Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ATRESIA ESOFAGUS
Disusun Oleh :
Maria Claudia Novitasari Ganggut, S.Ked
Pembimbing :
dr. Martina Widayanti, M.Sc, Sp. Rad
1
LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
Laporan kasus ini dengan judul : Atresia Esofagus atas nama: Maria Claudia Novitasari
Ganggut, S.Ked NIM: 1408010043 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Nusa Cendana telah disajikan dalam kegiatan kepaniteraan klinik bagian Radiologi
RSUD. T.C. Hillers Maumere pada Agustus 2018
Mengetahui pembimbing:
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasih
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Berbagai pihak telah banyak
membantu dan membimbingdalam penulisan laporan kasus . Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Martina Widayanti, M.Sc , Sp. Rad kepala SMF bagian radiologi RSUD. T.C. Hillers
Maumere dan selaku pembimbing dalam penyusunan laporan kasus ini.
2. Seluruh staf Instalasi Kedokteran bagian radiologi RSUD. T.C. Hillers Maumere -
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana.
3. Sejawat dokter muda dibagian ilmu radiologi periode Juli- Agustus 2018, serta seluruh
pihak yang telah mendukung penyelesaian laporan kasus ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan kasus ini membawa manfaat bagi pengembangan
ilmu.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… iv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………. vi
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 1
BAB 2 TINJUAN PUSTAKA………………………………………………………….. 3
2.1 Anatomy dan fisiologi ……………………………………………………………… 3
2.2 Etiologi dan patogenesis…………………………………………………………… 4
2.3 Diagnosa ……………………………………………………………………………. 6
2.3.1 Gambaran klinik………………………………………………………………….. 6
2.3.2 Gambaran Radiologi……………………………………………………………... 7
2.4 Penatalaksanaan……………………………………………………………………. 10
2.5 Komplikasi…………………………………………………………………………. 10
2.6 Prognosis…………………………………………………………………………… 11
BAB 3 LAPORAN KASUS…………………………………………………………….. 12
BAB 4 PEMBAHASAN………………………………………………………………… 14
BAB 5 KESIMPULAN…………………………………………………………………. 16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………... 17
4
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Anatomy Esofagus………………………………………………………… 3
Gambar 2.2 Klasifikasi atresia esophagus / trakeoesofageal fistula……………………. 4
Gambar 2.3 Foto thoraks aspirasi pneumonia………………………………………… 8
Gambar 2.4 Foto thorak dengan atresia esophagus…………………………………….. 8
Gambar 2.5 Foto thorak abdomen dengan TEF…………………………………………. 9
Gambar 2.6 Foto babygram dengan atresia esophagus………………………………….. 9
Gambar 2.7 Foto Kontras………………………………………………………………... 10
Gambar 3.1 Hasil foto babygram………………………………………………………... 13
5
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan laboratorium…………………………………………… 13
6
BAB 1
PENDAHULUAN
7
sistem gastrointestinal.Selain itubayi dengan esophageal atresia juga dapat mengalami
gangguan pernapasan seperti kesulitan dalam bernapas, infeksi dan tersedak. Hal ini terjadi
karena bayi mengaspirasi saliva ke dalam infeksi dan tersedak. Hal ini terjadi karena bayi
mengaspirasi saliva ke dalam paru-parunya.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Esofagus dimulai pada level kartilago cricoid dan berada di daerah belakang bawah
dan sedikit ke kiri dari trakea. Nervus laryngeal recurrent sinistra berada di antara esofagus dan
trakea. Duktus thoracis berada di sebelah kiri dari esofagus.
Esofagus berbentuk bulat dan tersusun dari otot yang menghubungkan faring dengan
lambung. Panjangnya sekitar 8 inci dan dilapisi oleh jaringan merah muda yang disebut mukosa.
Esofagus berjalan di belakang trakea dan jantung dan berada di depan tulang belakang. Tepat
sebelum memasuki lambung esophagus melewati diafragma.
