membawa panas ke

permukaan, berinteraksi dengan sistem air tanah di bawah permukaan pada suhu sangat

tinggi dan intrusi magmatik pada kedalaman antara 5-10 Km. Sebuah reservoar panas bumi

mempunyai volume batuan permeabilitas dan mengandung fluida hidrotermal. Fluida ini

merupakan air meteorik yang mengandung gas (CO2, H2S, pH, NH3, O2). Fluida yang

terperangkap dalam lapisan batuan disebabkan; aktivitas tektonik, perubahan struktur

geologi dan patahan yang terbentuk akibat adanya permeabilitas dan porositas batuan.

Permeabilitas ini dapat menentukan tingkatan atau jumlahan cairan dapat diproduksi

sedangkan porositas batuan reservoir dapat menentukan jumlah total cairan yang tersedia.

12
Penyelidikan geokimia yang meliputi; pemetaan Hg dan konsentrasi CO2, estimasi suhu

fluida reservoir dengan geotermometer dan analisis kimia fluida panas bumi. Sampel

geokimia dilakukan secara sistematis menurut pengukuran di daerah manifestasi.

Temperatur reservoar dianalisis dengan menggunakan geothermometer SiO2 untuk sampel

air dan geothermometer Na-K untuk sampel gas. Hasil analisis air panas di daerah

penyelidikan untuk menentukan temperatur bawah permukaan terduga dengan

menggunakan rumus SiO2 (maximum steam loss), SiO2 (conductive cooling), Na/K

(Fournier, 1982) dan Na/K (Giggenbach, 1992). Hasil analisa geokimia diseminarkan pada

pertemuan ilmiah tahunan HAGI atau IAGI hingga dipublikasi prosidingnya.

4.2.2 Geohidrologi

Analisa sifat dan karakteristik fluida panas bumi berupa air dan gas sangat membantu

dalam menentukan temperatur bawah permukaan. Informasi ini dapat dikorelasikan dengan

fluida hidrotermal sehingga dapat ditentukan potensi sumber daya hipotetis dari suatu

sistem panas bumi daerah target. Gabungan analisa data geokimia (SiO2 dan Na/K) dengan

geohidrologi berupa tipe dan karakteristik fluida bawah permukaan sampai menghasilkan

peta potensi cadangan hipotetis. Hasil yang direncanakan diperoleh pada tahun ke 2 ini

akan dipublikasi pada jurnal Geothermics karena jurnal ini sangat terkait langsung selain

bereputasi dan terindeks scopus.

4.3 Integrasi Geosains dan Penginderaan Jauh

4.3.1 Sifat fisis batuan dan fluida daerah target

Peta tematik data penginderaan didasarkan pada klasifikasi citra. Data set satelit telah

berhasil digunakan untuk mengidentifikasi dan memetakan batuan dan mineral dalam

eksplorasi sistem panas bumi meliputi silika, karbonat, sulfat, dan sulfur (Hellman, 2004).

13
Dengan fasilitas pada band termal satelit akan memudahkan memahami sifat fisis batuan

dan mineral daerah penelitian. Interpretasi data termal ini selanjutnya dapat dipetakan

potensi panas bumi dari tinjauan geologi, geofisika, geohidrologi dan geokimia (geosains).

Peta geosains ini sangat membantu menduga model tentatif sistem panas bumi Jaboi,

Sabang. Prosesing integrasi data geosains ini dilakukan pada tahun ke tiga dan hasil

interpretasi dipublikasi pada jurnal Volcano and Geothermal Research.

4.3.2 Model konseptual sistem panas bumi Jaboi

Peta integrasi potensi panas bumi hasil kajian geosains akan dicek terlebih dahulu akurasi

dan validasi. Nilai validasi harus mewakili hasil klasifikasi untuk setiap parameter yang

berkaitan dengan temperatur. Nilai akurasi harus sudah di cross-check kebenaran dan

ketepatan ke semua arah meliputi; producer’s accuracy, user’s accuracy dan overall

accuracy sehingga klasifikasi sampel yang digunakan telah memiliki nilai kappa accuracy

yang standar. Nilai kappa accuracy mengacu pada standard NASA dan ESA dimana nilainya

diatas 85%. Secara umum tahapan penelitian dan capaian yang ditargetkan dalam penelitian

penentuan potensi panas bumi jaboi dari berbagai kajian ilmu kebumian dapat dilihat pada

gambar 7. Untuk tahun pertama capaian yang ditargetkan telah dipenuhi walaupun masih

ada yang sedang proses misalnya paper untuk jurnal terakreditasi masih dalam proses

review sejak tim peneliti submit.

14
Input: Data awal identifikasi dan
eksplorasi panas bumi sebagai
sumber energi terbarukan Aceh Penyelidikan
Penyelidikan Geofisika
Pendahuluan Geologi,
(Magnetik , Gaya Berat
Pemetaan anomali Peta geologi tinjau Tinjauan Lapangan
dan Resistivitas) geofisika
Suhu fluida dan bawah
Potensi sumber daya spekulatif permukaan (estimasi)
Tahun-1

Penyelidikan Lanjut
Analisa Geokimia Geohidrologi dan
Anomali Panas Bumi
Peta Geohidrologi Hidrologi
Tipe Fluida

Potensi sumber daya Hipotetis


Sistem Panas Bumi
Tahun-2

Sifat fisis batuan dan


Integrasi Data (Geologi,
Model Konseptual Geofisika, Geokimia dan
Model sistem panas bumi fluida daerah target
Sistem Panas Bumi Penginderaan Jauh)
Daerah Aceh dari sistem vulkanik

Peta geologi, geofisika,


Model sistem panas bumi hidrologi, dan geokimia
gabungan semua data

HASIL INTERPRETASI AKHIR


Tahun-3

Gambar 7. Tahapan penelitian dan capaian yang ditargetkan selam tiga tahun dalam
menentukan potensi panas bumi jaboi, Sabang sebagai energi terbarukan

BAB 5. HASIL LUARAN YANG DICAPAI

5. 1 Data Geologi (sebaran dan karakteristik batuan)

Peta klasifikasi dan sebaran batuan daerah gunung api leumo matee dan seumeuregoh

(gambar 8). Peta sebaran batuan daerah panas bumi Jaboi terdiri dari 6 jenis batuan:

a. Satuan batuan vulkanik Leumo Matee (Qvlm)

Sebaran batuan ini terdapat pada Gunung Leumo Matee, dominan berwarna abu-abu,

kecoklatan hingga kemerahan dan derajat kristalisasi hipokristalin.

15
Ukuran butir bertekstur (porfiritik) yakni kristal-kristal yang lebih besar tertanam dalam

kristal yang lebih halus dengan komposisi mineral piroksen, hornblende dan plagioklas.

b. Satuan Batuan Piroklastik Leumo Matee (Qaplm)

Satuan ini tersebar pada gunung Leumo Matee arah timur. Secara megaskopis batuan ini

terdiri dari tuffa, breksi dan piroklatik berwarna abu-abu dan sebagian mengalami

pelapukan. Fragmennya berjenis breksi-tufan dan breksi yang mengandung lava andesit.

Breksi tufan agak melapuk,menyudut dan butir terbuka.

c. Satuan batuan Piroklastik Weh (QTapw)

Satuan ini berwarna abu-abu kekuningan akibat pelapukan. Batuan ini merupakan batuan

vulkanik tua yang ada di Pulau Weh. Satuan aliran Piroklastik Weh tersebar di sebelah

timur daerah penyelidikan. Komponen penyusun bervariasi berdasarkan sebaran (tuff, lapili)

dan fragmennya bersifat andesitik-dasitik.

d. Satuan vulkanik Semeureuguh (Qvs)

Satuan ini tersebar di daerah selatan Pulau Weh, secara megaskopis tekstur sama dengan

satuan vulkanik Leumo Matee. Warna abu-abu, kecoklatan hingga kemerahan tersusun dari

bebagai asosiasi mineral, piroksen dan plagioklas sebagai fenokrisnya.

e. Satuan Piroklastik Semeureuguh

Satuan ini tersebar di selatan gunung Semeureuguh yang diperkirakan berumur Kuarter.

