Вы находитесь на странице: 1из 10

ISSN : 1693-9883

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. V, No. 2, Agustus 2008, 91 - 100

POLA PENGOBATAN FLUOR ALBUS


DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
NASIONAL DR CIPTO MANGUNKUSUMO
SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
(ANALISIS DATA REKAM MEDIK
TAHUN 2006-2007)
Numlil Khaira Rusdi*, Yulia Trisna**, Atiek Soemiati***
*
Jurusan Farmasi FMIPA-UHAMKA
**
RSUPN Cipto Mangunkusumo
***
Departemen Farmasi FMIPA-UI

ABSTRACT
The objectives of this study were to know (1) Patients’ characteristics (2) The most
etiology of leucorrhoea (3) Association between clinical manifestations or genital symp-
toms with etiology of leucorrhoea (4) Therapy management of leucorrhoea by obstet-
ric-gynecologist and venereologist (5) Factors influenced the treatment of leucorrhoea
(6) Compliance with hospital therapeutic guidelines. The study was cross sectional
and retrospective. A total of 437 patients hospitalized from January 2006-December
2007 were included. The results showed that leucorrhoea was found in 17,6% of
patients at sexually transmitted disease clinic and 82,4% of patients at obstetric-
gynecology clinic. The majority of patients were in productive age, married, and
housewife, with most of genital symptoms were pruritus and curd-like vaginal dis-
charge. The most of etiology leucorrhoea in this study was candidiasis. Statistically,
there were association between genital symptoms with candidiasis and bacterial
vaginosis (p<0,05). The specific genital symptoms of candidiasis were pruritus and
curd-like vaginal discharge, whereas for bacterial vaginosis were homogeneous and
increased vaginal discharge. There were different treatments of vaginal discharge be-
tween obstetric-gynecologist and venereologist. For candidiasis, the obstetric-gyne-
cologist preferred to use fluconazole, and metronidazole+nystatin (Flagistatin®); whereas
the venereologist used clotrimazole and itraconazole. For bacterial vaginosis, obstet-
ric-gynecologist used clindamycin and metronidazole+nystatin (Flagistatin®), while
venereologist preferred to use metronidazole. For trichomoniasis there was no different
treatment between obstetric-gynecologist and venereologist. In pregnancy, antibiot-
ics used to treat leucorrhoea were clindamycin, fluconazole, metronidazole+nystatin
(Flagistatin®), metronidazole, and nystatin. Prescribing compliance with the hospi-
tal therapeutics guidelines were 37,8%. The type of antibiotics used were azitromycin,
Corresponding author : E-mail : numlil_khaira@yahoo.com

91
clindamycin, clotrimazole, doxycycline, fluconazole, itraconazole, ketoconazole, and
metronidazole. Statistics analysis by Logistic regression (Cl 95%) showed that factors
influenced the treatment of leucorrhoea included genital symptoms (OR = 0,975),
risk factors (OR = 0,917), etiology (OR = 1,103), and comorbid diseases (OR =
1,387).
Key words : leucorrhoea, vaginal discharge, profile of antibiotics for leucorrhoea,
obstetric-gynecologist, venereologist.

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien Fluor Albus
(FA) yang datang berobat ke RSCM, mengetahui etiologi yang tersering pada FA,
mengetahui hubungan manifestasi klinik/keluhan dengan etiologi FA, mengetahui
perbedaan pola pengobatan FA oleh dokter dari Departemen Obstetri Ginekologi dan
Departemen Ilmu Penyakit Kulit kelamin, mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pengobatan FA, mengetahui tingkat kesesuaian pengobatan dengan
standar terapi yang ada. Penelitian ini menggunakan rancangan studi deskriptif dan
analitik dengan pengambilan data secara retrospektif. Hasil menunjukkan bahwa
penyakit fluor albus ditemukan pada 17,6% pasien karena tertular melalui hubungan
seksual dan 82,4% pasien pada klinik obstetrik-ginekologi. Hasil penelitian didapatkan
bahwa penyakit FA banyak terjadi pada penderita kelompok umur reproduktif.
Pekerjaan umumnya sebagai ibu rumah tangga (IRT), dengan status marital menikah.
Keluhan yang banyak diberikan adalah gatal, duh tidak berbau atau berbau asam, duh
berwarna putih kuning dan kental. Penyebab FA terbanyak adalah Kandidiasis
vaginalis. Terdapat hubungan bermakna antara keluhan/manifestasi klinik dengan
FA. Hubungan bermakna ini terlihat pada FA yang disebabkan oleh kandidiasis
vaginalis dan bakteriosis vaginalis. Terdapat perbedaan pola pengobatan FA berdasarkan
etiologi (kandidiasis dan bakteriosis) antara dokter dari Departemen Obstetri Ginekologi
dan Departemen Ilmu Penyakit Kulit kelamin. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pola pengobatan FA oleh dokter Departemen Obstetri Ginekologi dan Ilmu Penyakit
Kulit kelamin adalah: faktor keluhan, etiologi, faktor risiko, dan penyakit penyerta.
Faktor umur, pekerjaan dan status marital secara statistik, tidak memiliki hubungan
yang bermakna. Tingkat kesesuaian antara pengobatan dengan standar terapi obat
untuk FA di RSCM cukup rendah, dimana sebagian besar pasien diobati secara empiris.
Kata kunci : penyakit fluor albus, vaginal discharge, profil antibiotik untuk penyakit
fluor albus, obstetrik-ginekologis, venereologis.

92 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


PENDAHULUAN adanya obat yang dijual bebas me-
mungkinkan pemberian pengobatan
Fluor albus (fluor=cairan kental, yang tidak sesuai.
albus=putih) atau dikenal dengan Oleh karena FA merupakan
istilah keputihan/leukorhea/vaginal dis- penyakit yang dapat disebabkan oleh
charge adalah nama yang diberikan beberapa organisma, dan peranan
kepada cairan yang dikeluarkan dari dokter dalam menegakkan diagno-
alat genital yang tidak berupa darah. sis yang tepat sangat diperlukan, serta
Fluor albus (FA) dapat merupakan karakteristik pasien yang berbeda,
suatu keadaan yang normal (fisio- dengan keluhan yang berbeda-beda
logis) atau sebagai tanda dari adanya juga akan memberikan pola pengo-
suatu penyakit (patologis). FA yang batan yang berbeda. Tingkat penge-
normal biasanya bening sampai tahuan dan pengalaman dokter yang
keputihan, tidak berbau dan tidak berbeda kemungkinan juga akan
menimbulkan keluhan. FA yang mempengaruhi dalam pola pengo-
patologis biasanya berwarna keku- batan. Untuk itu peneliti tertarik
ningan/kehijauan/keabu-abuan, untuk melihat pola pengobatan FA di
berbau amis/busuk, jumlah sekret Rumah Sakit Umum Pusat Nasional
umumnya banyak dan menimbulkan DR Cipto Mangunkusumo (RSCM)
keluhan seperti gatal, kemerahan serta faktor-faktor yang mempenga-
(eritema), edema, rasa terbakar pada ruhinya.
daerah intim, nyeri pada saat ber- Tujuan penelitian ini adalah
hubungan seksual (dyspareunia) atau untuk mengetahui gambaran pola
nyeri saat berkemih (dysuria.) pengobatan Fluor albus dan faktor-
Tiga infeksi yang paling sering faktor yang mempengaruhinya.
menyebabkan vaginitis adalah kan-
didiasis, trikomoniasis dan vaginosis METODE
bakterial, sedangkan servisitis dise-
babkan oleh gonore dan klamidia. Penelitian ini menggunakan
Pengobatan keputihan/FA harus rancangan studi deskriptif dan
disesuaikan dengan jenis mikro- analitik dengan pengambilan data
organisma penyebabnya. Penyebab secara retrospektif. Data diambil dari
infeksi pada keputihan bisa saja rekam medis pasien dengan diagno-
disebabkan oleh gabungan dari sis Fluor albus tahun 2006-2007 di
beberapa mikroorganisme. Disini RSCM Jakarta.
dokter mempunyai peranan yang Hipotesis dalam penelitian ini
penting dalam mendiagnosis penye- adalah; Ada hubungan etiologi,
bab suatu penyakit. Pembuatan diag- manifestasi klinik, penyakit penyerta,
nosis yang akurat bisa sangat sulit, faktor risiko, status marital, usia, dan
sehingga upaya pengobatan juga pekerjaan dengan pola pengobatan
menjadi kompleks. Terlebih lagi, Fluor albus; Ada perbedaan bermakna

