Вы находитесь на странице: 1из 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO, 2010) memperkirakan

sekitar 10% kelahiran hidup mengalami komplikasi perdarahan pasca

persalinan. Komplikasi paling sering dari perdarahan pasca persalinan adalah

anemia. Jika kehamilan terjadi pada seorang ibu yang telah menderita anemia,

maka perdarahan pasca persalinan dapat memperberat keadaan anemia dan

dapat berakibat fatal.

Jumlah angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi

diantara negara-negara ASEAN lainnya. Menurut Depkes RI tahun 2010 jika

dibandingkan AKI Singapura adalah 6 per 100.000 kelahiran hidup, AKI

Malaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan AKI Vietnam

sama seperti Negara Malaysia, sudah mencapai 160 per 100.000 kelahiran

hidup, dan Indonesia sendiri jumlah AKI yaitu 228 per 100.000 kelahiran

hidup pada tahun 2007 (Mulyani, 2010: 1)

Demikian pula AKB, khususnya angka kematian bayi baru lahir, AKB

Indonesia masih berada dibawah dibandingkan negara ASEAN lainnya, yaitu

Singapura 3 per 1.000, Brunei Darussalam 8 per 1000, Malaysia 10 per 1.000,

Vietnam 18 per 1.000, Thailand 20 per 1.000, dan Indonesia sendiri yaitu 34

per 1.000 kelahiran hidup (Mulyani, 2010: 1)

1
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007, angka kematian ibu (AKI) Indonesia berada pada angka 228/100.000

kelahiran hidup, sedangkan target yang di harapkan tercapai pada tahun 2010

adalah AKI menjadi 125/100.000 kelahiran hidup, AKI 2015 dapat di

tentukan menjadi 102/100.000 kelahiran hidup.

Penyebab langsung kematian ibu biasanya terkait erat dengan kondisi

kesehatan ibu sejak proses kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan.

Sedangkan penyebab tidak langsung lebih terkait dengan kondisi sosial,

ekonomi, geografi, serta perilaku budaya masyarakat yang terangkum dalam 4

Terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu sering/rapat) dan 3

Terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat membawa, dan

terlambat mendapat pelayanan). (Depkes, 2012).

Selain itu, keadaan ibu sejak pra-hamil dapat berpengaruh terhadap

kehamilannya. Penyebab tak langsung kematian ibu ini antara lain adalah

anemia. (Saifuddin, 2009 : 6).

Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena

mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan

pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia

dalam kehamilan disebut “potential danger to motherand child” (potensial

membahayakan ibu dan anak) memerlukan perhatian serius dari semua pihak

yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan. (Manuaba I.G.B,

2010, hal. 29).

2
Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2007,

prevalensi anemia ibu hamil sebesar 40,1% dan pada tahun 2012 turun

menjadi 24,5%. Namun demikian keadaan ini mengindikasikan bahwa anemia

gizi besi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Di Provinsi Sulawesi

Tenggara data tentang jumlah ibu hamil yang menderita anemia pada tahun

2012 sebesar 51,2% berdasarkan hasil pemeriksaan Haemoglobin.

(Departemen Kesehatan RI, 2012).

Cakupan pelaksanaan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada

tahun 2013 jumlah ibu hamil sebanyak 104.271 orang dengan cakupan

pemberian tablet besi Fe1 sebanyak 42.043 orang (40,32%) dan Fe3 sebanyak

44.645 orang (46,53%). (Dines Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2013).

Khusus di Kabupaten Konawe Selatan, pada tahun 2013 jumlah ibu

hamil sebanyak 6.011 orang dengan cakupan Fe1 sebanyak 4.315 orang

(71,79%), dan Fe3 sebanyak 4.532 orang (75,40%). (Dinas Kesehatan

Kabupaten Konawe Selatan, 2013).

Angka ini masih dibawah target nasional 90%. Berdasarkan catatan

pada buku ANC pada ibu hamil di Puskesmas Konda yaitu pada tahun 2013

jumlah ibu hamil yaitu 1.346 orang, ibu hamil yang mengalami anemia

sejumlah 60 orang dengan Fe1 sebanyak 321 orang dan Fe3 219 orang.

Sedangkan jumlah ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Konda pada

bulan Januari – Agustus berjumlah 209 orang dengan cakupan Fe1 118 orang

dan Fe3 170 orang. Dan ibu hamil yang mengalami anemia sebanyak 32

orang. (Puskesmas Konda , 2013-2014).

3
Penanggulangan anemia terutama untuk wanita hamil sudah dilakukan

secara nasional dengan pemberian suplemen pil zat besi. Ibu hamil sangat di

sarankan minum pil ini selama tiga bulan, yang harus diminum setiap hari.

(Indoglobal, 2012).

Pada siklus kehamilan, fokus pelayanan diarahkan pada pelayanan

kesehatan ibu hamil atau antenatal care (ANC) yang dilakukan sejak awal

kehamilan. Melalui pelayanan ANC yang berkualitas sebenarnya

perkembangan kesehatan ibu hamil setiap saat bisa dipantau dan secara dini

dapat dilakukan tindakan/intervensi dalam rangka mengeliminir berbagai

faktor risiko kejadian kematian ibu maternal (Depkes, 2008: 162).