Pada satuan ini bentuk klastik (fragmennya) bervariasi, ada tuff dan bom gunung api.

Satuan ini merupakan satuan Pirolastik gunung api yang bersifat ringan (pumice),

berwarna putih terang hingga kehitaman. Terdiri atas batu apung berukuran < 1-4 cm, dan

letusan berwarna gelap yang berukuran 5-10 cm dengan tekstur gelasan.

f. Satuan Vulkanik Leumo Matee Alterasi

Satuan batuan secara geologi dapat dilihat pada gambar 8 sekalian dapat membandingkan

dengan peta geologi sebelumnya.

16
Secara megaskopis berwarna abu-abu keputihan, kemerahan, kehijauan, kecoklatan dan

kehitaman. Fenokrik terdiri dari relik/sisa terdiri dari piroksen, plagioklas dan hornblende

yang tertanam dalam masa dasar afanitik dan gelas vulkanik.

Gambar 8. Peta sebaran dan klasifikasi batuan daerah panas bumi jaboi

Berdasarkan uraian sebaran batuan diatas telah diperoleh peta sebaran batuan pada daerah

panas bumi Jaboi. Peta ini sangat m e ndukung dan memberikan informasi tambahan

terhadap peta tahun 2006. Klasifikasi sebaran batuan terbagi menjadi enam satuan batuan.

5.2 Data geofisika

5.2.1 Anomali gravitasi dan interpretasi

Metoda pasif geofisika yang digunakan untuk menghitung nilai variasi medan gravitasi

bumi oleh perubahan densitas antar batuan dibawah permukaan. Daerah yang memiliki

densitas berbeda menyebabkan perbedaan nilai gravitasi. Perbedaan ini dikenal anomali

gravitasi. Anomali gravitasi dan kontras densitas batuan bawah permukaan terjadi karena

pengendapan mineral, alterasi hidrothermal, sesar dan dike, intrusi batuan. Nilai densitas

batuan terlihat pada tabel 1.

17
Tabel 1. Nilai densitas batuan (Telford, et al., 1990)
Jenis Material Densitas (g/cm3) Rata-rata (g/cm3)
a. Tanah (Soil) 1,2 – 2,4 1,92
b. Lempung (Clay) 1,63 – 2,6 2,21
c. Kerikil (Gravel) 1,70 – 2,4 2,0
d. Pasir (Sand) 1,70 – 2,3 2,0
e. Batu pasir 1,61 – 2,76 2,35
f. Batu gamping 1,93 – 2,90 2,55
g. Breksi 1,54 – 3,00 2,29
h. Breksi vulkanik 1,32 – 2,95 2,19
i. Tufa 1,41 – 2,94 2,11
j. Rhyolite 2,35 – 2,70 2,52
k. Andesit 2,4 – 2,8 2,61
l. Granite 2,5 – 2,81 2,64
m. Basalt 2,7 – 3,30 2,99

Pada metode gravitasi perbedaan nilai densitas diukur dengan melihat perbedaan kecil dari
massa bumi yang besar akibat distribusi massa jenis batuan yang tidak merata. Medan
gravitasi yang tidak merata akan diperoleh jika terjadi perbedaan massa jenis batuan dari
suatu tempat dengan tempat lainnya. Gambar 9 memperlihatkan anomali residual gravitasi.

Gambar 9. Anomali residual data gravitasi daerah panas bumi jaboi

18
Data anomali residual yang telah terokeksi pada gambar 9 diambil dua sayatan; AAI dan

BBI untuk mendapatkan model yang paling sesuai dengan kondisi daerah. Berdasarkan

gabungan model penampang A-A’ dan B-B’ maka diperoleh 4 (empat) jenis litologi pada

lapisan yang berbeda. Untuk model penampang AA’ meliputi: Breksi tufa terubah (ρ=1.14

gr/cm3 dan ρ=1.07 gr/cm3), Andesit terubah (ρ=2.34 gr/cm3), Breksi vulkanik sisipan tufa

terubah (ρ=2.12 gr/cm3) dan Andesit basaltis (ρ=2.56 gr/cm3). Sedangkan pada model

penampang BB’ diperoleh: lapisan Breksi tufa terubah (ρ=1,07 gr/cm3), Andesit terubah

(ρ=2.34 gr/cm3), Breksi vulkanik sisipan tufa terubah (ρ=2.12 gr/cm3) dan Andesit basaltis

(ρ=2.56 gr/cm3).

5.2.2 Data magnetik dan interpretasi

Berdasarkan titik pengukuran data magnetik diperoleh 45 titik dengan luasan 2500 m2 yang

melingkupi semua manifestasi panas bumi yang muncul di permukaan. Peralatan yang

digunakan magnetometer dan prosesing data menggunakan software Mag2DC dan ArcGIS

untuk pemetaan. Anomali mangetik digunakan untuk proses pemodelan bentuk penampang

daerah pengukuran. Respon magnetik batuan dan mineral dapat ditentukan oleh

suseptibilitas material magnetik yang terkandung di dalamnya. Adapun nilai suseptibilitas

dari beberapa material ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2. Variasi Suseptibilitas Batuan dan Mineral (Hunt et. al., 1995)

Jenis Suseptibilitas (x 10−6 SI)


Rata-rata batuan sedimen 0-50000
Andesit 170000
Basalt 250-180000
Granit 0-50000
Piroksen 130000
Riolit 250-38000
Breksi 1200
Tufa 1200

19
Gambar 10. Distribusi titik pengukuran data anomali magnetik total

Gambar 11. Hasil pemodelan anomali magnetik

Berdasarkan hasil pemodelan 2D bawah permukaan diperoleh 5 lapisan berturut-turut yaitu

Soil (𝑘 = 0.00 x 10-6 SI), andesit terubah (𝑘 = 13.408 x 10-6 SI), breksi tufa terubah (𝑘 =

12.686 x 10-6 SI), andesit terubah (𝑘 = 13.423 x 10-6 SI) dan andesit breksi (𝑘 = 13.535 x

10-6 SI). Patahan yang dijumpai merupakan patahan normal yaitu patahan ceuneuhot.

Interpretasi hasil ini dapat dilihat juga pada tabel 3.

20
Tabel 3. Interpretasi hasil pemodelan anomali magnetik daerah Jaboi, Sabang
Geometri Kontras Estimasi Kedalaman Interpretasi
Anomali Suseptibilitas Suseptibilitas (meter)
Lapisan 1 0.00 0.00 0 Soil
Lapisan 2 0.0116 13.408 70-255 Andesit terubah
Breksi Tufa
Lapisan 3 -0.711 12.686 255-490
terubah
Lapisan 4 0.0266 13.423 490-850 Andesit terubah
Lapisan 5 0.1384 13.535 850-1000 Breksi andesit

5.2.3 Kontur resistiviti dan interpretasi

Pemodelan data resistivitas dapat dilakukan dengan menggunakan komputer dan Software

Res2Dinv, dimana nilai resistivitas sebenarnya (ρ) dapat diperoleh dengan menggunakan

proses perhitungan nilai resistivitas semu (ρɑ). Proses perhitungan ini menggunakan proses

inversi. Di dalam Software Res2Dinv, inversi merupakan proses permodelan nilai

resistivitas sebenarnya. Diperoleh lintasan data anomali resistivitas seperti gambar 12

dengan kelurusan mirip dengan bidang patahan yang berada pada jarak 150-160 meter.

