Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
AMBAR KURNIAWAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
SURAT PERNYATAAN
merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
Ambar Kurniawan
NRP. H353070021
ABSTRACT
AMBAR KURNIAWAN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Penguji Luar Komisi:
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Mengetahui,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena
dengan rahmat dan karunia-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini dibuat
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program
Tesis ini membahas tentang Analisis Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.
Ir. Bonar M. Sinaga, M.A. dan Dr. Ir. Nunung Kusnadi, M.S. selaku ketua dan
anggota komisi pembimbing atas saran, masukan, dan bimbingan selama penulis
Pusat Penelitian Kelapa Sawit, rekan-rekan mahasiswa EPN serta pihak-pihak lain
yang telah banyak memberikan saran, motivasi dan bantuan selama penulis
menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini. Terima kasih penulis sampaikan
kepada keluarga tercinta atas doa dan dukungan moril yang selalu menyertai
penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini. Terakhir penulis
mengucapkan terima kasih kepada Wanti Fitrianti atas dorongan semangat dan
Akhir kata penulis berharap semoga tulisan yang jauh dari kata sempurna
ini bermanfaat, khususnya bagi pembaca dan umumnya bagi seluruh masyarakat
bapak S.Y. Giran Purworahardjo dan ibu Purbatini. Penulis merupakan anak
penulis laksanakan di SMP Negeri 3 Purwakarta tahun 1991 sampai tahun 1994,
dan melanjutkan sekolah menengah atas di SMU Negeri 1 Purwakarta tahun 1994
hingga tahun 1997. Di tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa
tahun 2001.
2001 hingga saat ini. Pada tahun 2007 penulis meneruskan pendidikan pada
Halaman
I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian...................................................................... 3
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 4
1.5. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 5
LAMPIRAN......................................................................................... 177
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Nomor Halaman
Nomor Halaman
palm oil) bersama dengan minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji
dunia minyak hayati (edible oils and fats). Di pasar dunia minyak hayati,
diperdagangkan 13 jenis minyak nabati (vegetable oils) dan empat jenis minyak
hewani (oil and fats). Perincian jenis minyak hayati dan penggunaannya dalam
nabati di atas terhadap total produksi dunia minyak hayati tahun 2003-2008
sekitar 67%, sedangkan share terhadap volume perdagangan dunia sekitar 81%
sebagian lainnya digunakan untuk keperluan non pangan (ket: khususnya industri
oleokimia dan biodiesel) dan sisanya digunakan sebagai pakan ternak. Secara
yang serupa, maka baik untuk keperluan pangan maupun non pangan, antar
minyak nabati dapat saling bersubstitusi. Selain itu, di pasar dunia terjadi
persaingan antar negara produsen untuk satu jenis minyak yang sama. Sebagai
konsekuensi dari persaingan yang ketat maka ditemukan adanya fluktuasi harga
minyak nabati (Buana, 2004). Di era tahun 1980-an rasio penggunaan minyak
nabati untuk pangan, non pangan dan pakan ternak berkisar 80:14:6. Seiring
2
minyak nabati saat ini berkisar 75:20:5. Peningkatan tersebut didorong oleh
Terkait hal di atas, maka dalam perdagangan dunia minyak nabati selain
terjadi persaingan antar jenis minyak nabati, pembentukan harga dunia minyak
nabati diduga memiliki keterkaitan dengan harga dunia minyak bumi/crude oil.
Kaitan tersebut terlihat dari pola pergerakan harga minyak nabati dan harga
minyak bumi yang relatif sama, khususnya sejak tahun 2003. Pola pergerakan
harga empat minyak nabati utama dan harga minyak bumi di pasar dunia tahun
1600
Minyak Nabati: USD/metric ton cif Rotterdam
1400
Minyak Bumi: USd/barrel fob UK Brent
1200
1000
800
600
400
200
0
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
telah mendorong pemakaian minyak nabati sebagai salah satu sumber energi
3
alternatif maupun sebagai substitusi bahan dasar industri oleokimia yang awalnya
utama dalam pemakaian minyak nabati sebagai subsitusi minyak bumi di masa
depan. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan dikaji permasalahan pertama
yaitu: bagaimana keterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi dalam
kepada empat minyak nabati utama, yaitu: minyak kelapa sawit (ket: setara
minyak kasar kelapa sawit), minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji
minyak kelapa sawit dan kelapa sawit telah menjadi komoditas strategis bagi
bagaimana pengaruh keterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi dalam
nabati dan harga minyak bumi dalam perdagangan dunia minyak nabati secara
simultan bersama dengan faktor eksternal lainnya. Minyak nabati yang dimaksud
dalam penelitian ini meliputi minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak
1. Mengkaji keterkaitan harga dunia minyak bumi dan harga minyak nabati di
2. Melakukan peramalan harga riil dunia minyak bumi, harga riil minyak nabati
di pasar dunia dan harga riil di pasar domestik, serta keragaan industri minyak
masa depan.
2. Penelitian ini juga melakukan kajian dampak perubahan faktor eksternal dan
sawit Indonesia.
3. Mengacu kepada hasil dua kajian di atas, maka akhir dari penelitian ini adalah
hayati merupakan hasil interaksi antara kekuatan pasar, kekuatan non pasar,
hambatan perdagangan.
pemerintah negara eksportir utama dan negara importir utama minyak nabati.
minyak nabati dan harga minyak bumi di pasar dunia. Minyak nabati yang
dipilih dalam penelitian ini adalah minyak kelapa sawit, minyak kedelai,
perdagangan di pasar dunia dan sebagai subtitusi minyak bumi. Harga minyak
secara mendalam atau vertikal setiap minyak nabati dan setiap negara
areal, produktivitas, produksi) dan sektor hilir (produk turunan, konsumsi) dan
5. Negara eksportir dan negara importir minyak nabati yang digunakan dalam
didasarkan kepada share volume ekspor suatu negara terhadap volume ekspor
Tabel 1. Negara Eksportir dan Negara Importir Minyak Nabati dalam Model
Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi dalam
Perdagangan Dunia Minyak Nabati
Minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (oil and fats)
merupakan bagian dari minyak hayati (edible oil and fats). Di pasar dunia minyak
hayati di pasar dunia menurut sumber minyak seperti disajikan pada Gambar 2.
Minyak Hayati
(17 Edible Oils & Fats)
palm oil), minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari
dunia minyak nabati maupun di pasar dunia minyak hayati (Lampiran 2 dan
8
Lampiran 3). Share keempat jenis minyak tersebut terhadap total produksi dunia
minyak hayati tahun 2003-2008 sekitar 67% dan share terhadap volume
perdagangan dunia sekitar 81% dengan tren yang meningkat berkisar 1%-
1.5%/tahun (Oil World, 2011). Minyak kelapa sawit merupakan minyak terbesar
rapeseed dan minyak biji bunga matahari. Negara produsen, eksportir dan importir
utama minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji
oleokimia dan biodiesel) dan sisanya digunakan sebagai pakan ternak. Di era
tahun 1980-an rasio penggunaan minyak nabati untuk pangan, non pangan dan
dalam 13 tahun terakhir, rasio penggunaan minyak nabati saat ini berkisar
maupun sebagai subsitusi bahan dasar industri oleokimia berbasis minyak bumi
pangan dan non-pangan dan konsumsi dunia minyak bumi tahun 1997-2008
perkapita. Konsumsi perkapita antara lain ditentukan oleh daya beli (ket: secara
umum berbanding lurus), preferensi konsumsi sebuah etnik, dan isu kesehatan
Permintaan untuk non pangan dipengaruhi oleh isu lingkungan, energi dan
9
bungkil (meal) maupun pemanfaatan sisa tanaman yang digunakan sebagai pakan
ternak.
Sumber: AOCS, 2011 dan BP Statistical Review of World Energy, 2010, diolah
Keterangan: 9 minyak nabati utama meliputi: minyak rapeseed, minyak kedelai, minyak biji
bunga matahari, minyak kelapa sawit, minyak kapas, minyak kelapa, minyak inti
kelapa sawit, minyak kacang tanah dan minyak zaitun.
jenis minyak nabati yang mempunyai: (1) variasi penggunaan yang sama dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk dapat bersubsitusi dengan minyak bumi, dan (2)
hasil studi terdahulu, literatur dan data maka minyak nabati yang menjadi pesaing
10
utama minyak kelapa sawit adalah minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak
biji bunga matahari. Rekapitulasi lima besar negara produsen, negara eksportir
dan negara importir untuk keempat jenis minyak tersebut periode tahun 2005-
kompetitif berupa penghasil minyak dengan produktivitas tertinggi yaitu ±3.5 ton
ketiga jenis minyak pesaingnya yang memiliki produktivitas minyak berkisar 0.4-
0.6 ton/ha/tahun (Buana, 2004). Dalam proses pengolahan buah kelapa sawit
(TBS) menjadi minyak kelapa sawit kasar (CPO) juga dihasilkan produk ikutan
berupa inti kelapa sawit yang jika diproses lebih lanjut akan dihasilkan minyak
inti kelapa sawit (palm kernel oil/PKO) dan bungkil inti kelapa sawit (palm kernel
sehari-hari, PKO merupakan sumber utama lauric oil seperti halnya minyak
kelapa yang sebagian besar digunakan pada industri oleokimia, dan bungkil
Sepertihalnya inti kelapa sawit, tiga jenis minyak pesaing utama minyak
kelapa sawit termasuk pada kelompok seed oil. Pengolahan bahan baku menjadi
minyak pada kelompok seed oil dapat merupakan (a) hasil ikutan proses produksi
bungkil (meal), atau (b) mengolah minyak dengan hasil ikutan bungkil. Melalui
sistem produksi seperti ini maka biaya produksi dapat dibebankan antara kedua
jenis produk yang dihasilkan dalam porsi tertentu, bungkil dan minyak. Hal ini
merupakan salah satu yang mendasari kelompok seed oil dapat bersaing dengan
Seperti halnya bungkil inti kelapa sawit, pemanfaatan bungkil umum digunakan
sebagai pakan ternak yang kaya protein. Harga bungkil dipengaruhi oleh
permintaan pakan ternak, khususnya unggas dan ternak mamalia, sebagai efek
Dari aspek pasar, dalam hal ini karakteristik negara eksportir dan negara
rapeseed dan minyak biji bunga matahari relatif memiliki persamaan yaitu: (1) di
Argentina), dan (2) negara importir secara umum termasuk sebagai negara
domestik dan konsumsi. Kondisi ini relatif berbeda dengan minyak kelapa sawit
yang mana ekspor dunia sangat didominasi oleh Indonesia dan Malaysia dan
persentasi konsumsi di kedua negara tersebut tidak lebih dari 25% dari total
sebagai subsitusi minyak bumi dalam kehidupan sehari-hari, secara umum minyak
minyak kedelai dan minyak kelapa sawit masih lebih banyak digunakan sebagai
digunakan sebagai subsitusi bahan baku industri oleokimia. Hal tersebut terkait
kelapa sawit. Share minyak kelapa sawit Indonesia terhadap total produksi dunia
Dari sisi peruntukannya, sekitar 25% dari total produksi minyak kelapa sawit
Indonesia digunakan untuk konsumsi dan selebihnya ditujukan untuk pasar ekspor
1. Share minyak kelapa sawit Indonesia yang relatif kecil terhadap total produksi
dunia minyak hayati, menjadikan harga minyak kelapa sawit Indonesia sangat
dipengaruhi oleh perkembangan harga minyak kelapa sawit dan harga minyak
hayati lainnya di pasar dunia, dan tidak mengacu kepada besaran biaya
2004).
