Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
L DENGAN SEKUNDI
GRAVIDA HAMIL ATERM DENGAN RIWAYAT SECTIO CAESAREA 2 TAHUN
LALU YANG DILAKUKAN RE SECTIO CAESAREA DI OK 4 LANTAI IV
INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Oleh :
YOGYAKARTA
2013
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan
berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA NY. L DENGAN
SEKUNDI GRAVIDA HAMIL ATERM DENGAN RIWAYAT SECTIO CAESAREA 2
TAHUN LALU YANG DILAKUKAN RE SECTIO CAESAREA DI OK 4 LANTAI IV
INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA”. Penyusunan
Laporan Kasus ini merupakan syarat untuk menyelesaikan pelatihan dasar-dasar bedah umum
Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Dalam proses penyusunan laporan ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik yang berupa
materiil maupun spiritual. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
3. Keluarga besar Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah
membantu pelaksanaan perawatan terhadap klien.
4. dr. Trisulo Utomo., Sp.U selaku Kepala Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta serta penanggung jawab Pelatihan Dasar-Dasar Bedah Umum Instalasi Bedah
Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
5. Tri Subekti., S.Kep., Ns. selaku ketua pelaksana Pelatihan Dasar-Dasar Bedah Umum
Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
6. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material, doa dan
moral; serta
7. Teman-teman Pelatihan Dasar-Dasar Bedah Umum Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. angkatan XX tanpa terkecuali.
Penulis menyadari, dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari pembaca. Harapan
penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis
pada khususnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sectio caesarea berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh melalui operasi
abdomen. Di negara-negara maju, angka sectio caesarea meningkat dari 5 % pada 25 tahun
yang lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh “mode”, sebagian karena
ketakutan timbul perkara jika tidak dilahirkan bayi yang sempurna, sebagian lagi karena pola
kehamilan, wanita menunda kehamilan anak pertama dan membatasi jumlah anak (Jones,
2002).
Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel dan
Chamberlain. Indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin panggul 21%, gawat
janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%, kelainan letak janin 10%, pre
eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah
dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5%(Winkjosastro, 2005).
Menurut Andon dari beberapa penelitian terlihat bahwa sebenarnya angka kesakitan dan
kematian ibu pada tindakan operasi sectio caesarea lebih tinggi dibandingkan dengan
persalinan pervaginam. Angka kematian langsung pada operasi sesar adalah 5,8 per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3 persen dibandingkan dengan
persalinan normal hanya sekitar 9 per 1000 kejadian. WHO (World Health Organization)
menganjurkan operasi sesar hanya sekitar 10-15 % dari jumlah total kelahiran.
Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan pada analisis resiko-resiko yang muncul akibat
sesar. Baik resiko bagi ibu maupun bayi. (Nakita, 2008). Pada tahun 2007-2008 jumlah
persalinan dengan tindakan sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh
berjumlah 145 kasus dari 745 persalinan keseluruhannya atau 19,46 %. Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa angka tersebut sudah melebihi batas yang ditetapkan oleh WHO yaitu 10-
15 % (Iqbal, 2002). Pada IBS OK 4 lantai IV RSUP Sardjito itu sendiri di dapat data dari
bulan Agustus sampai dengan Oktober didapat data pasien yang Sectio Caesaria di IBS
tersebut berjumlah 7 Orang.
Post partum dengan sectio caesaria dapat menyebabkan perubahan atau adaptasi fisiologis
yang terdiri dari perubahan involusio, lochea, bentuk tubuh, perubahan pada periode post
partum terdiri dari immiediate post partum, early post partum, dan late post partum, proses
menjadi orang tua dan adaptasi psikologis yang meliputi fase taking in, taking hold dan
letting go.
Selain itu juga terdapat luka post op sectio caesarea yang menimbulkan gangguan
ketidaknyamanan : nyeri dan resiko infeksi yang dikarenakan terputusnya jaringan yang
mengakibatkan jaringan terbuka sehingga memudahkan kuman untuk masuk yang berakibat
menjadi infeksi. Dengan demikian klien dan keluarga dapat menerima info untuk menghadapi
masalah yang ada, perawat juga diharapkan dapat menjelaskan prosedur sebelum operasi
sectio caesarea dilakukan dan perlu diinformasikan pada ibu yang akan dirasakan selanjutnya
setelah operasi sectio caesarea.
Berdasarkan dari uraian di atas, penulis tertarik untuk untuk melaksanakan dan menyusun
laporan kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Ny. L (37 Tahun)
dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat
Sectio Caesarea 2 Tahun Lalu di Ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS) 4.04 Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta”.
