Вы находитесь на странице: 1из 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMPLIKASI KEHAMILAN

Oleh kelompok 4 :

I komang widiana (16089014117)

Kadek risma dwiyanti (16089014084)

Ni Luh pitasari (16089014074)

Putu sri desy handayani (14089014096)

I made vena (16089014113)

Kadek suparianto (16089014104)

Ni komang tri devi artha savitri (16089014111)

I putu riska lodrayana (16089014081)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Singaraja,16
november 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………

KATA PENGANTAR…………………………………………………...

DAFTAR ISI……………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

1.1 latar belakang………………………………………………………….4


1.2 rumusan masalah ……………………………………………………..4.
1.3 tujuan………………………………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 askep distosia…………………………………………………………..8

2.2 askep kelahiran preterm……………………………………………....15

2.3 askep proplase korda umbikal………………………………………...23

2.4 askep kehamilan multiple…………………………………………….36.

BAB III PENUTUP

3.1 simpulan………………………………………………………………38

3.2 saran…………………………………………………………………..38

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kelainan tenaga atau his adalah his yang tidak normal dalam kekuatan/sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir,dan tidak dapat diatasi sehingga
menyebabkan persalinan terhambat.
Persalinan preterm biasanya didefinisikan sebagai kontraksi reguler disertai
perubahan pada serviks yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Prolaps tali pusat adalah Tali pusat berada di samping atau melewati bagian
terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah.
Kehamilan ganda adalah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih.
(Mochtar, 1990).Kembar siam adalah keadaan anak kembar dimana tubuh keduanya
bersatu yang terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara
sempurna
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana askep distosia?
2. Bagaimana askep kelahiran preterm?
3. Bagaimana askep prolapse korda umbika?
4. Bagaimana askep kehamilan multiple?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui tentang askep distosia
2. Mengetahui tentang askep kelahiran preterm
3. Mengetahui tentang askep prolapsed korda umbikal
4. Mengetahui tentang askep kehamilan multiple

4
BAB II

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMPLIKASI PERSALINAN

A. Konsep dasar penyakit


1. Distosia
a) Definisi
Kelainan tenaga atau his adalah his yang tidak normal dalam
kekuatan/sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan lahir,dan tidak
dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan terhambat. Secara
singkat dapat dikemukakan bahwa his yang normal mulai dari salah
satu sudut difundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke
seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus
uteri dimana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian
mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh, hingga tekanan
dalam ruang amnion kembali keasalnya ± 10 mm Hg.
b) Etiologi
Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khusnya
primigravida tua. Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan
yang bersifat inersia uteri. Sampai seberapa jauh faktor emosi
mempengaruhi kekuatan his, belum ada persesuaian paham antara para
ahli, satu sebab yang paling penting dalam kelainan his,khususnya
inersia uteri ialah apabila bagian bawah janin tidak berhubungan rapat
dengan segmen bawah uterus seperti misalnya pada kelainan letak
janin. Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda
maupun hidrmnion juga dapat merupakan penyebab dari inersia uteri
yang murni.Akhirnya gangguan pada pembentukan uterus pada masa
embrional,misalnya uterus bikornis unikolis,dapat pula mengakibatkan
kelainan his. Akan tetapi pada sebagian besar kasus, kurang lebih
separuhnya, penyebabnya inersia uteri ini tidak diketahui.Penyebabnya
dapat dibagi dalam 3 golongan,yaitu:
1. Kelainan tenaga : his yang tidak normal dalm kekuatan atau
sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim
terdapat pada setiap persalinan,tidak dapat diatasi, sehingga persalinan
mengalami hambatan atau kemacetan.
5
2. Kelainan janin : persalinan dapat mengalam gangguan atau
kemacetan karena kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin.
3. Kelainan jalan lahir : kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir
bisa mengahalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.
c) Klasifikasi
1. Inersia uteri : disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus
berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada bagian-bagian lain,
peranan fundus tetap menonjol. Kelainan terletak dalam hal bahwa
kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa.
Keadaan umum penderita biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa.
Selama kketuban masih utuh umunya tidak banyak bahaya,baik bagi
ibu maupun bagi janin. Kecuali, jika persalinanberlangsung terlalu
lama,dalam hal terakhir di morbiditas ibu dan mortalitas janin naik.
Kelainan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine
contraction.
2. His terlampau kuat : his terlampau kuat atau juga disebut hypertonic
uterine contraksion. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien
menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat singkat.
Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam, dinamakanpartus
presipitatus. Bahaya partus presipitatus bagi ibu ialah terjadinya
perlukaan luas pada jalan lahir, khusunya serviks uteri vagina dan
perenium, sedangkan pada bayinya bisa mengalami perdarahan pada
tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan yang kuat dalm
waktu singkat. Batas antara bagian atas dan segmen bawah atau
lingkaran retraksi menjadi sangat jelas dan meninggi. Dalam keadaaan
demikian lingkaran retraksi patologik atau lingkaran bandl. Ligament
rotunda menjadi teggang serta lebih jelasteraba, penderita merasa nyeri
terus menerus dan merasa gelisah. Akirnya apabila tidak diberi
pertolongan, regaggan segmen bawah uterus melampaui kekuatan
jaringan, terjadilah rupture uteri.
3. Incordinate uterine action : disini sifat his berubah. Tonus otot uterus
meningkat.juga diluar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti
biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi bagian-
bagiannya. tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien

6
dalam mengadakan pembukaan.Disamping itu tonus otot uterus yang
menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu
dan dapat pula menyebabkan hioksia pada janin.
d) Manifestasi klinis
- Dapat dilihat dan diraba,perut terasa membesar kesamping
- Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan
- Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan
- Terjadi distensi berlebihan pada uterus
- Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan
dengan letak dada, teraba bagian – bagian kecil janin dan denyut
jantung janin terdengar lebih jelas pada dada.
e) Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang
menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang
belakang bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring
(oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan
meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu
gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring
dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar
akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak
bisa lahir mengikuti kepala.
A. Konsep dasar asuhan keperawatan keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
- Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya dalam kehamilan sekarang ada
kelainan seperti : Kelainan letak janin (lintang, sunsang dll) apa yang
menjadi presentasi dll.
- Riwayat kesehatan dahulu : Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien
pernah mengalami distosia sebelumnya, biasanya ada penyulit persalinan
sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul sempit, biasanya ada
riwayat DM, biasanya ada riwayat kembar dll.
- Riwayat kesehatan keluarga : Apakah dalamkeluarga ada yang menderita
penyakit kelainan darah, DM, eklamsi dan pre eklamsi.
- Pemeriksaan fisik : kepala, mata, thorax, abdomen, vulva&vagina, panggul

7
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko Kekurangan Volume Cairanb/d hipermetabolik, peningkatan
kehilangan cairan
b. Kerusakan Pertukaran Gas resiko tinggi terhadap janin berhubungan
dengan kontraksi uterus yang lama
c. Resiko Cedera tinggi terhadap janin berhubungan dengan hipoksia
jaringan, penekanan kepala pada panggul, partus lama, CPD.
A. Rencana asuhan keperawatan
No. Diagnosa Noc Nic
keperawatan
1. Resiko -fluid balance -fluid management
Kekurangan Setelah dilakukan - Monitor masukan. perhatikan berat jenis
Volume tindakan urin. Anjurkan klien untuk mengosongkan
Cairanb/d keperawatan kandung kemih sedikitnya sekali setiap hari
hipermetabolik, …×24 jam 1 1/2 jam
peningkatan diharapkan hasil - Monitor suhu setiap 4 jam lebih sering bila
kehilangan KH : tinggi. Pantau tanda-tanda vital/ DJJ sesuai
cairan indikasi
1.mempertahankan
- Beri cairan jernih dan es batu sesuai izin.
urine output sesuai
- Kaji praktik budaya mengenai masukan.
dengan usia&bb,
- Monitor kadar Hematokrit
BJ urine
- Terapi Intra Vena : Berikan bolus cairan
normal,HT normal
parentral sesuai indikasi
2.tanda-tanda vital - Pemantauan Cairan : Kaji tentang riwayat
dalam batas jumlah dan tipe intake cairan dan pola
normal eliminasi
- Monitor warna dan kuantitas urin

2. Kerusakan -respiratory status -airway management


Pertukaran Gas -Monitor frekuensi, rata-rata, irama, kedalaman dan
Setelah dilakukan
resiko tinggi usaha bernafas
tindakan
terhadap janin -Catat pergerakkan dada, lihat kesimetrisan,
keperawatan
b/d kontraksi penggunaan otot tambahan, dan supraklavikula dan

8
uterus yang …×24 jam retaksi otot intercostal
lama diharapkan hasil -Monitor bising pernafasan seperti ribut atau
dengkuran
KH :
-Terapi Oksigen:Berikan terapi oksigen sesuai
1.Tidak ada indikasi
kegelisahan
Pemberian Posisi: Posisikan klien miring kiri
2.Tidak ada gunakan baji di bawah bokong kanan bila klien
sianosis terlentang atau tinggikan klien pada posisi semi

3.Mudah bernafas duduk.

3. Resiko Cedera -risk control -environment management


tinggi terhadap Setelah dilakukan
Peningkatan Keamanan :
janin tindakan
berhubungan keperawatan -Melakukan manuver leopold untuk
dengan …×24 jam menemukan posisi janin, berbaring dan
hipoksia diharapkan hasil presentasi
jaringan,
KH : Kontrol Resiko :
penekanan
kepala pada 1.Menunjukan DJJ -Dapatkan data dasar DJJ secara manual dan
panggul, partus dan variasi denyut atau elektronik. Pantau dengan sering.
lama, CPD. perdenyut dalam Perhatikan variasi DJJ dan perubahan periodik
batas normal tidak pada respon terhadap kontraksi uterus
ada perubahan
-Catat kemajuan persalinan
periodik yang
menyenangkan -Catat DJJ bila ketuban pecah, kemudian setiap
dalam respon 15 mnt x3. Pantau perubahan periodik pada
terhadap kontraksi DJJ setelah ruptur
uterus

9
2. Kelahiran preterm
a) Pengertian
Persalinan preterm biasanya didefinisikan sebagai kontraksi reguler
disertai perubahan pada serviks yang terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 37 minggu. Menurut Creasy dan Herron, persalinan
preterm adalah persalinan pada wanita hamil dengan usia 20-36
minggu, dengan kontraksi uterus empat kali tiap 20 menit atau delapan
kali tiap 60 menit selama enam hari, dan diikuti oleh beberapa hal
meliputi ketuban pecah dini, dilatasi serviks > 2 cm, dan penipisan
serviks > 50%. Sedangkan persalinan post term adalah kehamilan yang
melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap. Kehamilan post matur
lebih mengacu pada janinnya, dimana dijumpai tanda-tanda seperti
kuku panjang, rambut panjang, kulit berkeriput, kulit menjadi
kehilangan air karena kulitnya tidak dilindungi oleh vernik kaseosa.
Mekonium dari ususnya mewarnai kuku mereka dan mungkin
ditemukan di dalam paru-parunya. Bayi pos term kehilangan berat
badan disebabkan oleh plasenta yang menua, plasenta menjadi kurang
efisien dalam memberikan kebutuhan nutrisi dan oksigen bayi dan
berakibat pada malnutrisi dan hipoksia.
b) Penyebab pretem
 Faktor ibu
- Toksemia gravidarum, yaitu preeklamsi dan eklamsi.
- Kelainan bentuk uterus ( misalnya uterus bikornis, inkompeten
serviks)
- Tumor ( misalnya mioma uteri, sistoma)
- Ibu yang menderita penyakit antara lain: akut dengan gejala
panas tinggi ( misalnya tifus abdominalis, malaria), kronis
(misalnya TBC, penyakit jantung, gromerulonefritis kronis).
- Trauma pada masa kehamilan antara lain: fisik (misalnya
jatuh), psikologis (misalnya stres)
- Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahunn atau lebih
dari 30 tahun.
- Plasenta antara lain plasenta praevia, solusio plasenta.

10
 Faktor janin
- Kehamilan ganda
- Hidramnion
- Ketuban pecah dini
- Cacat bawaan
- Infeksi ( misalnya rubeolla, sifilis, toksoplasmosis)
- Insufisiensi plasenta
 Faktor plasenta
- Plasenta previa
- Solusio plasenta

c) Tanda dan Gejala preterm


- Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
- Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
- Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
- Kuku panjangnya belum melewati ibu ujung jari
- Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
- Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 30cm
- Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 33 cm
- Rambut lanugo masih banyak
- Jaringan lemak subkutan masih tipis atau kurang
- Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya,
sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinganya
- Tumit mengkilap, telapak kaki halus
- Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi pada skrotom kurang.
Testis belum turun ke skrotom. Untuk bayi perempuan klitoris
menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora
- Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah
- Fungsi saraf yang belum matang atau kurang matang, mengakibatkan
refleks isap, menelan dan batuk mesih lemah atau tidak efektif, dan
tangisannya lemah
- Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang

11
- Verniks kaseosa tidak ada atau kurang
d) Penatalaksanaan
- Pengaturan suhu lingkungan : Bayi dimasukkan dalam inkubator
dengan suhu yang sudah diatur, bayi dengan berat badan <2000 gram
suhunya 35°C.
- Makanan bayi prematur : Umumnya bayi prematur belum sempurna
refleks menghisap dan batuk, kapasitas lambung masih kurang, maka
makanan diberikan dengan pipet sediki-sedikit namun lebih sering.
Kemungkinan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/hari atau
100-120 call/kg/hari pemberian dilakukan secara bertahap sesuai
kemampuan bayi untuk segera mungkin mencukupi kebutuhan
cairan/kalori. Karena mudah terjadi reglugitasi dan pneumoni aspirasi
pada bayi prematur, maka hal-hal berikut harus diperhatikan pada
pemberian minum bayi:
- Bayi diletakkan pada posisi kanan untuk membantu mengosongkan
lambung atau dalam posisi setengah duduk dipangkuan dengan
meninggikan kepala dan bahu 30° di tempat tidur bayi.
- Sebelum susu diberikan, diteteskan terlebih dahulu dipunggung tangan
untuk merasakan apakah susu cukup hangat dan keluar satu tetes dalam
setiap detik.
- Pada waktu bayi minum harus diperhatikan apakah dia menjadi biru,
ada gangguan pernapasan atau perut kembung pengamatan dilakukan
terus sampai kira-kira setengah jam sesudah minum. Gumpalan susu
dimulut harus dibersihkan.
- Untuk mencegah perut kembung, bayi diberi minum sedikit0sedikit
dengan perlahan dan hati-hati penambahan susu setiap kali minum
tidak boleh lebih dari 30 ml sehari.dll
 Konsep dasar asuhan keperawatan keperawatan
1. Pengkajian
Identitas : Terjadi pada bayi pada bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu.
2. Keluhan utama
Berat badan < 2500 gr, panjang badan < 45 cm, usia kehamilan < 37 minggu.
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
12
a. Riwayat Prenatal
Hamil dengan hidramnion, kehamilan ganda, perdarahan antepartum, komplikasi
kehamilan, pre eklamsi, dan ketuban pecah dini.
b. Riwayat natal
Usia kehamilan < 37 minggu, BBL < 2500 gram, panjang bayi < 45 cm, lingkar
kepala < 33 cm, lingkar lengan < 11 cm, lingkar dada < 34 cm, AS < 10, HR 130-
160 x/menit, RR 30-60 x/menit.
c. Riwayat post natal
TTV bayi, HR 130-160 x/menit, RR 30-60 x/menit dan langsung ditempatkan di
inkubator.
d. Riwayat kesehatan
Penyakit berat misal pneumonia.
e. Pengkajian fisik
Tanda vital:
 Tekanan darah: >90/60 mmHg
 Nadi: 100-140 x/menit
 Pernafasan: pernafasan dangkal, tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal
nafas), pernafasan cuping hidung, mengorok, sianosis, frekuensi nafas
bervariasi, antara 45-50 x/menit.
 Suhu: 36,3°C-36,9°C
 Kulit: kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang

2. DiagnosaKeperawatan
a) Ketidakefektifan Pola Makan Bayi berhubungan dengan prematuritas
b) Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme
regulasi
c) Resiko Infeksi

13
3. Analisa Data
No Data Etiologi
1. DO : Ibu eklamsi
- reflek menghisap lemah ↓
- bayi lahir pre mature Lahir prematur ( 35 minggu )
- ibu eklamsi ↓
Sel-sel otak imatur
DS : ↓
- Gangguan dalam beberapa reflek

Gangguan reflek menghisap

Bayi kurang mendapat asupan gizi

Ketidakefektifan Pola Makan
2. DO : BBLR
- penurunan BB ↓
- Kelemahan Permukaan tubuh relative lebih luas
- Mukosa kering ↓
DS : Penguapan berlebih
- Ibu belum dapat ↓
menyusui klien Kehilangan cairan

Dehidrasi

Mukosa kering

Kelemahan

Kekurangan volume cairan b/d kegagalan
mekanisme regulasi
3. DO : Ibu eklamsi
- Prematur ↓
- Tali pusat masih basah Prematur

DS : BBLR
- Bayi belum di imunisasi ↓
Pembentukan antibodi imatur

Kadar Imun rendah dan belum diimunisasi

Daya tahan tubuh rendah

14
Resiko Infeksi

4. IntervensiKeperawatan
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan · Kriteria Hasil : 1. Fasilitasi kontak ibu dengan
Pola Makan Bayi Setelah dilakukan keperawatan bayi seawal mungkin
berhubungan selama 2 x 24 jam diharapkan (maksimal 2 jam setelah lahir )
dengan klien mampu: 2. Monitor kemampuan bayi
prematuritas 1. Ibu dapat menyusui dengan untuk menghisap
efektif 3. Dorong orang tua untuk
2. Ibu mendapatkan meminta perawat untuk
pengetahuan tentang menemani saat menyusui
pentingnya menyusui sebanyak 8-10 kali/hari
4. Sediakan kenyamanan dan
privasi selama menyusui
5. Dorong ibu untuk tidak
membatasi bayi menyusu
6. Diskusikan penggunaan
pompa ASI jika bayi
tidakmampu menyusu
7. Instruksikan ibu untuk makan
makanan bergizi selama
menyusui
8. Kolaborasi: pemasangan NGT
(jika perlu)
2. Kekurangan Kriteria Hasil : 1. Pertahankan catatan intake
volume cairan Setelah dilakukan tindakan dan output yang akurat
keperawatan selama 3 x 24 2. Monitor status hidrasi
berhubungan
jam, kekurangan volume cairan (kelembaban membran
dengan kegagalan teratasi dengan kriteria hasil: mukosa, nadi adekuat)
mekanisme 1. Mukosa lembab 3. Monitor tanda-tanda vital:
2. Intake oral adekuat suhu, nadi, RR
regulasi
3. Kelemahan berkurang 4. Dorong masukan oral
5. Berikan penggantian
nasogastric sesuai oletput
6. Monitor BB
7. monitor status nutrisi
8. dorong keluarga untuk
memenuhi cairan (memberi
ASI)

15
9. Kolaborasi pemeriksaan
elektrolit, pemberian cairan
IV.
3. Resiko Infeksi Kriteria Hasil : 1. Observasi tanda dan gejala.
Setelah dilakukan perawatan 2. Monitor TTV pasien.
selama 2 x 24 jam diharapkan 3. Pertahankan teknik aseptif.
pasien : 4. Cuci tangan setiap sebelum
1. Tidak ada tanda dan dan sesudah tindakan ke
gejala infeksi. pasien.
2. Jumlah leukosit dalam 5. Pertahankan pemenuhan
batas normal. nutrisi yang adekuat (ASI).
3. Keluarga mampu 6. Melatih keluarga untuk
membantu perawatan membantu pasien : menjaga
pasien. kebersihan (cuci tangan),
pemenuhan nutrisi adikuat
(ASI).
7. Minimalkan tindakan
diagnostik yang tidak perlu.
8. Batasi pemakaian alat infasif.
9. Kolaborasi dengan dokter :
a. Pemberian Obat
b. Pemberian Imunisasi
c. Pemeriksaan Penunjang.

5. ImplementasiKeperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi

1. Ketidakefektifan Pola 1. Memfasilitasi kontak ibu dengan bayi seawal mungkin


Makan Bayi berhubungan (maksimal 2 jam setelah lahir )
dengan prematuritas 2. Monitoring kemampuan bayi untuk menghisap
3. Mendorong orang tua untuk meminta perawat untuk
menemani saat menyusui sebanyak 8-10 kali/hari
4. Menyediakan kenyamanan dan privasi selama
menyusui
5. Mendorong ibu untuk tidak membatasi bayi menyusu
6. Mendiskusikan penggunaan pompa ASI jika bayi
tidakmampu menyusu
7. Menginstruksikan ibu untuk makan makanan bergizi

16
selama menyusui
8. Mengkolaborasikan: pemasangan NGT (jika perlu)
2. Kekurangan volume cairan 1. Memertahankan catatan intake dan output yang akurat
berhubungan dengan 2. Monitoring status hidrasi (kelembaban membran
kegagalan mekanisme mukosa, nadi adekuat)
regulasi 3. Monitoring tanda-tanda vital: suhu, nadi, RR
4. Mendorong masukan oral
5. Memberikan penggantian nasogastric sesuai oletput
6. Monitoring BB
7. monitoring status nutrisi
8. Mendorong keluarga untuk memenuhi cairan
(memberi ASI)
9. Mengkolaborasikan pemeriksaan elektrolit, pemberian
cairan IV.
3. Resiko Infeksi 1. Mengobservasi tanda dan gejala.
2. Monitoring TTV pasien.
3. Mempertahankan teknik aseptif.
4. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
ke pasien.
5. Mempertahankan pemenuhan nutrisi yang adekuat
(ASI).
6. Melatih keluarga untuk membantu pasien : menjaga
kebersihan (cuci tangan), pemenuhan nutrisi adikuat
(ASI).
7. Meminimalkan tindakan diagnostik yang tidak perlu.
8. Mematasi pemakaian alat infasif.
9. Mengkolaborasikan dengan dokter :
a. Pemberian Obat
b. Pemberian Imunisasi
c. PemeriksaanPenunjang.

6. Evaluasi
NO Diagnosa keperawatan Evaluasi
1) Ketidakefektifan Pola Makan - S : Ibu klien mengatakan bayi mampu menyusui
Bayi berhubungan dengan - O : kebutuhan asi bayi tercukupi (8-10 kali/hari)
prematuritas - A : masalah teratasi sebagian
- P : mempertahankan intervensi yang ada
2) Kekurangan volume cairan - S : ibu mampu menyusui klien
berhubungan dengan kegagalan - O : berat badan meningkat, membrane mukosa
mekanisme regulasi lembab dan Aktivitas dan latihan normal
- A : Masalah teratasi sebagian
- P : melanjutkan intervensi

17
3) Resiko Infeksi - S : Ibu klien mengatakan tidak ada tanda dan gejala
infeksi.
- O : Leukosit dalam batas normal.
- A : Masalah teratasi.
- P : Lanjutkan intervensi.

3.Prolapsekorda umbikal/tali pusat

a) Pengertian

Prolaps tali pusat adalah Tali pusat berada di samping atau melewati bagian
terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah. (Mansjoer Arif,
2000,hal.308)prprolapse Tali Pusat adalah Keadaan darurat yang mana keadaan tali
pusat dipindahkan diantara bagian yang disiapkan untuk janin dan tulang pelvis ibu. (
Maternal Invant Health, hal 68)

Prolaps Tali pusat dapat dibedakan menjadi 3 derajat yaitu :

 Prolaps Occult :
Keadaan dimana tali pusat terletak diatas di dekat pelvis tetapi tidak dalam
jangkauan jari pada pemeriksaan vagina.
 Tali Pusat mungkin fore lying :
Adalah keadaan dimana tali pusat dapat diraba melalui arteum uteri, tetapi
berada didalam kantong ketuban yang utuh.
 Tali pusat mungkin prolaps kedalam vagina atau bahkan diluar vagina setelah
ketuban pecah.
( Kedaruratan obsterti & Ginekologi, hal 372)
b) Etiologi
 Letak Lintang
 Letak sungsang terutama presentase bokong
 Ketuban pecah dini
 Plasenta previa
 Prematuritas
 Hidraamnion
c) Patofisiologi

18
Letak lintang, letak sungsangterutama presentase bokong, hidraamnion, KPD, dan
plasenta previa dapat menyebabkan prolaps tali pusat. Dimana tali pusat berada
dibagian terendah janin didalam jalan lahiratau berada diantarabagian yang disiapkan
untuk janin dan tulang pelvis ibu, sehingga tali pusat keluar dari uterus mendahului
bagian persentase pada setiap kontraksi.Dengan demikian tali pusat akan kelihatan
menonjol keluar dari vagina. Akibatnya tali pusat terpapar udara dingin yang
menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah tali pusat yang dapat menyebabkan
hipoksia pada janin.
d) Manifestasi Klinis
 Tali pusat kelihatan menonjol keluar dari vagiana.
 Tali pusat dapat dirasakan/ diraba dengan tangan didalam bagian yang lebih
sempit dari vagina.
 Keadaan jalan lahir yang berbahaya mungkin terjadi sebagai mana tali pusat
ditekan antara bagian presentase dan tulang panggul.
 Bradikardia janin ( DJJ <100x/menit)
 Hipoksia Janin
e) Penatalaksanaan
Tali pusat berdenyut
1. Jika tali pusat berdenyut, berarti janin masih hidup.
2. Beri oksigen 4-6 liter/ menit melalui masker atau nasal kanul
3. Posisi ibu Trendelenberg
4. Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera.
5. Jika ibu pada persalinan kala I :
a) Dengan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi (DTT) masukan tangan
kedalam vagina dan bagian terendah janin segera didorong ke atas,
sehingga tahanan pada tali pusat dapat dikurangi.
b) Tangan yanglain menahan bagian terendah di supra bubis dan evaluasi
keberhasilan reposisi.
c) Jika bagian terbawah janin sudah terpegang dengan kuat diatas rongga
panggul, keluarkan tangan dari vagina, letakan tangan tetap diatas
abdomen sampai dilakukan sesio cesarea.
d) Jika tersedia, berikan salbutamol 0,5 mg IV secara berlahan untuk
mengurangi kontraksi rahim.
e) Segera lakukan seksio cesarea.

