Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Pemeriksaan abdomen tanpa bahan kontras yang dikenal sebagai X-foto
polos abdomen atau Buich Oversicht Foto (BOF) disebut juga Bladder Nier
Oversicht (BNO) atau Kidney Ureter Bladder (KUB). Pemeriksaan ini merupakan
pemeriksaan pendahuluan atau dapat juga dikatakan sebagai screening
pemeriksaan sebelum dilakukan pemeriksaan yang lain. Pemeriksaan ini dimulai
dari bagian atas diafragma sampai batas bawah symphisis pubis. Dengan batas
bawah dan batas atas tersebut, maka organ-organ yang termasuk dalam
pemeriksaan ini meliputi hepar, lien, ginjal, pancreas, intestine dan tulang-tulang
vertebra (Triyono K S P, 1995).
2
intraperitoneum yang terletak berturut-turut di daerah subkostalis kanan dan kiri.
Di dalam retroperitoneum, terdapat ginjal dan fasia perirenalis, kelenjar adrenal,
kelenjar getah bening, pancreas, aorta, vena cava inferior dan muskulus psoas.
Abdomen berisi berbagai organ penting dalam sistem pencernaan, endokrin
dan imunitas pada tubuh manusia. Ada sembilan pembagian regio (daerah) di
abdomen berdasarkan regio organ yang ada didalamnya. Untuk memberi
gambaran tentang lokasi sesuatu organ abdominal (dengan palpasi) atau
penyebaran rasa nyeri, cavitas abdominalis biasanya dibagi menjadi sembilan
regio atau empat kuadran. Sembilan regio abdomen dibentuk oleh dua garis/
bidang vertikal dan dua garis/bidang horisontal, yakni:
1. Garis vertikalnya linea medioclavicularis, suatu garis yang melalui titik tengah
clavicula ke titik medioinguinal (pertengahan antara spina iliaca anterior
superior dan symphisis pubis).
2. Garis horisontal:
- Bidang subcostalis, menghubungkan titik terbawah pinggir costa satu sama
lainnya (pinggir inferior cartilago costa X, setinggi corpus vertebra lumbalis
III).
- Bidang intertubercularis, menghubungkan tuberculum pada crista iliaca
(setinggi corpus vertebra lumbalis V).
3
8. Pubic : usus buntu, sebagian usus halus dan usus besar, ureter kanan dan kiri,
serta sebagian kantung kemih
9. Inguinalis kiri: sebagian kecil usus besar
Berdasarkan pembagian regio abdomen, maka penyakit yang terjadi pada masing-
masing region dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Hypochondrium kanan: hepatomegali, sirosis hepatik.
2. Epigastrium : gastritis, hepatomegali, batu empedu dan batu ginjal, sirosis
hepatik.
3. Hypochondrium kiri: spleenomegali.
4. Lateralis kanan: batu empedu, batu ginjal.
5. Umbilicalis: ulcus usus halus 12 jari, kerusakan usus halus batu ureter
6. Lateralis kiri: batu ginjal
7. Inguinalis kanan: hernia, KET, appendisitis.
8. Pubic : appendisitis (agak kekanan), hernia, batu ureter
9. Inguinalis kiri: hernia, KET.
4
Gambar 2.2 Anatomi Radiografi Foto Polos Abdomen
1A = 10⁻⁸ cm ( 1/100.000.000 cm )
5
1. Daya Tembus
Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan
digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besaran KV)
yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom
atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembusnya.
2. Pertebaran
Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas
tersebut akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder
(radiasi hambur) pada bahan/ zat yang dilaluinya. Hal ini akan
menimbulkan gambar radiograf dan pada film akan tampak pengaburan
kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini,
maka diantara subjek dengan film rontgen diletakkan grid.
3. Penyerapan
Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat
atom atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau
berat atomnya, makin besar penyerapannya.
4. Efek Fotografik
Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak –bromida) setelah
diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.
6
6. Ionisasi
Efek primer sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan
menimbulkan ionisasi partikel-partiel bahan atau zat tersebut.
7. Efek Biologik
Sinar-X akan menimbulkan perubahan- perubahan biologik pada jaringan.
Efek biologik ini digunakan dalam pengobatan radioterapi.
Urutan proses terjadinya sinar X dari tabung roentgen adalah sebagai berikut :
1. Katoda (filamen) dipanaskan (lebih dari 20.000˚C) sampai menyala
dengan menggunakan aliran listrik yang berasal dari transformator.
2. Karena panas, elektron- elektron dari katode (filamen) terlepas.
3. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-
elektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat
pemusat (focusing cup).
4. Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target) dengan memilih
potensial tinggi.
5. Awan- awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran (target) sehingga
terbentuk panas (>99%) dan sinar-X (<1%).
7
6. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluanya sinar-X dari tabung,
sehingga sinar-X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.
7. Panas yang tinggi pada sasaran (terget) akibat benturan elektron ditiadakan
oleh radiator pendingin
Jumlah sinar-X yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat dari alat
pengukur miliampere (MA), sedangkan jangka waktu pemotretan dikendalikan
oleh alat pengukur waktu.
Daya tembus sinar X berbeda-beda sesuai dengan benda yang dilaluinya.
Benda-benda yang mudah ditembus sinar X akan memberi bayangan hitam
(radiolusen). Benda-benda yang sukar ditembus sinar X akan memberi bayangan
putih (radioopak). Diantaranya terdapat bayangan perantara yang tidak terlalu
hitam atau radiolusen sedang (moderately radiolucent) dan tidak terlalu putih atau
radioopak (moderately radio-opaque). Diantara radiolusen sedang dan radioopak
sedang bayangan keputih-putihan (intermediate)/ berdasarkan mudah tidaknya
ditembus sinar X, maka bagain tubuh dibedakan atas :
1. Radiolusen (hitam) : gas dan udara.
2. Radiolusen sedang : jaringan lemak.
3. Keputih-putihan : jaringan ikat, otot, darah, kartilago, epitel, batu kolesterol,
batu asam urat.
4. Radioopak sedang : tulang dan garam kalsium.
5. Radioopak (putih) : logam-logam berat.
8
Distribusi faeces
2.5 Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi mutlak pada foto polos abdomen, tetapi jika
mungkin harus dihindari pada wanita sampai akhir periode reproduksi dan wanita
hamil untuk mencegah paparan radiasi.
9
Persiapan Penderita untuk BOF / Foto Polos Abdomen ;
- Tujuan : membersihkan usus dari faecal material, agar photo polos
abdomen bebas dari bayangan faecal material yang menutupi bayangan
organ abdomen, yaitu : bayangan ginjal, limpa, psoas shadow dan adanya
kalsifikasi/batu didaerah tractus urinarius dan di kandung empedu.
- Dasar : faecal material adalah bentukan sisa makanan berserat didalam
usus, terutama colon yang dapat hilang sesudah 2-3 hari keluar bersama
defecasi.
- Cara : makan bebas serat 2-3 hari sebelum pemeriksaan dilanjutkan
dengan pencahar/laxant/urus-urus malam sebelum pemeriksaan (dengan
minum banyak air sebagai pembantu untuk mengencerkan faecal material,
sekitar 1-1,5 liter air pada malam tersebut), sesudah itu puasa pada pagi
hari pemeriksaan dan diberikan pencahar suppositoria per anum pada pagi
hari tersebut untuk merangsang defekasi dan menghabiskan sisa makanan
dalam rektum dan kolon sigmoid.
- Obat-obatan :
Garam inggris (sulfas magnesicus) atau pencahar lain yang relatif kuat.
Suppositoria per anum, seperti Dulcolax supposutoria atau Microlax.
10
2. Tiduran miring ke kiri (Left Lateral Decubitus = LLD), dengan sinar
horizontal, proyeksi AP.
Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus.
Dari air fluid level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level
pendek berarti ada ileus letak tinggi, sedang jika panjang-panjang
kemungkinan gangguan dikolon. Gambaran yang diperoleh adalah adanya
udara bebas infra diagfragma dan air fluid level.
3. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan
sinar horizontal proyeksi AP.
Posisi setengah duduk atau berdiri untuk melihat gambaran radiologis
adanya air fluid level dan step ladder appearance. Jadi gambaran
radiologis pada ileus obstruktif yaitu adanya distensi usus partial, air fluid
level, dan herring bone appearance.
a) Posisi AP supine
Persyaratan teknis : ukuran film 35x43 cm/30x40 cm, posisi
memanjang menggunakan grid yang bergerak maupun statis, dengan
variasi 70-80 kV dan 20-25 mAs.
Posisi pasien : Pasien tidur terlentang dengan MSP (Mid Sagital Plane) pada
garis tengah meja atau kaset, lengan pasien diletakkkan di samping tubuh,
garis tengah badan terletak tepat pada garis tengah pemeriksaan, kedua
tungkai ekstensi.
