Вы находитесь на странице: 1из 29

ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT

PERAWATAN DIRI PADA PASIEN


DENGAN GANGGUAN JIWA

DISUSUN OLEH : KELAS 3.1


NAMA KELOMPOK 7
NI MADE RAHAYU DIAH DEVITA (P07120016 004)
IDA AYU PUTU RIASTIARY (P07120016 015)
JHOY MADE RUKHMINI (P07120016 020)
LUH ADE REGINA AMANDASARI (P07120016 033)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2018
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Jiwa ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri pada Pasien dengan
Gangguan Jiwa“.
Penulis mengucapkan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan
makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya. Namun, demikian penulis telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan
baik dan oleh karenanya penulis dengan rendah hati dan dengan terbuka
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Denpasar, 4 September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 3
D. Manfaat Penulisan ...................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri ......................................... 5
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri ..... 5
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................... 29
B. Saran ........................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan kebudayaan masyarakat membawa pengaruh
perubahan yang tidaklah kecil bagi kehidupan manusia baik perubahan
positif maupun negatif. Perubahan ini dapat membawa pengaruh pada
keseimbangan fisik, mental, dan sosial. Individu dengan jiwa yang sehat
cenderung mampu menyadari kemampuan dirinya secara penuh. Mampu
dalam arti dalam menghadapi masalah maupun situasi yang berat, serta
mampu berada bersama dengan orang lain. Namun bilamana jiwa
seseorang tak mampu menerima berbagai perubahan tersebut, justru
dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan jiwa hingga menimbulkan
gangguan jiwa pada individu itu sendiri (Keliat, 2010).
Kesehatan jiwa menjadi bagian integral dari kesehatan, dimana
kesehatan jiwa tidak bergantung pada gangguan jiwa namun menjadi
suatu kebutuhan yang ingin dimiliki semua orang. Kesehatan jiwa
adalah sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang,
memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi
sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan
(Yosep, 2007).
Menurut WHO (2016), jumlah penderita gangguan jiwa di
Indonesia saat ini adalah 236 juta orang, dengan gangguan jiwa ringan
6% dari populasi dan 0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% di
antaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia
15-24 tahun mengalami gangguan jiwa dari 34 provinsi di Indonesia.
Peningkatan gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan
masalah baru yang disebabkan oleh ketidakmampuan serta gejala-gejala
yang ditimbulkan oleh penderita.

1
Kesehatan jiwa menjadi salah satu masalah kesehatan utama di
negara-negara berkembang. Walaupun masalah kesehatan jiwa tidak
dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara
langsung namun gangguan tersebut dapat menimbulkan
ketidakmampuan individu dalam berkarya. Selain itu individu dengan
gangguan jiwa juga tidak mampu menjalankan perilaku sehari-hari
dengan sebagaimana mestinya hingga tidak jarang menghambat
aktivitasnya sehari-hari, salah satu dalam perawatan diri.
Perubahan proses berpikir pada individu dengan gangguan jiwa
mengakibatkan kurangnya perawatan diri akibat menurunnya aktivitas
perawatan diri. Perawatan dan pemeliharan hygiene perorangan
sangatlah penting bagi kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan.
Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik serta
kondisi emosional individu sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
personal hygiene secara mandiri. Maka dari itu, dalam makalah ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai asuhan keperawatan defisit perawatan diri
pada klien dengan gangguan jiwa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Konsep Dasar dari defisit perawatan diri?
2. Apa Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mengharapkan pembuatan makalah ini dapat meningkatkan
pengetahuan pembaca mengenai keperawatan jiwa, khususnya
mengenai asuhan keperawatan defisit perawatan diri pada pasien
dengan gangguan jiwa.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar dari defisit perawatan diri.
b. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan defisit perawatan
diri.