Peran bidan dalam masyarakat sebagai tenaga terlatih pada Sistem

Kesehatan Nasional diantaranya memberikan pelayanan sebagai tenaga

terlatih, meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat, dan meningkatkan

sistem rujukan (Manuaba, 2010: 27).

Berdasarkan PERMENKES N0.1464/MENKES/PER/X/2010, tentang

izin dan penyelengaraan praktik bidan, menurut pasal 1 ayat 2 fasilitas

pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelengarakan

upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun

rehabilitatife yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau

masyarakat. Sebagaimana dimaksud dalam pasal 9a “bidan dalam

menjalankan praktek berwenang untuk memberikan pelayanan meliputi

pelayanan kesehatan ibu”.Dan di dalamnya terdapat 6 standar yaitu,

pengelolaan anemia pada kehamilan.

4
Berdasarkan hal tersebut, mendorong penulis untuk mengkaji

permasalahan dan memaparkan kasus anemia ringan lewat karya tulis ilmiah

sebagai wujud perhatian dan tanggung jawab penulis dalam memberikan

kontribusi pemikiran pada berbagai pihak yang berkompeten dengan masalah

tersebut guna mencari solusi terbaik atas permasalah diatas. Mengingat

pentingnya peran dan fungsi bidan, hal ini melatar belakangi penulis untuk

mengambil judul proposal “Studi Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada

Ibu Hamil dengan Anemia Ringan di Puskesmas Konda Tahun 2014”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

yaitu “Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

dengan Anemia Ringan di Puskemas Konda Tahun 2014 dengan menerapkan

manajemen kebidanan dalam pendekatan 7 langkah Varney ?”.

C. Tujuan Studi kasus

1. Tujuan UmumUntuk mengetahui gambaran penatalaksanaan asuhan

kebidanan pada ibu hamil dengan masalah anemia ringan di Puskesmas

Konda tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

2.1. Untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan asuhan kebidanan pada

ibu hamil dengan masalah anemia ringan pada tahap pengkajian data

awal di Puskesmas Konda tahun 2014.

5
2.2. Untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan asuhan kebidanan pada

ibu hamil dengan masalah anemia ringan pada tahap perumusan

masalah aktual di Puskesmas Konda tahun 2014.

2.3. Untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan asuhan kebidanan pada

ibu hamil dengan masalah anemia ringan pada tahap perumusan

masalah potensial di Puskesmas Konda tahun 2014.

2.4. Untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan asuhan kebidanan pada

ibu hamil dengan masalah anemia ringan pada tahap pengambilan

keputusan / tindakan segera / kolaborasi di Puskesmas Konda tahun

2014.

2.5. Untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan asuhan kebidanan pada

ibu hamil dengan masalah anemia ringan pada tahap memberikan

rencana asuhan di Puskesmas Konda tahun 2014.

2.6. Untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan asuhan kebidanan pada

ibu hamil dengan masalah anemia ringan pada tahap pelaksanaan

asuhan di Puskesmas Konda tahun 2014.

2.7. Untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan asuhan kebidanan pada

ibu hamil dengan masalah anemia ringan pada tahap evaluasi di

Puskesmas Konda tahun 2014.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi penulis

6
Meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan penulis dalam

menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia ringan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Menjadi bahan ajaran bagi institusi setempat untuk diterapkan kepada

mahasiswa terkait masalah anemia ringan pada ibu hamil serta

melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil secara menyeluruh.

BAB II

7
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Kehamilan

1.1 Pengertian

Kehamilan (Pregnancy) adalah suatu masa yang dimulai dari

konsepsi sampai lahirnya janin. Menurut Federasi Obstetri

Ginekologi Internasonal, kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi

atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan

nidasi atau implantasi. (Prawirohardjo, 2010).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi

dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi

sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan,

triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2009:

89).

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, yaitu :

1. Kehamilan trimester kesatu (berlangsung dalam 12 minggu)

2. Kehamilan trimester kedua (minggu ke-13 hingga ke-27)

3. Kehamilan trimester ketiga (minggu ke-28 hingga ke-40)

(Saifuddin, 2009: 213).

1.2 Perubahan Anatomi dan Fisiologi

8
Menurut Saifuddin (2008), perubahan anatomi dan fisiologi pada

perempuan hamil adalah sebagai berikut :

1.2.1 Perubahan pada sistem reproduksi

1.2.1.1 Uterus

Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70

g dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan uterus

akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung

janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan

volume totalnya mencapai 5 l bahkan dapat mencapai 20 l atau

lebih dengan berat rata-rata 1100 g.

Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi

terutama oleh hormon estrogen dan sedikit progesteron. Posisi

plasenta juga mempengaruhi penebalan sel-sel otot uterus,

dimana bagian uterus yang mengelilingi tempat implantasi

plasenta akan bertambah besar lebih cepat dibandingkan bagian

lainnya sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena

ini dikenal dengan tanda Piscaseck.

1.2.1.2 Serviks

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih

lunak dan kebiruan. Perubahan ini akibat penambahan

vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh servik.

1.2.1.3 Ovarium

9
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum

yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi

maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilam setelah itu akan

berperan sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang

relatif minimal. Terjadinya kehamilan indung telur yang

mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan

fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada

usia 16 minggu.

1.2.1.4 Vagina dan perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan

hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan

vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan

yang dikenal dengan tanda Chadwick. Peningkatan volume

sekresi vagina juga terjadi, di mana sekresi akan berwarna

keputihan, menebal, dan pH antara 3,5-6 yang merupakan hasil

dari peningkatan produksi asam laktat glikogen yang dihasilkan

oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobacillus acidophilus.

1.2.1.5 Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan

payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara

akan bertambah ukuranya dan vena-vena yang dibawah kulit

akan lebih terlihat, hal ini untuk persiapan saat menyusui.

10
Perkembangan payudara dipengaruhi oleh hormon estrogen,

progesteron, dan somatomammotropin. Setelah bulan pertama

suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat

keluar. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat

diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolactin

inhibiting hormone.

1.2.1.6 Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna

menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan

mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal

dengan striae gravidarum.

Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan

perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam kecokelatan

yang disebut dengan linea nigra.

1.2.2 Perubahan sistem sirkulasi

Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor berikut ini:

1.2.2.1. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah, sehingga dapat

memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin

dalam rahim.

1.2.2.2. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada

sirkulasi retroplasenter.

11
1.2.2.3. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron. Akibat dari faktor

tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, antara

lain sebagai berikut:

a. Volume darah

Volume darah akan meningkat secara progesif mulai

minggu ke 6-8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada

minggu ke-32 – 34 dengan perubahan kecil setelah minggu

tersebut, volume plasma akan meningkat kira-kira 40 - 45

%. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen

pada ginjal. Penambahan volume darah ini sebagian besar

berupa plasma dan erirtrosit.

b. Sel darah

Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah

merah sebanyak 20-30%, tetapi tidak sebanding dengan

peningkatan volume plasma sehingga akan mengakibatkan

hemodilusi dan penurunan konsentrasi haemoglobin dari

15 g/dl menjadi 12,5 g/dl, dan pada 6 % perempuan bisa

mencapai di bawah 11 g/dl. Pada kehamilan lanjut, itu

merupakan suatu hal yang abnormal dan biasanya lebih

berhubungan dengan defisiensi zat besi daripada

hipervolemia. Penambahan asupan zat besi dan asam folat

dapat membantu mengembalikan kadar haemoglobin.

1.2.3 Perubahan sistem respirasi

12
Selama periode kehamilan, sistem respirasi

mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan untuk memenuhi

kebutuhan O2 yang semakin meningkat. Disamping itu juga terjadi

desakan diafragma karena dorongan rahim. Ibu hamil akan bernafas

lebih dalam sekitar 20-25% dari biasanya. Sesak nafas dan

pernafasan yang cepat akan membuat ibu hamil merasa lelah, hal ini

dikarenakan saat kehamilan kerja jantung dan paru-paru meningkat.

Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada minggu ke-37.

1.2.4 Perubahan sistem pencernaan

Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus

akan tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks

yang akan bergeser kearah atas dan lateral. Perubahan yang nyata

akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus

digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di

lambung.

Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat rasa

enek (nausea). Mungkin ini akibat pada hormon estrogen yang

meningkat. Tonus otot-otot digestivus menurun, sehingga motilitas

seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama

berada di lambung dan apa yang telah dicerna lebih lama berada di

usus.

1.2.5 Perubahan sistem traktus urinarius

13
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan

tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan

sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya

kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir

kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas

panggul, keluhan itu akan timbul kembali.

1.2.6 Perubahan sistem metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan

berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah,

dan cairan ekstraselular. Diperkirakan selama kehamilan berat

badan akan bertambah 12,5 kg (Saifuddin, 2008: 180).

Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi

baik dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg,

sementara perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan

menambah berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg

dan 0,3 kg (Saifuddin, 2008: 180).

Menurut Saifuddin (2009), bertambahnya berat badan

minimal 8 kg selama kehamilan. Sedangkan menurut Manuaba

(2010), berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 sampai

16,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 0,5

kg/minggu.

Perkiraan peningkatan berat badan :

1. 4 kg dalam kehamilan 20 minggu

14
2. 8,5 kg dalam 20 minggu kedua (0,4 kg / minggu dalam

trimester akhir)

3. Totalnya sekitar 12,5 kg. Atau, total pertambahan berat badan

ibu selama kehamilan 11,5-16 kg.

1.3 Tanda – tanda Kehamilan

Tanda-tanda yang dapat terjadi apabila seseorang dalam

keadaan hamil dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1.3.1 Tanda tidak pasti

1.3.1.1 Amenorea (tidak dapat haid)

1.3.1.2.Nausea (mual)

1.3.1.3 Mengidam (menginginkan makanan/minuman tertentu)

1.3.1.4 Mammae menjadi tegang dan besar

1.3.1.5 Anoreksia (tidak ada nafsu makan)

1.3.1.6 Suhu basal

1.3.2 Tanda pasti

1.3.2.1 Dapat diraba dan kemudian dikenal bagian-bagian janin

1.3.2.2 Dapat dicatat dan didengar bunyi jantung janin

1.3.2.3 Dapat dirasakan gerakan janin dan ballotemen oleh pemeriksa

1.3.2.4 Tampak kerangka janin pada pemeriksaan roentgen

1.3.2.5 Melihat janin dengan ultrasonografi (Saifuddin, 2008).

1.4 Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda bahaya dalam kehamilan perlu diketahui oleh ibu dan

keluarga agar ia waspada terhadap ancaman kesehatan diri maupun

15
janinnya. Berikut adalah tanda bahaya yang penting diketahui oleh

ibu dan keluarga (Astutin 2011) :

