Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I

PENDAHULUAN

Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata. Kata
"blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak mata," dan
akhiran itis Yunani, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan peradangan
dalam bahasa Inggris. Peradangan adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan proses dimana sel-sel darah putih dan zat kimia yang diproduksi
dalam tubuh melindungi kita dari zat-zat asing, cedera, atau infeksi. Respon tubuh
normal dalam peradangan melibatkan berbagai derajat pembengkakan,
kemerahan, nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi.1

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. BLEFARITIS SKUAMOSA
1. Anatomi dan Fisiologi Palpebra
Palpebra (kelopak mata) adalah struktur fleksibel yang mengandung
kulit, otot, dan konjungtiva yang melindungi mata. Kulit hanya terdapat di
permukaan luar. Kelopak ini bersifat longgar dan elastis, sedikit memiliki
lemak, dan mempunyai folikel rambut yang sangat kecil dan rambut halus,
kecuali di ujung distal kelopak di mana folikel besar yang membentuk
bulu mata dijumpai.2
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang
dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip
membantu menyebarkan lapisan tipis air mata, yang melindungi kornea
dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebral superior berakhir pada alis mata;
palpebral inferior menyatu dengan pipi.3
Kelopak mata terdiri atas lima bidang jaringan yang utama. Dari
superfisial ke dalam terdapat lapisan kulit, otot rangka (orbicularis oculi),
jaringan areolar, jaringan fibrosa (lempeng tarsus), dan lapisan membran
mukosa (konjungtiva palpebralis).

Gambar 1. Potongan sagittal palpebra3

1) Struktur palpebra3
a. Lapisan kulit

2
Kulit palpebra berbeda dari kulit di kebanyakan bagian tubuh
lainnya, karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel
rambut serta tanpa lemak subkutan.
b. Musculus Orbicularis Oculi
Fungsi musculus orbicularis oculi untuk menutup palpebra. Serat–
serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan
menyebar dalam jarak pendek mengelilingi tepi orbita. Sebagian
serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam
palpebra dikenal sebagai bagian pra tarsal; bagian di atas septum
orbita adalah bagian pra septal. Segmen diluar palpebra disebut
bagian orbita. Orbicularis oculi dipersarafi nervus facialis.
c. Jaringan Areolar
Jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah musculus
orbicularis oculi berhubungan dengan lapisan subapneorotik kulit
kepala.
d. Tarsus
Struktur penyokong palpebra yang utama adalah lapisan jaringan
fibrosa padat yang bersama sedikit jaringan elastic disebut lempeng
tarsus. Sudut lateral dan medial juluran tarsus tertambat pada tepi
orbita dengan adanya ligament palpebra lateralis dan medialis.
Lempeng tarsus superior dan inferior juga tertambat pada tepi atas
dan bawah orbita oleh fasia yang tipis dan padat. Fasia tipis ini
membentuk septum orbital.
e. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Insisi bedah
melalui garis kelabu tepian palpebra membelah palpebra menjadi
lamella anterior kulit dan musculus orbicularis oculi serta lamella
posterior lempeng tarsal dan konjungtiva palpebra.
2) Tepian Palpebra2
Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebarnya 2 mm.
Tepian ini dpisahkan oleh garis kelabu (sambungan mukokutan)
menjadi tepian anterior dan posterior.
a. Tepian Anterior
 Bulu Mata.

3
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak
teratur. Bulu mata lebih banyak dan lebih panjang dari bulu
mata bawah serta melengkung ke atas; bulu mata bawah
melengkung ke bawah
 Glandula Zeis.
Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar sebasea kecil, yang
bermuara ke dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
 Glandulla Moll.
Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar keringat yang
bermuara membentuk satu barisan dekat bulu mata.
b. Tepian Posterior
Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan
sepanjang tepian ini tedapat muara-muara kecil kelenjar sebasea
yang telah dimodifikasi (kelenjar meibom, atau tarsal).
c. Punctum Lacrimale
Pada ujung medial tepian posterior palpebra terdapat penonjolan
kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra
superior dan inferior. Punctum ini berfungsi menghantarkan air
mata ke bawah melalui kanalikulusnya ke saccus lacrimalis.
3) Fissura Palpebra2
Fissura palpebra adalah ruang berbentuk elips di antara kedua palpebra
yang terbuka. Fissura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis.
Kantus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepi lateral orbita dan membentuk
sudut tajam. Kantus medialis lebih elips dari kantus lateralis dan
mengelilingi lacus lacrimalis. Lacus lacrimalis terdiri atas dua buah
struktur: Caruncula lacrimalis, peninggian kekuningan dari
modifikasi kulit yang mengandung modifikasi kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea besar yang bermuara ke dalam folikel yang
mengandung rambut-rambut halus dan Plica semilunaris, sisa
palpebra ketiga pada spesies hewan yang lebih rendah.
Pada orang Asia, sebuah lipatan kulit yang dikenal sebagai epikantus
terbentang dari ujung medial palpebra superior keeujung medial
palpebra inferior menutupi karunkula. Epikantus secara normal

4
terdapat pada bayi segala banga dan menghilang selama perkembangan
jembatan nasal, tetapi menetap seumur hidup pada orang Asia.

2. Definisi
Blepharitis adalah iritasi pada kelopak mata. Ini memiliki berbagai
penyebab, mulai dari alergi dan infeksi iritasi serta kanker kulit. Ini adalah
penyakit mata yang paling umum.4
Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum
terjadi. Kadang dikaitkan dengan infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini
menyebabkan debris skuamosa, inflamsi tepi kelopak mata, kulit, dan
folikel bulu mata (blefaritis anterior). Kelenjar Meibom dapat terkena
secara tersendiri (blefaritis posterior).5

Gambar 2. Blefaritis

3. Epidemiologi
Meskipun blepharitis adalah salah satu penyakit okular yang paling
umum, informasi epidemiologis mengenai kejadian atau prevalensinya
masih kurang. Pada penelitian yang dilakukan pada 90 pasien dengan
blefaritis kronis mencatat bahwa usia rata-rata pasien adalah 50 tahun.
Dibandingkan dengan pasien dengan blefaritis lainnya, pasien dengan
blefaritis stafilokokus relatif usia lebih muda (42 tahun) dan sebagian
besar adalah perempuan. Sebuah survei lain mengemukakan bahwa
dewasa muda lebih cenderung mengalami gejala blefaritis yang lebih
sering daripada individu usia lebih tua. Dalam studi lain dalam laporan
yang sama, dokter mata melaporkan bahwa blefaritis umumnya terlihat
pada praktik klinik hanya 37% pasien dengan blefaritis.6
Blepharitis sering menyebabkan peradangan permukaan okular terkait,
termasuk konjungtivitis, defisit air mata, dan keratitis. Blephartis juga
dapat memperburuk gejala penyakit permukaan mata yang ada bersamaan,
termasuk gangguan air mata dan alergi. Blepharitis kronis, etiologi yang
tidak pasti, dan koeksistensi penyakit sering membuat blefaritis sulit
dikendalikan.6

5
4. Etiologi
Blefaritis dapat disebabkan oleh peradangan, bakteri, alergi, kondisi
lingkungan, atau mungkin terkait dengan penyakit sistemik:4
a. Blefaritis inflamasi atau alergi terjadi akibat peningkatan sel radang
kulit di sekitar kelopak.
b. Blefaritis alergi dapat disebabkan oleh iritasi di atmosfer (misalnya,
bahan kimia di tempat kerja) atau dengan banyak obat, baik mata atau
sistemik. Pada banyak orang, blefaritis disebabkan oleh paparan hewan
seperti anjing atau kucing.
c. Bentuk ulseratif (blefaritis menular) sering ditandai dengan adanya
sekret kuning atau kehijauan.
d. Blefaritis dapat disebabkan oleh kondisi medis sistemik atau kanker
kulit dari berbagai jenis.

5. Etiopatogenesis
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata
karena adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat
kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang
dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi
mikrobakteri secara langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata,
mengakibatkan kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang
disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan enzim.
Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat dengan adanya
dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.
Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata
dan mungkin disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama
dianggap hasil dari respon mediasi sel abnormal pada komponen dinding
sel Staphylococcus Aureus yang mungkin juga bertanggung jawab untuk
mata merah dan infiltrat kornea perifer yang ditemukan pada beberapa
pasien. Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan dermatitis seboroik
umum yang mungkin melibatkan kulit kepala, lipatan nasolabial, belakang
telinga, dan sternum. Karena hubungan erat antara kelopak dan permukaan

6
okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan perubahan inflamasi dan
mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea. 8
Sedangkan blefaritis posterior disebabkan oleh disfungsi kelenjar
meibomian dan perubahan sekresi kelenjar meibomian. Lipase bakteri
dapat mengakibatkan pembentukan asam lemak bebas. Hal ini
meningkatkan titik leleh dari meibum yang menghambat ekspresi dari
kelenjar, sehingga berkontribusi terhadap iritasi permukaan mata dan
mungkin memungkinkan pertumbuhan S. Aureus. Hilangnya fosfolipid
dari tear film yang bertindak sebagai surfaktan mengakibatkan
meningkatnya penguapan air mata dan osmolaritas, juga ketidakstabilan
tear film.8

6. Klasifikasi
Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi:9
a. Blefaritis anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar,
tempat dimana bulu mata tertanam. Blefaritis anterior ada 2 jenis yaitu
stafilokok dan seborreik blefaritis stafilokok disebabkan oleh infeksi
staphylococcus aureus yang sering ulseratif atau staphylococcus
epidemidis. Blefaritis seboroik umumnya berkaitan dengan keberadaan
pityrosporum ovale9

Gambar 3. Blefaritis Anterior (Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)

b. Blefaritis posterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian


dalam, bagian yang kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis
posterior dapat disebabkan karena produksi minyak oleh kelenjar di
kelopak mata yang berlebihan (blefaritis meibom) yang akan
mengakibatkan terbentuknya lingkungan yang diperlukan bakteri untuk

7
bertumbuh. Selain itu, dapat pula terjadi karena kelainan kulit yang
lain seperti jerawat atau ketombe.2

Gambar 4. Blefaritis Posterior (Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7)

Klasifikasi berdasarkan penyebabnya:3,11,12


a. Blefaritis bakterial
1) Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus
maka pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik
seperti sulfasetamid dan sulfisoksazol. Sebelum pemberian
antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah.Bila terjadi blefaritis
menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom
untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom
(Meibormianitis), yang biasanya menyertai.9
2) Blefaritis Seboroik
Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50
tahun), dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan.
Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar meibom, air mata
berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada
konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum,
madarosis, poliosis dan jaringan keropeng.Pengobatannya adalah
dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dari
kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat.
Kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom ditekan dan

8
dibersihkan dengan shampo bayi. Penyulit yang dapat timbul
berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi,
hordeolum dan madarosis.9

Gambar 5. Blefaritis seboroik(Kanski in Clinical Ophthalmology)8

3) Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama
atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak
mengakibatkan terjadinyaluka kulit. Merupakan peradangan tepi
kelopak terutama yang mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan
sering terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis ini
berjalan bersama dermatitis seboroik.Penyebab blefaritis skuamosa
adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur. Pasien akan merasa
panas dan gatal. Pengobatannya ialah dengan membersihkan tepi
kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat
disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien. Penyulit yang
dapat terjadi antara lain: keratitis, konjungtivitis.9
4) Blefaritis Ulseratif.
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak
akibatinfeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat
keropeng berwarna kekunung-kuningan yang bila diangkat akan
terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah di sekitar bulu
mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat
kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai
perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan

9
lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga
mengakibatkan rontok(madarosis).9
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan
pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau
basitrasin. Biasanyadisebabkan stafilokok maka diberi obat
staphylococcus. Apabila ulseratif luaspengobatan harus ditambah
antibiotik sistemik dan diberi roboransia.Penyulit adalah madarosis
akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut,
trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan
kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan
jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis.9
5) Blefaritis Angularis.
Blefaritis angularis merupakan infeksi pada tepi kelopak disudut
kelopak mata atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut
kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat
mengakibatkan gangguan padafungsi punctum lakrimal. Blefaritis
angularis disebabkan oleh Moraxella lacunata atau Staphylococcus
aureus meskipun bakteri lain atau sangat jarang herpes simplex
juga terlibat. Seringkali gejala yang muncul adalah
kemerahan pada salah satu tepi kelopak mata, bersisik, maserasi
dan kulit pecah-pecah di kantus lateral dan medial, juga dapat
terjadi konjungtivitis folikuler dan papil. Biasanya kelainan ini
bersifat rekuren. Blefaritis angularis diobati dengan sulfa
(kloramfenikol, eritromisin), tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit
terjadi pada punctum lakrimal bagian medial sudutmata yang akan
menyumbat duktus lakrimal.9

10
Gambar 6. Blefaritis angularis (Kanski in Clinical Ophthalmology)8

6) Meibomianitis.
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan
mengakibatkan tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut.
Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat,
penekanan dan pengeluaran nanah dari dalamberulang kali disertai
antibiotik lokal.9

Gambar 7. Meibominiatis (Kanski in Clinical Ophthalmology)

b. Blefaritis virus
1) Herpes zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri
saraf trigeminus. Bilayang terkena ganglion cabang oftalmik maka
akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak
mata atas.Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan
tanda-tanda yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah
yang terkena dan badan berasa demam. Pada kelopak mata terlihat
vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel
pada cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial merupakan
gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata. Pengobatan
hanya asimtomatik; steroid superfisial untuk mengurangi gejala
radang dan analgesik untuk mengurangi rasa sakit. Penyulit yang
mungkin terjadi adalah uveitis, parese otot perggerak mata,
glaukoma dan neuritis optik.9
2) Herpes simplek
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan
keadaan yang sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks

11
kelopak. Dikenal bentuk blefaritis simpleks yang merupakan
radang tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta kuning
basah pada tepi bulu mata, yang mengakibatkan kedua kelopak
lengket. Tidak terdapat pengobatan spesifik pada penyakit ini. Bila
terdapat infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik sitemik atau
topikal.9
3) Vaksinia
Pada infeksi vaksinia akan terdapat kelainan pada kelopak berupa
pustula dengan indentasi pada bagian sentral. Tidak terdapat
pengobatan spesifik untuk kelainan ini.9
4) Moluskum kontagiosum
Moluskum kontagiosum pda kelopak akan terlihat sebagai benjolan
dengan penggaungan ditengah yang biasanya terletak di tepi
kelopak. Dapat ditemukan kelainan berupa konjungtivitis yang
bentuknya seperti konjungtivitis inklusi klamidia atau trakoma.
Pengobatan moluskum tidak ada yang spesifik atau dilakukan
ekstirpasi benjolan, antibiotic local diberikan untuk mencegah
infeksi sekunder.9
c. Blefaritis jamur
1) Infeksi superfisial
Biasanya diobati dengan griseofulvin terutama efektif untuk
epidermomikosis, diberikan 0.5-1 gram sehari dengan dosis
tunggal atau dibagi rata diteruskam 1-2 minggu. Kandida dengan
nistatin topikal 100.000 unit per gram.9
2) Infeksi jamur profundus
Pengobatan menggunakan obat sistemik. Actinomyces dan
Nocardia efektif menggunakan sulfonamid, penicillin atau
antibiotik spektrum luas. Spesies lain bisa digunakan Amfoterisin
B dimulai dengan 0.05-0.1mg/kgBB iv lambat 6-8 jam dilarutkan
dekstrose 5% dalam air.9

7. Diagnosis

12
Blefaritis dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang
komprehensif. Pengujian, dengan penekanan khusus pada evaluasi kelopak
mata dan permukaan depan bola mata, termasuk:10
- Riwayat pasien untuk menentukan apakah gejala yang dialami pasien
dan adanya masalah kesehatan umum yang mungkin berkontribusi
terhadap masalah mata.
- Pemeriksaan mata luar, termasuk struktur kelopak mata, tekstur kulit
dan penampilan bulu mata.
- Evaluasi tepi kelopak mata, dasar bulu mata dan pembukaan kelenjar
meibomian menggunakan cahaya terang dan pembesaran.
- Evaluasi kuantitas dan kualitas air mata untuk setiap kelainan.

8. Penatalaksaan
a. Non Medikamentosa
Membersihkan kelopak mata dengan kompres hangat (selama 5 menit)
yang dapat meningkatkan produksi minyak dan melelehkan minyak di
kelenjar meibomian. Skuama atau sekret yang menggumpal harus
dibersihkan dengan lembut dengan cutton bud yang dicelupkan ke
dalam air hangat. Hal ini bisa dikombinasikan dengan shampo bayi
untuk membantu menghilangkan lipid.3,4,5,11
b. Medikamentosa
Beberapa jenis antibiotik topikal: tetes dan salep, beberapa yang umum
diresepkan adalah:
1) Azitromisin (AzaSite, Bausch & Lomb), biasanya diresepkan satu
tetes pada waktu tidur selama satu minggu atau lebih.
2) Bacitracin ophthalmic salep dioleskan pada dasar kelopak mata
satu atau beberapa kali sehari selama beberapa hari.
3) Erythromycin ophthalmic salep dioleskan pada dasar kelopak mata
satu atau beberapa kali sehari selama beberapa hari.3,12

9. Komplikasi
Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi
yang paling sering terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak.
Mungkin sebaiknya disarankan untuk sementara waktu menggunakan alat

13
bantu lain seperti kaca mata sampai gejala blefaritis benar-benar sudah
hilang.8
a. Hordeolum: adalah suatu infeksi bakteri pada salah satu kelenjar
minyak yang tersumbat. Hasilnya adalah benjolan yang nyeri di tepi
atau di dalam kelopak mata.
b. Chalazion: granuloma konjungtiva terjadi ketika penyumbatan di salah
satu kelenjar minyak menyebabkan kelenjar yang menjadi membesar
dan menimbulkan jaringan parut.
c. Mata merah: blefaritis dapat menyebabkan serangan berulang mata
merah (konjungtivitis).
d. Ulserasi kornea: iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang
meradang atau salah arah bulu mata dapat menyebabkan goresan
(ulkus) di kornea.
10. Prognosis
Prognosis baik meskipun perjalanan klinis gangguan tersebut adalah
seringkali sangat berkepanjangan. Jika blefaritis berhubungan dengan
penyebab yang mendasari seperti ketombe atau rosacea, mengobati
kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi blefaritis.5,8

DAFTAR PUSTAKA

1. Dahl, Andrew A., MD, FACS. Blepharitis.


http://www.medicinenet.com/blepharitis/article.htm

14
2. Mescher, AL. Histologi Dasar Junquiera Teks & Atlas Edisi 12. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2011. Hal. 414.
3. Riordan P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum Edisi 17.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009.
4. Weinstock, Frank J., MD, FACS and Melissa Conrad Stöppler, MD. Eyelid
Inflammation (Blepharitis).
<http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/article_em.ht
m>
5. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell publishing,
Australia : 2013; page 52-4
6. The Eye M.D. Association. Blepharitis. American Academy of Opthalmology.
2013. https://www.google.co.id/url?sa=blepharitis-ppp-pdf&upQn-Xg.
7. Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April 26, 2013
<http://emedicine.medscape.com/article/1211763-overview#a0104>
8. Kanski JJ. Blepharitis. In: Clinical Ophthalmology. 7th ed. Butterworth
Heinemann. Philadelphia; 2011: page 34-38.
9. Ilyas, Sidarta,Prof.dr.H spM. Ilmu penyakit Mata. FKUI, edisi ketiga, Jakarta:
2009; page 1-2, 89-97
10. Feder, Robert S, MD, chair et all. Blepharitis Limited Revision In Preferred
Practice Pattern. American Academy Ophthalmology: 2011.

15

Вам также может понравиться