19
6. Jika ibu pada persalinan kala II :
a) Pada persentasi kepala, lakukan persalinan segera dengan ekstraksi
vakum atau ekstraksi cunam/forseps.
b) Jika persentase bokong/sungsang lakukan ekstraksi bokong atau kaki,
dan gunakan forseps pipa panjang untuk melahirkan kepala yang
menyusul.
c) Jika letak lintang, siapkan segera seksio caesarea.
d) Siapkan segera resusitasi neonatus
 Konsep dasar asuhan keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Riwayat kehamilan (GPA)
c. Pemeriksaan umum : kesadaran, tanda vital, keadaan umum.
d. Pemeriksaan khusus :
a. Kepala :
 Rambut : Kebersihan kulit kepala
 Wajah : Adanya kloasma gravidarum atau tidak
 Mata : Konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak.
 Hidung : Kebersihan→sekret ada atau tidak, sinus paranasal membesar
atau tidak
 Mulut : Kebersihan→mukosa mulut merah atau tidak, gigi berlubang
atau tidak.
 Telinga :Kebersihan liang telinga, ada serumen atau tidak.
 Leher : Kelenjar tiroid membesar atau tidak.
b. Toraks :
 Inspeksi: Frekuensi pernapasan teratur atau tidak, pada payudara ada
striae dan linea atau tidak, areola mamae hiperpigmentasi atau tidak,
serta puting susu menonjol datar atau terbenam.
 Palpasi : Ada pembengkakan pada payudara atau tidak.
 Auskultasi : Bunyi napas normal atau tidak, bunyi jantung SI-S2 diapeks
c. Abdomen :

20
 Inspeksi : Ada striae dan linea atau tidak, ada bekas luka operasi atau
tidak.
 Palpasi : Tinggi fundus uteri, pemeriksaan leupold.
 Auskultasi : DJJ normal tidak.
d. Vulva : Kebersihan vulva, fluor albus ada atau tidak.
e. Ekstremitas : ada varises atau tidak, edema ada atau tidak.
e. Pemeriksaan vaginal toucher
f. Teraba tali pusat pada daerah ostium uterus.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah ke plasentaatau
melalui tali pusat (prolaps).
2. Ketakutan dan kecemasan b/d situasi, ancaman yang dirasakan oleh ibu atau
janin.
3. Resiko cedera terhadap janin b/d hipoksia janin dan abnormalitas pelvis ibu.
4. Koping individu inefektif b/d komplikasi persalinan.
5. Resiko infeksi b/d terpaparnya tali pusat dengan udara dingin.
3. Rencana asuhan keperawata

