Вы находитесь на странице: 1из 6

PENDAHULUAN minimal yang ditetapkan oleh kementerian

kesehatan seperti penelitian yang


Salah satu standar minimal
dilakukan oleh (Bustani et al. 2015) waktu
pelayanan farmasi di rumah sakit adalah
tunggu yaitu > 60 menit. Sedangkan
waktu tunggu. Waktu tunggu pelayanan
penelitian yang dilakukan oleh (Septini
obat jadi adalah tenggang waktu mulai
2012) rata-rata waktu tunggu untuk resep
pasien menyerahkan resep sampai dengan
non racikan sebesar 39 menit dan resep
menerima obat jadi dengan standar
racikan 60,4 menit. RS dr.Soepraoen
minimal yang ditetapkan kementerian
merupakan salah satu pusat layanan
kesehatan adalah ≤ 30 menit, sedangkan
kesehatan di kota Malang yang menjadi
waktu tunggu pelayanan obat racikan
rujukan pelayanan kesehatan disekitarnya.
adalah tenggang waktu mulai pasien
Dari tahun ke tahun jumlah pasien yang
menyerahkan resep sampai dengan
berkunjung ke RS dr.soepraoen Kota
menerima obat racikan yaitu ≤ 60 menit
Malang semakin meningkat, yang berarti
(Kepmenkes 2008). Waktu tunggu
meningkatnya kepadatan jumlah antrian
pelayanan resep obat jadi lebih cepat
pendaftaran di rumah sakit dan hal ini akan
dibandingkan dengan.
berdampak pada waktu tunggu pasien
waktu pelayanan resep obat racikan
menjadi lebih lama. Berdasarkan latar
karena pelayanan resep obat jadi tidak
belakang tersebut di atas dan sampai saat
melalui proses peracikan (Nurjanah et al.
ini belum ada penelitian tentang waktu
2016). Menurut penelitian yang dilakukan
tunggu pelayanan resep rawat jalan di RS
oleh (Esti et al. 2015) menyebutkan bahwa
dr.Soepraoen Malang, maka diperlukan
waktu tunggu merupakan salah satu faktor
penelitian evaluasi pelaksanaan Standar
yang mempengaruhi kepuasan pasien.
Pelayanan Minimum (SPM) rumah sakit
Waktu tunggu yang lama merupakan salah
bidang farmasi kategori lama waktu
satu komponen yang potensial
tunggu pelayanan resep pasien rawat jalan
menyebabkan ketidakpuasan pasien. Bila
baik obat jadi maupun obat racikan.
waktu tunggu lama maka hal tersebut akan
Harapannya hasil penelitian ini menjadi
mengurangi kenyamanan pasien dan
bahan evaluasi untuk memberikan
berpengaruh pada utilitas pasien di masa
pelayanan yang lebih baik.
mendatang (Wijono 1999). Hasil dari
beberapa penelitian menunjukkan bahwa
waktu tunggu pelayanan resep masih lama
atau belum sesuai standar pelayanan
METODE HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Total Waktu Tunggu Sampel
Penelitian ini merupakan penelitian Resep Racikan
observasional dengan pengambilan data
Jumlah Rata-Rata Standart
secara konkuren yaitu pengambilan data Sampel (Menit) Maximum
penelitian dijalankan bersamaan dengan (menit)
12 34,5 < 60
pelayanan dilaksanakan.dan dilakukan di Berdasarkan tabel 4.1 dapat di lihat bahwa
Depo 1 RS. dr. Soepraoen Malang rata- rata waktu tunggu resep racikan
adalah 34,5 menit.
Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh lembar resep pasien
umum rawat jalan selama 1 bulan yaitu
Tabel 4.2 Total Waktu Tunggu Sampel
bulan februari. Jumlah lembar resep dalam Resep Non Racikan
satu hari 55 lembar resep (20 hari kerja).
Lama waktu Jumlah Persentase
Jumlah populasi lembar resep 1000 lembar tunggu sampel
resep.Jumlah sampel yang diambil adalah resep
< 20 menit 59 67 %
100 lembar resep.Penelitian dilakukan di < 30 menit 27 31 %
Depo umum RS. dr. Soepraoen yang >30 menit 2 2%
Tabel 4.2 Total Wktu Tunggu Sampel
dilaksanakan pada bulan Februari 2018. Resep Non Racikan
Instrumen penelitian yang digunakan
Jumlah Rata-Rata Standart
dalam penelitian ini adalah Lembar resep Sampel (Menit) Maximum
(menit)
Langkah yang dilakukan dengan cara: 88 16,8 < 30
1. Mengumpulkan data yang diperoleh
dari pengamatan resep masuk hingga PEMBAHASAN
penyerahan obat. Berdasarkan hasil penelitian yang
2. Mengelompokkan data tersebut dilakukan di RS Dr.Soepraoen telah
berdasarkan kategori tertentu yaitu resep didapatkan jumlah resep sebanyak 100
racikan dan non racikan. sampel yang terdiri dari 88 resep non
3. Melakukan pengolahan data yang racikan dan 12 resep racikan. Jumlah resep
berupa kumpulan data waktu tunggu yang nnon racikan lebih banyak dibandingkan
telah dirata-rata. Analisa data dilakukan resep racikan, hal ini sesuai dengan
dalam bentuk deskriptif. beberapa penelitian terdahulu yaitu jumlah
resep obat jadi lebih banyak 60% daripada
65 resep obat racikan. (Yulianthy 2012:
Aryani el al. 2014). Rata-rata waktu memenuhi standart yaitu lama waktu
tunggu yang dibutuhkan untuk tunggu resep racikan < 60 menit dan untuk
menyeleseaikan resep racikan adalah 34,5 waktu tunggu obat non racikan <30 menit
menit sedangkan waktu tunggu untuk dan dari semua sampel yang diteliti tidak
resep non racikan adalah 16,8 menit. ada yang melebihi standart waktu tunggu
Waktu tunggu pelayanan obat racikan seperti yang dipersyaratkan. Hal ini
lebih lama dibandingkan dengan pelayanan dikarenakan oleh beberapa hal yaitu harus
resep non racikan karena obat racikan sesuai dengan SOP (Standart Operating
memerlukan waktu yang lebih, tidak hanya Prosedure) IFRS Dr.Soepraoen Malang
