Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
( Skripsi )
Oleh
1218011157
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT
By
Design of this research method using analytic survey research with cross sectional
approach, with 46 employees who were in the village salon pahoman Bandar
Lampung. The total population sampling using that as many 46 employees. Data
analysis technique univariate, bivariate and multivariate analyzes. Statistical test
conducted with chi square test for bivariate analysis and logistic regression for
multivariate analysis.
The result showed that 58.7% of employees salon dermatitis. Risk factors
associated in this research that there is a significant association between
occupation contact dermatitis with contact time (p value = 0.001), working period
(p value = 0.001), history of skin disease (p value = 0.035), use of PPE (p value =
0.001), and personal hygiene (p value = 0.001). Multivariate analysis showed that
the most dominant variable on the incidence of occupation contact dermatitis to
the salon employee is working period (OR = 70.491). According to Cohen's
theory the human skin degenerates as we get older. So that the skin loses fat layer
above it and become drier.
Oleh
Dermatitis kontak akibat kerja merupakan salah satu masalah kulit yang
sering dijumpai sekitar 90 sampai 98%, dari seluruh penyakit kulit akibat kerja.
Penata rambut merupakan salah satu pekerjaan yang mempunyai resiko dalam
kesehatan dan sangat beresiko untuk terkena dermatitis. Faktor faktor yang
mempengaruhi antara lain adalah lama kontak, masa kerja, riwayat penyakit kulit
sebelumnya, personal hygiene, dan penggunaan APD (alat pelindung diri).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada karyawan salon di kelurahan
pahoman Bandar lampung.
Desain metode penelitian ini menggunakan penelitian survei analitik
dengan pendekatan cross sectional, dengan 46 karyawan salon yang berada di
kelurahan pahoman Bandar Lampung. Pada pengambilan sampel menggunakan
total populasi yakni sebanyak 46 karyawan. Teknik analisa data dilakukan secara
univariat, bivariat dan multivariat. Uji statistik dilakukan dengan uji chi square
untuk analisis bivariat dan uji regresi logistik untuk analisis multivariat.
Hasil penelitian didapatkan bahwa 58,7% karyawan salon mengalami
dermatitis. Faktor resiko yang berhubungan dalam penelitian ini adalah terdapat
hubungan yang bermakna antara dermatitis kontak akibat kerja dengan lama
kontak (p value = 0,001), masa kerja (p value = 0,001), riwayat penyakit kulit (p
value = 0,035), penggunaan APD (p value = 0,001), dan personal hygiene (p
value = 0,001). Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling
dominan terhadap kejadian dermatitis kontak akibat kerja pada karyawan salon
adalah masa kerja (OR = 70,491). Menurut teori Cohen kulit manusia mengalami
degenerasi seiring bertambahnya usia sehingga kulit kehilangan lapisan lemak
diatasnya dan menjadi lebih kering.
Kata Kunci : Dermatitis Kontak Akibat Kerja, Salon, Faktor Resiko.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA KARYAWAN SALON
DI KELURAHAN PAHOMAN
BANDAR LAMPUNG
Oleh
Skripsi
Pada
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
Nama Mahasiswa Viera Rininda Mauli Dinar
I I
, ~ + I
: "t'2U~01l157
.. , *, ~ . ••
I)
Pn}'gramStudi
Fakultas Kedokteran
r. Tim PengUji
LEMBAR PERNYATAAN
Pahoman Bandar Lampung" adalah hasil karya saya sendiri dan tidak.
melakukan penjiplakan atas karya penulis lain dengan cara tidak. sesuai tata
erika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut
plagiarisme.
Universitas Lampung
kepada saya.
•
RIWAYAT HIDUP
ketiga dari tiga bersaudara dari Bapak Drs. Juanda Basyir, M.M dan ibu Rosmala
dewi, S.Pd.
(TK) Al-azhar 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2000, Sekolah Dasar
pernah menjadi bagian dari Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) pada tahun
2013 – 2014 dan Forum Studi Islam (FSI) Ibnu Sina Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirohim
Dengan Mengucapkan Puji dan
Syukur Kehadirat Allah SWT
serta
Almamater tercinta Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung
(UNILA)
karunia-Nya kepada saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta
salam dijunjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang menjadi suri
selama ini;
Universitas Lampung atas semua ilmu yang telah diberikan kepada saya
skripsi ini.
studiku.
terhadapku.
9. Fathia Sabila Umar, Kurnia Fitri Apriliana, Nahdia Fadhila, Devita Wulan
10. Umi Sholikhatin dan Zarkasyi Amal Fatullah atas dukungan, kasih sayang,
professional;
12. Adik-adik angkatan 2013, 2014 dan 2015 atas dukungan dan doanya, tetap
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah
Akhir kata, penulis menyadari bahwa bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan dalam skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini
Halaman
DAFTAR ISI…………………………………………………………...……….. iv
I. PENDAHULUAN ……………………………………….………...………... 1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. Etika penelitian
2. Informed Consent
3. Kuisioner Penelitian
4. Dokumentasi
5. Hasil Uji Statistik
BAB I
PENDAHULUAN
kontak yang didapatkan dari pekerjaan akibat interaksi yang terjadi antara
Bentuk respon dari dermatitis kontak dihasilkan melalui satu atau dua jalur
utama yakni iritan atau alergi. Sekitar 80% didominasi oleh dermatitis kontak
iritan dan 20% adalah dermatitis kontak alergi keduanya dapat bersifat akut
maupun kronis. Dermatitis kontak iritan (DKI) adalah inflamasi kulit yang
disebabkan oleh efek sitotoksik langsung dari bahan kimia atau fisik tanpa
reaksi radang imunologi kulit akibat kontak dengan alergen. Berbeda dengan
dermatitis kontak iritan, reaksi radang terjadi melalui proses imunologi. Saat
90% penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis kontak, baik iritan
maupun alergik. Angka kejadian penyakit kulit akibat kerja yang merupakan
infeksi kulit adalah 5,4% dan 2,1% dikarenakan sebab lain. Survailence
tahunan yang dilakukan oleh dinas kesehatan kota Badar Lampung pada
tahun 2012 menyatakan kejadian dermatitis kontak sekitar 63% dan menjadi
peringkat pertama penyakit kulit yang paling sering dialami (Dinkes, 2012).
pada hampir semua pekerjaan. Biasanya penyakit ini menyerang pada orang-
maupun alergik, misalnya ibu rumah tangga, petani dan pekerja yang
penelitian oleh novia (2012) yang mendapatkan hasil bahwa variabel lama
kontak, dan juga oleh Mariz DR (2012) yang meneliti mengenai DKAK pada
3
tempat pencucian mobil mendapatkan hasil bahwa faktor lama kontak, masa
terjadinya DKAK.
langsung dengan berbagai jenis bahan iritan atau alergen sehingga memiliki
tingkat insidensi dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) yang cukup tinggi.
Hal ini diperberat dengan bahan iritan atau alergen yang tidak dapat
Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan oleh hanum pada 15 orang
stylist dan kapster yang mengalami dermatitis kontak dan 5 orang pekerja
dengan dermatitis kontak akibat kerja (Siregar, RS, 1996). Penata rambut dan
permanen dan pewarna rambut. Dari 203 penata rambut yang mengalami
Oleh sebab itu, untuk mengetahui dan memahami lebih mendalam tentang
dermatitis kontak akibat kerja khususnya pada penata rambut maka dirasakan
Lampung.
1. Bagi Penulis
dermatitis kontak akibat kerja dan kesehatan kerja serta dapat menjadi
2. Bagi Masyarakat
2. Bagi Pendidikan
2.1.1 Definisi
Penyakit kulit akibat kerja, ialah setiap penyakit kulit yang disebabkan
1. Faktor mekanik
pelabuhan.
2. Faktor fisik
combustion.
7
infra merah.
kecelakaan kerja.
3. Faktor biologis
4. Mental psikologis
kategori:
tersebut.
mempengaruhi.
9
2.2.1 Definisi
akibat kerja adalah suatu jenis dermatitis kontak yang timbul akibat
kontak dengan bahan maupun alat yang biasa digunakan pada suatu
2.2.2 Epidemiologi
2003).
tahun 2006, dari semua dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) pada
adalah bahan kimia yaitu sebanyak 49,8%, lalu diikuti oleh aromatic
(JD Mayer, et al., 2000). Dilihat dari segi umur, sebuah studi
usia di bawah 20 tahun. Jika dilihat dari jenis kelamin, wanita tercatat
lebih banyak terkena DKAK daripada pria, tetapi hal ini hanya
Bratiartha, 2010).
