Вы находитесь на странице: 1из 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Steril adalah tidak adanya kontaminasi mikroba hidup dalam

produk parenteral (Dom king : 165). Steril adalah suatu kondisi yang

memungkinkan terciptanya kebebasan penuh dari mikroorganisme

(Lachamn 3 : 1294). Sterilisasi adalah suatu proses yang digunakan pada

sediaan farmasi yang berarti penghancuran secara lengkap semua

mikroba hidup dari sediaan dan spora-sporanya (Ansel : 410). Proses

yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril disebut sterilisasi

(Lachman 3 : 1254).
Larutan untuk mata adalah larutan steril yang dicampur dan

dikemas untuk dimasukkan kedalam mata. Selain steril preparat tersebut

memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap faktor farmasi seperti

kebutuhan bahan antimikroba, isotonisitas, dapar, viskositas dan

pengemasan yang cocok (Ansel : 541).


Larutan mata adalah cairan steril atau larutan minyak dan alkaloid,

garam alkaloid, antibiotik atau bahan lain yang dimaksudkan untuk insilasi

kedalam mata (Scoville’s : 221). Tetes mata adalah sediaan steril berupa

larutan suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat

pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata (FI III : 10).

B. Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Maksud percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah memahami alasan sterilisasi

sediaan mata, merancang dan membuat sediaan mata steril.

2. Tujuan percobaan

Untuk memahami alasan sterilisasi sediaan mata dan untuk

merancang dan membuat sediaan mata steril

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Steril adalah tidak adanya kontaminasi mikroba hidup dalam

produk parenteral (Dom king : 165). Steril adalah suatu kondisi yang

memungkinkan terciptanya kebebasan penuh dari mikroorganisme

(Lachamn 3 : 1294). Sterilisasi adalah suatu proses yang digunakan pada

sediaan farmasi yang berarti penghncuran secara lengkap semua mikroba

hidup dari sediaan dan spora-sporanya (Ansel : 410). Proses yang

dirancang untuk menciptakan keadaan steril disebut sterilisasi

(Lachman 3 : 1254).
Tetes mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan

sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai

digunakan pada mata (FI IV : 12-13).


Larutan untuk mata adalah larutan steril yang dicampur dan

dikemas untuk dimasukkan kedalam mata. Selain steril preparat tersebut

memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap faktor farmasi seperti

kebutuhan bahan antimikroba, isotonisitas, dapar, viskosita dan

pengemasan yang cocok (Ansel : 541).


Formulasi larutan mata ditambahkan bahan termasuk buffer,

pencegah antimikroba, pengatur tonisitas dan agen parenteral (SDF : 34).

Untuk larutan obat mata tertentu, seperti garam alkaloid, dimana khasiat

terapi tergantung pada ketersediaan basa alkaloid, larutan di sangga

dekat ph cairan air mata, namun cukup rendah untuk menjaga bahan

alkaloid dalam larutan hingga setelah berangsur-angsur. Dapar fosfat atau

asetat biasanya digunakan untuk larutan anastesi lokal dimana aktivitas

tidak tergantung pH (SDF : 34-35).


Cairan air mata normal memiliki nila tonisitas yang sebanding

dengan 0,9% Nacl. Larutkan yang ditanamkan dimata harus memberikan

tekanan osmosis yang sebanding dengan cairan air mata sehingga larutan

ini tidak mengiritasi membram mukosa mata (SDF : 34-35).


Ketika larutan mata yang dikemas dalam wadah dosi ganda,

mereka harus menyertakan agen antimikroba untuk mencegah

pertumbuhan mikroba setiap kejadian kontaminasi yang di masukkan

kedalam pengemasan selama digunakan (SDF : 34-35).


Mata adalah organ penglihatan bola mata diposisikan dirongga

orbital tulang dan dibuat oleh jaringan lemak dan ikat. Aspek arterior di

ekspos dan terdiri dari permukaan karena transparan sclera buram dan

membram konjugativa bola mata itu sendiri dilindungi oeh kelopak mata

dan bulu mata (Dom king : 141-142).

Anatomi dan fisiologi mata (Rps 21 th : 581)

Struktru mata (Rps 21 th : 581-852)

1. Kelopak mata
Kelopak mata mempunyai dua tujuan : perlindungan mekanik

dunia dan penciptaan lingkungan yang optimal untuk kornea . permukaan

dari kelopak mata dilumasi oleh air mata, gabungan sekresi kedua

kelenjar laksimal dari sel-sel khusu yang berada pada kedua bulbar yang

meliputi bentuk celah sempit langsung dibagian akses dibagian depan


bola mata. Seperti kantong yang memanjang diatas dan dibawah.

Kantong disebut forniks selperior dan inferior (kubah) dan seluruh ruah

culdesak. Permukaan elips antara kelopak mata adalah disebut fesura

palpera dan sudut mata dimana kelopak mata bertemu adalah canthin

tersebut (Rps 21 th : 581).


2. Bola mata

Bola mata bertempat dituluang tengkorak, bergabung untuk

membentuk suatu sekitar paramida berbentuk perumahan bagi bola mata

yang disebut orbit. Dinding bola mata manusia (bulbus, globe) terdiri dar

tiga lapisan konsistensi yang menyelimuti cairan dan lenticular

(Rps 21 th : 851).

a. Lapisan cuter berserat :

lapisan skleral adalah kuat, lentur, tetapi hanya sedikit elastis.

Yang ketiga enterior ditutupi oleh konjungtiv, permukaan mukosa

transparan jelas. Yang mana bagian enterior dari lapisan luar membentuk

kornea. Struktru begitu teratur dan kadar air sehingga hati-hati

disesuaikan, bahwa itu bertindak sebagai jendela yang jelas, transparan

ini tanpa pembuluh darah selama sisa 2/3 dari dunia kalogen kaya serat

adalah buram dan disebut sklera. Ini berisi mikrosirkulasi , yang

memelihara jaringan dari bagian interior ini, dan bsarnya putih kecuali bila

pembuluh darah melebar (Rps 21 th : 581).