2
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis makalah ini bermanfaat untuk menambah
wawasan mengenai konsep pemberian asuhan keperawatan defisit
perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa dalam
keperawatan jiwa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiwa dapat mengetahui dan memahami pemberian asuhan
keperawatan defisit perawatan diri pada pasien dengan gangguan
jiwa.
b. Bagi Dosen
Dosen dapat menilai kinerja mahasiwa dalam pembuatan
makalah keperawatan jiwa ini khususnya tentang materi asuhan
keperawatan defisit perawatan diri pada pasien dengan gangguan
jiwa serta dosen dapat memberikan materi bukan hanya dengan
teori tetapi juga dengan pemecahan masalah yang dituangkan
dalam bentuk makalah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri


1. Definisi Defisit Perawatan Diri
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan
kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes RI, 2010).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada
pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan
proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan
minum secara mandiri, berhias secara mandiri, serta toileting
(BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan
melakukan aktivitas perawatan diri (mandi, berhias, makan serta
toileting) kegiatan itu harus bisa dilakukan secara mandiri (Direja,
2011). Sedangkan menurut SDKI (2016) defisit perawatan diri
adalah tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri. Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana
seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya (Tarwoto dan Wartonah, 2015). Kurangnya perawatan diri
pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan
proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun (Keliat dkk, 2014).
Jadi, defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan
seseorang melakukan aktivitas perawatan diri (mandi, berhias,

4
makan, dan toileting) dikarenakan gangguan pada kondisi
kesehatannya.
2. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), penyebab kurang
perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.
Menurut Depkes RI (2010), penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan Realitas Turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor Presivitasi
Faktor presivitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut
Depkes RI (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:

5
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal
hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang
semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu
tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun,
sampo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat
diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
3. Tanda dan Gejala
a. Mandi/hygiene

6
Klien mengalami ketidakmampuan dalam
membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber
air, mengatur suhu, atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau
mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta
memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki
ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih
pakaian, mnggunakan alat tambahan, menggunakan kancing
tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki,
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan,
mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan
makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas,
mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi
makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukkannya ke mulut, melengkapi makanan, mencerna
makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil
cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan
aman.
d. BAB/BAK
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan
dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau
bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
memebersihkan diri setelah BAB/BAKdengan tepat, dan
menyiram toilet atau kamar kecil. Keterbatasan perawatan diri

7
di atas biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat
dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri
rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat
dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias,
makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi
oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami
masalah risiko tinggi isolasi sosial (Direja, 2011).
Sedangkan menurut Depkes RI (2010) tanda dan gejala klien
dengan defisit perawatan diri adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor.
4) Gigi kotor disertai mulut bau.
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiatan kurang.
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur.
5) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi
tidak mampu mandiri.
4. Patofisiologi
Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya
gangguan jiwa yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan

8
munculnya gangguan defisit perawatan diri pada klien (Stuart dan
Laraia, 2005).
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan
ketidakseimbangan dari neurotransmiternya. Dampak yang dapat
dinilai sebagai manifestasi adanya gangguan adalah pada perilaku
maladaptif pasien (Townsend, 2005). Secara biologi riset
neurobiologikal mempunyai fokus pada tiga area otak yang
dipercaya dapat melibatkan perilaku agresi yaitu sistem limbik,
lobus frontalis dan hypothalamus.
Lobus frontal berperan penting menjadi media yang sangat
berarti dalam perilaku dan berpikir rasional, yang saling
berhubungan dengan sistem limbik (Struat dan Laraia, 2005).
Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat meyebabkan gangguan
berfikir, dan gangguan dalam bicara/disorganisasi pembicaraan
serta tidak mampu mengontrol emosi sehingga berperilaku
maladaptif seperti tidak mau merawat diri: mandi,
berpakaian/berhias, makan, toileting (Townsend 2005).
Hypotalamus memiliki fungsi utama yaitu sebagai respon
tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur mood dan motivasi.
Kerusakan hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan
motivasi sehingga kurang aktivitas dan dan malas melakukan
sesuatu. Kondisi seperti ini sering kita temui pada klien dengan
defisit perawatan diri, dimana klien butuh lebih banyak motivasi
dan dukungan untuk dapat merawat dirinya (Stuart dan Laraia,
2005).
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur,
alam perasaan, halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat
mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan)
dan psikomotor (perilaku) (Hawari, 2008). Jika terjadi penurunan
serotonin akan mengakibatkan kecenderungan perilaku yang kearah

9
maladaptif. Pada klien dengan defisit perawatan diri perilaku yang
maladaptif dapat terlihat dengan tidak adanya aktifitas dalam
melakukan perawatan diri seperti: mandi, berganti pakaian, makan
dan toileting (Wilkinson, 2007).
5. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif

Tidak melakukan
Pola perawatan diri Kadang perawatan diri,
perawatan diri pada
seimbang kadang tidak
saat stres

a. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor


dan mampu untuk berperilaku adaptif maka pola perawatan yang
dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien
mendapatan stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan
perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak
pegduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stress (Direja,
2011).