2. Serapan pasar domestik yang hanya sekitar 25% dari produksi domestik
pengaruh perkembangan harga dunia minyak kelapa sawit dan harga minyak
nabati lainnya di pasar dunia dalam proses pembentukan harga minyak kelapa
sawit Indonesia. Indonesia harus mampu mengatur antara jumlah produksi dan
Indonesia. Kelapa sawit dinilai sebagai salah satu komoditi unggulan perkebunan
strategis kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia antara lain terkait dengan:
goreng nasional. Sekitar 77% pasokan minyak goreng nasional yaitu 12.7 kg
dari 16.5 kg perkapita/tahun berasal dari minyak kelapa sawit dengan tren
2. Komoditas ekspor unggulan dan penghasil devisa negara. Kelapa sawit dalam
dengan share yang terus meningkat dari 4% pada 2003 menjadi 6.9% di tahun
dalam industri kelapa sawit diperlukan tenaga kerja sekitar 56 orang/100 ha,
Kelapa Sawit, 2006). Di tahun 2008 luas areal perkebunan kelapa sawit
telah menyerap 3.9 juta orang tenaga kerja dengan multiplier effect yang besar
terhadap perekonomian.
14
4. Potensi bahan bakar alternatif berupa biodiesel kelapa sawit, antara lain
5% dari total energi mix pada tahun 2025; dan Instruksi Presiden No. 1 Tahun
sebagai bahan bakar lain di Indonesia. Di masa depan, biodiesel kelapa sawit
Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman kelapa
luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia tumbuh dengan cepat sejak 1980. Saat itu
kelapa yang diprediksi tidak akan mencukupi kebutuhan dalam negeri di masa depan
(PPKS, 2004).
8.000
7.000
6.000
5.000
ribu ha
4.000
3.000
2.000
1.000
0
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
lain melalui program Perkebunan Inti Rakyat (PIR) baik PIR lokal maupun PIR khusus
pada 80an dan program KKPA pada tahun 90-an. Berdasarkan pelaku usaha, maka
pengembangan kelapa sawit di Indonesia dibagi kedalam tiga kelompok besar, yaitu:
Perkebunan Besar Milik Negara (PBN), Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan
Rakyat (PR). Perkembangan share kepemilikan perkebunan kelapa sawit untuk masing-
100%
90%
% thd luas areal K. Sawit Indonesia
80%
PR
70%
60%
50%
40%
PBS
30%
20%
10% PBN
0%
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Sumber: Ditjenbun, 2010, diolah
Gambar 4. Perkembangan Share Kepemilikan Perkebunan Kelapa Sawit di
Indonesia menurut Pelaku Usaha, Tahun 1980-2008
awal tahun 80-an, perkebunan besar milik negara (PBN) merupakan pelaku utama
dengan share sebesar 67.74%, sedangkan perkebunan besar swasta (PBS) dan
oleh PBS dan PR. Di tahun 2008, share kepemilikan perkebunan kelapa sawit
untuk masing-masing pelaku usaha adalah 8.61% PBN, 49.90% PBS dan 41.43%
16
6,0
5,0
ton CPO/ha TM/tahun
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
PBN PBS PR Nasional
mengembangkan kelapa sawit. Naiknya harga dunia minyak kelapa sawit mulai
membawa respons positif seperti yang pernah terjadi di saat krisis ekonomi di
produksi, termasuk dengan menunda peremajaan tanaman tua. Salah satu wujud
kelapa sawit rakyat di areal bukaan baru seluas 1.4 juta ha dan peremajaan
tanaman kelapa sawit rakyat seluas 125 ribu ha untuk periode 2007-2010
(Ditjenbun, 2008).
terhadap setiap perubahan harga minyak kelapa sawit dalam menjaga eksistensi
dan keberlanjutan usaha industri kelapa sawit Indonesia di masa depan. Selain
kepada:
produksi. Perolehan harga jual yang baik dan efisiensi biaya produksi menjadi
depan.
kelapa sawit (TBS) yang diterima oleh pekebun kelapa sawit di Indonesia. Di
sisi lain perkebunan merupakan core business industri kelapa sawit Indonesia,
perkebunan besar milik negara (PBN) merupakan pelaku utama dengan share
18
PBS dan PR. Pada tahun 2008, share masing-masing pelaku usaha adalah
8.61% PBN, 49.90% PBS dan 41.43% PR. Namun, dihubungkan dengan
keberlanjutan usaha perkebunan kelapa sawit bagi pelaku usaha yang dengan
masa depan.
III. TINJAUAN TEORI DAN STUDI TERDAHULU
dalam Jhingan, 1975; Ricardo, 1917 dalam Jhingan, 1975). Menurut Ricardo,
dengan asumsi “the law of diminishing return” dan persaingan sempurna, maka
barang yang lebih efisien dibandingkan negara lain atau lebih mahal.
ekspor dan sebaliknya, kelebihan permintaan akan mendorong suatu negara untuk
tidak melakukan perdagangan, yaitu kombinasi konsumsi yang baru berada pada
P P P
Sb
Se
Pb Sa
Pw
Pw Pw
D
Pa
b De
Da
Produksi Makanan
QF Kurva Indifference
D
Impor
makanan
Q
Garis Isovalue
TT
Produksi PakaianP
Produksi Pakaian
Ekspor QC
pakaian
P
St
E2 St1
P2
P0 E0
E1
P1
Dt1
Dt
Q1 Q0 Q2 Q
yaitu pajak (taxes), subsidi dan kuota. Dampak diterapkannya pajak ekspor
pemberlakukan dan kenaikan pajak ekspor (spesifik tarif) pada negara eksportir
pajak ekspor. Sedangkan pada negara importir terjadi kenaikan harga domestik
impor.
P ES - t P
P
S
ES
Sx
PW1
t PW
PW1 - t
t
D
Dx ED
Tarif impor merupakan pajak yang dikenakan suatu barang yang diimpor.
intervention taxes. Tarif impor dapat berupa tarif spesifik yang besarnya tetap
untuk setiap barang yang diimpor atau berupa tarif ad valorem yaitu pajak yang
dikenakan sebagai suatu bagian dari barang yang diimpor. Dampak dari
Gambar 10. Dampak pemberlakuan kenaikan tarif impor pada negara importir
23
bagi negara eksportir, terjadi penurunan ekspor dan akhirnya mendorong harga di
P P P
Sm
ES
D S
t
PW1 + t
t PW
PW1
Dm
ED
ED - t
Sistem nilai tukar mata uang di dunia terdiri dari tiga kategori yaitu (1)
sistem nilai tukar tetap, (2) sistem nilai tukar mengambang, dan (3) sistem nilai
tukar mengambang terkendali. Sistem nilai tukar tetap memberikan kepastian dan
menjamin pelaksanaan sistem tersebut. Sedangkan dua sistem nilai tukar lainnya
lebih diserahkan pada mekanisme permintaan dan penawaran mata uang di pasar.
Perbedaaan antara sistem nilai tukar mengambang dengan sistem nilai tukar
24
mengambang terkendali berupa ada tidaknya sebuah batasan nilai tukar yang akan
dijaga oleh bank sentral sebuah negara terhadap nilai mata uang negara lain.
kebanyakan negara. Sebuah negara tentunya menghendaki nilai tukar yang normal
dan stabil. Apresiasi yang terlalu besar menyebabkan harga barang dan jasa
menjadi semakin mahal dan tidak kompetitif untuk ekspor. Sebaliknya, apabila
terjadi deprisiasi yang terlalu besar mendorong ekspor dan produksi dalam negeri,
namun akan menaikkan harga-harga barang impor dan akan mendorong terjadinya
selanjutnya disajikan model ekonomi ekspor, impor dan harga dunia. Model
impor dan harga dunia yang akan digunakan dalam penelitian ini.