Kornea sedikit lebih tebal dari sklera dan ketebalan dari 500

mikron ke 1 mm, terdiri dari lima lapisan yang diidentifikasi. Melanjutkan

dari lapisan paling enterior, ini adalah hidrofobik epiler skuamoza berlapis,
yang adalah dilapisi oleh membrane bowman. Kemudian stroma dan

memebran descement dan kemudian lapisan terdalam endothelium.

Stroma adalah jaringan elastis hidrofilik dari jaringan iakt yang sangat

terorganisir dan lapisan yang tebal dari kornea, kaya akan serat kologen,

membrane daceman ini memisahkan stroma dari lapisan single,

squamosus dari endothelium yang lokasi pompa dijaga kornea dari

keadaan transparan relative dehidrasi. Fungsional, kornea berfungsi

sebagai dua bagian penghalang yang hidrofibik pelindung utama dari

molekul hidrofibik dan stroma hidrofibik pelindung utama dari molekul

hidrofilik dan stroma hidrofibik pelindung utama dari molekul hidrofibik

(Rps 21th : 852).

b. Lapisan vaskular tengah

Lapisan tengah pembulu darah/vena, menyediakan makanan

untuk mata, bergerak kembali diteruskan ke mata depan kui kolorel,

badan silika dan iris. Kolorel terdiri dari lapisan tengah pembuluh darah

berpigmen, berwarna oleh malasonit dan dilalui oleh arterior berukuran

sedang dan vena, dengan chorrocapilaris mengandung jaringan kecil

pembuluh yang menyehatkan retina. Tubuh silia mengandung otot yang

mengontrol perpanjangan dari lensa yang memungkinkan penglihatan

akomodasi, serta proses silia yang mengorbankan cairan humor ke dalam

ruang posterior untuk mempertahankan tekanan inkoakular yang pada

gilirannya membuat bola mata sepenuh diperluas. Iris berprgmen adalah

cincin dari jaringan otot di sekitar pupil disekitar lubang centric yang
bertindak sebagai cerah variable untuk control diameter pupil dan

demikian tingkat cahaya yang masuk. Kanal dari schlem, salah satu jalur

penting untuk keluar dari cairan humor, berada disudut ini, Membran bruch

memisahkan koroid dari retina (Rps 21 th : 852)

c. Saraf retina

Lapisan yang paling penting dari bola mata adalah komplek

jaringan yang mengandung permanenan cahaya melalui aksi fetereseptor.

Sel saraf khusus untuk membedakan putih dari hitam (gulungan) atau

warna lerdas (kerucut). Selain itu retina terdiri dari sel –sel yang

mendukung metabolisme (seperti berat berprgman kritna) epitel

berprgmen, RPE, yang membersihkan foto reseptor molekul

menghabiskan dan metabolit dan melahirkan kembali (cis.retina),

menyedrakan struktur (erosit dan miseller sel) atau kontribusi untuk fungsi

dari defeksi foto atau sinyal proksing sel (gangliun) yang mulai proses

elektronikimia yang informasi di krimkan dari potoreseptor

(Rps 21 th :852).

d. Inti mata

Dalam dunia, lensa kristal bentang pusat cairan interior dekat

dengan iris dan berlabuh oleh serat sclera ke tubuh silia. Lensa terdiri dari

satu lapisan sel epitel replikasi dengan ultra meratakan ke lapisan tipis

serat pipih krital penuh lensa satu-satunya jaringan dalam tubuh yang

mempertahankan semua sel pernah di produksi fakta yang memberikan

kontribusi untuk perubahan terkait wajah dalam ukuran, kesalahan dan di


perpanjang, semua membran transparan tipis keras di sebut kapsul

meliputi lapisan luar dan lensa (Rps 21 th : 852)..

Cairan dan vitreus humor adalah celah antara struktur padat dari

mata. Cairan enterior dunia untuk lensa dan bertanggung jawab untuk

menjaga tekanan intraokular yang benar. Viterous gel humor

menyumbang sebagian besar berat mata dan tinggal di belakang untuk

lensa kontak langsung dengan retina (Rps 21 th 852).

Kulit atau kelopak mata lebih tipis dari pada kulit dibagian tubuh

yang lain, ini tentu saja memudahkan pelipatan dan pembukaan dan

penutupan penutup. Permukaan internal kedua kelopak di tutupi oleh

perluasan membram konjugativa yang sama memenuhi sclera. Sekresi

kelenjar kelopak mata berkontribusi terhadap pelindungan mata dengan

membantu mencegah hilangnya cairan air mata. Sekresi kelenjar

membram adalah lipolodal dan membentuk bagian dari lapisan air mata

prekornea. Sekresi membram juga membantu mencegah luapan air mata

di batas kelopak mata. Permukaan kelopak mata bagian dalam

membentuk oil desac, dibagi pada giliranya menjadi forniks superior dan

inferior (Dom king : 141-142).


Kornea normal sepenuhnya tanpa pembuluh darah kurangnya

vaskuarisasi ini mungkin karena pengaturan yang kompak atau jaringan

kornea normal yang padat dan sangat teratur. Kornea konjugative

bagaimanapun sangat belimpah dengan ujung saraf reseptor nyeri

didalam tubuh (Dom king : 141-142).


Kornea vaskuler bergantung pada permeabilitas unutk sebagian

besar nutrisinya. Oksigen dan zat lain di serap dari lapisan air mata dan

cairan lainnya. Permeabilitas kornea juga merupakan faktor utama dalam

penyerapan obat yang ditujukan untuk penggunaan optalmik

(Dom king : 141-142).


Secara anatomi kornea terdiri dari tiga lapisan utama epitelium

luar dan epitelium dalam yang sangat lipid dan bagian tengah yaitu stroma

yang hidrofilik (Dom king : 141-142).