Gambar 12. Penampang anomali resistivitas Lintasan I panas bumi jaboi

21
Gambar 13. Penampang anomali resistivitas Lintasan I panas bumi jaboi

Berdasarkan gambar 13, terlihat ada dua jenis lapisan dengan nilai resistivitas yang

berbeda. Lapisan pertama dicitrakan dengan warna biru memiliki nilai resistivitas berkisar

4-25 Ωm pada kedalaman 0 – 27 meter. Lapisan ini diindikasikan sebagai lapisan top soil.

Lapisan kedua yang dicitrakan dengan warna hijau hingga ungu pada jarak 40–180 meter

memiliki nilai resistivitas 60 – 1800 Ωm dengan kedalaman berkisar 15–55,3 meter, lapisan

ini diduga sebagai lapisan batuan andesit gunungapi.

22
Lintasan II

Gambar 14. Penampang anomali resistivitas Lintasan I panas bumi jaboi

Berdasarkan gambar 14. terlihat ada dua jenis lapisan dengan nilai resistivitas berbeda.

Lapisan pertama dicitrakan dengan warna biru memiliki nilai resistivitas berkisar 4-25 Ωm

pada kedalaman 0-35 meter. Lapisan ini diindikasikan sebagai lapisan top soil. Lapisan

kedua dicitrakan dengan warna hijau hingga ungu pada jarak 100-190 meter memiliki nilai

resistivitas 60-1800 Ωm dengan kedalaman berkisar 15-55,3 meter. Lapisan ini diduga

lapisan batuan andesit gunungapi. Pada kedua lintasan terindikasi adanya patahan, hal ini

dikarenakan posisi lintasan pengukuran memotong zona patahan. Zona patahan pada

lintasan I pada jarak 150-170 meter sedangkan zona patahan pada lintasan II pada jarak

160-180 meter. Kedua zona patahan memiliki nilai resistivitas 300 - <1000 Ωm. Zona

patahan yang terindikasi diduga sebagai bagian dari sesar Ceunohot. Sesar Ceunohot

merupakan salah satu sesar normal yang berarah barat daya-timur laut dan membentuk

lembah graben yang berposisi antara tubuh lava Semeuregeuh dan Leumo Matee.

23
5.2.4 Data suhu bawah permukaan

Untuk pengukuran suhu permukaan menggunakan termometer dan GPS di kawah I sampai

kawah IV yang menunjukkan manifestasi air panas dan uap panas. Distribusi suhu

permukaan diamati dengan peralatan needle probe sepanjang 2 meter dan setiap 0.5 meter

dipasang sensor suhu LM35 (gambar 15). Peralatan monitoring suhu bawah permukaan

merupakan produk hasil dari penelitian distribusi suhu bawah permukaan daerah panas

bumi Jaboi, Sabang. Untuk pemodelan distribusi suhu bawah permukaan menggunakan

teknik beda hingga (finite different) sehingga diharapkan data in situ sesuai dengan model

matematis terutama untuk profil 2 dimensi.

Gambar 15. Peralatan Needle Probe untuk monitoring perubahan suhu bawah permukaan

Hasil hasil penelitian dengan data geologi dan geofisika sudah diseminarkan pada beberapa

even sesuai dengan yang telah di janjikan pada rencana awal penelitian.

Kegiatan seminar dimaksud antara lain:

24
1. The 6th Aceh Development International Conference 2017 tanggal 24-26 Maret 2017 di

University Islam International, Malaysia dengan judul makalah Applicaton of an

Overlay Technique to determine a potential geothermal area Aceh. Pada seminar ini

ingin mendiskusikan tentang metoda overlay cocok digunakan dalam menggabung data

data geosains. Semua dokumen pendukung kegiatan ini terlampir.

2. Pada tanggal 12 s.d 14 Mei 2017 di Universitas Jambi telah dipresentasikan hasil

penerapan teknik ini untuk data geosains ditambah data satelit Landsat-5TM wilayah

Aceh yang dikombinasikan dengan data in situ. Kegiatan ini disinergiskan dengan

seminar dan rapat tahunan bidang MIPA terutama geofisika bagi peneliti. Adapun

dokumen kegiatan seminar ini juga terlampir.

3. Untuk jurnal Geologi Indonesia dfrat terlampir dan sedang proses review oleh tim

editor jurnal dimaksud. Jurnal geologi hanya 4 kali terbit dalam setahun namun

demikian jurnal ini memiliki Akreditasi B dari LIPI dan ISSN 1907-2953.

4. Untuk pengujian material di lapangan pada tanggal 7-9 September 2017 telah

dilakukan pengujian langsung batuan dan mineral hasil sampel yang berasal dari

lapangan panas bumi Jaboi, Sabang. Pengujian dilakukan di laboratorium Vanadis

utama yang berada di Jakarta. Hasil ini menjadi data penting dalam penulisan makalah

untuk di seminari dan di publikasi pada jurnal terindeks.

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA


Dengan diperoleh data geologi dan data geofisika secara baik dan masih terus dianalisa

terutama untuk publikasi, maka diharapkan terdapat model yang paling tepat dari berbagai

tinjauan ilmu kebumian. Rencana selanjutnya akan terus mempublikasi data ini pada jurnal

ilmiah dan berindeks ditambah data pendukung lain khususnya data geokimia (air dan gas)

agar dapat menerangkan keberadaan potensi panas bumi secara lebih lengkap.

25
Data geokimia sangat penting karena berkorelasi langsung dengan data geologi dan

geofisika dikenal 3G (Geologi, Geofisika dan Geokimia). Oleh karena itu penelitian

lanjutan untuk memperolah peta geohidrologi dan penentuan suhu bawah permukaan

berdasarkan data geokimia terutama fluida cair dan fluida uap atau gas.

6.1 Anggaran Biaya

Anggaran biaya untuk tahun lanjutan (tahun ke-2) dapat dilihat pada tabel 4. Detail biaya
atau justifikasi anggaran terlampir.
Tabel 4. Anggaran biaya Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi yang diajukan tahun kedua
No. Jenis Pengeluaran Tahun 2
1 Honor tim peneliti 22,080,000
Peta geologi, peta rupa bumi, fotocopi, alat tulis
kantor, laporan, internet, uji sampel (cairan dan gas
2 54,320,000
daerah geotermal) komunikasi, dan publikasi
prosiding dan jurnal
3 Transportasi, akomodasi, seminar, FGD 17,600,000
Rental dan Perawatan peralatan geologi dan
4 10,700,000
geofisika
Jumlah 104,700,000

6.2. Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan penelitian berikutnya selama dua tahun seperti tertera di bawah.

Activities Tahun -2 Tahun -3


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Penyelidikan lanjut dan analisa geokimia (Tahun-2)
Kajian sifat fisik dan kimia panas bumi
- Tipe fluida (dominant uap atau dominan air)
- Submit hasil uji laboratorium ke jurnal Geothermics
Peta geohidrologi
- Penentuan sirkulasi air panas dan uap panas
- Perhitungan sumberdaya hipotesis
- Interpretas dan publikasi pada Geothermics
- Seminar dan Publikasi pada prosiding internasional
Integrasi analisa dan Interpretasi (Tahun-3)
Penerapan teknik Overlay untuk data geosains dan
penginderaan jauah
- Seminar dan Publikasi pada prosiding internasional
Model Konseptual dan Interpretasi Akhir
- Publikasi pada Journal VGR
- Draft buku panduan sistem panas bumi Aceh
- Laporan akhir

26
BAB. 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan data geologi meliputi analisa sebaran batuan dan klasifikasi batuan gunung api

dan data geofisika dengan beberapa metoda (gravitasi, magnetik, resistivitas dan suhu

bawah permukaan) sudah dapat diinterpretasi dan diungkapkan bahwa semua parameter

yang diperoleh dilapangan berkaitan erat dengan aktivitas panas bumi (temperatur) Jaboi.