3.2.1. Ekspor
stok (Labys, 1973 dalam Purwanto, 2002). Persamaan ekspor tersebut dapat
= − + .............................................................................(3.1)
dimana:
kecil di negara produsen dan stok (t-1) tetap diperlukan untuk rangka menghadapi
fluktuasi baik dalam kegiatan produksi dan harga yang berlangsung selama satu
tahun. Ekspor ditentukan oleh produksi (Qt) yang banyak dipengaruhi oleh luas
lahan, produktivitas dan iklim. Di sisi lain, ekspor juga dipengaruhi oleh
selera dan harga barang lain, khususnya barang subtitusi. Stok, khususnya untuk
minyak nayati merupakan hasil produksi yang belum dipasarkan dan bukan
penawaran dimana besarnya ekspor juga dipengaruhi oleh harga ekspor yang
∗
= + + ..................................................................... (3.2)
dimana:
Apabila terdapat harapan harga akan membaik, hal ini akan mendorong produsen
disebut Adaptive Expectations (Nerlove, 1958 dalam Purwanto, 2002), yang mana
∗ ∗ ∗
− = ( − ) ....................................................................(3.3)
∗ ∗ ∗
− = ( − )....................................................................(3.4)
dimana:
∗
∶ harga harapan pada periode tahun lalu
∗
∶ ekspor harapan pada periode tahun lalu
Dari persamaan 3.2 dan 3.4 dapat diperoleh persamaan sebagai berikut:
∗
= + + + (1 − ) ......................................(3.5)
= + + (1 − ) ∗ + +
+ (1 − ).....................................................................................(3.6)
Dari persamaan 3.4 dapat dikembangkan persamaan:
∗ ∗
− = ( − ).................................................................(3.7)
dan dari persamaan 3.2 diperoleh
∗ ∗
= + + ............................................................(3.8)
Apabila disubtitusikan persamaan 3.7 dan 3.8 maka diperoleh persamaan:
∗
= ( + + + ) + (1 − ) .................(3.9)
dan dari persamaan 3.9 dapat ditransformasi menjadi:
∗
= − − − − .....(3.10)
berikut:
∗
− 1
= (1 − ) + −
1−
− (1 − ) + (1 − ) ...............................(3.11)
= + (1 − ) − (1 − )(1 − ) +
+ + (1 − ) + − (1 − ) ..........(3.12)
Persamaan ekspor pada 3.12 tersebut dapat ditulis dalam bentuk sederhana yaitu:
= (. , , , ) ..............................................................(3.13)
dimana:
tahun sebelumnya dan selang waktu dua tahun untuk produk yang dapat dibuat
stok. Selain itu harga pada selang waktu satu tahun, Faktor lainnya dapat berupa
harga dan jumlah ekspor tahun ini dan selang waktu satu tahun.
uang. Diketahui bahwa suatu negara importir akan selalu mencari harga yang
lebih murah dari produk yang sama (Purwanto, 2002). Dengan demikian, model
= ( , , , , , ) ..............................................(3.14)
dimana:
3.2.2. Impor
membeli barang dari luar negeri. Pembelian tersebut antara lain disebabkan oleh
(1) produksi barang dalam negeri tidak mencukupi untuk kebutuhan konsumsi, (2)
suatu negara tidak dapat memproduksi dengan baik akibat dari adanya
keterbatasan teknologi dan iklim dan atau barang tersebut sangat penting dalam
proses kehidupan sehingga terpaksa harus diimpor, dan (3) suatu negara
28
mempunyai teknologi dan tidak mempunyai bahan baku, dalam hal ini bermanfaat
= − + .......................................................................... (3.15)
dimana:
Dari persamaan 3.15 maka hal yang menentukan impor adalah konsumsi.
= ( , , , , , ) ............................................(3.16)
dimana:
Dari persamaan 3.16 diketahui apabila harga komoditi menurun maka konsumsi
akan meningkat, dan sebaliknya. Konsumsi juga dipengaruhi oleh (a) harga
komoditi lain yang bersifat subtitusi dan komplemen, (b) jumlah penduduk, serta
negara akan mencari harga yang lebih murah dari barang yang sama dan berasal
dari negara yang berbeda. Dengan demikian persamaan impor dapat dinyatakan
sebagai berikut:
= ( , , , , ) .....................................................(3.17)
dimana:
dunia) dan permintaan (total impor dunia). Penawaran dan permintaan merupakan
kekuatan pasar, apabila dalam proses produksi terjadi peningkatan, maka bisa
dan harga tergantung pada besarnya kemiringan atau slope dari kurva penawaran
dan permintaan. Slope atau kemiringan ini yang dikenal dengan nilai elastisitas.
pada bagian 3.1 dan 3.2 di atas. Model ekonomi persamaan harga dunia
= ( , , , ) ..............................................................(3.18)
dimana:
S1
P4
S2
P3
P1
P2
D2
D1
q1 q2 q4 q3 Q
simultan disebabkan model yang dibangun mengandung lebih dari satu persamaan
2. Untuk mengatasi kelemahan metode estimasi OLS yang hasilnya bias dan
Sumodiningrat (1995), 2SLS dan LIML memiliki hasil dugaan dengan derajat
yang sama dan tersedia di dalam model. Metode estimasi 3SLS dan FIML
LIML, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua metode tersebut lebih sensitif
metode ini kurang menarik, dan peneliti lebih banyak menggunakan 2SLS.
maka persamaan tersebut tidak dapat diduga, sedangkan pada kondisi exactly-
32
identified atau over-identified proses estimasi dari parameter dapat dilakukan serta
hasil dugaan sudah unik. Metode identifikasi model yang digunakan dalam
kelompok, yaitu: (1) studi tentang pesaing minyak kelapa sawit dan faktor-faktor
harga dunia minyak nabati, dan (2) studi tentang keterkaitan antara harga minyak
kelapa sawit, kebijakan domestik dan keragaan industri kelapa sawit Indonesia.
3.4.1. Studi Tentang Pesaing Minyak Kelapa Sawit dan Faktor-faktor yang
Berpengaruh dalam Pembentukan Harga Minyak Nabati
telah banyak dilakukan, namun permodelan yang umum digunakan belum banyak
yang menyatukan seluruh sumber minyak nayati dalam satu kerangka analisis.
(1979), Suryana (1986), Susilowati (1989), Susila et al. (1997) dan Khamis et al.
minyak nayati dalam satu kerangka analisis antara lain telah dilakukan oleh
Zulkifli (2000) dan Purwanto (2002). Penelitian tentang keterkaitan harga minyak
nabati dan minyak bumi mulai banyak dilakukan di atas tahun 2003 seiiring
melonjaknya harga dunia minyak bumi. Beberapa penelitian terkait kaitan harga
minyak nabati dan minyak bumi antara lain telah dilakukan oleh Amiruddin et al.
(2005), Yu et al. (2006), Hameed dan Arshad (2008), Helbling et al. (2008),
Efendi et al. (2010), Tung Chen et al. (2010) dan Razak et al. (2011).
ekspor minyak kelapa dengan minyak kelapa sawit bersifat subsitusi untuk pasar
Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) dan Jepang. Sedangkan Suryana (1986) dalam
International Markets for Fats and Oils menyimpulkan bahwa (1) untuk pasar
Amerika, ekspor mempunyai harga yang elastis, minyak kelapa sawit bersifat
komplemen dengan minyak kelapa dan minyak kedelai serta merupakan barang
normal, (2) untuk pasar MEE, Jepang dan Malaysia menunjukkan harga bersifat
inelastis dan terhadap minyak kelapa dan minyak kedelai bersifat komplemen
serta merupakan barang normal. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa minyak
kelapa sawit Indonesia bersifat komplemen dengan minyak kedelai dan kelapa di
Amerika Serikat, MEE, Jepang dan Malaysia, dan elastisitas harga bersifat
Menurut Griffith dan Meilke (1979) harga berbagai jenis minyak nabati
dunia diduga berinteraksi satu sama lain karena adanya penggunaan yang saling
menggantikan (substitusi) diantara berbagai jenis minyak nabati. Hal yang sama
juga diduga terjadi antara minyak nabati dengan minyak bumi, karena
ekonometrika terhadap minyak nabati tidak mudah untuk dilakukan karena harus
melakukan agregasi terhadap banyak jenis komoditas. Solusi terbaik yang dapat
Dunia dan Kaitannya dengan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia menyatakan
bahwa: (1) ekspor minyak kelapa sawit Indonesia mempunyai elastisitas harga
yang elastis dan hubungan dengan minyak kelapa sawit Malaysia saling
yang inelastis dan minyak kelapa sawit Malaysia dan Indonesia bersifat
komplemen, (3) untuk permintaan minyak kelapa sawit dalam negeri Indonesia
dan merupakan barang normal, (4) untuk ekspor ke pasar Amerika, harga bersifat
inelastis, barang normal, dan dengan minyak kelapa dan kedelai berisifat
subsitusi, (5) untuk ekspor ke Jepang, memiliki elastisitias harga yang inelastis,
bersubsitusi dengan minyak kedelai, dan barang normal, dan (6) untuk pasar
MME, elastisitas harga yang inelastis, barang normal, bersubsitusi dengan minyak
Kelapa Sawit Mentah memberikan kesimpulan: (1) harga dunia CPO dipengaruhi
oleh stok CPO, harga CPO dengan lag-satu dan lag-lima tahun sebelumnya,
konsumsi tahun sebelummya serta harga minyak nabati lainnya, (2) ekspor
Malaysia dipengaruhi oleh stok, jumlah penduduk, harga CPO dunia dan nilai
tukar, (3) ekspor Indonesia banyak dipengaruhi oleh stok dan waktu untuk
35
pengamanan konsumsi dalam negeri, (4) di pasar MEE, ekspor lebih sebagai
penyangga dan impor lebih banyak ditentukan oleh harga CPO, harga minyak
nabati lain serta impor sebelummya, (5) di pasar China, konsumsi dipengaruhi
oleh harga CPO, harga minyak nabati lain dan konsumsi periode sebelummya,
dan (6) di pasar Pakistan, konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan dan jumlah
pendapatan.
harga minyak kelapa sawit dipengaruhi secara positif oleh minyak kedelai dan
minyak inti kelapa sawit namun secara negatif oleh minyak kelapa, (2) dalam
terdapat hubungan imbal balik dalam pembentukan harga keempat minyak, (3)
Perdagangan Minyak Sawit Dunia memasukkan tiga jenis minyak nabati yaitu
minyak kelapa sawit kasar (CPO), minyak inti kelapa sawit dan minyak kedelai,
ditambah satu produk turunan minyak kelapa sawit yaitu minyak goreng. Hasil
inelastis dan lamban merespon perubahan harga yang terjadi (time lag) dan hanya
dipengaruhi oleh tingkat produksi CPO, ekspor CPO Papua New Guinea
dipengaruhi oleh tingkat produksi dan nilai tukar, meskipun tidak respon terhadap
36
perubahan semua peubah penjelas, sedangkan ekspor CPO Ivory Coast memiliki
respon terhadap perubahan produksi dan harga ekspor CPO, (2) dari keempat
negara tersebut, ekspor Indonesia relatif lebih responsif terhadap perubahan harga
ekspor yang mencerminkan bahwa dari aspek harga, Indonesia mempunyai daya
saing yang lebih baik, (3) dalam jangka pendek, renspon impor CPO terhadap
perubahan harga impor inelastis di semua negara importir. Amerika Serikat dan
negara importir lainnya, (4) dalam jangka panjang, respon impor Jepang dan
memasukkan empat jenis minyak nabati yaitu minyak kelapa sawit, minyak
kedelai, minyak biji bunga matahari dan minyak kelapa. Hasil penelitiannya
ekpor minyak kelapa sawit Malaysia sangat dipengaruhi oleh produksi dan stok
minyak kelapa sawit, (2) perilaku impor minyak kelapa sawit di China, Pakistan
dan Jepang menunjukkan respon yang elastis terhadap konsumsi dan inelastis
terhadap harga dunia minyak kelapa sawit, respon negatif terhadap kenaikan harga
impor dan positif terhadap kenaikan pendapatan, (3) perilaku harga dunia minyak
kelapa sawit menunjukkan respon negatif terhadap kenaikan ekspor dan postif
terhadap impor, (4) hubungan minyak kelapa sawit dengan minyak kedelai dan
minyak biji matahari bersifat subsitusi dan minyak kelapa bersifat komplemen, (5)
pengaruh harga dunia minyak kelapa sawit terhadap harga ekspor, impor dan
37
umumnya juga positif dan inelastis, (6) dampak kebijakan domestik Indonesia
menunjukkan bahwa ekspor, luas areal dan produktivitas minyak kelapa sawit
lebih respon terhadap kebijakan pajak ekspor dan harga domestik, dan (7) dampak
ekspor minyak kelapa sawit dan menurunkan harga dunia minyak kelapa sawit
cukup tinggi, sedangkan kenaikan produksi minyak kedelai, minyak kelapa dan
minyak biji matahari menyebabkan penurunan harga dunia, ekspor dan impor
faktor spesifik dari setiap komoditas, yaitu resiko geopolitik, kondisi iklim dan
cuaca serta kegagalan panen, peningkatan harga juga diakibatkan oleh faktor
biofuel telah mendorong permintaan akan berbagai tanaman pangan yang dapat
dikonversi menjadi biofuel, (3) Respon penawaran yang lambat, (4) keterkaitan
diantara berbagai komoditas, dan (5) tingkat suku bunga yang rendah dan
dengan minyak bumi dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yu et
al. (2006), Hameed dan Arshad (2008) dan Amiruddin et al. (2005).