Dalam proses menelan, spinchter esofagus atas terbuka secara reflex dan eflex dari
peristaltik akan mendorong makanan masuk ke esofagus. Dilatasi yang akan mendorong
9
makanan masuk ke esofagus. Dilatasi yang disebabkan oleh bolus akan memberikan sinyal
kepada peristaltik untuk disebabkan oleh bolus akan memberikan sinyal kepada peristaltik
untuk mendorong makanan sampai ke lambung. Spinchter esofagus bawah terbuka jika
mendorong makanan sampai ke lambung. Spinchter esofagus bawah terbuka jika terdapat reflex
vagovagal yang timbul pada saat awal proses menelan. Reflex terdapat reflex vagovagal
yang timbul pada saat awal proses menelan. Reflex reseptif relaksasi ini dimediasi oleh
inhibitory noncholinergic nonadrenergic reseptif relaksasi ini dimediasi oleh inhibitory
noncholinergic nonadrenergic (NCNA) neuron dari plexus myenterik.(5)
10
Klasifikasi dari atresia esofagus menurut Boston yaitu: Klasifikasi dari atresia esofagus
menurut Boston yaitu:
Tipe A - Atresia esophagus tanpa fistula atau disebut atresia esophagus murni Atresia
esophagus tanpa fistula atau disebut atresia esophagus murni (10%)
Tipe B - atresia esofagus dengan TEF proksimal (<1%)
Tipe C - Atresia esophagus dengan TEF distal (85%)
Tipe D - atresia esophagus dengan TEF proksimal dan distal(<1%) atresia esophagus
dengan TEF proksimal dan distal(<1%)
Tipe E - TEF tanpa atresia esofagus atau yang disebut fistula tipe H (4%) Tipe E - TEF
tanpa atresia esofagus atau yang disebut fistula tipe H (4%)
Tipe F - stenosis esofagus kongenital (<1%)
Fetus dengan atresia esofagus tidak dapat menelan cairan amnion secara Fetus dengan
atresia esofagus tidak dapat menelan cairan amnion secara efektif, terutama jika tidak terdapat
TEF. Pada fetus dengan atresia esofagus dan efektif, terutama jika tidak terdapat TEF. Pada fetus
dengan atresia esofagus dan TEF distal, terdapat kemungkinan cairan amnion dapat mengalir
melalui trakea ke TEF distal, terdapat kemungkinan cairan amnion dapat mengalir melalui trakea
ke fistula dan kemudian menuju ke usus. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya fistula dan
kemudian menuju ke usus. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya polihidramnion yang
dapat menyebabkan persalinan yang polihidramnion yang dapat menyebabkan persalinan yang
prematur.
11
Neonatus dengan atresia esofagus tidak dapat menelan air liur dalam Neonatus
dengan atresia esofagus tidak dapat menelan air liur dalam jumlah yang banyak.
Neonatus dapat terdiagnosis pneumonitis aspirasi apabila mengaspirasi air liur atau susu.
Daerah paru pada bayi dengan atresia esofagus mengaspirasi air liur atau susu. Daerah paru pada
bayi dengan atresia esofagus dan distal TEF dapat terkena sekresi asam lambung. Udara
yang berasal dari dan distal TEF dapat terkena sekresi asam lambung. Udara yang berasal
dari trakea dapat diteruskan ke fistula distal ketika bayi menangis atau menerima trakea
dapat diteruskan ke fistula distal ketika bayi menangis atau menerima ventilasi. Kondisi ini
dapat mengarah pada perforasi lambung akut, yang sering ventilasi. Kondisi ini dapat mengarah
pada perforasi lambung akut, yang sering mematikan.
Trakea juga dapat mengalami gangguan embriogenesis. Pars membranacea dari trakea
akan melebar dan memberikan bentuk cross-sectional D yang berbeda dari trakea akan melebar
dan memberikan bentuk cross-sectional D yang berbeda dari bentuk normal C. Perubahan ini
menyebabkan melemahny a struktur sekunder dari anteroposterior trakea atau biasa disebut
tracheomalacia.
2.3 DIAGNOSA
2.3.1 Gambaran Klinik
Bayi dengan atresia esofagus dan fistula trakeoesofagus sering memperlihatkan
gejala dalam beberapa jam pertama setelah kelahiran. Namun, diagnosis prenatal kadang
ditegakkan jika pada ultrasonografi ditemukan adanya polihidramnion. Sesekali dilatasi pada
kantung esofagus atas dapat diidentifikasi.Gejala yang timbul segera setelah kelahiran yaitu
terdapat saliva yang banyak. Saliva ini berasal dari berkumpulnya sekresi cairan dari
kantung esofagus proksimal dan faring posterior. menyebabkan regurgitasi, tercekik,
tersedak, atau sianosis. Takipneu, atelektasis dan distress pernapasan disebabkan karena refluks
isi lambung yang masuk ke saluran pernapasan. Hal ini dapat menyebabkan pneumonitis
chemical. Distensi abdomen disebabkan karena udara yang dihirup masuk ke traktus
gastrointestinal melalui fistula distres pernapasan yang buruk dan traktus gastrointestinal
melalui fistula. Gejala mungkin kurang jelas pada anak dengan pulmonary compromise dan
fistula trakeoesofagus tanpa atresia esofagus(6).
12
2.3.2 Gambaran Radiologi
Jika dalam diagnosis dicurigai terdapat atresia esofagus, prioritas Jika dalam diagnosis
dicurigai terdapat atresia esofagus, prioritas utama yaitu untuk melindungi jalan napas dengan
sering melakukan suction utama yaitu untuk melindungi jalan napas dengan sering melakukan
suction pada faring. Bayi perlu diperiksa secara teliti untuk menyingkirkan kelainan pada faring.
Bayi perlu diperiksa secara teliti untuk menyingkirkan kelainan abnormal lainnya (anal,
cardiac, skeletal, genitourinary). Diagnosis dapat abnormal lainnya (anal, cardiac, skeletal,
genitourinary). Diagnosis dapat dibantu dengan menggunakan nasogastrik tube.Jika nasogastrik
tube tidak dibantu dengan menggunakan nasogastrik tube. Jika nasogastrik tube tidak dapat
masuk ke lambung maka kemungkinan besar terdapat atresia, dapat masuk ke lambung
maka kemungkinan besar terdapat atresia, meskipun jika pada TEF tanpa atresia esofagus
nasogastric tube dapat meskipun jika pada TEF tanpa atresia esofagus nasogastric tube
dapat lewat.Oleh karena itu diperlukan X-ray untuk konfirmasi. Adanya udara lewat.Oleh
karena itu diperlukan X-ray untuk konfirmasi. Adanya udara dalam usus, meskipun suatu
atresia adalah tanda dari fistula dalam usus, meskipun suatu atresia adalah tanda dari
fistula trakeoesofagus.
Gambaran radiologi yang digunakan dapat berupa:
1. Foto polos thorax dan abdomen
Untuk mendiagnosis atresia esofagus maka dibutuhkan foto Untuk mendiagnosis atresia
esofagus maka dibutuhkan foto thorax posteroanterior dan lateral dengan menampilkan
tabung thorax posteroanterior dan lateral dengan menampilkan tabung nasogastrik pada
kantung esofagus proximal(6).
13
Foto thoraks (Aspirasi pneumonia)
Gambar di bawah ini menunjukkan atresia esofagus dengan Gambar di bawah ini
menunjukkan atresia esofagus dengan tabung melingkar di esofagus dan terdapat fistula
trakeoesofagus karena terdapat udara di lambung dan duodenum(7).
14
Gambar 2.5 Foto thorak abdomen dengan TEF
Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah tabung melingkar di Gambar di bawah ini
menunjukkan sebuah tabung melingkar di daerah proximal/ mid esofagus di mediastinum
superior dan daerah proximal/ mid esofagus di mediastinum superior dan didiagnosis atresia
esofagus. Terdapat udara di loop usus sehingga menunjukkan atresia esofagus. Terdapat
udara di loop usus sehingga menunjukkan fistula trakeoesofagus dengan atresia esofagus(7).
15
2. Foto kontras
2.5. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari atresia esofagus yaitu Komplikasi yang
dapat ditimbulkan dari atresia esofagus yaitu aspirasi pneumonia, tersedak sampai
menyebabkan kematian. Hal ini dapat aspirasi pneumonia, tersedak sampai menyebabkan
16
kematian. Hal ini dapat terjadi bila air liur dan sekresi lainnya masuk ke dalam rongga paru.
terjadi bila air liur dan sekresi lainnya masuk ke dalam rongga paru.
2.6 PROGNOSIS
Keberlangsungan hidup pasien dengan atresia esofagus sekitar 85- Keberlangsungan
hidup pasien dengan atresia esofagus sekitar 85-95%. Bayi yang memiliki kelainan major
lainnya mempunyai prognosis yang buruk. Waterson mengklasifikasi pasien berdasarkan
berat lahir, kelainan buruk. Waterson mengklasifikasi pasien berdasarkan berat lahir,
kelainan kongenital yang terkait dan ada tidaknya pneumonia.Faktor-faktor ini dapat kongenital
yang terkait dan ada tidaknya pneumonia.Faktor-faktor ini dapat memprediksi seberapa besar
kelangsungan hidup dari bayi.
Bayi dengan resiko kematian tinggi apabila memenuhikriteria:
1. Berat lahir <1500gr
2. Penyakit jantung bawaan
3. Anomali terkait yang berbahaya, dan
4. Ketergantungan pada ventilator.
17
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : By. Ny. ML
Usia : 13 hari
Jenis kelamin : laki-laki
3.2 Anamnesis
By. Ny. ML MRS tggl 23 juli 2018 dengan diagnosis Pneumonia + Susp Atresia
esofagus. Pasien dikeluhan sesak napas, muntah > 5x/ hari berwarna putih kecoklatan ketika
dirangsang/ diberi makan selain itu Pasien hipersalivasi dan BAK (+) BAB (+) berwarna hijau..
Riwayat persalinan pasien lahir pada 23 juli 2018 secara Sectio Caesarea atas indikasi G1P0A0
Uk 39 minggu T/H + polihidroamnion. Bayi lahir dengan BB 1700 gr + cairan ketuban jernih.
18
3.4 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboraturirum
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Darah lengkap
HB 18,9 g/ dl 11 – 16 g/ dl
HTC 49 % 31- 50 %
WBC 3,13 x 103/ uL 5 – 11 x 103 /uL
Neutrofil 149 x 103/ Ul 150 – 400 x 103/ uL
CRP + -
Elektrolit
Na 125 132 – 147 mEq
K 4,8 3,6 – 6,1 mEq
Cl 104 95 – 116 mEq
Albumin 4, 26 g/ dl 3,4 – 4,8 g/ dl
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan laboraturium
2. Pemeriksaan radiologi
19
Jenis foto : babygram
Posisi foto : AP – Supine , inspirasi cukup, kondisi cukup
Kesan foto :
- Konsolidasi luas dipulmo dextra apex dan perihiler dengan udara usus prominen , pada
neonatus dengan suspek atresia esophagus, menyongkong kemungkinan adanya atresia
esophagus dengan adanya fistula trakea-esofagus pada bagian distal dengan pneumonia
dextra suspect ec aspirasi.
- Besar cor normal
- Tulang tervisualisasi intak
- Suspek OGT/ NGT melengkung setinggi proyeksi VTH 4-6
3.5 Diagnosis
- Atresia esophagus
- Pneumonia
- Sepsis
3.6 Penatalaksanaan
- perawatan infant warmer
- suction lendir berkala
- O2 CPAP F1 O2 50 % PEEF :7
- IVFD D10 0, 18 10 cc/jam
- Aminotifurin paed 70 cc/ 6 jam
- inj Meropenem 3 x 20 mg
- Inj Ranitidin 2x 2 mg
20
BAB 4
PEMBAHASAN
21
oleh aspirasi. Pneumonia ini biasanya disebabkan oleh inflamasi parenkim paru akibat cairan
lambung dalam jumbla besar tanpa adanya infeksi atau syndrome mendelson dengan ciri- ciri
konsolidasi homogen pada lapang paru akiban terjadinya aspirasi saliva maupun reflux isi
lambung pada saluran pernapasan. Gambaran foto thorax pada aspirasi kimia ditandai dengan
infiltrate umunya tipe alveolar pada 1 atau kedua lobus bagian bawah atau infiltrate difus pada
edema paru. Gambaran foto thoraks pneumonia aspirasi tergantung pada posisi pasien saat
terjadi aspirasi. Apabila aspirasi terjadi pada saat berbaring terjadi pada bagian paru akan
atas(11). Selain itu terdapat Suspek OGT/ NGT melengkung setinggi proyeksi VTH 4-6 sesuai
dengan teori dimana pemeriksaan radiologik yang dilakukan adalah foto thoraks termasuk
abdomen atas dengan memasukkan sonde lambung kedalam esofagus, kalau perlu kateter diisi
kontras nonionik. Diagnosis atresia esofagus dapat dilakukan dengan pemeriksaan foto dada
posisi posteroanterior (PA) dan lateral. Dimana akan didapatkan gambaran gulungan nasogastrik
tube pada bagian proksimal kantung esofagus.