Hal ini dapat dilihat dari hasil pengolahan dan interpretasi data pengukuran lapangan :

1. Dari peta sebaran dan singkapan batuan pada penelitian menunjukan bahwa daerah

panas bumi Jaboi terdiri atas 6 jenis satuan batuan yakni: satuan batuan vulkanik

Leumo Matee, satuan batuan Piroklasik Leumo Matee, satuan batuan Piroklastik

Weh, satuan vulkanik Leumo Matee Alterasi, satuan vulkanik Semeureuguh, dan

satuan Piroklastik Semeureuguh. Sebaran dan klasifikasi satuan batuan ini

menunjukan hubungan dengan keberadaan aktivitas panas bumi Jaboi.

2. Pada setiap lapisan yang telah dimodelkan dari data gravitasi diperkirakan terdapat

struktur sesar (sesar ceunohot) yang diperkirakan mengontrol sistem panas bumi di

daerah Jaboi, Sabang.

3. Pada setiap lintasan (ada 2 lintasan) yang telah diolah berdasarkan data resistivitas

terdapat patahan dengan keberadaan sungai purba yang diperkirakan berafiliasi

dengan aliran fluida sistem panas bumi.

4. Keterkaitan ini menunjukkan bahwa semua variabel yang diperoleh dari setiap

metoda baik secara geologi maupun geofisika berkorelasi langsung dengan suhu

baik diatas atau dibawah permukaan gunung api daerah Jaboi, Sabang Pulau Weh

atau lebih dikenal dengan gunungapi Leumo Matee dan Seumeureugoh.

27
7.2 Saran untuk keberlanjutannya

Penelitian tahun pertama ini hanya fokus pada data geologi dan geofisika daerah panas

bumi Jaboi, Sabang. Sangat penting dan mendesak untuk dilanjutkan dengan mendapatkan

data geokimia (fluida air dan gas) karena batuan dan mineral atau material panas bumi

saling berkaitan dan harus di uji di laboratorium sehingga diperoleh informasi secara

menyeluruh. Oleh karena itu penelitian lanjutan sangat diperlukan sehingga informasi,

akurasi dan ketepatan dapat terpetakan dengan baik. Peta geologi, geofisika dan geokimia

akan terintegrasi dengan baik dalam membuat model konseptual potensi panas bumi.

DAFTAR PUSTAKA

Fischer, M. M., and Getis, A. (2010). Handbook of Applied Spatial Analysis Software
Tools,Methods and Applications. doi: 10.1007/978-3-642-03647-7, ©Springer-
Verlag Berlin Heidelberg.

Fournier, R. O. (1982). Application of Water Geochemistry Geothermal Exploration and


Reservoir Engineering. Geothermal System: Principles and Case History.

Giggenbach, W. F. (1992). Chemical Techniques in Geothermal Explration (in D'Amore, F.


Application of geochemistry in geothermal reservoir development). 119-142.

Harinarayana, T., and Zlotnicki, J. (2006). Special Issue of Journal of Applied Geophysics
"Electrical and electromagnetic studies in geothermally active regions. Journal of
Applied Geophysics 58, 263-264.

Hellman, M. J., and Ramsey, M. S. (2004). Analysis of Hot Springs and Associated
Depostis in Yellowstone National Park using ASTER and AVIRIS remote sensing,
Journal of Volcano and Geothermal Research. 135, 195-219.

Iris Instrument. (1995). ASTM D 5334 Standar Tes Method for Determination of Thermal
Conductivity of Soil and Soft Rock by Thermal Needle Probe Procedure Vol. 04.

Isjmiradi, M. (1989). Pembuatan Alat Ukur Konduktivitas Panas Batuan Dengan Metode
Needle Probe, Universitas Gadjah Mada.

John, W. L. (1998). Geothermal Direct Use Engineering and Design Guidebook.

Katili, J. A., and Hehuwat, F. (1980). Geoteconics of Indonesia a modern view on the
occurrence of large Transcurrent Fault in Sumatera, Indonesia.

28
Kaufman, A. A., Hansen, R. O., and Robert, L. K. K. (2009). Principles of the Magnetic
Methods in Geophysics. Amsterdam, The Netherlands: Elsevier

Kreith, F. and Priyono (1994). Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas (Vol. 3): Erlangga.

McCaffrey, R., Wark, D. & Prih Haryadi, P., 1996. Lateral variation in slab orientation
beneath Toba Caldera, northern Sumatra, Geophysical Research Letters, 23, 443-
446.

M. Isa, M. Z. Mat Jafri and H. S. Lim, Estimation of 2-D Temperature Distribution with
Finite Difference Techniques in Geothermal area, Aceh Indonesia. Australian
Journal of Basic and Applied Sciences, Vol. 5(12), 2011, pp.512-519, ISSN 1991-
8178.

M. Isa., M. Z. Mat Jafri., and H. S. Lim, Comparison of Field Temperature versus Satellite
Temperature in Geothermal area. Publisher: American Institute of Physics Conf.
Proceeding, Vol.1528, 2013, pp.163, DOI: 10.1063/1.4803588.

Niederleithinger, E., Weller, A., and Lewis, R. (2012). Evaluation of Geophysical


Techniques for Dike Inspection. Journal of Environmental and Engineering
Geophysics, 17 (4), 185-195.

Noorollahi, Y., Itoi, R., Fujii, H., and Tanaka, T. (2007). GIS model for geothermal
resource exploration in Akita and Iwate prefectures, northern Japan. Computers &
Geosciences, 33 (4) 1008-1021.

Prihadi, S., Kasbani., and Edi, S. (2010). Jaboi Geothermal Field Boundary, Nanggroe
Aceh Darussalam Based on Geology and Geophysics Exploration Data. Proc. World
Geothermal Congress Bali, Indonesia, 25-29 April 2010

Qiming, Q., Ning, Z., Peng, N., and Leilei, C. (2011). Geothermal area detection using
Landsat ETM+thermal infrared data and its mechanistic analysis- A case study n
Tengchong, China. International Journal of Applied Earth Observation and
Geoinformation, 13, 552-559.

Rybach, L., and Mongillo, M. A. (2010). Preface to Geothermics Special issue on sustanble
geothermal utilization. Geothermics, 39, 279-282.

Widodo, S., and Suhanto, S. (2006). Penyelidikan Terpadu Geologi, Geokimia dan
Geofisika Daerah Panas Bumi Jaboi, Kota Sabang Nanggroe Aceh Darussalam.
Laporan Subdit Panas Bumi - Direktorat Inventarisasi ESDM Badan Geologi.

29
ANALYSIS AND IDENTIFICATION OF DISTRIBUTION OF
ROCKS IN JABOI, SABANG GEOTHERMAL AREA
BASED ON MEGASCOPIC

3
Muhammad Isa1, Ira Dahlia2, Ibnu Rusydy , Muhammad Rusdi4
1
Prodi Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111 Indonesia
2
Prodi Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 23111 Indonesia
3
Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 23111 Indonesia
4
Prodi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 23111 Indonesia
Email : muhammadisa@unsyiah.ac.id, iradahlia96@gmail.com, ibnu@unsyiah.ac.id, emrusdi@unsyiah.ac.id,

ABSTRACT

A study was conducted to map the distribution of rocks on the geothermal potential area in Jaboi,
Sabang. Geothermal is the heat energy contained in the Earth's crust. Research about the distribution
of rocks can be used as an initial parameter of exploration expediency before doing further
investigation about the geothermal activity. The purposes of this study are to map, to classify the
type of rock distribution, and to analyze the geothermal activity based on the distribution of the rock
types. This study was conducted by observing the texture of the rock megascopically (the color, the
degree of crystallization, and the shape) on rock outcrops. The data obtained were the rocks that had
the same texture on different positions, and those data then be plotted by using SASPlanet and
ArcGis softwares. The results of direct observation in the field and elevation data revealed that the
distribution of rocks on Jaboi geothermal area consisted of several units of volcanic rocks. The
distribution of volcanic rocks in Jaboi geothermal area was units of Semeureugoh volcanic rocks,
Semeureugoh Pyroclastic, Leumo Matee Andesite lava, Leumo Matee Pyroclastic, Weh Pyroclastic,
and unit of Leumo Matee Andesite lava which had undergone alteration. Andesite Lava is the lava
that was formed from andesitic magma. Andesite magma has the temperature range of 950 -1200 0C
with the amount of silica is higher than that of basaltic magma and lower than that of rhyolitic
magma. Based on the distribution of the rock types, geothermal activity in Jaboi originated from
andesitic-rhyolitic magma, proven by the fact that many andesitic lava flows and Pyroclastic
flows/fallouts were found in Jaboi geothermal area. The results of this study showed that the
distribution of rocks in Jaboi geothermal area supports and provides an additional value to the local
geology information.

