Вы находитесь на странице: 1из 14

Jurnal Penelitian Tugas Akkhir

PENGARUH PROSES JUMLAH PELAPISAN DAN SUHU


PENYIMPANAN TERHADAP KARAKTERISTIK BUAH POTONG
PEPAYA (CARICA PAPAYA L.) YANG DILAPISI EDIBLE BERBASIS
NATA DE COCO

Putri Lestari*),
Dr. Ir. Asep Dedy Sutrisno, M.Sc**),dan Indriyati, M.Eng***)
*)
Mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Universitas Pasundan, Bandung
**)
Dosen Pembimbing Utama, ***)Dosen Pembimbing Pendamping

ABSTRACT

The purpose from this research is study quantity effect of coating, temperature storage
and interaction of both from sliced papaya. Benefit from this research is to maintain of quality,
(colour, taste, flavor and texture) sliced papaya (Carica Papaya L) that be coating. The research
design use factorial pattern 2 x 3 in design random category with 4 replication times. First factor
is quantity of coating (A) such as single coating, (a 1) and double coating (a2) second factor is
temperature storage (B) such as 5°C (b1), 10°C (b2), and temperature of room (b3).Observation
parameter is chemical analysis is concentration of vitamin C, microbiology analysis is amount of
microba with total plate count (TPC), physical analysis of weight loss, and organoleptic test,
based a test colour, flavor, texture, and taste. Based on research result of preliminary
organoleptic test and concentration of vitamin C, found that best concentration CaCl 2 is 1%.
Factor the amount of coating effect on the characteristics sliced papaya on response levels of
vitamin C, the amount of the total microbial, reduced weight, color, and texture. Factors
temperature storage impact on characteristic of sliced papaya in response levels of vitamin c , the
number of microbes total, weight loss, colour, flavor, texture, and taste. Interaction between
factors the number of coating and temperature storage not had have real impact on characteristic
of sliced pepaya in response levels of vitamin c , the number of microbes total , weight loss,
colour, flavor, texture, and taste. Sample a2b2 treatment double coatings and stored in temperature
10°C has a decrease in vitamin c fewer than others, decrease in weight loss, and there was growth
that longer than others.

Keywords: Edible coatings, Chemical and Physical Characteristics.

contoh kekurangan vitamin C dapat


PENDAHULUAN menyebabkan sariawan dan kurangnya
mengkonsumsi makanan yang
Latar Belakang mengandung vitamin A dapat
menyebabkan rabun senja. Oleh karena
Buah-buahan merupakan bahan
itu mengkonsumsi buah-buahan adalah
pangan yang termasuk penting dan
mutlak bagi tubuh dan kesehatan.
semestinya ada dalam daftar menu
Dalam mengkonsumsi buah,
makanan kita sehari-hari, karena di
konsumen sangat menginginkan buah
dalam buah-buahan tersebut terkandung
tersedia dalam kondisi segar dan
sumber nutrisi yang sangat diperlukan
menarik pada saat disajikan dengan
oleh tubuh contohnya vitamin, mineral
tingkat kematangan yang seragam dan
dan serat. Banyak masalah kesehatan
siap konsumsi. Oleh karena itu, pada
yang mungkin timbul akibat kurang
penyajian buah perlu dibuat perencanaan
mengkonsumsi buah-buahan. Seperti

1
Jurnal Penelitian Tugas Akkhir

terpadu antara tahap persiapan dan dapat dilakukan dengan beberapa cara
pengolahan bahan dengan teknologi yang diharapkan dapat mengendalikan
pengemasan yang dapat proses fisiologi dan menghambat
mempertahankan kualitas buah dan aktivitas mikroorganisme sehingga
menyeragamkan waktu kematangan mempunyai nilai keunggulan dan
buah (Alsuhendra, 2011). manfaat. Salah satu cara yang tepat
Buah potong merupakan salah untuk memperpanjang umur simpan
satu hidangan penutup dingin, yaitu buah potong adalah dengan
hidangan yang terdiri dari berbagai jenis menggunakan edible coating.
buah segar yang dipotong dan disusun Menurut Fatah dan Bachtiar
sedemikian rupa pada platter, sehingga (2004), selain pemanfaatan edible
konsumen dengan mudah memakan coating pada bahan pangan, kalsium
buah yang telah disajikan. Penyajian klorida (CaCl2) juga dapat ditambahkan
buah potong sangat digemari sebagai ke dalam produk untuk memperlambat
olahan dessert, namun sifatnya mudah penurunan mutu buah potong.
rusak menyebabkan umur simpan Penambahan CaCl2 juga bermanfaat
hidangan ini sangat singkat dan rawan untuk menetralkan warna coklat yang
terhadap kemunduran kualitas warna, sering muncul pada buah, baik setelah
rasa, aroma, dan tekstur. Kemunduran pengupasan maupun setelah perendaman
kualitas ini disebabkan oleh aktivitas dengan bahan kimia.
metabolisme yang masih berlangsung Nata de coco sebagai hasil
pada buah selama masa simpan. fermentasi bakteri Acetobacter xylinum
Aktivitas yang melibatkan oksigen dari dalam media air kelapa, dapat juga
lingkungan akan mempercepat dimanfaatkan sebagai bahan baku edible
kematangan dan dapat menyebabkan film karena mengandung senyawa
kebusukan pada buah jika tidak selulosa, sehingga disebut bioselulosa.
dikendalikan (Alsuhendra, 2011). Beberapa penelitian telah
Menurut Wasino dan mempublikasikan karakteristik unik dari
Sudarminto (2014), informasi umur nata de coco, seperti kekuatan mekanis
simpan produk sangat penting bagi yang tinggi dan kristalinitas tinggi.
banyak pihak, baik produsen, konsumen, Lebih jauh lagi, nata de coco yang
penjual, dan distributor. Konsumen tidak dihancurkan menggunakan blender
hanya dapat mengetahui tingkat menjadi bubur dapat diproses casting
keamanan dan kelayakan produk untuk menjadi lembaran (Indriyati dkk, 2012).
dikonsumsi tetapi juga dapat Faktor inilah yang membuat nata de
memberikan petunjuk terjadinya coco berpotensi diaplikasikan sebagai
perubahan citarasa, penampakan, dan edible packaging.
kandungan gizi produk tersebut. Pemanfaatan edible coating
Untuk menganalisis penurunan berbasis nata de coco pada buah potong
mutu dengan metode simulasi merupakan hal yang masih baru dan
diperlukan beberapa pengamatan, yaitu masih perlu penelitian mendalam. Pada
harus ada parameter yang dapat diukur penelitian ini, buah potong yang akan
secara kuantitatif dan parameter tersebut dilapisi dengan edible coating berbasis
harus mencerminkan keadaan mutu nata de coco adalah buah pepaya.
produk yang diperiksa. Parameter
Manfaat Penelitian
tersebut dapat berupa hasil pengukuran
Manfaat penelitian ini adalah
kimiawi, uji organoleptik,uji fisik atau
sebagai upaya untuk mempertahankan
mikrobiologis (Syarief, 1992).
mutu (warna, cita rasa, aroma, dan
Upaya memperpanjang umur
tekstur) buah potong pepaya (Carica
simpan produk buah kupas siap saji

