Вы находитесь на странице: 1из 18

FISIOLOGI KALA III

Mekanisme Pelepasan Plasenta


Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak berada di dalam uterus, kontraksi uterus
akan terus berlangsung dan ukuran rongganya akan mengecil. Pengurangan dalam ukuran ini
akan menyebabkan pengurangan dalam ukuran situs penyambungan plasenta. Oleh karena itu
situs sambungan tersebut menjadi lebih kecil, plasenta menjadi lebih tebal dan mengkerut serta
memisahkan diri dari dinding uterus.
Permulaan proses pemisahan diri dari dinding uterus atau pelepasan plasenta.
1. Menurut Duncan.
Plasenta lepas mulai dari bagian pinggir (marginal) disertai dengan adanya tanda darah
yang keluar dari vagina apabila plasenta mulai terlepas.
2. MenurutSchultz.
Piasenta lepas mulai dari bagian tengah (sentral) (dengan tanda adanya pemanjangan tali
pusat yang terlihat di vagina.
3. Terjadi serempak atau kembinasi dari keduanya

Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek saat plasenta terlepas
Situs plasenta akan berdarah terus sampai uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasema lahir,
seluruh dinding uterus akan berkontraksi dan menekan seluruh pembuluh darah yang akhirnya
akan menghentikan perdarahan dari situs plasenta tersebut. Uterus tidak bisa sepenuhnya
berkontraksi hingga bagian plasenta lahir seluruhnya.
Tanda-tanda Klinis Pelepasan Plasenta
1. Semburan darah
Semburan darah ini disebabkan karena penyumbat retroplasenter pecah saat plasenta
lepas.
2. Pemanjangan tali pusat.
Hal ini disebabkan karena plasenta turun ke segmen uterus yang lebih bawah atau rongga
vagina.
3. Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular (bulat).
Perubahan bentuk ini disebabkan oleh kontraksi uterus.
4. Perubahan dalam posisi uterus, yaitu uterus naik di dalam abdomen. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa sesaat setelah plasenta lepas TFU akan naik. hal ini disebabkan oleh
adanya pergerakan plasenta ke segmen uterus yang lebih bawah.

Teknik Pengecekan Pelepasan Plasenta


Selain mengamati tanda tanda klinis di atas, bidan dapat Juga melakukan parasut untuk
mengecek pelepasan plasenta

Tiga Perasat yang dapat dilakukan adalah sebai berikut


1. Perasat Kustner.
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, sementara tangan kiri
menekan atas samfisis. Bila tali pusat masuk kembali ke dalam vagina berarti plasenta
belum lepas, bila plasenta tetap atau tidak masuk ke dalam vagina berarti plasenta sudah
lepas.
2. Perasat Strassman.
Perasat ini dilakukan dengan mengetok-ngetok fundus uterus dengan tangau kiri dan
tangan kanan meregangkan tali pusat sambil merasakan apakah ada getaran yang
ditimbulkan dari gerakan tangan kiri. Jika terasa ada getaran, berarti plasenta belum lepas
dari dinding uterus, jika tidak terasa ada getaran berarti plasenta sudah lepas.

3. Perasat Klein.
Untuk melakukan perasat ini, minta pasien untuk meneran, jika tali pusat tampak turun
atau bertambah panjang berarti plasenta telah lepas, begitu juga sebaliknya.
MANAJEMEN KALA III
Manajemen aktif kaLa III adalah mengupayakan kala III selesai secepat mungkin; dengan
melakukan Iangkah-langkah yang memungkinkan plasenta lepas dan lahir lebih cepat.
Tujuan
1. Mengurangi kejadian perdarahan pasca melahirkan.
2. Mengurangi lamanya kala III.
3. Mengurangi penggunaan transmsi darah.
4. Mengurangi penggunaan terapi oksitosin.