1.4.1 Kram / kejang otot

1.4.2 Sakit pinggang

1.4.3 Rasa mual dan muntah – muntah

1.4.4 Rasa tidak enak di ulu hati

1.4.5 Konstipasi / sulit buang air besar (BAB)

1.4.6 Sesak nafas

1.4.7 Bengkak di kaki dan pergelangan tangan

1.4.8 Anemia

2. Anemia

2.1 Pengertian Anemia dalam kehamilan

Anemia dalam kehamilan ialah keadaan menurunnya kadar

haemoglobin kurang dari 11 gr% pada wanita hamil. Haemoglobin

merupakan zat berwarna yang terdapat dalam bentuk larutak dalam sel

darah merah yang fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen kesemua

bagian tubuh. (Proverawati, 2011).

Anemia dalam kehamilan paling sering dijumpai adalah anemia

akibat kekurangan zat besi (Fe). Kekurangan ini dapat disebabkan karena

kurang masuknya unsur zat besi kedalam tubuh melalui makanan, karena

gangguan absorbsi, gangguan penggunaan atau terlampau banyak zat besi

keluar dari badan, misalnta pada perdarahan. Keperluan akan zat besi

bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester dua dan tiga ini

16
disebabkan meningkatnya kebutuhan janin yang dikandung oleh ibu.

Apabila masuknya zat besi tidak ditambah dalam kehamilan, maka mudah

terjadi defesiensi zat besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar. (Arisman,

2010).

2.2 Etiologi Anemia dalam Kehamilan

Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu:

a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.

b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.

Kurangnya zat besi dalam makanan.

c. Kurangnya zat besi dalam makanan.

d. Kebutuhan zat besi meningkat.

e. Gangguan pencernaan dan absorbs. (Proverawati, 2011).

2.3 Patofisiologi

Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut

hidremia atau hipervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah

kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga

pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding plasma 30,00%, sel

darah merah 18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Tetapi pembentukan sel

darah merah yang terlalu lambat sehingga menyebabkan kekurangan sel

darah merah/ anemia.

Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam

kehamilan dan bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran dapat

meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa

17
kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output untuk

meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila viskositas rendah.

Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik, kedua

perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih

sedikit dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental. Tetapi

pengenceran darah yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang

seimbang dapat menyebabkan anemia.

Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak

kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan

36 minggu . (Arisman, 2010).

2.4 Diagnosis Anemia dalam Kehamilan

Untuk menegakan diagnosis anemia pada ibu hamil dapat dilakukan

dengan pemeriksaan dan pengawasan haemoglobin dengan menggunakan

alat sahli. Menurut Manuaba (2009) hasil pemeriksaan haemoglobin

dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut :

2.4.1. Hb ≥ 11 gr% disebut tidak anemia,

2.4.2. Hb 9-10 gr% disebut anemia ringan,

2.4.3. Hb 7-8 gr% disebut anemia sedang,

2.4.4 .Hb ≤ 7 gr% disebut anemia berat.

2.5 Gejala Anemia dalam Kehamilan

Gejala anemia pada kehamilan yaitu :

2.5.1 Ibu mengeluh cepat lelah,

2.5.2 Sering pusing, mata berkunang-kunang,

18
2.5.3 Malas

2.5.4 Lidah luka

2.5.5 Nafsu makan turun (anoreksia),

2.5.6 Konsentrasi hilang,

2.5.7 Nafas pendek (pada anemia parah)

2.5.8 Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. (Proverawati,

2011).

2.6 Klasifikasi Anemia

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Proverawati (2011) adalah

sebagai berikut :

2.6.1 Anemia defisiensi besi

Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia

kekurangan zat besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang

masuknya unsur zat besi dengan makanan, karena gangguan reasorbsi,

gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi keluar

dari badan, misalnya perdarahan.

2.6.2 Anemia megaloblastik

Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi

asam folik (pteroyliglumatic acid), jarang sekali karena defisiensi

vitamin B12 (cyanocobalamin).

2.6.3 Anemia hipoplastik

19
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang

kurang mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan anemia

hipoplastik dalam kehamilan.

2.6.4 Anemia hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah

berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia

hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil maka anemianya

biasanya menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa

kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang

sebelumnya tidak menderita anemia.

2.7 Pengaruh Anemia dalam Kehamilan dan Terhadap Janin

2.7.1 Bahaya terhadap ibu

2.7.1.1 Bahaya selama kehamilan

a. Dapat terjadi abortus

b. Persalinan prematuritas

c. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim.

d. Mudah terjadi infeksi.

e. Ancaman dekompensasi kordis ( hb < 6 gr % )

f. Mola hidatidosa

g. Hiperemesis gravidarum

h. Perdarahan antepartum

i. KPD (Ketuban pecah Dini)

2.7.1.2 Bahaya selama bersalin

20
a. Gangguan his atau saat mengejan

b. Kala I dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar

c. Kala II berlangsung lama dan sangat melelahkan dan sering

memerlukan tindakan operasi kebidanan

d. Kala uri dapat di sertai dengan retensio plasenta dan perdarahan

postpartum karena atonia uteri

e. Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum Primer maupun

sekunder

2.7.1.3 Bahaya selama nifas

a. Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarah postpartum

b. Memudahkan infeksi puerperium

c. Pengeluaran ASI berkurang

d. Terjadi dekompensasi kordis mendadak setela persalinan

e. Anemia nifas

f. Mudah terjadi infeksi mammae

g. Perlukaan sukar sembuh

h. Mudah terjadi febris puerpuralis

i. Gangguan involusio uteri.

2.7.2 Bahaya terhadap Janin

Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan

dari ibunya,tetapi dengan anemia bisa mengurangi kemampuan

metabolisme tubuh sehingga menggangu pertumbuhan dan

21
perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan

dalam bentuk :

a. Abortus

b. Terjadi kematian intrauterine Persalian prematuritas tinggi

c. BBLR

d. Kelahiran dengan anemia

e. Dapat terjadi cacat bawaan

f. Bayi mudah mendapatkan infeksi sampai kematian perinatal

g. Inteligensinya rendah. (Manuaba, 2010).

2.8 Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Kehamilan

2.8.1 Pencegahan

Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi

seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi

daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat

ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan

kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu

diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah

diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan

seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi. (Almatsier,dkk. 2011).

Anemia juga bisa dicegah dengan mengatur jarak kehamilan atau

kelahiran bayi. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan

melahirkan, akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin

22
anemis. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan

akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia

pada kehamilan berikutnya. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar jarak

antar kehamilan tidak terlalu pendek, minimal lebih dari 2 tahun.

(Almatsier,dkk. 2011).

2.8.2 Pengobatan

Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat

besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi

glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan

maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup

diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus

untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi

dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan

menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir

selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek

samping yang normal dan tidak berbahaya Medicastore, 2012).

B. Teori Manajemen Kebidana

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah melalui penemuan, keterampilan dalam rangkaian

23
atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus

pada klien (Varney,2007).

2. Proses Manajemen Kebidanan

Manajemen 7 langkah meliputi :

a. Langkah I : Pengkajian

Adalah langkah awal yang dipakai dalam penerapan asuhan

kebidanan pada pasien (Varney,2007).

Menurut Varney (2007) pada analisa untuk mengevaluasi

keadaan meliputi :

1) Data Subyektif

Adalah data yang didapat dari klien sebagai pendapat

terhadap situasi dan kejadian. Informasi tersebut dapat ditentukan

dengan informasi atau komunikasi (Nursalam, 2008).

(1) Biodata

Menurut Nursalam (2008), pengkajian biodata antara lain :

a) Nama : Dikaji dengan tujuan agar dapat

mengenal/memanggil penderita dan

tidak keliru dengan penderita lain.

b) Umur : Dikaji untuk mengetahui usia aman

untuk kehamilan dan persalinan

adalah 20-30 tahun (Prawirohardjo,

2002).

24
c) Agama : Dikaji untuk menuntun kesuatu diskusi

tentang pentingnya agama dalam

kehidupan pasien, tradisi keagamaan

dalam kehamilan dan persalinan

(Ibrahim, 1996).

d) Suku/bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau

kebiasaan sehari-hari (Ibrahim, 1996).

e) Pendidikan : Berpengaruh pada tingkat penerimaan

pasien terhadap konseling yang

diberikan serta tingkat kemampuan

pengetahuan ibu terhadap keadaannya

(Wildan dan Hidayat, 2008).

f) Pekerjaan : Berkaitan dengan keadaan pasien maka

pekerjaan perlu dikaji apakah keadaan

terlalu berat sehingga dapat

meningkatkan risiko terjadinya

keadaan yang lebih parah (Wildan dan

Hidayat, 2008).

g) Alamat : Dikaji untuk mengetahui ibu tinggal

dimana dan diperlukan bila

mengadakan kunjungan pada pasien

(Ibrahim, 1996).

(2) Keluhan Utama

25
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pasien saat

pemeriksaan (Varney,2007).

Keluhan utama berkaitan dengan kasus anemia ringan ,

pasien akan mengeluh sering merasa pusing saat beraktivitas

dan mudah merasa lelah.

(3) Riwayat kehamilan sekarang

Yang perlu dikaji adalah tanggal hari pertama haid

terakhir, masalah dan kelainan pada kehamilan sekarang,

pemakaian obat-obatan, keluhan selama hamil ( Saiffudin,

2002).

(4) Riwayat penyakit kehamilan

Untuk mengetahui apakah saat ini sedang menderita

suatu penyakit , atau pernah menderita penyakit sistemik

seperti jantung, ginjal, asma/ TBC, hepatitis, DM, hipertensi,

epilepsy, dan lain-lain. Serta untuk mengetahui apakah ada

riwayat penyakit keluarga, riwayat keturunan kembar, dan

riwayat operasi (Winkjosastro, 2009).

(5) Kebiasaan ibu waktu hamil

1. Pola Nutrisi

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu hamil

mengalami gangguan nutrisi atau tidak, pada pola nutrisi

yang perlu dikaji meliputi frekuensi, kualitas, keluhan,

makanan pantangan (Manuaba, 2008).

26
2. Pola Eliminasi

Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAB dan

BAK adalah kaitanya denganobstipasi atau tidak

(Mufdlilah,2009).

3. Pola Istrahat

Istrahat merupakan kebiasaan yang dianjurkan bagi

kehamilanya (Mufdlilah,2009).