Diagnosa NOC NIC

Keperawatan

1)  Berikan terapi oksigen


Gangguan pertukaran Setelah dilakukan asuhan

gas b/d perubahan keperawatan selama 3x24 sesuai indikasi

 Anjurkan klien untuk


aliran darah ke plasenta jam, diharapkan gangguan

atau melalui tali pusat pertukaran gas dapat diatasi melakukan pergerakan

(prolaps) dengan kriteria hasil: aktif yang tidak

 Respon ventilasi membaik berlebihan

 Denyut jantung janin dalam


 Pantau denyut jantung

batas normal janin secara berkala

21
2)  Lakukan pendekatan pada
Ansietas b/d situasi, Setelah dilakukan asuhan

ancaman yang keperawatan selama 3x24 klien dengan baik

dirasakan oleh 
ibu jam, diharapkan klien dapat Berikan informasi

atau janin mengontrol kecemasannya mengenai diagnosis,

dengan kriteria hasil: pengobatan, dan

 Kontrol diri agresi prognosis

 Klien merasa nyaman  Gunakan mekanisme

pertahanan diri yang

sesuai pada klien

 Ajarkan klien dalam

menggunakan tehnik

relaksasi

 Kolaborasikan dengan

tenaga medis lain dalam

pemberian obat anti

cemas

 Berikan terapi oksigen


3) Risiko cedera terhadap Setelah dilakukan asuhan

janin b/d hipoksia janin keperawatan selama 3x24 sesuai indikasi

jam, diharapkan 
klien Pantau aktivitas

cedera tidak terjadi dengan pergerakan serta denyut

kriteria hasil: jantung janin secara

 Lilitan tali pusat dapat berkala

terlepas  Anjurkan ibu untuk

22
 Saluran O2 dan nutrisi pada mengkonsumsi makanan

janin kembali normal yang bernutrisi

 Keamanan ibu terjaga  Atur pola makan ibu guna

membantu pemenuhan

nutrisi pada janin

4)  Kaji tingkat kecemasan


Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan

koping b/d komplikasi koping individu menjadi klien

persalinan efektif dengan kriteria hasil: Anjurkan klien untuk

 Klien memahami kondisinya tetap relaks

saat ini  Jelaskan kondisi yang

 Kliem mampu mengontrol/ dialami klien, serta

membuat pertahanan diri kemungkinan terbaik

 Klien mampu beradaptasi yang akan didapatkan

dengan keadaan klien

 Berikan support terhadap

klien

 Hindarkan klien dari

berita yang mungkin

akan menurunkan

pertahanan diri klien

5) Risiko infeksi  Bersihkan daerah pasca


b/d Setelah dilakukan asuhan

adanya prosedur keperawatan selama 3x24 melakukan prosedur

invasive jam, infeksi tidak terjadi invasive

23
dengan kriteria hasil:  Bersihkan daerah pasca

 Tidak tampak tanda-tanda melakukan tindakan

infeksi invasive dengan cairan

 Tidak terjadi luka parah pada antibakteri


kulit yang telah dilakukan Kolaborasikan dengan

tindakan invasive tenaga medis lain dalam

pemberian obat

antibiotik

 Anjurkan klien untuk

menghabiskan obat

antibiotik yang telah

diberikan

24
4. KEHAMILAN KEMBAR
a) PENGERTIAN
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih
(Manuaba, 1998 : 265).Kehamilan ganda adalah bila proses fertilisasi
menghasilkan janin lebih dari satu (Saifuddin, 2001 : 311).Kehamilan ganda
adalah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih. (Mochtar, 1990).Kembar
siam adalah keadaan anak kembar dimana tubuh keduanya bersatu yang
terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara
sempurna.Kehamilan ganda adalah suatu keadaan kehamilan dengan jumlah
janin dua atau lebih.(Taber, 1994 : 282).Kehamilan ganda adalah kehamilan
dimana terdapat dua atau lebih janin dalam satu uterus pada waktu
kehamilan tersebut (sewaktu hamil). (Wikipedia Indonesia, 2003).
b) Klasifikasi
Jenis kehamilan kembar menurut Manuaba dan Mochtar (1990) meliputi:
1) Kehamilan kembar monozigote (identik).Merupakan kehamilan
kembar yang berasal dari satu ovum sehingga disebutkan juga
hamil kembar identik atau hamil kembar homolog atau hamil
kembar uniovuler. Kehamilan kembar monozigote dapat terjadi
karena:
2) Satu ovum dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula.
3) Hambatan pada tingkat segmentasi.
4) Hambatan setelah amnion terbentuk, tetapi sebelum primitive strike
(4 – 5 minggu kehamilan).
 Hamil kembar ini mempunyai ciri sebagai berikut:
-Jenis kelamin sama.
- Biasanya kembar identik.
- Mempunyai gen yang sama.
- Pada kehamilan dalam rahim terdapat 1 plasenta, 1 korion, 2 amnion.

25
Pada hamil kembar monozigote dapat terjadi kelainan pertumbuhan seperti kembar
siam

 Kehamilan kembar dizigote

Merupakan kehamilan kembar 2 ovum, heterolog, glovuler dan


fraternal.Kedua telur dapat berasal dari:

a. 1 ovarium dari 2 flikel de graff.


b. 1 ovarium dari 1 folikel de graff.
c. 1 dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri.
Ciri kehamilan kembar dizigote yaitu:

 Jenis kelamin dapat sama atau berbeda.


 Mempunyai 2 plasenta, 2 amnion, 2 korion.
Pada kehamilan kembar digizote:

 Dapat terjadi satu janin meninggak dan yang lain tumbuh sampai cukup bulan.
 Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan muda) atau pada
kehamilan agak tua janin jadi gepeng disebut fetus papyraseus atau kompresu
Perbedaan kehamilan kembar monozigote dan dizigote

Perbedaan Kembar Monozigote Kembar Dizigote

Plasenta 1 (70 %)

2 (30 %) 2 (100 %)

Khorion 1 (70 %)

2 (30 %) 2 (100 %)

Amnion 1 (70 %)

2 (30 %) 2 (100 %)

Tali pusat 2 bersekutu 2 terpisah

26
Sekat kedua kantong 2 lapis 4 lapis

Jenis kelamin Sama Sama / tidak

Rupa dan sifat Sama Agak berlainan

Mata, kuping, gigi, kulit Sama Berbeda

Ukuran antropologik Sama Berbeda

Sidik jari Sama Berbeda

Cara pegangan Bisa sama, bisa satu Bisa sama, bisa duanya
kidal, uang lain kanan kanan

Sama Sama / tidak


Golongan darah

3. Conjoined twins, suporfokundasi dan suporfotasi

 Conjoined twins atau kembar siam


ialah kembar dimana janin melekat satu dengan yang lainnya.

Misalnya:

- torakopagus (dada dengan dada)

- dominopagus (perlengketan kedua abdomen)

- kraniopagus (kedua kepala)

 Suporfokundasi
ialah perbuahan 2 telur yang dikeluarkan pada ovum yang sama pada dua kali

koitus yang dilakukan pada jarak waktu yang pendek.

 Suporfetasi
Adalah kehamilan kedua yang terjadi pada beberapa minggu atau setelah kehamilan
pertama.

27
LetakJanin
Pada kehamilankembarseringterjadikesalahanpresentasi dan posisikeduajanin.
Begitu pula letakjaninkeduadapatberubahsetelahjaninpertamalahir,
misalnyaletaklintangberubahjadiletaksungsangatauletakkepala. Berbagaikombinasiletak,
presentasi dan posisibisaterjadi; yang paling seringdijumpaiadalah:
1. Keduajanindalamletakmembujur, presentasikepala; (44-47%);
2. Letakmembujur, presentasikepalabokong (37-38%);
3. Keduanyapresentasibokong (8-10%);
4. Letaklintang dan presentasikepala (5-5,3%);
5. Letaklintang dan presentasibokong (1,5-2%);
6. Dua-duanyaletaklintang (0,2-0,6%);
7. Letak dan presentasi 69 adalahletak yang berbahaya, karenadapatterjadi
“kuncimengunci” (interlocking).
c) Etiologi
Dalam berbagai literatur disebut insiden kehamilan kembar adalah 1
kehamilan kembar dibanding 89 kehamilan tunggal. Sedangkan kembar tiga 1
berbanding 89 pangkat dua, dan kembar empat 1 berbanding 89 pangkat tiga,
dan seterusnya. Beberapa faktor berikut menurut Mariono ikut berperan dalam
menyebabkan terjadinya kehamilan ganda:
 Ras/bangsa : Menurut literatur, ras berwarna seperti bangsa Asia dan Afrika
cenderung lebih besar mengalami kehamilan ganda ketimbang ras kulit
putih/Eropa. Meski belum dapat dibuktikan secara empiris, tapi pada banyak
kasus memang terlihat kehamilan ganda lebih sering dialami ibu-ibu hamil
kulit berwarna dibanding mereka yang berkulit putih.
 Usia : Dengan bertambahnya usia, kemungkinan terjadinya kehamilan ganda
semakin besar. Akan tetapi selepas umur 40 tahun, probabilitas terjadinya
kehamilan ganda akan menurun lagi.

 Hereditas/keturunan : Hamil kembar biasanya diwariskan secara maternal


(garis keturunan ibu). Bila dari garis keturunan ibu ada yang kembar, maka
prosentase melahirkan anak kembar lebih besar. Namun tidak tertutup
kemungkinan garis keturunan ayah bisa menimbulkan kehamilan kembar.