dengan minyak bumi dengan menggunakan data mingguan dari Januari 1999
berpengaruh signifikan pada variasi dari harga minyak nabati. Sementara itu
Hameed dan Arshad (2008) menggunakan data bulanan dari Januari 1983 hingga
kedelai adalah pemimpin harga di antara berbagai minyak nabati. Data yang
dipergunakan adalah data bulanan dari Januari 1990 hingga Juni 2004, dan dikaji
merupakan data bulanan pada periode Januari 1980-Desember 2008, yaitu data
harga dari tiga jenis minyak nabati yang paling banyak diproduksi di dunia,
meliputi minyak kelapa sawit, minyak kedelai, dan minyak rapeseed. Selain itu
dimasukkan kedalam sistem yang diamati adalah harga minyak bumi. Hal ini
untuk mengkaji pengaruh harga minyak bumi pada minyak nabati dalam konteks
dinamika yang terjadi pada periode peningkatan harga komoditas, maka kajian
minyak bumi, dan minyak bumi memberikan pengaruh kuat pada minyak nabati
Oil Price and Global Food Prices menyimpulkan bahwa peningkatan pengolahan
biji jagung sebagai ethanol dan biji kedelai sebagai biodiesel telah menjadikan
harga biji jagung dan biji kedelai dipengaruhi secara nyata oleh perubahan harga
minyak bumi dan hubungan saling mempengaruhi antara harga biji jagung dan
biji kedelai.
Crude Palm Oil and Crude Oil Prices – Cointegration Approach memberikan
diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara minyak kelapa sawit dan
minyak bumi pada jangka panjang, dan (2) menggunakan metode Error
Correction Model (ECM) diketahui bahwa antara harga minyak kelapa sawit dan
bahwa:
rapeseed, minyak biji matahari dan minyak bumi dalam pembentukan harga
terjadi (time lag) dan sangat dipengaruhi oleh produksi dan pajak ekspor.
dan produktivitas minyak kelapa sawit lebih respon terhadap kebijakan pajak
peningkatan tajam ekspor minyak kelapa sawit dan menurunkan harga dunia
3.4.2. Studi Tentang Kaitan antara Harga Minyak Kelapa Sawit, Kebijakan
Domestik dan Keragaan Industri Kelapa Sawit Indonesia
kelapa sawit, kebijakan domestik dan keragaan usaha perkebunan kelapa sawit di
Indonesia, antara lain Simanjuntak (1992), Zulkifli (2000) dan Purwanto (2002).
Sawit Indonesia melakukan kajian daya saing hasil-hasil kelapa sawit Indonesia
dari sisi produksi (produsen), seperti efisiensi ongkos produski (EOP), return of
menyimpulkan bahwa:
(1).Keragaan usaha perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh perkebunan besar
swasta asing memiliki efisensi ekonomi yang relatif lebih tinggi dibandingkan
41
perkebunan besar swasta asing mencapai efisiensi teknis yang lebih tinggi,
serta efisiensi pengolahan buah (TBS) yang lebih tinggi. Kondisi ini
swasta asing telah optimal atau mendekati optimal dan menjadi dasar
tercapainya angka ROI yang lebih tinggi dibanding pelaku usaha lainnya.
pengembangan areal yang tidak terarah dan tanpa didukung oleh kebijakan
pengaruh umur tanaman, kondisi ini juga disinyalir akibat penurunan kualitas
Meskipun demikian, dampak negatif dari perluasan areal masih lebih kecil
kelapa sawit seperti kenaikan upah tenaga kerja atau mengurangi subsidi
akhirnya akan diikuti oleh penurunan produksi, ekspor dan devisa, sedangkan
terhadap peningkatan harga minyak kelapa sawit domestik, harga ekspor dan
kelapa sawit, akan tetapi pengembangan areal yang tidak terarah dan tanpa
dari perluasan areal masih lebih kecil dibandingkan dampak positif perubahan
perkebunan kelapa sawit seperti kenaikan upah tenaga kerja atau mengurangi
dikembangkan arah studi berupa Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak
terkait dengan tujuan penelitian yang menekankan pada perilaku harga dan
komoditi (dalam hal ini minyak kelapa sawit dan pesaing utamanya), dipilih
dianalisis dalam penelitian ini adalah minyak kelapa sawit, minyak kedelai,
minyak biji bunga matahari dan minyak rapeseed. Penelitian sebelumnya lebih
lainnya, dan oleh karena itu pemilihan komoditi cenderung tidak mewakili
proses pembentukan harga di pasar dunia minyak nabati sesuai dengan kondisi
aktual.
antara harga dunia minyak bumi dalam proses pembentukan keempat minyak
sebagian lainnya digunakan untuk keperluan non pangan (ket: khususnya industri
oleokimia dan biodiesel) dan sisanya digunakan sebagai pakan ternak. Di era
tahun 1980-an rasio penggunaan minyak nabati untuk pangan, non pangan dan
dalam 13 tahun terakhir, rasio penggunaan minyak nabati saat ini berkisar
maupun sebagai subsitusi bahan dasar industri oleokimia yang awalnya berbasis
minyak bumi (AOCS, 2011). Terkait hal di atas, maka dalam perdagangan dunia
minyak nabati selain terjadi persaingan antar jenis minyak nabati, pembentukan
harga dunia minyak nabati diduga memiliki keterkaitan dengan harga dunia
minyak bumi/crude oil. Kaitan tersebut terlihat dari pola pergerakan harga minyak
nabati dan harga minyak bumi yang relatif sama, khususnya sejak tahun 2003
menjaga kestabilan harga komoditi, termasuk harga minyak kelapa sawit. Adanya
antara komoditi, sebuah negara produsen juga harus bersaing dengan negara lain
oleh negara eksporti maupun importir serta faktor eksternal lainnya akan
46
sebab itu kajian-kajian dalam penelitian ini akan dilakukan secara simultan,
kelapa sawit sebagai satu kerangka analisis dalam pasar dunia minyak nabati.
Minyak pesaing utama minyak kelapa sawit didefinisikan sebagai jenis minyak
hayati yang mempunyai (1) variasi penggunaan yang sama dalam kehidupan
sehari-hari, (2) diproduksi dan diperdagangkan dalam jumlah besar, serta (3)
sebagai substitusi minyak bumi. Berdasarkan hasil studi terdahulu, literatur dan
data diperoleh minyak pesaing minyak kelapa sawit adalah minyak kedelai,
Negara eksportir dan importir yang digunakan dalam penelitian ini seperti
disajikan Tabel 1 pada sub bab 1.5. Pemilihan negara eksportir didasarkan kepada
share volume ekspor suatu negara terhadap volume ekspor dunia dan negara
didasarkan kepada share volume impor suatu negara terhadap volume impor
dan tidak membahas secara mendalam atau secara vertikal setiap komoditi
Diagram model keterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi dalam
perdagangan dunia minyak nabati seperti disajikan pada Gambar 12. Model dibagi
kedalam empat blok, yaitu: (1) blok minyak kelapa sawit, (2) blok minyak
kedelai, (3) blok minyak rapeseed, dan (4) blok minyak biji bunga matahari.
eksogen penyusun masing-masing persamaan disajikan pada sub bab 4.1.1. hingga
HARGA DUNIA
NEGARA VOLUME VOLUME NEGARA
MINYAK NABATI:
EKSPORTIR: EKSPOR IMPOR IMPORTIR:
M. Kelapa sawit
M. Kelapa sawit DUNIA DUNIA M. Kelapa sawit
MINYAK M. Kedelai MINYAK
M. Kedelai M. Kedelai
M. Rapeseed NABATAI M. Rapeseed NABATAI M. Rapeseed
M. Matahari M. Matahari M. Matahari
Gambar 12. Diagram Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak
Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati
minyak nabati. Harga relatif antara satu jenis minyak nabati terhadap minyak
nabati pesaing maupun terhadap harga dunia minyak bumi akan mempengaruhi
satu jenis minyak nabati. Harga dunia minyak nabati merupakan keseimbangan
ekspor dan impor dunia, yang selanjutnya ditransmisikan kembali dalam bentuk
harga ekspor dan harga impor, serta memperngaruhi harga domestik. Perbedaan
permodelan ini diharapkan dapat diperoleh keterkaitan harga minyak nabatai dan
48
minyak bumi dalam perdagangan dunia minyak nabati dan proyeksi harga dunia
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah negara eksportir utama dan negara
Tabel 3. Lanjutan
No. Persamaan Simbol Label Satuan
43 Struktural MKEU Impor minyak kedelai EU-15 ribu ton/th
44 Struktural CKEU Konsumsi domestik minyak kedelai EU-15 ribu ton/th
45 Struktural MKID Impor minyak kedelai India ribu ton/th
46 Struktural CKID Konsumsi domestik minyak kedelai India ribu ton/th
47 Struktural MKIR Impor minyak kedelai Iran ribu ton/th
48 Struktural CKIR Konsumsi domestik minyak kedelai Iran ribu ton/th
49 Identitas MKW Impor minyak kedelai dunia ribu ton/th
50 Struktural HKW Harga dunia riil minyak kedelai USD/ton
51 Struktural HEKA Harga riil ekspor minyak kedelai Argentina USD/ton
52 Struktural HEKB Harga riil ekspor minyak kedelai Brasil USD/ton
53 Struktural HEKUSA Harga riil ekspor minyak kedelai USA USD/ton
54 Struktural HMKC Harga riil impor minyak kedelai China USD/ton
55 Struktural HMKEU Harga riil impor minyak kedelai EU-15 USD/ton
56 Struktural HMKID Harga riil impor minyak kedelai India USD/ton
57 Struktural HMKIR Harga riil impor minyak kedelai Iran USD/ton
58 Struktural HDKA Harga riil domestik minyak kedelai Argentina USD/ton
59 Struktural HDKB Harga riil domestik minyak kedelai Brasil USD/ton
60 Struktural HDKUSA Harga riil domestik minyak kedelai USA USD/ton
C. Minyak Rapeseed
61 Struktural XRCD Ekspor minyak rapeseed Kanada ribu ton/th
62 Struktural CRCD Konsumsi domestik minyak rapeseed Kanada ribu ton/th
63 Struktural XRUSA Ekspor minyak rapeseed USA ribu ton/th
64 Struktural CRUSA Konsumsi domestik minyak rapeseed USA ribu ton/th
65 Identitas SDRUSA Penawaran domestik minyak rapeseed USA ribu ton/th
66 Identitas XRW Ekpor minyak rapeseed dunia ribu ton/th
67 Struktural MRUSA Impor minyak rapeseed USA ribu ton/th
68 Struktural MREU Impor minyak rapeseed EU-15 ribu ton/th
69 Struktural CREU Konsumsi domestik minyak rapeseed EU-15 ribu ton/th
70 Struktural MRC Impor minyak rapeseed China ribu ton/th
71 Struktural CRC Konsumsi domestik minyak rapeseed China ribu ton/th
72 Identitas MRW Impor minyak rapeseed dunia ribu ton/th
73 Struktural HRW Harga dunia riil minyak rapeseed USD/ton
74 Struktural HERCD Harga riil ekspor minyak rapeseed Kanada USD/ton
75 Struktural HERUSA Harga riil ekspor minyak rapeseed USA USD/ton
76 Struktural HMRUSA Harga riil impor minyak rapeseed USA USD/ton
77 Struktural HMREU Harga riil impor minyak rapeseed EU-15 USD/ton
78 Struktural HMRC Harga riil impor minyak rapeseed China USD/ton
79 Struktural HDRCD Harga riil domestik minyak rapeseed Kanada USD/ton
80 Struktural HDRUSA Harga riil domestik minyak rapeseed USA USD/ton
D. Minyak Biji Bunga Matahari
81 Struktural XMA Ekspor minyak biji bunga matahari Argentina ribu ton/th
82 Struktural CMA Konsumsi domestik minyak matahari Argentina ribu ton/th
83 Identitas SDMA Penawaran domestik minyak matahari Argentina ribu ton/th
84 Identitas XMW Ekpor minyak biji bunga matahari dunia ribu ton/th
85 Struktural MMEU Impor minyak biji matahari EU-15 ribu ton/th
86 Struktural CMEU Konsumsi domestik minyak biji matahari EU-15 ribu ton/th
87 Struktural MMMS Impor minyak biji matahari Mesir ribu ton/th
88 Struktural CMMS Konsumsi domestik minyak biji matahari Mesir ribu ton/th
89 Struktural MMIR Impor minyak biji matahari Iran ribu ton/th
90 Struktural CMIR Konsumsi domestik minyak biji matahari Iran ribu ton/th
91 Identitas MMW Impor minyak biji bunga matahari dunia ribu ton/th
92 Struktural HMW Harga dunia riil minyak biji bunga matahari USD/ton
93 Struktural HEMA Harga riil ekspor minyak biji bunga matahari Argentina USD/ton
94 Struktural HMMEU Harga riil impor minyak biji bunga matahari EU-15 USD/ton
95 Struktural HMMMS Harga riil impor minyak biji bunga matahari Mesir USD/ton
96 Struktural HMMIR Harga riil impor minyak biji bunga matahari Iran USD/ton
97 Struktural HDMA Harga riil domestik minyak matahari Argentina USD/ton
50
memiliki beberapa peubah eksogen seperti harga ekspor, produksi, nilai tukar,
stok dan ekspor tahun lalu. Dalam permodelan ekspor minyak kelapa sawit
diwakili oleh Indonesia dan Malaysia dengan share terhadap total ekspor dunia
minyak kelapa sawit Indonesia, produksi, stok dan konsumsi dalam negeri. Harga
ekspor dipengaruhi oleh harga dunia minyak kelapa sawit, nilai tukar dan pajak
ekspor. Produksi dipengaruhi oleh luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan
kedalam tiga kelompok besar yaitu: Perkebunan Besar Negara (PBN), Perkebunan
Luas areal perkebunan dan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan
Indonesia merupakan penjumlahan dari luas areal perkebunan dan luas areal
tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha. Luas areal perkebunan
(1) ketersediaan dan kesesuaian lahan serta tingkat kompetisi penggunaan lahan
dengan komoditi lainnya dan tata ruang wilayah, (2) kelapa sawit sebagai tanaman
perkebunan.
diduga dipengaruhi oleh lag tiga luas areal kelapa sawit, harga ekspor dan harga
pupuk dan tingkat upah perkebunan di Indonesia. Persamaan luas areal kelapa
= + + 3 + ∈ ...................(4.1.)
dimana:
= + + +
+ 3 + ∈ ..............................................(4.2.)
dimana:
= + + + + ∈ ..............(4.3.)
dimana:
antara lain dipengaruhi oleh komposisi umur tanaman kelapa sawit menghasilkan,
dan penerapan kultur teknis, khususnya pemupukan, sarana dan prasarana panen
serta teknik panen. Penerapan kultur teknis terkait erat dengan pelaku usaha, dan
53
oleh karena itu dalam penelitian ini persamaan produktivitas kelapa sawit
usaha.
kelapa sawit menghasilkan adalah prospek pasar yang tercermin dari harga ekspor
dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia serta stok minyak kelapa sawit
= + +
+ + ∈ .............................................................(4.4)
dimana:
= + + + ∈ …………………………...(4.5)
dimana:
54
= + +
+ + + ∈ ….............................(4.6)
dimana:
tingkat produktivitas dan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan masing-
masing pelaku usaha. Oleh sebab itu produksi dinyatakan dalam persamaan
= +
+ ...........................................................(4.7)
dimana:
sebagai berikut:
= + + + + + ∈ .....(4.8)
dimana:
∈ ∶ peubah pengganggu
dikurangi oleh konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia, dan dirumuskan sebagai
berikut:
= + − ......................................................(4.9)
= + − ....................................................(4.10)
( ) ditentukan oleh harga domestik, laju perubahan harga dunia riil minyak
= + + + + + ∈ ..(4.11)
dimana:
sebagai berikut:
= + + +
+ + ∈ ..................................................................(4.12)
dimana:
= + + ............................................................(4.13)
dimana:
Mengacu kepada persamaan impor pada bab 3, maka dalam penelitian ini
komoditi lain dan tingkat nilai tukar. Terkait dengan komoditi lain, permodelan
untuk setiap negara importir akan mengacu kepada Tabel 1 pada sub-bab 2.2.1.
Dalam permodelan impor minyak kelapa sawit diwakili oleh China, EU-15, India
dan Pakistan dengan share terhadap total impor dunia tahun 2008 masing-masing
sebagai berikut:
= + + + ∈ ..........................................(4.14)
dimana:
sebagai berikut:
= + + + +
+ + + ∈ ....................................................(4.15)
dimana:
sebagai berikut:
= + + + ∈ ........................(4.16)
dimana:
sebagai berikut:
= + + + +
+ + + ∈ ...................................(4.17)
dimana:
sebagai berikut:
= + + + + ∈ ...(4.18)
dimana:
sebagai berikut:
= + + + + ∈ ……….....(4.19)
dimana:
sebagai berikut:
= + + + +
+ + ∈ ..................................................................(4.20)
dimana:
sebagai berikut:
= + + + + ∈ ……….........(4.21)
dimana:
61
= + + + + .......................... (4.22)
dimana:
sebagai berikut
= + + + +∈ ..........................(4.23)
dimana:
= + + + + ∈ .................(4.24)
dimana:
= + + + + + ∈ …(4.25)
dimana:
= + + + + ∈ ............(4.26)
dimana:
63
= + + ∈ ...................................................(4.27)
dimana:
= + + + ∈ ...................................(4.28)
dimana:
= + + + + ∈ .................(4.29)
dimana:
= + + ∈ ..................................................(4.30)
dimana:
dan Amerika Serikat dengan share terhadap total ekspor dunia tahun 2008
sebagai berikut:
= + + + + ∈ .........(4.31)
dimana:
65
sebagai berikut:
= + + + + ∈ …...(4.32)
dimana:
= + − .............................................(4.33)
berikut:
= + + + +
+ + ∈ ..................................................................(4.34)
dimana:
66
sebagai berikut:
= + + +
+ + ∈ …………………………………………..(4.35)
dimana:
= + − .............................................(4.36)
67
= + +
+ + ∈ .......................................................(4.37)
dimana:
= +
+ + ∈ ............................................................(4.38)
dimana:
= + − ..........................(4.39)
68
= + + + ..........................................(4.40)
dimana:
EU-15, India dan Iran dengan share terhadap total impor dunia tahun 2008
berikut:
= + + + ∈ .................................(4.41)
dimana:
sebagai berikut:
= + + + + + ∈ ......(4.42)
69
dimana:
∈ ∶ peubah pengganggu
sebagai berikut:
= + + + ∈ .................(4.43)
dimana:
berikut:
= + + +
+ + + ∈ .............................................(4.44)
dimana:
berikut:
= + + + + ∈ ...........(4.45)
dimana:
berikut:
= + + +
+ + + ∈ ..............................................(4.46)
dimana:
berikut:
= + +
+ + ∈ …..........................................................…(4.47)
dimana:
71
berikut:
= + +
+ + ∈ ....................................................................(4.48)
dimana:
= + + + + .......................(4.49)
dimana:
sebagai berikut
= + + + + ∈ ........................(4.50)
dimana:
= + + + + + ∈ ........(4.51)
dimana:
= + + + + + ∈ ...(4.52)
dimana:
= + + + ∈ ..................................(4.53)
dimana:
= + + + ∈ .........................................(4.54)
dimana:
= + + + ∈ ...................................(4.55)
dimana:
= + + ∈ ...............................................(4.56)
dimana:
sebagai berikut
= + + ∈ ...............................................(4.57)
dimana:
= + + + + ∈ .................(4.58)
dimana:
= + + + ∈ ...................................(4.59)
dimana:
= + + + ∈ ............(4.60)
dimana:
∈ ∶ peubah pengganggu
Amerika Serikat dengan share terhadap total ekspor dunia tahun 2008 masing-
sebagai berikut:
= + +
+ + ∈ ............................................................(4.61)
dimana:
sebagai berikut:
= + + +
+ + ∈ ..............................................................(4.62)
dimana:
= + + + ∈ ……(4.63)
dimana:
= + +
+ + + ∈ ...................................(4.64)
dimana:
= + + − ........(4.65)
79
Persamaan impor minyak rapeseed Amerika Serikat disajikan pada sub bab
4.1.8.1.