4. Pola Seksualitas

Untuk mengetahui kapan ibu terakhir melakukan

hubungan seksual dengan suami karena prostaglandin yang

terkandung dalam sperma dapat merangsang terjadinya

kontraksi.

5. Personal Hygiene

Menggambarkan pola hygiene pasien misalnya:

berapa kali ganti pakaian dalam, mandi, gosok gigi dalam

sehari dan keramas dalam satu minggu. Pola ini perlu dikaji

untu.k mengetahui apakah pasien menjaga kebersihan

dirinya.

6. Psikososial Budaya

Untuk mengetahui apakah ada pantangan makanan

atau kebiasaan yang tidak diperolehselama hamil dalam

adat masyarakat setempat, perasaan tentang kehamilan ini,

kehamilan direncanakan atau tidak, jenis kelamin yang

27
diharapkan , dukungan keluarga terhadap kehamilan ini,

dan keluarga lain yang tinggal serumah. (Varney,2007).

7. Perokok dan pemakai obat-obatan

Dikaji untuk mengetahui kebiasaan merokok,

menggunakan obat-obatan, dan alcohol.

(Mufdillah,2009).Pada ibu hamil yang mengkomsumsi

rokok, pengguna obat-obatan, dan alcohol dapat

menyebabkan terjadinya anemia dan terjadinya infeksi

pada janin. (Stoppard 2009).

2) Data obyektif (Pemeriksaan fisik)

Adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu

pendapat terhadap situasi dan kejadian. (Nursalam, 2008).

a. Pemeriksaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum ibu yang meliputi baik,

sedang, buruk, dan kesadaran yang meliputi (sadar penuh,

apatis, gelisah, koma). (Dewi, 2011).

1. Tanda- tanda vital :

a) Tekanan darah

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui

tekanan sistolik dan tekanan diastolik darah. Dengan

pemeriksaan ini kita bisa menilai adanya kelainan pada

28
sistem kardiovaskuler. Tekanan darah normal pada

orang dewasa yaitu tekanan sistolik kurang dari 130

MmHg dan tekanan diastolik kurang dari 80 MmHg.

b) Nadi

Pemerikasaan ini bertujuan untuk mengetahui

frekuensi dan irama detak jantung. Frekuensi nadi

normal pada orang dewasa 60-90 kali permenit.

(Uliyah, 2010).

c) Suhu

Pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan

suhu tubuh ibu,sehingga bisa digunakan untuk

mendeteksi dini suatu penyakit. Pemeriksaan ini bisa

dilakukan melalui oral. rektal, dan aksila. Suhu tubuh

normal pada orang dewasa yaitu 36,5-37,20C.

d) Pernapasan

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai

frekuensi pernafasan, irama, kedalaman, dan tipe atau

pola pernafasan. Frekuensi pernafasan normal orang

dewasa yaitu sekitar 16-20 kali permenit.

2. Berat badan

Dikaji untuk menentukan pertambahan berat badan

total, atau untuk membantu mengevaluasi keparahan edema

yang disertai preeklamsi. (Varney, 2010).

29
3. Tinggi badan

Dikaji karena pada ibu hamil yang tinggi badannya

kurang dari 140 cm, dicurigai adanya disproporsi sefalo

pelvik.

4. Lila

Untuk mengetahui berapa lingkar lengan atas ibu,

karena bila kurang dari 23,5 cm ibu menderita KEK (

Kekurangan Energi Kronik).

b. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan fisik sistematis menurut Dewi (2011) adalah :

a. Kepala : Untuk mengetahui bentuk kepala, kulit

kepala dan kebersihan rambut.

b. Muka : : Untuk mengetahui pucat karena

anemia. Dilihat dari konjungtiva pucat

atau tidak, bila ditemukan pucat berarti

mengarah pada anemia, sklera kuning

atau tidak bila kuning mengarah pada

hepatitis. Pada kasus anemia ringan

mata klien akan terlihat sedikit pucat.

c. Wajah : Untuk melihat ekspresi wajah pasien,

adanya peningkatan hormone ditandai

dengan tanda cloasma gravidarum,

30
pembengkakan (edema) pada wajah.

Pada kasus anemia ringan, tampat

wajah sedikit pucat.

d. Hidung : Untuk mengetahui kebersihan hidung

dan ada kelainan pada hidung atau

tidak.

e. Telinga : Untuk mengetahui kebersihan telinga.

f. Mulut : Untuk mengetahui apakah ada kelainan

pada bibir, lidah dan gigi.

g. Leher : Untuk mengetahui pembesaran kelenjar

tyroid dan vena jugularis.

h. Dada : Untuk mengetahui ada tidaknya

kelainan pada pernafasan normal atau

tidak, bentuk payudara,benjolan pada

payudara ada atau tidak, pengeluaran

secret, dan adanya kelainan pada

payudara atau tidak.

i. Abdomen : Untuk mengetahui ada tidaknya luka

bekas operasi, tumor, linea nigra, dan

strie gravidarum. (Liewellyn, 2011).

j. Genetalia : Untuk mengetahui varises, tumor,

tanda-tanda infeksi atau penyakit

31
menular seksual.

k. Anus : Untuk mengetahui adanya haemoroid

atau tidak. (Liewellyn, 2011).

l. Ekstremitas : Pemeriksaan ekstremitas harus

mencakup pengkajian reflek tendon

dalam, pemeriksaan adanya edema

tungkai dan vena verikosa dan

pemeriksaan ukuran tangan dan kaki

bentuk serta letak jari tangan dan jari

kaki, kelainan menunjukkan gangguan

geneti. (Wheeler, 2011).

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan untuk

menunjang diagnosis penyakit, guna mendukung atau

menyingkirkan diagnosis (Nurmalasari,2010).

Data penunjang diperlukan pada kasus anemia ringan

untuk mengetahui apakah kehamilan pada klien / pasien

termasuk anemia ringan (Hb 9-10 gr%), anemia sedang (Hb 7-

8 gr% ), anemia berat (Hb ≤ 7 gr% ) atau bahkan tidak anemia

(Hb ≥ 11 gr%) Hb normal, seperti: pemeriksaan laboratorium

32
dengan menggunkan metode Hb sahli yaitu pemeriksaan

dengan menggunakan sampel darah pasien dan menggunakan

Hb Sahli sebagai alat pemeriksaannya.

Pada kasus anemia ringan, pada pemeriksaan

laboratorium didapatkan kadar Hb 9-10 gr%.

b. Langkah II : Interpretasi Data

Diagnosa: dengan melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah

atau diagnosa berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang

telah dikumpulkan. Diagnosa masalah dan kebutuhan ibu hamil

dengan anemia ringan tergantung dengan pengkajian terhadap pasien

tersebut. (Wildan dan Hidayat, 2008).

Interpretasi data

1) Diagnosa kebidanan

Seorang ibu G..P..A, umur kehamilan intrauterine / ekstrauterin,

janin hidup / mati, janin tunggal / majemuk (gemelli), posisi

punggung dan ekstremitas, presentase janin , bagian terendah janin

sudah masuk PAP / belum masuk PAP. Keadaan umum ibu dan

janin.., dengan masalah anemia ringan.

DS:

(1) Pernyataan dari ibu ini kehamilan yang keberapa,

(2) Pernyataan dari ibu apakah ibu pernah keguguran atau

tidak,

(3) Pernyataan dari ibu mengenai Hari Pertama Hari Terakhir,

33
(4) Pernyataan dari ibu mengenai ada tidaknya nyeri pada

perut bagian bawah,

(5) Pernyataan dari ibu apakah pernah terjadi perdarahan

pervaginam selama hamil,

(6) Pernyataan dari ibu apakah bayi dalam kandungannya

sudah bergerak dan bergerak pada perut sebelah mana,

(7) Pernyataan dari ibu mengenai keluhan yang dirasakaan saat

ini.

DO:

1) Ekspresi wajah

2) Keadaan umum

3) Kesadaran

4) Berat badan sebelum hamil

5) Berat badan sesudah hamil

6) Tinggi badan

7) Lingkar Lengan Atas

8) Vital sign: tekanan darah ,nadi, suhu, pernapasan

9) Pemeriksaan fisik secara khusus (Head to Toe)

10) Haemoglobin

c. Lngkah III : Diagnosa Potensial

Diagnosa atau masalah potensial diidentifikasi berdasarkan

diagnosis atau masalah yang telah teridentifikasi. Langkah ini penting

dalam melakukan asuhan yang aman, diagnosa potensial pada kasus

34
anemia ringan yaitu dapat terjadinya anemia sedang. (Wildan dan

Hidayat, 2010).

d. Langkah IV : Antisipasi Tindakan Segera/ Kolaborasi

Antisipasi tindakan segera dibuat berdasarkan hasil identifikasi

pada diagnosa potensial. Langkah ini digunakan untuk

mengidentifikasi dan menetapkan penanganan segera untuk

mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan yang terjadi.

Antisipasi tindakan segera dalam kasus anemia ringan adalah istrahat

yang cukup, mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) 1 kali per hari, dan

mengkonsumsi makanan yang bergizi sesuai dengan kebutuhan wanita

hamil pada umumnya. (Wildan dan Hidayat, 2010).

e. Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan

Langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan

oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan menyeluruh tidak

hanya meliputi yang sudah teridentifikasi atau setiap masalah yang

berkaitan, tetapi juga dapat dari kerangka pedoman antisipasi terhadap

wanita tersebut apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dia

membutuhkan penyuluhan, konseling, atau rujukan bila ada masalah

yang berkaitan dengan aspek sosial-kultural, ekonomi atau psikologi.

(Wildan dan Hidayat, 2010).

f. Langkah VI : Implementasi

35
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti

yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien

dan aman. Perencanan ini bis dilakukan oleh bidan dan sebagian

dilakukan oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain.

Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul

tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Manajemen

yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan

mutu dari asuhan klien.

g. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah

diberikan, apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah

teridentifikasi dalam diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana

asuhan tersebut dapat dianggap efektif apabila ibu mengalami

perkembangan yang lebih baik. Ada kemungkinan bahwa sebagian

rencana tersebut terlaksana dengan efektif dan mungkin sebagian

belum efektif. Karena proses manajemen asuhan ini merupakan suatu

kegiatan yang berkesinambungan maka perlu evaluasi, kenapa asuhan

yang diberikan belum efektif. Langkah-langkah proses manajemen

umunya merupakan pengkajian yang memperjelas proses berfikir

yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis,

karena proes manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik.