B. RUMUSAN MASALAH
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup laporan kasus ini adalah ilmu keperawatan perioperatif pada pasien dengan
Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat Sectio
Caesarea 2 Tahun Lalu di Ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS) 4.04 Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta. Laporan kasus ini dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2013.
D. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien
dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat
Sectio Caesarea.
2. Tujuan Khusus
a. Peserta mampu mengetahui dan melakukan pengkajian perioperatif pada pasien dengan Re-
Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat Sectio
Caesarea.
b. Peserta mampu merumuskan masalah keperawatan peri operatif pada pasien dengan Re-
Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat Sectio
Caesarea.
c. Peserta mampu menyusun rencana tindakan keperawatan peri operatif pada pasien dengan
Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat Sectio
Caesarea.
d. Peserta mampu memberikan implementasi keperawatan peri operatif pada pasien dengan
Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat Sectio
Caesarea.
e. Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan peri operatif pada pasien
dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat
Sectio Caesarea.
E. MANFAAT
1. Bagi Keluarga
Memberikan gambaran pada pihak rumah sakit terkait asuhan keperawatan perioperatif pada
pasien Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat
Sectio Caesarea.
Memberi gambaran secara lebih luas tentang area kerja perawat yang bersifat holistik dan
komprehensif, dimana perawat mempunyai peran yang luas dalam mendukung kesembuhan
dan peningkatan derajat kesehatan klien melalui asuhan keperawatan perioperatif.
5. Bagi Penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
· Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr,
melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact) (Syaifuddin, 2006).
· Sectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau sectio sesarea adalah suatu histeretomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2006).
· ”Sectio Sesarea adalah pembedahan melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus” (Standar Asuhan Keperawatan, RSDK).
· Yusmiati (2007) menyatakan bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan
melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus
untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran
melalui vagina akan mengarah pada komplikasikomplikasi, kendati cara ini semakin umum
sebagai pengganti kelahiran normal.
SC Klasik atau Corporal ( dengan insisi memanjang pada corpus Uteri) di lakukan dengan
membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.
Kelebihan :
Kekurangan
- Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik.
- SC ismika atau profundal ( low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim).
b. SC Ekstra Peritonealis
Adalah tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum
abdominal. Dilakukan dengan menggunakan sayatan melintang konkat pada segmen bawah
rahim ( low servical transversal) kira-kira 10cm.
Kelebihan :
Kekurangan :
- Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri pecah
sehingga dapat menyebabkan perdarahan banyak.
Menurut sayatan pada rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
ü Komplikasi Pre-Eklamsi
ü Plasenta previa
ü His lemah
ü Janin Besar
ü Gawat janin
ü Kelainan letak
ü Hidrocephalus
Pada umumnya section caesaria tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat sebelum
diatasi, kelainan congenital berat. ( Sarwono, 1991)
a. Mons Pubis
Bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior simfisis pubis. Mons pubis
berfungsi sebagai bantalan pada waktu melakukan hubungan seks.
Labia mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan
ikat yang menyatu dengan mons pubis. Labia mayora melindungi labia minora, meatus
urinarius, dan introitus vagina (muara vagina).
Labia minora, terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang,
sempit dan tidak berambut yang memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchette.
d. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak tepat dibawah arkus
pubis.
e. Vulva
Bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris,
kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke belakang dibatasi perineum.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak di antara
labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara utetra, kelenjar parauretra
(vestibulum minus atau skene), vagina dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus,
vulvovagina, atau Bartholini).
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan
ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah dibawah orifisium vagina.
h. Perineum
Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang
menopang perineum adalah diafragma pelvis dan urogenital.
a. Ovarium
Ovarium merupakan organ yang berfungsi untuk perkembangan dan pelepasan ovum, serta
sintesis dari sekresi hormon steroid. Ukuran ovarium, panjang 2,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 3 cm,
dan tebal 0,6 – 1 cm. Normalnya, ovarium terletak pada bagian atas rongga panggul dan
menempel pada lakukan dinding lateral pelvis di antara muka eksternal yang divergen dan
pembuluh darah hipogastrik Fossa ovarica waldeyer. Ovarium melekat pada ligamentum
latum melalui mesovarium. Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon seks steroid (estrogen, progesteron, dan androgen).
