Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami definisi dari kalazion dan hordeolum.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami etiologi kalazion dan hordeoulum.
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinik kalazion dan hordeolum.
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi kalazion dan hordeolum.
1.3.5 Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik kalazion dan
hordeolum.
1.3.6 Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari kalazion dan hordeolum.
1.3.7 Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan kasus kalazion dan
hordeolum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kedua kelainan antara
kalazion dan hordeoum memiliki persamaan yaitu sama – sama merupakan
peradangan kelopak mata. Kemudian perbedaannya yaitu kalazion merupakan
peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat, sifatnya kronik, tidak
ada tanda radang akut. Jadi sifat benjolannya hanya berupa benjolan pada palpebra,
tidak nyeri, tidak merah, kemudian terdapat pseudoptosis. Sedangkan hordeolum
merupakan kelainan pada palpebra akibat dari bakteri Staphylococcus sp. Pada
kelenjar sebasea kelopak mata. Memiliki gejala klinis yang bersifat akut, yaitu
kelopak mata bengkak, nyeri bila ditekan, bewarna merah, disertai dengan keluhan
kelopak mata yang sulit diangkat atau disebut ptosis maupun pseudoptosis. Pada
3
hordeolum pseudoptosis terjadi karena palpebra superior bertambah berat sehingga
sulit menganggkat kelopak mata.
2.2 Etiologi Kalazion dan Hordeolum
A. Etiologi Kalazion
Terdapat beberapa etiologi kalazion menurut (Ganong, William, F : 2001) antara lain :
a. Sumbatan pada kelenjar Meibom.
Kelenjar Meibom adalah kelenjar sebasea yang menghasilkan minyak yang
mengalir keluar dari kelenjar ke dalam air mata. Pintu keluar minyak dari kelenjar
masing-masing melalui lubang kecil tepat di belakang bulu mata dari kelopak atas
dan bawah.
Kalazion disebabkan oleh kelenjar minyak menjadi terlalu tebal untuk mengalir
keluar dari kelenjar atau pembukaan kelenjar yang terhalang. , minyak menumpuk
di dalam kelenjar dan membentuk benjolan di kelopak mata. Dinding kelenjar bisa
pecah, melepaskan minyak ke dalam jaringan kelopak mata, peradangan dan
kadang-kadang menyebabkan jaringan parut.
b. Penyakit mata lainnya: blefaritis ulseratif, dan hordeolum
B. Etiologi Hordeolum
Hordeulum yang biasanya disebabkan oleh infeksi dari staphylococcus pada kelenjar
sebasea kelopak mata.
4
2. Kemudian ditandai edema terbatas pada kelenjar bertahap tanpa rasa sakit, keras
pada perabaan, melekat pada tarsus akan tetapi lepas dari kulit.
3. Pada keadaan matang tanda peradangan tidak ada.
4. Lebih banyak terletak pada pelpebra bagian konjungtiva yang mungkin sedikit
merah atau meninggi.
5. Jika cukup besar dan tanpa penanganan, dapat menekan kornea/bola mata dan
menyebabkan gangguan refraksi (astigmat)
6. Klien dapat mengeluh kelelahan, sensitive terhadap cahanya dan epifora.
7. Pemeriksaan laboratorium, jarang dilakukan tetapi pemeriksaan patologik
menunjukkan proliferasi endotel asinus dan respons radang granulomatosa yang
mencakup sel-sel kelenjar mirip langerhans. Biopsi diindikasikan untuk kalazion
kambuhan karena tampilan karsinoma kelenjar meibom dapat mirip kalazion.
a. Hordeolum eksterna
Merupakan stye yang sering terjadi infeksi pingenik (biasanya staphylococcus)
pada folikel ciliaris dan itu berhubungan dengan kelenjar sebasca zeis sepanjang
tepi palpebra. Orang yang rentan dapat mengalami kekambuhan. Lesi dimulai dari
pembengkakan berbatas tegas dengan tepi palpebra, perkembangan menuju
surpurasi, dan akhirnya ruptur dengan penyembuhan sakit dan nyeri tekan.
Pengobatan meliputi kompres dengan panas dan sembab selama 20 menit,
beberapa kali dalam sehari dan penggunaan salep, seperti eritromisin atau
basitrasin pada waktu tidur. Jika terapi lokal tidak mengarah pada penyembuhan,
stye harus di insisi dan didrainase.
b. Hordeolum interna
Merupakan infeksi akut piogenik pada kelenjar meibom yang biasanya disebabkan
oleh staphylococcus. Tampak daerah pembengkakan setempat, kemerahan, dan
5
supurasi pada permukaan konjungtiva pada palpebra yang berhubungan dengan
lokasi kelenjar. Ruptur spotan kurang sering terjadi pada hordeolum interna
dibandingkan dengan stye eksternal tetapi terapinya sama.