Posisi obyek : tengah kaset setinggi crista iliaca, dengan batas bawah
pada sympisis pubis, tanpa ada rotasi pelvis atau shoulder ( dengan
melihat kedua SIAS mempunyai jarak yang sama pada kedua sisi
Central ray : CR tegak lurus dan langsung pada kaset (film) setinggi crista
iliaca, FFD minimal 100 cm.
Kolimasi : Kolimasi meliputi pada tepi atas dan bawah kaset.
Respiration : Sebelum dilakukan ekspose diberikan instruksi pada
pasien untuk system pernafasan yaitu tarik nafas, buang lalu tahan nafas
agar diafragma naik sehingga lapangan abdomen terlihat lebih luas serta
organ yang tampak pada abdomen terlihat tegas/tidak kabur. Eksposi
11
dilakukan pada saat akhir ekspirasi kira-kira 1 detik setelah ekspirasi
menyebabkan terhentinya pergerakan usus.
12
pasien menuju tengah Film (Image reseptor), tetapi pastikan bagian
atas abdomen masuk dalam film (Image Reseptor / IR)
Central ray : CR horizontal, langsung menuju tengah film kira-kira 5
cm setinggi Krista iliaca, menggunakan sinar horizontal untuk
memperlihatkan air-fluid levels dan udara bebas intraperitoneum. FFD
minimal 100 cm.
Kolimasi : Kolimasi meliputi pada keempat sisi jangan ada “ cut off ”
pada abdomen bagian atas.
Respiration : eksposi dilakukan pada saat akhir ekspirasi
13
Central ray : Horisontal menuju tengah pada kaset film / IR FFD
minimal 100 cm.
Kolimasi : Kolimasi meliputi pada keempat tepi kaset. Jangan ada cut
off abdomen atas
Respiration : eksposi dilakukan pada saat akhir ekspirasi
14
4. Pasien tidak bergerak saat difoto yang ditandai dengan tajamnya batas
gambar costae dan gas usus
5. Foto dapat menggambarkan batas bawah hepar, ginjal, batas lateral muskulus
psoas dan procesus transversus dari vertebra lumbal.
6. Marker yang jelas untuk mengindikasi posisi pasien saat pemeriksaan
15
Penilaian Kualitas: nama pasien yang sebenanya, pajanan yang baik, tanpa
rotasi dan penanda anatomis (L atau R) pada foto. Foto telentang (AP)
termasuk foto abdomen yang rutin dilakukan. Foto tegak atau dekubitus
abdomen diperlukan untuk mendeteksi batas cairan (fluid level). Untuk
medeteksi udara bebas intraperitoneum dapat digunakan foto tegak thorak atau
foto dekubitus kiri abdomen.
Penilaian gambaran gas usus: normalnya, lambung dan usus besar
mengandung gas. Satu-satunyagambaran batas cairan yang normal terdapat
didalam lambung dan kadang-kadang di dalam duodenum proksimal.
Tentukan posisi lambung di kuadran kiri atas dan kolon yang
membingkai tepi-tepi abdomen pada foto terlentang. Pada foto tegak, kolon
dilekatkan pada fleksura hepatic dan splenik oleh ligamentum hepatokolikum
dan frenikokolikum yang bersifat konstan.
Bila terdapat gas di dalam usus halus atau dicurigai terdapat dilatasi usus
halus, dianjurkan melakukan foto tegak atau dekubitus abdomen untuk
memperlihatkan batas cairan.
Jejenum mengalami dilatasi bila diameternya >3,5 cm, usus halus pertengahan
mengalami dilatasi bila diameternya >3 cm dan ileum dilatasi bila diameter yang
terdilatasi terdapat plika sirkularis (valvulae coniventes) atau lipatan yang
menyilang diameter jejunum secara transversal.
Bila kolon tampak dilatasi, haustra harus ditemukan untuk memastikan bahwa
kolon tersebut mengalami dilatasi. Haustra tampak saling mengunci (interdigitasi)
dan tidak menyilang diameter kolon, berbeda dengan plika sirkulasi (valvulae
coniventes) di jejunum. Kolon mengalami dilatasi bil;a diameter kolon
transversum >3,5 cm atau diameter sekum pada dasarnya >8 cm.
Bayangan psoas diperiksa secara bilateral: seharusnya simetris dengan tepi
lateral sedikit konkaf. Periksa bayangan ginjal, seharusnya memiliki panjang
normal 10-12 cm atau panjang longitudinal sepanjang 3,5 vertebra. Bayangan
hati dan limpa. Tepi inferior hati berbatas tegas, khususnya di bagian lateral.
Cairan adanya pengumpulan atau cairan bebas intraperitoneum. Garis lemak
(fat line) properitoneal bergeser kearah lateral oleh cairan bebas. Cari adanya batu
16
radioopak dan kalsifikasi di daerah kandung empedu, ginjal dan ureter. Hati-hati
dengan phlebolith vena pelvis yang dapat menyerupai batu. Phlebolith berbentuk
oval, halus dan terdapat bayangan lusen kecil di dalamnya. Batu tampak padat
dengan tepi tidak teratur. Kalsifikasi pancreas berbentuk titik-titik dan aksis oblik.
Kalsifikasi vascular sering ditemukan di aorta pada pasien usia lanjut, penderita
diabetes dan penderita aortitis yang disebabkan oleh penyakit Takayashu.
Carilah adanya massa jaringan lunak dan gas ekstraluminal. Udara akan
terlihat hitam karena meneruskan sinar-X yang dipancarkan dan menyebabkan
kehitaman pada film sedangkan tulang dengan elemen kalsium yang dominan
akan menyerap seluruh sinar yang dipancarkan sehingga pada film akan tampak
putih. Diantara udara dengan tulang misalnya jaringan lunak akan menyerap
sebagian besar sinar X yang dipancarkan sehingga menyebabkan keabu-abuan
yang cerah bergantung dari ketebalan jaringan yang dilalui sinar X.
Udara akan terlihat relatif banyak mengisi lumen lambung dan usus besar
sedangkan dalam jumlah sedikit akan mengisi sebagian dari usus kecil. Sedikit
udara dan cairan juga mengisi lumen usus halus dan air fluid level yang minimal
bukan merupakan gambaran patologis. Air fluid level juga dapat djumpai pada
lumen usus besar, dan tiga sampai lima fluid levels dengan panjang kurang dari
2,5 cm masih dalam batas normal serta sering dijumpai di daerah kuadran kanan
bawah. Dua air fluid level atau lebih dengan diameter lebih dari 2,5 cm panjang
atau kaliber merupakan kondisi abnormal dan selalu dihubungkan dengan
pertanda adanya ileus baik obstruktif atau paralitik.
Banyaknya udara mengisi lumen usus baik usus halus dan besar tergantung
banyaknya udara yang tertelan seperti pada keadaan banyak bicara, tertawa,
merokok dan lain sebagainya. Pada keadaan tertentu misalnya asma atau pneu-
monia akan terjadi peningkatan jumlah udara dalam lumen usus halus dan usus
besar secara dramatik sehingga untuk pasien bayi dan anak kecil dengan keluhan
perut kembung sebaiknya juga difoto kedua paru sekaligus karena sangat besar
kemungkinan penyebab kembungnya berasal dari pneu-monia di paru. Beberapa
penyebab lain yang mempunyai gambaran mirip dengan ileus antara lain pleuritis,
pulmonary infarct, myocardial infarct, kebocoran atau diseksi aorta torakalis,
payah jantung, perikarditis dan pneumotoraks.
17
Selain komponen traktus gastrointestinal, juga dapat terlihat kontur kedua
ginjal dan muskulus psoas bilateral. Adanya bayangan yang menghalangi kontur
dari ginjal atau m.psoas dapat menujukkan keadaan patologis di daerah ret-
roperitoneal. Foto radiografi polos abdmen biasa dikerjakan dalam posisi pasien
terlentang (supine). Apabila keadaan pasien memungkinkan akan lebih baik lagi
bila ditambah posisi berdiri. Untuk kasus tertentu dilakukan foto radiografi polos
tiga posisi yaitu posisi supine, tegak dan miring kekiri (left lateral decubitus).
Biasanya posisi demikian dimintakan untuk memastikan adanya udara bebas yang
berpindah-pindah bila difoto dalam posisi berbeda.
18
Gambar 2.8 Foto terlentang abdomen menunjukkan udara bebas intraperitoneum.
Perhatikan ligamentum falsiforme di kuadran kanan atas dan gambaran kedua sisi
dinding usus di bagian tengah.
Gambar 2.9 Foto ini menegaskan adanya udara bebas subdafragma pada
foto toraks tegak.
19
Gambar 2.10 Gas bebas perirenal dan renal pada penderita diabetes yang
mengalami infeksi E. Coli pada ginjalnya
D. Obstruksi usus
Diagnosis obstruksi usus dibuat secara klinis dan ditegakkan dengan foto
polos. Foto terlentang, tegak, dan dekubitus abdomen biasanya diperlukan.
Penyebab tersering obstruksi usus halus adalah adhesi akibat pembedahan
sebelumnya, peritonitis, apendisitis, hernia inkarserata, intusepsi, volvulus,
kelainan kongenital berupa stenosis atau atresis, tumor, dan batu empedu
yang masuk ke dalam usus. Terlepasnya batu empedu pada lumen
intestinal dapat menimbulkan keadaan seperti ileus dan disebut sebagai
gallstone ileus yang pada pencitraan menunjukan gambaran seperti ileus
20
obtruktif namun tanpa disertai air fluid levels yang signifikans dan
biasanya ditemukan batu radiopak yang berasal dari batu empedu.
Gambaran radiologis obstruksi usus pada foto polos abdomen diantaranya
adalah :
a) Single bubble appearance
Terjadi pada kondisi kelainan kongenital hipertrofi pilorus, yakni
adanya hipertrofi pada lapisan sirkular otot pilorus, terbatas pada
lingkaran pilorus dan jarang berlanjut ke otot gaster. Pada foto
polos abdomen tampak adanya single bubble appearance, yaitu
terdapat satu gelembung udara akibat pelebaran lambung.
21
Gambar 2.13 Foto supine abdomen pada neonatus dengan atresia
duodenum menunjukkan adanya double bubbles apperance :
distensi dari lambung (S) dan duodenum proksimal (D).
22
menyebabkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal
tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.
Penebalan dinding usus halus yang terdilatasi akibat pengumpulan
gas dalam lumen usus memberikan gambaran herring bone
appearance pada foto polos abdomen, karena dua dinding usus
halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra
(dari ikan), dan muskulus yang sirkular menyerupai kostanya.
23
step ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus
halus yang mengalami distensi.
24
Gambar 2.17 Coffee bean sign pada volvulus sigmoid
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada foto polos abdomen tiga posisi
pada kondisi obstruksi usus adalah :
1. Posisi terlentang (supine). Gambaran yang diperoleh yaitu
pelebaran usus di proksimal daerah obstruksi, penebalan dinding
usus, gambaran seperti duri ikan (herring bone appearance).
2. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis
didapatkan adanya air fluid level dan step ladder appearance.
3. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan
perforasi usus. Dari air fluid level dapat diduga gangguan pasase
usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus letak tinggi,
sedangkan jika panjang-panjang kemungkinan gangguan di kolon.
Gambaran yang diperoleh adalah adanya udara bebas infra
diafragma dan air fluid level.
E. Batu radioopak
Gambaran radioopak pada foto polos abdomen merupakan tanda adanya
kalsifikasi berupa batu. Gambaran batu ini biasanya terjadi pada kondisi
nefrolithiasis, ureterolithiasis, vesicolithiasis, kolelithiasis, dan kolelistitis.
Foto polos abdomen dapat menentukan besar, macam dan lokasi batu
radioopak. Penilaian batu ginjal pada foto polos abdomen yang penting
diperhatikan adalah : jumlah, densitas, bayangan batu, lokasi, komplikasi
(obstruksi, parut ginjal, atau pembentukan striktur), terjadinya anomali,
dan nefrokalsinosis.
Berdasarkan opasitasnya batu pada traktus urinarius dibagi menjadi tiga
: batu opak (batu kalsium), batu semiopak (batu magnesium-amonium-
fosfat atau MAP), dan batu radiolusen (batu asam urat dan batu sistin).
25
Batu radiolusen adalah batu dengan kandungan kalsium yang minimal
sehingga tidak dapat dilihat pada foto polos abdomen yang biasanya
mengandung komponen asam urat. Dalam keadaan demikian dapat
dilakukan pemeriksaan CT scan polos tanpa media kontras untuk
mengevaluasinya.
Batu pada traktus urinarius biasanya bersifat multilayer dan
permukaannya dapat kasar atau halus. Batu pada vesica urinaria lebih
bulat dengan permukaan regular sedangkan batu pada ureter atau uretra
biasanya berbentuk irregular. Kadang-kadang dijumpai batu yang mengisi
dan menyerupai pelviocalices ginjal yang disebut staghorn stone. Batu
kecil dan halus yang dijumpai pada calices minores kedua ginjal dijumpai
pada kelainan yang disebut nephrocalcinosis.
26
yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai
massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran
udara dalam usus besar, di fleksura hepatica.
Gambar 2.20 Foto polos abdomen dengan ascites tanpa adanya massa atau
kalsifikasi
27
Pada foto polos abdomen dalam posisi supine akan tampak gambaran
sebagai berikut :
a) Usus akan tampak melayang di dalam cairan ascites.
b) Abdomen berbentuk bulging.
c) Gambaran abu-abu atau ground-glass appearance karena kontras
berkurang dan warna abu-abu yang disebabkan hamburan sinar
radiasi dari cairan di dalam abdomen.
d) Bayangan liver, garis psoas, ginjal tampak kabur karena adanya
cairan di sekitar organ tersebut.
e) Peningkatan hemidiafragma kanan dan kiri.
28
H. Psoas line asimetris
Bayangan garis otot psoas yang asimetris menunjukkan adanya suatu
abses iliopsoas. Abses iliopsoas biasanya berasal dari penyebaran
hematogen dari infeksi lokal pada tulang, seperti tulang-tulang columna
vertebralis, ileum, dan sendi sakroiliaka. Otot psoas kaya akan pembuluh
darah, sehingga sangat mudah terjadi infeksi akibat penyebaran hematogen
dari organ lain.
Otot psoas berawal dari prosesus transversus vertebra torakalis ke-12
sampai vertebra lumbalis kemudian meluas ke bawah dan bergabung
dengan otot iliaka pada level L5-S2, membentuk otot iliopsoas. Otot
iliopsoas berjalan melewati ligamen inguinal yang kemudian berinsersi di
trokanter minor dari tulang femur.
I. Trauma
Selain keadaan patologis traktus gastrointestinal, foto radiografi polos
abdomen juga dapat membantu untuk kelainan lainnya seperti trauma
tumpul abdomen yang dapat mengevaluasi awal kemungkinan kontusio
ginjal atau perdarahan retroperitoneal dengan menilai kontur ginjal atau
kontur psoas yang terlihat suram atau terselubung, fluid collection pada
29
cavum peritoneum, free air, perubahan controur organ abdomen, fraktur
iga, spine, pelvis.
30
BAB III
KESIMPULAN
Dunia kedokteran saat ini sangat maju dengan pesat terutama dengan
pekembangan dan aplikasi komputer bidang kedokteran sehingga ilmu radiologi
turut berkembang pesat mulai dari pencitraan organ sampai ke pencitraan selular
atau molecular, salah satunya adalah pemeriksaan foto polos abdomen (BOF).
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan pendahuluan atau dapat juga dikatakan
sebagai screening pemeriksaan sebelum dilakukan pemeriksaan yang lain.
Pemeriksaan ini dimulai dari bagian atas diafragma sampai batas bawah symphisis
pubis.
Foto polos abdomen digunakan untuk mendiagnosis adanya obstruksi usus,
perforasi saluran cerna, pancreatitis, batu ginjal atau batu empedu dan distribusi
faeces. Pemeriksaan BOF dapat dilakukan dengan tiga posisi yaitu supine, LLD
dan setengah berdiri atau duduk. Sebelum melakukan pemeriksaan, pasien harus
dipersiapkan dengan baik yaitu pasien dipuasakan atau diberikan laxantia untuk
membersihkan usus dari faecal material, agar photo polos abdomen bebas dari
bayangan faecal material yang menutupi bayangan organ abdomen. Selain itu
pasien juga diinstruksikan agar jangan merokok dan banyak bicara sehingga tidak
meningkatkan jumlah gas dalam usus.
Dalam interpretasi foto polos abdomen, harus diperhatikan distribusi gas usus,
bayangan organ-organ seperti hepar dan lien, traktus urinarius apakah tampak
adanya gambaran batu radioopaque, ren kanan dan kiri, tulang vertebrae terutama
T12 dan L1-L5 serta soft tissue. Selain itu harus dievaluasi juga gambaran
patologis seperti adanya gambaran udara bebas intraperitoneum, gambaran gas di
luar usus, gambaran gas intramural, obstruksi usus, batu radioopaque, cairan
bebas intraperitoneal, massa jaringan lunak, psoas shadow yang asimetris dan
gambaran trauma.
31
DAFTAR PUSTAKA
32