= + + .....................................................(4.66)
dimana:
Amerika Serikat, EU-15 dan China dengan share terhadap total impor dunia tahun
= + + +
+ + ∈ ..........................................................(4.67)
dimana:
sebagai berikut:
= + + + ∈ ...................................(4.68)
dimana:
sebagai berikut:
= + + +
+ + + ∈ ..........................................(4.69)
dimana:
= + + +
+ + ∈ .....................................................................(4.70)
dimana:
sebagai berikut:
= + + +
+ + + ∈ .................................................(4.71)
dimana:
= + + + .....................................(4.72)
dimana:
sebagai berikut
= + + + + ∈ ….(4.73)
dimana:
= + + + + ∈ ...(4.74)
dimana:
= + + + ∈ .......................(4.75)
dimana:
∈ ∶ peubah pengganggu
= + + ∈ ..........................................(4.76)
dimana:
= + + ∈ ..............................................(4.77)
dimana:
= + + + ∈ ..........................................(4.78)
dimana:
∈ ∶ peubah pengganggu
= + +
+ + ∈ ............................................................(4.79)
dimana:
= + + +
+ + ∈ ............................................................(4.80)
dimana:
∈ ∶ peubah pengganggu
Ukraina, Rusia dan Argentina merupakan tiga negara produsen dan negara
data maka di dalam penelitian ini negara eksportir minyak biji bunga matahari
hanya diwakili oleh Argentina yang memiliki share terhadap total ekspor dunia
= + + + +
+ + ∈ .....................................................................(4.81)
dimana:
= + + + ∈ ..........................(4.82)
dimana:
= + − ...........................................(4.83)
= + .......................................................................(4.84)
dimana:
oleh EU-15, Mesir dan Iran dengan share terhadap total impor dunia tahun 2008
= + + +
+ + ∈ .............................................................(4.85)
dimana:
= + + + + ∈ ......(4.86)
dimana:
= + + + + ∈ .........(4.87)
dimana:
= + + +
+ + ∈ ………………………………………..(4.88)
dimana:
= + + + ∈ …………...(4.89)
dimana:
= + + +
+ + ∈ ................................................................(4.90)
dimana:
∶ harga relatif harga impor riil minyak biji bunga matahari Iran
terhadap harga impor riil minyak kedelai Iran (%)
∈ ∶ peubah pengganggu
= + + + .................................(4.91)
dimana:
Harga dunia minyak biji bunga matahari diwakili harga di pasar Rotterdam
= + + + ∈ ...............................................(4.92)
90
dimana:
= + + + ∈ ........................................(4.93)
dimana:
= + + + ∈ ..................................(4.94)
dimana:
= + + + ∈ ..................(4.95)
dimana:
= + + + ∈ ......................(4.96)
dimana:
= + +
+ + ∈ ………………………………………....(4.97)
92
dimana:
dan jika [K-M] < [G-1] maka persamaan dalam keadaan unidentified, dan apabila
Stage Least Square, 2SLS). Peramalan variabel eksogen untuk periode tahun
dengan program SAS 9.1. Keragaan hasil estimasi model dievaluasi melalui (a)
kriteria ekonomi dengan indikator tanda dan besaran (sign and size) dari Estimasi
parameter, dan (b) kriteria statistik dengan indikator berupa nilai koefisien
93
korelasi serial dalam persamaan simultan dengan beda kala digunakan nilai
Durbin-h (Adam dan Haynes, 1980 dalam Sinaga, 1989). Apabila statistik-h lebih
besar dari nilai kritis distribusi normal pada tingkat yang ditentukan secara
arbitrer, maka model tidak mengalami korelasi serial. Namun, apabila hasil kali
T.(Var Bhart) lebih besar dari satu, maka nilai Durbin-h tidak dapat diperoleh
karena ada angka negatif yang tidak ada nilai akarnya (Mulyana, 1998).
(Theil, 1965 dan Klein, 1993). Apabila didapatkan nilai RMSPE dan nilai U
semakin kecil, maka diperoleh nilai dugaan yang baik (Koutsoyiannis, 1977).
Validasi keterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi dalam perdagangan
kurun waktu 1980-2008. Data tersebut terutama bersumberkan pada (a) Oil World
Data Base, (b) International Monetary Fund (IMF), (c) World Bank, (d) Biro
eksportir dan negara importir utama minyak nabati terhadap perdagangan dunia
94
minyak nabati dan khususnya terhadap produksi, konsumsi dan ekspor minyak
bumi dan perubahan produksi minyak nabati di luar produksi minyak kelapa sawit
importir utama minyak nabati meliputi perubahan pajak ekspor, tarif impor dan
Tabel 4.
Tabel 4. Lanjutan
Dalam bab ini disajikan dan dibahas hasil estimasi persamaan struktural
dalam model kerterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi dalam
umum terhadap hasil analisis implikasi ekonomi dari tanda dan besaran, nilai
koefisien determinasi (R2), nilai F-hitung, t-hitung dan hasil uji korelasi serial.
digunakan adalah data sekunder untuk periode tahun 1980-2008 (Lampiran 5).
dalam perdagangan dunia minyak nabati dalam penelitian ini berupa model
struktural dan 16 persamaan identitas. Jumlah seluruh variabel adalah 184 (ket:
termasuk variabel lag endogen), sedangkan jumlah seluruh variabel eksogen yang
dilihat dari teori ekonomi. Kriteria-kriteria statistika yang digunakan dalam hasil
estimasi model adalah cukup meyakinkan. Dari 81 persamaan struktural, 70% (57
struktural) memiliki nilai koefisien determinasi diantara 70% ≥ R2< 80%, dan
struktural (74 persamaan) nyata pada taraf 1%. Secara umum dapat disimpulkan
pada tingkat yang berbeda-beda. Dari total 278 variabel eksogen yang terdapat di
nyata terhadap variabel endogennya pada tingkat 1%, 12% (33 variabel eksogen)
berpengaruh nyata pada tingkat 5%, 15% (41 variabel eksogen) berpengaruh
nyata pada tingkat 10% hingga 25% dan sisanya 43% (120 variabel eksogen)
autokorelasi serial pada taraf α=5% sekitar 36% (29 persamaan) dari 81
dalam model.
yang cukup besar dengan periode pengamatan yang cukup panjang maka hasil
minyak bumi dalam pembentukan harga dunia minyak nabati. Selain itu model
dapat digunakan untuk melakukan simulasi dalam mencapai tujuan penelitian dan
Perdagangan dunia minyak kelapa sawit dilihat dari negara produsen dan
Malaysia merupakan negara produsen dan eksportir utama minyak kelapa sawit
dengan kumulatif share dari kedua negara sekitar 89% dari total ekspor di pasar
dunia minyak kelapa sawit. China, India, EU-15 dan Pakistan merupakan empat
negara importir utama dengan kumulatif share sekitar 52.65% dari total impor
Keragaan ekspor dan konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia serta luas
ekspor (HESI), laju perubahan harga domestik (RHDSI), nilai tukar (ERI), pajak
ekspor (PESI) dan penawaran minyak kelapa sawit Indonesia untuk pasar ekspor
minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan
Tabel 5. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor, Konsumsi, Luas Areal dan
Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Indonesia, Tahun
1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Ekspor M. Kelapa Sawit Indonesia (XSI)
Intercept 1.4058 1.14
Harga ekspor riil minyak kelapa sawit
HESI -453.43 -0.82 - 0.070 -
Indonesia
Laju perubahan harga domestik riil minyak
RHDSI 0.0083 0.19 - 0.001 -
kelapa sawit Indonesia
Nilai tukar riil Indonesia ERI -57.94 -2.92 - 0.008 -
Pajak ekspor minyak kelapa sawit
PESI 0.89607 25.13 A 0.026 -
Indonesia
Penawaran pasar ekspor minyak kelapa
SXSI 1.4058 1.14 A
sawit Indonesia
2 2
R = 0.987 R -Adj = 0.984 F-hitung = 320.67 Dw = 1.92565 dh = -
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
100
Tabel 5. Lanjutan
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Produktivitas areal TM PBN (YIESIN)
Harga ekspor riil minyak kelapa sawit
HESI 0.00022 0.25 - 0.034 4.561
Indonesia
Laju perubahan harga riil pupuk RHCPI -0.00153 -0.20 - 0.001 0.105
Pertambahan areal TM PBN tahun ini DLASMIN -0.00406 -1.84 C 0.003 0.465
Lag produktivitas areal TM PBN LYIESIN 0.99276 9.90 A
R2 = 0.993 R2-Adj = 0.991 F-hitung = 733.91 Dw = 2.20989 dh = -0.62
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
Dilihat dari nilai t-hitung, maka ekspor minyak kelapa sawit Indonesia
dipengaruhi secara nyata oleh penawaran minyak kelapa sawit Indonesia untuk
pasar ekspor dan pajak ekspor. Variabel penawaran minyak kelapa sawit
elastisitas pada jangka pendek mendekati unitary elastis, yaitu sebesar 0.95.