Teori Kinsey (Dom martin : 882).

Banyak obat tetes mata adalah basa lemah, dimana garamnya

ditetapkan pada mata dalam larutan berair, karena kemampuanya

menetral kan air mata. pH tetes mata dengan cepat di konversi ke rentang

pH fisiologis. Tergantung pada bentuk basa bebas yang biasanya larut

lemak dari alkaloid, R3N1 melewati rendah lemak, dan kaya karakteristrik

air, penetrasi obat sebagian akan di konversi kebentuk terprotonasi

tergantung pada ph lingkungan berair di stroma, dimana ia dapat dengan

cepat menyebar keiris dan tubuh silia, tempat aksi farmakologi

(Dom martin : 882).


Sisa dari yang terlihat “ putih mata” terdiri dari selera padat, buram

berserat, dengan yang meliputi membram konjugativa. Membram

konjugativa menutupi permukaan luar skelra dan meluas ke permukaan

bagian dalam kelopak mata, membram lainnya longgar melekat pada bola

mata, memungkinkan kebebasan, gerakan dan dengan mengangkat


membram yang di sebut injeksi obat sub konjugativa dapat diberikan

(Dom king : 141-142).


Cairan air mata adalah campuran yang agak rumit dari elektrolit,

protein, karbohidrat, enzim (Lisozim), dan asam organik, jumlah total

sekitar 1,8% (Dom king : 141-142).


Cairan laksimal terdiri dari sekresi laksimal kelenjar dan sekresi

kelenjar lendir konjugativa pH air mata adalah 7,4 berkisar 7,3-7,7

konsentrasi osmotic sama dengan 0,9% NaCl (Dom king : 141-142).


Kebanyakan larutan mata yang digunakan dengan cara tetesan

dalam wadah gelas atau plastik memiliki penetran. Beberapa wadah

plastik memiliki penetes yang tetap terpasang serta akan menggunakan

obat apabila dipegang pada posisi terbalik (Ansel : 553-554-563)


Cara penggunaan sediaan (RPS 2 th : 858)
1. Cuci tangan
2. Dengan satu tangan tarik perlahan kelopak mata bawah
3. Jika pipet terpisah, peraslah pada karet satu kali saat penetes berada

dalam botol untuk membawa cairan ke pipet


4. Sambil memegang pipet di atas, teteskan obat ke dalam kelopak mata

bawah sambil melihat ke atas, jangan sentuh pipet


5. Lepaskan kelopak mata bawah, cobalah untuk membuka mata dan

tidak berkedip setidaknya selama 30 detik


6. Jika penetesnya terpisah, rapatkan kembali pada botol dan

kencangan tutup.
Penyakit atau gangguan pada mata ( Ansel : 555-556)
1. Miotik
2. Midriatik dan siklopeglik
3. Anestetika lokal
4. Zat antiradang
5. Antiseptic lokal
6. Zat antimikroba
7. Astrigen dan pelindung topikal

B. Urain Bahan
1. Atropin sulfat (FI IV : 115, Martindal 36 th : 12-19)

Nama resmi : ATRIPINI SULFAS

Nama lain : Atropin sulfas

RM / BM : (C17H23NO3)2H2SO4.H2O / 699,84

Pemerian : Hablur tidak bewarna atau serbuk putih, tidak

berbau, mengembang diudara kering, perlahan-

lahan terpengaruh oleh cahaya

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam

etanol, terlebih dalam etanol mendidih, mudah

larut dalam gliserin

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Zat aktif

pH : 3,5-6

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan pengawet hidroksi

benzoate

Konsentrasi : 0,5 %

2. Aqua pro injeksi (FI III : 97, Excipients 6 th : 766)

Nama resmi : AQUA PRO INJECTION

Nama lain : Air untuk injeksi

RM / BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak bewarna, tidak berbau

Kelarutan : Larut dalam banyak pelarut polar

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap


Keguaan : Pembawa

Inkompatibilitas : Air dapat bereaksi dengan obat dan zat

tambahan yang mudah terhidrolisis

Stabilitas : Air secara kimia stabil dalam keadaan fisik

3. Benzalkonium klorida (Excipients 6 th :56)

Nama resmi : BENZALKONIUM CHLORIDE

Nama lain : Benzalkonium klorida

RM / BM :-

Pemerian : Putih atau putih kekuningan, serbuk amorf, gel

tebal atau potongan gelatin

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol, bentuk

anhidrat mudah larut dalam benzen dan agak

sukar larut dalam eter

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Pengawet

pH : 5-8

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan aluminium, surfaktan anion,

sitrat, fluoreslin, hidrogen peroksida, hipromellos,

iodide, kaolin, lanolin, nitrat, surfaktan, nonionik,

dalam konsentrasi tinggi permanganate, protein,

salisilat, garam perak, beberapa campuran karet

dan beberapa campuran plastik


Stabilitas : larutan lebih stabil pada pH luas dengan range

temperature dan dapat diserilkan dengan

autoklaf tanpa kehilangan efektivitas

Konsentrasi : 0,01-0,02%

4. Dinatrium EDTA (FI IV : 309, Excipients 6 th : 244)

Nama resmi : DINATRII EDETAS

Nama lain : Dinatrium edetat

RM / BM : C10H14N2NO2CO / 336,21

Pemerian : Kristal putih, tidak berasa, serbuk hablur putih

Kelarutan : Larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Pembantu pengawet

pH : 4,0-6,0

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan oksidator kuat, ion logam

dan campuran logam

Stabilitas : Dinatrium edetat higroskopik, tidak stabil ketika

terkena kelembapan. Sebaiknya disimpan dalam

wadah tertutup baik, sejuk dan tempat kering

Konsentrasi : 0,1 %

5. Dinatrium fosfat (Excipients 6 th : 656, Scovilles : 228)

Nama resmi : DIBASIC SODIUM PHOSPATE

Nama lain : Dinatrium hidrogen fosfat

RM / BM : Na2HNO4 / 141,96
Pemerian : Berupa Kristal putih atau hamper putih tidak