6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan dibagi
menjadi 2 menurut Damaiyanti (2012) yaitu:
a. Mekanisme Koping Adaptif: mekanisme koping yang
mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan mencapai
tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan
perawatan diri secara mandiri.
b. Mekanisme Koping Maladaptif: mekanisme koping yang
menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,

10
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.
7. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1) Obat anti psikosis : Penotizin.
2) Obat anti depresi : Amitripilin.
3) Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.
4) Obat anti insomia : phnebarbital.
b. Terapi
1) Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian:
(a) Jangan memancing emosi klien.
(b) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga.
(c) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
(d) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk
mengemukakan masalah yang dialaminya.
2) Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
sosial, atau aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain
untuk mengembalikan keadaan klien karena maslah sebagian
orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
Ada 5 sesi yang harus dilakukan:
(a) Manfaat perawatan diri.
(b) Menjaga kebersihan diri.
(c) Tata cara makan dan minum.
(d) Tata cara eliminasi.
(e) Tata cara berhias.
3) Terapi Musik

11
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien.
Penatalaksanaan menurut Direja (2011) adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung.
8. Dampak
Dampak dari defisit perawatan diri menurut Damaiyanti (2012)
sebagai berikut:
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,
gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan integritas
kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah
gangguan kebutuhan aman nyaman, kebutuhan cinta mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.
9. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Defisit Perawatan Diri
b. Harga Diri Rendah
c. Risiko Tinggi Isolasi Diri

B. Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri


Adapun konsep asuhan keperawatan jiwa defisit perawatan diri pada
pasien dengan gangguan jiwa (Elvara, 2017).

12
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien (lyer, et. All., 1996).
Adapun yang harus dikaji dalam asuhan keperawatan defisit
perawatan diri yaitu:
a. Identitas yang meliputi: nama, tempat/tanggal lahir, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, telephone, alamat.
b. Alasan masuk
Tanyakan kepada klien dan keluarga
1) Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit
saat ini?
2) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi
masalah?
3) Bagaimana hasilnya?
c. Faktor Penyebab
Faktor Penyebab Bagian-Bagian Contoh
Faktor Predisposisi Perkembangan Keluarga terlalu
melindungi dan
memanjakan klien
sehingga
perkembangan
inisiatif terganggu
Biologis Penyakit kronis yang
menyebabkan klien
tidak mampu
melakukan
perawatan diri.

13
Kemampuan realitas Klien dengan
turun gangguan jiwa
dengan kemampuan
realitas yang kurang
menyebabkan
ketidakpedulian
dirinya dan
lingkungan termasuk
perawatan diri.
Sosial Kurang dukungan
dan latihan
kemampuan
perawatan diri
lingkungannya.
Situasi lingkungan
mempengaruhi
latihan kemampuan
dalam perawatan
diri.
Faktor Presipitasi Body Image Gambaran individu
terhadap dirinya
sangat
mempengaruhi
kebersihan diri,
misalnya: dengan
adanya perubahan
fisik sehingga
individu tidak peduli
dengan kebersihan

14
dirinya.
Praktik Sosial Pada anak-anak
selalu dimanja dalam
kebersihan diri, maka
kemungkinan akan
terjadi perubahan
pola personal
hygiene.
Status Sosial Personal hygiene
Ekonomi memerlukan alat dan
bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi,
shampoo, alat mandi
yang semuanya
memerlukan uang
untuk
menyediakannya.
Pengetahuan Pengetahuan
personal hygiene
sangat penting
karena pengetahuan
yang baik dapat
meningkatkan
kesehatan. Misalnya
pada pasien
penderita diabetes
militus dia harus
menjaga kebersihan
kakinya.

15
Budaya Disebagian
masyarakat jika
individu sakit
tertentu tidak boleh
dimandikan.
Kebiasaan Ada kebiasaan orang
Seseorang yang menggunakan
produk tertentu
dalam perawatan diri
seperti penggunaan
sabun, shampoo,
pasta gigi.
Kondisi fisik atau Pada keadaan
psikis tertentu atau sakit
kemampuan untuk
merawat diri
berkurang dan perlu
bantuan untuk
melakukannya.

d. Pemeriksaan Fisik
1) Rambut : Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang
mudah rontok, keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur.
2) Kepala : Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu,
kebersihan.
3) Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah
4) Hidung : Lihat kebersihan hidung, membran mukosa
5) Mulut : Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya,
kebersihan

16
6) Gigi : Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan
gigi
7) Telinga : Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi
8) Kulit : Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya,
pertumbuhan bulu.
9) Genetalia : Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang
uretra, keadaan skrotum, testis pada pria, cairan yang
dikeluarkan
e. Psikososial
1) Genogram
2) Konsep diri
3) Hubungan sosial
4) Spiritual
f. Status mental
1) Penampilan
2) Pembicaraan
3) Aktivitas motorik
4) Alam perasaan
5) Afek
6) Interaksi selama wawancara
7) Persepsi
8) Proses pikir
9) Isi pikir
10) Tingkat kesadaran
11) Memori
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
13) Kemampuan penilaian
14) Daya tilik diri
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan

17
2) BAB/BAK
3) Mandi
4) Berpakaian
5) Istirahat dan tidur
6) Penggunaan obat
7) Pemeliharaan kesehatan
8) Kegiatan didalam rumah
9) Kegiatan di luar rumah
h. Mekanisme koping
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada
tiap masalah yang dimilki klien, beri uraian spesifik, singkat dan
jelas.
j. Pengetahuan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada
tiap item yang dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
k. Aspek medik
Tuliskan diagnosa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter
yang merawat. Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik,
psikofarmako, dan terapi lainnya.
l. Analisa Data
Data Masalah
Data Subjektif: Defisit Perawatan Diri
1. Mengungkapkan dirinya malas
melakukan perawatan diri (mandi,
dan berhias).
2. Mengungkapkan dirinya tidak
ingin makan.

18
Data Objektif:
1. Tercium aroma tidak sedap dari
tubuh klien.
2. Pakaian terlihat kotor.
3. Rambut dan kulit kotor.
4. Kuku panjang dan kototr.
5. Gigi kotor dan aroma mulut tidak
sedap.
6. Penampilan tidak rapi.
7. Tidak bisa menggunakan alat
mandi.
Data Subjektif: Harga Diri Rendah
1. Menilai diri negatif (misal. Tidak
berguna, tidak tertolong).
2. Merasa malu atau bersalah.
3. Merasa tidak mampu melakukan
apapun.
4. Meremehkan kemampuan
mengatasi masalah.
5. Merasa tidak memiliki kelebihan
atau kemampuan positif.
6. Melebih-lebihkan penilaian
negatif tentang diri sendiri.
7. Menolak penilaian positif tentang
diri sendiri.
Data Objektif:
1. Enggan mencoba hal baru.
2. Berjalan menunduk.
3. Postur tubuh menunduk.

19
Data Subjektif: Gangguan Interaksi
1. Merasa tidak nyaman dengan Sosial.
situasi sosial.
2. Merasa sulit menerima atau
mengkomunikasikan perasaan.
Data Objektif:
1. Kurang responsif atau tertarik
pada orang lain.
2. Tidak berminat melakukan kontak
emosi dan fisik.
(SDKI, 2016).
m. Pohon Masalah

n. Daftar Masalah
1. Defisit Perawatan Diri
2. Harga Diri Rendah
3. Gangguan Interaksi Sosial

2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri

20
3. Intervensi Keperawatan
(Direja, 2011)
Dx Kriteria
Waktu Tujuan Intervensi Rasional
Kep Hasil
Hari, Defisit TUM: - Klien mampu 1. Identifikasi 1. Mengetahui
Klien mampu menjaga masalah pera- permasalahan yang
Tgl/ Perawat
melakukan kebersihan watan diri: terjadi pada diri
Bln/ an Diri perawatan diri:
diri secara kebersihan diri, klien
hygiene.
Thn mandiri berdandan, 2. Agar klien tahu
TUK I:
- Klien dapat - Klien makan/minum, pentingnya
menyebutkan mampu meny BAK/BAB kebersihan diri
pengertian ebutkan 2. Jelaskan 3. Memberitahu klien
dan pengertian pentingnya bagaimana cara
tanda- tanda dan kebersihan diri perawatan diri dan
kebersihan tanda-tanda 3. Jelaskan cara dan alat yang
diri kebersihan alat kebersihan digunakannya
- Klien dapat diri diri 4. Agar klien bisa
mengetahui - Klien dapat 4. Latih cara melakukan
pentingnya mengetahui menjaga kebersihan diri
kebersihan pentingnya kebersihan diri: secara mandiri
diri kebersihan mandi dan ganti 5. Melatih pasien agar
- Klien dapat diri. pakaian, sikat lebih mandiri.
mengetahui gigi, cuci rambut,
bagaimana potong kuku
cara menjaga 5. Masukan pada
kebersihan jadwal kegiatan
diri. untuk latihan
mandi, sikat gigi
(2x sehari), cuci
rambut (2x
perminggu),
potong kuku (1x
perminggu).
TUK II: Klien Klien mampu 1. Evaluasi kegiatan 1. Untuk mengetahui
dapat berdandan kebersihan diri. kemajuan klien
mengganti
secara mandiri Beri pujian. dalam merawat diri
baju secara
2. Jelaskan cara dan sebagai respon
dan alat untuk positif terhadap

21
rutin, menyisirberdandan. tindakan klien
rambut dan 3. Latih cara 2. Memberitahu klien
berdandan setelah bagaimana cara
memotong
kebersihan diri: berdandan dan alat
kuku. sisiran, rias muka yang digunakannya
untuk perempuan; 3. Agar klien bisa
sisiran, cukuran berdandan secara
untuk pria. mandiri
4. Masukan pada 4. Agar klien
jadwal kegiatan terbiasa dengan
untuk kebersihan
kegiatan yang telah
diri dan
berdandan. diajarkan

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan
apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum,
evaluasi membandingkan keadaan yang ada pada pasien dengan
kriteria hasil pada perencanaan. Evaluasi menggunakan system
SOAP (Subjektif, objektif, analisis, planning).

22
C. PENGAPLIKASIAN ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEFISIT
PERAWATAN DIRI

23
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan seseorang
melakukan aktivitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, dan
toileting) dikarenakan gangguan pada kondisi kesehatannya. Penyebab
defisit perawatan diri ada dua yaitu faktor predisposisi yang terdiri atas
perkembangan, biologis, kemampuan, dan sosial, serta faktor presivitasi
yang terdiri atas body image, praktik sosial, status sosial ekonomi,
pengetahuan, budaya, kebiasaan seseorang, kondisi fisik atau psikis.
Adapun tanda defisit perawatan diri dapat dilihat dari kondisi fisik,
psikis maupun sosial.
Dampak dari defisit perawatan diri terdiri atas dampak fisik dan
dampak psikososial. Dampak fisik berupa banyak gangguan kesehatan
yang diderita seseorang karena tidak tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik. Sedangkan dampak psikososial yang timbul
berupa gangguan kebutuhan aman nyaman, kebutuhan cinta mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
Adapun masalah keperawatan yang muncul terdiri atas defisit perawatan
diri, harga diri rendah, dan risiko tinggi isolasi diri.
B. Saran
Makalah ini ditulis agar nantinya dapat dimanfaatkan secara
optimal terkait dengan pengembangan mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Penulis menyarankan materi-materi yang ada dalam tulisan ini
dikembangkan lebih lanjut agar dapat nantinya menghasilkan tulisan-
tulisan yang bermutu. Demikianlah makalah ini penulis persembahkan,
semoga dapat bermanfaat.

24
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika


Aditama.
Depkes RI. 2010. Pengertian Gangguan Jiwa. Tersedia di:
www.depkes.co.id (Diakses pada: 3 September 2018).
Direja, Ade H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Elvara, Tiara. 2017. Defisit Perawatan Diri. Tersedia di:
www.academia.edu (Diakses pada: 3 September 2017).
Hawari, D. 2008. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Keliat, Anna. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Keliat, Anna dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Tim Pokja
SDKI DPP PPNI.
Stuart, G.W. dan Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. Alih Bahasa Budi Santosa. Philadelphia.
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Alih Bahasa
Monica Ester. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Townsend, Mary C. 2005. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada
Keperawatan Psikiatri. Alih Bahasa Daulima. Jakarta: EGC.
WHO. 2016. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral
Pelayanan Medik.
Wilkinson, J. M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

25
Harga Diri Rendah

Gangguan Interaksi Sosial

26

Вам также может понравиться