Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Ketua Peneliti:
Dr. Muhammad Isa, S.Si. M.Si./0020047405
Anggota Peneliti:
Dr. M. Syukri Surbakti, S.Si. M.Si./0030107301
Muhammad Rusdi, S.P. M.Si.Ph.D/ 0001047709
iii
PRAKATA
Alhamdulillah, tim peneliti telah dapat menyelesaikan tahapan tahun pertama (2017)
penelitian Unggulan Perguruan Tinggi tentang “Penentuan Potensi Panas Bumi Jaboi,
Sabang Dengan Pendekatan Teknik Overlay Berdasarkan Analisa Data Geosains Dan
Data Satelit Yang Terintegrasi”. Penelitian tahun pertama telah dilaksanakan dengan
survei geologi dan geofisika pada daerah panas bumi Jaboi, Sabang - Aceh - Indonesia.
Kajian untuk pengembangan dan pembangunan energi baru dan terbarukan ini sangat
penting dalam mendukung program pemerintah terutama dalam mengembangkan energi
hijau (Go Green). Energi panas bumi dan hutan merupakan sumber daya alam yang
memiliki manfaat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Pengembangan Panas bumi
harus senantiasa memperhatikan aspek-aspek kelestarian ekosistem (manusia dan alam).
Metode Geologi, Geofisika dan Geokimia (3G), ini merupakan hasil pemikiran dari banyak
tinjauan ilmu kebumian dalam upaya mensinergikan pengembangan energi terbarukan yang
berkelanjutan. Penyelidikan dan usulan keberlanjutan ini menarik dikaji lebih mendalam
agar diperoleh gambaran detail atau model konseptual mengenai potensi daerah panas bumi
khususnya daerah Jaboi, Sabang. Kami berharap laporan ringkas ini dapat menjadi referensi
bagi pemerintah, pengembang energi panas bumi, akademisi maupun pihak terkait lainnya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih pada Direktorat Riset dan Pengabdian
Masyarakat (DRPM) Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi Republik
Indonesia yang telah mendanai penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Semoga kegiatan
lanjutan mendapat perhatian dan dukungan yang tinggi sehingga kajian ini menyeluruh dan
mendekati sempurna dalam memahami potensi panas bumi.
Terima kasih juga kami sampaikan atas semua dukungan dan bantuan tim peneliti baik
pimpinan perguruan tinggi, dosen, mahasiswa, teknisi dan tenaga lokal serta pemerintah
kota Sabang. Semoga laporan ini dapat memberi banyak manfaat dalam bidang ilmu
kebumian dan pembelajaran di dunia pendidikan secara umum. Amin.
Darussalam, 2017
Tim Peneliti
iv
DAFTAR ISI
RINGKASAN .......................................................................................................................... i
PRAKATA………………………………………………………………………………………ii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………v
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………………vi
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Peta wilayah panas bumi Jaboi, untuk observasi energi terbarukan 1
Gambar 8. Peta sebaran dan klasifikasi batuan daerah panas bumi jaboi..... 17
Gambar 9. Anomali residual data gravitasi daerah panas bumi jaboi ……… 18
Gambar 12. Penampang anomali resistivitas Lintasan I panas bumi jaboi ... 21
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
viii
BAB 1. PENDAHULUAN
Pulau Weh merupakan salah satu pulau vulkanik yang terbentuk akibat tekanan dari garis
patahan Semangko di ujung barat laut Sumatera. Zona tekanan yang terbentuk adalah
Graben Sabang Bay-Balohan dan Graben Lhok Pria Laot dengan arah struktur Northwest-
Southeast. Aktivitas panas bumi yang terjadi di pulau Weh berkaitan erat dengan aktivitas
tektonik dan formasi vulkanik Leumo Matee dan Semeureuguh. Manifestasi permukaan
yang muncul karena aktivitas panas bumi Pulau Weh dapat di bagi dalam tiga kelompok:
kelompok Jaboi, Lhok Pria Laot dan Iboih. Kelompok Jaboi memiliki jenis manifestasi
dalam bentuk air panas dengan tipe bikarbonat dengan suhu tinggi 710C memiliki pH
netral. Fumarol dan jenis uap kaya asam sulfat dengan suhu 99 0C. Daerah panas bumi
Jaboi terletak antara dua kerucut termuda gunungapi yakni Leumo Matee dan Semeureuguh
berusia sekitar 1.1 Ma (Dikdik, 2006). Lokasi penelitian terletak di wilayah panas bumi
Jaboi, (gambar 1) dan secara geografis terletak pada koordinat 950.17’0’’ - 950.21’25’’ E
Gambar 1. Peta wilayah panas bumi Jaboi, untuk observasi energi terbarukan.
1
Seiring dengan pertumbuhan konsumsi energi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 8,4% per
tahun maka sangat wajar Pemerintah Indonesia mencanangkan program energi 35.000 Mwe
dengan 5% berasal dari energi terbarukan. Kebutuhan energi Indonesia saat ini diperkirakan
mencapai 1,5 miliar setara barel minyak (Barrel Oil Equivalen/BOE) (Anonimous, 2012).
tahun 2014 tentang Panas Bumi dengan harapan dapat mempercepat penambahan kapasitas
Pembangkit Listrik Panas Bumi. Disamping itu kapasitas PLTP saat ini sebesar 1,438.5
MW dan baru 4,2% yang dimanfaatkan. Keberhasilan pelaksanaan fungsi tridarma perguruan
tinggi secara optimal menjadi suatu keharusan dalam dunia akademik. Dalam rencana induk
penelitian (RIP) Universitas Syiah Kuala telah disusun tujuh (7) tema penelitian, dimana
Kajian energi difokuskan pada topik identifikasi dan eksplorasi sumber daya alam sebagai
sumber energi terbarukan daerah Aceh. Target penelitian adalah mendapatkan informasi
akurat sehingga dapat digunakan untuk memahami sistem panas bumi terutama untuk lokal
Aceh dalam pengembangan energi terbarukan. Berlandaskan kebutuhan dan program energi
tersebut sangat mendesak dilakukan survey dan kajian mendalam dengan melibatkan
pendekatan multidispilin ilmu kebumian. Energi yang bersumber dalam bumi ini dipandang
strategis karena panas bumi tergolong sumber energi yang bersih, cadangan melimpah, dan
terjamin kontinuitas, selain itu yang sangat penting adalah energi yang ramah lingkungan
(green technology). Masalah utama yang sering muncul adalah saat pengukuran lapangan
setiap metoda masih memiliki nilai temperatur yang berbeda atau selisih interval yang besar.
Untuk pemilihan pendekatan yang tepat dan terukur sangat diperlukan sehingga potensi
geotermal dapat disinergiskan dan terintegrasi secara tepat. Beberapa peneliti menjelaskan
bahwa aktivitas patahan dan rekahan mempunyai korelasi dengan aktivitas gunung api
2
Untuk panas bumi Jaboi ada informasi awal dimana daratan P. Weh mengalami depresi
tektonik (Katili, & Tjia H.D 1980). Pendekatan (metode, analisis dan prosedur) dapat
digunakan untuk memahami fenomena alam yang terjadi dalam sistem panas bumi. Secara
prinsip studi vulkanologi, geologi, struktur pemetaan, survei geokimia dan geofisika,
pengeboran, gradien suhu dan analisa citra satelit. Integrasi data-data ini diharapkan dapat
menghasilkan model konseptual sistem panas bumi Jaboi, Sabang yang paling sesuai dan
akurat. Luaran dari hasil penelitian ini adalah informasi model konseptual dari sistem panas
bumi yang berasosiasi dengan manifestasi geologi, geofisika, geohidrologi dan geokimia
Untuk luaran setiap tahun berjalan akan dipublikasi pada jurnal terkait baik nasional dan
- Tahun pertama, hasil penelitian dengan metoda geofisika dan tinjauan langsung ke
lokasi dengan pendekatan geologi dan hasil nantinya akan dipublikasikan pada jurnal
Geologi Indonesia mengenai peta geologi tinjauan dan updating peta dari badan geologi.
- Tahun kedua, menargetkan untuk dapat publikasi hasil kajian fluida panas bumi dan
- Tahun ketiga dengan integrasi tinjauan ilmu kebumian sehingga di dapat model
konseptual sistem panas bumi Jaboi. Hasilnya dipresentasi pada seminar nasional dan
internasional dan akan dipublikasi pada jurnal Volcanology and Geothermal Research.
Hasil integrasi antara data in situ dengan berbagai pendekatan metoda geosains dengan
hasil pengolahan data satelit nantinya akan merepresentasikan keadaan permukaan dan
bawah permukaan sistem panas bumi di lokasi penelitian. Hasil akhir berupa satu peta yang
akan berguna dalam menentukan model konseptual potensi panas bumi Jaboi, Sabang.
Luaran dari penelitian akan menjadi dasar pertimbangan stakeholders dan pihak terkait lain
3
Adapun target yang telah dicapai untuk tahun pertama adalah menseminarkan hasil
penelitian pada kegiatan The 6th Aceh Development International Conference 2017 tanggal
24-26 Maret 2017 di University Islam International, Malaysia. Kemudian dilanjutkan pada
tanggal 12-14 Mei 2017 di Universitas Jambi ikut mempresentasikan hasil penelitian dan
interpretasi data geofisika dan telah submit makalah pada jurnal Geologi Indonesia yang
memiliki Akreditasi B dari LIPI dan ISSN 1907-2953. Disamping itu telah ada draft buku
ajar dengan judul potensi panas bumi Jaboi, Sabang dan produk peralatan monitoring dan
distribusi suhu bawah permukaan berupa batangan needle probe dengan sensor suhu LM35.
Satuan batuan dari Pulau Weh dikategorikan menjadi empat kelompok satuan batuan:
batuan Tersier sedimen, vulkanik, batuan Tersier-Kuarter tua muda Kuarter vulkanik dan
alluvial. Lapangan panas bumi, yang terletak di sebuah lembah dengan batu di bawah
depresi, terdiri dari batuan vulkanik tua. Aktivitas tektonik lokal dan regional yang terkena
batu dan tanah dari pra-Tersier ke Plio-Pliosen, yang membentuk berbagai struktur geologi,
termasuk dari aktivitas magma. Berdasarkan bentuk lanskap, pola aliran sungai, erosi dan
jenis batuan di daerah penelitian, morfologi dapat dikelompokkan menjadi tiga unit: satuan
morfologi dataran rendah (SDR), satuan morfologi perbukitan (SMP) dan satuan morfologi
vulkanik (SMV). SDR tersebar di sepanjang pantai dari zona selatan dan utara dari struktur
panas bumi dengan ketinggian antara 150-250 meter di atas permukaan laut. morfologi ini
berisi sedimen pesisir dan piroklastik yang telah terkikis oleh abrasi. Morfologi ini dibentuk
oleh batuan pasir, batuan lava vulkanik dan tanah liat sebagai hasil sedimen aluvial. Sebuah
SMV terdiri dari bukit-bukit dan lereng bagian tengah dan barat laut daerah penelitian.
Satuan ini memiliki ketinggian 200-300 m di atas permukaan laut dan ditempati oleh
4
perkebunan dan pertanian. puncak tinggi dalam bentuk lava dan awan panas singkapan
Patahan dan air panas merupakan parameter yang penting sebagai hasil pengukuran dari
data geologi. Parameter ini menunjukkan pola yang sama dengan kenaikan temperatur.
Artinya ketika ada penampakan patahan dan sumber air panas otomatis daerah tersebut
mempunyai temperatur tinggi. Menurut literatur dan bukti yang ada di lapangan terdapat
sekitar 9 buah patahan utama yang dikontrol oleh struktur geologi panas bumi seperti
gambar 2. Untuk formasi patahan sekunder akibat proses tektonik ditunjukkan oleh patahan
Leumo Matee, Ceunohot, Iboih, Jaboi dan patahan Nibung. Material yang dimiliki berupa
andesit lava-dasitik dan memiliki kemiripan dengan produk batuan vulkanik Seulawah
Agam. Aktivitas tektonik yang membentuk zona graben Sabang bay dan Lhok Balohan Pria
Laot - Krueng Raya merupakan segmen horisontal yang membentuk patahan sinistral.
Data geologi menunjukkan bahwa sebaran batuan pada kedalaman puncak reservoir sampai
5
2.2. Geofisika
2.2.1 Magnetik
Variasi medan magnet dapat digunakan untuk menentukan anomali kedalaman, geometri
dan subsepbilitas magnetik. Intepretasi data magnetik melibatkan desain profil dan
penentuan lokasi anomali magnetik harus tepat. Sebagian batuan dan mineral memiliki
magnetisasi tetap yang diperoleh melalui beberapa mekanisme (Telford et al. 1990).
Anomali magnetik adalah variasi dari medan magnet bumi dalam merespon variasi
kemagnetan pada permukaan batuan (kerentanan, k). Prinsip anomali magnetik berasal dari
gaya magnet yang dihasilkan oleh dua muatan m1 dan m2 yang dipisahkan oleh jarak r,
sehingga menghasilkan gaya magnet. Berdasarkan referensi dijelaskan bahwa sudut antara
medan magnet utama terhadap bidang horizontal dikatakan sudut inklinasi I. Sudut deviasi
merupakan komponen horizontal dalam arah utara sehingga dikenal dengan sudut D
(gambar 3). Model matematis medan magnet utama bumi, inklinasi dan deklinasi diperoleh
dari IGRF (International Geomagnetic Reference Field), yang setiap 5 tahun diperbarui.
6
2.2.2 Geolistrik
Penyelidikan geolistrik terdiri atas dua aktivitas yakni mapping dalam arah lateral dan
sounding untuk arah vertikal. Kedua arah ini memberikan informasi tahanan jenis bawah
permukaan. Berdasarkan penelitian awal, data sounding tahanan jenis listrik semu
memperlihatkan suatu struktur lapisan yang relatif tinggi di permukaan dan semakin
mengecil ke bawah dan meninggi di bagian bawahnya. Model lapisan ini mengindikasikan
keberadaan lapisan konduktif 3-5 Ohm-m dengan tebal antara 400-500 m yang
kemungkinan berasosiasi dengan batuan kaya minaral lempung atau batuan penutup bagi
sistem panas bumi Jaboi Data tahanan jenis mengindikasikan ketebalan batuan tudung
sekitar 400-500 m dan kedalaman puncak reservoir pada sekitar 650 m (Geologi, 2006).
Prinsip kerja dari metoda ini mengikuti hukum Ohm dimana bumi dipandang sebagai
2.3. Geokimia
Fluida panas bumi terdiri dari air panas, kondensat uap dan gas panas bumi. Air panas bumi
terdiri dari mineral mata air, air tanah meteorik dan air laut/ air sungai. Sedangkan gas
terdiri dari gas vulkanik, gas fumarol dan semi mineral gas; dan gas tanah (Hg, CO2, gas
7
Komposisi kimia dari sampel air telah diketahui dari 7 sumber mata air panas lapangan
panas bumi Sabang (Widodo. et. al., 2006). Selain air panas dan uap gas penggunaan isotop
O18 juga dapat menjelaskan karakteristik dari fluida panas bumi. Gambar 5. menunjukkan
informasi mengenai suatu objek, target, permukaan atau fenomena bumi menggunakan
pengamat atau instrumen tanpa kontak fisik dengan target tertentu (Siegal, 1980). Radiasi
elektromagnetik mengacu pada semua energi dengan kecepatan cahaya dan menunjukkan
pola gelombang harmonik yang merambat jauh dari sumber. Gelombang radiasi terdiri dari
partikel energi yang terkuantisasi atau foton (Sabin, 1997). Eksplorasi panas bumi dimulai
dengan analisis citra satelit dan foto udara. Analisis ini menggunakan thermal band dalam
8
Thermal infra merah (TIR) sangat cocok karena mempunyai kedalaman penetrasi sehingga
informasi yang tercatat sangat akurat. Radiasi termal yang dipancarkan pada panjang
gelombang tertentu dari target sangat tergantung pada temperatur. Jika permukaan bumi
dianggap sebagai benda hitam, maka temperatur dan pancaran spektral terkait dengan
persamaan Planck, sehingga merujuk pada gambar 6 untuk informasi gradien temperatur.
Penginderaan jauh merupakan sumber atraktif berupa peta tematik yang menyediakan
berbagai informasi penting dan merepresentasikan permukaan atau bawah permukaan bumi
secara spasial dalam berbagai skala. Pemetaan tematik dari data satelit didasarkan pada
klasifikasi citra (image) (Foody, 2002). Pemetaan pada klasifikasi citra dan telah berhasil
Kajian mengenai korelasi antara manisfestasi panas bumi dengan parameter geologi,
geofisika, geokimia dan penginderaan jauh sudah sangat jelas. Korelasi dan keterkaitan ini
telah ditunjukkan oleh sifat fisik batuan dan mineral dari fluida panas bumi. Data hasil
penelitian awal sistem panas bumi Jaboi, Sabang terutama patahan, batuan vulkanik,
9
Perbandingan temperatur pengukuran langsung, perkiraan model dengan teknik beda
hingga dan perbandingan antara temperatur lapangan dengan temperatur satelit karena
saling berkorelasi (M.Isa, 2013). Berdasarkan kajian terdahulu pada daerah panas bumi
Jaboi, Sabang jelas bahwa berbagai pendekatan ilmu kebumian dan penginderaan jauh
menggambarkan hasil penyelidikan yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Oleh
karena itu teknik overlay menjadi pilihan penting dalam menentukan potensi panas bumi
dari berbagai tinjauan ilmu. Disamping itu pengembangan dan aplikasi teknik ini sangat
efisien dan berkelanjutan karena berupa tool yang dapat menyatukan semua parameter
menjadi satu peta tematik. Peta ini akan memberi informasi akurat dan terukur secara lokal
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengintegrasikan data geosains (geologi, geofisika,
geokimia) dan data satelit sehingga dapat mengetahui dan memetakan potensi panas bumi
khususnya wilayah Pulau Weh. Tujuan lebih terperinci dari penelitian setiap tahun adalah :
i. Untuk mengembangkan teknik overlay yang didasarkan pada metode geosains dan
ii. Untuk menentukan temperatur bawah permukaan daerah Jaboi berdasarkan data
iii. Untuk mengkorelasikan potensi panas bumi data in situ melalui pendekatan geosains
iv. Untuk mendapatkan akurasi data potensi panas bumi yang sudah terkoreksi dengan
v. Untuk publikasi hasil penelitian pada jurnal ilmiah baik nasional dan internasional.
10
3.2 Manfaat Penelitian
Disamping untuk pengembangan diri, aplikasi teknik ini sangat efisien dan berkelanjutan
karena berupa tool yang dapat menyatukan semua parameter menjadi satu peta tematik.
Peta ini memberi informasi akurat dan terukur secara lokal (in situ) dari model konseptual
dari sistem panas bumi daerah penelitian. Peta yang dihasilkan sangat membantu pemangku
energi terbarukan dan ramah lingkungan. Secara umum manfaat penelitian ini menjadi
Pengukuran geologi dapat diperoleh dengan meninjau langsung di lapangan panas bumi.
Patahan dan air panas adalah target dari pengukuran lapangan karena secara konsep saling
dukung oleh penelitian terdahulu. Informasi patahan dan air panas menunjukkan pola yang
sama dengan temperatur, terutama dalam hal peningkatan temperatur. Dengan kata lain,
ketika ada penampakan patahan dan air panas secara otomatis daerah tersebut
bertemperatur tinggi. Data geologi ini selanjutnya diimpor ke dalam format ASCII sehingga
data pengukuran akan berada pada koordinat yang sama. Setelah ditentukan klasifikasi dari
masing-masing manifestasi akan diperoleh peta geologi tinjauan. Peta geologi tinjau ini
menjadi target tahun pertama penelitian dari pendekatan metode geologi dan geomorfologi
daerah panas bumi Jaboi, Sabang. Untuk perbandingan dapat dikorelasikan dengan
11
4.1.2 Peta anomali geofisika (suhu permukaan)
4.1.2.1 Temperatur
Untuk monitoring temperatur dilakukan dengan menggunakan batang pipa dengan panjang
2 meter dan setiap 50 sentimeter dipasang sensor LM35. Sensor ini efektif bekerja pada
temperatur antara -50°C dan 150°C dengan linearitas 10 mV/°C serta akurasi sensor 0,1°C.
menurut logaritma dari interval waktu (log t). Dengan regresi linear akan dihitung untuk
4.2.1 Geokimia
Survey geokimia berguna dalam menentukan apakah sistem panas bumi adalah dominan air
atau uap, menduga suhu bawah permukaan pada kedalaman tertentu, memperkirakan
homogenitas pasokan air, menafsirkan data yang diperoleh. Dalam eksplorasi ini dibangun
model yang realistis dari sistem panas bumi berdasarkan tipe dan karakteristik dari fluida
yang ada. Sumber panas adalah massa panas dimana aliran fluida yang membawa panas ke
permukaan, berinteraksi dengan sistem air tanah di bawah permukaan pada suhu sangat
tinggi dan intrusi magmatik pada kedalaman antara 5-10 Km. Sebuah reservoar panas bumi
mempunyai volume batuan permeabilitas dan mengandung fluida hidrotermal. Fluida ini
merupakan air meteorik yang mengandung gas (CO2, H2S, pH, NH3, O2). Fluida yang
geologi dan patahan yang terbentuk akibat adanya permeabilitas dan porositas batuan.
Permeabilitas ini dapat menentukan tingkatan atau jumlahan cairan dapat diproduksi
sedangkan porositas batuan reservoir dapat menentukan jumlah total cairan yang tersedia.
12
Penyelidikan geokimia yang meliputi; pemetaan Hg dan konsentrasi CO2, estimasi suhu
fluida reservoir dengan geotermometer dan analisis kimia fluida panas bumi. Sampel
air dan geothermometer Na-K untuk sampel gas. Hasil analisis air panas di daerah
menggunakan rumus SiO2 (maximum steam loss), SiO2 (conductive cooling), Na/K
(Fournier, 1982) dan Na/K (Giggenbach, 1992). Hasil analisa geokimia diseminarkan pada
4.2.2 Geohidrologi
Analisa sifat dan karakteristik fluida panas bumi berupa air dan gas sangat membantu
dalam menentukan temperatur bawah permukaan. Informasi ini dapat dikorelasikan dengan
fluida hidrotermal sehingga dapat ditentukan potensi sumber daya hipotetis dari suatu
sistem panas bumi daerah target. Gabungan analisa data geokimia (SiO2 dan Na/K) dengan
geohidrologi berupa tipe dan karakteristik fluida bawah permukaan sampai menghasilkan
peta potensi cadangan hipotetis. Hasil yang direncanakan diperoleh pada tahun ke 2 ini
akan dipublikasi pada jurnal Geothermics karena jurnal ini sangat terkait langsung selain
Peta tematik data penginderaan didasarkan pada klasifikasi citra. Data set satelit telah
berhasil digunakan untuk mengidentifikasi dan memetakan batuan dan mineral dalam
eksplorasi sistem panas bumi meliputi silika, karbonat, sulfat, dan sulfur (Hellman, 2004).
13
Dengan fasilitas pada band termal satelit akan memudahkan memahami sifat fisis batuan
dan mineral daerah penelitian. Interpretasi data termal ini selanjutnya dapat dipetakan
potensi panas bumi dari tinjauan geologi, geofisika, geohidrologi dan geokimia (geosains).
Peta geosains ini sangat membantu menduga model tentatif sistem panas bumi Jaboi,
Sabang. Prosesing integrasi data geosains ini dilakukan pada tahun ke tiga dan hasil
Peta integrasi potensi panas bumi hasil kajian geosains akan dicek terlebih dahulu akurasi
dan validasi. Nilai validasi harus mewakili hasil klasifikasi untuk setiap parameter yang
berkaitan dengan temperatur. Nilai akurasi harus sudah di cross-check kebenaran dan
ketepatan ke semua arah meliputi; producer’s accuracy, user’s accuracy dan overall
accuracy sehingga klasifikasi sampel yang digunakan telah memiliki nilai kappa accuracy
yang standar. Nilai kappa accuracy mengacu pada standard NASA dan ESA dimana nilainya
diatas 85%. Secara umum tahapan penelitian dan capaian yang ditargetkan dalam penelitian
penentuan potensi panas bumi jaboi dari berbagai kajian ilmu kebumian dapat dilihat pada
gambar 7. Untuk tahun pertama capaian yang ditargetkan telah dipenuhi walaupun masih
ada yang sedang proses misalnya paper untuk jurnal terakreditasi masih dalam proses
14
Input: Data awal identifikasi dan
eksplorasi panas bumi sebagai
sumber energi terbarukan Aceh Penyelidikan
Penyelidikan Geofisika
Pendahuluan Geologi,
(Magnetik , Gaya Berat
Pemetaan anomali Peta geologi tinjau Tinjauan Lapangan
dan Resistivitas) geofisika
Suhu fluida dan bawah
Potensi sumber daya spekulatif permukaan (estimasi)
Tahun-1
Penyelidikan Lanjut
Analisa Geokimia Geohidrologi dan
Anomali Panas Bumi
Peta Geohidrologi Hidrologi
Tipe Fluida
Gambar 7. Tahapan penelitian dan capaian yang ditargetkan selam tiga tahun dalam
menentukan potensi panas bumi jaboi, Sabang sebagai energi terbarukan
Peta klasifikasi dan sebaran batuan daerah gunung api leumo matee dan seumeuregoh
(gambar 8). Peta sebaran batuan daerah panas bumi Jaboi terdiri dari 6 jenis batuan:
Sebaran batuan ini terdapat pada Gunung Leumo Matee, dominan berwarna abu-abu,
15
Ukuran butir bertekstur (porfiritik) yakni kristal-kristal yang lebih besar tertanam dalam
kristal yang lebih halus dengan komposisi mineral piroksen, hornblende dan plagioklas.
Satuan ini tersebar pada gunung Leumo Matee arah timur. Secara megaskopis batuan ini
terdiri dari tuffa, breksi dan piroklatik berwarna abu-abu dan sebagian mengalami
pelapukan. Fragmennya berjenis breksi-tufan dan breksi yang mengandung lava andesit.
Satuan ini berwarna abu-abu kekuningan akibat pelapukan. Batuan ini merupakan batuan
vulkanik tua yang ada di Pulau Weh. Satuan aliran Piroklastik Weh tersebar di sebelah
timur daerah penyelidikan. Komponen penyusun bervariasi berdasarkan sebaran (tuff, lapili)
Satuan ini tersebar di daerah selatan Pulau Weh, secara megaskopis tekstur sama dengan
satuan vulkanik Leumo Matee. Warna abu-abu, kecoklatan hingga kemerahan tersusun dari
Satuan ini tersebar di selatan gunung Semeureuguh yang diperkirakan berumur Kuarter.
Pada satuan ini bentuk klastik (fragmennya) bervariasi, ada tuff dan bom gunung api.
Satuan ini merupakan satuan Pirolastik gunung api yang bersifat ringan (pumice),
berwarna putih terang hingga kehitaman. Terdiri atas batu apung berukuran < 1-4 cm, dan
Satuan batuan secara geologi dapat dilihat pada gambar 8 sekalian dapat membandingkan
16
Secara megaskopis berwarna abu-abu keputihan, kemerahan, kehijauan, kecoklatan dan
kehitaman. Fenokrik terdiri dari relik/sisa terdiri dari piroksen, plagioklas dan hornblende
Gambar 8. Peta sebaran dan klasifikasi batuan daerah panas bumi jaboi
Berdasarkan uraian sebaran batuan diatas telah diperoleh peta sebaran batuan pada daerah
panas bumi Jaboi. Peta ini sangat m e ndukung dan memberikan informasi tambahan
terhadap peta tahun 2006. Klasifikasi sebaran batuan terbagi menjadi enam satuan batuan.
Metoda pasif geofisika yang digunakan untuk menghitung nilai variasi medan gravitasi
bumi oleh perubahan densitas antar batuan dibawah permukaan. Daerah yang memiliki
densitas berbeda menyebabkan perbedaan nilai gravitasi. Perbedaan ini dikenal anomali
gravitasi. Anomali gravitasi dan kontras densitas batuan bawah permukaan terjadi karena
pengendapan mineral, alterasi hidrothermal, sesar dan dike, intrusi batuan. Nilai densitas
17
Tabel 1. Nilai densitas batuan (Telford, et al., 1990)
Jenis Material Densitas (g/cm3) Rata-rata (g/cm3)
a. Tanah (Soil) 1,2 – 2,4 1,92
b. Lempung (Clay) 1,63 – 2,6 2,21
c. Kerikil (Gravel) 1,70 – 2,4 2,0
d. Pasir (Sand) 1,70 – 2,3 2,0
e. Batu pasir 1,61 – 2,76 2,35
f. Batu gamping 1,93 – 2,90 2,55
g. Breksi 1,54 – 3,00 2,29
h. Breksi vulkanik 1,32 – 2,95 2,19
i. Tufa 1,41 – 2,94 2,11
j. Rhyolite 2,35 – 2,70 2,52
k. Andesit 2,4 – 2,8 2,61
l. Granite 2,5 – 2,81 2,64
m. Basalt 2,7 – 3,30 2,99
Pada metode gravitasi perbedaan nilai densitas diukur dengan melihat perbedaan kecil dari
massa bumi yang besar akibat distribusi massa jenis batuan yang tidak merata. Medan
gravitasi yang tidak merata akan diperoleh jika terjadi perbedaan massa jenis batuan dari
suatu tempat dengan tempat lainnya. Gambar 9 memperlihatkan anomali residual gravitasi.
18
Data anomali residual yang telah terokeksi pada gambar 9 diambil dua sayatan; AAI dan
BBI untuk mendapatkan model yang paling sesuai dengan kondisi daerah. Berdasarkan
gabungan model penampang A-A’ dan B-B’ maka diperoleh 4 (empat) jenis litologi pada
lapisan yang berbeda. Untuk model penampang AA’ meliputi: Breksi tufa terubah (ρ=1.14
gr/cm3 dan ρ=1.07 gr/cm3), Andesit terubah (ρ=2.34 gr/cm3), Breksi vulkanik sisipan tufa
terubah (ρ=2.12 gr/cm3) dan Andesit basaltis (ρ=2.56 gr/cm3). Sedangkan pada model
penampang BB’ diperoleh: lapisan Breksi tufa terubah (ρ=1,07 gr/cm3), Andesit terubah
(ρ=2.34 gr/cm3), Breksi vulkanik sisipan tufa terubah (ρ=2.12 gr/cm3) dan Andesit basaltis
(ρ=2.56 gr/cm3).
Berdasarkan titik pengukuran data magnetik diperoleh 45 titik dengan luasan 2500 m2 yang
melingkupi semua manifestasi panas bumi yang muncul di permukaan. Peralatan yang
digunakan magnetometer dan prosesing data menggunakan software Mag2DC dan ArcGIS
untuk pemetaan. Anomali mangetik digunakan untuk proses pemodelan bentuk penampang
daerah pengukuran. Respon magnetik batuan dan mineral dapat ditentukan oleh
Tabel 2. Variasi Suseptibilitas Batuan dan Mineral (Hunt et. al., 1995)
19
Gambar 10. Distribusi titik pengukuran data anomali magnetik total
Soil (𝑘 = 0.00 x 10-6 SI), andesit terubah (𝑘 = 13.408 x 10-6 SI), breksi tufa terubah (𝑘 =
12.686 x 10-6 SI), andesit terubah (𝑘 = 13.423 x 10-6 SI) dan andesit breksi (𝑘 = 13.535 x
10-6 SI). Patahan yang dijumpai merupakan patahan normal yaitu patahan ceuneuhot.
20
Tabel 3. Interpretasi hasil pemodelan anomali magnetik daerah Jaboi, Sabang
Geometri Kontras Estimasi Kedalaman Interpretasi
Anomali Suseptibilitas Suseptibilitas (meter)
Lapisan 1 0.00 0.00 0 Soil
Lapisan 2 0.0116 13.408 70-255 Andesit terubah
Breksi Tufa
Lapisan 3 -0.711 12.686 255-490
terubah
Lapisan 4 0.0266 13.423 490-850 Andesit terubah
Lapisan 5 0.1384 13.535 850-1000 Breksi andesit
Pemodelan data resistivitas dapat dilakukan dengan menggunakan komputer dan Software
Res2Dinv, dimana nilai resistivitas sebenarnya (ρ) dapat diperoleh dengan menggunakan
proses perhitungan nilai resistivitas semu (ρɑ). Proses perhitungan ini menggunakan proses
dengan kelurusan mirip dengan bidang patahan yang berada pada jarak 150-160 meter.
21
Gambar 13. Penampang anomali resistivitas Lintasan I panas bumi jaboi
Berdasarkan gambar 13, terlihat ada dua jenis lapisan dengan nilai resistivitas yang
berbeda. Lapisan pertama dicitrakan dengan warna biru memiliki nilai resistivitas berkisar
4-25 Ωm pada kedalaman 0 – 27 meter. Lapisan ini diindikasikan sebagai lapisan top soil.
Lapisan kedua yang dicitrakan dengan warna hijau hingga ungu pada jarak 40–180 meter
memiliki nilai resistivitas 60 – 1800 Ωm dengan kedalaman berkisar 15–55,3 meter, lapisan
22
Lintasan II
Berdasarkan gambar 14. terlihat ada dua jenis lapisan dengan nilai resistivitas berbeda.
Lapisan pertama dicitrakan dengan warna biru memiliki nilai resistivitas berkisar 4-25 Ωm
pada kedalaman 0-35 meter. Lapisan ini diindikasikan sebagai lapisan top soil. Lapisan
kedua dicitrakan dengan warna hijau hingga ungu pada jarak 100-190 meter memiliki nilai
resistivitas 60-1800 Ωm dengan kedalaman berkisar 15-55,3 meter. Lapisan ini diduga
lapisan batuan andesit gunungapi. Pada kedua lintasan terindikasi adanya patahan, hal ini
dikarenakan posisi lintasan pengukuran memotong zona patahan. Zona patahan pada
lintasan I pada jarak 150-170 meter sedangkan zona patahan pada lintasan II pada jarak
160-180 meter. Kedua zona patahan memiliki nilai resistivitas 300 - <1000 Ωm. Zona
patahan yang terindikasi diduga sebagai bagian dari sesar Ceunohot. Sesar Ceunohot
merupakan salah satu sesar normal yang berarah barat daya-timur laut dan membentuk
lembah graben yang berposisi antara tubuh lava Semeuregeuh dan Leumo Matee.
23
5.2.4 Data suhu bawah permukaan
Untuk pengukuran suhu permukaan menggunakan termometer dan GPS di kawah I sampai
kawah IV yang menunjukkan manifestasi air panas dan uap panas. Distribusi suhu
permukaan diamati dengan peralatan needle probe sepanjang 2 meter dan setiap 0.5 meter
dipasang sensor suhu LM35 (gambar 15). Peralatan monitoring suhu bawah permukaan
merupakan produk hasil dari penelitian distribusi suhu bawah permukaan daerah panas
bumi Jaboi, Sabang. Untuk pemodelan distribusi suhu bawah permukaan menggunakan
teknik beda hingga (finite different) sehingga diharapkan data in situ sesuai dengan model
Gambar 15. Peralatan Needle Probe untuk monitoring perubahan suhu bawah permukaan
Hasil hasil penelitian dengan data geologi dan geofisika sudah diseminarkan pada beberapa
even sesuai dengan yang telah di janjikan pada rencana awal penelitian.
24
1. The 6th Aceh Development International Conference 2017 tanggal 24-26 Maret 2017 di
Overlay Technique to determine a potential geothermal area Aceh. Pada seminar ini
ingin mendiskusikan tentang metoda overlay cocok digunakan dalam menggabung data
2. Pada tanggal 12 s.d 14 Mei 2017 di Universitas Jambi telah dipresentasikan hasil
penerapan teknik ini untuk data geosains ditambah data satelit Landsat-5TM wilayah
Aceh yang dikombinasikan dengan data in situ. Kegiatan ini disinergiskan dengan
seminar dan rapat tahunan bidang MIPA terutama geofisika bagi peneliti. Adapun
3. Untuk jurnal Geologi Indonesia dfrat terlampir dan sedang proses review oleh tim
editor jurnal dimaksud. Jurnal geologi hanya 4 kali terbit dalam setahun namun
demikian jurnal ini memiliki Akreditasi B dari LIPI dan ISSN 1907-2953.
4. Untuk pengujian material di lapangan pada tanggal 7-9 September 2017 telah
dilakukan pengujian langsung batuan dan mineral hasil sampel yang berasal dari
utama yang berada di Jakarta. Hasil ini menjadi data penting dalam penulisan makalah
terutama untuk publikasi, maka diharapkan terdapat model yang paling tepat dari berbagai
tinjauan ilmu kebumian. Rencana selanjutnya akan terus mempublikasi data ini pada jurnal
ilmiah dan berindeks ditambah data pendukung lain khususnya data geokimia (air dan gas)
agar dapat menerangkan keberadaan potensi panas bumi secara lebih lengkap.
25
Data geokimia sangat penting karena berkorelasi langsung dengan data geologi dan
geofisika dikenal 3G (Geologi, Geofisika dan Geokimia). Oleh karena itu penelitian
lanjutan untuk memperolah peta geohidrologi dan penentuan suhu bawah permukaan
berdasarkan data geokimia terutama fluida cair dan fluida uap atau gas.
Anggaran biaya untuk tahun lanjutan (tahun ke-2) dapat dilihat pada tabel 4. Detail biaya
atau justifikasi anggaran terlampir.
Tabel 4. Anggaran biaya Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi yang diajukan tahun kedua
No. Jenis Pengeluaran Tahun 2
1 Honor tim peneliti 22,080,000
Peta geologi, peta rupa bumi, fotocopi, alat tulis
kantor, laporan, internet, uji sampel (cairan dan gas
2 54,320,000
daerah geotermal) komunikasi, dan publikasi
prosiding dan jurnal
3 Transportasi, akomodasi, seminar, FGD 17,600,000
Rental dan Perawatan peralatan geologi dan
4 10,700,000
geofisika
Jumlah 104,700,000
Jadwal kegiatan penelitian berikutnya selama dua tahun seperti tertera di bawah.
26
BAB. 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan data geologi meliputi analisa sebaran batuan dan klasifikasi batuan gunung api
dan data geofisika dengan beberapa metoda (gravitasi, magnetik, resistivitas dan suhu
bawah permukaan) sudah dapat diinterpretasi dan diungkapkan bahwa semua parameter
yang diperoleh dilapangan berkaitan erat dengan aktivitas panas bumi (temperatur) Jaboi.
Hal ini dapat dilihat dari hasil pengolahan dan interpretasi data pengukuran lapangan :
1. Dari peta sebaran dan singkapan batuan pada penelitian menunjukan bahwa daerah
panas bumi Jaboi terdiri atas 6 jenis satuan batuan yakni: satuan batuan vulkanik
Leumo Matee, satuan batuan Piroklasik Leumo Matee, satuan batuan Piroklastik
Weh, satuan vulkanik Leumo Matee Alterasi, satuan vulkanik Semeureuguh, dan
2. Pada setiap lapisan yang telah dimodelkan dari data gravitasi diperkirakan terdapat
struktur sesar (sesar ceunohot) yang diperkirakan mengontrol sistem panas bumi di
3. Pada setiap lintasan (ada 2 lintasan) yang telah diolah berdasarkan data resistivitas
4. Keterkaitan ini menunjukkan bahwa semua variabel yang diperoleh dari setiap
metoda baik secara geologi maupun geofisika berkorelasi langsung dengan suhu
baik diatas atau dibawah permukaan gunung api daerah Jaboi, Sabang Pulau Weh
27
7.2 Saran untuk keberlanjutannya
Penelitian tahun pertama ini hanya fokus pada data geologi dan geofisika daerah panas
bumi Jaboi, Sabang. Sangat penting dan mendesak untuk dilanjutkan dengan mendapatkan
data geokimia (fluida air dan gas) karena batuan dan mineral atau material panas bumi
saling berkaitan dan harus di uji di laboratorium sehingga diperoleh informasi secara
menyeluruh. Oleh karena itu penelitian lanjutan sangat diperlukan sehingga informasi,
akurasi dan ketepatan dapat terpetakan dengan baik. Peta geologi, geofisika dan geokimia
akan terintegrasi dengan baik dalam membuat model konseptual potensi panas bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Fischer, M. M., and Getis, A. (2010). Handbook of Applied Spatial Analysis Software
Tools,Methods and Applications. doi: 10.1007/978-3-642-03647-7, ©Springer-
Verlag Berlin Heidelberg.
Harinarayana, T., and Zlotnicki, J. (2006). Special Issue of Journal of Applied Geophysics
"Electrical and electromagnetic studies in geothermally active regions. Journal of
Applied Geophysics 58, 263-264.
Hellman, M. J., and Ramsey, M. S. (2004). Analysis of Hot Springs and Associated
Depostis in Yellowstone National Park using ASTER and AVIRIS remote sensing,
Journal of Volcano and Geothermal Research. 135, 195-219.
Iris Instrument. (1995). ASTM D 5334 Standar Tes Method for Determination of Thermal
Conductivity of Soil and Soft Rock by Thermal Needle Probe Procedure Vol. 04.
Isjmiradi, M. (1989). Pembuatan Alat Ukur Konduktivitas Panas Batuan Dengan Metode
Needle Probe, Universitas Gadjah Mada.
Katili, J. A., and Hehuwat, F. (1980). Geoteconics of Indonesia a modern view on the
occurrence of large Transcurrent Fault in Sumatera, Indonesia.
28
Kaufman, A. A., Hansen, R. O., and Robert, L. K. K. (2009). Principles of the Magnetic
Methods in Geophysics. Amsterdam, The Netherlands: Elsevier
Kreith, F. and Priyono (1994). Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas (Vol. 3): Erlangga.
McCaffrey, R., Wark, D. & Prih Haryadi, P., 1996. Lateral variation in slab orientation
beneath Toba Caldera, northern Sumatra, Geophysical Research Letters, 23, 443-
446.
M. Isa, M. Z. Mat Jafri and H. S. Lim, Estimation of 2-D Temperature Distribution with
Finite Difference Techniques in Geothermal area, Aceh Indonesia. Australian
Journal of Basic and Applied Sciences, Vol. 5(12), 2011, pp.512-519, ISSN 1991-
8178.
M. Isa., M. Z. Mat Jafri., and H. S. Lim, Comparison of Field Temperature versus Satellite
Temperature in Geothermal area. Publisher: American Institute of Physics Conf.
Proceeding, Vol.1528, 2013, pp.163, DOI: 10.1063/1.4803588.
Noorollahi, Y., Itoi, R., Fujii, H., and Tanaka, T. (2007). GIS model for geothermal
resource exploration in Akita and Iwate prefectures, northern Japan. Computers &
Geosciences, 33 (4) 1008-1021.
Prihadi, S., Kasbani., and Edi, S. (2010). Jaboi Geothermal Field Boundary, Nanggroe
Aceh Darussalam Based on Geology and Geophysics Exploration Data. Proc. World
Geothermal Congress Bali, Indonesia, 25-29 April 2010
Qiming, Q., Ning, Z., Peng, N., and Leilei, C. (2011). Geothermal area detection using
Landsat ETM+thermal infrared data and its mechanistic analysis- A case study n
Tengchong, China. International Journal of Applied Earth Observation and
Geoinformation, 13, 552-559.
Rybach, L., and Mongillo, M. A. (2010). Preface to Geothermics Special issue on sustanble
geothermal utilization. Geothermics, 39, 279-282.
Widodo, S., and Suhanto, S. (2006). Penyelidikan Terpadu Geologi, Geokimia dan
Geofisika Daerah Panas Bumi Jaboi, Kota Sabang Nanggroe Aceh Darussalam.
Laporan Subdit Panas Bumi - Direktorat Inventarisasi ESDM Badan Geologi.
29
ANALYSIS AND IDENTIFICATION OF DISTRIBUTION OF
ROCKS IN JABOI, SABANG GEOTHERMAL AREA
BASED ON MEGASCOPIC
3
Muhammad Isa1, Ira Dahlia2, Ibnu Rusydy , Muhammad Rusdi4
1
Prodi Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111 Indonesia
2
Prodi Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 23111 Indonesia
3
Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 23111 Indonesia
4
Prodi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 23111 Indonesia
Email : muhammadisa@unsyiah.ac.id, iradahlia96@gmail.com, ibnu@unsyiah.ac.id, emrusdi@unsyiah.ac.id,
ABSTRACT
A study was conducted to map the distribution of rocks on the geothermal potential area in Jaboi,
Sabang. Geothermal is the heat energy contained in the Earth's crust. Research about the distribution
of rocks can be used as an initial parameter of exploration expediency before doing further
investigation about the geothermal activity. The purposes of this study are to map, to classify the
type of rock distribution, and to analyze the geothermal activity based on the distribution of the rock
types. This study was conducted by observing the texture of the rock megascopically (the color, the
degree of crystallization, and the shape) on rock outcrops. The data obtained were the rocks that had
the same texture on different positions, and those data then be plotted by using SASPlanet and
ArcGis softwares. The results of direct observation in the field and elevation data revealed that the
distribution of rocks on Jaboi geothermal area consisted of several units of volcanic rocks. The
distribution of volcanic rocks in Jaboi geothermal area was units of Semeureugoh volcanic rocks,
Semeureugoh Pyroclastic, Leumo Matee Andesite lava, Leumo Matee Pyroclastic, Weh Pyroclastic,
and unit of Leumo Matee Andesite lava which had undergone alteration. Andesite Lava is the lava
that was formed from andesitic magma. Andesite magma has the temperature range of 950 -1200 0C
with the amount of silica is higher than that of basaltic magma and lower than that of rhyolitic
magma. Based on the distribution of the rock types, geothermal activity in Jaboi originated from
andesitic-rhyolitic magma, proven by the fact that many andesitic lava flows and Pyroclastic
flows/fallouts were found in Jaboi geothermal area. The results of this study showed that the
distribution of rocks in Jaboi geothermal area supports and provides an additional value to the local
geology information.
2. Geology contemplation
2.1 Geology of Research Area
Weh island is one of volcanic islands formed because of pressure from Semangko fault line in the
north west end of Sumatera. This condition causes Weh island is dominated by sediment or volcanic
rocks. Lithology of Weh island consists of Tertier and Quarter rocks which are classified into four
major rock groups, namely group of Tertier sediment rock which is base rock of Weh island, group of
old volcanic rock attaining the age of Qurter-Tertier in the form of lava and Pyroclastic flow, group
of young volcanic rock attaining the age of Quarter which is a product of young volcanic cone series
forming a volcanic sincerity directing northwest-southeast and north south, and group of limestone.
The area of research is located in the geothermal potental region between Leumo Matee volcano and
Semeureuguh volcano. Ac c ording t o ge ol ogi cal ma p of volcano Leumo Matee and
Semeureuguh are composed of Leumo Matee lava unit, Semeureugoh lava, Leumo Matee Pyroclastic,
Semeureugoh Pyroclastic and Weh Pyroclastic.
3. Methodology
3.1 Planning Stages
Planning steps performed in this research are:
1. Collecting data about the condition of research area, such as geology report that have ever been
and another information that related to research area,
2. Collecting information by using data of Digital Elevation Model (DEM) and geological map
based on the previous research (Badan Geology),
3. Making points of path used in the research,
4. Making plan such as number of persons to be involved, equipment, and arranging work program
and schedule.
3.3 M a p p l o t t i n g a n d i n t e r p r e t a t i o n
Based on data as results of field observation, a map based on kinds of rock, which are grouped to be
map unit, is created. Process of map production is done by using ArcGis and SASPlanet software.
SASPlanet is used to take the images in research area, and they then become input data in ArcGis. In
general, mapping by using ArcGis is performed by collecting the corordinates of observation points.
Coordinates are the initial input data in creating a map that use ArcGis, then in the next step,
geometric correction or rectification is carried out as well as digitation and map layout.
Field coordinate points are acquired based on observation points in the field, followed by
geometric correction. The geometric correction is needed to eliminate geometric distortion in an
image, in order to get relation between image coordinate system and coordinate system of
projection. Digitation is then carried out. It is defined as a process to convert analog data into
digital ones. Data of certain objects such as various rocks, which are in the raster format before, in
a high resolution satellite, can be converted into digital format by digitation process. The final step
is map layout, which is the last stage in making the map, including insertion of map elements.
After mapping is done, and then the created map is a map of kind of rock distribution in the
geothermal potential area, map interpretation is carried out. Map interpretation is a step of reading the
information contained in the map. The information can describe geothermal activities based on its
rock distribution. Methods of research performed obey the flowchart in the Figure 1 as follows:
Start
Study of Literature
Field observation
Map interpretation
Results
End
Mapping the rock distribution is included as an initial survey to learn further about geothermal
activity in a place. Based on classification of rock in Jaboi Sabang geothermal area, the rock
distribution is dominated by volcanic rock which is classified as Andesite lava flow rock with the
texture is generally smoothing or called as extrusion rock. The extrusion rock is formed because of
lava going up to the surface and undergoing cooling off very quickly. Andesite rock is formed from
andesitic magma, i.e., magma with the intermediate temperature of 950-1200oC [10].
Generally, that magma is formed because of the existence subduction zone between Sumatran plate
and continent plate which cause magmatism occurs. Andesitic magma has a higher silica contents
compared with basaltic magma and a lower ones than rhyolitic magma. The silica contents have an
impact on volcano eruption. This thing is indicated by the condition of materials of volcano products
in the Jaboi geothermal area which are dominated by distribution of andesite lava flow and
pyroclastic material which are caused by magma extrusion effusively (lava trickle), dan explosive
(pyroclastic material). Based on its kinds of rock distribution and eruption, Jaboi geothermal activities
are generated by some factors, magma activities which have characteristics of andesitic- rhyolitic.
Geological structures, lithologies and morphologies are responsible for forming volcanic cones on
land, which is a characteristic of volcanoes.
5. Conclusions
The map of rock distribution in the Jaboi geothermal area has been obtained. This map will greatly
support and provide additional information for another maps. The kinds of rock distribution are
classified into six rock units; Leumo Matee volcanic (Andesite lava), Weh Pyroclastic rock, Leumo
Matee Alteration volcanic, Semeureugoh volcanic (Andesite lava), Semeureugoh Pyroclastic and Weh
Pyroclastic. This kinds of rock distribution shows that Jaboi Sabang geothermal area is controlled
by magma activities which have characteristics of andesitic- rhyolitic. This map has been overlay with
the geology map from Ministry of Energy and Mineral Resources Indonesia.
References
[1] Bemmelen, V. (1949). The Geology of Indonesia, Vol Ia, P. 22-24. Hag Netherland
[2] Kaufman, A. A., Hansen, R. O., and Robert, L. K. (2009). Principles of the Magnetic Methods in
Geophysics. Amsterdam, the Netherlands: Elsevier
[3] Pratomo, I. (2006). Klasifikasi gunung api aktif Indonesia, studi kasus dari beberapa letusan
gunung api dalam sejarah. Indonesian Journal on Geoscience, 1(4), 209-227
[4] Widodo, S. & Suhanto, S. (2005). Penyelidikan Terpadu Geologi, Geokimia dan Geofisika
Daerah Panas Bumi Jaboi, Sabang. Laporan Subdit Panas Bumi ESDM Badan Geologi.
[5] Broto,S. (2011). Aplikasi Metode Geomagnet Dalam Eksplorasi Panas Bumi.Teknik, 32(1),
hal. 79-87.
[6] Cheng, P. (1979). Heat transfer in geothermal systems. Advances in heat transfer, 14, 1-105
[7] Utami, P., Browne, P. R. L., Simmons, S. F., and Suroto. (2007). Lahendong and some other
geothermal systems in the Western Pacipic Belt: Comparison of their geologic settings,
hidrology and hidrology alteration. Proc. 29th New Zealand Geothermal Workshop 2007, 9.
[8] Munandar. A. (2005) Internal Report Badan Geology, Ministry of Energy and Mineral Resource.
[9] Susanto, A. (2008). Diktat Praktikum Petrologi. Institut Teknologi Bandung.
[10] Sumintadireja, P. (2012). Volkanologi. Institut Teknologi Bandung: IT
Address :IIUM Gombak Campus, Jalan Sungai
Pusu, Gombak 53100 Kuala Lumpur Malaysia
Phone: +601139798070
Website: www.adic2017.com
Email: admin@adic2017.com
Notification of Acceptance
Congratulations!
Based on the recommendations of the reviewers and the Technical Program Committee, we are pleased
to inform you that your paper submitted to ADIC 2017 has been accepted for oral presentation and
published in ADIC 2017 proceeding. You are cordially invited to present the paper orally at ADIC 2017
to be held on 24-26 th March 2017 in Kuala Lumpur.
In order to register the conference and have your paper included in ADIC 2017 proceeding, you must do
the following steps.
1. Revise your paper according to the Reviewers’ Comments.
2. Format your paper according to the Template. Please strictly adhere to the format specified in the
conference template while preparing your paper for final submission (layout, font, and size, etc.).
3. Send your final paper (both .doc and .pdf format) to editor@adic2017.com before 20 February
2017.
4. Make payment of Registration Fee.
5. Complete the Registration Form.
Finally, we would like to further extend our congratulations to you and we are looking forward to meeting
you in Kuala Lumpur.
Yours Sincerely,
TUMIN
Chairman of ADIC 2017
APPLICATION OF AN OVERLAY TECHNIQUE TO DETERMINE
A POTENTIAL GEOTHERMAL AREA ACEH
Background
Geothermal systems represent a process of heat transfer from a heat source within the earth to a
location on the surface, which is called a heat sink. Geothermal phenomena include volcanic
eruptions, emerging hot springs, steaming ground and fumaroles (Utami, 2007). Geothermal systems
are earth systems that have geometry, materials, processes and history. Moreover, they have shapes
and dimensions that can be determined by near-surface studies. The geothermal material is composed
of rocks, fluids and gases that can be identified by geosciences. Geothermal systems cannot be
separated into exogen and endogen processes. Geothermal systems are controlled by characteristics of
the surrounding geological structure; these systems can be used directly and indirectly (Utami, 1998).
A large portion of geothermal potential is released through groundwater circulation, hot gas emission
and thermal conduction. Moreover, it is important to determine the hydrological and thermal
environments that are associated with active regions from an energetic perspective (Harinarayana,
2006). The main properties of a geothermal reservoir are its porosity and permeability. The porosity
of reservoir rock is used to assess the volume of fluids stored in a reservoir, while the permeability of
reservoir rock controls the flow rate of the produced fluid (John, 1998). Renewable energy options
and geothermal resources have the potential to greatly contribute to remedying global energy.
SEMIRATA 2017
BADAN KERJASAMA PERGURUAN TINGGI NEGERI
WILAYAH INDONESIA BAGIAN BARAT (BKS-PTN BARAT)
BIDANG MIPA
FKIP DAN FST UNIVERSITAS JAMBI
Kampus Pinang Masak Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian KM 15 Mendalo Darat Jambi. Kode Pos. 36361
Telp. 085216140503 (Winda Dwi Kartika), 081394014688 (Muhaimin), 081377551574 (Wawan)
Surel: semirata2017@unja.ac.id, Laman: semirata2017.mipa.unja.ac.id
Kepada Yth.
Dr. MUHAMMAD ISA, S.Si, M.Si
di Universitas Syiah Kuala
Salam hormat,
Berdasarkan hasil seleksi oleh tim Reviewer, kami sampaikan bahwa makalah Saudara dengan judul:
" Aplikasi Teknik Overlay Untuk Penentuan Potensi Panas Bumi Berdasarkan Data Geosains dan
Remote Sensing "
Diterima untuk dapat dipresentasikan secara oral pada SEMIRATA BKS PTN Wilayah Barat Bidang
MIPA tahun 2017 yang dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Jumat s.d Minggu, 12 s.d 14 Mei 2017
Pukul : 08.00 s.d 17.00 WIB
Tempat : Ratu Convention Center (RCC) Kota Jambi
Kami ucapkan selamat dan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara di tunggu di Sepucuk Jambi Sembilan Lurah.
Demikian Pemberitahuan ini, atas perhatiannya diucapkan terimakasih.
Darussalam, 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ii
Daftar Isi … ii
Daftar Gambar…………… v
Daftar Tabel …… vi
Daftar Istilah viii
BAB 1 – PENDAHULUAN
1.1 Sistem Panas Bumi 1
1.2 Sifat fisis dan interior bumi 3
1.3 Geotermal Indonesia 5