Penawaran minyak kelapa sawit Indonesia untuk pasar ekspor merupakan selisih
antara total penawaran minyak kelapa sawit Indonesia dan konsumsi minyak
kelapa sawit Indonesia (CSI). Total penawaran minyak kelapa sawit Indonesia
merupakan penjumlahan dari stok awal tahun (STOKSI) dan produksi minyak
kelapa sawit Indonesia sebesar 58 ribu ton, dari rerata volume ekspor tahun 1980-
2008 sebesar 3,6 juta ton, atau sekitar 1.61%. Variabel eksogen lainnya yaitu
harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (HESI) dan nilai tukar (ERI)
variabel eksogen tidak memiliki dampak perubahan yang besar terhadap terhadap
ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dan secara statistik nyata pada taraf >25%.
harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia (HDSI), laju perubahan harga
minyak bumi (RHCOW), jumlah populasi (POPI) dan lag konsumsi (LCSI).
kelapa sawit Indonesia sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh
nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka konsumsi minyak
kelapa sawit Indonesia terutama dipengaruhi oleh lag konsumsi, populasi dan
dan 25%.
konsumsi sebesar 23.42 ton/tahun, dari rerata volume konsumsi tahun 1980-2008
sebesar 2,35 juta ton/tahun, atau sekitar 1%. Konsumsi minyak kelapa sawit
yang memiliki nilai elastisitas 3.3 kali lebih besar dari nilai elastisitas jangka
pendek. Fenomena ini terkait dengan diversifikasi produk minyak kelapa sawit
yang relatif masih kecil dalam konsumsi dan menjadikan pengaruh POPI lebih
tergantung kepada jumlah populasi itu sendiri. Jenis penggunaan dalam konsumsi
minyak kelapa sawit Indonesia didominasi sebagai bahan baku minyak goreng
nasional. Sekitar 77% dari volume konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia
adalah untuk pasokan bahan baku minyak goreng nasional (Jakarta Futures
Exchange, 2008).
minyak kelapa sawit Indonesia bersifat tidak responsif terhadap perubahan kedua
variabel tersebut. Seperti halnya pengaruh POPI terhadap CSI, fenomena ini
terkait dengan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku utama minyak goreng
termasuk pengolahan minyak kelapa sawit sebagai produk subsitusi minyak bumi.
Selain itu dipengaruhi juga oleh kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh
di dalam negeri.
eksogen dalam persamaan LASMIN meliputi lag harga ekspor (LHESI), laju laju
kenaikan harga pupuk (RHCPI) dan lag tiga luas areal perkebunan kelapa sawit
103
PBN (L3LASIN). Dilihat dari nilai t-hitung, maka LASMIN dipengaruhi secara
nyata pada taraf 1% oleh variabel LHESI dan L3LASIN, sedangkan RHCPI
berpengaruh nyata pada taraf 5%. Variabel eksogen lag harga ekspor (LHESI) dan
lag tiga luas areal perkebunan PBN (L3LASIN) memiliki pengaruh positif,
LHESI maupun RHCPI. Diketahui dalam kultur teknis kelapa sawit diperlukan
waktu sekitar 3 tahun fase tanaman belum menghasilkan. PBN selaku pelaku
usaha profesional maka dalam penentuan luas areal tanaman kelapa sawit
Besar Swasta (LASMIS) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 96% dan
eksogen dalam persamaan LASMIS meliputi lag harga ekspor (LHESI), laju
kenaikan harga pupuk (RHCPI), upah tenaga kerja perkebunan (USPI) dan lag
tiga luas areal perkebunan kelapa sawit PBS (L3LASIS). Dilihat dari nilai t-
hitung, maka LASMIS hanya dipengaruhi secara nyata oleh variabel L3LASIS
pada taraf 1%. Pada jangka pendek, LASMIS relatif bersifat responsif terhadap
eksogen lainnya. Seperti halnya PBN, PBS selaku pelaku usaha profesional maka
dalam penentuan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan tahun ini relatif
104
Rakyat (LASMIR) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99% dan seluruh
dalam persamaan LASMIR meliputi lag harga domestik (LHDSI), upah tenaga
kerja perkebunan (USPI) dan lag luas areal perkebunan kelapa sawit PR
(LLASIR). Harga domestik lebih menjadi acuan bagi PR daripada harga ekspor
terkait dengan pemasaran minyak kelapa sawit PR yang berupa titip olah di pabrik
pengolahan minyak kelapa sawit milik PBN maupun PBS. Penggunaan variabel
lag satu luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat (LLASIR) dalam persamaan
LASMIR dan variabel USPI terkait dengan besarnya keragaman penerapan kultur
oleh PR. Dilihat dari nilai t-hitung, maka LASMIR hanya dipengaruhi secara
nyata oleh variabel LLASIR pada taraf 1% dan variabel USPI pada taraf 20%.
bersifat elastis, sedangkan tiga variabel eksogen lainnya tidak memiliki dampak
yang besar terhadap luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan perkebunan
rakyat.
Besar Negara (YIESIN) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99% dan
yang digunakan dalam peneltian ini setara dengan pencapaian ton minyak kelapa
sawit mentah per ha tanaman menghasilkan (ton CPO/ha TM). Variabel eksogen
105
dalam persamaan YIESIN meliputi harga ekspor (HESI), laju kenaikan harga
pupuk (RHCPI), tambahan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PBN
tahun ini (DLASMIN) dan lag produktivitas PBN (LYIESIN). Dilihat dari nilai t-
hitung, maka YIESIN hanya dipengaruhi secara nyata oleh variabel LYIESIN
atau dengan perkataan lain ketiga variabel eksogen tersebut tidak memiliki
perubahan harga ekspor. Kondisi ini terkait dengan sifat utama industri kelapa
sawit di sektor hulu (ket: perkebunan kelapa sawit), antara lain: (1) luas areal
maupun luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan cenderung rigid untuk
turun, (2) pertimbangan dalam keputusan tandan buah segar kelapa sawit (TBS)
untuk dipanen tidak hanya didasarkan pertimbangan harga yang diterima saat ini
tetapi memperhatikan siklus produksi TBS, khususnya bagi perkebunan besar, (3)
tujuan akhir proses produksi TBS adalah menghasilkan minyak dengan sifat TBS
yang mudah rusak (perishable) dan harus segera diolah menjadi minyak, dan (4)
pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Variabel HESI yang elastis pada jangka
Besar Swasta (YIESIS) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99% dan
eksogen dalam persamaan YIESIS meliputi harga ekspor minyak kelapa sawit
Indonesia (HESI), tambahan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PBS
tahun ini (DLASMIS) dan lag produktivitas PBS (LYIESIS). Dilihat dari nilai t-
hitung, maka YIESIS hanya dipengaruhi secara nyata oleh variabel LYIESIS
pada taraf 1% dan variabel HESI pada taraf 25%. Seperti halnya YIESIN, pada
eksogen, dan pada jangka panjang YIESIS bersifat responsif terhadap perubahan
Rakyat (YIESIR) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 94% dan seluruh
dalam persamaan YIESIR meliputi harga domestik (HDSI), harga domestik tahun
dipengaruhi secara nyata oleh variabel LYIESIR pada taraf 1% dan LHDSI pada
taraf 25%. Pada jangka pendek maupun jangka panjang, YIESIR tidak responsif
pada Tabel 6. Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (XSM) dipengaruhi oleh
harga ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (HESM), pajak ekspor (PESM), stok
minyak kelapa sawit Malaysia (STOKSM), produksi (PRODSM) dan lag ekspor
minyak kelapa sawit Malaysia sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan
pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka ekspor
minyak kelapa sawit Malaysia dipengaruhi oleh lag ekspor dan produksi minyak
Harga ekspor riil minyak kelapa sawit Malaysia HESM 0.06986 0.06 - 0.003 0.005
Pajak ekspor minyak kelapa sawit Malaysia PESM -6.67733 -0.21 - 0.003 0.006
Stok minyak kelapa sawit Malaysia STOKSM 0.81246 1.10 - 0.094 0.176
Produksi Minyak kelapa sawit Malaysia PRODSM 0.38892 2.07 C 0.469 0.877
Lag ekspor minyak kelapa sawit Malaysia LXSM 0.46543 2.10 B
R2 = 0.995 R2-Adj = 0.994 F-hitung = 881.01 Dw = 2.91564 dh = -
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
eksogen bersifat inelastis. Untuk variabel harga ekspor, kondisi ini sesuai dengan
hasil penelitian Suryana (1986) dan Zulkifli (2000) yang menyimpulkan bahwa
respon ekspor minyak kelapa sawit kasar Indonesia dan Malaysia bersifat inelastis
terhadap perubahan harga. Fenomena tersebut terkait dengan minyak kelapa sawit
yang panjang dan sebuah siklus produksi. Pengaruh produksi minyak kelapa sawit
Malaysia terhadap ekspor minyak kelapa sawit Malaysia relatif lebih besar
sekitar 18% (Oil World, 2011) atau dengan perkataan lain masih terdapat sisa
Fenomena ini juga menjelaskan pengaruh perubahan stok dan pajak ekspor
dengan share dalam periode tahun 2000-2008 sekitar 18% dari total impor dunia
(Oil World, 2011). Keragaan impor dan konsumsi minyak kelapa sawit China
tahun 1980-2008 disajikan pada Tabel 7. Impor minyak kelapa sawit China
(MSC) dipengaruhi oleh harga impor (HMSC) dan konsumsi minyak kelapa sawit
minyak kelapa sawit China sebesar 98% dan seluruh variabel memberikan
pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka impor
minyak kelapa sawit China dipengaruhi secara nyata oleh konsumsi. Selain itu
pada jangka pendek respon impor minyak kelapa sawit China terhadap perubahan
oleh harga impor minyak kelapa sawit China, harga dunia minyak bumi, populasi
109
(POPC) dan tingkat pendapatan perkapita China (IPC). Sedangkan harga impor
minyak kedelai China (HMKC) dan harga impor minyak rapeseed China (HMRC)
tidak berpengaruh nyata dalam konsumsi minyak kelapa sawit China. Pada jangka
perubahan harga dunia minyak bumi, perubahan tingkat pendapatan perkapita dan
populasi. Fenomena ini terkait dengan penggunaan utama minyak kelapa sawit di
China di sektor non pangan termasuk pengolahan minyak kelapa sawit sebagai
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
untuk kebutuhan sektor non pangan, termasuk sebagai sumber energi alterlatif
pengganti maupun bahan dasar industri oleokimia yang awalnya berbasis minyak
bumi. Hasil pengolahan minyak kelapa sawit selain digunakan sendiri, sebagian
110
konsumsi dan reekspor dari total impor sekitar 60:40 dengan tren reekspor yang
semakin meningkat. Keragaan impor dan konsumsi minyak kelapa sawit EU-15
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
harga impor (HMSEU), konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 (CSEU) dan lag
impor minyak kelapa sawit EU-15 sebesar 98% dan seluruh variabel memberikan
pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka impor
minyak kelapa sawit EU-15 dipengaruhi secara nyata oleh konsumsi minyak
kelapa sawit EU-15 (CSEU) dan lag impor (LMSEU) pada taraf 1% dan harga
impor (HMSEU) pada taraf 20%. Pada jangka pendek impor minyak kelapa sawit
EU-15 tidak bersifat responsif terhadap seluruh variabel eksogen, namun bersifat
111
responsif terhadap perubahan konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 pada jangka
panjang
oleh harga impor minyak kelapa sawit EU-15 (HMSEU), harga impor minyak
matahari EU-15 (HMSEU), jumlah populasi (POPEU) dan lag konsumsi. Tingkat
pendapatan perkapita (IPEU) dan laju pertumbuhan harga minyak bumi tidak
EU-15 sebesar 92% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara
bersama-sama. Pada jangka pendek, konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 hanya
minyak kelapa sawit EU-15 bersifat responsif terhadap perubahan populasi dan
setelah China. Penggunaan utama minyak kelapa sawit di India adalah di sektor
pangan. Keragaan impor dan konsumsi minyak kelapa sawit India disajikan pada
Tabel 9. Impor minyak kelapa sawit India (MSID) dipengaruhi oleh rasio laju
pertumbuhan harga impor riil minyak kelapa sawit India terhadap laju konsumsi
minyak kelapa sawit India (RRHMSIDRCSID), tarif impor minyak kelapa sawit
India (TMSID) dan nilai tukar (ERID). Seluruh variabel eksogen mampu
menerangkan keragaman impor minyak kelapa sawit India sebesar 80% dan
nilai t-hitung, maka impor minyak kelapa sawit India dipengaruhi secara nyata
oleh tarif impor minyak kelapa sawit India dan nilai tukar. Namun, pada jangka
pendek impor minyak kelapa sawit India tidak bersifat responsif terhadap
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
oleh jumlah populasi (POPID). Variabel harga impor minyak kelapa sawit
(HMSID) dan nilai tukar (ERID) tidak berpengaruh nyata dalam persamaan
menerangkan keragaman konsumsi minyak kelapa sawit India sebesar 79% dan
perubahan populasi.