Vol. V, No.2, Agustus 2008 93


antara pola pengobatan Fluor albus 2. Profil Obat-obat yang digunakan
oleh dokter dari Departemen Ob- berdasarkan Etiologi Fluor albus
stetri Gynekologi dan dari Depar- Obat tidak diberikan jika dari
temen Ilmu Penyakit Kulit kelamin; pemeriksaan penunjang tidak di-
Ada hubungan antara manifestasi temukan infeksi mikroorganisma,
klinis/keluhan dengan Fluor albus yang kemudian didiagnosis dengan
yang disebabkan oleh kandidiasis, FA fisiologis. Total pasien yang
bakteriosis dan trikomoniasis. didiagnosis dengan FA fisiologis 57
Pengolahan dan analisis data orang, 41 dengan diagnosis tunggal,
dilakukan dengan alat uji statistik. tanpa bersamaan dengan infeksi lain.
Analisis data dilakukan dengan taraf 32 pasien tidak diberi obat, 9 pasien
kepercayaan 95% dengan uji uni- diberi obat (dari bagian Obgin) yaitu
variat (untuk mengetahui karakteris- dengan klindamisin 4 orang, Flagi-
tik pasien), bivariat dengan uji Chi statin® 3 orang, klindamisin + Fla-
square dan multivariat dengan gistatin® 1 orang dan klindamisin +
regresi Logistik. metronidazol 1 orang.
Untuk kandidiasis (KV) secara
HASIL DAN PEMBAHASAN umum obat yang banyak digunakan
adalah flukonazol dan Flagistatin®.
Profil Pengobatan Fluor albus Pada bagian Kulit kelamin, obat yang
digunakan untuk kandidiasis adalah
1. Profil Obat-Obat Yang Digunakan flukonazol, itrakonazol, ketokonazol,
oleh Bagian Obgin dan Kulit Kelamin klotrimazol, dan mikonazol. Pada
Secara umum jenis obat-obat bagian Obgin, obat yang digunakan
yang digunakan oleh dokter dari untuk KV adalah: flukonazol, Fla-
Departemen Obstetri Ginekologi dan gistatin®, klindamisin, nistatin, doksi-
Departemen Ilmu Penyakit Kulit siklin, dan ketokonazol.
kelamin adalah azitromisin, ampi- Pada vaginosis bakterialis (BV)
sulbactam, klindamisin, sefiksim, secara umum obat yang banyak
doksisiklin, flukonazol, Flagistatin®, digunakan adalah metronidazol,
hidroksizin, hidrokortison, itra- klindamisin dan Flagistatin ® . 33
konazol, ketokonazol, klotrimazol, pasien BV dari bagian Kulit kelamin,
metronidazol, mikonazol, dan nista- 30 diantaranya mendapatkan metro-
tin. Obat yang banyak digunakan nidazol, 1 orang mendapatkan klin-
adalah Flagistatin ®, klindamisin, damisin, 1 orang mendapat Flagi-
flukonazol dan metronidazol . Nama statin®, dan 1 orang lagi diobati sesuai
dagang yang diresepkan antara lain hasil laboratorium kultur resistensi
Flagyl® untuk metronidazol, Diflu- aerob.
can ® untuk flukonazol dan Flagi- Pada Trikomoniasis (TV), hanya
statin ® untuk kombinasi metro- 4 orang yang didiagnosis dengan TV,
nidazol dan nistatin. 3 dari Obgin dan 1 dari Kulit kelamin.