Berdasarkan anamnesis pemfis dan pemeriksaan penunjang dapat ditegakan diagnosis
atresia esophagus dengan fistula trakeoesofageal distal. Atresia esophagus dengan fistula
trakeoesofageal biasanya yang paling sering terjadi berkisar 82% dari semua klasifikasi atresia
esophagus. Gambaran radiologinya berupa terjadinya dilatasi dan penebalan dinding otot yang
berujung pada mediastinum superior. Esophagus distal lebih tipis dan sempit memasuki dinding
posterior trakea. Jarak antara esophagus proximal dan distal bervariasi. Tatalaksanaan yang
diberikan pada pasien ini adalah perawatan infant warmer, suction lendir berkala, O2 CPAP F1
O2 50 % PEEF :7, IVFD D10 0, 18 10 cc/jam , Aminotifurin paed 70 cc/ 6 jam, inj Meropenem
3 x 20 mg, dan inj Ranitidin 2x 2 mg. tatalaksana utama pada atresia esophagus adalah
pembedahan, namun sebelum pendahan harus diperhatikan pemberian cairan intravena yang
mengandung konsentrasi glukosa diberikan sesuai dengan umur gestasi dan berat badan bayI,
profilaksis antibiotik broadspektrum (gentamycin, ampicilin) diberikan intravena, Bayi d
itempatkan di inkubator untuk menjaga kehangatannya, dan tube replogle diletakkan di
hidung atau mulut dan disambungkan dengan suction otomatis setiap 30 menit(9).
22
BAB 5
KESIMPULAN
Telah dilaporkan pasien atas nama By. Ny. ML usia 13 hari dengan dikeluhan sesak
napas, muntah > 5x/ hari berwarna putih kecoklatan ketika dirangsang/ diberi makan selain itu
pasien hipersalivasi. Riwayat persalinan pasien lahir pada 23 juli 2018 secara Sectio Caesarea
atas indikasi G1P0A0 Uk 39 minggu T/H + polihidroamnion. Bayi lahir dengan BB 1700 gr.
diagnosa atresia esophagus degan fistula trakeoesofageal distal dan pneumonia. Berdasarkan
modalitas radiologi menggunakan foto babygram didapatkan adanya konsolidasi pada apex dan
perihiler paru dexra yang mengarah pada pneumonia aspirasi mengarah ke fistula
trakeoesofageal distal dan terdapat lengkungan NGT di proyeksi VTh 4- 6 yang mengarah
adanya atresia esophageal proksimal. Temuan radiologi ini mendukung diagnosis kerja pada
kasus ini. Penatalaksanaan utama pada kasus ini adalah dengan pembedahan.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Torfs, Kluth. Esophageal atresia [online]. 2011 [cited on 2011Nov 8]. Torfs, Kluth.
Esophageal atresia [online]. 2011 .Available from: URL:
http://www.dshs.state.tx.us/birthdefects/risk/risk16-esoph_atr.shtm
2. Munden MM, Young DW. Pediatric gastrointestinal tract. Munden MM, Young DW.
Pediatric gastrointestinal tract. Radiology. USA: McGraw-Hill; 2010. p.838.
3. Medline Plus. Esophageal atresia[online]. 2011 . Available from: URL:
http://www.in.gov/isdh/files/ esophageal_atresia.pdf
4. Michigan Multimedia, Dept. Of Surgery. Esophageal Atresia (online) 20 Oktober 2008 .
Available from URL : http://www.umich.edu/pediatric/clinical.html
5. Bambini DA. Tracheoesophageal fistula and esophageal atresia. Bambini DA.
Tracheoesophageal fistula and esophageal atresia. Pediatric surgery. thth Edition .USA:
Landes Bioscience; 2000. p.318-323
6. Haller JO, Slovis TL, Joshi A. Abdominal imaging. Pediatric radiology.3th Edition. New
York: Springer; 2005. p.105.
7. Hardy M, Boynes S. Radiographic technique for the abdomen and related Hardy M, Boynes
S. Radiographic technique for the abdomen and related anatomy. Pediatric radiography .1th
Edition. USA: Blackwell Science; 2003. p.122.
8. Chan MS, Wong KT, Yuen EH. Paediatric. Case studies in medical imaging.1th
Edition. New York: Cambridge; 2006. p.271,430
9. Saxena AK. Esophageal atresia with or without tracheoesophageal Saxena AK.
Esophageal atresia with or without tracheoesophageal fistula[online]. 2011. Available
from: URL:http://emedicine.medscape.com/article/93 5858-overview#a01
10. Perhimpunan dokter paru Indonesia Pnemonia. PDPI. Jakarta : 2013
11. Swaminathan. Aspiration Pneumonitis and pneumonia. 2015 . available :
http://emedicine.medscape.com/article/296198
24