b. Vagina
Vagina merupakan penghubung antara genetalia eksterna dan genetalia interna. Bagian depan
vagina berukuran 6,5 cm, sedangkan bagian belakang berukuran 9,5 cm. Vagina berfungsi
sebagai saluran keluar dari uterus dilalui sekresi uterus dan kotoran menstruasi, sebagai organ
kopulasi dan sebagai bagian jalan lahir saat persalinan. Ceruk yang terbentuk di sekeliling
serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri, anterior dan posterior. Cairan
vagina berasal dari traktus genitalia atas atau bawah dimana sedikit asam.
c. Uterus
Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh peritoneum / serosa. Bentuk
uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus wanita nullipara panjang 6-8 cm,
dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita multipara. Berat uterus wanita yang pernah
melahirkan antara 50-70 gram. Sedangkan pada yang belum pernah melahirkan beratnya 80
gram / lebih. Uterus terdiri dari:
1) Fundus uteri, merupakan bagian uterus proksimal, kedua tuba fallopi berinsensi ke uterus.
2) Korpus uteri, merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat pada korpus
uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan: serosa, muskula dan
mukosa. Mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang.
3) Serviks, merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak dibawah isthmus. Serviks
memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan
elastin serta pembuluh darah.
4) Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium, dan sebagian lapisan
luar peritoneum parietalis.
d. Tuba Falopii
Tuba falopii merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga suatu
tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. Panjang tuba
fallopi antara 8-14 cm yang dilapisi oleh membran mukosa. Tuba fallopi terdiri atas: pars
interstialis: bagian tuba yang terdapat di dinding uterus, pars ismika: bagian medial tuba yang
sempit seluruhnya, pars ampularis: bagian yang terbentuk agak lebar tempat konsepsi terjadi,
pars infudibulum: bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen mempunyai
rumbai/umbul disebut fimbria.
e. Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat perlekatan serviks uteri dengan
vagina, membagi serviks menjadi bagian supravagina yang panjang dan bagian vagina yang
lebih pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm menonjol ke dalam vagina pada
wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil
serabut otot dan jaringan elastic (Evelyn, 2002).
a. Lapisan epidermis, merupakan lapisan luar, terdiri dari epitel skuamosa bertingkat.
Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan sel-selnya sangat rapat.
b. Lapisan dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen, jaringan fibrosa dan elastin.
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.
c. Lapisan subkutan mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak pembuluh darah dan
ujung saraf. Organ-organ di abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang disebut peritonium.
Dalam tindakan SC, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis) sampai dinding
uterus.
a. Fasia
Di bawah kulit, fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang dangkal, Camper's
fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa. Fasia profunda terletak pada otot-otot perut
menyatu dengan fasia profunda paha. Di bawah lapisan terdalam otot abdominis transverses,
terletak fasia transversalis. Para fasia transversalis dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh
variabel lapisan lemak.
b. Otot Perut
Otot perut terdiri dari: otot dinding perut anterior dan lateral, serta otot dinding perut
posterior. Otot itu disilang oleh beberapa pita fibrosa dan berada didalam selubung. Obliquus
externus, obliquus internus, dan transverses adalah otot pipih yang membentuk dinding
abdomen pada bagian samping dan depan (Gibson, J. 2002).
B. ETIOLOGI
Operasi SC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu
ataupun janin. Indikasi dilakukan tindakan Sectio Sesarea. (Mochtar, 2006) yaitu:
2. Panggul Sempit
7. Distosia servik
9. Malpresentasi janin
14. Hydrocephalus
C. PATOFISIOLOGI
Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal atau spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit, disproporsi chepalo pelpic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus
tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut perlu
adanya tindakan pembedahan yaitu section caesarea ( SC ).
Dalam proses operasi dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami
imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas
perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri.
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihannya antara lain: mengeluarkan janin dengan cepat, tidak mengakibatkan komplikasi
kandung kemih tertarik, dan sayatan bisa diperpanjang proksimal dan distal. Sedangkan
kekurangannya adalah infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
peritonealis yang baik, untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri
spontan.
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low
servikal transversal) kira-kira 10 cm. Kelebihan dari sectio caesarea ismika, antara lain:
penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, tumpang
tindih dari peritoneal flop baik untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum,
dan kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil. Sedangkan
kekurangannya adalah luka melebar sehingga menyebabkan uteri pecah dan menyebabkan
perdarahan banyak, keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan tidak membuka cavum
abdominal.