36
3. Data Perkembangan

Metode pendokumentasian untuk data perkembangan dalam

asuhan kebidanan pada kasus anemia ringan dengan menggunakan SOAP

menurut (Varney, 2010) yaitu :

S : Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data

klien melalui anamnesa.

O : Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang

dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assessment.

A : Assesment atau Analisa

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi

meliputi diagnosa/ masalah serta antisipasi masalah potensial.

P : Planning

Menggunakan pendokumentasian dari perencanaan dan

evaluasi berdasarkan assessment

C. Landasan Teori

Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan

aturan atau hukum yang berlaku, sehingga penyimpangan terhadap hukum

37
(mal praktik) dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan

anemia ringan landasan hukum yang digunakan di antaranya:

1. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,

kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

a. Kewenangan normal :

(b) Pelayanan kesehatan ibu ,

(c) Pelayanan kesehatan anak ,

(d) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

b. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah

c. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak

memiliki dokter.

2. Kompetensi Bidan Indonesia, 2003 Selain itu sebagai seorang bidan juga

harus mempunyai kompetensi dalam memberikan asuhan kebidanan.

Kompetensi bidan yang sesuai dengan kasus ini adalah kompetensi bidan

ke-3, yaitu bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan selama hamil yang meliputi: deteksi dini,

pengobatan atau rujukan dari kasus tertentu. (Ringgi, 2014).

3. Berdasarkan PERMENKES N0.1464/MENKES/PER/X/2010, tentang izin

dan penyelengaraan praktik bidan, menurut pasal 1 ayat 2 fasilitas

pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk

menyelengarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif,

38
kuratif maupun rehabilitatife yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah

daerah dan atau masyarakat. Sebagaimana dimaksud dalam pasal 9a

“bidan dalam menjalankan praktek berwenang untuk memberikan

pelayanan meliputi pelayanan kesehatan ibu”. Dan di dalamnya terdapat 6

standar diantaranya yaitu, pengelolaan anemia pada kehamilan.

D. Informed Concent

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti

disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subyek menolak maka

peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak

subyek.

39
BAB III

METODOLOGI

A. Jenis Studi Kasus

Jenis laporan ini adalah laporan studi kasus dengan metode deskriptif yaitu

suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan atau

membuat gambaran tentang studi keadaaan secara obyektif dengan menggunakan

tujuh langkah varney dan SOAP.

B. Lokasi Studi Kasus

Studi kasus ini akan dilaksanakan di Ruang Poli Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA) Puskesmas Konda.

C. Subyek Studi Kasus

Subyek pada studi kasus ini adalah semua bidan yang bertugas di Ruang

Poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada tahun 2014.

D. Waktu Studi Kasus

Waktu pelaksanaan studi kasus ini dilaksanakan setelah proposal ini

diseminarkan dan dinyatakan layak untuk diteliti.

40
E. Instrument Studi Kasus

Instrumen yang digunakan dalam melakukan studi kasus ini adalah

dengan menggunakan format asuhan kebidanan tujuh langkah varney pada ibu

hamil dengan anemia ringan dan data perkembangan menggunakan SOAP.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada studi kasus ini diperoleh melalui :

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari :

a. Wawancara

Pada kasus ini wawancara dilakukan pada bidan dan keluarga pasien.

b. Observasi

Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar status pasien . Pada

kasus anemia ringan perlu dilakukan observasi yaitu pemeriksaan fisik

pada mata (menilai konjungtiva), wajah pasien, warna kuku dan warna

telapak tangan pasien, serta pemeriksaan laboratorium untuk menilai

tingkatan anemia pada ibu hamil.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien

secara sistematis dengan cara :

1) Inspeksi

Inspeksi dilakukan secara sistematis menggunakan indera

penglihatan, pandangan dan penciuman yang dimulai dari kepala

sampai ke kaki pasien. Pada kasus ini inspeksi digunakan untuk

41
melihat warna konjungtiva pada mata pasien, keadaan wajah, warna

kuku dan telapak tangan pasien.

2) Palpasi

Dalam hal ini palpasi dilakukan untuk pemeriksaan fisik abdomen

pada ibu hamil.

3) Perkusi

Perkusi dilakukan untuk mendeteksi Refleks Patella ibu hamil.

4) Auskultasi

Auskultasi pada kasus ini dilakukan pemeriksaan tekanan darah

memakai alat tensimeter dan untuk mendengar denyut jantung janin

pada abdomen ibu hamil dengan menggunakan leanec.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari:

a. Studi dokumentasi.

Pada kasus ini dokumen diambil di Puskesmas Konda Kota Kendari.

b. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan diambil dari tahun 2008-2014.

G. Alat-Alat Yang Dibutuhkan

Alat-alat yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara lain:

1. Wawancara

Menggunakan alat:

a. Format pengkajian pada ibu bersalin

42
b. Buku tulis

c. Bolpoint

2. Observasi

Menggunakan alat

a. Thermometer

b. Spygmanometer

c. Stetoskop

d. Jam tangan

e. Pita lila

f. Pita senti

g. Timbangan

h. Pengukur tinggi badan

i. Leannec

j. Hb Sahli

3. Dokumen

Menggunakan alat:

a. Status atau catatan pasien

b. Rekam medik

c. Alat tulis

43

Вам также может понравиться