Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kemampuan Representasi
Secara umum, representasi adalah suatu konfigurasi yang dapat menyajikan
suatu benda dalam suatu cara. Menurut NCTM (2000) representasi adalah suatu
konfigurasi atau sejenisnya, yang berkorespondensi dengan sesuatu, mewakili,
melambangkan atau menyajikan sesuatu. Sebagai contoh suatu grafik fungsi f(x) =
x2 adalah suatu representasi dari fungsi dalam bentuk formula, tetapi fungsi itu juga
dapat direpresentasikan dalam beberapa bentuk, misalnya grafik fungsi dalam
bentuk diagram cartesius. Representasi tersebut berlaku juga pada proses dan hasil-
hasil (produk) yang dapat diamati dari luar dan juga yang sedang berlangsung di
dalam pikiran orang-orang yang mengerjakan matematika. Representasi matematis
yang dimunculkan oleh siswa merupakan ungkapan-ungkapan dari gagasan-
gagasan atau ide matematika yang ditampilkan siswa dalam upayanya untuk
memahami suatu konsep matematika ataupun dalam upayanya untuk mencari
sesuatu solusi dari masalah yang sedang dihadapinya. Istilah representasi menunjuk
pada proses ataupun hasil (produk) dalam tindakan-tindakan yang dilakukan untuk
menangkap suatu konsep hubungan matematis di dalam suatu bentuk matematika
itu sendiri.
Menurut Rahmi (dalam Kartini, 2013) Representasi adalah kemampuan siswa
mengkomunikasikan ide/gagasan matematika yang dipelajari dengan cara tertentu.
Ragam representasi yang sering digunakan dalam mengkomunikasikan ide-ide
matematis antara lain: diagram (gambar) atau sajian benda konkrit, tabel chart,
pernyataan matematika, teks tertulis, ataupun kombinasi dari semuanya.
Ruseffendi (dalam Kartini, 2013) mengemukakan bahwa salah satu peran yang
penting dalam mempelajari matematika adalah memahami obyek langsung
matematika yang bersifat abstrak seperti: fakta, konsep, prinsip dan skill. Untuk
mencapainya, di antaranya yang paling mendasar berupa sajian benda-benda
konkrit untuk membantu siswa memahami ide-ide matematika yang bersifat
abstrak. Dalam proses pembelajaran matematika yang bersifat abstrak dibutuhkan
suatu kemampuan representasi yang baik, sehingga matematika yang bersifat
abstrak tersebut lebih mudah dipahami (dipahami oleh siapa pun yang terlibat
dalam dialog). Guru memberikan kesempatan kepada siswa, untuk memahami
matematika, dengan memperkenalkan mulai dari yang sederhana, dan kontak
langsung, dengan cara mengamati atau memanipulasi benda-benda konkrit, atau
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami suatu objek langsung
matematika dengan jalan mengamati, menduga (konjektur), mengkaji,
menganalisis, menemukan, merumuskan dan membuat kesimpulan dari benda-
benda konkrit atau model-modelnya. Lebih jauh Ruseffendi (dalam Kartini , 2013
) menyatakan bahwa memanipulasi benda-benda konkrit dalam belajar matematika
sangat penting. Dengan memanipulasi benda-benda konkrit siswa lebih dapat
memahami konsep matematika. Contohnya dalam mempelajari konsep dalil
Pythagoras tentang segitiga siku-siku, mungkin bentuk terakhir c² = a² + b² sudah
disajikan (belajar menerima), tetapi siswa memahami dalil itu selalu dihubungkan
dengan sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku. Siswa memahami dalil c² = a² + b² dari
pencarian dengan memanipulasi benda konkrit. Jadi ia belajar memahami dari
pencarian (belajar menemukan).
b. gambar
Membuat gambar pola-pola
geometri
Membuat gambar untuk
memperjelas masalah dan
memfasilitasi penyelesaiannya
Self-Efficacy
Saran
Hasil penelitian ini telah menunjukkan bahwa kemampuan representasi dan
self-efficacy matematis siswa berkontribusi positif dan signifikan terhadap prestasi
belajar matematika. Berdasarkan temuan penelitian ini, maka hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran matematika adalah: guru
hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa agar melakukan kegiatan
koneksi baik secara internal maupun eksternal, menyajikan ide-ide matematis atau
konsep-konsep matematika dalam berbagai representasi matematis, sehingga siswa
dapat melakukan kegiatan matematika dengan baik. Guru hendaknya juga
menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) atau
menggunakan model pembelajaran yang lainnya agar kegiatan belajar mengajar
tidak monoton.
Daftar Pustaka
Dilla, S. C., Hidayat, W., & Rohaeti, E. E. (2018). Faktor Gender dan Resiliensi
dalam Pencapaian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMA.
Journal of Medives, 2(1), 129-136.
Irwan. 2011. Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Creat
and Share dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis
Mahasiswa Matematika. Jurnal Penelitian Pendidikan. 12, (1).