2.2.3 Etiologi
a. Lama kontak
2006).
bahan kimia maka akan semakin merusak sel kulit lapisan yang
kulit dengan bahan kimia yang bersifat iritan atau alergen secara
b. Frekuensi Kontak
jenis alergi, yang mana bahan kimia dengan jumlah sedikit akan
c. Bahan Kimia
methyldibromoglutaronitrile/phenoxyethanol, p-phenylenediamine
(Novia, 2012).
d. Jenis Kelamin
e. Usia
usia 15-24 tahun. Ini karena pada umur sekian orang masih sedikit
15
f. Masa kerja
2015).
Astuti D, 2015).
16
i. Personal hygiene
j. Penggunaan APD
Vesikel ++++ +
Bula + +++
2.2.5 Patogenesis
DKI dan DKA. Jika dilihat dari penyebabnya, banyak agen atau
Denaturasi keratin
Kerusakan membrane
mengaktifkan fosfolipase +
Bahan Iritan Mengubah daya ikat air
asam arakidonat +
pada kulit
diasligliserida, aktivasi
platelet faktor, inositida
Menembus membrane
sel (merusak lisosom,
mitikondria)
Merusak membrane lipit
keratinosit
Menimbulkan :
- Iritasi Kuat : ertema, edema, panas, nyeri
- Iritasi Lemah : Deskikasi, kehilangan fungsi
sawar, merusak stratum korneum ke bawah.
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimia atau fisis. Bahan
&Djuanda S, 2009).
Fase Sensitisasi
Fase elisitasi
2009).
23
terjadi melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi.
1) Fase Sensitisasi
2) Fase Elisitasi
a. Anamnesis
tidak masuk kerja atau semakin parah saat masuk kerja, apakah
b. Pemeriksaan fisik
dan fisura. Selain lesi pada tangan, kulit pada bagian tubuh yang
lain juga perlu diperiksa, terutama kulit pada muka dan leher,
kelainan kulit yang akut dapat berupa eritem, vesikel, edema, bula,
c. Pemeriksaan Laboratorik
Bila ada infeksi bakteri hendaknya pus diambil untuk dibiakan dan
- Uji tempel
dan reaksi alergi, reaksi negatif semu dan reaksi positif semu,
namun hal ini bisa jadi merupakan negatif semu sehingga ada
2.2.7 Tatalaksana
a. Pengobatan topikal
2000).
b. Pengobatan Sistemik
atau edema, pada kasus- kasus sedang dan berat pada keadaan
(Trihapsoro, 2003).
30
2.3 Salon
Secara umum, ada dua jenis pekerja yang ada pada salon kecantikan
2.3.2.1. Stylist
pelembab
penipis).
papan.
keriting.
5) Obat keriting.
32
air hangat.
pelanggan.
d. Highlighting
rambut.
2.3.2.2. Kapster
hairbando, sisir (sisir garpu dan sisir blow), dan krim untuk
body massage)
(Novia, 2012).
36
Tabel 2. Bahan iritan dan alergen dalam berbagai produk perawatan rambut
(University of Osnabrück, 2011)
Penyebab Substansi Iritasi Sensitisasi
Sampo, pencuci, Tensides (concamidopropyl + +
pelembab betaine),
rambut Bahan pengawet (methyldibromo + +
glutaronitrile,
methylchloroisothiazolinone),
Parfum (cinnamal, eugenol, + +
hydroxylsohexyl 3-cyclohexene
carboxaldehyde)
Phenols +
Selenium disulfide + +
Formaldehyde + +
Parabens +
Dichloromethane +
Pewarna Pewarna oksidasi :
Rambut p-phenylenediamine + +
p-methylaminophenol + +
2-methyl-5-
hydroxyethylaminophenol + +
m-phenylendiamine +
Agen Oksidasi, pemutih
(bleaches): +
Hydrogen peroxide + +
Hydrochinone +
p-dihydroxybenzol + +
Kalium persulfat + +
Natrium persulfate
Blonding Agent :
Ammonium persulfate + +
Bahan Ammonium thioglycolate,
pengeriting glyceryl monothioglycolate, + +
rambut cysteaminehydrochloride
permanen
Pelurus Rambut Formaldehydan/atau methylene + +
glycol +
Sodium hydroxide +
Potassium hydroxide +
Lithium hydroxide
Kontak dengan Gunting (nickel) +
alat kerja
Pelindung kulit Sarung tangan (latex,
mercaptobenzothiazoles, +
thiurames, dithiocarbamates,
phthalates, formaldehyde)
37
- Bahan Kimia
- Frekuensi kontak
- Lama Kontak
- Suhu Dermatitis
Pekerja Salon Kontak Akibat
- Kelembaban Kerja
- Masa Kerja
- Usia
- Jenis Kelamin
- Riwayat
Penyakit
Dahulu
- Riwayat Alergi
- Personal
Hygiene
- PAPD
(Penggunaan
Alat Pelindung
Diri)
Ket : penulisan tebal variabel yang diteliti
- Lama Kontak
- Personal
Hygiene
- PAPD
2.5. Hipotesis
dengan cara pendekatan observasi atau pegumpulan data sekaligus pada suatu
Lampung.
A. Kriteria Inklusi
B. Kriteria ekslusi
tangga).
kuisioner.
Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebas adalah faktor- faktor
sebelumnya.
Ethical Clearance
Informed consent
Dermatitis Tidak
Kontak Akibat Dermatitis
Kerja Kontak Akibat
Kerja
tahap diantaranya :
44
a. Langkah persiapan
b. Langkah pelaksanaan
Materi atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar
and Safety Executive Inggris (HSE UK) serta diuji validitas dan
Pertanyaan dikatakan valid bila mempunyai nilai rata-rata skor > 0,5
sebagai berikut:
a. Editing
b. Coding
c. Tabulating
tabel.
46
a. Analisa Univariat
terikat.
b. Analisa Bivariat
bebas. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
terikat dan bila nilai p>α, berarti tidak ada hubungan yang
c. Analisis multivariate
berikut :
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
c. Kerahasiaan ( Confidentiality)
data.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
5.2.Saran
1. Bagi Pekerja
seluruh pekerja.
Dinkes. 2012. Profil Data Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2012. Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung. Lampung.
Koh D, Jeyaratnam J. 2009. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta: EGC.
Lestari, Fatma dan Utomo, Suryo Hari. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Di PT. Inti Pantja Press Industri.
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia.
Made, L. & Rusyati, M., 2012. Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada Penata
Rambut..
Marks, JG, Elsner, P, and Deleo, VA. 2012. Contact and Occupational
Dermatology. 3rd Edition. United States of America.
Menne, T and Maibach, HI. Hand Eczema. 2000. 2nd Edition. United States of
America.
Orton, D.I, Wilkinson, J.D. 2004. Cosmetic allergy: Incidence, Diagnosis and
Management. Am J Clin Dermatol.
Oslan, S.M. & Bratiartha, M., 2010. Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada Penata
Rambut.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2008 nomor per.
25/men/xii/2008.
Prasetyo, dwi ambang, 2013. faktor faktor yang berhubungan dengan dermatitis
kontak iritan pada tangan pekerja konstruksi yang terpapar semen di PT.Wijaya
Kusuma contractors.
Putra, Imam Budi. 2008. Penyakit kulit akibat kerja karena kosmetik.
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan kelamin. Fakultas Kedokteran USU.
Medan.
Rahmat Wisnu Utama dan Dwi Astuti, 2015. Analisis Faktor Resiko Terjadinya
Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pewarnaan Di Industri Batik.
Rycroft, RJ, Menne, T, and Frosch, PJ. 1995. Textbook of Contact Dermatitis.
2nd Edition. Germany: Springer-Verlag.
Siregar, RS. 1996. Dermatosis Akibat Kerja. Cermin Dunia Kedokteran No. 107.
Suma’mur, PK. 1996. Penyakit Akibat Kerja. PT. Gunung Agung. Jakarta.
Taylor JS, Sood A. 2003. Occupational Skin Disease. In: Freedberg IM, Eisen
AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI (eds). Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 6th ed. USA.