E. KOMPLIKASI
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini menurut Bobak, 2002 antara lain:
b. Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit
kembung.
b. Atonia uteri
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu
tinggi.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
7. Tes stres kontraksi atau tes nonstres : mengkaji respon janin terhadap gerakan/stres dari
pola kontraksi uterus atau pola abnormal.
a. Diagnosa Perioperatif
b. Diagnosa Intraoperatif
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau luka bekas operasi (
SC )
Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri ( histamine, prostaglandin) akibat
trauma jaringan dalam pembedahan ( Sectio Caesarea).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas Pasien
a) Nama : Ny. L
b) Umur : 37 tahun
c) Agama : Islam
e) Status : ASKES
f) Pekerjaan : Dokter
m) Diagnosa Medis : Sekundi gravida hamil aterm dengan riwayat sectio caesarea 2 tahun
lalu
a) Nama : Tn. S
b) Hubungan : Suami klien
c) Pekerjaan : PNS
b. Status Kesehatan
a) Keluhan Utama
Klien hamil aterm dengan status kehamilan G2P1A0 dengan riwayat SC 2 tahun lalu, dimana
direncanakan tindakan re-SC tanggal 11 Oktober 2013.
Klien hamil aterm dengan riwayat ANC rutin di dr. Shinta Sp.OG (K). Klien membawa surat
rujukan untuk dilakukan operasi re-SC di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. His klien baik
dengan DJJ 114 x/m. Klien tidak tampak anemis. Janin teraba prosentasi kepala dan teraba
4/5 bagian. TFU klien 34 cm.
Klien tidak pernah mengalami masalah kesehatan yang mengharuskan dirawat di rumah sakit.
b) Pernah dirawat
Klien pernah dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada riwayat SC terdahulu. Riwayat
obstretik klien adalah kelahiran melalui SC pada kehamilan aterm tahun 2011 berjenis
kelamin laki-laki dengan berat 3400 gram tanpa penyulit dan sehat hidup hingga sekarang.
c) Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi apapun baik, udara maupun obat-obatan.
Berdasarkan data yang diperoleh, baik dari pihak suami maupun klien tidak memiliki riwayat
pen yakit apapun, baik hipertensi, kanker, diabetes mellitus, dan asma.
Sekundi gravida hamil aterm dengan riwayat sectio caesarea 2 tahun lalu. Klien direncanakan
tindakan re-SC dan pemasangan IUD. Klien mendapat etrapi profilaksis Vicilin 2 gr.
Klien berprofesi sebagi dokter. Sehingga pola majemen kesehatan dan persepsi klien terhadap
kesehatan adalah baik.
2) Pola Nutrisi-Metabolik
3) Poli Eliminasi
Klien mengatakan bahwa frekuensi BAK klien meningkat akibat penekanan kandung kemih.
Tetapi klien mengalami konstipasi.
Indeks KATZ klien adalah A dimana semua aktifitas (bathing, transfering, toileting, feeding,
dressing, dan continence) klien dapat dilakukan secara mandiri tanpa bantuan.
Klien tidak mengalami disorientasi waktu, tempat, maupun orang. Klien komunikatif dan
tidak tampak mengalami gangguan persepsi ketika menjawab pertanyaan.
Klien mengatakan ketika tidur di malam hari, klien sering terbangun karena merasa sesak dan
tidak nyaman. Klien juga terkadang terbangun karena merasa ingin BAK.
7) Pola Seksual-Reproduksi
Klien menyatakan bahwa ia tidak mengalami gangguan konsep diri. Klien mengatakan bahwa
ia bangga dengan kehamilan dan kondisinya saat ini karena akan menjadi ibu dari dua orang
anak.
Klien memiliki peran sebagai seorang istri dan ibu dari seorang anak laki-laki. Klien juga
berprofesi sebagi dokter. Setelah menjalni prosedur operasi SC klien akan mengalami
perubahan peran dimana ia akan menjadi ibu dari dua orang anak.
Klien memeluk agama islam. Klien mengatakan bahwa ia menjalankan ibadah sesuai dengan
tuntutan agama islam.
f. Pengkajian Fisik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tanda-tanda Vital : RR: 18 x/m; N: 86 x/m; T: 36,4 0C; HR: 100/70 mmHg; DJJ: 112 x/m.
4) Keadaan fisik
Kepala mesochepal; kulit kepala bersih. Tidak nampak adanya benjolan di area kepala. Mata
simetris kanan dan kiri, mampu membuka mata dengan spontan, tidak cekung. Mata klien
tidak terlihat adanya perdarahan. Konjungtiva tidak anemis. Terdapat 2 lubang hidung, tidak
ada keluaran sekret, dan tidak ada pernafasan cuping hidung.