2.4 Patofisiologi Kalazion dan Hordeolum
A. Patofisiologi Kalazion
Kalazion adalah massa granulomatosa mengandung lipid yang menggambarkan
reaksi benda asing di sekeliling kelenjar meibom. Kalazion merupajkan reaksi
esensial terhadap lipid yang dihasilkan oleh kelenjar tersebut. Eksudat peradangan
mengandung histiosit, sel raksasa yang berinti banyak, sel plasma, eosinofil, imfosit,
dan leukosit polimorfonuklear (ATLAS ANFIS).
B. Patofisologi Hordeolum
Hordeolum interna terjadi karena infeksi kelenjar melbom pada kelopak mata.
Hordeolum eksterna terjadi karena infeksi kelenjar Zeis (folikel rambut) pada kelopak
mata. Sebagian besar kasus disebabkan oleh infeksi staphylococcus aureus. (ATLAS
ANFIS)
6
diminta melihat ke bawah. Pemeriksaan dengan hati – hati memegang bulu mata atas
dengan jari telunjuk dan jempol sementara tangan yang lain meletakkan tangan yang
lain meletakkan tangkai aplikator tepat diatas tepi superior tarsus. Palpebra dibalik
dengan sedikit menekan aplikator kebawah, serentak dengan pengangkatan tepian
bulu mata. Pasien tetap melihat kebawah, dan bulu mata ditahan dengan menekannya
pada kulit diatas tepian orbita superior saat aplikator ditarik kembali. Konjungtiva
tarsal kemudian diamati dengan pembesaran. Untuk mengembalikannya, tepian
palpebra dengan lembut diusap kebawah sementara pasien melihat ke atas (Paul
Riodan & John Whitcher, 2009).
7
palpebra, kelelahan, sensitive terhadapa cahaya dan epifora atau adanya
ganguan penglihatan jika kalazion cukup besar.
b. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan pembekanaan sebesar kacang, keras
pada perabaan, melekat pada tarsus tetapi lepas dari kulit. Jika palpebra dibalik,
konjungtiva pada tempat kalazion menonjol merah. Pada ujung kelenjar meibom
terdapat massa yang kuning dari sekresi yang tertahan, mungkin terdapat
ganguan refraksi (astigmat) jika kalazion cukup besar.
2. Diagnosa
I. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan pembengkakan pada
kelenjar meibom ditandai rasa mengganjal, kelelahan pada mata, sensitive
terhadap cahaya dan epifora.
II. Gangguan konsep diri (citra tubuh) yang berhubungan dengan perubahan
bentuk organ penglihatan yang mengganggu penampilan.
III. Gangguan persepsi sensori: pengelihatan berhubungan dengan perubahan
organ sensori pengelihatan.
IV. Resiko cidera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan akibat nodul.
V. Resiko infeksi berhubungan dengan Riwayat infeksi dan hygiene yang buruk.
3. Intervensi
Diagnosa I
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan gangguan rasa nyaman pasien
teratasi dengan kriteria hasil:
a. Pasien mengatakan tidak cemas lagi.
b. Wajah pasien tampak tenang.
c. Pasien tidak gelisah.
Intervensi Rasional
a. Lakukan kompres hangat selama 15 menit, mengeluarkan isi kelenjar meibom
4 kali sehari sambil diikuti pengurutan sehingga peembengkakan berkurang.
kearah muara kelenjar meibom.
b. Berikan antibiotika salep mata setelah membantu proses penyembuhan dan
pemberian kompres hangat pada kelopak mencegah infeksi sekunder.
mata sesuai indikasi
8
c. Pada wanita anjurkan untuk sementara merupakan allergen dan media yang
tidak menggunakan tata rias baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme
d. Anjurkan klien segera lapor jika terdapat Penanganan dini terhadap tanda-tanda
tenda infeksi, meningkatnya kemerahan, tersebut akan mempercepat dimulainya
adanya drainase purulen dan penurunan tindakan untuk mencegah memburuknya
sekunder. klien.
Diagnosa II
Tujuan dan Kriteria Hasil :
9
Anjurkan pasien untuk melakukan kompres Pengompresan yang lebih sering oleh
hangat 4 kali sehari ± selama 15 menit di pasien akan lebih cepat mendoronga
rumah. resolusi dari penyumbatan duktus,
mempermudah drainase dan
mempercepat penyembuhan.
Diagnosa III
10
5. Kolaborasi dengan ahli bedah dalam Pembedahan akan membantu
merencanakan dan melakukan pembedahan menghilangkan jaringan granuloma
bila kalazion terus membesar, mengganggau yang terbentuk pada kelopak mata,
secara kosmetik dan terjadi berulang. pembedahan dapat dilakukan dengan
cara kuretase granuloma untuk kalazion
kecil dan diseksi untuk kalazion yang
lebih besar.