Keywords: Volcanic rocks, texture, Andesite lava, Pyroclastic


1. Introduction
Indonesia is an archipelago which has a variety of natural potential energy including volcanoes.
Mineral resources scattered across the archipelago and in the earth's surface show a heterogeneous
distribution pattern. Geothermal Jaboi, Sabang is an active volcano located at the northern tip of
Sumatra island. Indonesia is located at the confluence of three tectonic plates, the Eurasian Plate,
Indo-Australian and the Pacific which play an important role in the process of formation of Indonesian
volcanoes [1]. There are at least 265 geothermal locations s p r e a d a l o n g vo l c a n i c st r i p e
s t a r t i n g f r o m Su m a t e ra , J a w a , Ba l i , N u sa T e n gga r a , a nd t he n t u rn i n g t o Ma l u k u
a n d S u l a we s i [2]. This condition is strongly related to position of Indonesia which is located
at world’s tectonic tracks hence many active volcanoes exist, not less than 129 active volcanoes
spread from west end of Indonesia to Halmahera in its east end [3]. The existence of those
volcanoes makes Indonesia as one among countries which have the biggest geothermal potential in the
world. Geothermal is thermal energy stored in the earth’s crust. Aceh is one among regions in
Indonesia that has geothermal potential, one is located in Weh island. The availability of geothermal is
not irrespective of its appearance existing at the earth’s surface. Based on integrated research,
geothermal in Weh island is strongly related to tectonic activity [4], the activity makes geology (rock)
of geothermal area different from that of another place. Generally, rocks in Weh island is classified
into four prime groups namely tertier sediment rock, unit of old volcanic rock attaining the age of
quarter-tertier, unit of young volcanic rock attaining the age of quarter, and limestone [4]. In general,
geology (lithology) of Weh island area has been identified, but a more detail classification of rock in
Jaboi geothermal area is not well identified yet. Because of that, it is necessary to do research to map the
distribution of rocks. Before identiying geothermal characteristics further, initial research about
geology in geothermal area is needed, one is the kind of rocks spread in geothermal potential area. The
rocks in the geothermal area are generally ones as the product of magma crystallization that strongly
related to geothermal activity originating from magma. The research about distribution of rocks at
the earth surface can analyze geothermal activity as one of main controllers for the existence of
geothermal system. This research is done by observing rocks texture megascopically in the
geothermal area in Jaboi, Sabang. Rocks texture observation such as color, degree of
crystallization, and fabric, can reflect their formation history. Observation of rocks texture is
aimed to classify the rock so that mapping of rock distribution in the geothermal potential area
can be done. The appearance of the rock at the surface can be further used to analyze geothermal
activity. The relation of geothermal activity based on distribution of kind of rocks can be explained.

2. Geology contemplation
2.1 Geology of Research Area
Weh island is one of volcanic islands formed because of pressure from Semangko fault line in the
north west end of Sumatera. This condition causes Weh island is dominated by sediment or volcanic
rocks. Lithology of Weh island consists of Tertier and Quarter rocks which are classified into four
major rock groups, namely group of Tertier sediment rock which is base rock of Weh island, group of
old volcanic rock attaining the age of Qurter-Tertier in the form of lava and Pyroclastic flow, group
of young volcanic rock attaining the age of Quarter which is a product of young volcanic cone series
forming a volcanic sincerity directing northwest-southeast and north south, and group of limestone.
The area of research is located in the geothermal potental region between Leumo Matee volcano and
Semeureuguh volcano. Ac c ording t o ge ol ogi cal ma p of volcano Leumo Matee and
Semeureuguh are composed of Leumo Matee lava unit, Semeureugoh lava, Leumo Matee Pyroclastic,
Semeureugoh Pyroclastic and Weh Pyroclastic.

2.2 Geothermal System


Geothermal system is energy that exists in earth’s crust in the form of hot water or hot steam, in a
certain geological condition in the depth of several kilometers in the earth’s crust [5]. Geothermal
system consists of several major elements namely heat source, reservoir, bed rock, and fluid [6].
Geothermal systems represent a process of heat transfer from a heat source within the earth to a
location on the surface, which is called a heat sink. Geothermal phenomena include volcanic
eruptions, emerging hot springs, steaming ground and fumaroles [7].
The Stratigraphist at Weh Island consists of four main parts: tertiary rocks, quarter nary-tertiary and
quarter nary and surface sediment. Distributions consist of sedimentary rocks, limestone and volcanic
rocks tertiary-quarternary age. The result of integrated survey (geology, geophysics, and
geochemistry) showed volcano rocks quarter the most dominant in geothermal area Jaboi [8].

2.3 R o c k a n d m a p p i n g o f geothermal area rock


Rock that exists in the geothermal area is generally igneous rock or volcanic rock which is strongly
related to geothermal activity in that area. The rock can be recognized based on its texture. The rock
texture in general can be classified into phaneritic rock, aphanitic rock, and igneous rock with glass
texture. The Texture of igneous rock can reflect its formation history and occurrence.
In this method, the rock textures observed are, for instances, degree of crystallization, granulity,
fabric, and crystal form. Degree of crytallization in the rock depends on magma freezing process. In
the magma freezing which goes on slowly, crystals with rough-medium in size will be formed, and if
the process goes on quickly, small crystals will be formed, and in the process that goes on very fast,
glass will be formed. Granulity or the size of igneous rock grain can be classified into phaneritic,
aphanitic, and glass shards. In phaneric, its crystals are observable by using naked eyes. Aphanitic,
viz grain size indicated with its crystals form which are very small, hence observable only with the
use of microscope. Glass shards (Glassy) are igneous rock that wholly consist of glass [9].
Fabric is a size of volume of igneous rock granule. Fabric can be distinguised into equigranular,
inequegranular. Equigranular is the size of granule or crystal the same.
Inequigranular is the size of ganule or crystal are not the same. Inequigranular can be classified into
two kinds, porphyritic, namely bigger crystals, or phenoric, smaller crystal (matrix). Vitrophyiric are
bigger crystals (fenoriks) buried in glass groundmass (matrix) or amorf. The shape of crystal can
depict the crystallization process of minerals forming igneous rock. The shape of igneous rock
crystal is classified into euhedral, subhedral dan anhedral. Euhedral is the crystal that has a perfect
edge and the same grain size. Subhedral is border of crystal change between perfect and irregular.
Anhedral is irregular crystal confine. This research has been performed from April 2017 to Agustus
2017. In general, the research is done in four steps, namely in the first step, planning is made, field
observation or description of rock revealed in the geothermal potential area, and then make map
plotting, and the last step is interpretating the map of kind of rocks distribution.