Mukosa bibir klien tampak kering dan mulut klien tidak sianosis. Telinga klien tampak
simetris antar kanan dan kiri, terdapat lubang telinga, tidak ada keluaran cairan dari telinga
klien. Tidak teraba pembesaran tiroid dan massa pada leher klien.
b) Jantung
c) Paru – paru
Inspeksi : dada simetris, kembang kempis dada teratur, terkadang klien menggunakan retraksi
dada ketika merasa tidak kuat menahan kontraksi (his).
Bentuk simetris, bentuk puting susu normal, hiperpigmentasi areola, ASI belum keluar.
e) Abdomen
Inspeksi : Tampak cembung, ada pembesaran dalam bentuk normal, terdapat luka bekas
operasi SC, bentuk bulat memanjang, dan terdapat striae gravidarum.
Palpasi :
Leopold I : teraba bagian fundus uteri dengan TFU 34 cm dan teraba bulat lunak besar.
Leopold IV : teraba kepala janin belum masuk PAP (4/5), DJJ 12-12-12.
Perkusi : Pekak.
f) Genetalia
g) Integumen
h) Ekstremitas
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboraturium
h. Persiapan Operasi
1) Fisik
· Nadi : 86x/menit
· Respirasi : 18x/menit
· Djj : 112x/menit
2) Psikis
4) Administrasi
Persetujuan tindakan operasi telah ditanda tangani oleh keluarga, saksi, dan dokter.
i. Persiapan Operasi
c) Serah terima pasien dengan petugas ruangan di ruang terima kamar operasi lantai 4
e) Status pasien, data penunjang ( hasil Laboratorium ), blanko bahan medis dan alat medis
habis pakai dan blanko rekam askep.
g) Melakukan sigh in
j. Analisa data
Do:
a. Klien tampak
tegang dan khawatir
b. Tingkat kecemasan
klien pada cemas
sedang
2. Diagnosa Keperawatan
DO:
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Implementasi Respon Evaluasi
Keperawatan
Ansietas a. Mengkaji perasaan S: S:
berhubungan dan kecemasan klien.
dengan status Klien mengatakan Klien mengatakan bahwa
kesehatan dan bahwa ia merasa cemas ia masih merasa cemas
tindakan walaupun pernah tetapi sudah berkurang.
pembedahan. menjalani operasi SC
sebelumnya. O:
A:
P:
Pertahankan memberikan
support mental dan
informasi yang
dibutuhkan untuk
menurunkan kecemasan
klien.
b. Mengkaji S:
tingkat
kecemasan klien. Klien mengatakan
bahwa ia merasa cemas
dan takut.
O:
Klien mengalami
kecemasan sedang
c. Menganjurkan S:
klien teknik
relaksasi nafas Klien mengatakan
dalam bahwa ia merasa sedikit
rileks.
O:
O:
1. Pengkajian
a. Persiapan perawat
4) Mengkorfimasi tim dari ruang perinatologi agar segera menyiapkan boks bayi.
1) Alat steril:
o) Kassa : secukupnya
· Korentang : 1 buah
· Linen operasi:
a) Meja operasi
b) Lampu operasi
c) Meja mayo
d) Meja besar
e) Boks bayi
f) Tempat plasenta
g) Mesin couter
k) Kursi
m) Gunting plester
n) Label
a) Handscoon : 4 buah
b) Alkohol 70 % : 100 cc
c) Betadine 10 % : 100 cc
e) Aqua : 25 cc
i) Spuit 3 cc : 1 buah
j) Spuit 10 cc : 1 buah
k) Jelly : 10 cc
r) Underpad : 1 buah
s) Pampers : 1 buah
t) IUD : 1buah
c. Persiapan pasien
2) Klien diberikan terapi intravena NaCl dengan dosis 20 tpm dan terapi vilicin 2 g untuk
profilaksis.
5) Klien diberikan tindakan regional anestesi (spinal) dengan pemberian terapi koloid
sebelumnya.
7) Klien diposiskan supinasi dan dipasangkan netral elctrosurgery pada punggung klien.
d. Prosedur operasi
1) Sebelum tindakan dilakukan, operator, asisten, dan scrub nurse melakukan handwashing,
gowning, dan gloving sesuai prosedur yang ada.
2) Scrub nurse menyusun instrumen yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan di atas meja
mayo serta menyiapkan alat (kom betadine, klem preparasi, dan kassa) untuk keperluan skin
preparation.
3) Klien yang telah diposisikan dalam posisi supinasi dilakukan skin preparation pada daerah
abdomen.
4) Operator dan asisten melakukan drapping, mulai dari bagian kaki klien, atas, sisi kanan
dan kiri klien, dan terakhir penggunaan duk berlubang.
5) Scrub nurse menyiapkan couter kemudian dipasangkan ke area operasi bersama dengan
selang suction.
6) Scrub nurse mendekatkan meja mayo dan meja linen ke meja operasi.
9) Sebelum insisi dilakukan, seluruh tim operasi (operator, asisten, scrub nurse, circular
nurse, dokter anestesi, perawat anestesi, bidan, dan dokter anak) melakukan prosedur time out
yang dipimpin oleh circular nurse.
10) Operator memastikan operasi akan dimulai pada pukul 11.30 WIB.
11) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis dan scaple mess kepada operator untuk
melakukan insisi.
12) Scrub nurse memberikan klem dan kassa kepada asisten 1 untuk membantu operator.
14) Scrub nurse memberikan klem dan gunting jaringan kepada opertor untuk memperdalam
insisi hingga peritonium.
15) Scrub nurse memberikan pinset anatomis dan scaple mess kepada operator untuk
melakukan insisi uterus.
16) Operator melakukan evakuasi bayi dengan menarik kepala janin dibantu dorongan pada
abdomen klien dari asisten.
17) Scrub nurse melakukan suctioning untuk membantu evakuasi bayi dan mencegah aspirasi
air ketuban oleh bayi.
18) Bayi berhasil dikeluarkan kemudian scrub nurse memberikan klem lurus untuk
memegang tali pusar janin.
19) Scrub nurse memberikan gunting jaringan kepada operator untuk melakukan pemotongan
tali pusat.
22) Operator memutar tali pusar searah jarum jam dalam kelahiran plasenta.
23) Plasenta dilahirkan secara urtuh 5 menit kemudian, scrub nurse dibantu circular nurse
menempatkan plasenta pada tempatnya dan diberikan label.
24) Scrub nurse memberikan stiil deeper kepada operator dan asisten untuk membersihkan
uterus dari sisa plasenta.
25) Scrub nurse memberikan duk bersih untuk menutup duk lama.
26) Scrub nurse memberikan klem ovarium kepada operator dan asisten beserta stiil deeper
kering dan stiil deeper betadine.
27) Tim perinatologi memfasilitasi bayi dan klien dalam inisiasi menyusu dini (IMD).
30) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang chromic 2 kepada
operator untuk menjahit uterus.
31) Scrub nurse memberikan still deeper dan klem kepada asisten1 dan gunting benang pada
asisten 2.
32) Scrub nurse memberikan pinset anatomis, needle holder, dan benang plain 0 kepada
operator untuk menjahit peritonium.
33) Scrub nurse memberikan still deeper betadine kemudian still deeper kering asisten 1.
34) Scrub nurse melakukan sigh out sebelum peritoneum pariental di lakukan penjahitan.
35) Scrub nurse memberikan pinset anatomis, needle holder, dan benang chromic 0 kepada
operator untuk menjahit peritoneum pariental.
36) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang vicryil 1 kepada
operator untuk menjahit otot, facia dan sub cutis.
38) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang monosyl 3/0 kepada
operator untuk menjahit kulit dengan jahitan subcuticular.
39) Asisten membersihkan area operasi dengan kassa yang telah dibasahi NaCl kemudian
dikeringkan.
40) Luka ditutup menggunakan steri strip kemudian kassa kering dan hepavix yang dibantu
oleh circular nurse.
41) Scrub nurse dan circular nurse memsangkan pampers kepada klien.
42) Scrub nurse melakukan dekontaminasi instrument dalam bak berisi saflon 2%.
43) Circular nurse memberikan label dan membereskan alat-alat yang telah digunakan
kemudian diberikan pelabelan dan dikirimakan ke CSSD.
e. Evaluasi
2) Perdarahan selama operasi sebanyak ± 1.500cc (darah, air ketuban, dan NaCl).
5) Turgor kulit elastis, CPR: <3 detik, dan konjungtiva tidak anemis.
