Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstract
Oxygenation is human major basic need for maintaining body cell metabolism, survival and
activities of various body organs. Respiratory system and cardiovascular system change
throughout the aging process. Decreased respiratory function will affect the fulfillment of the needs
of oxygenation in the elderly. Diaphragmatic breathing exercise is one of methods to maintain and
improve respiratory functions in the elderly. This research aimed to determine the effect of
diaphragmatic breathing exercise on respiratory functions (RR and PEFR) in the elderly. This
research is a pre-experimental research with one group pretest and posttest design. Sampling
technique used purposive sampling with 14 elderly given intervention of diaphragmatic breathing
exercise once a day for 14 days. The collection of data was by observation, that is, by measuring
the value of RR and APE before and after diaphragmatic breathing exercise. Data analysis used
dependent t-test with α=5%. The research results of statistical calculation indicated p value of
0.000 (p<0.05) for RR and APE. The conclusion of this research is that diaphragmatic breathing
exercise has a significant effect on respiratory functions (RR and PEFR) in the elderly. Suggestion
from this research is that diaphragmatic breathing exercise can be undertaken by all elderly on a
regular basis to slow down the decline and to improve respiratory functions in the elderly.
responden dengan perawatan mandiri, 7 responden yang merokok lebih kecil jika
diantaranya memiliki nilai rata-rata APE awal dibandingkan dengan responden bukan perokok
yang berada dalam zona hijau. Responden [19].
lansia yang tinggal di wisma dengan perawatan Latihan pernapasan diaphragmatic
mandiri memiliki aktivitas fisik yang lebih breathing exercise yang dilakukan dalam
banyak. Semakin banyak aktivitas yang penelitian ini dapat melatih otot-otot
dilakukan oleh individu maka paru-paru juga pernpapasan, yakni otot diafragma. Hal ini
akan bekerja lebih optimal dalam memenuhi ditunjukan oleh meningkatnya kekuatan
oksigenasi tubuh. Hal ini secara tidak langsung ekspirasi responden yang digambarkan dengan
dapat melatih kelenturan otot tubuh, termasuk peningkatan nilai APE. Otot pernapasan yang
otot-otot pernapasan sehingga otot tidak akan dilatih secara teratur akan menjadi lentur dan
menjadi kaku, serta tidak ada tahanan dalam memiliki kekuatan yang lebih besar. Semakin
saluran pernapasan. besar nilai APE yang dapat dicapai oleh
Terdapat 6 lansia dengan perawatan responden, maka kemampuan paru untuk
mandiri yang memiliki nilai rata-rata APE awal mengeluarkan udara saat ekspirasi juga
yang berada dalam zona kuning. Dua semakin besar.
diantaranya memiliki riwayat merokok yang
masih dilakukan sampai sekarang. Empat Pengaruh Diaphragmatic Breathing Exercise
responden lain yang memiliki rata-rata nilai awal Terhadap RR
APE berada dalam zona kuning. Keempat lansia Hasil analisis menggunakan uji t
tersebut memiliki usia yang lebih tua jika dependen menunjukan perbedaan rata-rata RR
dibandingkan dengan responden yang lainnya, pada lansia sebelum dan sesudah dilakukannya
yakni diatas 70 tahun. Faktor perkembangan diaphragmatic breathing exercise dengan p
dan perilaku merupakan beberapa faktor yang value (0,000) < α = 0,05. Berdasarkan hasil
dapat mempengaruhi oksigenasi [12]. Faktor tersebut, terdapat perbedaan yang signifikan
perkembangan yang dimaksud adalah masa antara RR sebelum dan sesudah dilakukannya
lansia, sedangkan faktor perilaku yang diaphragmatig breathing exercise pada lansia.
dimaksud dapat berupa aktivitas dan merokok. Latihan pernapasan diaphragmatic
breathing exercise merupakan salah satu teknik
APE Setelah Diaphragmatic Breathing latihan pernapasan yang menitik beratkan
Exercise penggunaan otot diafragma saat melakukan
Hasil penelitian pada menunjukan bahwa pernapasan (inspirasi dan ekspirasi).
rata-rata APE pada lansia setelah dilakukan Pernapasan diafragmatik bertujuan membantu
intervensi diaphragmatic breathing exercise menggunakan diafragma dengan benar selama
mengalami peningkatan menjadi 84,95%. pernapasan, dan bermanfaat untuk menguatkan
Latihan pernapasan diafragma memiliki tujuan diafragma, menurunkan kerja pernapasan
untuk membantu meningkatkan ventilasi secara dengan memperlambat frekuensi pernapasan,
optimal dan membuka jalan udara pada saluran menurunkan kebutuhan oksigen, menggunakan
pernapasan [6]. Responden dapat kekuatan dan energi yang lebih sedikit untuk
mengembangkan paru-parunya dengan lebih bernapas [20].
optimal, kemampuan ventilasi juga meningkat Merujuk pada hasil penelitian yang
setelah melakukan latihan diaphragmatic menunjukan bahwa terjadi penurunan RR pada
breathing exercise, hal tersebut dapat lansia setelah dilakukan intervensi
menyebabkan peningkatan nilai APE. diaphragmatic breathing exercise selama 14 kali
Nilai APE yang didapatkan responden pertemuan dengan durasi waktu 10 menit setiap
setelah melakukan diaphragmatic breathing kali pertemuan, dengan periode latihan 1 menit
exercise meliputi 11 nilai APE yang berada pada dan istirahat 2 menit. Meskipun nilai RR setelah
zona hijau dan 3 nilai APE yang berada pada dilakukannya diaphragmatic breathing exercise
zona kuning. Satu responden laki-laki dan satu masih berada diatas rentang normal, namun
responden perempuan yang tinggal di wisma nilai RR setelah intervensi menunjukan adanya
perawatan mandiri tetap memiliki nilai rata-rata penurunan jika dibandingkan dengan nilai RR
APE yang berada di zona kuning. Kondisi ini sebelum dilakukannya intervensi diaphragmatic
dikarenakan responden memiliki riwayat breathing exercise.
perokok berat yang masih menjadi kebiasaan Nilai RR yang masih berada diatas
sampai sekarang. Penelitian Santosa, dkk rentang normal dapat disebabkan karena faktor
(2004) menunjukan hasil bahwa nila APE pada lain yang mempengaruhi RR responden. Faktor
lain yang ditemukan oleh peneliti adalah faktor pernapasan menggunakan otot-otot interkosta.
psikologis. Dari hasil wawancara pada semua Meningkatnya kekuatan otot ekspirasi dapat
responden, penyebab stres yang dialami menyebabkan udara yang dikeluarkan dari
responden adalah keberadaan yang jauh dari dalam paru-paru akan semakin banyak,
keluarga, kesulitan dalam hal ekonomi, konflik sehingga udara yang terperangkap dalam paru-
keluarga, serta sering terjadinya perselisihan paru akan berkurang. Manfaat dari latihan
antar lansia di UPT PSLU. Perpindahan tempat pernapasan diafragma adalah meningkatkan
tinggal dan perubahan kondisi kehidupan sosial efisiensi pernapasan dengan mengurangi udara
pada lansia tersebut dapat menjadikan lansia yang terperangkap dalam paru [12].
tidak tenang dan dapat memicu terjadinya stress Otot diafragma yang digunakan saat
pada lansia. Beberapa masalah yang bisa inspirasi akan memipih dan mendatar sehingga
terjadi pada lansia yang pindah ke panti sosial, memberikan ruang yang lebih luas untuk
diantaranya adalah depresi, ansietas dan pengembangan paru. Udara akan memasuki
frustasi [21]. Tubuh berespon terhadap ansietas paru-paru dan perut akan mengembang karena
dan stress dengan cara meningkatkan frekuensi penggunaan otot diafragma ketika melakukan
dan kedalaman pernapasan [12]. diaphragmatic breathing exercise. Otot-otot
Hal lain yang dimungkinkan menjadi abdomen akan membantu pengeluaran udara
penyebab masih tingginya nilai RR responden saat ekspirasi dan memberikan kekuatan yang
setelah melakukan diaphragmatic breathing lebih besar untuk pengosongan paru [20].
exercise adalah karena intensitas pelaksanaan Dengan demikian, kekuatan ekspirasi akan
intervensi yang masih dirasa kurang oleh bertambah dan menaikan nilai APE setelah
peneliti. Diaphragmatic breathing exercise dapat latihan. Aliran ekspirasi maksimum jauh lebuh
dilakukan 5 – 10 menit selama 2 - 3 kali dalam besar apabila paru terisi dengan volume udara
sehari, lakukan dengan periode istirahat 2 menit yang besar dari pada bila keadaan paru hampir
[22]. Dalam penelitian ini, diaphragmatic kosong [23].
breathing exercise hanya dilakukan sekali dalam Hasil dari penelitian menunjukan bahwa
sehari selama 10 menit. Kemungkinan nilai RR selisih rata-rata nilai APE sebelum dan sesudah
lansia akan menurun sampai pada batas normal dilakukan intervensi diaphragmatic breathing
apabila dilakukan diaphragmatic breathing exercise adalah sebesar 5,964. Hal ini
exercise secara teratur dengan intensitas 2 menunjukan adanya perubahan yang bermakna
sampai 3 kali sehari. pada nilai APE setelah diberikannya intervensi
diaphragmatic breathing exercise.
Pengaruh Diaphragmatic Breathing Exercise
Terhadap APE Simpulan dan Saran
Hasil analisis menggunakan uji t Nilai rata-rata RR sebelum dilakukan
dependen menunjukan bahwa terdapat intervensi diaphragmatic breathing exercise
perbedaan rata-rata APE sebelum dan sesudah adalah 23 kali/menit, dan rata-rata setelah
dilakukannya diaphragmatic breathing exercise dilakukan intervensi adalah 21 kali/menit. Nilai
dengan p value (0,000) < α = 0,05. Berdasarkan rata-rata APE sebelum dilakukan intervensi
hasil tersebut, terdapat perbedaan yang diaphragmatic breathing exercise adalah
signifikan antara APE sebelum dan sesudah 78,99%, dan rata-rata setelah dilakukan
dilakukannya intervensi diaphragmatic breathing intervensi adalah 84,95%. Ada pengaruh
exercise pada lansia. diaphragmatic breathing exercise terhadap
Otot pernapasan lansia menjadi atrofi dan fungsi pernapasan (RR dan APE) pada lansia di
usaha untuk melakukan pernapasan akan UPT PSLU Kabupaten Jember dengan (p value
bertambah dan energi yang diperlukan untuk 0.000 < 0,05), dengan hasil penelitian terjadi
bernapas juga bertambah, sehingga kebutuhan penurunan rata-rata RR sebesar 2 kali/menit
oksigen tubuh meningkat untuk menghasilkan dan penurunan rata-rata APE sebesar 5,96%.
energi yang lebih besar melalui proses Saran yang diberikan untuk lansia adalah
metabolisme. Jika hal tersebut terus menerus lansia sebaiknya dapat menerapkan
berlangsung, maka akan terjadi keletihan otot diaphragmatic breathing exercise secara teratur
pernapasan dan fungsi pernapasan lansia akan 2 – 3 kali sehari dengan durasi waktu 10 menit
semakin menurun secara bertahap. setiap kali latihan agar dapat memperlambat
Pernapasan menggunakan otot diafragma proses penurunan fungsi pernapasan dan
dapat memberikan ruang yang lebih luas untuk memperbaiki kondisi fungsi pernapasan pada
pengembangan paru jika dibandingkan dengan lansia. Lansia dapat menghentikan latihan
apabila merasa lelah di tengah-tengah latihan 2014 Maret 17]; Vol. 24, No. 3. Available
dan melanjutkan lagi setelah 2 menit istirahat. from: http://www.univmed.org/wp-content
/uploads/2011/ 02/martiem(2).pdf
Daftar Pustaka [14] Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk
[1] Potter PA, Perry AG. Buku ajar pemula. Jakarta: EGC; 2003.
fundamental keperawatan: konsep, proses, [15] Williams ME. Geriatric physical diagnosis:
dan praktik. Volume 1. Edisi 4. Jakarta: a guide to observation and assessment.
EGC; 2005. United States of America: Mc. Farland
[2] Nugroho W. Keperawatan gerontik dan Company Publisher; 2008.
geriatrik. Jakarta: EGC; 2008. [16] McFadden JP, Price RC, Eastwood HD,
[3] Indonesia. Kemenkes RI. Gambaran Briggs RS. Raised respiratory rate in
kesehatan lanjut usia di indonesia elderly patients : a valuable physical sign.
[Internet]; 2013. [cited: 2014 Januari 16]. British Medical Journal. [Internet]. 1982
Available from: Feb [cited: 2014 April 26]; Volume 284.
http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.
%20Lan sia.pdf gov/pmc/articles/PMC1496225/pdf/bmjcre
[4] Azizah ML. Keperawatan lanjut usia. d00595-0020.pdf
Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011. [17] Siregar FZ. Perbandingan arus puncak
[5] Sharma G, Goodwin J. Effect of aging on ekspirasi sebelum dan sesudah latihan
respiratory system physiologi and fisik pada anak obesitas dan tidak
immunologi. Journal of Clin Interv Aging. obesitas. Tesis. Medan: Fakultas
[Internet]. 2006 Sept [cited: 2013 March Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
11]; Vol. 1, No.3: 253–260. Available from: [Internet]. 2007. [cited: 17 November
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P 2013]. Available from: http://repository.usu
MC2695176/ .ac.id/bitstream/1234567896288/1/Febrina
[6] Andarmoyo S. Kebutuhan dasar manusia 1.pdf
(oksigenasi): konsep, proses dan praktik [18] American Lung Association. Measuring
keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu; your peak flow rate. [Internet]. Chicago:
2012. American Lung Association; 2002 [cited:
[7] Maryam SR, Ekasari MF, Rosidawati, 2014 April 27]. Available from: http://www.
Jubaedi A, Batubara I. Mengenal usia lung.org/assets/video/colorbox/pdfs/peak-
lanjut dan perawatannya. Jakarta: flow-meter.pdf.
Salemba Medika; 2008. [19] Santosa S, Purwito J, Widjaja JT.
[8] Muttaqin A. Asuhan keperawatan klien Perbandingan nilai arus puncak ekspirasi
dengan gangguan sistem pernafasan. antara perokok dan bukan perokok. JKM.
Jakarta: Salemba Medika; 2008. [Internet]. 2004 Feb [cited 2014 April 27];
[9] Smeltzer SC, Bare BG. Buku ajar Vol.3, No.2. Available from:
keperawatan medikal bedah. Volume 1. http://cls.maranatha.edu/khusus/ojs/index.
Edisi 8. Jakarta: EGC; 2002. php/jurnalkedokteran/article/view/47/pdf
[10] Indriana Y, Febrianti I. Perbedaan [20] The Cleveland Clinic Foundation.
regiolitas lansia yang tinggal di panti dan di Diaphragmatic breathing. [Internet]. Ohio:
rumah sendiri. Tesis. Semarang: Fakultas The Cleveland Clinic Foundation; 2013.
Psikologi Universitas Diponegoro. [cited: 2013 Nophember 17] Available
[Internet]. 2010. [cited: 2013 Mei 7]. from: http://www.cchs.net/health/healthinfo
Available from: http://eprints.undip.ac.id /docs/2400/2409.asp?index=9445.
34710/1/perbedaan_religiositaslansia.pdf. [21] Stanley M, Beare PG. Buku ajar
[11] Wilmoth JM, Ferraro KF. Gerontology: keperawatan gerontik. Jakarta: EGC;
perspective and issues. New york: 2006.
Springer Publishing Company; 2009. [22] Bandy WD, Sanders B. Therapeutic
[12] Potter PA, Perry AG. Buku ajar exercise for physical therapist assistants.
fundamental keperawatan: konsep, proses, Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins;
dan praktik, Volume 2. Edisi 4. Jakarta: 2008.
EGC; 2005. [23] Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi
[13] Mawi M. Nilai rujukan spirometri untuk kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2007.
lanjut usia sehat. Jurnal Universa
Mediciana. [Internet]. 2005 Sept [cited: