Вы находитесь на странице: 1из 22

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh manusia


dalam mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi. Salah satunya
adalah kebutuhan oksigen. Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap
kali bernapas. (Wartonah Tarwanto, 2006)

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam
tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh. Kekurangan
oksigan bisa menyebabkan hal yangat berarti bagi tubuh, salah satunya adalah kematian.
Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan
oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan
kebutuhan oksigen merupakan tugas perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat
harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu
mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut. Oleh
karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital
bagi tubuh.

Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan
secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari
terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-
biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada
kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis- jenis fisioterapi pernafasan ?
2. Bagaimana proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenisasI?

2
3. Apa saja tindakan yang terkait dengan gangguan oksigenisasi ?
4. Bagaimana prosedur pelaksanaan pada setiap fisioterapi dada pada gangguan
oksigenasi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui jenis-jenis fisioterapi pernafasan


2. Untuk mengetahui proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi
3. Untuk mengetahui berbagai tindakan yang terkait dengan gangguan oksigenasi
4. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pada setiap fisioterapi dada pada gangguan
pernafasan

I.3 Manfaat

1. Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan oksigenisasi


2. Untuk mengetahui jenis pernafasan dan pengukuran fungsi paru
3. Untuk mengetahui proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenisasi

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Nebulizer

2.1.1 Pengertian

Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan
menjadi aerosol secara terus- menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang
dipadatkan atau gelombang ultrasonik.

Nebulizer adalah alat untuk merubah cairan (obat) menjadi uap yang sangat
halus agar bisa dihisap ke dalam saluran pernafasan dan paru-paru.

2.1.2 Tujuan

Untuk mengurangi sesak pada penderita asma, untuk mengencerkan dahak,


bronkospasme berkurang/ menghilang.

Pengobatan dengan uap dapat membantu mengeluarkan lendir (Riak) dari


tenggorokan (khususnya pada anak) dan membersihkan saluran pernafasan akibat
polusi udara, rokok.

2.1.3 Keuntungan Menggunakan Nebulizer

Relatif aman karena efek samping kecil atau tidak ada karena tidak perlu
melalui saluan pencernaan atau predaran darah.

Obat langsung mencapai daerah yang membutuhkan sehingga efek


penyembuhan lebih cepat.

Cara menggunakannya mudah sehingga efek penyembuhan lebih cepat.

Cara menggunakannya mudah sehingga mudah digunakan di rumah.

2.1.4 Obat-obat Nebulizer

1. Pulmicort: kombinasi anti radang dengan obat yang melonggarkan saluran napas
2. Nacl : mengencerkan dahakBisolvon cair : mengencerkan dahak

2
3. Atroven : melonggarkan saluran napas
4. Berotex : melonggarkan saluran napas
5. Inflamid :untuk anti radang
6. Combiven : kombinasi untuk melonggarkan saluran napa
7. Meptin : melonggarkan saluran napas.

Kombinasi yang dianjurkan:


1. Bisolvon-Berotec-Nacl
2. Pulmicort-Nacl
3. Combivent-Nacl
4. Atroven-Bisolvon-Nacl

2.1.5 Indikasi dan kontraindikasi Nebulizer:


1. Indikasi Nebulizer
Untuk penderita asma, sesak napas kronik, batuk, pilek, dan gangguan saluran
pernapasan.
2. Kontraindikasi Nebulizer
Pada penderita trakeotomi, pada fraktur didaerah hidung.
2.1.6 Jenis Nebulizer
1. Nebulizer mini
Adalah alat genggam yang menyemburkan medikasi atau agens pelembab,
seperti agans bronkodilator atau mukolitik menjadi partikel mikroskopik dan
mengirimkannya kedalam paru-paru ketika pasien menghirup napas.
2.1.7 Persiapan alat
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter, humidifier
2. Masker Nebulizer
3. Obat yang akan diberikan
4. Spuit 2 cc (sesuai dengan jumlah obat yang diberikan)
5. Alat tulis

2.1.8 Persiapan pasien


1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Menyiapkan lingkungan yang aman untuk klien dan memasang sampiran
2.1.9 Prosedure Tindakan