2
Jurnal Penelitian Tugas Akkhir

papaya L.) yang telah dilapisi edible pendahuluan yang dilakukan yaitu uji
coating. organoleptik dengan metode uji mutu
hedonik yang dilakukan oleh panelis
METODE PENELITIAN agak terlatih berjumlah 20 orang untuk
mengetahui nilai mutu karakteristik
Bahan dan Alat Penelitian buah potong pepaya dan uji vitamin C
Bahan yang digunakan dalam dengan metode Iodimetri.
penelitian ini adalah nata de coco, buah Penelitian utama ini merupakan
pepaya varietas California, CMC lanjutan dari penelitian pendahuluan
(Carboxy Methyl Cellulose), gliserol, dimana penelitian utama ini bertujuan
dan larutan Calcium chloride (Merck). untuk mengetahui pengaruh jumlah
Bahan yang digunakan untuk pelapisan edible dan suhu penyimpanan
analisis adalah amilum, iodida, (suhu 5°C, suhu 10°C, dan suhu ruang)
aquadest, air steril, dan Plate Count terhadap kualitas buah potong yang
Agar (PCA). disimpan selama 6 hari. Setelah itu
Alat-alat yang digunakan dalam dilakukan analisis uji vitamin C, susut
penelitian ini adalah wadah (tuperware), bobot, menentukan jumlah mikroba
sendok, loyang, pisau, styrofoam, plastik total, dan uji organoleptik (uji hedonik)
wrap, tray penirisan, dan lemari yang dilakukan oleh 20 panelis.
pendingin (kulkas).
Alat-alat yang digunakan dalam Rancangan Perlakuan
analisis kimia adalah timbangan digital, Rancangan perlakuan penelitian
erlenmeyer, labu takar, kaca arloji, utama terdiri dari dua faktor yaitu
lumpang dan alu, pipet volumetri, buret, jumlah pelapisan dan suhu
statif, klem, gelas ukur, dan botol penyimpanan.
semprot. Faktor jumlah pelapisan (A) dengan 2
Alat-alat yang digunakan dalam taraf, yaitu :
analisis mikrobiologi adalah tabung a1 = pelapisan edible satu kali
reaksi, erlenmeyer, rak tabung reaksi, a2 = pelapisan edible dua kali
pipet volumetri, cawan petri, penjepit 1. Faktor suhu penyimpanan (B) dengan
tabung reaksi, dan inkubator. 3 taraf, yaitu :
b1 = suhu 5°C
Tujuan Penelitian b2 = suhu 10°C
Tujuan dari penelitian ini adalah b3 = suhu ruang
untuk mengetahui pengaruh proses
Rancangan Percobaan
jumlah pelapisan dan suhu penyimpanan
Rancangan yang akan
terhadap karakteristik buah potong
digunakan pada penelitian ini adalah
pepaya (Carica papaya L.)
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Metode Penelitian dengan pola faktorial 2 x 3 dan ulangan
Metode penelitian yang sebanyak empat kali untuk setiap
dilakukan terdiri dari dua tahap, yaitu kombinasi perlakuan sehingga diperoleh
penelitian pendahuluan dan penelitian 24 plot percobaan.
utama.
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan yang
Pembuatan Formulasi Edible Coating
dilakukan terhadap buah potong ini
Nata de Coco
bertujuan untuk mengetahui pengaruh
1. Pencucian
konsentrasi CaCl2 yaitu pada konsentrasi
Proses pencucian nata de coco
0%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2% terhadap
berbentuk lembaran ini dilakukan
karakteristik dari buah potong pepaya.
hingga netral dengan air bersih.
Rancangan respon penelitian

3
Jurnal Penelitian Tugas Akkhir

2. Pendidihan proses ini dilakukan menggunakan


Proses ini dilakukan dengan pisau.
mendidihkan nata de coco bertujuan 3. Pemotongan buah
untuk menghilangkan asam yang Proses pemotongan buah (2cm x
mungkin masih terdapat pada nata de 2cm x 2cm) bertujuan untuk
coco. memperoleh potongan buah yang
3. Pemurnian seragam yang akan digunakan untuk
Nata de coco dididihkan dengan pengaplikasian edible coating pada buah
larutan NaOH 1% selama 1 jam, potong pepaya. Pada proses ini
kembali dicuci dengan air hingga netral. menggunakan pisau untuk memotong
Proses ini untuk memurnikan nata dan buah tersebut.
menghilangkan pengotor seperti 4. Perendaman dengan larutan CaCl2
hemiselulosa atau komponen lain. Proses perendaman dengan larutan
4. Pemotongan CaCl2 merupakan perendaman buah
Proses ini dilakukan dengan potong dengan konsentrasi berbeda yaitu
memotong lembaran nata de coco 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; dan 2%, yang
menjadi bentuk kubus. Alat yang dilakukan selama 15 menit. Pada proses
digunakan yaitu pisau. ini menggunakan sendok untuk
5. Pembuatan bubur nata mencelupkan buah potong tersebut.
500 gram nata yang telah dipotong 5. Penirisan
berbentuk kubus, di blender selama 15 Penirisan dilakukan untuk
menit dengan menambahkan 200 mL mengeringkan larutan CaCl2 agar
aquadest. meresap melalui permukaan buah
6. Pembuatan larutan edible coating pepaya tersebut. Penirisan dilakukan
Setelah menjadi bubur nata de coco, sampai larutan CaCl2 meresap ke buah
maka ditambahkan dengan CMC 30% potong.
dan gliserol 30%. Proses pencampuran 6. Pencelupan Edible
nata dengan CMC dan gliserol yaitu 15 Proses pencelupan edible
menit. merupakan pencelupan buah
7. Degassing menggunakan edible coating berbasis
Larutan nata yang sudah tercampur nata de coco yang dilakukan selama 15
homogen tersebut lalu dilakukan proses detik. Pada proses ini menggunakan
degassing dengan menggunakan vacum sendok untuk mencelupkan buah dan
bell jar untuk menghilangkan terdapat wadah edible coating yang
gelembung-gelembung yang masih digunakan untuk memindahkan buah
terdapat dalam campuran nata tersebut. tersebut dari alat pencelup ke tray
penirisan.
Penentuan Konsentrasi CaCl2 Pada 7. Penirisan
Penelitian Pendahuluan Penirisan dilakukan agar lapisan edible
1. Pencucian coating pada buah tersebut merata dan
Proses pencucian buah bertujuan tidak terlalu tebal. Alat yang digunakan
untuk membersihkan buah pepaya dari pada proses ini adalah tray.
kotoran-kotoran yang mungkin terdapat 8. Analisis
pada buah tersebut. Pada proses ini Analisis yang dilakukan yaitu uji
dilakukan secara manual menggunakan organoleptik dan penentuan kadar
air yang mengalir. vitamin C.
2. Trimming
Proses trimming buah pepaya
bertujuan untuk memisahkan daging
buah pepaya dari kulit dan bijinya. Pada

4
Jurnal Penelitian Tugas Akkhir

Pencelupan Buah Potong dengan 7. Penirisan


Edible Coating (Satu Kali Pencelupan) Penirisan dilakukan agar lapisan
Pada Penelitian Utama edible coating pada buah tersebut
1. Pencucian merata dan tidak terlalu tebal. Penirisan
Proses pencucian buah bertujuan dilakukan sampai coating meresap ke
untuk membersihkan buah pepaya dari buah potong. Alat yang digunakan pada
kotoran-kotoran yang mungkin terdapat proses ini adalah tray.
pada buah tersebut. Pada proses ini 8. Penyimpanan
dilakukan secara manual menggunakan Penyimpanan yang dilakukan yaitu
air yang mengalir. pada suhu 5°C, 10°C, dan suhu ruang.
2. Trimming Wadah penyimpanan buah potong
Proses trimming buah pepaya pepaya ini menggunakan styrofoam dan
bertujuan untuk memisahkan daging ditutup dengan plastik wrap. Alat yang
buah pepaya dari kulit dan bijinya. Pada digunakan yaitu lemari pendingin
proses ini dilakukan menggunakan (kulkas).
pisau. 9. Analisis
3. Pemotongan buah Analisis yang dilakukan yaitu uji
Proses pemotongan buah (2cm x organoleptik, penentuan kadar vitamin c,
2cm x 2cm) bertujuan untuk susut bobot, dan menghitung jumlah
memperoleh potongan buah yang mikroorganisme (metode TPC).
seragam yang akan digunakan untuk Pencelupan Buah Potong dengan
pengaplikasian edible coating pada buah Edible Coating (Dua Kali Pencelupan)
potong pepaya. Pada proses ini Pada Penelitian Utama
menggunakan pisau untuk memotong 1. Pencucian
buah tersebut. Proses pencucian buah bertujuan
4. Perendaman dengan larutan CaCl2 untuk membersihkan buah pepaya dari
Proses perendaman dengan larutan kotoran-kotoran yang mungkin terdapat
CaCl2 merupakan perendaman buah pada buah tersebut. Pada proses ini
potong dengan konsentrasi terpilih yaitu dilakukan secara manual menggunakan
1% yang dilakukan selama 15 menit. air yang mengalir.
Pada proses ini menggunakan sendok 2. Trimming
untuk mencelupkan buah potong Proses trimming buah pepaya
tersebut. bertujuan untuk memisahkan daging
5. Penirisan buah pepaya dari kulit dan bijinya. Pada
Penirisan dilakukan untuk proses ini dilakukan menggunakan
mengeringkan larutan CaCl2 agar pisau.
meresap melalui permukaan buah 3. Pemotongan buah
pepaya tersebut. Penirisan dilakukan Proses pemotongan buah (2cm x 2cm
sampai larutan CaCl2 meresap ke buah x 2cm) bertujuan untuk memperoleh
potong. potongan buah yang seragam yang akan
6. Pencelupan Edible digunakan untuk pengaplikasian edible
Proses pencelupan edible merupakan coating pada buah potong pepaya. Pada
pencelupan buah menggunakan edible proses ini menggunakan pisau untuk
coating berbasis nata de coco yang memotong buah tersebut.
dilakukan selama 15 detik. Pada proses 4. Perendaman dengan larutan CaCl2
ini menggunakan sendok untuk Proses perendaman dengan larutan
mencelupkan buah dan terdapat wadah CaCl2 merupakan perendaman buah
edible coating yang digunakan untuk potong dengan konsentrasi terpilih yaitu
memindahkan buah tersebut dari alat 1% yang dilakukan selama 15 menit.
pencelup ke tray penirisan. Pada proses ini menggunakan sendok

5
Jurnal Penelitian Tugas Akkhir

untuk mencelupkan buah potong digunakan yaitu lemari pendingin


tersebut. (kulkas).
5. Penirisan 11. Analisis
Penirisan dilakukan untuk Analisis yang dilakukan yaitu uji
mengeringkan larutan CaCl2 agar organoleptik, penentuan kadar vitamin c,
meresap melalui permukaan buah susut bobot, dan menghitung jumlah
pepaya tersebut. Penirisan dilakukan mikroorganisme (metode TPC).
sampai larutan CaCl2 meresap ke buah
potong. HASIL DAN PEMBAHASAN
6. Pencelupan Edible (Pencelupan I) Hasil Penelitian Pendahuluan
Proses pencelupan edible merupakan Penelitian pendahuluan
pencelupan buah menggunakan edible bertujuan untuk mendapatkan
coating berbasis nata de coco yang konsentrasi CaCl2 terbaik yaitu pada
dilakukan selama 15 detik. Pada proses konsentrasi 0%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan
ini menggunakan sendok untuk 2% terhadap karakteristik dari buah
mencelupkan buah dan terdapat wadah potong pepaya dan uji vitamin C
edible coating yang digunakan untuk dengan metode titrasi Iodimetri untuk
memindahkan buah tersebut dari alat mengetahui secara kuantitatif seberapa
pencelup ke tray penirisan. banyak perubahan penurunan kadar
7. Penirisan vitamin C dari beberapa pencelupan
Penirisan dilakukan agar lapisan konsentrasi CaCl2 tersebut. Analisis
edible coating pada buah tersebut kadar vitamin C terhadap edible coating
merata dan tidak terlalu tebal. Penirisan dan beberapa pencelupan konsentrasi
dilakukan sampai coating meresap ke CaCl2 dilakukan dengan melakukan
buah potong. Alat yang digunakan pada penyimpanan buah potong pepaya
proses ini adalah tray. selama 6 hari, kemudian dianalisis setiap
8. Pencelupan Edible (Pencelupan II) 2 hari sekali lalu dilihat perubahan
Proses pencelupan edible merupakan penurunan kadar vitamin C yang paling
pencelupan buah menggunakan edible rendah kadarnya dari hari ke 0, 2, 4, dan
coating berbasis nata de coco yang 6 kemudian dipilih kadar vitamin C
dilakukan selama 15 detik. Pada proses yang penurunan kadarnya tidak
ini menggunakan sendok untuk mengalami penurunan terbesar.
mencelupkan buah dan terdapat wadah 1. Uji Vitamin C
edible coating yang digunakan untuk Berdasarkan pengujian kadar
memindahkan buah tersebut dari alat vitamin C buah potong pepaya yang
pencelup ke tray penirisan. dilapisi dengan edible coating pada
9. Penirisan penelitian pendahuluan diperoleh bahwa
Penirisan dilakukan agar lapisan perubahan penurunan kadar vitamin C
edible coating pada buah tersebut yang paling rendah kadarnya dari hari ke
merata dan tidak terlalu tebal. Penirisan 0, 2, 4, dan 6 yaitu terletak pada
dilakukan sampai coating meresap ke konsentrasi CaCl2 1%. Hal ini
buah potong. Alat yang digunakan pada ditunjukkan dengan penurunan kadar
proses ini adalah tray. vitamin C yang tidak besar pada
10. Penyimpanan perlakuan konsentrasi CaCl2 1%.
Penyimpanan yang dilakukan yaitu
pada suhu 5°C, 10°C, dan suhu ruang.
Wadah penyimpanan buah potong
pepaya ini menggunakan styrofoam dan
ditutup dengan plastik wrap. Alat yang

6
Jurnal Penelitian Tugas Akkhir

400 2. Uji Organoleptik


Berdasarkan pengujian organoleptik
350
buah potong pepaya yang dilapisi edible
300 coating pada penelitian pendahuluan
kADAR VITAMIN C (mg/100g)

Kontrol diperoleh bahwa panelis memberikan


250 CaCl2 0%
penilaian yang tinggi pada konsentrasi
CaCl2 0,5%
200 CaCl2 1%. Hal ini ditunjukkan dengan
CaCl2 1%
perolehan konsentrasi CaCl2 1% lebih
150 CaCl2 1,5%
CaCl2 2%
disukai panelis daripada konsentrasi
100 lainnya yang dilihat dari kualitas mutu
50
yaitu after taste dan tekstur.
Tabel 1. Hasil Uji Organoleptik
0
LAMA PENYIMPANAN (hari)
Terhadap Atribut After Taste dan
0 2 4 6
Tekstur
Gambar 5. Grafik Nilai Rata- Nilai Rata-rata
rata Vitamin C Selama 6 Hari Konsentrasi After Tesktur
Penyimpanan Pada Tiap CaCl2 Taste
Perlakuan (Pahit)
0% 3,35 a 2,70 a
Pada gambar 5 dapat dilihat Kontrol 3,35 a 2,95 a
bahwa untuk seluruh perlakuan nilai
0,5% 3,55 a 3,10 a
vitamin C menurun dari hari ke-2
hingga hari ke-6 yang ditunjukkan dari 1,5% 3,80 a 3,80 b
nilai vitamin C ke enam perlakuan pada 2% 4,00 b 4,00 c
hari ke-2 dengan kisaran antara 1% 4,70 c 4,35 c
220,162mg dan 255,388mg hingga hari Keterangan : Nilai rata-rata yang
ke-6 yang turun sampai kisaran antara ditandai dengan huruf berbeda
79,258mg dan 220,162mg. Hal ini menunjukkan perbedaan nyata pada Uji
menunjukkan bahwa semakin lama Lanjut Duncan 5%.
penyimpanan vitamin C yang dihasilkan Berdasarkan tabel uji lanjut
semakin kecil. Duncan atribut after taste dan tekstur,
Nilai vitamin C tertinggi pada diketahui bahwa nilai rata-rata
hari ke-6 terjadi pada perlakuan konsentrasi CaCl2 tertinggi yaitu pada
pencelupan konsentrasi CaCl2 1% yaitu konsentrasi CaCl21%, maka diambil
sebesar 220,162mg. konsentrasi tertinggi(terpilih) untuk
Nilai vitamin C terendah pada penelitian utama.
hari penyimpanan pada hari ke-6 terjadi Aftertaste merupakan sifat yang
pada kontrol. Vitamin C merupakan tidak diinginkan maupun diinginkan
vitamin yang mudah rusak, mudah larut dalam bahan maupun produk tergantung
, dan mudah teroksidasi. Tidak adanya pada kebutuhan karena dapat
edible coating pada kontrol yang mempengaruhi cita rasa dari bahan atau
berfungsi sebagai barrier terhadap produk tersebut. Pada produk edible
oksigen yang masuk ke dalam buah coating buah potong pepaya berbasis
pepaya menyebabkan rusaknya nata de coco, atribut after taste yang
kandungan vitamin C di dalam pepaya diinginkan yaitu rasa yang tidak pahit.
karena proses oksidasi. Selain itu, tidak Menurut Susetyo (1994) batas maksimal
adanya barrier terhadap proses konsentrasi larutan CaCl2 adalah 2%,
transipirasi sehingga penguapan air karena apabila lebih dari konsentrasi
tinggi dan menyebabkan berkurangnya tersebut memberikan after taste pahit
kandungan vitamin C. pada irisan buah pepaya.

7
Jurnal Penelitian Tugas Akkhir

Tekstur kekerasan buah Tabel 2. Pengaruh Jumlah Pelapisan (A)


cenderung menurun seiring dengan Terhadap Kadar Vitamin C Edible
bertambahnya hari penyimpanan, namun Coating Buah Pepaya
semakin tinggi kosentrasi CaCl2 yang Perlakuan Vitamin
diberikan semakin tinggi tingkat C(mg/100g)
kekerasannya. Hasil analisis a1 (Single 133,66 a
kekekerasan tekstur buah potong pepaya coating)
dengan edible coating dengan kosentrasi a2 (Double 165,95 b
pemberian CaCl2 1% menunjukkan coating)
hasil tekstur kekerasan yang paling Keterangan: Nilai rata-rata yang ditandai
tinggi, sedangkan perlakuan kontrol dengan huruf yang sama menunjukkan
menunjukkan tingkat kekerasan paling tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji
rendah dibandingkan dengan perlakuan Duncan.
yang lain.
Adanya peningkatan tekstur Tabel 3. Pengaruh Suhu Penyimpanan
dari semakin tinggi konsentrasi larutan (B) Terhadap Kadar Vitamin C Edible
CaCl2 menyebabkan semakin banyak Coating Buah Pepaya
membentuk ikatan antara Ca dengan Perlakuan Vitamin C
dinding sel yang mengandung pektin (mg/100g)
sehingga mampu meningkatkan tingkat b3 (Suhu ruang) 123,29 a
kekerasan jaringan yang terkandung b1 (5°C) 158,51 b
dalam buah (Faiqoh, 2014). b2 (10°C) 167,61 c
Keterangan: Nilai rata-rata yang ditandai
Hasil Penelitian Utama dengan huruf yang sama menunjukkan
Penelitiaan utama merupakan tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji
penelitian lanjutan dari penelitian Duncan.
pendahuluan. Pada penelitian utama Berdasarkan Tabel 2, nilai rata-
dilakukan pengamatan mengenai rata perlakuan jumlah pelapisan
pengaruh perlakuan jumlah pelapisan menunjukkan berbeda nyata pada taraf
dan suhu penyimpanan buah potong 5%, sedangkan berdasarkan Tabel 3
pepaya yang dilakukan penyimpanan nilai rata-rata perlakuan suhu
selama 6 hari kemudian dilakukan penyimpanan menunjukkan bahwa suhu
analisis yaitu perhitungan kadar vitamin penyimpanan di suhu 5°C (b1) berbeda
C, susut bobot, jumlah mikroba total nyata dengan penyimpanan di suhu
(TPC), dan pengujian terhadap warna, 10°C (b2) dan penyimpanan di suhu
aroma, rasa, dan tekstur. ruang (b3).
1. Analisis Kimia Pada sampel double coating dan
1.1. Analisis Kadar Vitmin C disimpan di suhu 10°C memiliki
Berdasarkan hasil perhitungan penurunan vitamin C yang paling lambat
anava hari ke-6, menunjukkan bahwa dibandingkan yang lainnya. Dapat
jumlah pelapisan (A) dan suhu disimpulkan bahwa pelapisan double
penyimpanan (B) berpengaruh nyata coating efektif untuk menghambat
terhadap kadar vitamin C, sehingga penurunan vitamin C dan melindungi
dilakukan uji lanjut Duncan. Untuk hasil buah pepaya dari cahaya dan oksigen
uji lanjut Duncan dapat dilihat pada yang dapat menyebabkan rusaknya
Tabel 2 dan Tabel 3. vitamin C. Hal ini sesuai dengan
Krochta (1994), pelapis edible
mempunyai karakteristik yang berfungsi
sebagai penghalang (barrier) terhadap

8
Jurnal Penelitian Tugas Akkhir

perpindahan massa seperti kelembaban, tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji
oksigen, cahaya, lipid, atau zat terlarut. Duncan.
Tabel 4. Hasil Perlakuan Kontrol Berdasarkan Tabel 5, nilai rata-
Terhadap Kadar Vitamin C Edible rata perlakuan jumlah pelapisan
Coating Buah Pepaya menunjukkan berbeda nyata pada taraf
Sampel Kadar Vitamin C 5%, sedangkan berdasarkan Tabel 6,
(mg/100g) nilai rata-rata perlakuan suhu
Kontrol 83,74 penyimpanan menunjukkan bahwa suhu
penyimpanan di suhu 10°C (b2) tidak
berbeda nyata dengan penyimpanan di
Berdasarkan Tabel 4, diketahui
suhu 5°C (b1) tetapi berbeda nyata
bahwa perlakuan kontrol memiliki
dengan penyimpanan di suhu ruang (b3).
penurunan yang besar dibandingkan
Dari hasil pengamatan yang
dengan perlakuan lainnya. Hal ini
didapat bahwa sampel a1b3 perlakuan
disebabkan karena kontrol tidak dilapisi
single coating yang disimpan di suhu
oleh edible coating yang akan
ruang mengalami pertumbuhan mikroba
menghambat penurunan mutu atau
yang sangat drastis dibanding dengan
penurunan kadar vitamin C.
perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan
2. Analisis Mikrobiologi karena perlakuan single coating kurang
2.1. Jumlah Mikroba Total
efektif untuk menghambat pertumbuhan
Berdasarkan hasil perhitungan
mikroba dibanding dengan perlakuan
anava hari ke-6, menunjukkan bahwa
double coating.
jumlah pelapisan (A) dan suhu
Dari hasil pengamatan yang
penyimpanan (B) berpengaruh nyata
terhadap jumlah mikroba total, sehingga dilakukan bahwa sampel a2b2
dilakukan uji lanjut Duncan. Untuk hasil perlakuan double coating yang
uji lanjut Duncan dapat dilihat pada disimpan di suhu 10°C mengalami
Tabel 5 dan Tabel 6. pertumbuhan mikroba yang lambat
dibanding dengan perlakuan lainnya.
Tabel 5. Pengaruh Jumlah Pelapisan (A) Hal ini disebabkan karena adanya
Terhadap Jumlah Mikroba Total Edible perlakuan double coating yang dapat
Coating Buah Pepaya
menahan mikroba masuk kedalam
Perlakuan Total Mikroba
buah tersebut.
a2 (Double 1,047433×106 a
coating) Tabel 7. Hasil Perlakuan Kontrol
a1 (Single 2,069307×106 b Terhadap Jumlah Mikroba Total Edible
coating) Coating Buah Pepaya
Keterangan: Nilai rata-rata yang ditandai Sampel CFU/mL
dengan huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji Kontrol 2,525000×106
Duncan.
Berdasarkan Tabel 7, diketahui
Tabel 6. Pengaruh Suhu Penyimpanan bahwa perlakuan kontrol memiliki
(B) Terhadap Jumlah Mikroba Total pertumbuhan jumlah mikroba yang
Edible Coating Buah Pepaya besar dibandingkan dengan perlakuan
Perlakuan Total Mikroba lainnya. Hal ini disebabkan karena
b2 (10°C) 279,520×103 a kontrol tidak dilapisi oleh edible coating
b1 (5°C) 444,590×103 a yang akan menghambat penurunan mutu
b3 (Suhu ruang) 3,951000×106 b atau bertambahnya jumlah mikroba
Keterangan: Nilai rata-rata yang ditandai yang sangat besar.
dengan huruf yang sama menunjukkan

9
Jurnal Penelitian Tugas Akkhir

3. Analisis Fisik perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan


3.1. Susut Bobot karena perlakuan single coating kurang
Berdasarkan hasil perhitungan efektif untuk mempertahankan bobot
anava hari ke-6, menunjukkan bahwa buah dibanding dengan perlakuan
jumlah pelapisan (A) dan suhu double coating.
penyimpanan (B) berpengaruh nyata Dari hasil pengamatan yang
terhadap susut bobot, sehingga dilakukan dilakukan bahwa sampel a2b2 perlakuan
uji lanjut Duncan. Untuk hasil uji lanjut double coating yang disimpan di suhu
Duncan dapat dilihat pada Tabel 8 dan 10°C mengalami penurunan susut bobot
Tabel 9. yang lambat dibanding dengan
perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan
Tabel 8. Pengaruh Jumlah Pelapisan (A) karena perlakuan double coating sangat
Terhadap Susut Bobot Edible Coating mampu mempertahankan bobot buah
Buah Pepaya agar tetap segar dan tidak mengalami
Perlakuan Susut Bobot penurunan bobot buah yang drastis.
(%)
a2 (Double coating) 28,29 a Tabel 10. Hasil Perlakuan Kontrol
a1 (Single coating) 32,45 b Terhadap Susut Bobot Edible Coating
Keterangan: Nilai rata-rata yang ditandai Buah Pepaya
dengan huruf yang sama menunjukkan Sampel Susut Bobot (%)
tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji Kontrol 38,95
Duncan.
Berdasarkan Tabel 10, diketahui
Tabel 9. Pengaruh Suhu Penyimpanan bahwa perlakuan kontrol memiliki
(B) Terhadap Susut Bobot Edible penurunan susut bobot yang besar
Coating Buah Pepaya dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Perlakuan Susut Bobot Hal ini disebabkan karena kontrol tidak
(%) dilapisi oleh edible coating yang akan
b2 (10°C) 14,94 a menghambat penurunan mutu atau
b1 (5°C) 26,21 b bertambahnya jumlah penurunan susut
b3 (Suhu ruang) 49,96 c bobot yang sangat besar.
Keterangan: Nilai rata-rata yang ditandai
dengan huruf yang sama menunjukkan 4. Uji Organoleptik
tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji 4.1. Warna
Duncan. Berdasarkan hasil perhitungan
Berdasarkan Tabel 8, nilai rata- anava hari ke-6, menunjukkan bahwa
rata perlakuan jumlah pelapisan jumlah pelapisan (A) dan suhu
menunjukkan berbeda nyata pada taraf penyimpanan (B) berpengaruh nyata
5%, sedangkan berdasarkan Tabel 9, terhadap warna, sehingga dilakukan uji
nilai rata-rata perlakuan suhu lanjut Duncan. Untuk hasil uji lanjut
penyimpanan menunjukkan bahwa suhu Duncan dapat dilihat pada Tabel 11 dan
penyimpanan di suhu 5°C (b1) berbeda Tabel 12.
nyata dengan penyimpanan di suhu Tabel 12. Pengaruh Jumlah Pelapisan
10°C (b2) dan penyimpanan di suhu (A) Terhadap Warna Edible Coating
ruang (b3). Buah Pepaya
Dari hasil pengamatan yang Perlakuan Rata-Rata Warna
didapat bahwa sampel a1b3 perlakuan a1 (Single coating) 3,41 a
single coating yang disimpan di suhu a2 (Double coating) 3,66 b
ruang mengalami penurunan susut bobot Keterangan: Nilai rata-rata yang ditandai
yang sangat drastis dibanding dengan dengan huruf yang sama menunjukkan

10
Jurnal Penelitian Tugas Akkhir

tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji Tabel 13. Hasil Organoleptik Terhadap
Duncan. Warna Edible Coating Buah Pepaya
Perlakuan Rata-Rata
Tabel 12. Pengaruh Suhu Penyimpanan Warna
(B) Terhadap Warna Edible Coating Kontrol 1,22
Buah Pepaya
Perlakuan Rata-Rata Warna Berdasarkan Tabel 13, diketahui
b3 (Suhu ruang) 1,00 a bahwa hasil uji organoleptik terhadap
b1 (5°C) 4,77 b warna diperoleh nilai rata-rata terendah
b2 (10°C) 4,83 c dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Keterangan: Nilai rata-rata yang ditandai Hal ini disebabkan karena sampel
dengan huruf yang sama menunjukkan kontrol tidak diberi perlakuan edible
tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji coating sehingga warna buah pepaya
Duncan. pun sudah tidak menarik dan panelis
Berdasarkan Tabel 11, nilai sangat tidak menyukai warna buah.
rata-rata perlakuan jumlah pelapisan 4.2. Aroma
menunjukkan berbeda nyata pada taraf Berdasarkan hasil perhitungan
5%, sedangkan berdasarkan Tabel 12, anava hari ke-6 , menunjukkan bahwa
nilai rata-rata perlakuan suhu suhu penyimpanan (B) berpengaruh
penyimpanan menunjukkan bahwa suhu nyata terhadap aroma, sehingga
penyimpanan di suhu 5°C (b1) berbeda dilakukan uji lanjut Duncan. Untuk hasil
nyata dengan penyimpanan di suhu uji lanjut Duncan dapat dilihat pada
10°C (b2) dan penyimpanan di suhu Tabel 14.
ruang (b3). Sehingga diketahui bahwa
metode jumlah pelapisan yang paling di Tabel 14. Pengaruh Suhu Penyimpanan
sukai oleh panelis adalah metode jumlah (B) Terhadap Aroma Edible Coating
pelapisan dengan double coating (a2). Buah Pepaya
Metode suhu penyimpanan yang paling Perlakuan Hasil Rata-Rata
disukai panelis adalah dengan b3 (Suhu ruang) 1,00 a
penyimpanan 10°C (b2), sehingga b2 4,38 b
diperoleh kombinasi a2b2 untuk (10°C)
perlakuan yang disukai oleh panelis. b1 (5°C) 4,39 b
Pada dasarnya proses Keterangan: Nilai rata-rata yang ditandai
pemasakan buah akan mempengaruhi dengan huruf yang sama menunjukkan
warna pada buah tersebut. Hal ini sesuai tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji
dengan pernyataan Kartasapoetra Duncan.
(1994), yang menyatakan bahwa proses Berdasarkan Tabel 14, nilai
menjadi masaknya buah (hasil tanaman) rata-rata perlakuan suhu penyimpanan
dapat diberi batasan sebagai perubahan menunjukkan berbeda nyata pada taraf
secara berturut-turut daripada warna, 5%, yaitu suhu penyimpanan di suhu
aroma, dan teksturnya yang menuju ke 10°C (b2) tidak berbeda nyata dengan
arah kondisi buah (hasil tanaman) yang penyimpanan di suhu 5°C (b1) tetapi
langsung dapat dimakan/digunakan. berbeda nyata dengan penyimpanan di
Pada penyimpanan hari ke 6 suhu ruang (b3).
pada sampel kontrol, warna buah pepaya Pada penyimpanan hari ke 6
sudah sangat tidak menarik. Untuk hasil pada sampel kontrol, aroma buah pepaya
organoleptik dapat dilihat pada Tabel sudah tidak tercium khas aorma buah
13. papaya karena paling banyak ditumbuhi
oleh jamur dibagian permukaan buah.

11
Jurnal Penelitian Tugas Akkhir

Untuk hasil organoleptik dapat dilihat Berdasarkan Tabel 16, nilai


pada Tabel 15. rata-rata perlakuan jumlah pelapisan
Tabel 15. Hasil Organoleptik Terhadap menunjukkan berbeda nyata pada taraf
Aroma Edible Coating Buah Pepaya 5%, sedangkan berdasarkan Tabel 17,
Perlakuan Hasil Rata-Rata nilai rata-rata perlakuan suhu
Kontrol 1,22 penyimpanan menunjukkan bahwa suhu
penyimpanan di suhu 5°C (b1) berbeda
Berdasarkan Tabel 15, diketahui nyata dengan penyimpanan di suhu
bahwa hasil uji organoleptik terhadap 10°C (b2) dan penyimpanan di suhu
aroma diperoleh nilai rata-rata terendah ruang (b3). Sehingga diketahui bahwa
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. metode jumlah pelapisan yang paling di
Hal ini disebabkan karena sampel sukai oleh panelis adalah metode jumlah
kontrol tidak diberi perlakuan edible pelapisan dengan double coating (a2).
coating sehingga aroma buah pepaya Metode suhu penyimpanan yang paling
pun sudah tidak khas pepaya dan panelis disukai panelis adalah dengan
sangat tidak menyukai aroma buah. penyimpanan 10°C (b2), sehingga
diperoleh kombinasi a2b2 untuk
4.3. Tekstur perlakuan yang disukai oleh panelis.
Berdasarkan hasil perhitungan Pada penyimpanan hari ke 6
anava hari ke-6, menunjukkan bahwa pada sampel kontrol, tekstur buah
jumlah pelapisan (A) dan suhu pepaya sudah tidak layak untuk
penyimpanan (B) berpengaruh nyata dikonsumsi karena paling banyak
terhadap tekstur, sehingga dilakukan uji ditumbuhi oleh jamur dibagian
lanjut Duncan. Untuk hasil uji lanjut permukaan buah.
Duncan dapat dilihat pada Tabel 16 dan
Tabel 17. Tabel 18. Hasil Organoleptik Terhadap
Tekstur Edible Coating Buah Pepaya
Tabel 16. Pengaruh Jumlah Pelapisan
Perlakuan Hasil Rata-Rata
(A) Terhadap Tekstur Edible Coating
Kontrol 1,22
Buah Pepaya
Berdasarkan Tabel 18, diketahui
Perlakuan Hasil Rata-
bahwa hasil uji organoleptik terhadap
Rata
tekstur diperoleh nilai rata-rata terendah
a1 (Single coating) 3,22 a
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
a2 (Double coating) 3,39 b Hal ini disebabkan karena sampel
Keterangan: Nilai rata-rata yang ditandai kontrol tidak diberi perlakuan edible
dengan huruf yang sama menunjukkan coating sehingga tekstur buah pepaya
tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji pun sudah tidak layak untuk dikonsumsi
Duncan. dan panelis sangat tidak menyukai
Tabel 17. Pengaruh Suhu Penyimpanan tekstur buah.
(B) Terhadap Tekstur Edible Coating Buah akan menjadi lunak
Buah Pepaya seiring dengan meningkatnya jumlah
kandungan zat pektin dan pektat yang
Perlakuan Hasil Rata-Rata
larut air dan menurunnya keseluruhan
b3 (Suhu ruang) 1,01 a
zat pektin. Keadaan ini terjadi karena
b1 (5°C) 4,41 b
selama proses pematangan buah, zat
b2 (10°C) 4,50 c pektin akan terhidrolisis menjadi
Keterangan: Nilai rata-rata yang ditandai komponen-komponen yang larut air,
dengan huruf yang sama menunjukkan sehingga menurunkan kadar total zat
tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji pektin dan meningkatkan jumlah
Duncan. komponen yang larut air. Umumnya

12
Jurnal Penelitian Tugas Akkhir

perubahan pektin yang tidak larut KESIMPULAN DAN SARAN


(protopektin) menjadi pektin yang larut
(asam pektat) adalah 85% menjadi 45% Kesimpulan
(Muchtadi, 1992). 1. Hasil penelitian pendahuluan
terhadap uji organoleptik dan kadar
4.4. Rasa
vitamin C, didapat bahwa konsentrasi
Berdasarkan hasil perhitungan
CaCl2 terbaik adalah 1%.
anava hari ke-6 , menunjukkan bahwa
2. Faktor jumlah pelapisan berpengaruh
suhu penyimpanan (B) berpengaruh
terhadap karakteristik buah potong
nyata terhadap aroma, sehingga
pepaya pada respon kadar vitamin C,
dilakukan uji lanjut Duncan. Untuk hasil
jumlah mikroba total, susut bobot,
uji lanjut Duncan dapat dilihat pada
warna, dan tekstur.
Tabel 19.
3. Faktor suhu penyimpanan
Tabel 19. Pengaruh Suhu Penyimpanan berpengaruh terhadap karakteristik
(B) Terhadap Rasa Edible Coating Buah buah potong pepaya pada respon
Pepaya kadar vitamin C, jumlah mikroba
Perlakuan Hasil Rata-Rata total, susut bobot, warna, aroma,
b3 (Suhu ruang) 1,00 a tekstur, dan rasa.
b2 (10°C) 4,65 b 4. Interaksi antara faktor jumlah
b1 (5°C) 4,68 b pelapisan dan suhu penyimpanan
tidak berpengaruh terhadap
Keterangan: Nilai rata-rata yang ditandai
karakteristik buah potong pepaya
dengan huruf yang sama menunjukkan
pada respon kadar vitamin C, jumlah
tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji
mikroba total, susut bobot, warna,
Duncan.
aroma, tekstur, dan rasa.
Berdasarkan Tabel 19, nilai
5. Sampel a2b2 perlakuan double
rata-rata perlakuan suhu penyimpanan
coating dan disimpan di suhu 10°C
menunjukkan berbeda nyata pada taraf
memiliki penurunan vitamin C yang
5%, yaitu suhu penyimpanan di suhu
lebih sedikit dibandingkan yang
10°C (b2) tidak berbeda nyata dengan
lainnya, mengalami penurunan susut
penyimpanan di suhu 5°C (b1) tetapi
bobot yang lebih sedikit
berbeda nyata dengan penyimpanan di
dibandingkan yang lainnya, dan
suhu ruang (b3).
mengalami pertumbuhan mikroba
Pada penyimpanan hari ke 6
yang lebih lama dibanding dengan
pada sampel kontrol, rasa buah pepaya
perlakuan lainnya.
tidak lagi dikonsumsi oleh panelis maka
dari itu atribut rasa ini paling tidak Saran
disukai oleh panelis. 1. Perlu adanya variasi aplikasi pada
Tabel 20. Hasil Organoleptik Terhadap komoditi buah lainnya selain pepaya
Rasa Edible Coating Buah Pepaya sehingga edible coating ini benar-
Perlakuan Hasil Rata-Rata benar teruji.
Kontrol 1,22 2. Perlu adanya metode yang digunakan
Berdasarkan Tabel 20, diketahui untuk mengetahui penurunan mutu
bahwa hasil uji organoleptik terhadap dari buah potong dari buah pepaya
rasa diperoleh nilai rata-rata terendah maupun dari berbagai komoditi buah
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. lainnya.
Hal ini disebabkan karena sampel DAFTAR PUSTAKA
kontrol tidak diberi perlakuan edible
coating sehingga rasa buah pepaya pun Alsuhendra., Ridawati., dan Agus I.S.
sudah sangat tidak layak untuk 2011. Penggunaan Edible
dikonsumsi. Coating Terhadap Susut

13
Jurnal Penelitian Tugas Akkhir

Bobot, pH, dan Karakteristik Susetyo, D. 1994. Studi Tekstur Buah


Organoleptik Buah Potong Carica (Carica
Pada Penyajian Hidangan candamarcensis) dengan
Dessert. Skripsi. Fakultas Penambahan Larutan CaCl2.
Teknik Negeri Universitas Skripsi Fakultas Teknologi
Jakarta. Pertanian. Universitas Gadjah
Anonim. 2011. Kalsium Klorida. Mada Yogyakarta.
http://blogkimia.wordpress.com/ Syarief, R., dan Hariyadi, H. 1992.
kalsium-klorida Diakses : 28 Teknologi Penyimpanan
Maret 2016. Pangan. Penerbit ARCAN.
AOAC. 1995. Official Methode of Jakarta.
Analysis of The Association of
Official Agriculture Chemistry.
Washington DC.
Faiqoh, Elmaulida Nur. 2014. Pengaruh
Konsentrasi dan Lama
Perendaman Dalam CaCl2
(Kalsium Klorida) Terhadap
Kualitas Dan Kuantitas Buah
Naga Super Merah
(Hylocereus costaricensis).
Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.
Malang.
Fatah, M.A dan Y. Bachtiar. 2004.
Membuat Aneka Manisan
Buah. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Indrarti, L. 2006. Program Kompetitif
Sub Program Produk
Komoditi dan Teknologi
Pemanfaatan Bioselulosa
Sebagai Edible Film. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Bandung.
Indriyati, R. Yudianti, M.Karina. 2012.
Procedia Chemistry. 73-79.
Kartasapoetrz. 1994. Teknologi
Penanganan Pasca Panen.
Cetakan ke-2. Rineka Cipta,
Jakarta.
Krochta,J.M., Baldwin,E.A. dan
M.O.Nisperos-Carriedo. 1994.
Edible coatings and film to
improve food quality. Echnomic
Publ.Co., Inc., USA.
Muchtadi, Tien R. 1992. Pengetahuan
Bahan Pangan. Penerbit IPB
Press. Bogor.

14

Вам также может понравиться