8) Tanda vital klien : RR: 16 x/m; N: 92 x/m; TD: 110/70 mmHg; T: 36,3 0C, dan SaO2: 98
%.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan
Resiko syok Setelah dilakukan tindakan Hypovolemia Management: 4180
berhubungan keperawatan selama 2x60
dengan menit, syok tidak terjadi pada 1. Monitor KU dan TTV.
hipovolemi klien, dengan kriteria hasil:
akibat 2. Monitor kehilangan cairan baik
perdarahan pada 1. Tanda vital dalam batas urin maupun perdarahan.
tindakan normal, TD: sistol 110-130
pembedahan. mmHg diastole 70-90 mmHg, 3. Kaji tanda dan gejala terjadinya
HR 60-100 x/mnt, RR 16-24 syok.
x/mnt
4. Kaji kepatenan pemberian terapi
2. Kulit klien kemerahan dan parenteral.
teraba hangat.
5. Monitor kadar Hb dan Ht klien.
3. Turgor klien elastis dan
CPR: <3 detik. 6. Kolaborasi dalam pemberian
tranfusi darah jika diperlukan.
4. Konjungtiva tidak anemis.
4. Pelaksanaan
1. Kesadaran: CM
O:
a. Jumlah perdarahan:
± 1.500 cc.
Klien mengatakan
bahwa ia merasa
pusing.
O:
d. Konjungtiva tidak
anemis.
Evaluasi:
S:
O:
Kesadaran: composmentis.
A:
P:
1. Pengkajian
c. Kesadaran klien belum pulih benar karena klien belum merasakan kedua kakinya.
e. Tanda vital klien : RR: 16 x/m; N: 86 x/m; TD: 110/60 mmHg; T: 36,5 0C.
f. Kulit klien teraba hangat, tidak tampak sianosis, dan tidak tampak pucat, konjungtiva tidak
anemis.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
No. Data Fokus
Keperawatan
1 DS: Nyeri akut:
berhubungan dengan
a. Klien mengatakan bahwa ia sudah merasa agen cidera fisik
perih seperti di sayat di perut bagian bawah. (tindakan pembedahan
sectio caesaria).
b. Klien mengatakan bahwa nyerinya terasa
hingga skala 3 dari 10.
DO:
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan
1 Nyeri akut: Setelah dilakukan tindakan Pain Management:1400
berhubungan keperawatan selama 1x15
dengan agen menit nyeri yang dirasakan 1. Kaji karakteristik nyeri: lokasi,
cidera fisik klien berkurang, dengan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
(tindakan kriteria hasil : dan faktor pemicu terjadinya nyeri
pembedahan
sectio caesaria).. 1. Klien tampak rileks 2. Observasi respon non verbal klien
terhadap nyeri
2. Klien tampak
mempraktikan napas dalam 3. Sediakan informasi tentang nyeri
untuk mengontrol nyeri. yang dialami, penyebabnya, lama dan
cara mengatasinya.
3. Nyeri klien menurun
secara bartahap minimal 1 Relaxation therapy: 6040
skala
Ajarkan dan demonstrasikan teknik
4. Tanda vital dalam batas relaksasi napas dalam dan distraksi
normal, TD: sistol 110-130 pada pasien.
mmHg diastole 70-90
mmHg, HR 60-100 x/m, RR Medication Administration: 2300
16-24 x/m
1. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
2 Hambatan Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy :
mobilitas fisik di keperawatan selama 2x15
atas tempat tidur menit minggu, hambatan 1. Anjurkan klien untuk bed rest total
berhubungan mobilitas fisik klien dapat terlebih dahulu hingga efek anestesi
dengan gangguan teratasi sebagian dengan hilang terasa.
muskoloskeletal; kriteria hasil :
obat yang 2. Bantu untuk memilih aktivitas yang
menimbulkan 1. Klien mampu sesuai dengan kemampuan fisik dan
sedasi. menggerakkan ekteritas psikologis, seperti miring ke kanan dan
bawah bagian kanan dengan kekiri serta menggerakkan ekstremitas
baik. sesuai kemampuan klien keceuali
ektremitas kanan kiri bawah.
4. Pelaksanaan
Diagnosa
No. Implementasi Respon Evaluasi
Keperawatan
1 Nyeri akut: a. Mengkaji S: S:
berhubungan dengan kualitas,
agen cidera fisik kuantiatas dan a. Klien 1. Klien
(tindakan skala nyeri mengatakan mengatakan
pembedahan sectio klien. bahwa ia mulai bahwa ia mulai
caesaria). merasa perih di merasa perih di
perut bagian perut bagian
bawah. bawah.
b. Klien 2. Klien
mengatakan mengatakan
bahwa nyerinya bahwa nyerinya
terasa hingga terasa hingga skala
skala 3 dari 10. 3 dari 10.
O: 3. Klien
mengatakan
Klien tampak bahwa ia sudah
tegang. melakukan nafas
dalam.
O:
1. TTV : RR: 16
x/m; N: 86 x/m;
TD: 110/60
mmHg; T: 36,5
0
C.
2. Klien tampak
lebih rileks.
A:
P:
1. Pertahankan
mengkaji nyeri
klien dan
monitoring TTV
klien.
2. Berkolaborasi
dalam pemberian
analgetik jika efek
anestesi sudha
hilang.
b. Mengukur S: -
tanda-tanda
vital klien. O:
O:
Klien tampak
melakukan nafas
dalam beberapa kali
dan tertidur lagi.
2 Hambatan mobilitas a. Membantu S: - S:
fisik di atas tempat klien berpindah
tidur berhubungan dari brankat ke O: Klien mengatakan
dengan gangguan tempat tidur. belum bisa
muskoloskeletal; Klien dipindahkan bergerak bebas.
obat yang ke tempat tidur.
menimbulkan sedasi. O:
a. Klien
dianjurkan untuk
segera ambulasi
dini.
b. Bromage score
klien adalah: 3.
c. Klien tampak
berbaring di atas
tempat tidur dalam
posisi supinasi.
A:
Masalah hambatan
mobilitas fisik di
atas tempat tidur
teratasi sebagian
dengan
peningkatan
Bromage score
klien.
P:
a. Pertahankan
memotifasi klien
untuk bersegeras
ambulasi dini.
b. Persiapkan klien
kembali ke ruang
rawat inap.
b. Membantu S: -
memposisikan
klien dalam O:
posisi supinasi
Klien berbaring
dalam posisi
supinasi.
c. S:
Menganjurkan
klien untuk bed Klien mengatakan
rest total hingga bahwa kakinya
efek anestesi belum terasa.
hilang.
O:
Tingkat kesadaran
klien komposmentis.
d. Mengukur S: -
Bromage score
klien. O:
O: - O: -
A:
Masalah resiko
infeksi tidak
terjadi/ belum
teratasi.
P:
Perhatikan
instruksi dokter
dalam perawatan
klien.
BAB IV
· KESIMPULAN
Sectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau sectio sesarea adalah suatu histeretomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2006). Asuhan keperawatan perioperatif
pada Ny. L (37 tahun) dengan re-sectio caesarea atas indikasi sekundi gravida hamil aterm
dengan riwayat sectio caesarea 2 tahun lalu meliputi asuhan pre, intra, dan post operatif.
Asuhan keperawatan tersebut dilakukan secara komprehensif meliputi pengkajian, perumusan
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Diagnosa keperawatan pada pre operasi, umumnya adalah ansietas. Pada kasus ini, ansietas
yang muncul dialami oleh ibu klien. Penatalaksanaan yang diberikan adalah dengan
memberikan informasi terkait kecemasan ibu klien. Diagnosa keperawatan pada intra operatif
adalah resiko syok akibat perdarahan yang terjadi selama operasi berlangsung.
Penatalaksanaanya berfokus pada memonitor KU, TTV klien terhadap tanda-tanda terjaidnya
syok.
Diagnosa keperawatan pada post operatif adalah nyeri akut akibat prosedur pembedahan,
hambatan mobilitas fisik akibat efek anestesi, dan resiko infeksi akibat tindakan operasi yang
dilakukan. Penatalaksanaan yang bisa dilakukan di recovery room terbatas pada
mempertahankan keefektifan jalan nafas klien, memodifikasi lingkungan, dan perawatan
klien post operasi di ruangan.
SARAN
1. Profesi Keperawatan
Profesi keperawatan merupakan profesi yang memiliki peran penting dalam dunia kesehatan.
Pelayanan keperawatan di rumah sakit yang berkualitas didapatkan dari perawat-perawat
yang berkualitas pula. Salah satu tugas perawat kamar bedah adalah memberikan asuhan
keperawatan perioperatif untuk mencapai kesembuhan maksimal klien.
2. Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan dimana salah satunya memberikan
pelayanan keperawatan. Pelayanan tersebut tentunya didukung oleh tenaga kesehatan yang
bekerja di dalamnya. Diharapkan dapat mendukung dalam penerapan asuhan keperawatan
peri operatif. Kemudian dapat dihimbau bagi seluruh tim operasi untuk mengikuti prosedur
yang ada terkait kamar operasi dan tindakan operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. 2004. Asuhan Keperawatan Post Partum Mata Ajaran Keperawatan Maternitas,
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang.
Bobak, Loudermik, Jensen, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media Aescullapius.
Saifuddin, 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner&Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC.