Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MIOPIA
OLEH :
PEMBIMBING :
Yang bertandatangandibawahinimenyatakanbahwa :
Kasus : Miopia
Makassar,April 2018
Pembimbing
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berikut adalah bagian mata yang memegang peranan pembiasan sinar pada
mata :2
a. Kornea
Kornea merupakan jendela paling depan dari mata dimana sinar masuk dan
difokuskan ke dalam pupil. Bentuk kornea yang cembung dan sifatnya yang
transparan merupakan hal yang sangat menguntungkan karena sinar yang masuk
80% atau dengan kekuatan 40 dioptri dilakukan atau dibiaskan oleh kornea ini.
Indeks bias kornea adalah 1,38. Kelengkungan kornea mempunyai kekuatan yang
berkuatan sebagai lensa hingga 40,0 dioptri.
b. Iris
Iris atau selaput pelangi merupakan bagian yang berwarna pada mata. Iris
menghalangi sinar masuk ke dalam mata dengan cara mengatur jumlah sinar
masuk ke dalam pupil melalui besarnya pupil.
c. Pupil
Pupil yang berwarna hitam pekat pada sentral iris mengatur jumlah sinar masuk
ke dalam bola mata. Seluruh sinar yang masuk melalui pupil diserap sempurna
oleh jaringan dalam mata. Tidak ada sinar yang keluar melalui pupil sehingga
pupil akan berwarna hitam. Ukuran pupil dapat mengatur refleks mengecil atau
4
membesarkan untuk jumlah masuknya sinar. Pengaturan jumlah sinar masuk ke
dalam pupil diatur secara refleks. Pada penerangan yang cerah pupil akan
mengecil untuk mengurangi rasa silau. Pada tepi pupil terdapat m.sfingter pupil
yang bila berkontraksi akan mengakibatkan mengecilnya pupil (miosis). Hal ini
terjadi ketika melihat dekat atau merasa silau dan pada saat berakomodasi. Selain
itu, secara radier terdapat m.dilator pupil yang bila berkontraksi akan
mengakibatkan membesarnya pupil (midriasis). Midirasis terjadi ketika berada di
tempat gelap atau pada waktu melihat jauh.
d. Badan siliar
Badan siliar merupakan bagian khusus uvea yang memegang peranan untuk
akomodasi dan menghasilkan cairan mata. Di dalam badan siliar didapatkan otot
akomodasi dan mengatur besar ruang intertrabekula melalui insersi otot pada
skleral spur.
e. Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbenruk lensa di dalam
mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris Yng
terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang menebal dan
menipis pada saat terjadinya akomodasi. Lensa yang jernih ini mengambil
peranan membiaskan sinar 20% atau 10 dioptri. Peranan lensa yang terbesar
adalah pada saat melihat dekat atau berakomodasi.
f. Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya dan terletak di belakang pupil. Retina akan
meneruskan rangsangan yang diterimanya berupa bayangan benda sebagai
rangsangan elektrik ke otak sebagai bayangan yang dikenal.
g. Saraf optik
5
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis serabut
saraf, yaitu: saraf penglihat dan serabut pupilomotor. Saraf penglihat meneruskan
rangsangan listrik dari mata ke korteks visual untuk dikenali bayangannya.
2.2 Akomodasi
Pada keadaan normal cahaya berasal dari jarak tak berhingga atau jauh
akan terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh tersebut didekatkan,
hal ini terjadi akibat adanya daya akomodasi lensa yang memfokuskan
bayangan pada retina. Jika berakomodasi, maka benda pada jarak yang
berbeda-beda akan terfokus pada retina.1
Akomodasi adalah kemampuan lensa di dalam mata untuk mencembung
yang terjadi akibat kontraksi otot siliar.Akibat akomodasi, daya pembiasan
lensa yang mencembung bertambah kuat. Kekuatan akomodasi akan
meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata
6
harus berakomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur
dan pada waktu melihat dekat. Bila benda terletak jauh bayangan akan terletak
pada retina. Bila benda tersebut didekatkan maka bayangan akan bergeser ke
belakang retina. Akibat benda ini didekatkan penglihatan menjadi kabur, maka
mata akan berakomodasi dengan mencembungkan lensa. Kekuatan akomodasi
ditentukan dengan satuan Dioptri (D), lensa 1 D mempunyai titik fokus pada
jarak 1 meter.1
Anak-anak dapat berakomodasi dengan kuat sekali sehingga memberikan
kesukaran pada pemeriksaan kelainan refraksi. Daya akomodasi kuat pada
anka-anak dapat mencapai +12.0-18.0 D. Akibat daripada ini, maka pada anak-
anak yang sedang dilakukan pemeriksaan kelainan refraksinya untuk melihat
jauh mungkin terjadi koreksi miopia yang lebih tinggi akibat akomodasi
sehingga mata tersebut memerlukan lensa negatif yang berlebihan (koreksi
lebih). 1
2.3 Definisi
Miopia berasal dari istilah "muopia" yang dalam bahasa Yunani berarti
menutup mata. Yang memberikan gejala sebagai penglihatan jarak jauh yang
kabur, karenanya dapat di sebut dengan istilah "rabun jauh".3
Miopia adalah mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga
sinar yang sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan didepan retina.
Kelainan ini diperbaiki dengan lensa sferis negatif sehingga bayangan benda
tergeser kebelakang dan diatur tepat jatuh diretina.3
7
2.4 Epidemiologi
Diperkirakan bahwa 2,3 miliar orang di seluruh dunia mengalami kelainan
dengan kacamata, tetapi hanya 1,8 miliar orang yang melakukan pemeriksaan
dan koreksi yang terjangkau. Hal ini menyisakan kira -kira 500 juta orang,
sebagian besar di negara berkembang (1/3 bagian adalah orang afrika) dan
anak -anak dengan kelainan refraksi yang tidak dikoreksi y ang menyebabkan
refraksi yang memiliki tingkat prevalensi yang tinggi. Saat ini, myopia masih
miopia dipengaruhi oleh usia dan beberapa faktor lain. Di Amerika Serikat
dan negara berkembang, angka kejadian myopia (minimal 0,5 D) pada anak
usia 5 tahun diketahui sekitar 5%. Angka kejadian ini meningkat pada usia
sekolah dan dewasa muda, dimana pada remaja diketahui memiliki prevalensi
2.5 Etiologi
8
autosomal resesif, autosomal dominan, sex linked dan derajat myopia
yang diturunkan ternyata bervariasi.10
b. Faktor perkembangan, bukti yang ada menunjukkan bahwa faktor
prenatal dan perinatal turut berperan serta menyebabkan miopia
patologi. Penyakit ibu yang dikaitkan dengan penderita myopia
kongenital adalah hipertensi sistemik, toksemia dan penyakit retina.
Faktor lain yang di anggap berhubungan dengan miopia patologi adalah
kelahiran premature yakni badan lahir kurang dari 2.500 gr. Brain
menyebutkan bahwa hal ini berkaitan dengan defek mesodermal yang
berkaitan dengan prematuritas.10
Secara fisiologis sinar yang difokuskan pada retina terlalu kuat sehingga
membentuk bayangan kabur atau tidak tegas pada makula lutea. Titik fokus
sinar yang datang dari benda yang jauh terletak di depan retina. Titik jauh
(pungtum remotum) terletak lebih dekat atau sinar datang tidak sejajar.2
Berdasarkan penyebabnya, miopia dapat dibedakan menjadi myopia aksialis
dan refraktif.8
1. Miopia aksialis
Terjadi karena panjangnya sumbu bola mata anteroposterior sehingga
bayangan benda difokuskan di depan retina.
2. Miopia refraktif
Bertambahnya indeks bias media penglihatan sehingga bayangan benda
terletak di depan retina. Penyebabnya terletak pada:
- Kornea: Kongenital: keratokonus dan keratoglobus. Didapat:
karatektasia, karena menderita keratitits, kornea menjadi lemah.
Oleh karena tekanan intraokuler, kornea menonjol ke depan.
- Lensa: Lensa terlepas dari zonula zinnii, pada luksasi lensa atau
subluksasi lensa, oleh kekenyalannya sendiri lensa menjadi lebih
cembung. Pada katarak imatur, akibat masuknya humor akueus,
lensa menjadi cembung.
9
- Cairan mata: pada penderita diabetes melitus yang tidak diobati,
kadar gula dari humor akueus meninggi sehingga daya biasnya
meninggi pula.
2.6 Faktor Risiko
a. Faktor genetik dapat menurunkan sifat kelainan refraksi ke keturunannya,
baik secara autosomal resesif maupun autosomal dominan.10,11 Pada sebuah
studi menunjukkan 33-60 % prevalensi miopia pada anak-anak yang kedua
orang tuanya memiliki miopia. Pada anak-anak yang memiliki satu orang
tua dengan miopia, prevalensinya adalah 23-40 %. Sebagian besar penelitian
menemukan bahwa ketika orang tua tidak memiliki miopia 6-15 % saja
anak-anak yang menderita myopia.3
b. Faktor lingkungan seperti kebiasaan beraktivitas atau bekerja dalam jarak
dekat termasuk membaca, menulis ataubekerja di depan komputer.
Dipercaya secara luas bahwa kejadian miopialebih sering terjadipada orang
yang bekerja dengan jarak yang terlalu dekat, hal inidisebabkan oleh spasme
akomodatif. Selama bekerja dengan jarak dekat,objek yang dilihat sedikit
terfokus ke retinaposterior, yang dapat menyebabkan spasme akomodatif,
perubahan bentuk dari objek di retina dan peningkatan panjang aksial bola
mata.6Hasil penelitian menunjukkan bahwa status refraksi lebih banyak
didapatkan pada siswa yang lamanya beraktivitas didepan komputer> 4 jam
setiap harinya (36,5%).11
c. Perubahan anatomi berupa panjang aksial, kedalaman ruang kamera anterior
dan kedalaman ruang vitreous meningkat. Ketebalan retina, choroidea, dan
sklera berkurang. Perubahan degeneratif terjadi di retina, choroidea, nervus
optik dan korpus vitreous.6Kelengkungan kornea yang lebih curam dan rasio
panjang aksial terhadap radius kornea itu> 3,00 D juga dapat menjadi faktor
risiko.3
10
2.7 Klasifikasi
Saat ini klasifikasi miopia yang disetujui di dunia adalah :6
a. Klasifikasi berdasarkan derajat beratnya miopia, terbagi atas:10
(1.) miopia ringan (1- 2 dioptri)
(2.) miopia sedang (> 2 -6 dioptri)
(3.) miopia berat atau tinggi (> 6 dioptri)
b. klasifikasi berdasarkan onset usianya, myopia terbagi atas:12
(1.) miopia kongenital (sejak lahir – < 6 tahun/sampai masa kanak-kanak)
(2.) remaja (6 - < 20 tahun)
(3.) dewasa muda (20 – 40 tahun )
(4.) dewasa tua (> 40 tahun)
c. Berdasarkan gejala klinik miopia terbagi atas:3
(1.) Simple miopia/miopia sederhana
Miopia yang berkembang dimasa kanak-kanak sering disebut onset
youthatau juvenile. Setelah simple miopia muncul pada masa kecil,
hampir selalu meningkat dalam hal keparahannya. Studi menemukaan
bahwa tingkat perkembangan miopia masa kanak-kanak rata-rata dari 0
sampai > 1 D per tahun, dan yang tertinggi berkisar 0,3 sampai 0,5 D per
tahun. Perkembangan miopia dari masa kanak-kanak biasanya berhenti
atau melambat di tengah sampai akhir remaja, dan lebih cepat untuk
anak perempuan daripada anak laki-laki.3
Meskipun etiologi simple myopia tidak diketahui, namun faktor
genetik dan lingkunagn berperan penting. Bekerja dengan jarak yang
terlalu dekat juga sebagai penyebabnya. Status refraksi mata dengan
simple miopia tergantung pada daya optik kornea, lensa kristalin, dan
panjang aksial. Pada mata emetrop, panjang aksial dan daya optik
berkorelasi berbanding terbalik.Simple miopia lebih umum terjadi
daripada jenis miopia lainnya, umumnya < 6 D, astigmatisme dapat
terjadi bersamaan dengan simple miopia.3
11
(2.) Nokturnal miopia
Nokturnal miopia terjadi pada kondisi gelap atau pencahayaan yang
sangat redup terutama pada kondisi untuk peningkatan respon
akomodasi yang terkait dengan rendahnya tingkat cahaya. Karena
berkurangnya kontras untuk stimulus akomodasi yang adekuat, sehingga
mata mengasumsikan fokus gelap antara posisi akomodasi dari pada
fokus untuk tak terhingga.3
(3.) Pseudomiopia
Umumnya ditemui pada pasien muda yang terlalu banyak bekerja
pada ruangan tertutup. Hal ini diakibatkan oleh overstimulus/rangsangan
yang berlebihan dan terus menerus terhadap mekanisme akomodasi
sehingga terjadi spasme pada otot-otot siliar. Pasien secara klinis tampak
rabun jauh, kondisi ini dinamakan demikian karena gejala pada pasien
hanya muncul karena respon akomodasi yang tidak tepat. 3
(4.) Degeneratifmyiopia/miopia patologi
Miopia patologi adalah myopia tinggi yang terkait dengan
perubahan patologi terutama di segmen posterior mata. Tingginya
derajat myopia ini disebabkan paningkatan panjang aksial bola mata.10
Derajat miopia yang tinggi terkait dengan perubahan degeneratif di
bagian posterior mata dikenal sebagai degeneratif atau patologis miopia.
Perubahan degeneratif dapat menyebabkan fungsi visual abnormal,
seperti penurunan koreksi terbaik pada ketajaman visual atau perubahan
bidang visual. Sequelae seperti detachment retina dan glaukoma relatif
umum terjadi. 3
(5.) Induced miopia
Induced myopia atau miopia yang didapat merupakan miopia hasil
paparan berbagai macam agen farmakologi, naik turunnya kadar gula
darah, terjadinya nuclear sclerosis pada lensa kristalin (setelah sekitar
12
usia 60 tahun)atau kondisi anomaly lainnya. Miopia ini sering sementara
dan reversible.3
13
2.9 Diagnosis
a. Anamnesis : berupa keluhan pasien dengan penglihatan kabur bila
melihat jauh, mata cepat lelah, pusing dan mengantuk, cenderung
memicingkan mata bila melhat jauh. Tidak terdapat riwayat kelainan
sistemik seperti diabetes mellitus dan hipertensi. Serta faktor risiko
(genetik).13
b. Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada pemeriksaan tajam penglihatan dipakai kartu baku standar
seperti kartu baca Snellen. Pemeriksaan ini dilakukan pada mata tanpa
atau dengan kacamata, setiap mata diperiksa terpisah. Biasakan
memeriksa tajam penglihataan kanan terlebih dahulu kemudian kiri lalu
mencatatnya.2
Koreksi refraksi yang paling sesuai adalah koreksi refraksi
minimal yang memberikan tajam penglihatan maksimal.10
2.10 Penatalaksanaan
a. Koreksi optik
Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan
kacamata spheris negatif terkecil yang memberikan ketajaman
penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi dengan -
3,0 memberikan tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberi S-
3,25, maka sebaiknya diberikan lensa koreksi -3,0 agar untuk
memberiikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi.2
Gambar 11: Koreksi dengan lensa sferis konkaf (-) saat melihat jauh
14
dan dekat.5
b. Farmakoterapi
Agen sikloplegi kadang-kadang digunakan untuk mengurangi
respon akomodatif sebagai bagian dari pengobatan pseudomiopia.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa pemberian atropine dan
cyclopentolatetopikal sehari-hari mengurangi tingkat perkembangan
miopia pada anak-anak dengan miopia onset dini. Bagaimanapun
manfaat ininampak ketidaknyamanan dan risiko yang terkait dengan
cycloplegia kronis.3
c. Bedah
(1.) Radial Keratotomy (RK)
Di buat insisi radial di kornea paracentral, sehingga
melemahkan sebagian kornea. Bagian yang lemah sementara lebih
curampada kornea sentral rata. Jumlah keberhasilan perubahan
refraksi tergantung pada ukuran zona optik dan jumlahnya, serta
kedalaman sayatan. Komplikasi visual RK yang dilaporkan meliputi
variasi diurnal pada pembiasan dan ketajaman visual, silau, diplopia
monokular, meningkatnya astigmatisme, astigmatisme tidak teratur,
anisometropia yang diinduksi, dan bertahap bergeser ke arah
hypermetropia yang berlanjut selama berbulan - bulan atau bertahun
- tahun setelah Prosedur pembedahan.3
(2.) Excimer laser photorefractive keratectomy(PRK)
Merupakan prosedur di kornea yang menggunakan laser
ablationpada area sentral kornea. Hasil yang dikompilasi dari
beberapa penelitian terhadap prosedur ini menunjukkan bahwa 48-
92 % pasien telah mencapai visus6/6 (20/20) sesudah PRK.Kornea
yang kabur merupakan hal yang umum terjadi setelah PRK dan
membutuhkan waktu beberapa bulan untuk menghilangkannya.
