Вы находитесь на странице: 1из 8

Pangestuti, et al, Pengaruh Diaphragmatic Breathing Exercise terhadap Fungsi Pernapasan.....

Pengaruh Diaphragmatic Breathing Exercise terhadap Fungsi


Pernapasan (RR dan APE) pada Lansia di UPT PSLU Kabupaten
Jember
(The Effect of Diaphragmatic Breathing Exercise on Respiration
Function (RR and PEFR) in Elderly at UPT PSLU Jember
Regency)
Santi Dwi Pangestuti, Murtaqib, Nur Widayati
Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331)323450
e-mail : santidwip@yahoo.com

Abstract
Oxygenation is human major basic need for maintaining body cell metabolism, survival and
activities of various body organs. Respiratory system and cardiovascular system change
throughout the aging process. Decreased respiratory function will affect the fulfillment of the needs
of oxygenation in the elderly. Diaphragmatic breathing exercise is one of methods to maintain and
improve respiratory functions in the elderly. This research aimed to determine the effect of
diaphragmatic breathing exercise on respiratory functions (RR and PEFR) in the elderly. This
research is a pre-experimental research with one group pretest and posttest design. Sampling
technique used purposive sampling with 14 elderly given intervention of diaphragmatic breathing
exercise once a day for 14 days. The collection of data was by observation, that is, by measuring
the value of RR and APE before and after diaphragmatic breathing exercise. Data analysis used
dependent t-test with α=5%. The research results of statistical calculation indicated p value of
0.000 (p<0.05) for RR and APE. The conclusion of this research is that diaphragmatic breathing
exercise has a significant effect on respiratory functions (RR and PEFR) in the elderly. Suggestion
from this research is that diaphragmatic breathing exercise can be undertaken by all elderly on a
regular basis to slow down the decline and to improve respiratory functions in the elderly.

Keywords: respiratory function, elderly, diaphragmatic breathing exercise


Abstrak
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia utama yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ tubuh. Sistem
pernapasan dan sistem kardiovaskuler mengalami perubahan sepanjang proses penuaan. Fungsi
pernapasan yang menurun akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada lansia.
Diaphragmatic breathing exercise merupakan salah satu cara untuk mempertahankan dan
meningkatkan fungsi pernapasan pada lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh diaphragmatic breathing exercise terhadap fungsi pernapasan (RR dan APE) pada
lansia. Penelitian ini adalah penelitian pre eksperimental dengan desain one group pretest and
postest. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah
sampel 14 lansia yang diberikan intervensi diaphragmatic breathing exercise sekali dalam sehari
selama 14 hari. Pengumpulan data melalui teknik observasi yakni pengukuran nilai RR dan APE
setiap sebelum dan sesudah melakukan diaphragmatic breathing exercise. Analisis data
menggunakan uji t dependen dengan α = 5%. Hasil penghitungan uji statistik didapatkan p value
0,000 (p < 0,05) baik pada nilai RR maupun APE. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan
bahwa diaphragmatic breathing exercise memiliki pengaruh yang signifikan terhadap fungsi
pernapasan (RR dan APE) pada lansia. Saran dari penelitian ini adalah diaphragmatic breathing
exercise dapat dilakukan oleh semua lansia secara teratur untuk memperlambat proses
penurunan serta meningkatkan fungsi pernapasan lansia.

Kata kunci: fungsi pernapasan, lansia, diaphragmatic breathing exercise

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.3 (no.1), Januari, 2015 74


Pangestuti, et al, Pengaruh Diaphragmatic Breathing Exercise terhadap Fungsi Pernapasan.....

Pendahuluan besarnya tergantung pada diameter jalan napas,


usia, jenis kelamin dan tinggi badan serta harus
Keberhasilan dalam pembangunan dapat disesuaikan dengan tabel nilai normal [8]. Pada
ditandai dengan berkurangnya angka kesakitan, kondisi lansia, nilai APE cenderung menurun.
angka kematian, serta meningkatnya angka Latihan ulang pernapasan terdiri atas
harapan hidup. Masa lansia dimulai setelah latihan dan praktik pernapasan yang dirancang
pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun dan dijalankan untuk mencapai ventilasi yang
[1]. World Health Organisation (WHO) dan lebih terkontrol dan efisien, dan untuk
Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang mengurangi kerja bernapas [9]. Diaphragmatic
kesejahteraan lansia menyebutkan bahwa usia breathing exercise secara teratur oleh lansia
60 tahun adalah usia permulaan tua [2]. dapat memperbaiki ventilasi, sehingga dapat
Populasi lansia telah diprediksi akan terus mencapai ventilasi secara optimal, terkontrol,
mengalami peningkatan baik secara global efisien, dan mengurangi kerja pernapasan [8].
maupun nasional [3]. Peningkatan jumlah lansia Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
dengan penurunan dalam berbagai aspek akan menunjukan bahwa jumlah lansia yang ada di
menambah kebutuhan perawatan bagi lansia UPT PSLU Kabupaten Jember adalah140
yang ditujukan agar lansia dapat memenuhi orang. Hasil wawancara dengan 5 orang lansia
kebutuhan dasarnya secara mandiri dengan di UPT PSLU Kabupaten Jember menyatakan
bantuan yang minimal [4]. bahwa 3 orang lansia mengatakan tidak kuat
Perubahan pulmonal yang terjadi pada berjalan jauh, sedangkan lansia lainnya
lansia meliputi penurunan pada massa dan mengatakan bahwa mudah lelah ketika
tonus otot yang menyebabkan penurunan beraktivitas. Lansia mengatakan bahwa sudah
ekspansi paru serta penurunan kompliansi tidak sekuat dan tidak selincah dulu, karena
dinding dada yang akibat keadaan osteoporosis sudah mulai tua dan tidak memiliki kekuatan.
dan kalsifikasi tulang rawan kosta [1]. Penelitian Gambaran frekuensi pernapasan pada 5 lansia
yang dilakukan oleh Enright et al dan Kertjens et tersebut didapatkan hasil 3 orang lansia memiliki
al, menyatakan bahwa penurunan pada fungsi RR 24 kali permenit dan 2 orang lansia memiliki
pernapasan yang ditinjau dari nilai Forced RR 20 kali permenit.
Expiratory volume in one second (FEV1) Rumusan masalah pada penelitian ini
memiliki hubungan yang signifikan dengan yaitu melihat apakah ada pengaruh
tingkat usia, jumlah penurunan rata-rata FEV 1 dipahragmatic breathing exercise terhadap
adalah 25-30 ml/ tahun dimulai sejak usia antara fungsi pernapasan (RR dan APE) pada lansia di
35 sampai 40 tahun dan dapat meningkat UPT PSLU Kabupaten Jember?
menjadi 60 ml/ tahun pada usia diatas 70 tahun
[5]. Menurut data Susenas tahun 2012, jenis
keluhan yang menunjukan adanya gangguan Metode Penelitian
sistem pulmonal pada lansia meliputi keluhan Penelitian ini merupakan jenis penelitian
batuk sebanyak 17,81% dan keluhan asma/ pre eksperimen dengan menggunakan
sesak napas/ napas cepat sebanyak 4,84% [3]. pendekatan One Group Pre-test Post-test
Fungsi paru yang menurun akan Design. Metode pengambilan sampel yang
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
oksigenasi pada lansia. Oksigenasi merupakan sampling dengan jumlah sampel 14 responden.
kebutuhan dasar manusia yang paling Intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini
mendasar yang digunakan untuk kelangsungan adalah diaphragmatic breathing exercise sekali
metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dalam sehari selama 2 minggu. Pengumpulan
dan aktivitas berbagai organ tubuh [6]. Cara data dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik
sederhana untuk mengetahui status pernapasan observasi, yakni mengukur nilai RR dan APE
seseorang adalah dengan mengukur setiap sebelum (pretest) dan sesudah (postest)
Respiration Rate (RR) atau frekuensi intervensi, yang kemudian dicatat dalam lembar
pernapasan dan Aliran Puncak Ekspirasi (APE). observasi. Alat yang digunakan untuk
Perubahan frekuensi dan irama pernapasan mendapatkan data nilai APE adalah peak flow
pada lansia yaitu dapat menjadi lebih cepat atau meter. Pengukuran APE dan pengukuran RR
lebih lambat dan terengah-engah [7]. Kecepatan dilakukan sendiri oleh peneliti dengan panduan
Aliran Puncak Ekspirasi (APE) adalah titik aliran Standard Operational Procedure (SOP). Uji
tertinggi yang dapat dicapai selama ekspirasi statistik yang digunakan dalam analisa data
maksimal. Nilai yang diperoleh pada APE

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.3 (no.1), Januari, 2015 75


Pangestuti, et al, Pengaruh Diaphragmatic Breathing Exercise terhadap Fungsi Pernapasan.....

adalah uji t dependent dengan derajat sekolah masing-masing berjumlah 6 orang


kepercayaan 95% (α=0,05). (42,9%). Responden yang tidak memiliki
kebiasaan merokok 10 responden (71,4%).
Hasil Penelitian
Nilai RR Responden
Karakteristik Responden
Tabel 3. Hasil Pengukuran RR Sebelum
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Usia Diaphragmatic Breathing Exercise
dan Tinggi Badan
Min-
Variabel Mean Modus SD
Variabel Mean Modus SD Min-Max Maks
Usia 69 75 6,433 60 – 78 RR pre
TB (cm) 149,86 153 11,46 120 – 162 22,71 22 1,069 21 – 24
(kali/menit)
Rata-rata usia responden adalah 69 tahun, Rata-rata RR lansia sebelum dilakukan
dengan standar deviasi 6,433. Rata-rata tinggi intervensi diaphragmatic breathing exercise
badan responden adalah 149,86 cm dengan adalah sebesar 22,71 kali/menit, dengan standar
standar deviasi 11,461. deviasi 1,069. Nilai RR terendah adalah 21 kali/
menit dan tertinggi adalah 24 kali/menit.
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Jenis
Kelamin, Jenis Perawatan, Agama, Tabel 4. Hasil Pengukuran RR Setelah
Suku, Tingkat Pendidikan dan Diaphragmatic Breathing Exercise
Kebiasaan Merokok
Min-
No Karakteristik Frekuen- Persenta- Variabel Mean Modus SD
Maks
Responden si se (%) RR post 19 –
20,71 21 1,139
1. Jenis Kelamin (kali/menit) 23
Laki-laki 3 21,4 % Rata-rata RR lansia setelah dilakukan
Perempuan 11 78,6 % intervensi diaphragmatic breathing exercise
Total 14 100,0 adalah sebesar 20,71 kali/menit, dengan standar
2. Jenis deviasi 1,139. Nilai RR terendah 19 kali/ menit
Perawatan dan tertinggi 23 kali/menit.
Mandiri 13 92,9 %
Parsial 1 7,1 %
Total 14 100,0 Nilai APE Responden
3. Agama Tabel 5. Hasil Pengukuran APE Sebelum
Islam 14 100% Diaphragmatic Breathing Exercise
Modus Min-
Total 14 100,0 Variabel Mean SD
Maks
4. Suku APE pre 70 70 –
Jawa 14 100% 78,99 5,59
(%) 86,5
Total 14 100,0 Rata-rata APE lansia sebelum dilakukan
5. Tingkat intervensi diaphragmatic breathing exercise
Pendidikan adalah sebesar 78,99%. Nilai minimum yang
Tidak sekolah 6 42,9 %
dapat dicapai adalah 70% dan nilai
SD 6 42,9 %
SMA 2 14,3 %
maksimumnya adalah 86,5%.
Total 14 100,0
Tabel 6. Zona APE Sebelum Diaphragmatic
6. Kebiasaan
Merokok
Breathing Exercise
Memilliki 4 28,6%
Tidak memiliki 10 71,4% Zona APE Pre Frekuensi Persentase
(%)
Total 14 100,0
Zona Hijau 7 50 %
Mayoritas responden memiliki jenis Zona Kuning 7 50 %
kelamin perempuan yakni berjumlah 11 lansia Total 14 100%
(78,6%). Sebagian besar responden penelitian Rata-rata nilai APE responden sebelum
ini mendapatkan perawatan mandiri yakni 13 dilakukan intervensi diaphragmatic breathing
orang (92,9%). Semua responden beragama exercise berada dalam zona hijau sebanyak 7
Islam dan berasal dari Suku Jawa (100%). responden (50%) dan zona kuning sebanyak 7
Berdasarkan tingkat pendidikannya, responden responden (50%).
yang paling banyak adalah lulusan SD dan tidak

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.3 (no.1), Januari, 2015 76


Pangestuti, et al, Pengaruh Diaphragmatic Breathing Exercise terhadap Fungsi Pernapasan.....

Tabel 7. Hasil Pengukuran APE Setelah Tabel 10 menunjukan adanya selisih


Diaphragmatic Breathing Exercise perbedaan rata-rata APE sebelum dan sesudah
dilakukannya intervensi diaphragmatic breathing
Min- exercise sebesar 5,964. Hasil uji statistik
Variabel Mean Modus SD
Maks menggunakan uji t dependen didapatkan nilai p
APE post 77,2 – value 0,000 maka dapat disimpulkan ada
84,950 77,2 5,1749
(%) 91,7
pengaruh diaphragmatic breathing exercise
Rata-rata APE lansia setelah dilakukan terhadap fungsi pernapasan (APE) pada lansia
intervensi diaphragmatic breathing exercise di UPT PSLU Kabupaten Jember.
adalah sebesar 84,95%. Rata-rata nilai APE
terendah yang diperoleh responden adalah Pembahasan
77,2% dan rata-rata nilai APE tertinggi adalah
91,7%. Karakteristik Responden
Tabel 8. Zona APE Setelah Diaphragmatic Pada penelitian ini, usia responden
Breathing Exercise kebanyakan berada pada permulaan lansia.
Burnside menyebutkan bahwa usia 60-69 tahun
Zona APE Pre Frekuensi Persentase
adalah young old, dan usia 70-79 tahun adalah
(%)
middle age old [2]. Pada tahap permulaan
Zona Hijau 11 78,6 %
Zona Kuning 3 21,4 % lansia, individu akan memasuki tahap peralihan
Total 14 100 % dan harus menyesuaikan diri dengan
Rata-rata nilai APE responden setelah perubahan-perubahan yang terjadi. Mayoritas
dilakukan intervensi diaphragmatic breathing responden adalah perempuan. Hal ini sesuai
exercise berada dalam zona hijau sebanyak 11 dengan keadaan lansia di UPT PSLU
responden (78,6%) dan zona kuning sebanyak 3 Kabupaten Jember. Jumlah lansia perempuan di
responden (21,4%). UPT PSLU Kabupaten Jember adalah 90 lansia,
sedangkan lansia laki-laki adalah 50 lansia.
Perbedaan Nilai RR Sebelum dan Sesudah Semua lansia yang menjadi responden
Diaphragmatic Breathing Exercise beragama Islam dan berasal sari Suku Jawa.
Tabel 9. Pengaruh Diaphragmatic Breathing Agama dapat memenuhi beberapa kebutuhan
Exercise terhadap RR psikologis pada masa usia lanjut, seperti
p menghadapi kematian, seta menerima terhadap
Variabel Mean SD SE
value berbagai kehilangan yang dialami selama masa
Perbedaan RR 0,14
hidupnya [10]. Norma budaya mengenai peran
2,00 0,555 0,000 anggota keluarga untuk memberikan perawatan
pre dan post 8
mulai berubah dan masyarakat lebih memilih
Tabel 9 menunjukan adanya selisih untuk menyediakan atau membangun penataan
perbedaan rata-rata RR sebelum dan sesudah perawatan alternatif [11]. Sebagian besar
dilakukannya intervensi diaphragmatic breathing responden lansia adalah lulusan SD dan tidak
exercise sebesar 2. Hasil uji statistik sekolah. Hasil Susenas tahun 2012,
menggunakan uji t dependen didapatkan nilai p menunjukan bahwa sebanyak 26,84% lansia
value 0,000 maka dapat disimpulkan ada tidak sekolah, sedangkan lansia yang tamat SD
pengaruh diaphragmatic breathing exercise sebanyak 32,32% [3].
terhadap fungsi pernapasan (RR) pada lansia di Berdasarkan kebiasaan merokoknya, dari
UPT PSLU Kabupaten Jember. 14 responden terdapat 4 responden yang
memiliki kebiasaan merokok. Merokok
Perbedaan Nilai APE Sebelum dan Sesudah merupakan salah satu faktor perilaku yang
Diaphragmatic Breathing Exercise dapat mempengaruhi pernapasan [12]. Rata-
rata tinggi badan responden adalah 149,86 cm.
Tabel 10. Pengaruh Diaphragmatic Breathing
Tinggi badan dapat mempengaruhi fungsi paru.
Exercise terhadap APE
Penelitian oleh Mawi menyatakan bahwa
p peningkatan tinggi badan setara dengan
Variabel Mean SD SE peningkatan nilai FEV1 dan FVC [13].
value
Perbedaan
APE pre 5,964 1,2276 0,3281 0,000
dan post

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.3 (no.1), Januari, 2015 77


Pangestuti, et al, Pengaruh Diaphragmatic Breathing Exercise terhadap Fungsi Pernapasan.....

RR Sebelum Diaphragmatic Breathing kedalam paru juga meningkat, sehingga


Exercise frekuensi pernapasan pada lansia menurun.
Fungsi sistem pernapasan adalah untuk Dalam penelitian ini didapatkan hasil
mengambil oksigen dari atmosfer ke dalam sel- bahwa frekuensi pernapasan menurun dengan
sel tubuh dan untuk mentranspor kedalaman pernapasan yang meningkat.
karbondioksida yang dihasilkan oleh sel-sel Dengan terpenuhinya kebutuhan oksigenasi
tubuh kembali ke atmosfer [14]. Rata-rata RR pada lansia secara adekuat, maka toleransi
lansia sebelum dilakukan intervensi terhadap aktivitas lansia akan meningkat.
diaphragmatic breathing exercise adalah 22,71 Penurunan RR setelah dilakukannya senam
kali/menit atau 23 kali/menit. Frekuensi napas pernapasan membuktikan bahwa adanya
yang normal pada lansia sehat adalah 12 perbaikan pada fungsi pernapasan. Latihan
sampai 18 kali per menit, sedangkan frekuensi pernapasan dapat mengoptimalkan
napas pada lansia dengan gangguan kesehatan pengembangan paru dan meminimalkan
atau pada lansia yang menjalani perawatan penggunaan otot bantu pernapasan. Dengan
jangka panjang adalah 16 sampai dengan 25 melakukan latihan pernapasan secara teratur,
kali permenit [15]. maka lansia dapat memperbaiki fungsi
Semua responden memiliki RR yang pernapasannya dan memperlambat proses
diatas rentang normalnya, yakni berkisar antara penurunan fungsi pernapasan pada lansia.
21 kali/menit sampai 24 kali/menit. Kondisi paru-
paru lansia yang elastisitasnya menurun dapat APE Sebelum Diaphragmatic Breathing
mempengaruhi kecepatan pernapasan lansia. Exercise
Semakin sulit paru-paru untuk mengembang Kecepatan APE merupakan titik aliran
maka pernapasan akan semakin cepat. tertinggi yang dapat dicapai selama ekspirasi
Peningkatan RR pada lansia disebabkan karena maksimal dan merupakan gambaran adanya
adanya peningkatan tahanan jalan napas, perubahan ukuran jalan napas [6]. Rata-rata
sehingga energi yang dibutuhkan untuk APE lansia sebelum dilakukan diaphragmatic
melakukan pernapasan cenderung meningkat, breathing exercise adalah 78,99%, dan berada
hal ini tampak dengan adanya penggunaan otot pada zona kuning. Zona kuning merupakan nilai
bantu pernapasan dan usaha untuk melakukan APE yang berada dalam rentang 50% sampai
pernapasan pada lansia. Kompensasi yang dengan 80%, sedangkan zona hijau merupakan
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi nilai APE yang berada dalam rentang 80%
adalah dengan mempercepat pernapasan untuk sampai dengan 100% [17]. Zona kuning berarti
menghasilkan pemenuhan oksigenasi yang mulai terjadi penyempitan pernapasan pada
adekuat, sehingga RR akan meningkat. individu, sedangkan zona hijau berarti fungsi
Penelitian yang dilakukan oleh McFadden, et al pernapasan yang masih baik.
menyatakan adanya kenaikan RR pada lansia Faktor yang dapat mempengaruhi nilai
yang telah diobservasi selama 5 minggu, normal APE adalah usia, tinggi badan, jenis
rentang RR pada lansia berkisar antara 20 kelamin dan ras [18]. Penurunan fungsi
kali/menit sampai dengan 22 kali/menit [16]. pernapasan secara bertahap dimulai sejak masa
awal dewasa pertengahan dan mempengaruhi
RR Setelah Diaphragmatic Breathing struktur serta fungsi sistem pernapasan [9].
Exercise Hasil penelitian menunjukan bahwa responden
Rata-rata RR pada lansia sesudah berada pada rentang usia antara 60 tahun
intervensi adalah sebesar 20,71 kali/menit sampai dengan 78 tahun. Hal ini bisa
dengan rata-rata penurunan RR adalah sebesar mengakibatkan penurunan fisik yang terjadi
2. Dalam penelitian ini telah digunakan salah kemungkinan masih dalam tahap awal, karena
satu cara yang dapat dilakukan untuk penurunan berbagai fungsi tubuh akan semakin
memperbaiki dan mempertahankan fungsi parah seiring bertambahnya usia. Penelitian
pernapasan, yakni dengan melakukan latihan yang dilakukan oleh Mawi menunjukan bahwa
pernapasan diaphragmatic breathing exercise. terjadi penurunan yang kontinu pada nilai FEV 1
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan dan FVC seiring peningkatan usia baik pada pria
latihan pernapasan dilakukan untuk dan wanita [13].
meningkatkan ventilasi dan oksigenasi [12]. Atrofi dan kelemahan otot pernapasan
Kompliansi paru yang meningkat saat dapat mengakibatkan tahanan jalan napas
melakukan latihan pernapasan dapat meningkat sehingga terjadi penurunan aliran
menyebabkan jumlah udara yang dapat masuk ekspirasi maksimal pada lansia. Dari 13

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.3 (no.1), Januari, 2015 78


Pangestuti, et al, Pengaruh Diaphragmatic Breathing Exercise terhadap Fungsi Pernapasan.....

responden dengan perawatan mandiri, 7 responden yang merokok lebih kecil jika
diantaranya memiliki nilai rata-rata APE awal dibandingkan dengan responden bukan perokok
yang berada dalam zona hijau. Responden [19].
lansia yang tinggal di wisma dengan perawatan Latihan pernapasan diaphragmatic
mandiri memiliki aktivitas fisik yang lebih breathing exercise yang dilakukan dalam
banyak. Semakin banyak aktivitas yang penelitian ini dapat melatih otot-otot
dilakukan oleh individu maka paru-paru juga pernpapasan, yakni otot diafragma. Hal ini
akan bekerja lebih optimal dalam memenuhi ditunjukan oleh meningkatnya kekuatan
oksigenasi tubuh. Hal ini secara tidak langsung ekspirasi responden yang digambarkan dengan
dapat melatih kelenturan otot tubuh, termasuk peningkatan nilai APE. Otot pernapasan yang
otot-otot pernapasan sehingga otot tidak akan dilatih secara teratur akan menjadi lentur dan
menjadi kaku, serta tidak ada tahanan dalam memiliki kekuatan yang lebih besar. Semakin
saluran pernapasan. besar nilai APE yang dapat dicapai oleh
Terdapat 6 lansia dengan perawatan responden, maka kemampuan paru untuk
mandiri yang memiliki nilai rata-rata APE awal mengeluarkan udara saat ekspirasi juga
yang berada dalam zona kuning. Dua semakin besar.
diantaranya memiliki riwayat merokok yang
masih dilakukan sampai sekarang. Empat Pengaruh Diaphragmatic Breathing Exercise
responden lain yang memiliki rata-rata nilai awal Terhadap RR
APE berada dalam zona kuning. Keempat lansia Hasil analisis menggunakan uji t
tersebut memiliki usia yang lebih tua jika dependen menunjukan perbedaan rata-rata RR
dibandingkan dengan responden yang lainnya, pada lansia sebelum dan sesudah dilakukannya
yakni diatas 70 tahun. Faktor perkembangan diaphragmatic breathing exercise dengan p
dan perilaku merupakan beberapa faktor yang value (0,000) < α = 0,05. Berdasarkan hasil
dapat mempengaruhi oksigenasi [12]. Faktor tersebut, terdapat perbedaan yang signifikan
perkembangan yang dimaksud adalah masa antara RR sebelum dan sesudah dilakukannya
lansia, sedangkan faktor perilaku yang diaphragmatig breathing exercise pada lansia.
dimaksud dapat berupa aktivitas dan merokok. Latihan pernapasan diaphragmatic
breathing exercise merupakan salah satu teknik
APE Setelah Diaphragmatic Breathing latihan pernapasan yang menitik beratkan
Exercise penggunaan otot diafragma saat melakukan
Hasil penelitian pada menunjukan bahwa pernapasan (inspirasi dan ekspirasi).
rata-rata APE pada lansia setelah dilakukan Pernapasan diafragmatik bertujuan membantu
intervensi diaphragmatic breathing exercise menggunakan diafragma dengan benar selama
mengalami peningkatan menjadi 84,95%. pernapasan, dan bermanfaat untuk menguatkan
Latihan pernapasan diafragma memiliki tujuan diafragma, menurunkan kerja pernapasan
untuk membantu meningkatkan ventilasi secara dengan memperlambat frekuensi pernapasan,
optimal dan membuka jalan udara pada saluran menurunkan kebutuhan oksigen, menggunakan
pernapasan [6]. Responden dapat kekuatan dan energi yang lebih sedikit untuk
mengembangkan paru-parunya dengan lebih bernapas [20].
optimal, kemampuan ventilasi juga meningkat Merujuk pada hasil penelitian yang
setelah melakukan latihan diaphragmatic menunjukan bahwa terjadi penurunan RR pada
breathing exercise, hal tersebut dapat lansia setelah dilakukan intervensi
menyebabkan peningkatan nilai APE. diaphragmatic breathing exercise selama 14 kali
Nilai APE yang didapatkan responden pertemuan dengan durasi waktu 10 menit setiap
setelah melakukan diaphragmatic breathing kali pertemuan, dengan periode latihan 1 menit
exercise meliputi 11 nilai APE yang berada pada dan istirahat 2 menit. Meskipun nilai RR setelah
zona hijau dan 3 nilai APE yang berada pada dilakukannya diaphragmatic breathing exercise
zona kuning. Satu responden laki-laki dan satu masih berada diatas rentang normal, namun
responden perempuan yang tinggal di wisma nilai RR setelah intervensi menunjukan adanya
perawatan mandiri tetap memiliki nilai rata-rata penurunan jika dibandingkan dengan nilai RR
APE yang berada di zona kuning. Kondisi ini sebelum dilakukannya intervensi diaphragmatic
dikarenakan responden memiliki riwayat breathing exercise.
perokok berat yang masih menjadi kebiasaan Nilai RR yang masih berada diatas
sampai sekarang. Penelitian Santosa, dkk rentang normal dapat disebabkan karena faktor
(2004) menunjukan hasil bahwa nila APE pada lain yang mempengaruhi RR responden. Faktor

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.3 (no.1), Januari, 2015 79


Pangestuti, et al, Pengaruh Diaphragmatic Breathing Exercise terhadap Fungsi Pernapasan.....

lain yang ditemukan oleh peneliti adalah faktor pernapasan menggunakan otot-otot interkosta.
psikologis. Dari hasil wawancara pada semua Meningkatnya kekuatan otot ekspirasi dapat
responden, penyebab stres yang dialami menyebabkan udara yang dikeluarkan dari
responden adalah keberadaan yang jauh dari dalam paru-paru akan semakin banyak,
keluarga, kesulitan dalam hal ekonomi, konflik sehingga udara yang terperangkap dalam paru-
keluarga, serta sering terjadinya perselisihan paru akan berkurang. Manfaat dari latihan
antar lansia di UPT PSLU. Perpindahan tempat pernapasan diafragma adalah meningkatkan
tinggal dan perubahan kondisi kehidupan sosial efisiensi pernapasan dengan mengurangi udara
pada lansia tersebut dapat menjadikan lansia yang terperangkap dalam paru [12].
tidak tenang dan dapat memicu terjadinya stress Otot diafragma yang digunakan saat
pada lansia. Beberapa masalah yang bisa inspirasi akan memipih dan mendatar sehingga
terjadi pada lansia yang pindah ke panti sosial, memberikan ruang yang lebih luas untuk
diantaranya adalah depresi, ansietas dan pengembangan paru. Udara akan memasuki
frustasi [21]. Tubuh berespon terhadap ansietas paru-paru dan perut akan mengembang karena
dan stress dengan cara meningkatkan frekuensi penggunaan otot diafragma ketika melakukan
dan kedalaman pernapasan [12]. diaphragmatic breathing exercise. Otot-otot
Hal lain yang dimungkinkan menjadi abdomen akan membantu pengeluaran udara
penyebab masih tingginya nilai RR responden saat ekspirasi dan memberikan kekuatan yang
setelah melakukan diaphragmatic breathing lebih besar untuk pengosongan paru [20].
exercise adalah karena intensitas pelaksanaan Dengan demikian, kekuatan ekspirasi akan
intervensi yang masih dirasa kurang oleh bertambah dan menaikan nilai APE setelah
peneliti. Diaphragmatic breathing exercise dapat latihan. Aliran ekspirasi maksimum jauh lebuh
dilakukan 5 – 10 menit selama 2 - 3 kali dalam besar apabila paru terisi dengan volume udara
sehari, lakukan dengan periode istirahat 2 menit yang besar dari pada bila keadaan paru hampir
[22]. Dalam penelitian ini, diaphragmatic kosong [23].
breathing exercise hanya dilakukan sekali dalam Hasil dari penelitian menunjukan bahwa
sehari selama 10 menit. Kemungkinan nilai RR selisih rata-rata nilai APE sebelum dan sesudah
lansia akan menurun sampai pada batas normal dilakukan intervensi diaphragmatic breathing
apabila dilakukan diaphragmatic breathing exercise adalah sebesar 5,964. Hal ini
exercise secara teratur dengan intensitas 2 menunjukan adanya perubahan yang bermakna
sampai 3 kali sehari. pada nilai APE setelah diberikannya intervensi
diaphragmatic breathing exercise.
Pengaruh Diaphragmatic Breathing Exercise
Terhadap APE Simpulan dan Saran
Hasil analisis menggunakan uji t Nilai rata-rata RR sebelum dilakukan
dependen menunjukan bahwa terdapat intervensi diaphragmatic breathing exercise
perbedaan rata-rata APE sebelum dan sesudah adalah 23 kali/menit, dan rata-rata setelah
dilakukannya diaphragmatic breathing exercise dilakukan intervensi adalah 21 kali/menit. Nilai
dengan p value (0,000) < α = 0,05. Berdasarkan rata-rata APE sebelum dilakukan intervensi
hasil tersebut, terdapat perbedaan yang diaphragmatic breathing exercise adalah
signifikan antara APE sebelum dan sesudah 78,99%, dan rata-rata setelah dilakukan
dilakukannya intervensi diaphragmatic breathing intervensi adalah 84,95%. Ada pengaruh
exercise pada lansia. diaphragmatic breathing exercise terhadap
Otot pernapasan lansia menjadi atrofi dan fungsi pernapasan (RR dan APE) pada lansia di
usaha untuk melakukan pernapasan akan UPT PSLU Kabupaten Jember dengan (p value
bertambah dan energi yang diperlukan untuk 0.000 < 0,05), dengan hasil penelitian terjadi
bernapas juga bertambah, sehingga kebutuhan penurunan rata-rata RR sebesar 2 kali/menit
oksigen tubuh meningkat untuk menghasilkan dan penurunan rata-rata APE sebesar 5,96%.
energi yang lebih besar melalui proses Saran yang diberikan untuk lansia adalah
metabolisme. Jika hal tersebut terus menerus lansia sebaiknya dapat menerapkan
berlangsung, maka akan terjadi keletihan otot diaphragmatic breathing exercise secara teratur
pernapasan dan fungsi pernapasan lansia akan 2 – 3 kali sehari dengan durasi waktu 10 menit
semakin menurun secara bertahap. setiap kali latihan agar dapat memperlambat
Pernapasan menggunakan otot diafragma proses penurunan fungsi pernapasan dan
dapat memberikan ruang yang lebih luas untuk memperbaiki kondisi fungsi pernapasan pada
pengembangan paru jika dibandingkan dengan lansia. Lansia dapat menghentikan latihan

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.3 (no.1), Januari, 2015 80


Pangestuti, et al, Pengaruh Diaphragmatic Breathing Exercise terhadap Fungsi Pernapasan.....

apabila merasa lelah di tengah-tengah latihan 2014 Maret 17]; Vol. 24, No. 3. Available
dan melanjutkan lagi setelah 2 menit istirahat. from: http://www.univmed.org/wp-content
/uploads/2011/ 02/martiem(2).pdf
Daftar Pustaka [14] Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk
[1] Potter PA, Perry AG. Buku ajar pemula. Jakarta: EGC; 2003.
fundamental keperawatan: konsep, proses, [15] Williams ME. Geriatric physical diagnosis:
dan praktik. Volume 1. Edisi 4. Jakarta: a guide to observation and assessment.
EGC; 2005. United States of America: Mc. Farland
[2] Nugroho W. Keperawatan gerontik dan Company Publisher; 2008.
geriatrik. Jakarta: EGC; 2008. [16] McFadden JP, Price RC, Eastwood HD,
[3] Indonesia. Kemenkes RI. Gambaran Briggs RS. Raised respiratory rate in
kesehatan lanjut usia di indonesia elderly patients : a valuable physical sign.
[Internet]; 2013. [cited: 2014 Januari 16]. British Medical Journal. [Internet]. 1982
Available from: Feb [cited: 2014 April 26]; Volume 284.
http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.
%20Lan sia.pdf gov/pmc/articles/PMC1496225/pdf/bmjcre
[4] Azizah ML. Keperawatan lanjut usia. d00595-0020.pdf
Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011. [17] Siregar FZ. Perbandingan arus puncak
[5] Sharma G, Goodwin J. Effect of aging on ekspirasi sebelum dan sesudah latihan
respiratory system physiologi and fisik pada anak obesitas dan tidak
immunologi. Journal of Clin Interv Aging. obesitas. Tesis. Medan: Fakultas
[Internet]. 2006 Sept [cited: 2013 March Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
11]; Vol. 1, No.3: 253–260. Available from: [Internet]. 2007. [cited: 17 November
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P 2013]. Available from: http://repository.usu
MC2695176/ .ac.id/bitstream/1234567896288/1/Febrina
[6] Andarmoyo S. Kebutuhan dasar manusia 1.pdf
(oksigenasi): konsep, proses dan praktik [18] American Lung Association. Measuring
keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu; your peak flow rate. [Internet]. Chicago:
2012. American Lung Association; 2002 [cited:
[7] Maryam SR, Ekasari MF, Rosidawati, 2014 April 27]. Available from: http://www.
Jubaedi A, Batubara I. Mengenal usia lung.org/assets/video/colorbox/pdfs/peak-
lanjut dan perawatannya. Jakarta: flow-meter.pdf.
Salemba Medika; 2008. [19] Santosa S, Purwito J, Widjaja JT.
[8] Muttaqin A. Asuhan keperawatan klien Perbandingan nilai arus puncak ekspirasi
dengan gangguan sistem pernafasan. antara perokok dan bukan perokok. JKM.
Jakarta: Salemba Medika; 2008. [Internet]. 2004 Feb [cited 2014 April 27];
[9] Smeltzer SC, Bare BG. Buku ajar Vol.3, No.2. Available from:
keperawatan medikal bedah. Volume 1. http://cls.maranatha.edu/khusus/ojs/index.
Edisi 8. Jakarta: EGC; 2002. php/jurnalkedokteran/article/view/47/pdf
[10] Indriana Y, Febrianti I. Perbedaan [20] The Cleveland Clinic Foundation.
regiolitas lansia yang tinggal di panti dan di Diaphragmatic breathing. [Internet]. Ohio:
rumah sendiri. Tesis. Semarang: Fakultas The Cleveland Clinic Foundation; 2013.
Psikologi Universitas Diponegoro. [cited: 2013 Nophember 17] Available
[Internet]. 2010. [cited: 2013 Mei 7]. from: http://www.cchs.net/health/healthinfo
Available from: http://eprints.undip.ac.id /docs/2400/2409.asp?index=9445.
34710/1/perbedaan_religiositaslansia.pdf. [21] Stanley M, Beare PG. Buku ajar
[11] Wilmoth JM, Ferraro KF. Gerontology: keperawatan gerontik. Jakarta: EGC;
perspective and issues. New york: 2006.
Springer Publishing Company; 2009. [22] Bandy WD, Sanders B. Therapeutic
[12] Potter PA, Perry AG. Buku ajar exercise for physical therapist assistants.
fundamental keperawatan: konsep, proses, Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins;
dan praktik, Volume 2. Edisi 4. Jakarta: 2008.
EGC; 2005. [23] Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi
[13] Mawi M. Nilai rujukan spirometri untuk kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2007.
lanjut usia sehat. Jurnal Universa
Mediciana. [Internet]. 2005 Sept [cited:

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.3 (no.1), Januari, 2015 81

Вам также может понравиться