94 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


Obat yang digunakan oleh dokter klindamisin, dan klindamisin +
Obgin adalah Flagistatin ®, metro- Flagistatin®.
nidazol, dan azitromisin + metro-
nidazol, sedangkan dokter Kulit 3. Profil Obat-Obat Yang Digunakan
kelamin menggunakan metronidazol. Pada Wanita Hamil Dengan Fluor albus
Untuk infeksi genital non spesifik Obat-obat yang digunakan oleh
(IGNS), obat yang digunakan adalah wanita hamil yang menderita Fluor
doksisiklin dan azitromisin. Dari albus adalah klindamisin, flukonazol,
suatu hasil penelitian didapatkan Flagistatin ® , metronidazol dan
bahwa penggunaan doksisiklin se- nistatin.
lama 7 hari memberikan efek yang Pemberian metronidazol direko-
sama dengan azitromisin (1 gram) mendasikan oleh Centers for Disease
dosis tunggal. Obat ini memberikan Control sebagai terapi vaginosis
angka kesembuhan lebih dari 95% bakterial. Obat ini masuk dalam
(1). Namun doksisiklin merupakan kategori B untuk wanita hamil. Saat
obat yang paling banyak dianjurkan, ini sudah ada penelitian meta analisis
karena cara pemakaian yang lebih yang menyatakan keamanan metro-
mudah dan dosis yang lebih kecil nidazol pada kehamilan (4). Klinda-
yaitu 2 kali 100 mg selama seminggu misin oral juga merupakan terapi
(2). yang direkomendasikan untuk BV
Pada gonore (GO), obat yang pada wanita hamil.
digunakan adalah cefixime. Cefixime Untuk kandidiasis (KV), Centers
merupakan obat alternatif pada GO, for Disease Control merekomendasi-
tapi merupakan obat pilihan baru kan terapi FA untuk wanita hamil
dari golongan sefalosporin yang hanya dengan topikal azol (5). Hanya
dapat diberikan secara oral yaitu 1 klotrimazol dan mikonazol yang
kali 400 mg. Obat ini juga sesuai masuk kategori B sedangkan anti-
dengan pengobatan yang dianjurkan fungi yang lain termasuk kategori C.
untuk GO yaitu obat dengan dosis Secara umum kebanyakan se-
tunggal (3). nyawa topikal azol adalah efektif,
Untuk alergi, pemberian anti- khususnya untuk pengobatan dalam
histamin dan kortikosteroid mengu- waktu lama (1-2 minggu). Durasi
rangi gejala penyakit (3). Pada pene- terapi yang lama dibutuhkan untuk
litian ini obat yang diberikan adalah eradikasi infeksi kandida. Pengo-
adalah kombinasi hidroksizin dan batan dengan topikal klotrimazol
hidrokortison. dosis tinggi sekali aplikasi efektif
Pada penderita dengan diagnosa pada wanita hamil dan sebagai
FA (tanpa diketahui penyebab Fluor pertimbangan pertama dalam pengo-
albus), obat yang diberikan sangat batan. Oral azol adalah kontra in-
bervariasi. Jenis obat yang banyak dikasi (6). Berdasarkan standar
diresepkan diantaranya: Flagistatin®, pengobatan yang ada di RSCM,

Vol. V, No.2, Agustus 2008 95


menyatakan bahwa wanita hamil diterima (8). Hal yang harus diper-
sebaiknya tidak diberikan obat hatikan disini adalah mencegah
sistemik. supaya tidak terjadi resistensi dalam
Pada suatu studi retrospektif di pengobatan.
UK terhadap 289 wanita hamil, Dalam suatu penelitian didapat-
pemberian oral flukonazol selama kan bahwa pengobatan dengan
sebulan sebelum atau selama ke- flukonazol 150 mg dosis tunggal,
hamilan tidak memberikan efek dapat mengurangi gejala keputihan
samping yang serius (7). dan gatal dalam waktu 2-4 hari.
Penggunaan dosis tunggal flukonazol
Perbedaan Pengobatan Oleh Dokter juga menghasilkan konsentrasi
bagian Obgin dan Kulit kelamin terapeutik yang persisten di vagina
berdasarkan Tiga Penyebab Umum selama beberapa hari (7).
Fluor albus yaitu Kandidiasis (KV), Flukonazol 150 mg per oral dosis
bakteriosis (BV) dan trikomoniasis tunggal atau itrakonazol 200 mg per
(TV) oral 2 kali sehari selama 1 hari, sama
efektifnya dengan pengobatan topi-
1. Perbedaan Pengobatan Fluor albus kal. Penggunaan oral lebih mudah
yang disebabkan oleh Kandidiasis (KV) tetapi potensial toksisitasnya, khu-
Dari 124 pasien yang didiagnosa susnya ketokonazol harus dipertim-
dengan KV, obat yang diresepkan bangkan (6, 9)
oleh dokter bagian Kulit kelamin Rata-rata eradikasi kandidiasis
yang terbanyak adalah : klotrimazol dalam waktu singkat yaitu antara
(n=3). Obat lainnya yaitu itrakonazol 72% dengan klotrimazol, sampai
(2), flukonazol (1), ketokonazol (1) > 95% dengan tiokonazol, flukonazol,
dan mikonazol (1). Untuk bagian mikonazol dan terkonazol. Untuk
Obgin, obat yang banyak diresepkan waktu lama (rekurensi dan resistensi)
yaitu antara lain flukonazol, Flagi- yaitu antara 57% dengan klotrimazol
statin ® dan klindamisin. Terdapat sampai 89% dengan tiokonazol dan
perbedaan pengobatan FA oleh terkonazol (7).
dokter Obgin dan Kulit kelamin ter-
hadap infeksi yang disebabkan oleh 2. Perbedaan Pengobatan Fluor albus
Kandidiasis (KV) (p<0,05). berdasarkan etiologi Bakteriosis vaginalis
Adanya perbedaan dalam pe- (BV)
ngobatan ini tergantung dari perilaku Pengobatan BV oleh dokter dari
dokter dalam memilih obat yang bagian Kulit kelamin secara umum
dapat dipengaruhi oleh beberapa yaitu menggunakan metronidazol,
faktor antara lain pengetahuan sedangkan bagian Obgin mengguna-
tentang farmakologi/farmakoterapi, kan klindamisin dan Flagistatin ®.
pendidikan yang berkelanjutan, Terdapat perbedaan pengobatan
pengalaman, dan informasi yang yang bermakna antara dokter Obgin

96 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


dan Kulit kelamin (p<0,05). Evaluasi Kesesuaian Obat-obat yang
Pada penelitian meta analisis digunakan
terhadap metronidazol pada pengo- Tingkat kesesuaian obat-obat
batan BV, melaporkan bahwa angka yang digunakan pada penderita
kesembuhan yang dicapai yaitu 87% dengan FA dalam penelitian ini
pada 280 wanita yang menerima oral ditentukan berdasarkan jenis obat
metronidazol (400-500mg), 2-3 kali yang diresepkan oleh dokter yang
sehari selama 7 hari, dan 86% pada selanjutnya dibandingkan dengan
317 wanita yang menerima terapi jenis obat yang terdapat dalam
selama 5 hari, sehingga dapat disim- standar terapi untuk FA di RSCM
pulkan angka kesembuhan metro- Jakarta.
nidazol pada BV lebih dari 85% (6). Kriteria kesesuaian obat hanya
Penelitian yang dilakukan oleh didasarkan atas jenis obat yang
Paavonen dkk (2000), menyatakan diresepkan tanpa mempertimbang-
bahwa terapi dengan klindamisin kan kriteria lain termasuk dosis. Dari
ovula selama 3 hari memberikan efek hasil penelitian ditemukan bahwa
yang sama dengan metronidazol sebanyak 124 pasien (28,2%) men-
2x500 selama 7 hari dan efek samping dapat obat yang tidak sesuai, dimana
dari metronidazol (mual dan pera- 2 orang dari bagian Kulit kelamin
saan tidak enak pada mulut) dapat (1,3%) dan 122 orang (34,0%) dari
dihindari (10). bagian Obgin. Pasien yang mendapat-
Klindamisin 300mg peroral (po), kan obat yang sesuai berjumlah 164
2xsehari selama 7 hari memberikan pasien (37,8%), yaitu 75 orang (98,7%)
angka kesembuhan hampir sama dari Kulit kelamin dan 89 orang
dengan metronidazol 500mg, po (24,8%) dari Obgin. Sisanya 149
2xsehari selama 7 hari (11) pasien (41,2%) dari bagian Obgin
tidak diketahui kesesuai penggunaan
3. Perbedaan Pengobatan Fluor albus obatnya karena pasien diberikan
yang disebabkan oleh Trikomoniasis (TV) pengobatan empiris tanpa diketahui
Untuk melihat pengobatan TV penyebab infeksinya. Hal ini dise-
obat yang digunakan yaitu metro- babkan karena sebagian besar pasien
nidazol dan Flagistatin®. Dari pene- menolak untuk melakukan swab va-
litian ini tidak terdapat perbedaan gina untuk mengetahui jenis infeksi
pengobatan oleh dokter dari bagian penyebab Fluor albus sehingga dokter
Obgin dan Kulit kelamin (p>0,05). Hal mendiagnosis pasien dengan ‘FA’
ini mungkin disebabkan karena tanpa mengetahui penyebab dari FA
jumlah pasien yang sedikit dan variasi tersebut.
obat yang digunakan juga sedikit.

Vol. V, No.2, Agustus 2008 97


Hubungan Manifestasi klinik atau adalah sekret genital homogen
keluhan dengan Fluor albus Yang (dengan sensitivitas dan spesifisitas
Disebabkan Oleh Kandidiasis, 94% dan 88%) (13), sedangkan me-
Bakteriosis dan Trikomoniasis nurut Luthra (2008), keluhan utama
Pada penelitian ini, keluhan yang untuk BV adalah sekret encer, putih
bermakna dan spesifik untuk kan- keabuan dan berbau busuk (12).
didiasis (p<0,05) adalah : gatal, sekret Adanya perbedaan gejala khas ini
bergumpal seperti kepala susu (cot- mungkin disebabkan karena adanya
tage cheese-like), dan kental. Menurut komplikasi pada pasien atau adanya
Luthra, R., (2008), keluhan utama koinfeksi dengan mikroorganisma
pada penderita kandidiasis adalah patogen lainnya.
gatal, rasa terbakar, dan bergumpal Untuk trikomoniasis keluhan
seperti kepala susu/seperti putih keju yang mempunyai hubungan ber-
(cottage cheese-like) (12). Menurut makna adalah sekret berbau busuk/
Soedarmadi (2007), gejala khas amis, tapi keluhan ini tidak spesifik
kandidiasis adalah gatal, keputihan karena bau amis juga mempunyai
tidak berbau atau berbau asam (9), hubungan yang bermakna terhadap
sedangkan menurut penelitian yang kandidiasis dan bakteriosis. Menurut
dilakukan oleh Chandeying, V. (1998) Luthra (2008), keluhan utama pada
keluhan yang spesifik untuk KV trikomoniasis adalah sekret berbusa,
adalah sekret genital seperti kepala berwarna putih hijau, berbau busuk
susu (dengan sensitivitas dan spe- dan disuria (12), sedangkan menurut
sifisitas 72% dan 100%) (13). Dalam penelitian yang dilakukan oleh
penelitian ini, rasa panas/terbakar Chandeying, V. (1998) dimana ke-
tidak memberikan hubungan yang luhan yang spesifik untuk TV adalah
bermakna (p>0,05) sedangkan ke- sekret genital homogen (dengan
putihan tidak berbau/berbau asam sensitivitas dan spesifisitas 94% dan
tidak spesifik karena bakteriosis juga 88%) (13). Tidak adanya keluhan
memberikan hubungan yang ber- yang spesifik dalam penelitian ini,
makna terhadap keluhan ini. mungkin disebabkan oleh jumlah
Untuk bakterial vaginosis (BV), sampel yang sangat sedikit dengan
dalam penelitian ini keluhan yang variasi keluhan yang banyak.
bermakna dan spesifik adalah: sekret
berwarna abu-abu, homogen dan Faktor-faktor yang mempengaruhi
banyak. Bau busuk tidak spesifik pengobatan Fluor albus oleh dokter
karena kandidiasis dan trikomoniasis bagian Obgin dan Kulit kelamin
juga memberikan hubungan yang Untuk mengetahui faktor apa
bermakna (p<0,05). Hal ini sesuai saja yang secara bersama-sama
dengan penelitian yang dilakukan mempengaruhi pola pengobatan
oleh Chandeying, V. (1998) dimana Fluor albus (FA) oleh dokter dari
keluhan yang spesifik untuk BV Departemen Obstetri Ginekologi dan

98 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


Departemen Ilmu Penyakit Kulit Fluor albus yang disebabkan oleh
kelamin, telah dilakukan analisis kandidiasis vaginalis dan bak-
statistika dengan analisis regresi teriosis vaginalis.
logistik dengan melibatkan variabel 4. Terdapat perbedaan pola pengo-
bebas umur, status marital, peker- batan Fluor albus berdasarkan
jaan, penyakit penyerta, faktor risiko, etiologi (kandidiasis dan bakte-
etiologi dan keluhan/manifestasi riosis) antara dokter dari Depar-
klinik. Variabel bebas dinyatakan temen Obstetri Ginekologi dan
mempengaruhi pola pengobatan FA Departemen Ilmu Penyakit Kulit
jika menunjukkan signifikansi <0,05. kelamin.
Hasil analisis dengan alat bantu 5. Faktor-faktor yang mempe-
uji statistik menggunakan metode ngaruhi pola pengobatan Fluor
Enter dengan taraf kepercayaan 95% albus oleh dokter Departemen
menunjukkan bahwa faktor yang Obstetri Ginekologi dan Ilmu
berpengaruh adalah : keluhan (sig- Penyakit Kulit kelamin adalah:
nifikansi = 0,000, Odds ratio = 0,975), faktor keluhan, etiologi, faktor
faktor risiko (signifikansi = 0,000, risiko, dan penyakit penyerta.
Odds ratio = 0,917), etiologi (signi- Faktor umur, pekerjaan dan sta-
fikansi = 0,009, Odds ratio = 1,103), tus marital secara statistik, tidak
penyakit penyerta (signifikansi = memiliki hubungan yang ber-
0,021, Odds ratio = 1,387). makna.
6. Tingkat kesesuaian antara pe-
KESIMPULAN ngobatan dengan standar terapi
obat untuk Fluor albus di RSCM
1. Penyakit Fluor albus banyak cukup rendah, dimana sebagian
terjadi pada penderita kelompok besar pasien diobati secara
umur reproduktif. Penderita empiris.
termuda berumur 6 tahun dan
tertua 80 tahun. Pekerjaan SARAN
umumnya sebagai IRT, dengan
status marital menikah. Keluhan 1. Karena belum adanya standar
yang banyak diberikan adalah terapi Fluor albus pada Depar-
gatal, duh tidak berbau atau temen Obstetri Ginekologi maka
berbau asam, duh berwarna disarankan untuk membuat
putih kuning dan kental. standar terapi untuk pengobatan
2. Penyebab Fluor albus terbanyak Fluor albus karena dari penelitian
adalah Kandidiasis vaginalis. ini pasien yang datang ke Depar-
3. Terdapat hubungan bermakna temen Obstetri Ginekologi lebih
antara keluhan/manifestasi kli- banyak dibandingkan yang
nik dengan Fluor albus. Hubung- datang ke Departemen Ilmu
an bermakna ini terlihat pada Penyakit Kulit kelamin.

Vol. V, No.2, Agustus 2008 99


2. Perlu dipertimbangkan untuk 7. Faro S, dkk. 1997. Treatment con-
dibuatnya kebijakan mengenai siderations in vulvovaginal can-
prosedur penulisan pada catatan didiasis. The female patient, vol
rekam medis pasien RSCM agar 22, March 1997. http://www.
data mudah dibaca dan ditelu- google.com, 10 Maret 2008.
suri, sehingga memudahkan 8. Smith MC and AL Wertheimer.
pada saat dilakukan evaluasi. 1996. Social and Behavioral aspect
of Pharmaceutical care. Pharma-
DAFTAR PUSTAKA ceutical Products Press, New
York.
1. Peipert JF. 2003. Genital Chlamy- 9. Soedarmadi. 2007. Kandidosis vul-
dial Infections. http://www.nejm. vovaginal dalam Buku Infeksi
com, 19 Juni 2008. Menular Seksual, Ed. 3. Balai
2. Lumintang H. 2007. Infeksi Geni- Penerbit FKUI, Jakarta.
tal Non Spesifik dalam Buku 10. Paavonen JP, dkk. 2000. Vaginal
Infeksi Menular Seksual, Ed. 3. Clindamisin and Oral Metronidazol
Balai Penerbit FKUI, Jakarta. for Bakterial Vaginosis : A Random-
3. Daili SF. 2007. Gonore dalam Buku ized Trial. http://www.yahoo.
Infeksi Menular Seksual, Ed. 3. com, 11 Desember 2007.
Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 11. Judanarso J. 2007. Vaginosis
4. Leitich H, dkk. 2002. Antibiotic Bakterial dalam Buku Ilmu
treatment of bacterial vaginosis Penyakit Kulit dan Kelamin, Ed.
in pregnancy: a meta analysis. 5. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Am J Obstet Gynecol. 188(3): 752- 12. Luthra R. Diagnosis of Vaginitis
758. and Pelvic Inflamation Disease.
5. Center for Disease Control & Women’s Health & Education
Prevention (CDC). 2006. Vaginal Center, United States of Ame-
Infection, in Sexually Transmitted rica.
Disease, Treatment Guideline 2006. 13. Chandeying V, dkk. 1998. Evalu-
MMWR, August 4, 2006/vol 55/ ation of two clinical protocol for
No. RR-11. http://www.cdc. the management women with
gov, 11 Desember 2007. vaginal discharge in Southern
6. Sobel JD. 2008. Vulvovaginal Can- Thailand. Sex Transm Infect.
didiasis in Sexually Transmitted
Disease, 4 th ed. McGraw-Hill,
New York.

100 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN

Вам также может понравиться