Pasien Kadang-kadang melaporkan bahwa tanpa koreksi, mereka
15
melihat lebih baik dari sebelum operasi refraksi, akan tetapidengan
koreksi, mereka tidak melihat juga sebelum operasi.Komplikasi
yang mengancam penglihatan, terutama komplikasi kornea, terjadi
setelah 1-2 % PRK.3
(3.) Laser in situ Keratomileusis (LASIK)
Pada LASIK suatu mikrotom bermotor atau laserfemtosecond
(all-laser LASIK Intralasik) digunakan untukmemotong lapisan
tipis kornea berbentuk diskus, yangkemudian dilipat ke belakang.
Tindakan laser pada dasarstroma menghasilkan pembentukan ulang
(reshaping) korneayang terprogram dengan cermat sesuai
keinginan, dankemudian flap diposisikan kembali. LASIK untuk
miopia sedang, sedangkan pengangkatanlensa jernih dianjurkan
untuk miopia tinggi.14
2.11 Komplikasi
a. Ablasio Retina
b. Glaukoma simpel
c. Katarak.10
2.12 Prognosis
Prognosis untuk koreksi simple miopia sangat baik. Pasien
bisamencapai jarak pandang yang lebih baik dengan koreksi. Tergantung
padaderajat miopia, astigmatisme, anisometropia, danfungsi akomodasi
pasien.Pasien mungkin atau tidak mungkin melihatdengan koreksi dekat
lebih baik. Anak-anak dengan miopia sederhana harus diperiksa setiap
tahunnya. Tindak lanjutInterval 6 bulan sesuai untuk anak-anak yang
memiliki tingkat perkembangan miopia yang tinggi. Orang dewasa dengan
miopia sederhana seharusnya diperiksa setidaknya setiap 2 tahun.
Pemeriksaan lanjutan harus lebihsering biladidapatkan kondisi lain yang
ada bersama. Pasien dengan miopia nokturnal harus dievaluasi 3-4 minggu
setelah menerima koreksi untuk melihatpada malam hari, untuk
16
menentukan apakah koreksi telah menghilangkan gejala penglihatan buruk
di bawah kegelapandan/ataukondisi kesulitan mengemudi di malam hari.
Setelah gejala pasien mereda, pasien selanjutnya harus diperiksa setiap
tahunnya.3
17
BAB IV
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata edisi ke empat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2013. Hal. 65,67, 72-78.
8. Kalangi, W., Rares, L., Sumual, V. 2016. Jurnal Kedokteran Klinik. Kelainan
Refraksi di Poloklinik Mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Periode Juli 2014 – Juli 2016. Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi.Hal. 84.
10. Widodo, A., Prilia. 2007. Jurnal Oftamologi Indonesia, Vol. 5, No.1. Miopia
Patologi. Bagian/SMF Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Arlangga. RSUD Dr. Soetomo. Surabaya. Hal. 19-25.
19
11. Komariah, C., Wahyu, N. 2014. Hubungan status Refraksi dengan kebiasaan
Membaca, Aktivitas di Depan Komputer, dan Status Refraksi Orang
Tua pada Anak Usia Sekolah Dasar. Bagian Ilmu Kesehatan Mata,
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Fakultas Kedokteran, Universitas
Brawijaya. Vol. 28. No. 32. Hal. 138.
12. Falk, K. 2007. Primary Care Opthometry, 5th Edition. Hongkong. Publishing
Service Manager. Page. 44.
13. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Edisi 1. 2013. Hal.50.
14. Roderick B. Kornea. In: Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum Edisi 17.
Jakarta : EGC. 2009. Hal.413.
20