Komponen Manajemen Aktif Kala III


1. Pemberian Oksitosin IM segera setelah bayi lahir (maksimal 2 menit).
2. Tali pusat diklem.
3. Plasenta dilahirkan melalui peregangan tali pusat terkendali dengan menahan fundus
uterus secara dorsokranial (arah ke atas dan ke belakang).
4. Begitu plasenta dilahirkan, lakukan masase pada fundus uterus secara sirkular agar uterus
tetap berkontraksi dengan baik serta untuk mendorong ke luar setiap gumpalan darah
yang ada dalam uterus.

Tindakan Manajemen aktif kala III beserta alasannya


No Langkah Alasan
1. Jepit dan gunting tali pusat sedini Penjepitan tali pusat sedini mungkin akan
mungkin mempercepat proses perubahan sirkulasi darah
pada bayi baru lahir.
2. Motivasi keluarga untuk menempatkan Hisapan bayi pada payudara akan merangsang
bayi pada payudara pasien sementara pelepasan oksitosin secara alamiah
bidan melakukan manajemen aktif
kala III
3. Palpasi abdomen, memastikan apakah Jika ini tidak dipastikan dan bidan sudah
masih ada janin kedua memberikan injeksi oksitoksin maka keadaan
janin kedua akan tidak baik karena oksitosin
akan menyebabkan kontraksi uterus dan akan
memutuskan suplai oksigen ke janin
4. Jelaskan pada pasien mengenai Hal ini merupakan bagian dari asuhan sayang
pemberian injeksi yang akan diberikan ibu, yaitu dengan memberikan penjelasan setiap
akan melakukan prosedur kepada pasien
5. Suntikan oksitosin 10 unit disisi lateral Paha akan lebih mudah untuk dilihat dibanding
sepertiga atas paha pasien secara IM bokong ketika pasien sedang terlentang, serta
segera setelah bayi lahir dan tidak kecil kemungkinan untuk terjadinya traum.
boleh diberikan lebih dari 2 menit. Pemberian oksitosin segera bertujuan
mempercepat kontraksi dan terlepasnya plasenta
sehingga dapat mengurangi perdarahan yang
keluar
6. Melakukan penegangan tali pusat PTT dilakukan hanya selama uterus
terkendali (PTT) dengan cara : berkontraksi. Tangan pada uterus akan dapat
1. Satu tangan diletakan pada merasakan kontraksi. Bidan meminta kepada
korpus uterus tepat diatas pasien untuk memberi tahu jika ia merasakan
simvisi pubis. Selama kontraksi. Ketika uterus tidak sedang
kontraksi tangan mendorong berkontraksi, tangan bidan tetap berada pada
korpus uterus dengan gerakan posisi ini tapi tidak melakukan PTT. Pada
dorso kranial ke arah belakang langkah ini pantau selalu tanda-tanda pelepasan
dan arah kepala pasien. plasenta, yaitu pemanjangan tali pusat, semburan
2. Tangan yang satu memegang darah, uterus berubah bentuk menjadi bulat, dan
tali usat dekat dengan vagina TFU naik.
kurang lebih 5 cm dari vagina,
dengan melakukan tarikan tali
pusat dengan tegangan yang
sama dengan tangan ke uterus
selama kontraksi.
3. Jika tetap tidak ada tanda-tanda
pelepasan plasenta setelah 15
mnt, maka ulangi pemberian
oksitosin sekali lagi.
4. Jika setelah 2 dosis oksitosin
tidak ada tanda pelepasan
plasenta, rujuk pasien untuk
dilakukan manual plasenta
7. Bantulah pasien atau minta bantuan Gaya gravitasi akan membantu pelepasan
kepada keluarga untuk memposisikan plasenta dan akan mendorong plasenta ke dalam
pasien pada posisi tegak atau setengah vagina.
duduk atau berjongkok untuk
melahirkan plasenta.
8. Letakkan satu tangan pada abdomen Bidan akan dapat merasakan uterus berkontraksi
pasien diatas simfisis : pubisnya untuk saat plasenta lepas
menopang bagian bawah dari uterus,
sementara tangan lainnya dengan
lembut memegang klem tali pusat.
9. Segera setelah plasenta lepas, uterus Melakukan PTT akan memungkinkan bidan
mulai berkontraksi maka doronglah dapat melahirkan plasenta secara aman segera
ibu untuk meneran, sementara bidan setelah pelepasan plasenta terjadi.
membantu dengan melakukan PTT.
Jika uterus tidak berkontraksi,
mintalah pendamping untuk
melakukan stimulasi puting susu
10. Membantu kelahiran plasenta dengan Melahirkan plasenta dengan menyesuaikan
menarik plasenta dengan lembut sumbu karus akan menjadikan proses ini efektif
bergerak sepanjang kurva (lengkung) dan efisien.
alamiah dari panggul, dengan sedikit
arah posterior kemudian menuju arah
anterior pasien (sesuai sumbu karus).
11. Ketika plasenta muncul dan keluar Teknik ini dilakukan untuk mencegah robekan
dari vulva, pegang plasenta dengan kulit ketuban.
kedua tangan sambil menuntunnya
keluar dari vagina dengan gerakan
memutar keluar searah jarum jam
secara perlahan-lahan. Jika membran
robek sebelum plasenta keluar
seluruhnya, maka lilitkanlah kassa
steril di sekeliling jari telunjuk dan
genggam tampuk membran melintasi
serviks untuk melepaskannya dari
mulut serviks
12. segera setelah plasenta dan membran Mencegah perdarahan yang berlebihan, dan
lahir, denga penahanan yang kokoh merupakan diagnosis cepat dari atonia uteri.
lakukanlah masase fundus uterus
dengan gerakan melingkar hingga
fundus menjadi kencang (keras)
13. Sementara tangan kiri melakukan Jika tidak lengkap maka hal itu dapat
masase uterus, periksalah plasenta menyebabkan perdarahan.
dengan tangan kanan untuk
memastikan kotiledon dan membran
sudah lengkap