mempersiapkan obat tetapi juga perlu yang sudah ditetapkan tentang pelayanan
penghitungan dosis obat, penimbangan resep yang berasal dari poliklinik rawat
bahan obat, serta melakukan peracikan jalan dengan prosedur pelayanan resep
baik dalam bentuk puyer, kapsul, dan yaitu:
sediaan lainnya (Aryani et al. 2014). Hal 1. Screening(administrasidan
tersebut sesuai dengan penelitian yang farmasetis)
dilakukan oleh (Septini 2012) bahwa ada 2. Entry Resep
hubungan antara jenis resep dengan waktu 3. Pembayaran
pelayanan resep, yaitu jenis resep obat 4. Peracikan Obat
racikan mempunyai pelayanan yang lebih 5. Penyerahan Obat
lama karena harus menghitung, Menurut penelitian yang dilakukan
menimbang, dan mengambil berapa oleh (Yulianthy 2012), dalam analisis
banyak obat yang diperlukan sesuai waktu tunggu di rumah sakit St. Carolus,
dengan dosis yang diperlukan serta harus faktor pengetahuan dan keterampilan
memperhatikan dalam mencampur sifat dalam hal proses membaca resep,
dan jenis bahan obat. Bagian ini menghitung, dan memberi harga obat serta
memerlukan tenaga yang memiliki latar kecepatan dalam mengoperasikan
belakang pendidikan farmasi dan dengan komputer mempengaruhi waktu tunggu
pengalaman kerja yang lama sehingga pelayanan resep, dan sebaliknya,
dapat mengerjakan obat racikan dengan kurangnya keterampilan dan kecepatan
cepat. pelayanan terutama di titik-titik
Menurut Kepmenkenkes No 129/ penerimaan dan peracikan akan berdampak
Menkes/SK/II/2008 standart pelayanan pada lamanya waktu tunggu pasien dalam
resep baik obat jadi maupun obat racikan menebus resep dokter.
di IFRS Dr.Soepraoen Malang sudah
Berdasarkan penelitian yang tepat dapat berpotensi membingungkan
dilakukan (Sharif & Sukeri 2003) ada pasien dalam hal mencari loket
empat faktor yang mempengaruhi waktu (Puspitasari 2011). Menurut penelitian
tunggu. Faktor yang pertama adalah yang dilakukan (Wijaya 2012) lama waktu
Sumber Daya Manusia. Sumber daya tunggu dipengaruhi oleh sumber daya
manusia yang kurang terampil dan manusia, jenis pasien, jenis resep,
professional akan menyebabkan durasi ketersediaan obat, peresepan dokter, sarana
pelayanan semakin lama. Sebaliknya, dan prasarana, formularium obat, Standar
ketersediaan sumber daya manusia yang Operating Prosedure (SOP) pelayanan
yang cukup terampil, lama kerja, beban resep serta faktor proses pelayanan resep
kerja, dan pengetahuan pegawai yang meliputi : penerimaan resep,
mempengaruhi lama waktu tunggu. pemberian harga obat, pembayaran,
Pengalaman kerja mempengaruhi perilaku pengambilan dan peracikan obat,
kinerja individu. Semakin lama pemberian etiket obat, dan penyerahan
pengalaman kerja seseorang, maka akan obat kepada pasien.
semakin terampil dan semakin lama masa Beberapa model untuk
kerja seseorang akan semakin menambah meningkatkan efisiensi waktu sudah
wawasan dan kematangan dalam diujicobakan. Salah satu model yang
melaksanakan tugas (Puspitasari 2011). sangat penting dalam meningkatkan
Faktor yang kedua adalah peralatan dan kualitas pelayanan kesehatan untuk
fasilitas atau sarana dan prasarana. Sebagai mengurangi lama waktu tunggu yaitu
contoh program komputer yang belum dengan Lean and Six Sigma. Beberapa
sempurna akan mengakibatkan beberapa institusi kesehatan sudah
pekerjaan dikerjakan secara manual mengimplementasikan model tersebut dan
sehingga mempengaruhi lama waktu hasilnya lama siklus waktu bisa diturunkan
pelayanan dan lama waktu tunggu. Faktor (Gijo et al. 2013).
yang ketiga yaitu pasien. Perilaku pasien
yang kurang tertib dan disiplin KESIMPULAN
berpengaruh terhadap meningkatnya waktu
Berdasarkan hasil penilitian ini, lama
tunggu. Faktor yang keempat adalah
waktu tunggu Resep Racikan dan resep
proses registrasi artinya proses bagaimana
non racikan di Instalasi Farmasi Rawat
sistem resep masuk ke dalam instalasi
Jalan Rumah Sakit Dr.Soepraoen Malang
farmasi untuk dilakukan pelayanan.
telah memenuhi standart sesuai dengan
Peletakan loket yang banyak dan kurang
persyaratan Kepmenkes tentang pelayanan Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit, Menteri Kesehatan
resep baik obat non racikan ataupun resep
Republik Indonesia, Depkes RI,
racikan yaitu resep racikan rata-rata waktu Jakarta.
tunggu 34,5 menit kurang dari 60 menit
Permenkes RI, 2016, Peraturan Menteri
sedangkan resep non racikan 16,8 menit Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 tahun 2016 tentang
kurang dari 30 menit.
Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit, Menteri Kesehatan
UCAPAN TERIMAKASIH Republik Indonesia, Depkes RI,
Jakarta.
Ucapan terimakasih dipersembahkan untuk
Puspitaningtyas P.H., 2014, Evaluasi
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang
Kesesuaian Peresepan Dokter pada
Pasien Umum Rawat Jalan dengan
DAFTAR RUJUKAN Formularium Rumah Sakit Umum
Arikunto, Suharsimi, (2013). Prosedur Daerah Sukoharjo, Tugas Akhir,
Penelitian Suatu Pendekatan Fakultas MIPA Universitas Sebelas
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Maret Surakarta, Surakarta.

Depkes RI, 2009, Undang-undang Siregar, J.P .C dan Amalia, L. (2004).


Republik Indonesia Nomor 44 tahun Farmasi Rumah Sakit Teori dan
2009 tentang Rumah Penerapan. Jakarta: EGC. Hal. 7.
Sakit,Sekretariat Negara RI, Jakarta.
Wambrauw J., 2006, Analisis Faktor-
Djatmiko M. and Sulastini R., 2008, faktor yang Mempengaruhi
Evaluasi Ketaatan Penulisan Kartu Ketidakpatuhan Dokter Dalam
Obat Terhadap Formularium Rumah Penulisan Resep Sesuai dengan
Sakit di RSUD Ungaran Kabupaten Formularium Rumah Sakit Umum
Semarang Tahun 2008, Thesis, R.A. Kartini Jepara Tahun 2006,
Fakultas Farmasi Universitas Wahid Thesis, Program Pasca Sarjana,
Hasyim Semarang, Semarang. Universitas Diponegoro, Semarang.

Kepmenkes RI, 2008, Standar Pelayanan Wibowo, A. 2010. Skripsi: Analisis


Minimal Rumah Sakit, Direktorat Kelengkapan Resep di Apotek
Jenderal Bina Pelayanan Medik Wilayah Lamongan Bulan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Februari2010. Surabaya

Kepmenkes RI, 2014, Peraturan Menteri Yuliastuti F., dkk., 2009, Analisis
Kesehatan Republik Indonesia Penggunaan Obat Pada Pasien Rawat
Nomor 58 tahun 2014 tentang Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah
Standar Pelayanan Kefarmasian di Sleman Yogyakarta Periode April
Rumah Sakit, Direktorat Bina 2009,Media Farmasi,Fakultas Ilmu
Farmasi Komunikasi Dan Klinik, Kesehatan, Universitas
Depkes RI, Jakarta. Muhammadiyah Magelang, Fakultas
Farmasi Universitas Gajah Mada
Permenkes RI, 2014, Peraturan Menteri Yogyakarta, Yogyakarta.
Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 56 tahun 2014 tentang

Вам также может понравиться