Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
( Berguru Pada Pengalaman Akan Allah Dalam Diri Santo Yohanes Dari Salib )
I. Prolog
Terbakar cinta yang membara, itulah kunci untuk mengerti seluruh perjalanan
hidup Santo Yohanes Salib. Ungkapan - ungkapan mistiknya melukiskan keindahan
pertemuan manusia dengan Allah, sehingga mudah sekali menawan hati orang yang
sangat tersentuh oleh kasih Allah.
Tak terasa sudah enam bulan berlalu sejak pengikraran kaulku pada tanggal 15
agustus yang lalu. Enam bulan berlalu dengan sapaan kasih Allah yang lembut
menerpa dalam jalan panggilan ini. Akan tetapi, bagaimana pun juga saya adalah
makhluk “ bejana tanah liat “ yang mudah rapuh dan retak. Oleh sebab itu,
kesempatan disermen kali ini, saya coba merenungkan perjalanan panggilan saya
selama enam bulan ini. Saya coba merenungkan hal – hal apa saja yang sudah saya
buat untuk menghidupi panggilan saya dan hal – hal mana saja yang belum saya
lakukan. Selanjutnya akan dibuat suatu penilaian dan keputusan terhadap diri dan
panggilan saya.
A. Kehidupan Rohani
Sebagai seorang biarawan sekaligus misionaris tentunya tidak terlepas dari hidup
rohani. Kehidupan rohani merupakan hakikat dasar hidup membiara. Hal ini jugalah
yang saya sadari. Hidup rohani yang baik dapat membantu saya dalam menjalankan
misi saya. Saya harus berakar dalam hidup rohani agar dapat menjalankan hidup
misioner saya secara baik pula.
Berkaitan dengan itu, hal yang telah saya buat yakni selalu menyediakan waktu
khusus untuk hidup rohani, selain waktu – waktu yang sudah ditetapkan dalam aturn
umum komunitas. Seperti misal : mengikuti perayaan ekaristi setiap hari,
menyempatkan diri untuk mengikuti ibadat harian dan doa – doa pribadi, ketekunan
dalam melakukan meditasi dan kesetiaan mengikuti sharing Kitab suci bersama.
Ada beberapa kemajuan yang saya rasakan dalam kehidupan rohaniku selama
enam bulan ini. Saya merasa ada kemajuan dalam doa pribadi. Bahkan boleh
dibilang, sangat berakar dalam hal ini. Hampir setiap pagi dan malam menjelang
tidur, saya selalu menyempatkan diri untuk melakukan doa pribadi. Tidak hanya itu,
ketika memulai suatu kegiatan atau dalam pelbagai kesempatan, saya pun sejenak
menyempatkan diri untuk berbicara dan memohon bimbingan Tuhan dalam doa
pribadi. Saya juga mengalami kemajuan dalam hal meditasi dan sharing Kitab Suci.
Dua hal ini saya rasakan sangat membantu saya dalam menimba beberapa kebajikan
yang saya dapat dalam Kitab Suci dan dari sharing – saharing pengalaman iman
konfrater. Kebajikan – kebajikan hidup yang saya dapat itu sungguh amat membantu
saya dalam menjalani hidup dan panggilan saya ataupun ketika saya merasa desolusi
yang dapat mengnacam hidup dan panggilan saya.
Meskipun ada kemajuaan, tetapi saya juga megalami beberapa kemunduran dalam
penghayatan hidup rohani saya. Seringkali saya terlambat dalam mengikuti ibadat
bersama dan perayaan ekaristi. Juga seringkali, “ kesenangan” mete membuat tubuh
ini seringkali merasa sangat capek dan itu membuat saya harus meninggalkan sejenak
ibadat bersama bahkan sering sampai meninggalkan perayaan ekaristi bersama.
Kemunduran ini membuat saya cemas dan dalam tataran yang parah membuat saya
takut dalam hidup dan panggilan ini. Sering saya menjadi begitu takut akan kegagalan
dalam usaha mencapai keberakaran dalam hidup rohani. Akan tetapi ketakutan –
ketakutan itu sedikitnya terhapus ketika saya berani membicarakannya dengan
pembimbing rohani dan prefek dalam ratio pribadi. Bahkan beberapa ketakutan itu,
pada akhirnya menjadi satu kekuatan untuk segera bangkit dan memperbaharui diri.
D. Kehidupan Komunitas
Dalam penghayatan hidup Komunitas, ada beberapa kemajuan yang saya temukan
dalam enam bulan ini. Beberapa kemajuan itu antara lain : sopan santun dalam
pergaulan dan semakin berminat dalam pekerjaan tangan. Saya sungguh menyadari
bahwa komunitas ini adalah rumah saya, tempat saya hidup dan tempat perlindungan,
di dalamnya saya temui anggota – anggota rumah yang hebat dan yang bisa
membantu perkembangan diri dan panggilan sya.
Komunitas sebagi rumah sendiri, berarti saya juga dituntut untuk memberidiri
demi kemajuan dan perkembangan rumah ke arah yang baik. Syukur, bahwa selama
ini saya bisa menjalankan tugas saya sebagai anggota rumah yang baik. Dengan jiwa
seni yang saya miliki, ada banyak hal yang sudah saya buat demi memperindah
rumah ini. saya sadar bahwa, untuk mencapai kehidupan komunitas yang baik dan
penuh persaudaraan adalah dimulai dari diri saya sendiri. Inisiatif untuk menciptakan
keharmonisan dalam rumah harus dimulai dari saya sendiri sebagai pribadi yangjuga
mendiami rumah ini.
E. Kehidupan Akademis
Saya sangat mensyukuri anugerah Tuhan kepada saya dalam hal akademis. Sejauh
ini, saya belum temukan kendala yang berat dalam kehidupan akademis saya. Dari
semester ke semester, hasil akademis saya sungguh membahagiakan hati. Hal ini
semata – mata oleh anugerah pengetahuan yang Tuhan beri dan juga kesetiaan
memanfaatkan waktu belajar.
Saya tahu bahwa saya punya kemamuan akademis yang dapat bersaing. Akan
tetapi, saya juga sadar bahwa kemampuan saya ini belum apa – apanya. Oleh sebab
itu, keterbukaan kepada pengetahuan – pengeatahuan baru dan tebuka untuk bertanya
dan belajar dari sesama yang mempunyai kemampuan lebih baik terus saya jalankan
dan tingkatkan dari hari ke harinya. Sekiranya dengan itu, kekayaan pengetahuan
yang saya dapat bisa membantu dalam menjalankan tugas pastoral misioner yang
diembankan serikat kepada saya.
G. Kesehatan Fisik
Untuk bisa menjalankan misi dengan baik, saya dituntut mempunyai kesehatan
fisik yang mumpuni. Tetapi, yang saya alami dan rasakan sejauh ini, kesehatan saya
bisa dibilang “ adem ayem. “ Kesehatan fisik saya belum mencapai taraf yang
mumpuni tersebut. Hal ini dikarenakan oleh gaya hidup saya yang tidak sehat.
Keseringan lembur untuk mengerjakan beberapa tugas dan tanggung jawab yang
diembankan membuat saya sering tidak menghargai anjuran dokter dan beberapa
teman tentang kesehatan fisik saya. Bukan karena saya “ gila kerja”, tetapi karena hal
tersebut sudah menjadi kebiasaan yang agak sulit diubah.
Kesehatan yang kurang mumpuni ini menimbulkan ketakutan tersendiri : jangan –
jangan saya tidak mampu menjalankan misi saya. Akan tetapi ketakutan itu berubah
menjadi kekuatan dalam Allah. Perlahan – lahan saya mengikuti beberapa anjuran
baik dari prefek maupun beberapa penyembuh yang sudah saya temui. Sejauh ini,
syukur kepada Allah, ternyata saya bisa menjalaninya meski belum secara sempurna
tetapi ada kemajuan.
Pilihan hidup selibat selalu “ ditantang “ setiap hari. Dalamnya, orang akan berada
pada situasi tapal batas untuk tetap tinggal atau keluar dari hidup membiara. Dalam
dunia yang sekular dewasa ini, tantangan itu bisa menjadi sesuatu yang sulit
dielakkan. Itulah sebabnya sto. Paulus menasihati : “ Berjaga – jagalah! Berdirilah
dengan teguh dalam iman !Dan tetap kuat ! “ ( 1 Kor 16 : 13 ), tentunya lewat hidup
doa yang baik dan disiplin. Dalam hidup rohani yang baik itu, keyakinan akan
panggilan dan keyakinan bahwa telah memilih bagian yang terbaik dalam panggilan,
semakin diperdalam dan mengakar.
Saya teringat nasehat yang diberikan oleh Prefek dalam kesempatan ratiopribadi.
Nasihat itu demikian : “ Menjadi Misionaris itu tidak mudah. Oleh sebab itu, kita
harus berakar dalam hidup rohani yang baik.” Hidup Rohani yang baik dapat
membantu tugas dan pelayanan saya sebagai misionaris. Salah satu cara untuk
mencapai keberakaran dalam hidup rohani yaitu : devosi kepada Ekaristi untuk
memohon agar piala hidup ini terus menerus diisi dengan cinta-Nya sampai meluap.
Selain itu, terus meningkatkan doa pribadi dan doa harian bersama.
Keputusan untuk memilih cara hidup membiara tentu tidak lahir dari sebuah
mimpi. Namun, pada umumnya, pilihan hidup yang demikian itu lahir dari suatu
pengalaman iman dengan suaatu relasi yamg mendalam dengan yang Ilahi.
Pengalaman dengan Ilahi hanya bisa ditemukan dalam pelbagai peristiwa hidup.
Sebab, Tuhan senantiasa membahasakan kehendak-Nya dalam setiap peristiwa dan
pengalman hidup manusia. Pilihan hidup membiara merupakan pilihan personal.akan
tetapi, dukungan orang – orang disekitar, harus dipandang sebagai cara Tuhan
membahasakan rencana-Nya. Oleh sebab itu, seorang yang menjalani hidup
membiara selalu membutuhkan dua hal : Tuhan, sebagai penunjuk jalan dan Sesama,
sebagai perpanjangan tangan Tuhan. Sesama disini bukan terbatas pada sesama dalam
jalan panggilan saja melainkan sesama dalam arti luas yaitu orang- orang yang saya
jumpai dalm keseharian hidup.
Sampai disini, saya sungguh menyadari bahwa disiplin diri yang teratur adalah hal
yang sangat susah saya jalani selama enam bulan ini. Disiplin diri yang tidak teratur
inilah yang menjadi kunci dan dasar kemunduran selama enam bulan ini dalam
beberapa aspek yang sudah saya refleksikan di atas. Menyadari bahwa disiplin diri ini
kurang maksimal saya jalankan, maka sekarang adalah saat yang tepat untuk memulai
lagi secara baru. Tidak ada kata terlambat jika saya mempunyai kemauan yang kuat
untuk berubah dan memperbaharui diri.