PEMANTAUAN KALA III


Kontraksi
Pemantauan kontraksi pada kala III dilakukan selama melakukan manajemen aktif kala III
(ketika PTT), sampai dengan sesaat setelah plasenta lahir. Pemantauan kontraksi dilanjutkan
selama satu jam berikutnya dalam kala IV.

Robekan Jalan Lahir dan Perineum


Selama melakukan PTT ketika tidak ada kontraksi, bidan melakukan pengkajian terhadap
robekan jalan lahir dan perineum. Pengkajian ini dilakukan seawal mungkin sehingga bidan
dapat segera menentukan derajat robekan dan teknik jahitan yang tepat yang akan
digunakan sesuai kondisi pasien. Bidan memastikan apakah jumlah darah yang keluar adalah
akibat robekan jalan lahir atau karena pelepasan plasenta.

Hygiene
Menjaga kebersihan tubuh pasien terutama di daerah genitalia sangat penting dilakukan
untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi terhadap luka robekan jalan lahir dan kemungkinan
infeksi intrauterus. Pada kala III ini kondisi pasien sangat kotor akibat pengeluaran air ketuban,
darah, atau feses saat proses kelahiran janin.
Setelah plasenta lahir lengkap dan dipastikan tidak ada perdarahan, segera keringkan
bagian bawah pasien dari air ketuban dan darah. Pasang pengalas bokong yang sekaligus
berfungsi sebagai penampung darah (under pad). Jika memang dipertimbangkan perlu untuk
menampung darah yang keluar untuk kepentingan penghitungan volume darah, maka pasang
bengkok di bawah bokong pasien.

KEBUTUHAN IBU PADA KALA III


1. Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping.
2. Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang telah dilalui.
3. Informasi yang jelas mengenai keadaan pasien sekarang dan tindakan apa yang akan
dilakukan.
4. Penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan untuk membantu mempercepat kelahiran
plasenta, yaitu kapan saat meneran dan posisi apa yang mendukung untuk pelepasan dan
kelahiran plasenta.
5. Bebas dari rasa risih akibat bagian bawah yang basah oleh darah dan air ketuban.
6. Hidrasi.
Diagnosa Keperawatan
a Kekurangan volume cairan b/d peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari, atonia
uterus
b Nyeri b/d kontraksi rahim dan trauma pada jaringan.

2.2.3 Intervensi
a Kekurangan volume cairan b/d peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari, atonia
uterus.
Masalah Tujuan
Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria hasil
1). Kekurangan 1). Tujuan: Mandiri
volume cairan Mempertahankan 1) Intruksikan klien untuk 1) Mengejan membantu klien
b/d peningkatan volume cairan mendorong pada kontraksi mempermudah dalam proses
kehilangan 2). Kriteria hasil: bantumengarahkan pngeluaran plasenta, serta
cairan secara - Pucat (-) perhatiannya untuk meningkatkan kontraksi uterus
tidak disadari, -Perdarahan (-) mengejan
atonia uterus. -Mulut kering (-) 2) kaji tanda-tanda vital
-Lemas (-) klien sebelum dan sesudah2) Efeksamping oksitosin yang
pemberian oksitosin, sering terjadi adalah hipertensi
3) Palpasi uterus
3) menunjukkan relaksasi uterus
dengan perdarahan kedalam
4) Pantau tanda dan gejala uterus
kehilangan cairan berlebih 4) Untuk mengetahui
atau syok kemungkinan adanya hemoragi
5) tempatkan bayi di payu post partum
dara klien bila ia
merencanakan untuk 5) Pengisapan bayi akan
memberikanASI merangsang pelepasan oksitosin
dari hipofisis posterior,
sehingga meningkatkan
kontraksi meometriumdan
menurunkan kehilangan darah
6) Masase uterus dengan
perlahan setelah 6) Meometrium akan
pengeluaran plasenta berkontraksi sebagai respon
7) Catat waktu untuk dari rangsang taktil lembut
mekanisme pelepasan 7) Pelepasan plasenta harus
plasenta terjadi dalam 5 menit setelah
kelahiran, kegagalan untuk
lepas harus dilakukan pelepasan
manual, karena semakin lama
proses pelepasan plasenta maka
akan lebih banyak darah yang
keluar

8) membantu mendeteksi
8) Inspeksi permukaan abnormalitas yang mungkin
plasenta maternal dan berdampak pada keadaan ibu
janin, perhatikan ukuran , atau bayi baru lahir
insersi tali pusat ,
keutuhan, perubahan
vascularberkenaan dengan 9) Kekuatan dapat menimbulkan
penuaan, dan kalsifikasi putusnya tali pusat dan retensi
9) hindari menarik tali pusat fragmenplasenta, dan
secara berlebihan. meningkatkan kehilangan darah
Kolaborasi
10) bila kehilangan cairan
10) berikan cairan berlebihan, penggantian secara
melalui rute parenteral parenteral dapat membantu
(infus) memperbaiki volume sirkulasi
dan oksigenasi dari organ vital
11) meningkatkan efek
vasokontriksi dalam uterus
untuk mengontrol perdarahan
11) Berikan pasca partum setelah
oksitosin melalui rute IM pengeluaran plasenta
atau IV drip diencerkan
dalam larutan elektrolit, 12) Laserasi menimbulkan
sesuai indikasi preparat kehilangan darah dapat
ergot IM dapat diberikan menyebabkan hemoragi
pada waktu yang sama
12) catat informasi
yang berhubungan dengan 13) memudahkan dalam
laserasi, bantu dengan pemeriksaan internal
perbaikan servik, vagina,
dan luas episiotomy
13) tinggikan fundus
uteri dengan memasukkan
jari terus kebelakang dan
menggerakkan badan
uterus ke atas simpisis
pubis

b Nyeri b/d kontraksi rahim dan trauma pada jaringan.


Masalah Tujuan
Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria hasil
1). Nyeri b/d1). Tujuan: Mandiri
kontraksi rahim mengurangi atau 1). Bantu dengan 1). Meningkatkan rileksasi dan
dan trauma pada menghilangkan nyeri penggunaan teknik mengalihkan perhatian dari
jaringan. yang dirasakan oleh pernafasan selama adanya ketidak nyamanan
pasien perbaiakan pembedahan 2). Mengkontriksikan
2). Kriteria hasil: 2). Berikan kompres es pada pembuluh darah , menurunkan
-Gelisah(-) perineum setelah odema, dan memberikan
-Otot tegang (-) melahirkan kenyamanan dan anastesi lokal
-Rileks (+) 3). Ganti pakaian dan linen3). Meningkatkanrelaksasi otot
- Skala nyeri 0-3 basah dan meningkatkan perfusi
Kolaborasi jaringan, menurunkan kelelahan
4). Bantu dalam perbaikan4). Penyambungan tepi-tepi
episiotomi, bila perlu memudahkan penyembuhan
5). Berikan testosteron 5). Digunakan untuk menekan
sipionat/estradiol valekat laktasi
(Deladumone atau Ditate)
dengan segera setelah
melahirkan plasenta.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan. Ed. 8. Jakarta: EGC

Edisi .3.(Revisi). 2007.Pelatihan asuhan persalinan normal - jakarta: JNPK-KR

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana
untuk pendidikan bi21
dan- jakarta: EGC

Hanifa wiknjosastro. 2002. Ilmu kebidanan. Ed- 2. Jakarta : yayasan bina pustaka sarwono
prawirihardjo.
http:/// www.google.com// perawatan luka perineum/ diakses pada hari senin 24 November 2011
jam 12.00 WIB

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat, kemudian kembali ketingkat normal
dengan cepat.
Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi.
Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan curah jantung.
3. Makanan/ cairan
Kehilangan darah normal kira-kira 250-300 ml.
4. Nyeri / ketidak nyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki atau menggigil.
5. Keamanan
Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan adanya robekan atau laserasi. Perluasan
episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada.
6. Seksualitas
Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari endometerium, biasanya
dalam 1 sampai lima menit setelah melahirkan bayi.
Tali pusat memanjang pada muara vagina. Uterus berubah dari diskoit menjadi bentuk globulat
dan meninggikan abdomen.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan atonia uterus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam diharapkan kebutuhan volume cairan
dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil :
- Tekanan darah dan nadi dalam batas normal
- Nadi dapat diraba
- kontraksi uterus kuat, aliran lokhea sedang, tidak ada bekuan.

No Intervensi Rasional
4. Pantau tanda dan gejala Hemoragi dihubungkan dengan kehilangan
kehilangan cairan berle- cairan lebih besar dari 500 ml dapat
bihan atau syok (mis, periksa dimanifestasikan oleh peningkatan nadi,
TD, nadi, sensorium, warna penurunan TD, sianosis, disorientasi, peka
kulit, dan suhu). (Rujuk pada rangsang, dan penurunan kesadaran.
Bab 6 MK: Hemoragi
Pascapartum.)
5. Tempatkan bayi klien di Penghisapan merangsang pelepasan oksitosin
payudara klien bila ia dari hipofisis posterior, meningkatkan
merencanakan untuk kontraksi miometrik dan menurunkan
memberi ASI kehilangan darah.
7. Catat waktu dan mekanisme Pelepasan harus terjadi dalam 5 menit
pelepasan plasenta; misal setelah kelahiran. Lebih banyak waktu
mekanis-me Duncan versus diperlukan bagi plasenta untuk lepas, lebih
meka-nisme Schulze. banyak waktu miometrium tetap
rileks, maka lebih banyak darah hilang.
8. Inspeksi permukaan pla- Membantu mendeteksi abnormalitas yang
senta maternal dan janin. mungkin terjadi pada ibu atau bayi baru
Perhatikan ukuran, insersi lahir.
tali pusat, keutuhan.
Kolaborasi
1. Hindari menarik tali pusat Kekuatan dapat menimbulkan putusnya tali
secara berlebihan. pusat dan retensi fragmen
plasenta, dan meningkatkan kehilangan
darah.
2. Berikan cairan melalui rute Bila kehilangan cairan berlebihan,
parenteral. penggantian secara parenteral mem-bantu
memperbaiki volume sirkulasi dan
oksigenasi.
3. Berikan oksitosin melalui Meningkatkan efek vasokontriksi dalam
rute I.M., atau I.V. drip uterus untuk mengontrol perdarahan
diencerkan dalam larutan pascapartum setelah pengeluaran plasenta.
elektrolit, sesuai indikasi. Bolus I.V. dapat menyebabkan hipertensi
Preparat ergot I.M. dapat maternal.
diberikan pada waktu yang
sama.