28
Yang pasti, insiden atau angka kejadian dari garis maternal lebih besar
dibanding dari garis paternal.

 Obat-obatan : Ibu yang memakai obat pemicu ovulasi untuk mematangkan


sel telurnya juga ikut meningkatkan peluang terjadinya kehamilan kembar.
Soalnya, dengan obat tersebut sel telur yang matang pada setiap siklus jadi
lebih dari satu. Obat ini biasanya diberikan pada pasangan yang sulit hamil
dengan faktor penyebab infertilitas indung telur. Itulah mengapa, pada
kasus-kasus pasangan yang sulit mendapat momongan kemudian menjalani
terapi obat-obat penyubur ini, bila akhirnya terjadi kehamilan, biasanya
merupakan kehamilan kembar.

 Prosedur fertilisasi in vitro : Di sini beberapa embrio yang sudah dibuahi


diimplantasikan dalam rahim. Jika semua berkembang dengan baik, maka
terjadi pertumbuhan lebih dari satu. Di atas usia kehamilan 30 minggu, berat
badan masing-masing janin ini umumnya lebih ringan dibanding janin pada
kehamilan tunggal di usia kehamilan yang sama. Perbedaan berat saat
persalinan bisa mencapai 1000-1500 gram. Penyebabnya diperkirakan
adalah regangan berlebih pada uterus, hingga sirkulasi darah di plasenta
mengalami penurunan.
d) Patofisiologi
Pada kembar identik atau kembar monozigote, proses terjadinya yaitu
pada saat pembuahan, satu ovum dibuahi oleh satu sel sperma. Kemudian
terbentuk zigote. Zigote membelah secara mitosis, dari 1 sel menjadi 2, dari
2 sel menjadi 4 dan seterusnya yang disebut fase morula, blastula, gastula,
dan neurula.Bila pembelahan seperti diatas terjadi pada fase morula (1-3 hari
setelah pembuahan), maka setiap embrio akan memiliki kantong ketuban
yang berbeda dan satu plasenta. Kemudian pada fase primitif, akan terjadi
pemisahan sempurna yang akan berkembang menjadi 2 (atau lebih) janin
yang kembar identik.Bila pada fase primitif terjadi gangguan, atau terdapat
kegagalan pembelahan, maka biasanya akan menimbulkan kecacatan fisik
atau dempetnya bagian tubuh tertentu. Ketidaksempurnaan akibat gangguan
segmentasi inilah yang menyebabkan proses pemisahan dua jabang bayi tak

29
berlangsung sempurna dan disebut kembar siam.Pada kembar fraternal atau
kembar dizigote, dimana terjadi dua ovum yang matang secara bersama –
sama dibuahi oleh masing masing 1 sel sperma. Sehingga pada proses
pembelahan selanjutnya akan terbentuk 2 janin dengan 2 plasenta, 2 amnion
dan 2 korion yang terpisah, tetapi masih dalam satu rahim.
e) Gambaran klinik
Pada kehamilan ganda dengan distensi uterus yang berlebihan dapat
terjadi persalinan prematur. Kebutuhan ibu untuk pertumbuhan janin lebih
besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia kehamilan yang dapat
menggangu pertumbuhan janin dalam rahim. Frekuensi terjadinya
hidramnion pada hamil ganda sekitar 10 kali lebih besar dari kehamilan
tunggal. Keregangan otot rahim yang menyebabkan iskemik uteri dapat
meningkatkan kemungkinan pre eklampsia dan eklampsia.Solusio plasenta
dapat terjadi setelah persalinan anak pertama karena retraksi otot rahim yang
berlebihan, perjalanan persalinan dapat berlangsung lebih lama, karena
ketegangan otot rahim yang melampaui batas setelah persalinan, terjadi
gangguan kontraksi otot rahim yang menyebabkan atonia uteri,
menimbulkan perdarahan, retensio plasenta dan plasenta rest.Dengan janin
yang relatif berat badannya rendah menyebabkan morbiditas yang tinggi.
Keluhan pada kehamilan kembar diantaranya terasa sesak napas, sering
ingin kencing, edema tungkai, pembesaran pembuluh darah (varises). Dalam
perawatan antenatal pada kehamilan kembar dapat di tingkatkan.(Manuaba,
1994)

f) Komplikasi
Komplikasi potensial meliputi hal – hal berikut :
1. Persalinan dan kelahiran prematur, yang terjadi 5 sampai 10 kali
lebih sering dibangding kehamilan tunggal, dan merupakan
ancaman terbesar bagi kehamilan kembar / ganda.
2. Kelainan letak (mal presentasi) kembar yang pertama, dapat
bokong, oblik, atau lintang dan diperkirakan terjadi pada 25 – 30
% kasus.
3. Persalinan disfungsional, yang disertai dengan peregangan uterus
yang berlebihan.

30
4. Malformasi janin.
5. Prolaps tali pusat.
6. Hidramnion.
7. Anemia defisiensi besi pada bumil.
8. Pre eklampsia atau eklampsia.
9. Perdarahan antepartum, baik plasenta previa ataupun solusio
plasenta, yang dapat terjadi pada hampir 5 % kehamilan kembar.
10. Perdarahan post partum.
11. Toxaemia gravidarum, lebih sering terjadi pada kehamilan kembar
dibandingkan dengan kehamilan tunggal.

g) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Ultrasonografi memudahkan diagnosis kehamilan ganda, evaluasi
pertumbuhan janin dan identifikasi presentasi janin.
 Foto abdimen dapat membantu bila USG tidak tersedia.
 Pemantauan frekuensi jantung janin memberikan penilaian kesehatan
janin
h) PENATALAKSANAAN
PenanganandalamKehamilan :
-Prenatal yang baikuntukmengenalkehamilankembar dan
mencegahkomplikasi yang timbul, dan
biladiagnosatelahditegakkanperiksaulangakanlebihsering (1 kali seminggu
pada kehamilan 32 minggukeatas).
-Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalananjauhdilarang,
karenaakanmerangsangpartusprematurus.
-Pemakaianguritakorset yang tidakterlaluketatdiperbolehkan,
supayaterasalebihringan.
-Pemeriksaandarahlengkap, Hb dan golongandarah.
-Makanandianjurkanmengandungbanyak protein dan
makandilaksanakanlebihseringdalamjumlahlebihsedikit.
-Bilaadatanda-tandapartusprematurus yang
mengancamdenganpemberianbetamethason 24 mg per
hariuntukpematanganjanin.

31
- Anjurkanrawatinapbila:Adakelainanobstetri,ada
his/pembukaanserviks,adanyahipertensi,pertumbuhan salah
satujaninterganggu,kondisisosial yang tidakbaik,profilaksis/mencegahpartus
prematurus denganobat tokolitik,pemasanganjerat (Shirodkar’s operation).
1. PenanganandalamPersalinan
1) Bilaanak I letaknyamembujur, kala I diawasisepertibiasa,
ditolongsepertibiasadenganepisiotimimediolateralis.
2) Setelah itubaruwaspada, lakukanperiksaluar,
periksadalamuntukmenentukankeadaanjanin II. Tunggu,
sambilmemeriksatekanandarahibu dan lain-lain.
3) Biasanyadalam 10-15 menit his akankuatlagi. Bilajanin II letakmembujur,
ketubandipecahkanpelan-pelansupaya air ketubantidakderasmengalirkeluar.
Tunggu dan pimpinpersalinananak II sepertibiasa.
4) Awasataskemungkinanterjadinyaperdarahan postpartum, makasebaiknyadipasang
infuse profilaksis.
5) Bilaadakelainanletakanak II, misalnyamelintangatauterjadiprolapstalipusat dan
solusioplasenta, makajanindilahirkandengancaraoperatifobstetrik;
a) Pada letaklintangcobaversiluardahulu.
b) Ataulahirkandengancaraversi dan ekstraksi;
c) Pada letakkepalapersalinandipercepatdenganekstraksivakumatau forceps.
d) Pada letakbokongatau kaki; ekstraksibokongatau kaki.
6) Indikasisectiocaesareahanya pada:
a) Janin I letaklintang;
b) Terjadiprolapstalipusat;
c) Plasenta previa;
d) Terjadi interlocking pada letakkeduajanin 69; anak I letaksungsang dan anak II
letakkepala.

 Konsep dasar asuhan keperawatan


1. Pengkajian
 Anamnesa : Pada anamnesa dapat diketahui adanya anak kembar
dalam keluarga, umur dan paritas ibu hamil juga diperhatikan.Ibu
merasa bahwa perutnya lebih besar dari semestinya kehamilan, dan

32
pergerakan anak mungkin lebih sering terasa.Kaji keluhan subjektif
seperti: perasaan berat, sesak napas, bengkak kaki dan lain – lain.
 Pemeriksaan fisik.
a. Inspeksi : Perut lebih besar dari tuanya kehamilan.
b. Palpasi : Fundus uteri lebih tinggi tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Teraba 3 bagian besar janin, teraba 2 balotement, teraba gerakan –
gerakan janin yang lebih banyak, serta teraba banyak bagian – bagian
kecil
c. Auskultasi : Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak
berjauhan dengan perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut permenit
atau sama – sama dihitung dan berselisih 10.
d. vaginal toucher :Mungkin teraba kepala yang sudah masuk kedalam
rongga pinggul diatas simphisis teraba bagian besar.
2. Diagnosa keperawatan
a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual,
muntah, anoreksia.
b) Perubahan eliminasi urine b.d pembesaran uterus dan peningkatan
tekanan abdomen.
c) Resiko tinggi intoleransi aktivitas b.d kepekaan uterus
meningkat.Ansietas b.d kemungkinan kelahiran prematur, ancaman
yang dirasakan atau aktual terhadap janin dan diri sendiri.
d) Kurang pengetahuan mengenai situasi resiko tinggi b.d kurangnya
informasi.
3. Rencana asuhan keperawatan
No. Diagnosa Tujuandan kriteria hasil intervesi Rasional
Keperawatan

1. Perubahan nutrisi : Kebutuhan nutrisi ibu 1. Kaji intake makanan -Mengetahui


2.Jelaskan pentingnya kebutuhan nutrisi
kurang dari dan janin terpenuhi
nutrisi kepada ibu : ibu-
kebutuhan tubuh dengan kriteria hasil yaitu untuk ibu dan
janin yang Menambah daya
berhubungan dengan BB ibu sesuai dengan
dikandungnya tahan tubuh dan
meningkatnya TB dan usia kehamilan, 3. Konsul gizi tentang kelemahan fisik
pemenuhan
kebutuhan nutrisi kebutuhan kalori,
kebutuhan nutrisi -Intake tambahan
ibu dan janin. bagi klien 300 kalori/hari,
4. Anjurkan makan protein 1,5

33
protein terpenuhi sedikit tapi sering gram/kg BB,
5. Pantau BB ibu setiap suplemen tablet
kali kunjungan Fe 60-1000
mg/hari
memenuhi
kebutuhan nutrisi.

-Mengetahui
perubahan berat
badan ibu
dihubungkan
intake nutrisi
yang adekuat

2. Resiko tinggi injury Tidak terjadi injury 1. Anjurkan ibu untuk -Meningkatkan
bedrest selama perfusi uterine
berhubungan dengan pada ibu bila terjadi
trimester III
kelahiran prematur kelahiran premature 2. Anjurkan ibu untuk -Hal ini dapat
menghindari hubungan meningkatkan
suami istri selama kontraksi uterus
kehamilan trimester III sehingga bias
terjadi kelahiran
prematur

3. Gangguan rasa Ibu mampu toleransi 1. Anjurkan ibu untuk -Posisi miring kiri
menggunakan sabut ibu mengurangi
nyaman terhadap nyeri yang
hamil, dan tidur dengan penekanan pada
berhubungan dengan dialaminya posisi miring kiri aorta dan vena
2. Anjurkan keluarga cava serta
meningkatnya
untuk memberikan mencegah
kontraksi uterus dan lingkungan yang terjadinya
nyaman bagi ibu hipertensi.
penambahan berat
Membuat ibu
uterus. merasa lebih
nyaman

34
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Banyak sekali jenis komplikasi pada persalinan.Hanya saja kelompok
hanya bisa membahas sebagian dari komplikasi tersebut.Komplikasi
kehamilan terkdang tidak bisa dihindari maka dari itu ketika sudah mengethui
hal tersebut diharapkan agar ibu hamil segera memeriksakan ke rumah sakit
terdekat agar ibu dan anak bisa selamat.
3.2 saran
ketika sudah mengethui hal tersebut diharapkan agar ibu hamil segera
memeriksakan ke rumah sakit terdekat agar ibu dan anak bisa selamat.

35
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, yusmiati.2007. Operasi Caesar. Jakarta : EDSA Mahkota


Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Obstetri fisiologi. Jakarta :
EGChttp://www.enformasi.com/2009/03/kehamilan-kembar.html.

36

Вам также может понравиться