3. Methodology
3.1 Planning Stages
Planning steps performed in this research are:
1. Collecting data about the condition of research area, such as geology report that have ever been
and another information that related to research area,
2. Collecting information by using data of Digital Elevation Model (DEM) and geological map
based on the previous research (Badan Geology),
3. Making points of path used in the research,
4. Making plan such as number of persons to be involved, equipment, and arranging work program
and schedule.

3.2 Field Observation


Field observation is conducted by megascopically observing texture of rock existing in Jaboi
geothermal potential area, Sabang. Elements of observation are, for examples, rock examination and
description of it at an outcrop. The description is made by megascopically seeing the rock texture
(degree of crystallization, granulity, fabric, dan crystal shape), taking sample and picture of the rock
in the research area. Descriptive method is aimed for classification or identification based on the rock
texture.

3.3 M a p p l o t t i n g a n d i n t e r p r e t a t i o n
Based on data as results of field observation, a map based on kinds of rock, which are grouped to be
map unit, is created. Process of map production is done by using ArcGis and SASPlanet software.
SASPlanet is used to take the images in research area, and they then become input data in ArcGis. In
general, mapping by using ArcGis is performed by collecting the corordinates of observation points.
Coordinates are the initial input data in creating a map that use ArcGis, then in the next step,
geometric correction or rectification is carried out as well as digitation and map layout.
Field coordinate points are acquired based on observation points in the field, followed by
geometric correction. The geometric correction is needed to eliminate geometric distortion in an
image, in order to get relation between image coordinate system and coordinate system of
projection. Digitation is then carried out. It is defined as a process to convert analog data into
digital ones. Data of certain objects such as various rocks, which are in the raster format before, in
a high resolution satellite, can be converted into digital format by digitation process. The final step
is map layout, which is the last stage in making the map, including insertion of map elements.
After mapping is done, and then the created map is a map of kind of rock distribution in the
geothermal potential area, map interpretation is carried out. Map interpretation is a step of reading the
information contained in the map. The information can describe geothermal activities based on its
rock distribution. Methods of research performed obey the flowchart in the Figure 1 as follows:

Start

Study of Literature

Field observation

Description and classification of


rock

Rock mapping (Software ArcGis)


- Geometric correction
- Digitize
- Layout

Map of rock distribution

Map interpretation

Results

End

Figure 1. Research flowchart


4. Results and Discussion
Rock observation is performed at 70 points with research area of approximately 5 Km2. the research
about rock distribution is carried out by megascopically observing the rock texture including color,
degree of crystallization, and fabric, and then the rocks are classified. The processing of results
observation is doneby the use of ArcGis software. Besides using the real field data, map creation
process involves Digital Elevation Model (DEM) data as well. DEM data are the data in the raster
format which contain information about coordinate (x and y) as well as altitude. DEM data can help
strengthenin the results of field observation by using elevation data revealed with the in situ data of
rock distribution. Based on observation results of rock texture and overlay with the DEM data, the
map of rock distribution in the Jaboi geothermal potential area, Sabang, is achieved. Figure 2 is the
map of kind of rock distribution in the Jaboi geothermal potential area, Sabang, Aceh.
According to Figure 2, rock distribution in the Jaboi geothermal area consists of six kinds of rock unit
as follows: Leumo Matee volcanic, Leumo Matee Pyroclastic, Weh Pyroclastic, Leumo Matee
alteration volcanic, Semeureugoh volcanic, and Semeureugoh Pyroclastic.

Figure 2. Map of kinds of rock distribution Jaboi geothermal area, Sabang

4.1 Unit of Leumo Matee Volcanic Rock (Qvlm)


The distribution of this rock exists in mount Leumo Matee, generally dominated by gray color,
brownish to reddish. Its degree of crystallization is hypocristalline. Its granule/fabric size has a
texture of Inequegranular (porphyritic) namely bigger crystals buried in smaller crystal groundmass
with composition of pyroxene mineral, hornblende, and plagioclase as phenocryst (bigger crystals). Its
crystal shape is classified as aphanitic. Based on its texture, this rock is classified as lava andesite
rock. This rock distribution is almost uniform at one unit of mount Leumo Matee. In some locations,
this rock has undergone alteration because of direct contact with hydrothermal fluid. Figure 3 provides
Leumo Matee volcanic rock.
Figure 3. Leumo matee volcanic rock

4.2. Unit of Leumo Matee Pyroclastic(Qaplm)


This unit spreads in the east of mount Leumo Matee. Megascopically, this unit consists of gray
pyroclastic breksi and part of it has undergone weathering. In general, its fragment is classified as
brecias-tuff and breksi that contains andesite lava. Brecias tuff becomes moldy somewhat, badly
sorted, form a not large enough angle, and open fabric. Based on its textue, this unit is classified as
Leumo Matee pyroclastic flow.

Figure 4. Leumo Matee pyroclastic flow

4.3 Unit of Weh Pyroclastic Rock (QTapw)


Generally, this unit has a yellowish gray color, a part of it has undergone weathering. This unit
includes unit of old volcanic in Weh island. Unit of Weh pyroclastic flow spreads in the east part of
research area, its composition varies based on its distribution (tuff, lapilli). This fragment is
andesitic-dacitic and there is brecias with varying size of 4-10 cm, containing pumise and glass with
a high level of weathering. In some places there is sediment of andesite lava chunk composed of
quartz mineral and hornblende. Generally this unit is classified as pyroclastic flow, but in some
observation points, pyroclastic falling is found as well. This unit is indicated by its relatively uniform
thickness.
Figure 5. Weh Pyroclastic unit

4.4 Unit of Semeureugoh Volcanic (Qvs)


This unit spreads in the south area of Weh island. Megascopically, its texture does not significantly
differ from unit of Leumo Matee volcanic. Its colored gray, brownish, till reddish, composed of
various mineral associations: pyroxene and plagioclase as its phenocryst. It has undergone weathering
and transportation which is indicated by its non-uniformly spread. Besides that, in the north, this unit
is controlled by geological structure. This unit is classified as andesite lava flow rock and
categorized as unit of young volcanic in Weh island, which is estimated attain the age of Quarter.

Figure 6. Semeureugoh volcanic rock

4.5 Unit of Semeureugoh pyroclastic


This unit spreads in the south coast, at the south side mount Semeureugoh to be exact, w h i c h
e s t i m a t e d a t t a i n t h e a g e o f Q u a r t e r . In this unit, the clastic shape (fragment) varies,
there are tuff and volcano bomb. The unit of volcano bomb pyroclastic that is light or called pumice,
bright white in color, till bomb is blackish, containing pumice in size of < 1-4 cm, and dark color
bomb which has a size of 5-10 cm, with a texture of glass shards. Tuff is dominantly white. The
stone fragment generally form a not large enough angle, has a size of pebble till slab. This unit is
found only in some outcrop with non-uniformly spread.
Figure 7. Falling outcrop of Semeureugoh Pyroclastic

4.6 Unit of Leumo Matee Alteration volcanic


Megascopically, this unit is whitish gray, reddish, greenish, brownish, and blackish. Phenocryst
consists of relic/remnant being composed of pyroxene, plagioclase, and hornblende buried in
aphanitic groundmass and volcanic glass. Basically, this rock is included in the unit of Leumo
Matee volcanic (Andesite lava), but it undergone alteration which is influenced by temperature
(hydrothermal) h e n c e s e c o n d a r y m i n e r a l s a r e f o r m e d such as clay mineral, pyrite,
secondary quartz, and iron oxide. This unit spreads in some points of unit of mount Leumo Matee.