berbau

Kelarutan : Sangat larut dalam air, lebih mudah larut dalam

air panas atau zat mendidih, praktis tidak larut

dalam etanol (95 %) P

Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara, ditempat sejuk dan

kering

Keguanaan : Pendapar

pH : Sekitar 9,5

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan alkaloid, antipirin,

kloralhidrat, lead asetat, pirogallor, resorsinol,

kalsium glutamate dan ciprofloksasin. Interaksi

antara kalsium dan fosfat yang mengarah pada

pembentukan endapan kalsium fosfat yang tidak

larut, mungkin dalam campuran parenteral

Stabilitas : Larutan berair dari dinatrium hidrogen fosfat

stabil dan dapat disterilkan dengan autoklaf

Konsentrasi : 0,284 %

6. Natrium dihidrogen fosfat (Excipients 6 th : 653, Scovilles : 228)

Nama resmi : SODIUM PHOSPATE MONOBASIC

Nama lain : Natrium dihirdogen fosfat

RM / BM : NaH2PO4 / 11.98
Pemerian : Tidak berbau, tidak bewarna atau putih hampir

sedikit kistal

Kelarutan : Larut dalam satu bagian air, sangat sedikit larut

dalam etano (95 %) P

Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara, sejuk tempat kering

Kegunaan : Pendapar

pH : 4,1-4,5

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan bahan alkali dan karbonat,

larutan air dari natrium dihidrogen fosfat

sebaiknya tidak diberikan bersama dengan Al,

Ca, atau garam Mg, secara mereka mengikat

fosfat dan mengganggu penyerapannya dari

saluran pencernaan

Stabilitas : Stabil secara kimia

Konsentrasi : 0,56 %

7. Povidon (FI III : 510, Excipients 6 th : 582)

Nama resmi : POVIDONUM

Nama lain : Polivinil povalidon

RM / BM : (C16H19NO)n / 2500-3000.000

Pemerian : Serbuk putih atau serbuk kekuningan, berbau

lemah atau tidak berbau, higroskopik

Kelarutan : Mudah larut dalam air, etanol 95 % P dan

kloroform P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Keguanaan : Pengviskositas

Inkompatibilitas : Membentuk molekul aduk dalam larutan

sulfadiazol, sodium salisilat, asam salisilat,

penobarbital, tannin dan komponen lain

Stabilitas : Povidon menggelap sampai batas tertentu pada

pemanasan 150° C, dengan pengurangan

kelarutan dalam air

Konsentrasi : 2-10 %
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Adapun alat yang di gunakan pada praktikum ini adalah gelas

kimia, gelas ukur, kertas perkamen, kertas saring, lap kasar, sendok

tanduk, timbangan analitik.

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah atropin sulfat, aqua

pro injeksi, benzalkonium klorida, dinatrium hydrogen fosfat, dinatrium

EDTA, natrium dihidrogen fosfat dan metil selulosa.

B. Prosedur kerja

1. Cara sterilisasi alat


Cara
NO Alat yang disterilkan Suhu dan Waktu Literatur
sterilisasi
1 Batang pengaduk Oven 150° C , 1 jam FI III : 18
2 Botol tetes mata Autoklaf 121° C , 15 menit Martindal : 88
3 Corong Oven 150° C , 1 jam FI III : 18
4 Erlemeyer Oven 150° C , 1 jam FI III : 18
5 Gelas kimia Oven 150° C , 1 jam FI III : 18
6 Gelas ukur Autoklaf 115° C , 50 menit FI III : 18
7 Pipet Oven 150° C , 1 jam FI III : 18
8 Karet pipet Autoklaf 121° C , 15 menit Martindal : 88

2. Cara sterilisasi Bahan


Bahan yang Cara
NO Suhu dan Waktu Literatur
disterilkan sterilisasi
1 Atropin sulfat Autoklaf 150° C , 1 jam Martindale : 12
2 Benzalkonium Klorida Autoklaf 121° C , 15 menit Excipients : 56
3 NaHPO Autoklaf 150° C , 1 jam Excipients : 653
4 NaHPO Autoklaf 150° C , 1 jam Excipients : 288
5 Dinatriun EDTA Autoklaf 150° C , 1 jam Excipients : 244
6 PVP Autoklaf 115° C , 50 menit Excipients : 766
7 NaCl Autoklaf 150° C , 1 jam Martindal : 635
8 Api Autoklaf 121° C , 15 menit FI III : 18
3. Cara pembuatan sediaan tetes mata
Disiapkan alat dan bahan. Disterilkan alat dan bahan sesuai

dengan metode sterilisasi. Dilarutkan zat aktif dengan aqua pro injeksi

(API) digelas kimia. Ditambahkan dengan pendapar, pengawet dan

pengisotonis, dicukupkan volumenya kemudian dihomogenkan digelas

piala. Disaring larutan dengan kertas saring, kemudian dimasukkan ke

dalam wadah. Ditutup botol dengan rapat, dilakukan sterilisasi akhir,

dievaluasi dan diberi etiket.

BAB IV
FORMULA ATROPINE SULFAT EYEDROPS

A. Formula Asli
Atropin sulfat ® Eyedrops
B. Rancangan Formula
Tiap 10 ml mengandung
Artopin sulfat 0,5 %
Benzalkonium klorida 001 %
NaH2PO4 0,56 %
Na2HPO4 0,284 %
Dinatrium EDTA 01 %
PVP 2%
NaCl 0,5 %
Aqua pro injeksi ad 100 %
C. Master Formula
Nama produk : Hitropin ® Eyedrops
Jumlah produk : 10 botol @ 10 ml
Tanggal formula : 25 April 2018
Tanggal produksi : 25 mei 2018
No. Registrasi : DKL18070400846 AI
No. Batch : G 18007

D. Tabel
Formula Asli
PT HIDRO FARMA
Makassa-Indonesia Tanggal Formula = 25 April 2018 Dibuat Oleh = Golongan C
Tanggal produksi = 25 mei 2018 Disetujui oleh = Asisten
Kode produksi Nama Bahan Kegunaan Perdosis Perbatch
01-ATST Atropin Sulfat Zat Aktif 50 mg 0,5 g
02-Ben Cl Benzalkonium Klorida Pengawet 1 mg 0,01 g
Natrium Dihodrogen
03-NaH2PO4 fosfat Pendapar 56 mg 0,56 g
Dinatriun hidrogen
04-Na2HPO4 Fosfat Pendapar 28,4 mg 0,284 g
Pembantu
05-Na2 EDTA Dinatrium EDTA pengawet 10 mg 0,1 g
06-PVP Povidon pengental 200 mg 2g
07-NaCl Natrium Klorida Pengisotonis 50 mg 0,5 g
08-Api Aqua Pro Injeksi Pembawa 10 mg 100 ml

E. Dasar Formula
Steril adalah tidak adanya kontaminasi mikroba hidup dalam

produk parenteral (Dom King : 165). Steril adalah suatu kondisi absolut

dan harus atau dianggap secara relatif sebagai bahan atau hamper steril

(SDF : 37). Steril suatu kondisi yang memungkinkan terciptanya

kebebasan penuh dari mikroorganisme (Lachman 3 : 1294). Sterilisasi

adalah suatu proses yang digunakan pada sediaan farmasi yang berarti

penghancuran secara lengkap semua mikroba hidup dari sediaan dan

spora-sporanya (Ansel : 410).

Larutan untuk mata adalah larutan steril yangb dicampur dan

dikemas untuk dimasukkan ke dalam mata,. Selain steril preparat tersebut

memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap faktor farmasi

kebutuhan bahan antimikriba, isotonisitas, dapar, viskositas dan

pengemasan yang cocok (Ansel : 541). Larutan mata adalah larutan steril

atau larutan minyak dari alkaloid, garam alkaloid, antibiotik atau bahan lain

yang dimaksudkan untuk instilasi ke dalam mata (FIII : 10).

Cairan mata adalah cairan kompleks yang terdiri elektrolit, piridin,

karbohidrat, enzim (lisozim) dan asam organik. Cairan laksimal terdiri dari

sekresi kelenjar laksimal dan sekresi kelenjar mukus konjungtiva, pH air

mata 7,4 dengan range 7,3-7,7 (Dom king : 141).

Persyaratan tetes mata hendaknya diperkihatkan yaitu steril,

kejernihan, pengawet, tonisitas, stabilitas. Selain itu juga penting artinya

pengaturan harga pH optimal (pendapa) dan viskositas (R.Voight : 525).


Beberapa factor-faktor yag penting dalam penyiapan larutan mata

yaitu kebersihan dan ketelitian dalam penyiapan larutan, sterilisasi akhir

dari collyrium dan adanya antimikroba untk menahan pertumbuhan

mikroorganisme yang ada selama penggunaan, isotonisitas dalam larutan

dan kesesuaian pH dari pembawa untuk menjamin stabilitas optimum

(Scoville’s : 221).

Komposisi mata berair umumnya dibuat menggunakan cairan

pembawa berair yang mengandung zat pengawet terutama fenilfraksa (III)

nitrat atau fenilfraksa (III) asetat 0,002 % b/v, benzalkonium klorida 0,01 %
b
/v, klorheksidina asetat 0,01 % b/v, yang pemilihannya didasarkan atas

ketercampuran zat pengawet terhadap obat yang terkandung di dalamnya.

Selama waktu tetes mata itu dimungkinkan digunakan (FI III : 10). Larutan

tetes mata ditambahkan bahan termasuk buffer, pencegah antimikroba,

pengatur tonisitas dan agen parenteral (SDF : 34).

Preparat-preparat ini biasanya membutuhkan dapar untuk

menstabilkan pHdari produk tersebut, bahan penambah untuk

membuatnya isotonis atau mendeteksi isotonis dan penstabil seperti

antioksidan bila cocok dengan bahan-bahan khusus tersebut

(Lachman 3 : 1317).

Mata adalah organ penglihatan yang ideal untuk mempelajari

pemberian obat dan disperse, fisiologi dan fungsi organ. Tidak seperti

banyak organ tubuh,sebagian besar strukturnya dapat diperiksa tanpa

intraveksi (campur tangan) bedah (Rps 21 th : 581).


Sediaan mata harus steril karena air mata, kecuali darah tidak

mengandung antibodi atau mekanisme untuk memproduksinya. Oleh

karena itu, mekanisme pertahanan utama melawan infeksi mata secara

sederhana aksi pertahanan oleh air mata dan sebuah enzim di temukan

dalam air mata (lisozim) dimana mempunyai kemampuan menghidroksis

poksakarida dari beberapa organisme ini. Organisme ini tidak dipengaruhi

oleh lisozim. Satu yang paling mungkin yang menyebabkan kerusakan

mata adalah Pseudomonas aeuginosa (Prescription : 181).

F. Alasan Penggunaan Bahan

1. Atropin sulfat (Zat aktif)

Atropin (campuran d- dan L-niosiamin) terutama pada atropine

beladonae dan datura stramonium. Alkaloid ini merupakan ester organik

dari asam tropan dengan tropanol atau skopin (basa organik) walaupun

selektif menghambat reseptor muskarinik, pada dosis yang sangat besar

atropine memperlihatkan efek penghambat juga diganglion otonom dan

otot rangka yang reseptornya nikotinik (F dan T : 56).

Derivat atropine ini adalah campuran resemis (bentuk dl) yang

berkhasiat antikolinergis kuat dan merupakan antagonis khusus dari efek

muskarini Ach. Zat ini sebagai midriatikum kerja panjang

(sampai beberapa hari) yang juga melumpuhkan akomodasi (cycloplegia)

(OOP : 512).

Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen, tetapi

hambatannya lebih kuat terhadap yang eksogen. Pada dosis kecil sekitar
(0,25 mg) misalnya, atropine hanya menekan sekresi air liur, mucus

bronkus dan keringat, belum jelas mempengaruhi jangtung. Pada dosisi

yang lebih besar (0,5-1,0 mg) baru terlihat dilatasi pupil, gangguan

akomodasi dan penghambatan N.vagus sehingga terlihat takikardia.

Alkaloid belladonna menyebabkan midriasis dan skiloplegia (paralisis

mekanisme akomodasi) (F dan T :56-57).

Alkaloid atropin adalah antimuskarinik amina tersier dengan

tingdakan sentral dan perifer, biasanya diberikan dalam sulfat. Atropine

digunakan secara topikal sebagai midriatik dan aseloplegik dalam

oftalmologik. Atropin mudah diserap dari saluran pencernaan, juga diserap

dari selaput lendir, mata dan sampai batas tertentu melalui kuilit yang utuh

(martindale 36 th :1220-1221).

Atropine biasanya dipakai dengan kekuatan 0,5-1% dua atau tiga

tetes larutan ini cukup untuk menyebabkan medriasis selama beberapa

hari sampai seminggu. Dalam keadaan infeksi perlu diberikan dua atau

tiga kali sehari untuk mendapatkan efek penuh (F dan T : 60).

2. Benzalkonium Klorida (pengawet)

Larutan untuk mata yang digunakan pada mata dengan selaput

kornea yang utuh dapat dikemas dalam wadah dosis ganda. Meskipun

steril ketika digunakan setiap larutan ini harus mengandung bahan

antibakteri yang efektif yang tidak mengiritasi atau campuran bahan-bahan

tersebut untuk mencegah berkembang atau masuknya mikroorganisme

dengan tidak sengaja yang masuk ke dalam larutan ketika wadah terbuka
selama pemakaian. Pengawet yang tetap dan konsentrasi maksimal dari

pengawet untuk tujuan ini termasuk : 0,13 % benzalkonium klorida, 0,01 %

benzaltonium klorida, 0,004 % fenilmekuri nitrat, 0,01 % timerasol

(Ansel : 542).

Benzalkonium adalah salah satu pengawet larutan untuk mata

yang paling diandalkan, karena mempunyai aktivitas antimikroba dengan

spektrum luas, tetapi para ahli farmasi harus hati-hati ketidak cocokan

dengan obat-obatan anionik, salisilat dan nitrat dan untuk larutan yang

berisi salah satua bahan ini maka harus dipakai salah satu pengawet

seperti fenilmekuri nitrat fenilmekuri asetat (Ansel : 543).

Dalam persiapan optalmia benzalkonium klorida adalah salah satu

yang paling banyak digunakan sebagai dengan konsentrasi 0,01-0,02 %


w
/v pH 5-8 (Excipients 6 th : 56).

3. Natrium Dihidrogen Fosfat (pendapar)

Dapar adalah senyawa atau kombinasi senyawa yang

memberikan kemampuan kepada suatu larutan. Larutan dapar merupakan

suatu system yang mengandung ion seimbang dengan senyawa yang

mampu mengikat atau melepaskan ion itu (FI IV : 209).

Dapar digunakan untuk menjaga pH yang diisyaratkan untuk

banyak produk. Perubahan pH bisa menyebabkan perubahan nyata dalam

laju reaksi peuraian. Dapar harus mempunyai kapasitas menjaga pH


produk tersebut terhadap pengaruh ini, tetapi tidak cukup untuk mencegah

cairan tersebut membarui dapar setelah pemerian (Lachman 3 : 1902).

Natrium dhihidrogen fosfat digunakan secara luas dalam farmasi

farmasetikal sebagai bahan pendar. Dalam terapi, natrium dihidrogen

fosfat digunakan sebagai larutan garam laktasif ringan dan dalam

pengobatan hipopospatemia, pH 4,1-4,5 (Excipients 6 th : 656).

Konsentrasi yang digunakan adalah 0,56 % (Scoville’s : 228).

4. Dinatrium Hydrogen Fosfat (Pendapar)

Dinatrium hydrogen fosfat digunakan secara luas dalam berbagai

formulasi sebagai pendapar pengasin. Pada terapi dinatrium hydrogen

fosfat, digunakan sebagai pencahar ringan dan dalam pengobatan

hipofosfatemia. Digunakan juga dalam produk makanan, misalnya sebagai

pengemulsi dalam keju olahan (Excipients 6 th : 656).

Dinatrium hydrogen fosfat secara luas digunakan sebagai bahan

tambahan dalam formulasi farmasi parenteral, oral dan topical. Fosfat

dapat banyak didalam tubuh dan terlihat didalam banyak proses fisiologis

karena merupakan anion utama cairan intraseluler. Namun tingkat

dinatrium hydrogen fosfat digunakan dalam formulasi bahan tambahan

biasanya tidak terkait dengan efek samping, pH sekitar 9,5

(Excipients 6 th : 656). Konsentrasi yang digunakan yaitu 0,284 %

(Scoville’s : 228).

5. Natrium EDTA
Dalam konsentrsi yang dapat diterima oleh jaringan mata, bahan

pengawet seperti benzalkonium klorida tidak efektif terhadap beberapa

kuman pseudomonas euroginosa suatu mikroorganisme yang dapat

menyerang kornea yang tergores serta menyebabkan luka dan kebutaan

dalam beberapa preparat mata campuran benzalkonium klorida 0,01 %

dan natrium EDTA 0,01 % - 2,1 % digunakan untuk melawan bakteri

pseudomonas euroginosa dan tidak mengiritasi pada mata. Dinatrium

elendiamintetraasetat adalah bahan kelat untuk logam. Mempunyai

kemampuan untuk membuat tegangan menahan dari pseudomonas

euroginosa, lebih peka terhadap benzalkonium klorida (Ansel : 534-544).

Resistensi mikroorganisme tertentu yang merupakan patogen

mata terhadap benzalkonium klorida (terutama pseudomonas euroginosa)

telah diamati. Oleh karena itu biasanya dimasukkan 0,1 % natrium EDTA

dalam formula mata (PDFD : 144).

6. PVP (Viskositas)

Zat pengviskositas adalah zat yang ditambahkan untuk

meningkatkan viskositas dari suatu sediaan (Ansel : 148). Larutan dan

suspensi tetes mata mungkin mengandung polimer viskositas menambah

penebalan air mata film dan meningkatkan wadah kornea kimia yaitu

mengurangi laju dimana cairan air mata (Rps 21 th : 855).


Kerugian utama larutan adalah waktu kontak yang relative sangat

singkat dengan obat dijaringan penyerap dari mata ekternal waktu

kebijaksanaan kontak dapat ditingkatkan dengan memasukan agen

viskositas (Rps 21 th : 861). Fase pembuatan larutan mata, suatu tingkat

metil selulosa yang sesuai zat pengental lainnya seringkali dibandingkan

untuk manaikkan viskositas dengan demikian membantu menahan obat

pada jaringan sehingga menahan efektifitas larutan (Rps 21 th : 861).

Povidon juga digunakan sebagai agen pensuspensi, penstabil,

atau viskositas dalam sejumlah suspensi dan larutan topical dan oral.

Kelarutan sejumlah obat aktif yang sulit larut dapat ditingkatkan dengan

pencampuran dengan povidon (Excipient: 581). Konsentrasi penggunaan

povidon untuk tetes mata adalah 2-10% (Excipient: 582)

7. Aqua pro injeksi (Pembawa)

Secara alami system transportasi manusia adalah cairan. Obat

yang disuntikan harus dalam bentuk cairan. System pelarut yang

dibutuhkan dapat dicampurkan dengan air dan beberapa tidak dapat

dicampurkan dengan air dan beberapa tidak dapat bercampur dengan

yang lainnya. Pemberiannya ke mungkinan juga harus eksplisit dan tepat.

WFI adalah pembawa yang paling banyak digunakan dan penting untuk

persiapan suntik. Monografi USP menyatakan sposifikasi bahan ini harus

bebas pirogen dan harus dibuat dengan destilasi dan osmosis terbalik

(Dom King : 180).

G. Perhitungan
1. Perbahan

a. Atropin sulfat =

b. Benzalkonium klorida =

c. NaH2PO4 =

d. Na2HPO4 =

e. Dinatrium EDTA =

f. PVP =

g. NaCl =

h. Aqua pro injeksi ad =

2. Perbatch
a. Atropin sulfat = 50 mg x 10 = 500 mg
b. Benzalkonium klorida = 1 mg x 10 = 10 mg
c. NaH2PO4 = 56 mg x 10 = 560 mg
d. Na2HPO4 = 28,4 mg x 10 = 284 mg
e. Dinatrium EDTA = 10 mg x 10 = 100 mg
f. PVP = 200 mg x 10 = 2000 mg
g. NaCl = 50 mg x 10 = 500 mg
h. Aqua pro injeksi ad = 10 ml x 10 = 100 ml
3. Perhitungan Tonisitas
a. Penurunan Titik Beku

Bahan PTB (a) Konsentrasi % (c) a.c


Atropin Sulfat 0,01 0,5 0,005
Benzalkonium Klorida 0,09 0,01 0,0009
NaH2PO4 0,20 0,56 0,112
Na2HPO4 0,24 0,284 0,068
Dinatrium EDTA 0,13 0,01 0,013
Povidon 0,00 2 0
Natrium Klorida PTB (b) = 0,576 Ʃ = 0,2284
Keterangan :
B = bobot zat tambahan NaCl dalam satuan %
a = PTB zat khasiat 1 % (lihat ditabel FI IV :1236)
c = konsentrasi zat khasiat dalam satuan %
b = PTB za tambahan NaCl

B= (Scoville’s ; 158)

B=

B = 0,05 (Hipotonis)

NaCl yang dibutuhkan untuk 10 ml =

b. Ekivalensi
Ekivalensi NaCl adalah sejumlah NaCl (g) yang menghasilkan

tekanan osmotik sama seperti 1 g bahan obat (R.Voigt : 488).


Bahan Ekivalen (E) Konsentrasi (W) a.c
Atropin Sulfat 0,13 0,05 0,006
Benzalkonium Klorida 0,16 0,001 0,0001
NaH2PO4 0,36 56 0,020
Na2HPO4 0,43 28,4 0,012
Dinatrium EDTA 0,23 10 0,002
Povidon 0,01 0,5 0,005

Ʃ = 0,0451
Keterangan :
W = bobot isotonis yang dicari
V = volume larutan yang dibuat
E = ekivalen NaCl (lihat ditabel FI IV :1236)
W = bobot zat khasiat (g)

W= – (W x E) (R.Voigt : 488)

W = 0,09 g – 0,0451 g

W = 0,0449 g 0,050 g

BAB V

PEMBAHASAN
Steril adalah tidak adanya kontaminasi mikroba hidup dalam produk

parenteral (DOM King;165), larutan untuk mata dalah larutan steril yang

dicampur dan dikemas untuk dimasukkan kedalam mata (Ansel;541).

Sediaan mata harus steril karena air mata kecuali darah tidak

mengandung antibody/mekanisme untuk memproduksinya oleh karena itu

mekanisme ketahanan utama melawan infeksi mata secara sederhana

aksi pertahanan oleh air mata, dan sebuah enzim ditemukan dalam air

mata (lisosim), dimana mempunyai kemampuan untuk menghidrolisa

polisakarida, dari beberapa organisme ini tidak dipengaruhi oleh lisosim,

salah satu yang mungkin menyebabkan kerusakan mata adalah

pseudomonas aurogenosa (bacillus pyocyaceae).

Banyak obat tetes mata adalah basah lemah dimana garamnya di

tetapkan pada mata dengan cepat di konversi tentang pka fisiologis.

Tergantung pada karakteristik yang memisahkan alkaloid, sebagai garam

yang di ubah menjadi bentuk basa bebas yang biasanya larut dalam

lemak dan dengan mudah menstranfer ke dalam sel epitu yang kaya

lemak. Bentuk lemak dari alkaroid, R 3N melewati lapisan epitel substansi

propra (stroma). Lapisan ini adalah laminar, rendah lemak dan kaya

karakteristik air penetrasi obat sebagian akan di konversi ke bentuk

treprotonasi tergantuk pada pH lingkungan berair disroma. Ketika lapisan-

lapisan lemak dari endotalium obat memasuki humor encer dimana, ia

dapat dengan cepat menyebar ke iris dan tiba silia, tempat aksi

farmakologi (Dom martin : 882).


Dapar adalah senyawa/kombinasi senyawa yang memberikan

kemampuan kepada suatu larutan, dapar ditambahkan untuk menjaga ph

di isyaratkan untuk banyak produk, pada sediaan tetes mata atropine

sulfat ditambahkan pendapar karena pH dari atropine sulfat 3,5-6,5

sedangkan pH sediaan mata 7,4 jadi dipilih dapar fospat yang memiliki

nilai kapasitas 6,5 yang cocok untuk tetes mata atropin sulfat.

Benzal konium klorida adalah salah satu pengawet larutan untuk

mata yang paling diandalkan karena mempunyai aktivitas antimikroba

dengan spectrum luas, pengawet ini dikombinasikan dengan natrium

EDTA karena bahan pengawet seperti benzalkonium klorida tidak efektif

terhadap beberapa kuman pseudomonas menginosa suatu organisme

yang dapat menyebabkan kornea tergeser serta menyebabkan luka dan

kebutaan dalam beberapa preparat mata campuran banzalkonium klorida

0,01% dan natrium EDTA 0,01%-2,1% digunakan untuk melawan bakteri

pseudomonas aurogenosa dan tidak mengiritasi mata (Ansel;543-544).

Berdasarkan hasil perhitungan tonisitas didapat hasil yaitu

hipotonis. Hipotonis adalah suatu keadaan dimana tekanan osmotik

sediaan lebih kecil daripada tekanan osmotik darah dalam tubuh. Hal ini

dapat menyebabkan air melintasi membran sel darah merah sehingga

memperbesar sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan

dalam sel. Peningkatan tekanan dalam sel dapat menyebabkan pecahnya

sel darah merah (Formulasi Steril Hal 50). Untuk mencegah pecahnya sel

darah merah maka ditambahkan NaCl sebanyak 0,5 %.


Ditambahkan pengisotonis karena syarat sediaan mata harus

sedapat mungkin isotonis (R.Voigt : 525). Isotonis adalah larutan yang

identik dengan tekanan osmotik, larutan isotonis adalah suatu larutan

osmotik yang sama dengan cairan tubuh manusia, ketika larutan yang

tonisitasnya tidak sama dipisahkan oleh membran semipermeabel, cairan

atau pelarut dari larutan mempunyai tonisitas rendah menarik membran

kedalam larutan yang memiliki konsentrasi tinggi kemudian meningkatkan

volume larutan. Sistem larutan yang lemah ini disebut hipotonis dan

konsentrasi yang tinggi disebut hipertonis dalam perbandingan yang lain.

(Scovilles:152)

BAB VI

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil diskusi formula tetes mata adalah zat aktif

menggunakan atropin sulfat sebagai zat aktif dengan zat tambahan

farmasetik yang cocok.

B. Saran

Sebaiknya pada saat diskusi didatangkan berbagai pihak seperti

dosen yang bersangkutan agar para praktikan memperoleh ilmu yang

lebih luas lagi dan diskusi dapat berjalan dengan lancar

DAFTAR PUSTAKA

Ansel,Howard C.2008.”Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”. UI-Press:


Jakarta
A,Sylvia, M.Lairaine.2015.”Patofisiologi edisi 6 vol.2, konsep Klinik
Proses-proses Penyakit”. EGC: Jakarta

Allen,L.V.2009.” Hanbook Of Pharmaceutical Excipients”. 6 th edition


Pharmaceutical Press and American Pharmacist Assosiation:
London

Dirjen POM.1979.”Farmakope Indonesia”. Edisi III. Depkes RI: Jakarta

Dirjen POM. 1995.”Farmakope Indonesia”. Edisi IV. Depkes RI: Jakarta

Gennaro,A.R.1970.”Remingtons Pharmaceutical Scine 18 th.”Mark


Publishing Company: USA

Lachman,leon,dkk.1994.”Teori dan Praktek Farmasi Industri”. Edisi


III,volume 2. UI-Press: Jakarta

Martin. 1971. Dispensing of Medication. Mark Publishing Company : USA.

King,Robert.1984.”Dispensing Of Medication”. Publishing Company Press:


USA

R.Voight. 1994. Pelajaran Teknologi Farmasi edisi IV. Gadjah Mada Press:

Yogyakarta.
9th
Scoville’s. 1975. The Art of Compounding Edition. Megraw Hill Book

Company : Newyork.

Sweetman,S.C.2009.”Martindale the Complete Drug Reference”,36 th ed


Pharmaceutical Press: London

Turco,Sulvatero.1979.”Steril Dosage Forms”. Company Publishing:


London

Вам также может понравиться