Вы находитесь на странице: 1из 3

TUGAS KORPORASI

Pertanyaan dan Jawaban Kasus


Persentasi

Nama : Paramadibya Ryunda


Kelompok : 3
NPM : 1302015057
FAKULTAS HUKUM
Dicaplok Pertamina, Bagaimana Nasib
PGN Sebagai BUMN?
PT Pertamina (Persero) segera menguasai 56,96 persen saham PT Perusahaan Gas Negara
Tbk (PGAS). Dengan begitu, Pertamina akan menjadi pemegang saham mayoritas di badan
usaha milik negara (BUMN) di sektor distribusi dan transmisi gas itu. Aksi korporasi dari
perusahaan minyak dan gas (migas) terbesar di Indonesia tersebut tertuang dalam
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara
Republik Indonesia ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) Pertamina.
Langkah akuisisi ini diambil untuk untuk memperkuat struktur pemodalan dan
meningkatkan kapasitas usaha Pertamina. Pengambilalihan tersebut berasal dari pengalihan
saham seri B milik Negara di PGN.

Dalam pasal 2 ayat 1 RPP itu disebutkan, penambahan penyertaan modal negara tersebut
sebanyak 13.809.038.755 saham seri B di PGN yang telah ditempatkan dan disetor penuh
oleh Negara.

"Nilai penambahan penyertaan modal negara sebagaimana dimaksud ayat (1) oleh Menteri
Keuangan berdasarkan usulan dari Menteri Badan Usaha Milik Negara," tulis Pasal 2 ayat 2
dalam RPP yang masih menunggu tandatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dikutip dari laporan keuangan PGN, total saham yang akan dikuasai Pertamina tersebut
setara dengan seluruh saham pemerintah di PGN yaitu sekitar 56,96 persen.

Itu berarti komposisi saham PGN jika RPP ini diteken Presiden yaitu Pertamina 56,96 persen
dan publik 43,04 persen. Saat ini total seluruh saham PGN baik yang dikuasai pemerintah
dan publik kurang lebih sekitar 24,24 miliar lembar saham. Lalu setelah diakuisisi Pertamina,
bagaimana dengan nasib PGN sebagai perusahaan BUMN? Dalam pasal 3 RPP itu
disebutkan, akibat dari penambahan penyertaan modal Negara yaitu status PGN berubah
menjadi perusahaan terbatas yang tunduk sepenuhnya pada Undang-undang (UU) Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. "Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pertamina
menjadi Pemegang Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk," tulis RPP tersebut. Itu berarti
PGN akan menjadi anak usaha Pertamina yang status perusahaan swasta. Status PGN
sebagai perusahaan BUMN dihapus. "Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum
(Perum) Gas Negara menjadi Perusahaan (Persero) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku,"
tulis pasal 4. Sekadar informasi, Kementerian BUMN telah menetapkan enam sektor
perusahaan yang akan dijadikan prioritas holding di masa pemerintahan Presiden Jokowi.
Enam sektor tersebut yaitu jalan tol, pertambangan, minyak dan gas atau energi,
perbankan, perumahan serta jasa konstruksi dan rekayasa. Dari enam sektor tersebut ada
beberapa sektor yang menjadi prioritas jangka pendek seperti di antaranya sektor jalan tol,
pertambangan dan sektor energi. Khusus di sektor energi, Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan pemerintah akan fokus menyatukan BUMN
yang memiliki lini bisnis di sektor minyak dan gas (migas) serta mineral dan batu bara
(minerba). Yakni antara lain PGN dan Pertamina. Juga PT Indonesia Asahan Alumunium
(Persero), PT Bukit Asam (Persero) dan PT Timah (Persero). Terkait dengan pembentukan
holding energi, Sudirman mengungkapkan, penyatuan BUMN energi akan memberi
manfaat. Salah satunya adalah menghasilkan sumber daya yang kuat dan mengurangi
persaingan. "Jadi itu sudah diputuskan pemerintah, oleh Presiden di dalam ratas (rapat
terbatas) saya berpandangan sebagai pimpinan sektor itu akan banyak manfaatnya. Karena
konsolidasi itu menghasilkan resources yang kuat dan bisa sinergi dan kompetisi internal
bisa dikurangi," tutur dia.

Вам также может понравиться