Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tim Penyususn
1. Destya Andriyani
2. Dwi Munika Sari
3. Husnul Khatimah
4. Listia Winda Sari
5. Salwa Hanifa Nurhadi
Dosen Pembimbing
Nur’aini Susilo Rochani, S.K.M, M.Sc
Laporan Survei dengan judul “Status Gizi Baduta dan Faktor-Faktor terkait di Desa
Kawungcarang, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas” tahun 2018 telah dipresentasikan di
Kecamatan Sumbang pada tanggal 27 Oktober 2018, dalam rangka praktek mata kuliah Perencanaan
Program Gizi pada Program Studi Diploma III Gizi semester lima tahun ajaran 2018/2019.
Mengetahui Menyetujui
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pengumpulan Data Dasar Desa Kawungcarang
Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Kepala desa, bidan, staff serta masyarakat Desa
Kawungcarang yang telah menerima dan membimbing kami dengan baik dan masyarakat yang telah
bersedia menjadi responden kami dalam pengumpulan data dasar ini. Ucapan terimakasih juga kami
sampaikan kepada Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Jakarta II berserta para dosen yang
membimbing kami dalam melaksanakan pengumpulan data dasar di Desa Kawungcarang.
Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada bapak Nanang Prayitno M.Ps dan ibu Nur’aini
Susilo Rochani, S.K.M, M.Sc yang telah membimbing kami saat pengambilan data di desa. Ucapan
terimakasih juga kami sampaikan kepada ibu Nur’aini Susilo Rochani, S.K.M, M.Sc yang telah
membimbing kami dalam penyusunan laporan ini, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan
baik.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
1. Destya Andriyani
2. Dwi Munika Sari
3. Husnul Khatimah
4. Listia Winda Sari
5. Salwa Hanifa Nurhadi
ii
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang................................................................................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................................................................... 2
BAB II.................................................................................................................................................... 4
A. Geografi ............................................................................................................................................ 4
B. Demografi.......................................................................................................................................... 7
BAB III .............................................................................................................................. 11
A. Ruang Lingkup ................................................................................................................................ 11
B. Bivariat ............................................................................................................................................ 51
BAB V ............................................................................................................................... 64
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 64
B. Rekomendasi ................................................................................................................................... 68
BAB VI .............................................................................................................................. 69
RENCANA INTERVENSI ................................................................................................... 69
A. Batasan Masalah ............................................................................................................................. 69
iii
B. Rencana Intervensi .......................................................................................................................... 73
C. Plan Of Action................................................................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 107
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 108
iv
DAFTAR TABEL
v
C. Analisis Bivariat Baduta
Tabel 29 Status Gizi Baduta (BB/U) Berdasarkan Asupan Energi dan Protein.......................................... 51
Tabel 30 Status Gizi Baduta (PB/U) Berdasarkan Asupan Protein dan Kalsium ....................................... 52
Tabel 31 Status Gizi Baduta (PB/U) Berdasarkan Riwayat Pemberian ASI .............................................. 53
Tabel 32 Status Gizi Baduta (PB/U) Berdasarkan Riwayat Pemberian MP-ASI ....................................... 54
Tabel 33 Status Gizi Baduta (PB/U) Berdasarkan Status Imunisasi ........................................................... 55
Tabel 34 Status Gizi Baduta (PB/U) Berdasarkan Pemberian Vitamin A .................................................. 56
Tabel 35 Status Gizi Baduta (PB/U) Berdasarkan Kesehatan Lingkungan ................................................ 57
Tabel 36 Status Gizi Baduta (PB/U) Berdasarkan Status Sosial Ekonomi ................................................. 58
Tabel 37 Asupan Energi dan Protein Baduta Berdasarkan Pengetahuan Ibu ............................................. 59
Tabel 38 Asupan Energi Baduta Berdasarkan Pola Pemberian ASI ........................................................... 60
Tabel 39 Asupan Protein Baduta Berdasarkan Pola Pemberian ASI .......................................................... 60
Tabel 40 Asupan Energi Baduta Berdasarkan Pola Pemberian MP-ASI .................................................... 60
Tabel 41 Asupan Protein Baduta Berdasarkan Pola Pemberian MP-ASI ................................................... 61
Tabel 42 Asupan Energi Baduta Berdasarkan Sosial Ekonomi Keluarga .................................................. 62
Tabel 43 Asupan Protein Baduta Berdasarkan Sosial Ekonomi Keluarga.................................................. 63
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan dan
kehidupan dari seorang individu. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih
(Almatsier, 2004). Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara
jumlah asupan zat gizi dengan jumlah kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses
biologis (Jahari, 2004)
Indonesia menghadapi beban ganda masalah gizi, disatu pihak mengalami
kekurangan gizi dipihak lain mengalami kelebihan gizi. Untuk mengatasi masalah tersebut
maka dirumuskan gerakan seribu hari pertama kehidupan. Saat ini Indonesia terfokus pada
gerakan 1000 HPK yang memiliki tujuan pada 1000 hari pertama kehidupan (270 hari selama
kehamilan dan 730 hari dari kelahiran sampai usia 2 tahun) yaitu pada ibu hamil, ibu
menyusui dan anak usia 0-23 bulan. Masa lah gizi yang sering terjadi pada 1000 HPK adalah
KEK (Kurang Energi Kronis) pada ibu hamil, AGB (Anemia Gizi Besi) pada ibu hamil,
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah), anak balita pendek (stunting), gizi kurang (underweight),
dan gizi lebih (overweight)(Bappenas, 2013).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, persentase KEK (Kurang Energi Kronis)
pada ibu hamil umur 15-49 tahun di Indonesia sebesar 24,2%. Konsumsi zat besi di
Indonesia sebesar 89,1%, di antara yang mengonsumsi zat besi tersebut terdapat 33,3 %
mengonsumsi minimal 90 hari selama kehamilannya. (Riskesdas, 2013)
Banyumas termasuk salah satu dari 17 kabupaten di Jawa Tengah yang menghadapi
beban ganda masalah gizi (Riskesdas, 2013). Wilayah Kabupaten Banyumas terletak di
sebelah Barat Daya dan bagian dari Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah 1.327,60 km 2,
terbagi dalam 27 Kecamatan yang terdiri dari 331 desa/kelurahan. Kabupaten Banyumas
memiliki iklim tropis basah dengan rata-rata suhu udara rata-rata 26,50C. Suhu minimum
sekitar 24,40C dan suhu maksimum sekitar 30,90C.
1
Menurut data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Banyumas
Tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten Banyumas adalah 2.034.405 jiwa terdiri dari
1.026.300 jiwa laki-laki dan 1.008.105 jiwa perempuan.
Prevalensi masalah gizi di Jawa Tengah Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas tahun 2013), persentase KEK (Kurang Energi Kronis) pada ibu hamil umur 15-49
sebesar 23,2 %, Konsumsi zat besi di Jawa Tengah sebesar 96%,di mana 39.3 % yang
mengonsumsi zat besi minimal 90 hari selama kehamilannya.
Masalah gizi di Banyumas meliputi AGB ibu hamil sebesar 18,24%, prevalensi gizi
kurang di kabupaten banyumas sebesar 4,01% dan gizi lebih 5,47% (Banyumas, 2013)
Dalam rangka untuk melakukan perencanaan gizi dan kesehatan untuk tingkat mikro
Desa Kawungcarang maka data sangat diperlukan agar perencanaan yang dilakukan sesuai
dengan kondisi wilayah, telah dilakukan pengumpulan data di desa Kawungcarang
Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas pada tanggal 21-27 Oktober 2018.
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, kami memfokuskan untuk
Kabupaten Banyumas sebagai pusat penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan status
gizi anak batita dan ibu hamil. Dari 27 Kecamatan yang ada di Banyumas kami memilih
Kecamatan Sumbang yang terdiri dari 11 desa sebagai tempat penelitian dalam rangka
praktek mata kuliah Perencanaan Program Gizi (PPG).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui status gizi dan faktor terkait pada baduta di Desa Kawungcarang
Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas.
2. Tujuan Khusus
1.1 Mengidentifikasi karakteristik baduta berdasarkan umur, tanggal lahir, dan jenis
kelamin.
1.2 Mengidentifikasi karakteristik keluarga baduta berdasarkan nama orangtua, umur
orangtua, alamat, pendidikan, pekerjaan, agama, dan hubungan keluarga.
1.3 Menilai status gizi baduta dengan menghitung Z-Score berdasarkan indeks BB/ U,
PB/ U, BB/PB dan IMT/ U.
2
1.4 Mengidentifikasi riwayat pemberian IMD, ASI dan MP-ASI.
1.5 Mengidentifikasi penyakit infeksi seperti diare, ISPA dan campak.
1.6 Mengidentifikasi status imunisasi yang diterima oleh baduta (BCG, Hepatitis B,
Polio, DPT, Campak, dan MMR)
1.7 Mengidentifikasi pemberian kapsul vitamin A.
1.8 Mengidentifikasi perilaku kebersihan diri oleh ibu kepada baduta terkait dengan
perwatan kulit, rambut, kaki, tangan, kuku, gigi, dan telingan dengan metode
kuesioner.
1.9 Mengidentifikasi kesehatan lingkungan (rumah sehat, sarana sanitasi, dan perilaku
penghuni) keluarga baduta.
1.10 Untuk mengidentifikasi frekuensi makan sehari, susunan hidangan makan sehari,
dan ada atau tidaknya pantangan makanan.
1.11 Untuk menghitung tingkat kecukupan asupan energi dan zat gizi (KH, Lemak,
Protein, Vit. A, Vit. D, Vit. C, Vit K, Kalsium, Besi, Magnesium, Iodium dan
Seng)
1.12 Mengidentifikasi pola pemberian ASI (Pemberian ASI pertama kali, Sejak kapan
diberi ASI , warna ASI pertama kali).
1.13 Mengidentifikasi pola pemberian MPASI sesuai dengan usia baduta (Pemberian
MPASI pertama kali , betuk makanan, frekuensi pemberian)
1.14 Menilai pengeluaran pangan keluarga dengan metode food account.
1.15 Menilai pengeluaran non pangan keluarga dengan metode food account.
1.16 Mengitung total pengeluaran pangan keluarga.
1.17 Mengidentifikasi status sosial ekonomi keluarga baduta dengan pendekatan
pengeluaran pangan dan non pangan dengan satuan per-kg bahan per-kapita atau
bulan.
1.18 Menilai pengetahuan gizi ibu baduta dari aspek ASI, MPASI, gizi seimbang dan
pemberian kapsul vitamin A.
3
BAB II
A. Geografi
Desa Kawungcarang merupakan salah satu desa dari sebelas desa yang ada di
Kecamatan Sumbang kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah
sebesar 470.365 km2
4
Kegiatan Posyandu Pala I, II dan III yang dilakukan di Desa Kawungcarang
meliputi penimbangan, pemberian kapsul vitamin A, imunisasi DPT, BCG, Polio,
Campak dan Hepatitis dan kegiatan pemberian makanan tambahan balita.
Selain itu kegiatan yang dilakukan posyandu Pala I, II dan III untuk ibu hamil
yaitu penimbangan dan pengukuran (Lingkar Lengan Atas (LILA), pemberian dan
penyuluhan tablet tambah darah sedangkan kegiatan yang tidak dilakukan oleh posyandu
antara lain Imunisasi TT dan Pemberian kapsul Fe. Kegiatan tersebut tidak dilakukan
karena ibu hamil sudah mendapatkan pelayanan tersebut saat berkunjung ke bidan.
5
1. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan
Jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas 1 Sumbang
sebanyak : 3 orang dokter, 1 orang dokter gigi, 5 perawat, 21 bidan, 1 tenaga kesehatan
masyarakat, 2 tenaga kesehatan lingkungan, 1 tenaga gizi, 1 apoteker, dan 6 tenaga
administrasi.
2. Sarana dan Prasarana yang dimiliki Puskesmas
Sarana dan Prasarana yang dimiliki Puskesmas ini yaitu stetoskop 5 buah,
timbangan B 10 buah, timbangan injak 5 buah, infantometer 2 buah, tensimeter 22 buah,
ambulans 3 unit, microtoise 50 buah, thermometer 10 buah, obat-obatan 1 buah, kamar
perawatan 2 unit, ruang lab 1 unit, dan ruang persalinan 1 unit.
3. Data Status Gizi Baduta di Puskesmas 1 Sumbang
Jumlah Baduta yang menderita gizi buruk di Puskesmas 1 Sumbang sampai pada
tahun 2018 sebanyak 18 Baduta,10 baduta laki-laki dan 8 baduta perempuan.Baduta yang
menderita gizi buruk ini tidak diketahui tempat tinggalnya dikarenakan tidak ada data.
6
6. Jumlah posyandu yang dibina di Puskesmas 1 Sumbang
Terdapat 61 buah jumlah posyandu yang dibina di Puskesmas 1 Sumbang dan
yang aktif sebanyak 39 buah.
B. Demografi
Total penduduk Desa Kawungcarang yaitu 1.346 penduduk dengan jumlah laki-
laki sebanyak 834 orang dan perempuan sebanyak 512 orang. Jumlah balita sebanyak 144
orang, anak sebanyak 160 orang, remaja sebanyak 140 orang, dewasa muda sebanyak
561 orang, dewasa tua sebanyak 186 dan lansia sebanyak 155 orang.
a) Jumlah penduduk
Tabel 2
Distribusi Jumlah Penduduk Desa Kawungcarang
Berdasarkan Golongan Usia
7
keberhasilan program Bina Keluarga Berencana yang diterapkan pada desa Kawungcarang
untuk menekan angka kelahiran melalui penyuluhan, pemasangan spanduk gerakan
Keluarga Berencana, dukungan dari Kepala Desa dan Keluarga sebagai contoh keluarga
berencana.
b) Tingkat pendidikan
Tabel 3
Distribusi Jumlah Penduduk Desa Kawungcarang
c) Jenis pekerjaan
Tabel 4
Distribusi Jumlah Penduduk Desa Kawungcarang
8
2 PNS 24 9,83
3 Abri/TNI 1 0,41
4 Pegawai Swasta 136 55,73
5 Wirausaha 28 11,47
6 Sopir 10 4,15
7 Tukang Ojek 4 1,63
8 Guru 14 5,73
9 Tidak bekerja/belum bekerja 12 4,91
Jumlah 244 100
d) Agama
Tabel 5
Distribusi Jumlah Penduduk Desa Kawungcarang
k) Fasilitas Komunikasi
10
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup
Survei pengumpulan data dasar status gizi dan faktor terkait pada baduta di Desa
Kawungcarang, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan survei yaitu rancangan yang tergantung pada
jawaban orang terhadap pertanyaan,dengan Cross Sectional yaitu variabel dependent dan
independent dalam waktu yang sama.
Jadi, perhitungan :
= 6 sampel baduta. Sehingga sampel yang di ambil untuk setiap mahasiswa adalah 6
baduta (6-24 bulan).
Di desa Kawungcarang terdapat 5 orang mahasiswa sehingga sampel yang di
ambil untuk desa Kawungcarang sebanyak 30 baduta (6-24 bulan).
12
4) Bila dalam satu rumah tangga terdapat sampel Baduta
5) Bila dalam satu keluarga terdapat 2 Baduta, maka ambil sampel yang besar
(kakaknya).
13
b. Data Sekunder
Data baduta didapatkan dari Kartu Keluarga (KK) atau akta kelahiran serta
kartu KMS baduta.
Data gambaran umum Kabupaten Banyumas mencakup, data Kecamatan, data
Desa, data puskesmas, data posyandu, luas wilayah, batas wilayah, jumlah desa, mata
pencaharian penduduk, sarana dan prasarana, jenis organisasi, dan hasil produksi.
14
Langkah-langkah melakukan food recall adalah sebagai berikut:
1) Melakukan quick list.
2) Menanyakan makanan dan minuman termasuk suplemen yang dikonsumsi Baduta
pada waktu makan pagi kemarin sampai sebelum sarapan hari ini beserta ukuran
rumah tangga. Memperlihatkan buku foto makanan kepada responden.
3) Menanyakan kepada responden apakah masih ada makanan, minuman, suplemen
yang terlewatkan.
4) Memasukkan data pangan beserta URT ke formulir dengan berat makanan.
5) Melakukan pengolahan data untuk mengkonversi berat makanan ke dalam zat
gizi dengan bantuan Nutrisurvey dan dibandingkan dengan AKG sesuai jenis
kelamin dan usia.
e. Data Jenis Penyakit Infeksi, Status Imunisasi dan Riwayat Pemberian Kapsul Vit. A
Data jenis penyakit infeksi, status imunisasi dan pemberian kapsul Vitamin A
dikumpulkan melalui wawancara pada ibu Baduta dengan alat bantu kuesioner dan
KMS Baduta.
15
f. Data Kebersihan Diri Baduta (6 – 24 bulan)
Data kebersihan diri dikumpulkan dengan wawancara pada responden dengan alat
bantu kuesioner.
1. Pengelolahan Data
a. Data Status Gizi Baduta ( 6 - 23 bulan)
Data hasil pengukuran diolah, kemudian dilakukan tabulasi data. Data status gizi
didapat dari data antropometri seperti BB, TB atau PB dan IMT yang dihitung untuk
mendapatkan nilai Z-Score, kemudian dibandingkan dengan Kategori dan Ambang
Batas Status Gizi anak berdasarkan indeks BB/U, TB/U atau PB/U, BB/PB atau BB/TB
dan IMT/U. Berdasarkan pengolahan data antropometri menggunakan software WHO
Antro akan didapatkan hasil berupa z-score yang nantinya akan dianalisis sesuai dengan
indikator status gizi menurut standar WHO 2005.
1) Makro
Energi : Cukup >80% AKG 2013
Kurang <80% AKG 2013
17
Protein : Cukup >80% AKG 2013
Kurang <80% AKG 2013
2) Mikro
Vitamin A : Cukup ≥ 100% AKG 2013
Kurang < 100% AKG 2013
18
Iodium : Cukup ≥ 100% AKG 2013
Kurang < 100% AKG 2013
b) Pemberian MP-ASI
MP-ASI tepat waktu (usia 6 bulan) dan tidak tepat jenis (makanan lumat, contoh:
bubur saring/bubur susu)
MP-ASI tidak tepat waktu dan tepat jenis (makanan lumat, contoh: bubur
saring/bubur susu)
MP-ASI tepat waktu (usia 6 bulan) dan tepat jenis (makanan lumat,contoh bubur
saring/bubur susu)
MP-ASI tidak tepat waktu dan tidak tepat jenis
d. Data Penyakit Infeksi dan Imunisasi dan Pemberian Kapsul Vitamin A Baduta ( 6 - 24
bulan)
Hasil wawancara pada ibu baduta yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu
kuesioner yang telah diberi kode, kemudian dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut
kemudian diinterpretasikan menjadi sebuah kesimpulan menderita penyakit tertentu
(Diare, ISPA, dan campak), dan imunisasi, yaitu :
19
a) Penyakit infeksi :
Pernah menderita
Tidak pernah menderita
b) Imunisasi :
Lengkap sesuai dengan usia
Lengkap tidak sesuai dengan usia
Tidak lengkap
Tidak ada data
20
a dan ventilasi, pencahayaan terang, ruangan dalam rumah bersekat, tempat pen
yimpanan makanan tertutup dan terdapat lubang asap dapur.
b) Kurang sehat, jika total nilai < 20 yang meliputi salah satu persyaratan rumah se
hat tidak terpenuhi.
2) Sarana sanitasi
Kesimpulan :
a) Bersih, jika total nilai ≥ 11 yang meliputi terdapat sarana air bersih untuk
mandi dan mencuci, tersedia sumber air minum yang berasal dari PAM/air
galon/pompa,mata air, terdapat jamban minimal tertutup dan disalurkan ke
septic tank, serta sarana pembuangan sampah yang kedap air dan tertutup.
b) Kurang bersih, jika total nilai <11 dan persyaratan sanitasi tidak terpenuhi.
3) Perilaku penghuni
Kesimpulan :
a) Perilaku Baik, jika total nilai 16 yang meliputi penghuni membuka jendela
kamar maupun ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman,
mengganti seprai kasur, membuang sampah pada tempatnya, menjemur
handuk, menguras bak mandi atau penyimpanan air dan sering membersihkan
kandang bila ada.
b) Kurang baik, jika total nilai ≤ 16 dan tidak memenuhi persyaratan.
21
Diatas garis kemiskinan
Bila jumlah pengeluaran yang diukur dengan ekuivalen beras mencapai ≥30
kg / kapita/bulan.
2. Analisis Data
a. Univariat
Untuk memperoleh gambaran setiap variabel data kontinu:
1) Data karekteristik baduta yaitu umur, jenis kelamin, BB lahir dan PB lahir.
2) Data karakteristik orang tua baduta yaitu,tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.
3) Data status gizi baduta dikelompokkan menjadi empat indeks yaitu,BB/U,TB/U atau
PB/U,BB/TB atau BB/PB dan IMT/U.
4) Data riwayat ASI MP-ASI baduta.
5) Data pola makan baduta usia 6-24 bulan.
6) Asupan zat gizi makro, yaitu energi (kkal) dan zat gizi protein (g), lemak (g) dan
karbohidrat (g) dan asupan zat mikro yaitu: Vitamin A (mcg), Vitamin D (mg),
Vitamin C (mg), Vitamin K (mg), dan mineral Ca (mg), Fe (mg), Mg (mg), Iodium
(mg), dan Zn (mg) pada baduta 6-24 bulan.
7) Penyakit infeksi dan status imunisasi pada baduta usia 6-24 bulan.
8) Data kebersihan diri baduta usia 6-24 bulan.
9) Data kesehatan lingkungan keluarga baduta usia 6-24 bulan.
10) Tingkat sosial ekonomi keluarga pada baduta usia 6-24 bulan.
22
b. Bivariat
Untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel independen, yaitu
:
1) Status gizi (BB/U) berdasarkan asupan energi dan protein.
2) Status gizi (PB/U) berdasarkan asupan protein dan kalsium.
3) Status gizi (PB/U) berdasarkan riwayat pemberian ASI dan MP-ASI
4) Status gizi (PB/U) berdasarkan status imunisasi
5) Status gizi (PB/U) berdasarkan pemberian vitamin A.
6) Status gizi (PB/U) berdasarkan kesehatan lingkungan keluarga baduta.
7) Status gizi (PB/U) berdasarkan sosial ekonomi keluarga baduta.
8) Asupan zat gizi energi dan protein berdasarkan tingkat pengetahuan ibu.
9) Asupan zat gizi energi dan protein berdasarkan pola pemberian ASI dan MP-ASI.
10) Asupan zat gizi energi dan protein berdasarkan status sosial ekonomi keluarga.
23
BAB IV
A. Univariat
1. Karakteristik baduta Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang (n=30)
Tabel 6
Karakteristik Baduta Menurut Jenis Kelamin dan Umur
Kategori f %
Laki-laki 17 57%
Perempuan 13 43%
6-12 bulan 8 27%
13-24 bulan 22 73%
Berdasarkan tabel diatas, tiga puluh baduta yang menjadi subjek penelitian di Desa
Kawungcarang teridiri dari baduta yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 orang (57%) dan
baduta yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang (43%).
Berdasarkan kategori usia baduta di Desa Kawungcarang, baduta yang berusia 6-12 bulan
sebanyak 8 orang (27%) sedangkan untuk baduta yang berusia 13-24 bulan sebanyak 22 orang
(73%).
Tabel 7
Karakteristik Data Antropometri Baduta
Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang
Variabel N Min Max Mean SD
BB Lahir 30 2.30 4.20 3.1783 0.39516
(kg)
24
BB sekarang 30 6.80 13.00 9.8100 1.32726
(kg)
PB Lahir 30 43.00 54.00 48.9333 2.03306
(cm)
PB/TB (cm) 30 65.00 86.00 76.6400 5.62756
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 30 baduta subjek penelitian, Berat Badan
(BB) lahirnya minimal 2,30 kg, maksimalnya yaitu 4,20 kg, rata-rata berat badan lahirnya 3,18
kg dan standar deviasinya 0,4. Berat badan baduta sekarang atau saat pengukuran (25 Oktober
2018) minimalnya 6,80 kg, maksimalnya 13,00 kg, rata-rata BB sekarang 9,8 kg dengan standar
deviasinya 1,3.
Panjang badan baduta saat lahir minimal 43 cm, maksimalnya 54 cm, rata-rata Panjang
badan 48,9 cm dengan standar deviasinya 2,0. Panjang badan baduta sekarang atau saat
pengukuran (25 Okrober 2018) minimal 65 cm, maksimalnya 86 cm, rata-rata Panjang badan
sekarang 76,6 cm, dan standar deviasinya 5,6.
Standar deviasi menunjukkan seberapa besar keragaman sampel. Semakin besar nilai
standar deviasi maka data sampel semakin menyebar (bervariasi) dari rata-ratanya. Sebaliknya
jika semakin kecil maka data sampel semakin homogen (hampir sama). Maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa sampel yang lebih beragam terdapat pada variabel Panjang Badan (PB) lahir
dibandingkan Berat badan (BB) lahir karena nilai SD dari PB lahir lebih besar dibandingkan nilai
SD dari BB lahir dan PB saat ini lebih beragam dibandingkan BB saat ini.
Tamat SD 4 13%
Tamat SMP 11 37%
Tamat SMA 13 43%
25
Tamat PT 2 7%
Pendidikan Ibu
Tamat SD 5 16.66%
Tamat SMP 14 46.66%
Tamat SMA 8 26.66%
Tamat PT 3 10%
Pekerjaan ayah
PNS/Pegawai/Swasta 10 34%
Pedagang/Wiraswasta/Layanan 7 23%
Jasa
Buruh 12 40%
Lainnya 1 3%
Pekerjaan Ibu
PNS/Pegawai/Swasta 3 10%
IRT/Tidak bekerja 27 90%
Berdasarkan tabel diatas kategori pendidikan ayah baduta, sebagian besar tamat Sekolah
Menengah Atas (SMA) sebanyak 13 orang (43,3%) dan sebagian kecil tamat PT sebanyak 2
orang atau 7%.. Sedangkan pendidikan ibu baduta sebagian besar tamat SMP sebanyak 14 orang
(46,6%) dan sebagian kecil tamat PT sebanyak 3 orang atau 10%.
Berdasarkan kategori pekerjaan, ayah baduta sebagian besar bekerja sebagai buruh
sebanyak 12 orang (40%) dan sebagian kecil bekerja sebagai lainnya sebanyak 1 orang atau 3%.
Sedangkan ibu baduta sebagian besar tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 27 orang
(90,0%), dan sebagian kecil bekerja sebagai PNS/Pegawai/Swasta sebanyak 3 orang (10%).
Lulusan SMP dan SMA masih banyak terdapat di desa Kawungcaranng, hal ini harus
diberi perhatian lebih agar program wajib belajar 12 tahun terlaksana dengan baik, dan tentunya
diharapkan dengan pendidikan orangtua yang baik akan membawa dampak yang baik untuk
kesehatan anak-anaknya.
26
3. Status Gizi. baduta Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang (n=30)
Pengukuran status gizi pada 30 baduta yang dianalisi berdasarkan berat badan menurut umur,
tinggi badan menurut umur, berat badan menurut Panjang badan, dan indeks massa tubuh
menurut umur hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 9
Status Gizi Baduta Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang
Status Gizi n %
BB/U
Sangat kurang dan kurang 3 10%
Baik (normal) 26 86,7%
Lebih 1 3,3%
TB/U
Sangat pendek dan pendek 6 25%
Normal 24 75%
BB/PB
Kurus 1 3,3%
Normal 27 90%
Gemuk 2 6,7%
IMT/U
Sangat kurus dan kurus 1 3%
Normal 26 87%
Resiko Gemuk dan gemuk 3 10%
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa status gizi baduta dengan indeks Berat Badan
menurut Umur (BB/U) sebagian besar berstatus gizi baik sebanyak 26 baduta (86,7%), baduta
27
yang berstatus gizi sangat kurang dan kurang terdapat 3 baduta atau 10%, dan sebagian kecil
berstatus gizi lebih sebanyak 1 baduta atau 3,3%.
Berdasarkan Riskesdas Indonesia 2013 di Jawa Tengah persentase status gizi buruk-
kurang pada balita sebesar 18%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase status gizi sangat kurang
dan kurang di Desa Kawungcarang lebih rendah dari Riskesdas Indonesia 2013.
Berdasarkan indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U) baduta yang normal terdapat sebanyak 24 orang (75%) sedangkan baduta yang
sangat pendek dan pendek terdapat sebanyak 6 orang (25%).
Berdasarkan Riskesdas Indonesia 2013 di Jawa Tengah prevalensi pendek (stunting) pada
balita sebesar 39%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase status gizi sangat pendek dan pendek
di Desa Kawungcarang lebih rendah dari Riskesdas Indonesia 2013.
Berdasarkan indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB) sebagian besar baduta status gizinya normal yaitu sebanyak 27
baduta atau 90%, sebagian kecil status gizinya kurus yaitu sebanyak 1 baduta atau 3,3%.
Berdasarkan Riskesdas Indonesia 2013 di Jawa Tengah persentase balita yang kurus
sebesar 11%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase status gizi kurang di Desa Kawungcarang
lebih rendah dari Riskesdas Indonesia 2013.
Berdasarkan indeks Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U) sebagian besar baduta
yang status gizinya normal yaitu sebanyak 26 orang (87%), resiko gemuk dan gemuk sebanyak 3
orang (10%) dan baduta yang sangat kurus dan kurus sebanyak 1 orang (3%).
4. Riwayat Pemberian IMD, ASI dan MP-ASI Baduta Desa Kawungcarang Kecamatan
Sumbang
Tabel 10
Riwayat Pemberian ASI Baduta
Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang
Pola Pemberian ASI n F
28
Beberapa waktu setelah lahir 2 7%
Tabel 5 merupakan riwayat pemberian ASI baduta, sebanyak 2 baduta atau 7% baduta
tidak diberikan asi langsung setelah dilahirkkan hal ini kemungkinan dikarenakan asi yang akan
diberikan tidak keluar atau baduta yang harus terlebih dahulu dimasukkan ke dalam inkubator.
Pada kategori sampai usia berapa anak diberi ASI saja atau ASI ekslusif, sebanyak 19
baduta memiliki riwayat ASI ekslusif. Terdapat 10 baduta yang sudah mengkonsumsi
makanan/minuman atau tidak melakukan asi ekslusif kemungkinan dikarenakan anak sudah
cepat lapar sehingga tidak cukup hanya diberi ASI saja. Sedangkan terdapat 1 baduta yang masih
diberi ASI saja sampai usia lebih dari 6 bulan, hal ini kemungkinan dikarenakan anak masih
tidak mau menerima makanan/minuman selain ASI.
Pemberian makanan/minuman yang terlalu dini (sebelum bayi berumur 6 bulan)
menurunkan konsumsi ASI dan gangguan pencernaan/diare. Jika pemberian makanan/minuman
terlambat bayi sudah lewat dari 6 bulan dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan anak. Pada
kategori pemberian asi sebanyak 11 baduta atau 34% pemberian asi tidak eksklusif. Angka ini
menunjukan angka rata rata dibawah nasional yaitu sebesar 54,3% pada riskesdas 2013
persentase asi eksklusif di Jawa tengah sudah diatas angka rata rata nasional yaitu 54,3%.
Kesimpulan ini bahwa di desa Kawungcarang pemberian asi eksklusif untuk bayi masih sudah
baik dibandingkan persentase angka nasional di Jawa Tengah.
29
Tabel 11
Riwayat Pemberian MP-ASI Baduta
Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang
Pola Pemberian MP-ASI n %
Pemberian MPASI
Tepat waktu, tidak tepat jenis 7 23%
Tidak tepat waktu, tepat jenis 9 30%
Tepat waktu, tepat jenis 9 30%
Tidak tepat waktu dan jenis 5 17%
Diare
Menderita 7 23%
Tidak menderita 23 77%
ISPA
Menderita 1 3%
Tidak menderita 29 97%
Campak
Menderita 1 3%
Tidak menderita 29 97%
Tabel 7 menunjukan hasil analisa penyakit infeksi yaitu diare, ISPA dan juga campak
selama 1 bulan terakhir. Dari hasil analisa, sebagian besar baduta yang menjadi subjek penelitian
di Desa Kawungcarang tidak menderita penyakit infeksi baik itu diare, ISPA, dan campak.
Sebanyak 7 baduta atau 23% dari total sampel baduta mengalami diare. Hasil riskesdas 2013
menyatakan besar prevalensi diare sebesar 3,5%, jika dilihat dari prevalensi insiden diare pada
balita di Jawa Tengah yaitu sebesar 6,5%. Hal ini menunjukan prevalensi insiden diare pada
Desa Kawungcarang lebih besar dari prevalensi diare balita di Jawa Tengah. Peningkatan
31
prevalensi insiden diare kemungkinan karena jumlah sampel yang ada pada desa Kawungcarang
lebih sedikit dibandingnkan dengan sempel pada provinsi Jawa Tengah.
Pada kasus ISPA, sebanyak 1 baduta atau 3% menderita ISPA selama 1 bulan terakhir.
Dibandingkan dengan hasil riskesdas 2013 prevalensi insiden ISPA di Jawa Tengah sebesar
19%. Hasil ini menunjukan bahwa penderita ISPA di desa Kawungcarang lebih sedikit
dibandingkan dengan penderita ISPA di provinsi Jawa Tengah. Peningkatan prevalensi insiden
ISPA kemungkinan karena jumlah sempel pada desa Kawungcarang jauh lebih sedikit
dibandingkan jumlah sempel yang ada di Jawa Tengah.
Pada kasus campak, sebanyak 1 baduta atau 3% dari total responden menderita campak. Pada
tahun 2017 jumlah kasus campak di Jawa Tengah ada 0 kasus, hal ini kemungkinan dikarenakan
pertanyaan dari kuesioner belum terlalu spesifik menyatakan penyakit campak sehingga
didapatkan 3% kasus campak di desa Kawungcarang. Peningkatan prevalensi insiden campak
kemungkinan karena jumlah sempel pada desa Kawungcarang jauh lebih sedikit dibandingkan
jumlah sempel yang ada di Jawa Tengah.
Tabel 13
Status imunisasi baduta
Status Imunisai n %
Tabel 8 merupakan status imunisasi pada baduta. Dari hasil analisa sebanyak 25
baduta atau 83,3% status imunisasinya lengkap sesuai umur dan sebanyak 3 baduta atau 10%
status imunisasinya tidak lengkap. Dibandingkan dengan hasil riskesdas 2013 mengenai status
imunisasi sebanyak 19,5% baduta tidak diimunisasi lengkap. Dilihat dari prevalensi desa
Kawungcarang lebih kecil dari prevalensi di Jawa Tengah mengenai status imunisasi baduta
yang tidak lengkap. Ketidaklengkapan data dapat terjadi karena memang setiap kegiatan tidak
pernah membuat data rekapan, atau memang pada saat imunisasi orangtua baduta tersebut tidak
membawa buku posyandu atau baduta tersebut belum terdaftar di posyandu tersebut atau baduta
32
termasuk warga yang baru pindah ke daerah tersebut. bukan berari tidak ada data baduta tersebut
tidak ikut diimunisasi.
Tabel 14
Pemberian Kapsul Vitamin A Baduta
Pemberian Kapsul Vitamin A n %
Mendapatkan 26 86,7%
Tidak mendapatkan 4 13,3%
Tabel 9 merupakan tabel pemberian vitamin A pada baduta. Dari hasil analisa
didapatkan sebagian besar baduta sudah mendapatkan kapsul vitamin A yaitu sebanyak 26
baduta atau 86,7%. Sebanyak 4 baduta atau 13,3% tidak mendapatkan kapsul vitamin A.
Dibandingkan dengan hasil riskesdas 2013 mengenai cakupan vitamin A di Jawa Tengah sudah
mencapai 80%. Hal ini berarti prevalensi baduta di kawungcarang yang mendapatkan kapsul
vitamin A sudah lebih baik dari hasil riskedas Jawa Tengah. Baduta yang tidak mendapatkan
kapsul vitamin A kemungkinan ibunya tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang
pentingnya kapsul vitamin A untuk baduta atau lupa untuk memberikan anaknya kapsul vitamin
A.
6. Kebersihan Diri Baduta Desa Kawungcarang Kecamatan Banyumas
Tabel 15
Kebersihan Diri Baduta Desa Kawungcarang
Kecamatan Sumbang
Kebersihan Diri n %
Frekuensi membersihkan
33
telinga 27 90%
Min 2x sebulan
1x sebulan 2 7%
Tidak pernah 1 3%
34
Baduta yang tidak menggosok gigi kemungkinan ibunya masih menganggap jika
belum tumbuh gigi maka gusi baduta tidak perlu dibersihkan dengan waslap bersih.
Tabel 16
Kesimpulan kebersihan diri baduta
Bersih 27 90%
Kurang Bersih 3 10%
Tidak Bersih 0 0%
Pada tabel diatas, sebagian besar baduta termasuk kategori bersih yaitu sebanyak 27
baduta (90%) sedangkan untuk kategori kurang bersih terdapat 3 baduta (10%).
Langit-langit
Tidak ada 3 10%
Ada, kotor 4 13,3%
23 76,7%
Ada, bersih
Dinding Rumah
Semi Permanen 1 3,3%
Permanen 29 96,7%
Lantai Rumah
Semi Permanen 1 3,3%
Permanen 29 96,7%
35
Jendela Kamar tidur 3 10%
Tidak ada 27 90%
Ada
30 100%
Jendela Ruang Keluarga
Ada
30 100%
Ventilasi
Ada
9 30%
Pencahayaan
21 70%
Ada, kurang terang
Ada, terang
30 100%
Ruangan Dalam Rumah
Bersekat
2 6,7%
Tempat Penyimpanan 6 20%
Makanan 22 73,3%
Tidak ada
Ada, tidak tertutup
Ada, tertutup
Tabel 18
Kesimpulan rumah sehat baduta
Sehat 24 80%
Kurang Sehat 6 20%
Tabel 19
Kesehatan Lingkungan Keluarga Baduta Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang
Menurut Sarana Sanitasi
Kesehatan n %
Lingkungan(Sarana Sanitasi)
Jamban
Ada, bukan leher angsa,
37
tutup, septic tank 1 3,3%
Ada, leher angsa, septic tank 29 96,7%
Tabel 20
Kesimpulan sarana sanitasi baduta
Bersih 30 100%
Sebanyak 30 rumah baduta atau 100% yang memiliki sarana air bersih untuk mandi,
terdapat 30 rumah baduta atau 100% yang memiliki sarana air bersih untuk mencuci. Sebanyak
30 rumah baduta atau 100% yang sumber air minumnya berasal dari PAM/Galon/pompa/mata
air. Dari 30 baduta yang memiliki jamban, terdapat 1 rumah baduta atau 3,3% yang memiliki
jamban yang bukan leher angsa,tutup dan disalurkan ke septic tank, dan terdapat 29 rumah
baduta atau 96,7% memiliki jamban yang leher angsa dan ditutup, disalurkan ke septoc tank.
Sebanyak 3 rumah baduta atau 10% membuang sampah langsung ke kebun, terdapat 14 rumah
baduta atau 43,3% membuang air limbah ke tempat yang tidak kedap air, dan terdapat 13 rumah
atau 37,3% yang membuang sampah ke tempat sampat yang kedap air.
Tabel 21
Kesehatan Lingkungan Keluarga Baduta Desa Kawungcarang
Kecamatan Sumbang Menurut Perilaku Penghuni
Kesehatan n %
Lingkungan(Perilaku
38
penghuni)
Mengganti seprai
Kadang-kadang 12 40%
Sering 18 60%
Menjemur handuk
Kadang-kadang 2 6,7%
Setiap hari 28 93,3%
39
Menguras bak mandi
Tidak pernah 1 3,3%
Kadang-kadang 6 20%
Setiap hari 23 76,7%
Membersihkan Kandang
Tidak ada hewan ternak 17 56,7%
Kadang-kadang 3 10%
Setiap hari 10 33,3%
Tabel 22
Kesimpulan perilaku penghuni baduta
Baik 9 30%
Kurang baik 21 70%
Sebanyak 1 rumah atau 3,3% yang tidak pernah membuka jendela kamarnya, sebanyak 7
rumah atau 23,3% yang kadang-kadang membuka jendela kamarnya, dan sebanyak 22 rumah
atau 73,3% yang setiap hari membuka jendela kamarnya. Sebanyak 1 rumah atau 3,3% yang
tidak pernah membuka jendela ruang keluarganya, sebanyak 11 rumah atau 36,7% yang kadang-
kadang membuka jendela ruang keluarganya, dan sebanyak 18 rumah atau 60% yang setiap hari
membuka jendela ruang keluarganya. Sebanyak 4 rumah atau 13,3% yang tidak membersihkan
rumah dan halamannya kadang-kadang,dan sebanyak 26 rumah atau 86,7% yang setiap hari
membersihkan rumah dan halaman.Sebanyak 12 rumah atau 40% yang mengganti seprai
kasurnya kadang-kadnag dan terdapat 18 rumah atau 60% yang sering mengganti seprai
kasurnya Sebanyak 6 rumah atau 20% yang membuang sampahnya ke sungai/kebun/kolam
sembarangan dan sebanyak 22 rumah atau 80% membuang sampahnya ke tempat sampah.
Sebanyak 2 rumah atau 6,7% yang kadang-kadang menjemur handuk, dan sebanyak 28 rumah
atau 93,3% yang setiap hari menjemur handuk. Sebanyak 1 rumah tau 3,3% yang tidak pernah
menguras bak mandi, terdapat 6 rumah atau 20% yang kadang-kadang dalam menguras baik
mandi, dan terdapat 24 rumah atau 76,7% yang menguras baik mandi setiap hari. Sebagian besar
40
tidak memiliki kadang yaitu sebanyak 17 rumah baduta atau 56,7%, terdapat 3 rumah atau 10%
yang membersihkan kandangnya kadang-kadang, dan terdapat 10 rumah tau 33,3% yang
membersihkan kandangnya setiap hari.
Kesimpulan kesehatan lingkungan yang memenuhi syarat sebanyak 6 rumah baduta atau
20% dan rumah baduta yang tidak memenuhi syarat. Sebanyak 30 rumah baduta atau 100% yang
sarana sanitasinya baik.Sebanyak 9 penghuni atau 30% yang memiliki sikap perilaku penghuni
yang baik.
Jika dibandingkan dengan angka nasional yang tercantum pada profil kesehatan lingkungan Jawa
Tengah, variabel rumah sehat di Desa Kawungcarang lebih kecil (60%) dibandingkan dengan
angka nasional variabel rumah sehat di Provinsi Jawa tengah pada tahun 2013 (73,96%).
Pola Makan n %
41
Frekuensi diberikan MPASI
< 3 kali/hari 12 40%
≥ 3 kali/hari 18 60%
Pemberian Suplemen
Diberikan 16 53%
Tidak diberikan 14 47%
Kesimpulan susunan
Lengkap 25 83%
Tidak lengkap 5 17%
Tabel 7 merupakan gambaran frekuensi makan baduta dan susunana makan hidangann
baduta. Sebanyak 15 baduta atau 50% baduta diberikan makanan keluarga, sebanyak 10 baduta
atau 33% diberi makanan lunak dan sebanyak 5 baduta (17%) diberi makanan lumat. Dilihat dari
total keseluruhan sebanyak 83% dari total keseluruhan bentuk makanan yang diberikan kuranng
tepat. Untuk kategori susunan hidangan makanan sehari sebanyak 5 baduta atau 17% susunan
makanannya tidak lenkap. Hal ini menandakan bahwa sebanyak 17% ibu baduta belum
mengetahui mengenai susunan hidanganan makanan yang tepat dan lengkap untuk baduta.
42
Tabel 24
Asupan Energi dan Zat Gizi Baduta Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang Menurut
% AKG
Asupan Zat Gizi n %
Energi
Kurang (<80%) 15 50%
Cukup(≥80%) 15 50%
Protein
Kurang (<80%) 7 23%
Cukup(≥80%) 23 77%
Lemak
Kurang (<80%) 16 53%
Cukup(≥80%) 14 47%
Karbohidrat
Kurang (<80%) 14 47%
Cukup(≥80%) 16 53%
Vitamin A
Kurang (<100%) 1 3%
Cukup(≥100%) 29 97%
Vitamin D
Kurang (<100%) 17 56%
Cukup(≥100%) 13 44%
Vitamin C
43
Kurang (<100%) 14 47%
Cukup(≥100%) 16 53%
Vitamin K
Kurang (<100%) 18 60%
Cukup(≥100%) 12 40%
Kalsium
Kurang (<100%) 22 73%
Cukup(≥100%) 8 27%
Zat Besi
Kurang (<100%) 20 67%
Cukup(≥100%) 10 33%
Magnesium
Kurang (<100%) 7 23%
Cukup(≥100%) 23 77%
Iodium
Kurang (<100%) 30 100%
Seng
Kurang (<100%) 18 60%
Cukup(≥100%) 12 40%
Berdasarkan tabel diatas terdapat zat gizi makro dan mikro baduta. Dari analisis zat gizi
makro maupun mikro lebih dari 10 baduta atau 33,3% mayoritas asupan baduta tergolong kurang
(<80%) untuk zat gizi makro dan (<100%) untuk zat gizi mikro. Analisis ini menunjukan bahwa
rata rata asupan zat gizi baduta selama 1 minggu kurang dari kebutuhan seharusnya sesuai
44
dengan AKG, hal ini dapat mengakibatkan dampak pada status gizi baduta dalam waktu jangka
panjang.
(Ejournal litbang Depkes) pertumbuhan pada dua tahun pertama kehidupan dicirikan
dengan pertambahan gradual, baik pada percepatan pertumbuhan linear maupun laju
pertambahan berat badan. Pertumbuhan bayi cenderung ditandai dengan pertumbuhan cepat
(growth spurt) yang dimulai pada usia 3 bulan hingga usia 2 tahun.
Pertumbuhan linear yang tidak sesuai umur merefleksikan masalah gizi kurang.
Gangguan pertumbuhan linier (stunting) akan berdampak terhadap pertumbuhan, perkembangan,
kesehatan, dan produktivitas. Masalah gizi kurang jika tidak ditangani akan menimbulkan
masalah yang lebih besar, bangsa Indonesia dapat mengalami lost generation.2 Beberapa survei
di Indonesia menunjukkan, prevalensi anak usia Balita dari tahun 1992 sampai dengan 2002
Indonesia masih mengalami stunting sekitar 30-40 persen. Menurut data Riskesdas 2007,
prevalensi anak stunting secara nasional sebesar 36,8 persen. Angka ini menunjukkan bahwa
Indonesia masih mengalami masalah stunting yang cukup serius dan harus segera ditangani.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang, yaitu
kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.
Tabel 25
Asupan Zat Gizi Baduta Desa Kawungcarang
Kecamatan Sumbang dalam Sehari
Zat Gizi N Minimum Maximum Mean SD
45
Vitamin K 30 0 138.00 21.6030 21.6030
Kalsium 30 104.2 1129.6 394.0410 294.98319
Zat Besi 30 0.90 18.10 6.1256 4.80605
Magnesium 30 29.20 228.40 98.6753 53.23906
Iodium 30 0 75.00 9.9050 19.66827
Zink 30 0.4 8.00 3.1667 1.98044
Berikut ini merupakan tabel hasil analisis zat gizi makro dan mikro asupan baduta selama
seminggu. Dari hasil analisis zat gizi tersebut masih ada baduta yang asupan zat gizi nya kurang
baik makro maupun mikro, namun ada juga baduta yang zat gizinya sudah cukup sesuai dengan
kebutuhannya tetapi ada juga yang melebihi dari kebutuhan yang seharusnya.
Tabel 26
Sosial Ekonomi Baduta Berdasarkan Total Pengeluaran
Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang
Sosial N Minimum Maximum Mean SD
Ekonomi
Berdasarkan kategori sosial ekonomi, rata-rata total pengeluaran pangan dan non
pangan di Desa Kawungcarang sebesar Rp 1.870.528,33 dengan nilai minimun Rp. 1.044.600
46
dan nilai maksimum Rp. 4.493.000 rata-rata pengeluaran setara beras per kapita per bulan
sebesar 35,80 kg dengan nilai minimum 17,80 kg dan nilai maksimum Rp.74,88.
Tabel 27
Sosial Ekonomi Baduta Berdasarkan Kategori Rumah Tangga
Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang
Sosial Ekonomi n %
% Pengeluaran pangan
terhadap total pengeluaran
Sedang 3 10%
Tinggi 27 90%
Berdasarkan setara beras per hari, yang termasuk kategori tidak miskin sebanyak 20
baduta atau 66,7%, dan sebanyak 10 baduta atau 33,3% dikatakan miskin. Berdasarkan
pengeluaran pangan, yang termasuk kategori tinggi sebanyak 27 baduta atau 90%, kategori
sedang sebanyak 3 baduta atau 10%.
Menurut BPS, pada bulan Maret 2018, jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah
mencapai 11,32% berkurang dari jumlah penduduk miskin pada bulan September 2017 yang
sebesar 12,23%. Berarti, jumlah penduduk miskin di Kawungcarang lebih banyak yaitu sebesar
33,3% dibandingkan jumlah penduduk miskin yang terdata di BPS, peningkatan persen ini
kemungkinan karena jumlah sempel pada desa Kawungcarang jauh lebih sedikit dibandingkan
jumlah sempel yang ada di Jawa Tengah.
47
10. Pengetahuan Gizi Ibu Baduta Desa Kawungcarang
Tabel 28
Pengetahuan Gizi Ibu Baduta Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang
Pengetahuan Gizi Ibu Baduta n %
Sebaiknya ASI pertama kali diberikan
Segera setelah lahir 30 100%
Hari pertama setelah lahir 0 0
Hari kedua setelah lahir 0 0
ASI yang keluar pertama kali
a. Baik 30 100
b. Tidak baik 0 0
c. Tidak tahu 0 0
Manfaat ASI
a. Mengenyangkan bayi 4 14.3%
b. Membangun kekebalan tubuh bayi, murah, mendekatkan ibu dan bayi 26 86,7%
c. Sama saja seperti susu formula 0 0%
ASI ekslusif adalah
a. Asi yang diberikan tanpa batas waktu 6 20%
b. Memberikan ASI dan makanan pendamping lainnya (bubur) 1 3,3%
c. Memberikan ASI saja tanpa makanan lain untuk bayi usia 0-6 bulan 23 76,7%
Usia bayi diberikan makanan selain ASI (MPASI)
a. Kurang dari 6 bulan 5 16,7%
b. Diatas 6 bulan 25 83,3%
Bentuk makanan yang dapat diberikan untuk bayi usia 6-9 bulan
a. Makanan padat (nasi) 0 0
b. Makanan lunak (nasi tim, bubur) 11 36,7
c. Makanan lumat (bubur saring, bubur susu, bubur sumsum) 19 63,3
Frekuensi MPASI yang dapat diberikan untuk bayi usia 6-9 bulan
a. 3-4x 4 13,3%
b. 1-2x 9 40,0%
48
c. 2-3x 17 56,7%
Bentuk makanan yang dapat diberikan untuk bayi usia 9-11 bulan
a. Makanan padat (nasi) 3 10%
b. Makanan lunak (nasi tim, bubur) 16 53,3%
c. Makanan lumat (bubur saring, bubur susu, bubur sumsum) 11 36,7%
Bentuk makanan yang dapat diberikan untuk bayi usia 1 tahun
a. Makanan padat (nasi) 24 80%
b. Makanan lunak (nasi tim, bubur) 4 13,3%
Makanan lumat (bubur saring, bubur susu, bubur sumsum) 2 6,7%
Susunan makanan yang seimbang
a. Nasi, lauk nabati, lauk hewani, sayur, dan buah 16 53,3
b. Nasi, lauk hewani, sayur 10 33,3
c. Nasi, lauk hewani, lauk nabati 4 13,3
Sumber karbohidrat terdiri dari
a. Nasi, ubi, singkong, jagung 23 76,7%
b. Telur, ikan, ayam, tempe 5 16,7%
c. Tahu, tempe, bayam 2 6,7%
Telur merupakan sumber zat gizi
a. Protein/zat pembangun 14 46,7%
b. KH 9 30%
c. Lemak 7 23,3%
Sayur dan buah adalah sumber
a. Vitamin dan mineral 21 70%
b. Protein 2 6,7%
c. Karbohidrat 7 23,3%
Anjuran berolahraga sesuai Pedoman Gizi Seimbang
a. 10 menit/hari 17 56,7%
b. 20 menit/hari 10 33,3%
c. 30 menit/hari 3 10%
Anjuran minum air putih dalam sehari
49
a. 5 gelas 3 10%
b. 6 gelas 1 3,3%
c. 8 gelas 26 86,7%
Fungsi kalsium
a. Pertumbuhan tulang dan gigi 30% 100%
b. Pertumbuhan anak 0 0%
c. Perkembangan otak 0 0%
Pentingnya mencuci tangan
a. Ya 30 100%
b. Tidak 0 0%
Frekuensi pemberian tablet vitamin A dalam setahun
a. 2 23 76,7%
b. 3 7 23,3%
Sumber vitamin C
a. Jeruk dan jambu biji 28 93,3%
b. Kentang dan ubi 2 6,7%
c. Tempe dan daging 0 0
Sariawan dan gusi berdarah akibat dari kekurangan zat gizi
a. Zat besi 1 3,3%
b. Vitamin C 27 90%
c. Vitamin K 2 6,7%
Kesimpulan Pengetahuan:
a. Baik 12 40%
b. Cukup 18 60%
c. Kurang 0 0%
Ket :
Total skor :
Baik = 76 – 100
Cukup= 56 – 75
Kurang= <56
50
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 30 ibu baduta, terdapat 12 ibu baduta
(40%) yang memiliki pengetahuan gizi yang baik,dan terdapat 18 ibu baduta (160%) yang
memiliki pengetahuan gizi yang cukup. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan gizi ibu
baduta di desa Kawungcarang masih belum baik
B. Bivariat
1. Faktor-faktor terkait status giz baduta Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang
Tabel 29
Status Gizi Baduta(BB/U) Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang Berdasarkan Asupan
E dan P
Z-Score BB/U
%Kecukupan Total
Kurang Baik (normal)
Energi
n % n % n %
Kurang 0 0% 15 100% 15 100%
Cukup 3 20% 12 80% 15 100%
Z-Score BB/U
%Kecukupan Total
Kurang Baik (normal)
Protein
n % n % n %
Kurang 0 0% 7 100% 7 100%
Cukup 3 13% 20 87% 23 100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa proporsi status gizi menurut BB/U
yang kurang lebih banyak pada baduta yang kecukupan energinya cukup yaitu sebanyak 3 baduta
atau 20%, dan baduta yang memiliki status gizi baik(normal) proporsinya lebih banyak pada
baduta yang kecukupan energinya kurang yaitu sebanyak 15 baduta atau 100%
Baduta yang memiliki status gizi menurut BB/U kurang proprosinya lebih banyak
pada baduta yang kecukupan proteinnya cukup yaitu sebanyak 3 baduta atau 13%, dan baduta
yang status gizi BB/U nya baik proporsinya lebih banyak pada baduta yang kecukupan
proteinnya kurang yaitu sebanyak 7 orang atau 100%.
51
Menurut teori, asupan zat gizi sangat mempengaruhi status gizi, jika asupan suatu
zat gizi dalam jumlah yang kurang, akan berakibat pada terjadinya defisiensi zat gizi tersebut.
Hal ini juga terjadi jika kekurangan konsumsi energi dalam waktu yang cukup lama, akan
berakibat pada terjadinya kurang gizi atau bahkan gizi buruk (Sudiarti & Utari, 2007)
Namun, pada penelitian kami menunjukkan hal sebaliknya, hal ini kemungkinan
disebabkan karena penggunaan metode food recall 1 kali dan food weighing 1 kali sehingga
tidak terlalu mencerminkan asupan makan baduta. Banyak factor lain juga yang dapat
mempengaruhi status gizi baduta menurut BB/U selain dari factor asupan energi dan protein
salah satunya yaitu ketrampilan petugas yang masih minim dalam menggali informasi tentang
food recall.
Tabel 30
Status Gizi Baduta(PB/U) Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang Berdasarkan Asupan
P dan Ca
Z-Score TB/U
%Kecukupan Total
Pendek Normal
Protein
n % n % n %
Kurang 1 14% 6 86% 7 100%
Cukup 5 22% 18 78% 23 100%
Z-Score TB/U
%Kecukupan Total
Pendek Normal
Kalsium
n % n % n %
Kurang 4 18.2% 18 81.8% 22 100%
Cukup 2 25% 6 75% 8 100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa proporsi status gizi menurut PB/U
yang pendek lebih banyak pada baduta yang kecukupan proteinnya cukup yaitu sebanyak 5
baduta atau 22%, dan baduta yang memiliki status gizi baik(normal) proporsinya lebih banyak
pada baduta yang kecukupan proteinnya kurang yaitu sebanyak 6 baduta atau 86%
52
Baduta yang memiliki status gizi menurut PB/U pendek proprosinya lebih banyak
pada baduta yang kecukupan kalsiumnya cukup yaitu sebanyak 2 baduta atau 25%, dan baduta
yang status gizi PB/U nya baik(normal) proporsinya lebih banyak pada baduta yang kecukupan
kalsiumnya kurang yaitu sebanyak 18 orang atau 81,8%.
Menurut teori, protein adalah salah satu zat gizi makro yang berfungsi sebagai
reseptor yang dapat mempengaruhi fungsi-fungsi DNA yang mengendalikan proses pertumbuhan
mengatur sifat dan karakter bahannya. Asupan protein yang kurang dapat merusak massa mineral
tulang dengan cara merusak produksi IGF-1, yang mempengaruhi pertumbuhan tulang dengan
merangsang poliferasi din diferensiasi kondrosit di lempeng epifisi pertumbuhan dan akan
mempengaruhi osteoblast. Hal tersebut berarti bahwa jika baduta kekurangan asupan protein
dapat menyebabkan pertumbuhan linier terganggu dan mengakibatkan stunting.
Namun, pada penelitian kami menunjukkan hal sebaliknya, hal ini kemungkinan
disebabkan karena penggunaan metode food recall 1 kali dan food weighing 1 kali sehingga
tidak terlalu mencerminkan asupan makan baduta. Banyak factor lain juga yang dapat
mempengaruhi status gizi TB/U baduta salah satunya yaitu ketrampilan petugas yang masih
minim dalam menggali informasi tentang food recall. Hal tersebut karena stunting adalah suatu
kondisi kekurangan asupan zat gizi yang terjadi pada masa lampau dan dalam waktu yang lama.
Tabel 31
Status Gizi Baduta(PB/U) Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang Berdasarkan
Riwayat Pemberian ASI
Riwayat Z-Score TB/U
Total
Pemberian Pendek Normal
ASI n % n % n %
ASI tidak 2 18.2% 9 81.8% 11 100%
eklusif
ASI ekslusif 4 21% 15 79% 19 100%
53
Tabel 32
Status Gizi Baduta(PB/U) Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang Berdasarkan
Riwayat Pemberian MP-ASI
Riwayat Z-Score TB/U
Total
Pemberian Pendek Normal
MPASI n % n % n %
tepat waktu, 4 57% 3 43% 7 100%
tidak tepat
jenis
tidak tepat 1 11% 8 89% 9 100%
waktu, tepat
jenis
tepat waktu, 1 11% 8 89% 9 100%
tepat jenis
tidak tepat 0 0% 5 100% 5 1000%
waktu dan
jenis
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa proporsi status gizi menurut PB/U
yang pendek lebih banyak pada baduta yang memiliki riwayat pemberian ASI ekslusif yaitu
sebanyak 4 baduta atau 21%, dan baduta yang memiliki status gizi baik(normal) proporsinya
lebih banyak pada baduta yang memiliki riwayat pemberian ASI tidak ekslusif yaitu sebanyak 9
baduta atau 81,8%%
Baduta yang memiliki status gizi menurut PB/U pendek proprosinya lebih banyak
pada baduta yang memiliki riwayat pemberian MP-ASI tepat waktu, tidak tepat jenis yaitu
sebanyak 4 baduta atau 57%, dan baduta yang status gizi PB/U nya baik(normal) proporsinya
lebih banyak pada baduta yang memiliki riwayat pemberian MP-ASI tidak tepat waktu, tepat
jenis dan tepat waktu, tepat jenis masing-masing sebanyak 8 baduta atau 89%.
Secara teori, seharusnya ada hubungan antara riwayat pemberian ASI dengan status
gizi menurut PB/U namun status gizi menurut PB/U pendek dan sangat pendek dipengaruhi oleh
54
factor-faktor lain salah satunya yaitu ketrampilan petugas yang masih minim dalam menggali
informasi.
Tabel 33
Status Gizi Baduta(PB/U) Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang Berdasarkan Status
Imunisasi
Z-Score TB/U
Status Total
Pendek Normal
Imunisasi
n % n % n %
Lengkap 5 20% 20 80% 25 100%
sesuai umur
Lengkap tidak 1 50% 1 50% 2 100%
sesuai umur
Tidak lengkap 0 0% 3 100% 3 100%
Tidak ada data 0 0% 0 0% 0 0%
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa proporsi status gizi menurut PB/U
yang pendek lebih banyak pada baduta yang memiliki status imunisasi lengkap tidak sesuai umur
yaitu sebanyak 1 baduta atau 50%, dan baduta yang memiliki status gizi baik(normal)
proporsinya lebih banyak pada baduta yang status imunisasinya tidak lengkap yaitu sebanyak 3
baduta atau 100%.
Pemberian imunisasi dasar sangat berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang
bayi. Diharapkan dengan status imunisasi baduta yang lengkap, maka baduta tidak mudah
terkena penyakit infeksi yang mana jika baduta terkena penyakit infeksi maka zat gizi baduta
akan berkurang dan akan mempengaruhi status gizinya.
55
Tabel 34
Status Gizi Baduta(PB/U) Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang Berdasarkan
Pemberian Vitamin A
Z-Score TB/U
Pemberian Total
Pendek Normal
Vitamin A
n % n % n %
Tidak 0 0% 4 100% 4 100%
mendapatkan
Mendapatkan 6 23% 20 77% 26 100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa proporsi status gizi menurut PB/U
yang pendek lebih banyak pada baduta yang mendapatkan vitamin A yaitu sebanyak 6 baduta
atau 23%, dan baduta yang memiliki status gizi baik(normal) proporsinya lebih banyak pada
baduta tidak mendapatkan vitamin A yaitu sebanyak 4 baduta atau 100%
Menurut teori, anak dengan defisiensi vitamin A memiliki kecenderungan stunting
karena pada masa anak-anak vitamin A mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel,
apabila terjadi defisiensi dapat merusak system kekebalan tubuh dan dapat meningkatkan risiko
infeksi seperti penyakit campak dan diare.
Pada peneilitian kami, status gizi baik(normal) proporsinya lebih banyak pada
baduta tidak mendapatkan vitamin A yaitu sebanyak 4 baduta atau 100%. Hal ini mungkin
dikarenakan ibu baduta tidak tahu bentuk kapsul vitamin A sehingga mungkin anaknya
mendapatkan kapsul vitamin A namun sang ibu tidak mengetahui bahwa kapsul tersebut adalah
vitamin A.
56
Tabel 35
Status Gizi Baduta(PB/U) Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang Berdasarkan
Kesehatan Lingkungan
Z-Score TB/U
Total
Rumah Sehat Pendek Normal
n % n % n %
Kurang sehat 1 16,7% 5 83,3% 6 100%
Sehat 5 20,8% 19 79,2% 24 100%
Total 6 20% 24 80% 30 100%
Z-Score TB/U
Total
Sarana sanitasi Pendek Normal
n % n % n %
Bersih 6 20% 24 80% 30 100%
Total 6 20% 24 80% 30 100%
Z-Score TB/U
Perilaku Total
Pendek Normal
Penghuni
n % n % n %
Kurang baik 3 14,3% 18 85,7% 21 100%
Baik 3 33,3% 6 66,7% 9 100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa baduta yang status gizinya pendek
proporsinya lebih banyak terdapat pada baduta yang status rumahnya sehat yaitu sebanyak 5
baduta atau 20,8% dan baduta yang status gizinya normal proporsinya lebih banyak pada baduta
yang status rumahnya kurang sehat yaitu sebanyak 5 baduta atau 83,3%.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa baduta yang status gizinya normal
banyak terdapat pada status sarana sanitasi yang bersih yaitu sebanyak 24 baduta atau 80%.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa baduta yang status gizinya pendek
proporsinya lebih banyak terdapat pada baduta yang penghuninya berperilaku baik yaitu
sebanyak 3 baduta atau 33,% dan baduta yang status gizinya normal proporsinya lebih banyak
pada baduta yang perilakunya kurang baik yaitu sebanyak 18 baduta atau 85,7%.
57
Kesehatan lingkungan yang baik akan meminimalisir kejadian penyakit infeksi pada
baduta. Namun, status gizi PB/U tidak hanya disebabkan oleh factor lingkungan saja, sehingga
perlu dikaji juga factor-faktor lainnya.
Tabel 36
Status Gizi Baduta(PB/U) Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang Berdasarkan Status
Sosial Ekonomi
Z-Score TB/U
Status Sosial Total
Pendek Normal
Ekonomi
n % n % n %
Dibawah garis 4 40% 6 60% 10 100%
kemiskinan
Diatas garis 2 20% 18 80% 20 100%
kemiskinan
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa proporsi status gizi menurut PB/U
yang pendek lebih banyak pada baduta yang status sosial ekonominya dibawah garis kemiskinan
yaitu sebanyak 4 baduta atau 40%, dan baduta yang memiliki status gizi baik(normal)
proporsinya lebih banyak pada baduta yang status sosial ekonominya diatas garis kemiskinan
yaitu sebanyak 18 baduta atau 80%
Dengan kondisi sosial ekonomi yang baik atau diatas garis kemiskinan diharapkan
keluarga dapat memenuhi zat gizi yang dibutuhkan oleh baduta dari makanannya. Pada teorinya,
keluarga yang dibawah garis kemiskinan tidak dapat membeli aneka jenis bahan makanan
sehingga asupan zat gizi baduta pun tidak adekuat. Begitu juga sebaliknya dengan keluarga yang
diatas garis kemiskinan.
58
Tabel 37
Asupan Energi dan Protein Baduta Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang
Berdasarkan Pengetahuan Ibu
Asupan Energi
Pengetahuan Total
Kurang Cukup
Ibu Baduta
n % n % n %
Cukup 9 50% 9 50% 18 100%
Baik 6 50% 6 50% 12 100%
Asupan Protein
Pengetahuan Total
Kurang Cukup
Ibu Baduta
n % n % n %
Cukup 4 22,2% 14 77,8% 18 100%
Baik 3 25% 9 75% 12 100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa proporsi asupan energi yang kurang
dan cukup sama sama tersebar merata pada pengetahuan ibu baduta yang cukup dan baik
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa proporsi baduta yang asupan proteinnya kurang
lebih banyak pada baduta yang status pengetahuan ibu baduta yang baik yaitu sebanyak 3 baduta
atau 25%. Proporsi baduta yang asupan proteinnya cukup lebih banyak pada baduta yang status
pengetahuan ibunya cukup yaitu sebanyak 14 baduta atau 77,8%.
Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik diharapkan mengerti akan zat gizi yang
dibutuhkan oleh baduta sehingga baduta tumbuh dengan baik dan asupan makannya pun baik.
Namun, ternyata pengetahuan saja bukan merupakan factor yang mempengaruhi asupan makan
baduta.
59
Tabel 38
Asupan Energi Baduta Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang Berdasarkan Pola
Pemberian ASI
Asupan Energi
Riwayat Total
Kurang Cukup
PemberianASI
n % n % n %
ASI tidak 4 36,3% 7 63,7% 11 100%
ekslusif
ASI ekslusif 11 57,9% 8 42,1% 19 100%
Tabel 39
Asupan Protein Baduta Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang Berdasarkan Pola
Pemberian ASI
Riwayat Asupan Protein
Total
Pemberian Kurang Cukup
ASI n % n % n %
ASI tidak 0 0% 11 100% 11 100%
ekslusif
ASI ekslusif 7 36,8% 12 63,2% 19 100%
Tabel 40
Asupan Energi Baduta Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang Berdasarkan Pola
Pemberian MP-ASI
Riwayat Asupan Energi
Total
Pemberian Kurang Cukup
MP-ASI n % n % n %
Tidak tepat 3 60% 2 40% 5 100%
waktu dan
jenis
60
Tidak tepat 3 33,3% 6 66,7% 9 100%
waktu, tepat
jenis
Tepat waktu, 3 42,8% 4 57,2% 7 100%
tidak tepat
jenis
Tepat waktu, 6 66,7% 3 33,3% 9 100%
tepat jenis
Tabel 41
Asupan Protein Baduta Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang Berdasarkan Pola
Pemberian MP-ASI
Riwayat Asupan Protein
Total
Pemberian Kurang Cukup
MP-ASI n % n % n %
Tidak tepat 1 20% 4 80% 5 100%
waktu dan
jenis
Tidak tepat 0 0% 9 100% 9 100%
waktu, tepat
jenis
Tepat waktu, 3 42,8% 4 57,2% 7 100%
tidak tepat
jenis
Tepat waktu, 6 66,7% 3 33,3% 9 100%
tepat jenis
Berdasrkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa proporsi baduta yang asupan energinya
kurang lebih banyak terdapat pada baduta yang status riwayat pemberian ASI-nya ASI ekslusif
yaitu sebanyak 11 baduta atau 57,9%. Proporsi baduta yang asupan energinya cukup lebih
61
banyak terdapat pada baduta yang status riwayat pemberian ASI-nya ASI tidak ekslusif yaitu
sebanyak 7 baduta atau 63,7%. Sedangkan baduta yang asupan proteinnya kurang proporsinya
lebih banyak terdapat pada baduta yang memiliki riwayat pemberian ASI ekslusif yaitu sebanyak
7 baduta atau 36,8%. Proporsi baduta yang asupan proteinnya cukup lebih banyak terdapat pada
baduta yang memiliki riwayat pemberian ASI tidak ekslusif yaitu sebanyak 11 baduta atau
100%.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa proporsi baduta yang asupan energinya
kurang lebih banyak terdapat pada baduta yang memiliki riwayat pemberian MP-ASI tepat
waktu, tepat jenis yaitu sebanyak 6 baduta atau 66,7%, proporsi baduta yang asupan energinya
cukup lebih banyak terdapat pada baduta yang memiliki riwayat pemberian MP-ASI tidak tepat
waktu, tepat jenis yaitu sebanyak 6 baduta atau 66,7%. Sedangkan proporsi baduta yang asupan
proteinnya kurang lebih banyak terdapat pada baduta yang memiliki riwayat pemberian MP-ASI
tepat waktu, tepat jenis yaitu sebanyak 6 baduta atau 66,7%, proporsi baduta yang asupan
proteinnya cukup lebih banyak terdapat pada baduta yang memiliki riwayat pemberian MP-ASI
tidak tepat waktu, tepat jenis yaitu sebanyak 9 baduta atau 100%.
Tabel 42
Asupan Energi Baduta Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang Berdasarkan Sosial
Ekonomi Keluarga
Kategori Asupan Energi
Total
Rumah Kurang Cukup
Tangga Desa n % n % n %
Dibawah garis 4 40% 6 60% 10 100%
kemiskinan
sosial
Diatas garis 11 55% 9 45% 20 100%
kemiskinan
sosial
62
Tabel 43
Asupan Protein Baduta Desa Kawungcarang Kecamatan Sumbang Berdasarkan Sosial
Ekonomi Keluarga
Kategori Asupan Protein
Total
Rumah Kurang Cukup
Tangga Desa n % n % n %
Dibawah garis 2 20% 8 80% 10 100%
kemiskinan
sosial
Diatas garis 5 25% 15 75% 20 100%
kemiskinan
sosial
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa proporsi baduta yang asupan energinya
kurang lebih banyak terdapat pada baduta yang status sosial ekonominya diatas garis kemiskinan
yaitu sebanyak 11 baduta atau 55%. Proporsi baduta yang asupan energinya cukup lebih banyak
pada baduta yang status sosial ekonominya diatas garis kemiskinan yaitu sebanyak 6 baduta atau
60%.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa proporsi baduta yang asupan
proteinnya kurang lebih banyak terdapat pada baduta yang status sosial ekonominya diatas garis
kemiskinan yaitu sebanyak 5 baduta atau 25%. Proporsi baduta yang asupan proteinnya cukup
lebih banyak terdapat pada baduta yang status sosial ekonominya dibawah garis kemiskinan
yaitu sebanyak 8 baduta atau 80%.
Dengan kondisi sosial ekonomi yang baik atau diatas garis kemiskinan diharapkan
keluarga dapat memenuhi zat gizi yang dibutuhkan oleh baduta dari makanannya. Pada teorinya,
keluarga yang dibawah garis kemiskinan tidak dapat membeli aneka jenis bahan makanan
sehingga asupan zat gizi baduta pun tidak adekuat. Begitu juga sebaliknya dengan keluarga yang
diatas garis kemiskinan. Namun, ada keluarga yang ekonominya berada diatas garis kemiskinan
tetapi tidak peduli atau tidak mengerti dengan asupan makan anaknya.
63
BAB V
A. Kesimpulan
Sebagian besar baduta memiliki jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 17 orang (57%)
dan baduta yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang (43%).
Karakteristik baduta berdasarkan kelompok usia yaitu dari 30 orang baduta 6-12 bulan
sebanyak 8 orang (26,6%) sedangkan 13-24 bulan sebanyak 12 orang (73,4%).
Baduta dengan BB lahir minimum 2,30 kg dan dengan berat maximum 4,20 kg. PB lahhir
baduta minimum 43,0 cm dan maximum 54,0 cm. BB baduta saat ini minimum 6,80 kg
dan maximum 13,00 kg. PB/TB baduta saat ini minimum 65,00 cm dan maximum 86,00
cm.
Sebagian besar pendidikan ayah baduta tamat SMA yaitu sebesar 43% atau 13 orang dan
pendidikan ibu baduta tamat SMP sebesar 46,6% atau 14 orang.
Sebagian besar pekerjaan ayah baduta adalah buruh sebesar 40,0% atau 12 orang dan
mayoritas pekerjaan ibu yaitu tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar 90,0% atau
27 orang.
Berdasarkan indeks BB/U, status gizi baduta kurang dan sangat kurang sebanyak 3 orang
(10%).
Berdasarkan indeks PB/U atau TB/U, status gizi baduta sangat pendek dan pendek
sebanyak 6 orang (25%).
Berdasarkan indeks BB/PB atau BB/TB, status gizi baduta kurus sebanyak 1 orang
(3,3%).
Berdasarkan indeks IMT/U, status gizi baduta sangat kurus dan kurus sebanyak 1 orang
(3%). Sedangkan resiko gemuk dan sangat gemuk sebanyak 3 orang (10,0%).
Pemberian ASI eksklusif sebanyak 19 baduta atau 63% dan yang tidak ekslusif sebanyak
11 baduta atau 34%
Pemberian MP-ASI tidak tepat waktu dan jenis pada baduta sebanyak 5 baduta (17%).
Sebanyak 14 baduta (47%) tidak diberikan suplemen
64
Susunan hidangan makanan sehari baduta tergolong lengkap sebanyak 25 baduta (83%).
Asupan energi baduta kurang sebesar 50% atau 15 baduta, asupan protein kurang sebesar
23% atau 7 baduta, asupan lemak kurang sebesar 53% atau 16 baduta, asupan karbohidrat
kurang sebesar 47% atau 14 baduta.
Asupan Vitamin A kurang sbesar 3% atau sebanyak 1 baduta, asupan vitamin D kurang
sebesar 56% atau 17 baduta, asupan vitamin C kurang sebesar 46,7% atau 14 baduta,
asupan vitamin K kurang sebesar 60% atau 18 baduta, asupan Ca kurang sebesar 73%,
atau 22 baduta, asupan Fe kurang sebesar 67%, atau 20 baduta, asupan Mg kurang
sebesar 23,0% atau sebanyak 7 baduta, asupan Iodium kurang sebesar 100%, atau 30
baduta, dan asupan seng kurang sebesar 60%, atau 18 baduta.
Baduta yang menderita penyakit diare sebesar 23% atau 7 baduta.
Baduta yang menderita penyakit ISPA sebesar 3% atau 1 baduta.
Baduta yang menderita penyakit campak sebesar 3% atau 1 baduta.
Baduta dengan sttaus imunisasi tidak lengkap sebesar 10% atau sebanyak 3 orang.
Sedangkan baduta dengan status imunisasi lengkap tidak sesuai umur sebesar 6,7% atau
sebanyak 2 baduta.
Kesimpulan diri baduta sebesar 90% atau 27 baduta tergolong bersih dan sebesar 10%
atau 3 baduta tergolong kurang bersih.
Kesehatan lingkungan keluarga baduta menurut aspek rumah sehat sebesar 20% yang
tergolong kurang sehat, menurut aspek sanitasi sebesar 100% tergolong bersih, dan
menurut aspek perilaku penghuni sebesar 70% tergolong kurang baik.
Baduta dengan kategori rumah tangga tidak miskin sebesar 66,7% atau sebanyak 20
baduta dan kategori miskin sebesar 33,3% atau sebanyak 10 baduta.
Tingkat pengetahuan gizi ibu baduta kategori baik sebesar 40,0% atau 12 ibu baduta, dan
kategori cukup sebesar 60% atau 18 ibu baduta.
Indeks BB/U sebesar 20% atau 3 orang baduta kurus dengan asupan energi cukup.
Indeks BB/U sebesar 13% atau 3 orang baduta kurus dengan asupan protein cukup
Indeks TB/U sebesar 22% atau 5 orang baduta pendek dengan asupan protein cukup.
Sedangkan sebesar 14% atau 1 baduta pendek dengan asupan protein kurang.
65
Indeks TB/U sebesar 25% atau 2 orang baduta pendek dengan asupan kalsium cukup.
Sedangkan sebesar 18,2% atau 4 orang baduta pendek dengan asupan kaslium kurang.
Indeks TB/U sebesar 21% atau 4 orang baduta pendek dengan riwayat ASI eksklusif.
Sedangkan sebesar 18,2% atau 2 baduta pendek dengan riwayat ASI non eksklusif.
Indeks TB/U sebesar 57% atau 4 orang baduta pendek dengan riwayat MP-ASI tepat
waktu, tidak tepat jenis. Sedangkan sebesar 11% atau 1 baduta pendek dengan riwayat
MP-ASI tidak tepat waktu, tepat jenis dan tepat waktu, tepat jenis.
Indeks TB/U sebesar 50% atau 1 orang baduta pendek dengan riwayat status imunisasi
lengkap tidak sesuai umur. Sedangkan sebesar 20% atau 5 baduta pendek dengan riwayat
status imunisasi lengkap sesuai umur.
Indeks TB/U sebesar 23% atau 6 orang baduta pendek dengan riwayat tidak mendapatkan
vitamin A.
Indeks TB/U sebesar 20,8% atau 5 orang baduta pendek dengan kondisi rumah yang
sehat. Sedangkan sebesar 16,7% atau 1 baduta pendek dengan kondisi rumah yang
kurang sehat.
Indeks TB/U sebesar 20% atau 6 orang baduta pendek dengan kondisi sanitasi yang
bersih.
Indeks TB/U sebesar 33,3% atau 3 orang baduta pendek dengan perilaku penghuni yang
baik Sedangkan sebesar 14,3% atau 3 baduta pendek dengan perilaku penghuni yang
kurang baik
Indeks TB/U sebesar 40% atau 4 orang baduta pendek dengan kondisi keluarga dibawah
garis kemiskinan. Sedangkan sebesar 20% atau 2 baduta pendek dengan kondisi keluarga
diatas garis kemiskinan.
Baduta asupan energi kurang sebesar 50% atau 9 orang baduta dengan kondisi
pengetahuan ibu yang cukup.
Baduta asupan protein kurang sebesar 25% atau 3 orang baduta dengan kondisi
pengetahuan ibu yang baik. Sedangkan sebesar 22,2% atau 4 orang baduta yang asupan
proteinnya kurang dengan kondisi pengetahuan ibu yang cukup.
66
Baduta asupan energi kurang sebesar 57,9% atau 11 orang baduta dengan riwayat
pemberian asi ekslusif. Sedangkan sebesar 36,3% atau 4 orang baduta dengan riwayat
pemberian asi tidak ekslusif.
Baduta asupan protein kurang sebesar 36,8% atau 7 orang baduta dengan riwayat
pemberian asi ekslusif.
Baduta asupan energi kurang sebesar 66,7% atau 6 orang baduta dengan riwayat
pemberian MP-ASI yang tepat waktu, tepat jenis. Sedangkan sebesar 33,3% atau 3 orang
baduta asupan energi kurnag dengan riwayat pemberian MP-ASI yang tidak tepat waktu,
tepat jenis.
Baduta asupan protein kurang sebesar 66,7% atau 6 orang baduta dengan riwayat
pemberian MP-ASI yang tepat waktu, tepat jenis. Sedangkan sebesar 20% atau 1 orang
baduta asupan energi kurnag dengan riwayat pemberian MP-ASI yang tidak tepat waktu
dan jenis.
Baduta asupan energi kurang sebesar 55% atau 11 orang baduta dengan kondisi keluarga
diatas garis kemiskinan. Sedangkan sebesar 40% atau 4 orang baduta asupan energinya
kurang dengan kondisi keluarga dibawah garis kemiskinan
Baduta asupan protein kurang sebesar 25% atau 5 orang baduta dengan kondisi keluarga
diatas garis kemiskinan. Sedangkan sebesar 20% atau 2 orang baduta asupan proteinnya
kurang dengan kondisi keluarga dibawah garis kemiskinan
67
B. Rekomendasi
Untuk meningkatkan asupan energi dan zat gizi pada baduta, sebaiknya diberikan
makanan yang berasal dari bahan makanan lokal yang terdapat di desa setempat.
Agar asupan energi dan zat gizi lebih seimbang, sebaiknya mengkonsumsi bahan
makanan yang bervariasi untuk mencukupi kebutuhan energi dari zat gizi.
Memberikan informasi untuk memberikan bayi hanya ASI selama 6 bulan, dan tidak
memberikan makanan atau minuman lain, dan memberikan makanan pendamping ASI
mulai usia 6 bulan sesuai dengan bentuk makanan dan frekuensi pemberiannya
Menyarankan kepada ibu baduta untuk menyusui anaknya sampai 2 tahun atau lebih.
Memberikan makanan dengan menu yang bervariasi dan mengandung minimal
karbohidrat, protein, lemak. Dan mencukupinya dengan mengkonsumsi sayur dan buah
setiap hari.
Ajarkan baduta untuk menjaga kebersihan diri, seperti mandi, menggosok gigi, mencuci
rambut, dan mencuci tangan setiap habis bermain dan sebelum tidur sedari dini.
Sebaiknya setiap rumah tangga menyediakan tempat sampah dan menggunakan jasa
petugas untuk mengangkut sampah agar permasalahan pembuangan sampah dapat diatasi
dengan baik. Sehingga warga tidak perlu membakar sampah dan asapnya tidak
menimbulkan polusi.
68
BAB VI
RENCANA INTERVENSI
A. Batasan Masalah
Berapa Dimana Rencana
Masalah Siapa (terkena) Faktor penyebab Sumber daya
(prev.) (rt, rw) intervensi
1 posyandu:
Pala 2
Baduta yang Penyuluhan/kons
RT 3/ RW 01, Terdapat 6 kader
Status gizi BB/U berusia 8 bulan, Asupan energi dan eling mengenai
3 (10%) RT 4/ RW 01, Pala 3
- Kurang 19 bulan dan 24 protein yang kurang gizi seimbang,
RT 03/ RW 02 Terdapat 6 Kader
bulan Keluarga binaan
Bidan Desa
Kebun Jagung
Asupan protein dan Penyuluhan/kons
kalsium yang 1 posyandu: eling mengenai
Baduta dengan Baduta yang
kurang, ASI tidak Pala 3 gizi seimbang
status gizi pendek berusia 16 bulan RT 3/RW 01,
6 (25%) ekslusif, pmberian Terdapat 6 Kader ASI eksklusif,
menurut indeks dan baduta yang RT 4/RW 01
MPASI yang tidak Bidan Desa MP ASI dan
PB/U berusia 18 bulan
tepat jenis, imunisasi Kebun Jagung Perilaku Hidup
yang tidak sesuai Bersih dan Sehat
69
umur, dan kesehatan (PHBS),
lingkungan baduta Keluarga Binaan
Penyuluhan/kons
eling mengenai
1 posyandu: gizi seimbang
Baduta dengan
Pala 1 ASI eksklusif,
status gizi kurus 1 (3,3%) Baduta yang Asupan energi dan
RT 2/RW 02 Terdapat 7 kader MP ASI dan
menurut indeks berusia 16 bulan protein yang kurang
Bidan Desa Perilaku Hidup
BB/PB
Kebun Jagung Bersih dan Sehat
(PHBS),
Keluarga Binaan
Penyuluhan/kons
ASI tidak eksklusif, eling mengenai
MP ASI tidak tepat 1 posyandu: gizi seimbang
Baduta dengan
sesuai usia, Pala 1 ASI eksklusif,
status gizi kurus Baduta yang
1 (3,3%) RT 2/ RW 02 kesehatan Terdapat 7 kader MP ASI dan
menurut indeks berusia 16 bulan
lingkungan baduta Bidan Desa Perilaku Hidup
IMT/U
tergolong sangat Kebun Jagung Bersih dan Sehat
kurang (PHBS),
Keluarga Binaan
70
Penyuluhan
Baduta dengan 1 posyandu:
Baduta yang mengenai gizi
status gizi resiko RT 03/RW 01, Asi tidak ekslusif, Pala 1
berusia 6 bulan, seimbang, ASI
gemuk/gemuk/ob 3 (10%) RT 01/RW 02, MPASI yag tidak Terdapat 7 kader
7 bulan dan 16 ekslusif dan
es menurut indeks RT 02/RW 02 tepat jenis Bidan Desa
bulan MPASI, keluarga
IMT/U Kebun Jagung
binaan
Status sosial
ekonomi dibawah
1 posyandu:
garis kemiskinan, Penyuluhan/kons
Baduta yang Baduta yang Pala 2
riwayat MPASI eling mengenai
asupan energinya 15 (50%) berusia dibawah RT 02/RW 02 Terdapat 6 kader
yang tidak tepat gizi seimbang
kurang 21 bulan Bidan Desa
waktu dan jenis, dan MP ASI
Kebun Jagung
Pengetahuan gizi ibu
baduta
Status sosial
ekonomi dibawah Penyuluhan/kons
1 posyandu:
garis kemiskinan, eling mengenai
Baduta yang Baduta yang Pala 1
RT 01/RW 01, riwayat MPASI gizi seimbang
asupan proteinnya 7 (23%) berusia dibawah Terdapat 7 kader
RT 02/RW 02 yang tidak tepat dan MP ASI,
kurang 17 bulan Bidan Desa
waktu dan jenis, Teknologi Tepat
Kebun Jagung
Pengetahuan gizi ibu Guna
baduta
71
Status sosial 1 posyandu: Penyuluhan/kons
Baduta yang
Baduta yang ekonomi dibawah Pala 1 eling mengenai
asupan
22 (73%) berusia 17 bulan RT 02/RW 02 garis kemiskinan, Terdapat 7 kader gizi seimbang,
kalsiumnya
dan 20 bulan Pengetahuan gizi ibu Bidan Desa Teknologi Tepat
kurang
baduta Kebun Jagung Guna
Status sosial Penyuluhan/kons
1 posyandu:
Baduta yang Baduta yang ekonomi dibawah eling mengenai
Pala 1
asupan zat besinya 20 (67%) berusia 17 bulan RT 02/RW 02 garis kemiskinan, gizi seimbang,
Terdapat 7 kader
kurang dan 20 bulan Pengetahuan gizi ibu Teknologi Tepat
baduta Guna
72
B. Rencana Intervensi
1. Latar Belakang
Status gizi baduta dengan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) yang berstatus gizi
sangat kurang dan kurang terdapat 3 baduta atau 10%, dan sebagian kecil berstatus gizi lebih
sebanyak 1 baduta atau 3,3%. Berdasarkan Riskesdas Indonesia 2013 di Jawa Tengah persentase
status gizi buruk-kurang pada balita sebesar 18%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase status
gizi sangat kurang dan kurang di Desa Kawungcarang lebih rendah dari Riskesdas Indonesia
2013.
Status gizi baduta dengan indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) baduta yang
sangat pendek dan pendek terdapat sebanyak 6 orang (25%). Berdasarkan Riskesdas Indonesia
2013 di Jawa Tengah prevalensi pendek (stunting) pada balita sebesar 39%. Hal ini menunjukkan
bahwa persentase status gizi sangat pendek dan pendek di Desa Kawungcarang lebih rendah dari
Riskesdas Indonesia 2013.
Status gizi baduta dengan indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) baduta
yang status gizinya kurus yaitu sebanyak 1 baduta atau 3,3%. Berdasarkan Riskesdas Indonesia
2013 di Jawa Tengah persentase balita yang kurus sebesar 11%. Hal ini menunjukkan bahwa
persentase status gizi kurang di Desa Kawungcarang lebih rendah dari Riskesdas Indonesia 2013.
Status gizi baduta dengan indeks Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U) resiko
gemuk dan gemuk sebanyak 3 orang (10%) dan baduta yang kurus sebanyak 1 orang (3,3%).
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran orang tua baduta tentang pentingnya
asupan zat gizi dan sanitasi lingkungan terhadap status gizi anak baduta.
b. Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan ibu baduta tentang ASI ekslusif tepat sampai bayi
berusia 6 bulan.
Meningkatkan pengetahuan ibu baduta tentang pemberian MP-ASI yang tepat
sesuai dengan umur baduta.
73
Meningkatkan keterampilan ibu baduta dalam membuat MP-ASI yang tepat dan
bergizi seimbang.
Meningkatkan pengetahuan ibu baduta tentang perilaku hidup bersih dan sehat
Memberikan kesadaran kepada orang tua baduta tentang pentingnya asupan gizi
yang cukup terhadap status gizi anak baduta.
Memberikan informasi kepada kader terkait pentingnya peran aktif kader dalam
mensukseskan program gizi dimasyarakat.
C. Kegiatan Intervensi
1) Musyawarah masyarakat desa
2) Penyegaran kader
3) Pennyuluhan ASI Eksklusif dan MP-ASI
4) Demo masak PMT baduta
5) Penyuluhan PHBS
6) Lomba cerdas cermat ibu baduta
7) Keluarga binaan baduta stunting
Sasaran Intervensi : Ibu baduta, Ibu menyusui, Ibu hamil.
74
C. Plan Of Action
POA INTERVENSI PANGAN-GIZI-KESEHATAN
INTERVENSI/PROYEK : Musyawarah Masyarakat Desa
75
dan Pekuncen dan h
mendapat mendapatkan masyarakat
dukungan dukungan desa.
dari warga dari Menyiapka
dan kepala perangkat n materi
desa desa untuk
mengenai setempat. musyawara
kegiatan h.
yang akan 2. Tujuan Membuat
dilakukan khusus: dan
Masyarak menyiapka
at Desa n absensi
Pekuncen kehadiran.
mengetah Menyusun
ui evaluasi
masalah dengan
kesehatant melihat
erutama partisipasi
yang aktif dan
berkaitan kehadiran
dengan perangkat
masalah desa dan
76
gizi masyarakat
didesanya. .
Diperoleh
kesepakat 2.
an Pelaksanaan
pelaksana Target
an 80%
program dihadiri
intervensi. perangkat
desa dan
ada
perwakila
n
masyaraka
t
Pembukaa
n dan
perkenala
n tentang
musyawar
ah
Tanya
77
jawab
3. Evaluasi
Partisipasi
aktif dari
peserta baik
perangkat
desa maupun
masyarakat
78
POA INTERVENSI PANGAN-GIZI-KESEHATAN
INTERVENSI/PROYEK : Penyegaran Kader
81
berjalan
tepat
waktu
sesuai
rencana.
Pelaksanaa
n pelatihan
berhasil
apabila 10
jawaban
pertanyaan
yang
diajukan
bisa
dijawab
dengan
baik dan
benar oleh
peserta.
82
POA INTERVENSI PANGAN-GIZI-KESEHATAN
INTERVENSI/PROYEK : Penyuluhan ASI Eksklusif dan MP-ASI
85
POA INTERVENSI PANGAN-GIZI-KESEHATAN
INTERVENSI/PROYEK : Keluarga Binaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Dari data 1. Tujuan Keluarga 1. Persiapan Keluarg Masyara Keluarga Dirumah Selama Temp Masy.
yang Umum: yang a yang kat desa yang keluarga 10 hari at
Menyiapk Mhs.
didapat, memiliki m Kawung memiliki yang berturut- Leafl
Agar para an tempat
yaitu baduta emiliki carang baduta memiliki turut et
keluarga untuk
ditemukan stunting baduta Kader dengan baduta setiap Poster
mengerti dan melakukan
bahwa sebanyak stunting Kadus status stunting. hari Souve
memahami kegiatan
masih ada
tentang
6
penyuluha Puskesm gizi setiap nir
anak keluarga. as pendek kali
stunting. n tentang
badutua di yang waktu
Dapat stunting.
Desa 2. Tujuan tinggal makan
menghadi Membuat
86
Kawungcar khusus: rkan undangan, di desa
ang yang langsung Menyebar Kawung
Dapat
berstatus keluarga kan atau carang
mengetahui
pendek yang membagik
pengertian
(stunting) memiliki an
dari
baduta undangan.
Mahasiswa stunting.
stunting Menyiapk
memberika Dapat
selama an poster
n mengetahui
10 hari Menyiapk
penyuluhan tentang
berturut- an leaflet
langsung dampak
kepada
turut Menyiapk
dari
keluarga an kertas
stunting.
untuk
yang Dapat
memiliki daftar
mengetahui
baduta hadir.
tentang
berstatus tanda-tanda
gizi 2.
dari
pendek(stu Pelaksanaan
stunting.
nting), Dapat Pencatata
yaitu mengetahui n daftar
tentang tentang hadir
87
pengertian mencegah Pembuka
stunting, stunting. an
dampak Perkenala
dari n
stunting, Penyuluh
tanda-tanda an
stunting tentang
Sasaran gizi
yang kurang
ditujukan, Hari 1
yaitu :
keluarga Perkenala
yang n dan
memiliki penjelasa
baduta n
stunting. mengenai
tujuan
intervensi
Hari 2
:
Memberi
88
kan
informasi
mengenai
hidup
sehat
sesuai
dengan
PUGS.
Hari
3-5:
Mengontr
ol
kebiasaan
makan
dan pola
hidup
baduta
yang
menjadi
sasaran/re
sponden
89
Hari 6
:
Mengontr
ol
kebiasaan
makan
dan pola
hidup
baduta
yang
menjadi
sasaran/re
sponden
dan
evaluasi
Penutup
3.Evaluasi
Mahasis
wa bisa
menghadi
rkan
90
langsung
pada
keluarga
yang
memiliki
baduta
stunting
dan
memberi
kan
penyuluh
an serta
intervensi
pada
keluarga
tersebut.
Terdapat
perubaha
n pola
hidup
yang baik
91
POA INTERVENSI PANGAN-GIZI-KESEHATAN
INTERVENSI/PROYEK : Diversifikasi Pangan
Demo Pembuatan Bolu Kukus Jagung
Penanggung Jawab : Listia Winda Sari
96
POA INTERVENSI PANGAN-GIZI-KESEHATAN
INTERVENSI/PROYEK : Penyuluhan PHBS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Mahasiswa 1. Tujuan 80% 1. Kader Posyand Ibu Balai Pukul Tempa Masy.
memberikan Umum: undangan Persiapan Kadus u yang Desa 9:00 – t
Mhs.
penyuluhan hadir Ibu yang Bidan memp Kawungca 11:00 Mic
Memberika Koordina
PHBS
n informasi mempuny unyai rang WIB Undan
si dengan
ai baduta baduta gan
mengenai sector
PHBS terkait,
yang yang Snack
untuk
tinggal tinggal Leaflet
Desa Desa
surat izin,
2. Tujuan Kawungc
penyedia
97
khusus: an tempat arang
dan alat- Siswa
Manyara
alat dan siswi
kat
pendukun Sekolah
mengeta
g. Dasar
hui
Menyiap setempat.
maksud
kan
dari
undangan
PHBS
Menyeba
Masyark
r
atat
undangan
mengeta
kepada
hui 10
kadus,
indikator
kader dan
PHBS
masyarak
Masyara
at
kat
Menyiap
mengeta
kan
hui
materi
manfaat
(leaflet)
dari
2.
PHBS
Pelaksanaa
98
n
Registra
si
kehadira
n
Pembuk
aan
Perkenal
an
Pemberi
an
materi
(penyulu
han)
Diskusi
dan
tanya
jawab
Penutup
an
99
3. Evaluasi
Pelaksan
aan
penyulu
han
dikataka
n
berhasil
jika
jumlah
kehadira
n 80%
Pelaksan
aan
penyulu
han
dikataka
n
berhasil
jika
berjalan
100
tepat
waktu
sesuai
rencana
Pelaksan
aan
penyulu
han
dikataka
n
berhasil
jika 5
jawaban
pertanya
an yang
diajukan
dapat
dijawab
dengan
baik dan
benar
oleh
101
peserta.
102
POA INTERVENSI PANGAN-GIZI-KESEHATAN
INTERVENSI/PROYEK : Lomba Cerdas Cermat
3. Evaluasi
Menilai
dan
mengum
105
umkan
pemenan
g peserta
lomba
106
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2017.pdf (diakses pada 19 November
2018
Mikhail WZA, Sobhy HM, El-Sayed HH, Khairy SA, Abusalem HYH, Samy MA. Effect of
Nutritional Status on Growth Pattern of Stunted Preschool Children in Egypt. Academic Journal
of Nutrition 2013; 2(1): 01-09. Diakses pada 20 November 2018
Sari EM, Juffrine M, Nurani N, Sitaresmi MM. Protein, Calcium and Phosphorus Intake of
Stunting and Non Stunting Children Aged 24-59 months. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 2016;
12(4): 152-159. Diakses pada 20 November 2018
Wellina WF, Kartasurya MI, Rahfilludin MZ. Faktor Risiko Stunting pada Anak Umur 12-24
Bulan. Jurnal Gizi Indonesia (ISSN: 1858-4942) 2016; 5(1): 55-61. Diakses pada 20 November
2018
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (Persentase Penduduk Miskin Maret 2018 sebesar
11,32 persen). Diakses pada 22 November 2018
Riskesdas 2013
107
LAMPIRAN
108