3
1. Memberi posisi yang nyaman pada klien
2. Mengontrol flowmeter dan humidifier
3. Mencuci tangan
4. Menyambungkan masker nebulizer dengan tabung oksigen k/p dengan selang
penghubung
5. Mengontrol apakah selang dan masker berfungsi dengan baik
6. Menghisap obat sesuai instruksi medik dan memasukkannya ke dalam tabung
masker nebulizer
7. Memasang masker sesuai wajah klien
8. Mengalirkan oksigen sesuai indikasi medik
9. Mengevaluasi respon klien (pola napas)
10. Merapihkan pasien
11. Cuci tangan
12. Dokumentasi

2.2 Fisioterapi Pernafasan

2.2.1 Pengertian

Fisioterapi nafas merupakan tindakan yang dilakukan pada klien yang


mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi yang memerlukan bantuan
untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekresi. Fisioterapi nafas adalah salah satu
dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik
yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi nafas ini walaupun caranya kelihatan
tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan
memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan
pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara
fungsi otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan
untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret.
Fisioterapi nafas ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada
penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan
neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti
fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi nafas ini meliputi
rangkaian : Postural Drainage,Nebulizer ,Perkusi,Suction, dan vibrasi.

4
2.2.2 Tujuan Fisioterapi Nafas

1. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru


2. Memperkuat otot pernapasan
3. Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan
4. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang
cukup.
2.2.3 Indikasi
1. Asma
2. Bronkitis kronis
3. Emfisema
4. Pasca operasi thorak, system kardiovaskuler
5. Berbaring lama
6. Neuromuskular dengan reflek batuk menurun
7. Klien yang tergantung alat ventilasi.

2.2.4 Jenis-jenis Fisioterapi Nafas

1. SUCTION
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan
untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya
proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan
nafas, pada klien yang tidak mampumengeluarkannya sendiri.
Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan
menggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal.
a. Tujuan di lakukan suction adalah :
1) Mempertahankan kepatenan jalan nafas.
2) Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk.
3) Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa.
b. Prinsip:

Tekhnik steril, agar mikroorganisme tidak mudah masuk ke faring,


trakeal dan bronki.

c. Komplikasi:
1) Hipoksia
2) Trauma jaringan

5
3) Meningkatkan resiko infeksi.
4) Stimulasi vagal dan bronkospasm
d. Kriteria :
1) Kelengkapan alat penghisap lendir dengan ukuran slang yang tepat.
2) Menggunakan satu selang penghisap lendir steril untuk satu klien.
3) Menggunkan slang penghisap lendir yang lembut.
4) Penghisapan dilakukan dengan gerakan memutar dan intermitten.
5) Observasi tanda-tanda vital
e. Indikasi :
1) Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan
secret dengan mengeluarkan atau menelan.
2) Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai
terdengar suara pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya
suara crakels ataau ronchi, dan kelelahan pada pasien.
3) Nadi dan laju pernafasan meningkat, ditemukannya mucus pada alat
bantu nafas.
4) Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan
pembuangan secret secara oral .
f. Persiapan :
1) Lingkungan
2) Penjelasan pada kleuarga.
3) Pasang skerem/ tabir.
4) Pencahayaan yang baik.
5) Regulator vakum set
6) Kateter penghiap steril sesuai ukuran
7) Air steril/ normal salin
8) Hanscoon steril
9) Pelumas larut dalam air
10) Selimut/ handuk
11) Masker wajah
12) Tong spatel

2.2.5 Persiapan Klien

1. Penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan.

6
2. Atur posisi klien :
a. Klien sadar : posisi semi fowler kepala miring ke satu sisi (oral suction) dan
posisi fowler dengan leher ekstensi (nasal suction)
b. Klien tidak sadar : baringkan klien dengan posisi lateral menghadap
pelaksana tindakan (oral/nasal suction).
2.2.6 Prosedure Tindakan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/ validasi
c. Kontrak
2. Fase kerja
a. Suction Orofaringeal

Digunakan saat klien mampu batuk efektif tetapi tidak mampu


mengeluarkan sekresi dengan mencairkan sputum atau menelannya. Prosedur
digunakan setelah klien batuk.

b. Prosedur tindakan
1) Siapkan peralatan disamping tempat tidur klien
2) Cuci tangan dan memakai sarung tangan
3) Mengatur posisi klien (perhatikan keadaan umum klien)
4) Pasang handuk pada bantal atau di bawah dagu klien
5) Pilih tekanan dan tipe unit vakum yang tepat.
6) Tuangkan air steril/ normal salin dalam wadah steril
7) Ambungkan kateter penghisap steril ke regulator vakum
8) Ukur jarak antara daun telinga dan ujung hidung klien
9) Basahi ujung kateter dengan larutan steril
10) Penghisapan, masukkan ke satu sisi mulut klien dan arahkan ke
orofaring dengan perlahan
11) Sumbat “port” penghisap dengan ibu jari. Dengan perlahan rotasi
kateter saat menariknya, tidak boleh lebih dari 15 detik.
12) Bilas kateter dengan larutan steril. Bila klien tidak mengalami disteress
pernafasan, istirahat 20-30 detik, sebelum memasukkan ulang kateter.
13) Bila diperlukan penghisapan ulang, ulang langkah 9 -11

7
14) Bila klien mampu minta untuk nafas dalam dan batuk efektif diantara
penghisapan.
15) Hisap secret pada mulut atau bawah lidah setelah penghisapan
orofaringeal.
16) Buang kateter penghisap bersamaan dengn pelepasan hanscoon.
17) Cuci tangan

2.2.7 Hal-hal yang Harus Diperhatikan


1. Jelaskan tentang pengertian dan manfaat dari tindakan fisioterapi dada.
2. Jelaskan tentang posisi dan teknik perkusi,vibrasi,postural drainase dan batuk
efektif.
3. Fisioterapi dada dilakukan di rumah untuk klien dengan PPOM, bronkiekstatis,
dan fibrosis kistik.
4. Jelaskan teknik pernapasan diafragma dan pernapasan bibir dirapatkan.
5. Jelaskan bahwa postural drainase dilakukan sebelum makan atau menjelang
tidur.
6. Anjurkan untuk selalu mempertahankan cairan yang adekuat/minum yang
banyak dan menjaga kelembaban udara yang adekuat untuk mencegah
kekentalan sekresi.
7. Perkenalkan tanda-tanda infeksi seperti demam, perubahan warna dan karakter
sputum.
8. Jelaskan bahwa tindakan dihentikan jika terdapat gejala-gejala seperti nyeri
meningkat, napas pendek meningkat, kelemahan, kepala pening dan
hemoptisis.

2.3 Latihan Pernafasan

2.4 Clapping atau Perkusi dada

2.4.1 Pengertian

Perkusi dada adalah penepukan pada daerah dimana sekret terakumulasi (dada
dan punggung) dengan tangan yang dibentuk menyerupai mangkuk, tepukan
tangan secara berirama dan sistematis dari arah atas menuju kebawah. Selalu
perhatikan ekspresi wajah klien untuk mengkaji kemungkinan nyeri. Setiap lokasi
dilakukan perkusi selama 1-2 menit.

8
Clapping atau menepuk – nepuk dada adalah salah satu dari pada fisioterapi
yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut
maupun kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa
tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki
ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok
fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-
otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk
mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret.
Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada
penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan
neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti
fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini meliputi
rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi.

Perkusi dilakukan dengan membentuk mangkuk pada telapak tangan dan


dengan ringan ditepukkan pada dinding dalam gerakan berirama diatas segmen
paru - paru yang akan dialirkan. Cupping adalah menepuk-nepuk tangan dalam
posisi telungkup. Clupping menepuk-nepuk tangan dalam posisi terbuka. Tujuan
untuk menolong pasien mendorong atau menggerakkan sekresi didalam paru-paru
yang diharapkan dapat keluar secara gaya berat dilaksanakan dengan menepuk
tangan dalam posisi telungkup.

2.4.3 Tujuan

Perkusi dilakukan pada dinding dada dengan tujuan melepaskan atau


melonggarkan secret yang tertahan. Sehingga sekresi didalam paru-paru yang
diharapkan dapat keluar secara gaya berat.

2.4.4 Indikasi Klien yang mendapat Perkusi Dada

Perkusi dilakukan pada dinding dada dengan tujuan melepaskan atau


melonggarkan secret yang tertahan. Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien
yang mendapat postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara
umum adalah indikasi perkusi.

2.4.5 Persiapan Alat dan Bahan

Baki berisi :

9
1. Handuk
2. Bantal ( 2 sampai 3 buah )
3. Segelas air
4. Tissue
5. Sputum pot, berisi cairan desinfektan
6. Buku catatan
i. Persiapan Klien
1. Informasikan klien mengenai : tujuan pemeriksaan, waktu dan prosedur
2. Pasang sampiran jaga privacy pasien
3. Atur posisi yang nyaman
ii. Persiapan Perawat :
1. Cuci tangan
2. Perhatikan Universal Precaution
3. Prosedur Kerja
4. Lakukan auskultasi bunyi napas klien
5. Instruksikan klien untuk mengatakan bila mengalami mual, nyeri dada,
dispneu
6. Berikan medikasi yang dapat membantu mengencerkan sekresi
7. Kendurkan pakaian klien
8. Tutup area yang akan diperkusi dengan menggunkan handuk
9. Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan
relaksasi
10. Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk
11. Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan secara cepat
menepuk dada
12. Perkusi pada setiap segmen paru selama 1 -2 menit, jangan pada area yang
mudah cedera seperti mammae, sternum, dan ginjal.
iii. Prosedur Tindakan
1. Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk
2. mengurangi ketidaknyamanan.
3. Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing.
4. Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan
membentuk mangkok pada telapak tangan dan dengan ringgan di tepukan pada

10
dinding dada dalam gerakan yang berirama di atas segmen paru yang akan di
alirkan.
5. Pergelangan tangan secara bergantian flexi dan extensi sehingga dada di pukul
atau di tepuk dengan cara yang teidak menimbulkan nyeri.

2.4.9 Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :

1. Patah tulang rusuk


2. Emfisema subkutan daerah leher dan dada
3. Skin graf yang baru
4. Luka bakar, infeksi kulit
5. Emboli paru
6. Pneumotoraks tension yang tidak diobati

2.4.10 Kondisi yang mengijinkan untuk melakukan Clapping

1. Dokter menyarankan menjalani fisioterapi.


Batuk dan pilek ringan (tidak disertai demam dan lamanya belum lebih dari
kurang lebih yakni 3 hari).
2. Kondisi yang tidak mengijinkan untuk melakukan Clapping
3. Kondisi batuk pilek yang dialami anak tergolong berat atau disertai demam.
4. Klien mengalami sesak yang parah karena dengan fisioterapi malah bisa
menambah sesaknya.
5. Klien baru saja menghabiskan makannya karena dapat mengakibatkan muntah

2.4.11 Aspek Keamanan dan Keselamatan

1. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah yang mudah terjadi cedera, seperti
mammae, sternum, dan ginjal
2. Saat melakukan tindakan perkusi dan vibrasi pada anak harus diperhatikan
tekanannya jangan sampai menimbulkan fraktur
3. Sebelum melakukan fisioterapi dada sebaiknya apabila klien belum minum air
hangat anjurkan untuk minum air hangat untuk membantu agar guna
mengencerkan sekretnya.

2.5 Vibrating

2.5.1 Pengertian Vibrating

11
Vibrating adalah memberikan getaran (vibrasi) tangan pada daerah tersebut
yang dilakukan pada saat pasien ekspirasi. Vibrasi secara umum dilakukan
bersamaan dengan clapping. Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien
mengeluarkan nafas. Pasien disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi
dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi
dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian
dengan dorongan bergetar.

2.5.2 Tujuan Vibrating

1. Menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar


2. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
3. Memperkuat otot pernapasan
4. Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan
5. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang
cukup

2.5.3 Indikasi

1. Mencegah penumpukan secret yaitu pada:


a. Pasien yang memakai ventilasi
b. Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
c. Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik,
bronkiektasis
2. Mobilisasi secret yang tertahan :
a. Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh secret
b. Pasien dengan abses paru
c. Pasien dengan pneumonia
d. Pasien pre dan post operatif
e. Pasien neurology dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau
batuk

2.5.4 Jenis

1. Vibrasi dengan kompresi


Vibrasi dengan kompresi dada, menggerakkan secret ke jalan nafas yang besar
2. Perkusi
Melepaskan atau melonggarkan secret

12
2.5.5 Persiapan Alat

1. Pot sputum berisi desinfektan


2. Kertas tissue
3. Bantal (2-3 bantal)
4. Stetoskop
5. Handuk kecil
6. Buku Catatan
2.5.6 Persiapan Klien
1. Informasikan klien mengenai : tujuan, pemeriksaan, waktu dan prosedur
2. Pasang sampiran / jaga privacy pasien
3. Atur posisi yang nyaman

2.5.7 Persiapan Perawat

1. Cuci tangan
2. Perhatikan universal precaution

2.5.8 Prosedur Tindakan

1. Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti


perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur dan alasan
tindakan, cuci tangan
2. Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan
didrainase, satu tangan di atas tangan yang lain dengan jari-jari menempel
bersama dan ekstensi. Cara lain tangan bisa diletakkan secara bersebelahan
3. Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
4. Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan serta siku
lalu getarkan, gerakkan ke arah bawah. Perhatikan agar gerakan dihasilkan
dari otot-otot bahu. Hentikan gerakan jika klien inspirasi
5. Vibrasi selama 3 - 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang terserang.
6. Setelah setiap kali vibrasi ,anjurkan klien batuk dan keluarkan sekresi ke
tempat sputum
7. Cuci tangan

2.5.9 Hal-hal yang harus Diperhatikan

1. Mengetahui area yang akan dilakukan tindakan agar terhindar dari resiko
trauma thorax
13
2. Perhatikan pakain klien jangan terlalu ketat
3. Batuk dua atu tiga kali berurutan setiap tiga kali berganti posisi
4. Minum air hangat setiap hari 2 liter
5. Jika harus menghirup bronkodilator, lakukan 15 menit sebelum drainage
6. Lakukan latihan nafas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan
lendir
7. Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan patah tulang rusuk, emfisema
subkutan daerah leher dan leher, daerah graf yang baru, luka bakar, infeksi
kulit, emboli paru, dan pneumotoraks tension yang tidak diobati

2.6 Postural Drainage

2.6.1 Pengertian

Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan


sekresi dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.
Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka PD dilakukan
pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan parunya. Waktu yang terbaik
untuk melakukan PD yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam
sebelum tidur pada malam hari. Pada penderita dengan produksi sputum yang
banyak PD lebih efektif bila disertai dengan clapping dan vibrating.

2.6.2 Tujuan

1. Untuk mengeluarkan secret yang tertampung.


2. Untuk mencegah akumulasi secret agar tidak terjadi atelektasis.
3. Mencegah dan mengeluarkan secret.

2.6.3 Indikasi

1. Mencegah penumpukan secret yaitu pada:


a. pasien yang memakai ventilasi
b. pasien yang melakukan tirah baring yang lama
c. pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik,
bronkiektasis
2. Mobilisasi secret yang tertahan :
a. pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh secret
b. pasien dengan abses paru
c. pasien dengan pneumonia
14
2.6.4 Jenis

1. Bronkus Apikal Lobus Anterior Kanan dan Kiri Atas.


Minta klien duduk di kursi, bersandar pada pada bantal
2. Bronkus Apikal Lobus Posterior Kanan dan Kiri Atas.
Minta duduk klien di kursi, menyandar ke depan pada bantal atau meja
3. Bronkus Lobua Anterior Kanan dan Kiri atas.
Minta klien berbaring datar dengan bantal kecil di bawah lutut
4. Bronkus Lobus Lingual Kiri Atas.

Minta klien berbaring miring ke kanan dengan lengan di ata kepala pada posisi
tranbelendung, dengan kaki tempt tidurdi tinggikan 30 cm(12 inci). Letakkan
bntal di belakang punggung, dan gulingkan klien ¼ putaran ke atas bantal.

5. Bronkus lobus Kanan Tengah.


Minta klien berbaring miring kekiri dan tinggalkan kaki tempat tidur 30 cm
(12 inci). Letakkan bntal di belakang punggung dan gulingkan klien ¼ putaran
ke atas bantal.
6. Bronkus Lobus Anterior Kanan dan KIri bawah.
Minta klien berbaring terlentang dengan posisi trandelenburg, dengn kaki
tempat tidur di tinggikan 45 sampai 50 cm (18 sampai 20 inci).
7. Bronkus Lobus Lateral Kiri Bawah.
Minta klien berbaring miring ke kanan pada posisi trendelenburg dengan kaki
tempat tidur di tinggikan 45 samapi 50 cm (18 sampai 20 inci).
8. Bronkus Lobus Superior Kanan dan Kiri Bawah.

Minta klien berbaring tengkurap dengan bantal di bawah lambung.

9. Bronkus Basalis Posterior Kanan dan Kiri.


Minta klien barbaring tengkurap dalam posisi trendelenberg dengan kaki
tempat tidur ditinggikan 45 smpai 50 cm (18 sampai 20 inci).

2.6.5 Persiapan Alat

1. Bantal dua atau tiga


2. Papan pemiring atau pendongak ( bila drainase dilakukan dirumah )
3. Tisu wajah
4. Segelas air
5. Wadah dari kaca
15
6. Kursi

2.6.6 Persiapan Perawat

1. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir atau disiramkan
2. Perawat harus mengetahui prosedur kerja dari postural drainase
3. Menggunakan sarung tangan

2.6.7 Persiapan Pasien

1. Identifikasi pasien yang jelas untuk memastikan pasien yang memperoleh obat
2. Pasien dan keluarga diberikan penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
3. Pasien diatur dalam posisi senyaman mungkin.

2.6.8 Prosedur Tindakan

1. Jelaskan prosedur kepada pasien


2. Cuci tangan
3. Pakai masker
4. Pilih area yang tersumbat yang akan didrainase bardasarkan pengkajian semua
bidang paru,data klinis, dan gambaran foto dada
5. Baringkan klien dalam posisi mendrainase area yg tersumbat (area pertama
yang dipilih dapat bervariasi dan satu klien ke klien lain) bantu klien memilih
posisi sesuai kebutuhan, ajarkan klien posisikan postur dan lengan dan posisi
kaki yang tepat,letakkan bantal untuk menyangga dan kenyamanan.
6. Minta klien mempertahankan posisi selama 10 sampai 15 menit .
7. Selama 10 sampai 15 menit drainase pada posisi ini,lakukan perkusi
dada,vibrasi,dan atau gerakan iga diatas area yang didrainase.
8. Setelah drainase pada postur pertama, minta klien duduk dan batuk, tampung
sekresi yang dikeluarkan dalam wadah yang bersih, bila klien tidak dapat
batuk, harus dilakukan pengsiapan.
9. Minta klien istirahat sebentar bila perlu
10. Minta klien menghisap air
11. Ulangi langkah 3hingga 8 sampai semua area tersumbat yang dipilih telah
terdrainase.setiap tindakan harus tidak lebih dari 30 sampai 60 menit.
12. Ulangi pengkajian dada pada semua bidag paru .
13. Cuci tangan anda.

2.6.7 Hal yang harus diperhatikan


16
1. Batuk dua atau tiga kali berurutan setelah setiap kali bergnti posisi.
2. Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.
3. Jika harus menghirup bronkodilator, lakukan lah 15 menit sebelum melakukan
postural drainage.
4. Lakukan latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan
lendir.

2.7 Bronchial Toilet

2.7.1 Pengertian

Mengeluarkan cairan dari jalan nafas buatan ( ETT, Canul Tracheostomy )


mulut, hidung, pada pasien yang tidak mampu mengeluarkannya secara spontan.

2.7.2 Tujuan

1. Mempertahankan jalan nafas paten / bebas


2. Membersihkan secret pada yang batuknya tidak efektif
3. Mengambil bahan cultur sputum

2.7.3 Indikasi

1. Pasien batuk secara spontan


2. Terlihat atau terdengar secret di jalan nafas
3. Peningkatan tekanan inspirasi puncak pada volume dikendalikan ventilasi
4. Penurunan volume pasang surut pada tekanan ventilasi terkontrol
5. Menjaga jalan nafas tetap bersih

2.7.4 Jenis Persiapan Alat

1. Alat suction
2. Sarung tangan steril
3. Sumber oksigen dan slang oksigen
4. Jacson Rees / Ambu bag
5. Ember dan cairan desinfektan
6. Stetoscope

2.7.5 Jenis Persiapan Pasien

1. Pasien diberitahu jika pasien sadar


2. Posisi tidur pasien diatur sesuai dengan kondisinya

17
2.7.6 Prosedur Tindakan

1. Jelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan, mengapa perlu dan
bagaimana pasien dapat menerima dan bekerjasama karena biasanya tindakan
ini menyebabkan batuk dan hal ini diperlukan untuk membantu
mengeluarkan sekret.
2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
3. Menjaga privasi pasien.
4. Atur posisi pasien sesuai kebutuhan.
5. Siapkan alat-alatnya.
6. Pasang alat resusitasi ke oksigen dengan aliran oksigen 100%
7. Catheter suction steril sesuai ukuran
8. Pasang pengalas jika diperlukan
9. Atur tekanan sesuai penghisap dengan tekanan sekitar 100-120 mmHg untuk
orang dewasa dan 50-95 mmHg untuk bayi dan anak
10. Pakai alat pelindung diri seprti kaca mata, dan masker
11. Memakai sarung tangan steril
12. Pegang suction catether di tangan dominan dan pasang catether ke pipa
penghisap
13. Suction catether tersebut diberi pelumas
14. Menggunakan tangan dominan, basahi ujung catether dengan larutan garam
steril
15. Menggunakan ibu jari tangan yang tidak dominan, tutup suction catether
untuk menghisap sejumlah larutan steril melalui catether. Hal ini untuk
mengecek apakah peralatan bekerja dengan benar dan sekaligus melumasi
lumen catether untuk memudahkan penghisapan dan mengurangi trauma
jaringan selama penghisapa, selain itu juga membantu mencegah sekret
menempel ke bagian dalam suction catether
16. Jika klien memiliki sekret yang berlebihan, lakukan pemompaan dengan
ambubag sebelum penyedotan.
17. Gunakan tangan dominan, nyalakan oksigen ke 12-15 / menit
18. Jika pasien terpasang trakeostomi atau ETT, sambungkan ambubag ke
tracheascanul atau ETT

18
19. Pompa ambubag 3-5 kali, sebagai inhalasi, hal ini sebaiknya dilakukan oleh
orang kedua yang bisa menggunakan kedua tangan untuk memompa, dengan
demikian volume udara yang masuk lebih maksimal
20. Amati respon pasien untuk mengetahui kecukupan ventilasi pasien
21. Bereskan alat dan cuci tangan

2.7.8 Hal Yang harus Diperhatikan

1. Resiko infeksi harus diminimalkan baik untuk pasien maupun perawat


2. Apakah prosedur invasif yang terkait dengan risiko peningkatan infeksi
3. Teknik aseptik adalah penting
4. Celemek, kacamata dan sarung tangan steril haris dikenakan
5. Memakai sarung tangan tidak mengantikan kebutuhan untuk memcuci tangan
6. Tangan harus dicuci didekontaminasi sebelum dan setelah prosedur

2.7.9 Jenis-jenis

Ada dua jenis sistem hisap, yaitu :

1. Open
2. Sistem tertutup

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

20
DAFTAR PUSTAKA

Irawandi, Dedi. (2014). Clapping.

https://wordpress.com. Diakses pada tanggal 08 februari 2018.

Pratama, Harisma. (2012). Fisioterapi dada.

https:// wordpress.com. Diakses pada tanggal 08 Februari 2018.

Arshavin, Tinto. (2016). Fisioterapi dada dan nebulizer.

https://www.slideshare.net. Diakses pada tanggal 08 Februari 2018.

Carrol.1993. Aman Penyedotan Perawat Terdaftar.57 (5). 32-36

Dean. 1997. Kecelakaan dan Darurat Nursing 1997. 5: 92-98

Graf dan Glass. 1995. Sepuluh Tips untuk Pengisapan yang Lenih Aman. 95 (5): 51-53

Jevuska. (2009). Fisioterapi nafas.

https://www.jevuska.com. Diaskes pada tanggal 08 Februari 2018.

Jovian. (2012). Clapping.

http://www.jovian.yours.tv. Diakses pada tanggal 08 Februari 2018.

21

Вам также может понравиться