Diagnosa IV
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cedera tidak terjadi dengan
kriteria hasil :
a. Pasien tidak mengalami cidera.
b. Nodul dapat berkurang atau hilang
Intervensi Rasional
Mandiri: Observasi dilakukan untuk mengetahui
1. Observasi ketajaman penglihatan dan lapang kebutuhan individu dan menentukan
pandang pasien. intervensi yang tepat.
Diagnosa V
Tujuan dan Kriteria Hasil :
11
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi dengan
kriteria hasil:
a. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, tumor, fungsiolaesa) dan
adanya pus.
b. Pasien dapat menjaga kebersihan matanya.
Intervensi Rasional
Mandiri: Observasi dilakuakn untuk deteksi dini
1. Observasi adanya tanda-tanda infeksi (rubor, terhadap terjadinya infeksi.
dolor, kalor, tumor, fungsiolaesa serta adanya
pus).
2. Observasi suhu tubuh pasien dan timbulnya Peningkatan suhu tubuh dapat
demam. mengidentifikasikan terjadinya infeksi.
Pada wanita, anjurkan untuk sementara tidak Peningkatan suhu tubuh dapat
menggunakan tatarias. mengidentifikasikan terjadinya infeksi.
Beritahu pasien untuk menjaga kebersihan Infeksi dapat terjadi karena kebersihan
perorangan, terutama mata. yang kurang baik.
12
Kolaborasi dalam pemberian antibiotic salep membantu menurunkan peradangan dan
mata, tetes mata atau oral ( tetrasiklin, mencegah terjadinya infeksi sekunder.
metronidazole)
3. Intervensi
Diagnosa I
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
Ajarkan pada klien cara melakukan kompres Mempercepat supurasi sehingga
hangat pada tepi palpebra dan beritahu klien material purulen dapat keluar dari nyeri
agar mengompres tepi palpebra selama 20 reda
13
menit, 3 – 4 kali sehari.
Pada klien wanita, beritahu agar tidak Mengurangi iritasi.
memakai tata rias (khususnya tata rias di
mata) untuk sementara.
Diagnosa II
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak mengalami
gangguan dalam cara penerapan citra diri
Intervensi Rasional
Beritahu klien bahwa penyakitnya bisa mengetahui pengetahuan klien tentang
disembuhkan penyakitnya
Diagnosa III
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien tidak dapat
teratasi dengan kriteria hasil yeri terkontrol dan puss hilang.
14
Intervensi Rasional
Kaji nyeri klien seperti lokasi, karakteristic, Menentukan tingkat nyeri klien
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas serta
factor presipitasinya.
Diagnosa IV
Kriteria Hasil :
Cedera tidak terjadi.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan risiko cedera.
Mengungkapkan keinginan untuk melakukan tindakan pengamanan untuk
mencegah cedera
Intervensi Rasional
Batasi aktivitas seperti menggerakan kepala Menurunkan resiko jatuh atau cidera
tiba – tiba, menggaruk mata, membungkuk.
Orientasikan pasien terhadap lingkungan Mencegah cidera, meningkatkan
dekatkan alat yang dibutuhkan pasien ke kemandirian.
tubuhnya.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalazion merupakan lipogranuloma kronik yang disebabkan oleh retensi sekresi
kelenjar meibom yang berkembang setelah blefaritis stafilokokus. Secara klinis,
chalazion berkembang dengan lambat, terbentuk masa keras disekitar marsus, yang tidak
disertai sakit atau nyeri tekan kecuali terdapat infeksi sekunder. Hordeolum adalah
infeksi akut kelenjar di palpebra. Hordeolum berisi material purulen yang menyebabkan
nyeri tajam yang menjadi tumpul. Biasanya hordeolum menyerang hanya satu mata pada
satu waktu dan visus tidak terpengaruh oleh hordeoulum. Hordeoulum sering disertai
blefaritis, konjungtivitis yang menahun, anemia, kemunduran keadaan umum dan akne
vulgaris. Terdapat beberapa etiologi kalazion menurut (Ganong, William, F : 2001)
antara lain : Sumbatan pada kelenjar Meibom, Penyakit mata lainnya: blefaritis ulseratif,
dan hordeolum. Sedangkan etiologi hordeolum disebabkan oleh infeksi dari
staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak mata.
16
membantu mengatasi infeksi. Antibiotik topikal (misalnya eritromisin) dapat
ditambahkan
3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai Laporan Pendahuluan
dan Asuhan Keperawatan pada Kalazion dan Hordeolum. Semoga makalah ini berguna
bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini
masih terdapat kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami
harapkan untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
ATLAS
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn, E., et. al., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Eva, Paul Riordan dan John P. Withcher. 2009. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury,
Edisi 17. Jakarta : EGC
18