Figure 8. Alteration rock of Leumo Matee unit

Mapping the rock distribution is included as an initial survey to learn further about geothermal
activity in a place. Based on classification of rock in Jaboi Sabang geothermal area, the rock
distribution is dominated by volcanic rock which is classified as Andesite lava flow rock with the
texture is generally smoothing or called as extrusion rock. The extrusion rock is formed because of
lava going up to the surface and undergoing cooling off very quickly. Andesite rock is formed from

andesitic magma, i.e., magma with the intermediate temperature of 950-1200oC [10].
Generally, that magma is formed because of the existence subduction zone between Sumatran plate
and continent plate which cause magmatism occurs. Andesitic magma has a higher silica contents
compared with basaltic magma and a lower ones than rhyolitic magma. The silica contents have an
impact on volcano eruption. This thing is indicated by the condition of materials of volcano products
in the Jaboi geothermal area which are dominated by distribution of andesite lava flow and
pyroclastic material which are caused by magma extrusion effusively (lava trickle), dan explosive
(pyroclastic material). Based on its kinds of rock distribution and eruption, Jaboi geothermal activities
are generated by some factors, magma activities which have characteristics of andesitic- rhyolitic.
Geological structures, lithologies and morphologies are responsible for forming volcanic cones on
land, which is a characteristic of volcanoes.

5. Conclusions
The map of rock distribution in the Jaboi geothermal area has been obtained. This map will greatly
support and provide additional information for another maps. The kinds of rock distribution are
classified into six rock units; Leumo Matee volcanic (Andesite lava), Weh Pyroclastic rock, Leumo
Matee Alteration volcanic, Semeureugoh volcanic (Andesite lava), Semeureugoh Pyroclastic and Weh
Pyroclastic. This kinds of rock distribution shows that Jaboi Sabang geothermal area is controlled
by magma activities which have characteristics of andesitic- rhyolitic. This map has been overlay with
the geology map from Ministry of Energy and Mineral Resources Indonesia.

References
[1] Bemmelen, V. (1949). The Geology of Indonesia, Vol Ia, P. 22-24. Hag Netherland
[2] Kaufman, A. A., Hansen, R. O., and Robert, L. K. (2009). Principles of the Magnetic Methods in
Geophysics. Amsterdam, the Netherlands: Elsevier
[3] Pratomo, I. (2006). Klasifikasi gunung api aktif Indonesia, studi kasus dari beberapa letusan
gunung api dalam sejarah. Indonesian Journal on Geoscience, 1(4), 209-227
[4] Widodo, S. & Suhanto, S. (2005). Penyelidikan Terpadu Geologi, Geokimia dan Geofisika
Daerah Panas Bumi Jaboi, Sabang. Laporan Subdit Panas Bumi ESDM Badan Geologi.
[5] Broto,S. (2011). Aplikasi Metode Geomagnet Dalam Eksplorasi Panas Bumi.Teknik, 32(1),
hal. 79-87.
[6] Cheng, P. (1979). Heat transfer in geothermal systems. Advances in heat transfer, 14, 1-105
[7] Utami, P., Browne, P. R. L., Simmons, S. F., and Suroto. (2007). Lahendong and some other
geothermal systems in the Western Pacipic Belt: Comparison of their geologic settings,
hidrology and hidrology alteration. Proc. 29th New Zealand Geothermal Workshop 2007, 9.
[8] Munandar. A. (2005) Internal Report Badan Geology, Ministry of Energy and Mineral Resource.
[9] Susanto, A. (2008). Diktat Praktikum Petrologi. Institut Teknologi Bandung.
[10] Sumintadireja, P. (2012). Volkanologi. Institut Teknologi Bandung: IT
Address :IIUM Gombak Campus, Jalan Sungai
Pusu, Gombak 53100 Kuala Lumpur Malaysia
Phone: +601139798070
Website: www.adic2017.com
Email: admin@adic2017.com

Nomor : 073/Eds./ADIC2017 Date : 14th February 2017

Notification of Acceptance

Congratulations!
Based on the recommendations of the reviewers and the Technical Program Committee, we are pleased
to inform you that your paper submitted to ADIC 2017 has been accepted for oral presentation and
published in ADIC 2017 proceeding. You are cordially invited to present the paper orally at ADIC 2017
to be held on 24-26 th March 2017 in Kuala Lumpur.

The detail of the paper are as follow::


Paper ID 050

Author(s) Muhammad Isa, Muhammad Syukri S, Muhammad Rusdi


Tittle APPLICATION OF AN OVERLAY TECHNIQUE TO
DETERMINE A POTENTIAL GEOTHERMAL AREA ACEH

In order to register the conference and have your paper included in ADIC 2017 proceeding, you must do
the following steps.
1. Revise your paper according to the Reviewers’ Comments.
2. Format your paper according to the Template. Please strictly adhere to the format specified in the
conference template while preparing your paper for final submission (layout, font, and size, etc.).
3. Send your final paper (both .doc and .pdf format) to editor@adic2017.com before 20 February
2017.
4. Make payment of Registration Fee.
5. Complete the Registration Form.

Finally, we would like to further extend our congratulations to you and we are looking forward to meeting
you in Kuala Lumpur.

Yours Sincerely,

TUMIN
Chairman of ADIC 2017
APPLICATION OF AN OVERLAY TECHNIQUE TO DETERMINE
A POTENTIAL GEOTHERMAL AREA ACEH

Muhammad Isa 1), Muhammad Syukri S 2) Muhammad Rusdi 3)


1,2
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala
3
Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
email: isameister@gmail.com, msyukris@gmail.com and emrusdi@gmail.com

Abstract Indonesia is a country that has a significant volcanic and non-volcanic


geothermal potential. It is necessary to intensify study, integrated scientific survey
techniques and parameters. The objective of this research was to determine potential
geothermal system over Jaboi, Aceh based on the integrated geosciences and remote
sensing techniques. The collected geological data; fault and hot springs parameters
indicate that presence and distribution pattern. Once classified geophysical data are
filtered with boundary condition; magnetic χ<-115 nT and resistivity ρ<50 Ωm. The
geochemical data involved Hg concentration and CO2 measurements. The Hg
concentration was between 500 ppb to 3500 ppb and the CO2 concentrations varied
from 0.10 % to 5.5%. The Hg and CO2 concentrations increased substantially at higher
temperatures. Meanwhile, the satellite temperature distribution is between 20 0C and
30 0C. The filtered of temperature used is T>22 0C. These validated parameters have
shown high statistically classification and Kappa accuracy representation model. The
Kappa statistic report is shows that the geological images (hot spring: 0.85; fault:
0.89). The geophysical images (magnetic: 0.88; resistivity: 0.94); and geochemical
images (CO2: 0.90; Hg: 0.96). Finally, satellite temperature image has Kappa accuracy
0.93. Application of the overlay technique is helpful for determining potential
geothermal field.
Keywords: geothermal, geosciences, remote sensing, Kappa accuracy

Background
Geothermal systems represent a process of heat transfer from a heat source within the earth to a
location on the surface, which is called a heat sink. Geothermal phenomena include volcanic
eruptions, emerging hot springs, steaming ground and fumaroles (Utami, 2007). Geothermal systems
are earth systems that have geometry, materials, processes and history. Moreover, they have shapes
and dimensions that can be determined by near-surface studies. The geothermal material is composed
of rocks, fluids and gases that can be identified by geosciences. Geothermal systems cannot be
separated into exogen and endogen processes. Geothermal systems are controlled by characteristics of
the surrounding geological structure; these systems can be used directly and indirectly (Utami, 1998).
A large portion of geothermal potential is released through groundwater circulation, hot gas emission
and thermal conduction. Moreover, it is important to determine the hydrological and thermal
environments that are associated with active regions from an energetic perspective (Harinarayana,
2006). The main properties of a geothermal reservoir are its porosity and permeability. The porosity
of reservoir rock is used to assess the volume of fluids stored in a reservoir, while the permeability of
reservoir rock controls the flow rate of the produced fluid (John, 1998). Renewable energy options
and geothermal resources have the potential to greatly contribute to remedying global energy.
SEMIRATA 2017
BADAN KERJASAMA PERGURUAN TINGGI NEGERI
WILAYAH INDONESIA BAGIAN BARAT (BKS-PTN BARAT)
BIDANG MIPA
FKIP DAN FST UNIVERSITAS JAMBI
Kampus Pinang Masak Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian KM 15 Mendalo Darat Jambi. Kode Pos. 36361
Telp. 085216140503 (Winda Dwi Kartika), 081394014688 (Muhaimin), 081377551574 (Wawan)
Surel: semirata2017@unja.ac.id, Laman: semirata2017.mipa.unja.ac.id

Jambi, 30 Maret 2017


Nomor : 021/SEMIRATA/MIPA/03/2017
Hal : Undangan Pemakalah pada SEMIRATA BKS PTN Wilayah Barat Tahun 2017

Kepada Yth.
Dr. MUHAMMAD ISA, S.Si, M.Si
di Universitas Syiah Kuala

Salam hormat,
Berdasarkan hasil seleksi oleh tim Reviewer, kami sampaikan bahwa makalah Saudara dengan judul:
" Aplikasi Teknik Overlay Untuk Penentuan Potensi Panas Bumi Berdasarkan Data Geosains dan
Remote Sensing "
Diterima untuk dapat dipresentasikan secara oral pada SEMIRATA BKS PTN Wilayah Barat Bidang
MIPA tahun 2017 yang dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Jumat s.d Minggu, 12 s.d 14 Mei 2017
Pukul : 08.00 s.d 17.00 WIB
Tempat : Ratu Convention Center (RCC) Kota Jambi

Kami ucapkan selamat dan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara di tunggu di Sepucuk Jambi Sembilan Lurah.
Demikian Pemberitahuan ini, atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)


Kegiatan pengujian dan analisa data penelitian batuan dan mineral serta perancangan

peralatan Needle Probe untuk monitoring perubahan suhu bawah permukaan.


EKSPLORASI POTENSI GEOTERMAL ACEH
DENGAN METODE 3GRS

PENGARANG BUKU / DR. MUHAMMAD ISA, M.Si


EDITOR / DR. YUNUS DAUD, M.Sc

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS


2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang keras memperbanyak, memfotocopy sebagian atau seluruh
isi buku ini, serta memperjual-belikannya Tanpa mendapat izin tertulis
dari Penerbit.

Diterbitkan oleh Syiah Kuala University Press


Darussalam –Banda Aceh, 23111
Judul Buku : JUDUL BUKU
Penulis : Dr. Muhammad Isa, M.Si
Editor : Dr. Yunus Daud, M.Sc
Desain cover : Muhammad Rusdi, Ph.D
Penerbit : Syiah Kuala University Press Telp (0651) 801222
Email : upt.percetakan@unsyiah.ac.id
Cetakan : Pertama, 2017
ISBN : 978-602-XXX-XXX
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji terpanjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan kekuatan untuk dapat menyelesaikan
“Buku Studi Eksplorasi Potensi Geotermal Dengan Metode
3GRS”. Pengembangan panas bumi di Indonesia masih terbilang
lambat meskipun potensi sangat besar karena dinamika permasalahan
yang kompleks. Salah satu yang menjadi perhatian adalah tahapan
pengembangan dan perizinan yang memerlukan kerjasama berbagai
lembaga terkait apalagi lokasi potensi panas bumi sebagian besar
berada di wilayah yang merupakan kawasan hutan. Panas bumi dan
hutan merupakan sumber daya alam yang memiliki manfaat besar bagi
kelangsungan hidup manusia. Pengembangan Panas bumi harus
senantiasa memperhatikan aspek-aspek kelestarian ekosistem. Buku
Eksplorasi Potensi Geotermal Dengan Metode Geologi, Geofisika dan
Geokimia serta Remote Sensin (3GRS), ini merupakan hasil
pemikiran dari banyak tinjauan ilmu kebumian dalam upaya
mensinergikan pengembangan energi terbarukan yang berkelanjutan
dan mendukung program pemerintah dalam mengembangkan energi
hijau (Go Green). Usulan referensi ini menarik dikaji lebih mendalam
agar diperoleh gambaran detail atau model konseptual mengenai
potensi daerah panas bumi khususnya daerah Jaboi, Sabang. Model ini
dapat menjelaskan keberadaan sistem panas bumi dominan air atau
uap sebagai energi bersih, terbarukan dan ramah lingkungan. Buku ini
mengidentifikasi kriteria, indikator penting dan klasifikasi sebaran
batuan dan mineral daerah Sabang yang perlu perhatian kita semua
agar diterapkan dalam rangkan menjaga keberlanjutan kegiatan
pemanfaatan panas bumi. Penyusunan buku ini telah melalui
serangkaian proses diskusi, penyelidikan, editing dan konsultasi
dengan para pemangku kepentingan. Saya berharap buku ini dapat
menjadi referensi bagi pemerintah, pengembang panas bumi,
akademisi maupun masyarakat secara umum.
Ucapan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian
Masyarakat (DRPM) Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan
Tinggi Republik Indonesia yang telah mendanai penelitian Unggulan
Perguruan Tinggi meliputi buku ajar yang telah dijanjikan.
Oleh karena itu, saran dan masukan dari semua pihak sangat kami
harapkan demi kesempurnaan buku edisi revisi. Semoga draft buku ini
dapat membantu dan memberi banyak manfaat dalam pembelajaran di
dunia pendidikan negeri kita. Amin.

Darussalam, 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ii
Daftar Isi … ii
Daftar Gambar…………… v
Daftar Tabel …… vi
Daftar Istilah viii

BAB 1 – PENDAHULUAN
1.1 Sistem Panas Bumi 1
1.2 Sifat fisis dan interior bumi 3
1.3 Geotermal Indonesia 5

BAB 2 – GEOTERMAL ACEH DAN PENGEMBANGANNYA


2.1 Potensi Geotermal Aceh 9
2.2 Wilayah Kerja Panas Bumi di Aceh 13

BAB 3 – AKTIVITAS GEOLOGI PANAS BUMI JABOI


3.1 Identifikasi Sebaran Batuan Panas Bumi Jaboi Sabang 16
3.2 Satuan Batuan Vulkanik Leumo Matee (Qvlm) 16
3.3 Satuan Batuan Piroklastik Leumo Matee (Qaplm) 17
3.4 Satuan Batuan Piroklastik Weh (QTapw) 18
3.5 Satuan Vulkanik Semeureuguh (Qvs) 18
3.6 Satuan Piroklastik Semeureuguh 19
3.7 Satuan Vulkanik Leumo Matee Alterasi 20

BAB 4 – APLIKASI METODA GEOFISIKA


4.1 Metoda Geolistrik 22
4.2 Metoda Gaya Berat 25
4.3 Metoda Magnetik 26
4.4 Pengukuran Perubahan Suhu 27
4.5 Total Horizontal Derivative (THD) 30

BAB 5 – PENGEMBANGAN LEBIH LANJUT


5.1 Kesinambungan 34
Daftar Pustaka 35
Muhammad Isa, lahir di Aceh Besar pada tanggal 20 April 1974.
Penulis mendapatkan gelar sarjana tahun 1999 pada Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Kemudian tahun 2002
melanjutkan program Magister bidang Geofisika Universitas Gadjah
Mada selesai tahun 2005. Tahun 2010 melanjutkan pendidikan
program doktoral bidang Geofisika di Universiti Sains Malaysia
selesai 2014. Saat ini aktif dalam kelompok kajian dan penelitian
Geofisika di kampus Unsyiah dan anggota profesi HAGI terutama
mengenai kajian panas bumi. Sejak tahun 2006 menjadi dosen tetap
jurusan Fisika FMIPA dan Teknik Geofisika Universitas Syiah Kuala.

Вам также может понравиться