5. Bantu pengangkatan plasenta Intervensi manual perlu untuk memudahkan


secara manual dibawah pengeluaran plasenta dan menghentikan
anestesi umum dan kondisi hemoragi.
steril.

4. Kurang pengetahuan berkenaan dengan proses persalinan berhubungan dengan Kurang


informasi
Tujuan :
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam diharapkan Informasi tentang
persalinan tercukupi
Kriteria Hasil :
- Mengungkapkan pemahaman terhadap yang diinformasikan
- Secara aktif ikut dalam upaya pengeluaran plasenta

No Intervensi Rasional
1. tinjau ulang tentang proses Memberikan kesempatan untuk menjawab
persalinan tahap III pertanyaan/memperjelas kesalahan konsep,
meningkatkan kerjasama dengan aturan.
2. Jelaskan alasan untuk respon Pemahaman membantu klien menerima
perilaku tertentu seperti perubahan tersebut tanpa ansietas atau
menggigil dan tremor kaki. perhatian yang tidak perlu.

3. Diskusikan rutinitas periode Memberikan kesempatan perawatan dan


pemulihan selama 4 jam penenangan meningkatkan kerja sama.
pertama setelah melahirkan.

5. Nyeri berhubungan dengan respon fisiologis setelah melahirkan

Tujuan :
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam diharapkan Nyeri berkurang

Kriteria Hasil :
- klien mengungkapakan nyeri berkurang
- TTV dalam batas normal

No Intervensi Rasional
1. Ajari relaksasi dengan Pernapasan membantu mengalihkan
menggunakan teknik perhatian langsung dari ketidaknyamanan,
pernapasan meningkatkan relaksasi.
2. Berikan kompres es pada Mengkonstriksikan pembuluh darah,
perinium setelah melahirkan. menurunkan edema, dan memberikan
kenyamanan dan anastesi lokal.
3. Ganti pakaian dan linen Meningkatkan kenyamanan , hangat, dan
basah. kebersihan.

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC


Doenges, Marilynn E.2001. Rencana perawatan maternal/Bayi:pedoman perencanaan & dokumentasi
perawatan klien;alih bahasa, monica ester,Ed.2.Jakarta : EGC
Febri.2010.Konsep Dasar Persalianan. Diambil pada 29 Januari 2015 dari
http://bidanshop.blogspot.com/2010/05/konsep-dasar-persalinan.html
Ifat. 2010. Manajemen aktif kala tiga. Diambil pada 29 Januari 2015 dari http://www.akubidan.com/
JNPK-KR.2007. Asuhan Persalinan Normal. Ed.3 (revisi).jakarta: jaringan nasional pelatihan klinik-
kesehatan reproduksi, perkumpulan obstetri ginikologi indonesia (JNPK-KR/POGI).
Manuaba, Ida bagus Gde.1998. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Moore, Hacker. 2001.Esensial Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Hipokrates
Motherhood, Safe.2001. modul hemoragi postpartum-Materi pendidikan kebidanan; alih bahasa, palupi
widyastuti. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono.2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Saifuddin, Abdul Bari. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Вам также может понравиться