113
pemasaran minyak kelapa sawit. Keragaan impor dan konsumsi minyak kelapa
sawit Pakistan tahun 1980-2008 disajikan pada Tabel 10. Impor minyak kelapa
sawit Pakistan (MSP) dipengaruhi oleh harga impor minyak kelapa sawit Pakistan
(HMSP), nilai tukar (ERP), tarif impor (TMSP), laju pertumbuhan konsumsi
minyak kelapa sawit Pakistan (RCSIP) dan lag impor (LMSP). Seluruh variabel
sebesar 97% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-
sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka impor minyak kelapa sawit Pakistan
dipengaruhi secara nyata oleh tarif impor, laju pertumbuhan konsumsi minyak
kelapa sawit Pakistan, lag impor dan nilai tukar. Impor minyak kelapa sawit
oleh jumlah populasi (POPP) pada taraf 1% dan harga impor minyak kelapa sawit
Pakistan (HMSP) pada taraf nyata 20% dan konsumsi tahun sebelumnya (LCSP)
pada taraf nyata 5%. Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman
konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan sebesar 91% dan seluruh variabel
Tabel 10. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Kelapa Sawit Pakistan Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor minyak kelapa sawit Pakistan (MSP)
Intercept 2310.386 3.57
Harga impor riil minyak kelapa sawit Pakistan HMSP -0.13369 -0.91 - 0.042 0.079
Nilai tukar riil Pakistan ERP -9.75469 -2.08 C 0.318 0.593
Tarif impor minyak kelapa sawit Pakistan TMSP -39.95130 -4.01 A 0.405 0.754
Laju pertumbuhan konsumsi minyak kelapa
RCSP 784.95960 5.85 A 0.041 0.076
sawit Pakistan
Lag impor minyak kelapa sawit Pakistan LMSP 0.46336 3.06 A
R2 = 0.969 R2-Adj = 0.961 F-hitung = 125.26 Dw = 2.81928 dh = -
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
Keragaan harga dunia, harga ekspor dan harga domestik negara eksportir
serta harga impor minyak kelapa sawit negara-negara importir di dalam model
ekspor dunia minyak kelapa sawit (XSW), impor dunia minyak kelapa sawit
(MSW) dan lag harga dunia minyak kelapa sawit (LHSW). Seluruh variabel
sebesar 24% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-
sama pada taraf 15%. Pada jangka pendek, harga dunia minyak kelapa sawit
relatif bersifat unitary terhadap perubahan ekspor dunia minyak kelapa sawit,
namun bersifat tidak responsif terhadap perubahan impor. Pada jangka jangka
panjang respon harga dunia minyak kelapa sawit terhadap perubahan impor dunia
115
minyak kelapa sawit relatif bersifat responsif terhadap perubahan ekspor dunia
minyak kelapa sawit, namun bersifat tidak responsif terhadap perubahan impor.
Fenomena ini antara lain terkait dengan: (1) produksi dan ekspor minyak kelapa
sawit dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia dengan share kumulatif
kedua negara mencapai 85% dari total produksi dunia maupun total ekspor dunia,
(2) secara umum negara-negara importir utama minyak kelapa sawit tidak
Tabel 11. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Harga Dunia, Harga Ekspor dan
Harga Domestik Negara Eksportir serta Harga Impor Negara Importir
Minyak Kelapa Sawit, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Harga dunia riil minyak kelapa sawit (HSW)
Intercept 241.832 2.53
Ekspor dunia minyak kelapa sawit XSW -0.02120 -0.71 - 0.977 1.859
Impor dunia minyak kelapa sawit MSW 0.02331 0.77 - 1.095 2.084
Lag harga dunia riil minyak kelapa sawit LHSW 0.47444 2.31 B
R2 = 0.237 R2-Adj = 0.132 F-hitung = 2.27 Dw = 1.61426 dh = -
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
116
Tabel 9. Lanjutan
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Harga ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (HESM)
Intercept 15.75933 0.11
Harga dunia riil minyak kelapa sawit HSW 0.85516 8.03 A 0.957 1.292
Nilai tukar riil Malaysia ERM -14.06760 -0.49 - 0.102 0.135
Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia XSM -0.00528 -1.70 D 0.140 0.186
Lag harga ekspor minyak kelapa sawit
LHESM 0.24496 2.51 B
Malaysia
R2 = 0.825 R2-Adj = 0.792 F-hitung = 24.74 Dw = 2.34565 dh = -1.02
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
harga dunia minyak kelapa sawit (HSW), nilai tukar (ERI), laju pertumbuhan
ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (RXSI) dan lag harga ekspor minyak
keragaman harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 99% dan seluruh
harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia tidak bersifat responsif terhadap
117
perubahan seluruh variabel eksogen. Pada jangka panjang, harga ekspor minyak
kelapa sawit Indonesia tidak bersifat responsif terhadap perubahan harga dunia
harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (HESI), nilai tukar (ERI), rasio total
kelapa sawit Indonesia (RTSDSI) dan lag harga domestik minyak kelapa sawit
harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 97% dan seluruh variabel
ekspor minyak kelapa sawit Indonesia terhadap harga domestik minyak kelapa
lainnya, kemudian diikuti oleh pengaruh perubahan nilai tukar dan pengaruh
harga dunia minyak kelapa sawit (HSW), nilai tukar (ERM), ekspor minyak
kelapa sawit Malaysia (XSM) dan lag harga ekspor minyak kelapa sawit Malaysia
ekspor minyak kelapa sawit Malaysia sebesar 83% dan seluruh variabel
sawit Malaysia bersifat responsif terhadap perubahan harga dunia minyak kelapa
sawit. Fenomena ini terkait dengan keseimbangan antara konsumsi dan ekspor
Berdasarkan nilai t-hitung, harga impor minyak kelapa sawit China, EU-
15, India dan Pakistan dipengaruhi secara nyata oleh harga dunia minyak kelapa
sawit. Tarif impor tidak berpengaruh nyata, kecuali pengaruh tarif impor minyak
kelapa sawit China terhadap harga impor minyak kelapa sawit China. Secara
harga impor pada kisaran 65%-99%, dan seluruh variabel memberikan pengaruh
nyata secara bersama-sama. Respon harga impor terhadap perubahan harga dunia
minyak kelapa sawit maupun terhadap perubahan tarif impor terutama terjadi di
China, diikuti oleh India, EU-15 dan Pakistan. Fenomena ini terkait dengan posisi
China dan India sebagai dua negara importir terbesar minyak kelapa sawit.
dunia minyak hayati. Ciri khas dalam perdagangan dunia minyak kedelai adalah
kedelai dan impor dilakukan untuk menutupi kekurangan antara volume produksi
dibandingkan dengan tiga minyak nabati lainnya, baik di sekor pangan, di industri
utama dengan kumulatif share lebih dari 85% dari total ekspor di pasar dunia
minyak kedelai. EU-15, China, India dan Iran merupakan empat negara importir
119
utama dengan kumulatif share sekitar 48.1% dari total impor dunia minyak
kedelai.
90% dari produksi minyak kedelai Argentina ditujukan untuk pasar ekspor dan
sisanya sekitar 10% diserap oleh pasar domestik. Keragaan ekspor dan konsumsi
Tabel 12. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Minyak
Kedelai Argentina, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Ekspor M. Kedelai Argentina (XKA)
Harga ekspor riil minyak kedelai Argentina HEKA 0.16354 0.44 - 0.015 -
Harga domestik riil minyak kedelai Argentina HDKA -0.41667 -0.78 - 0.027 -
Nilai tukar riil Argentina ERA 10.76324 0.29 - 0.006 -
Produksi minyak kedelai Argentina PRODKA 0.90919 38.32 A 1.007 -
R2 = 0.996 R2-Adj = 0.996 F-hitung = 1447.53 Dw = 1.30475 dh = -
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
(HDKA), nilai tukar dan produksi minyak kedelai Argentina (PRODKA). Seluruh
Argentina sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara
bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka ekspor minyak kedelai Argentina
120
dipengaruhi secara nyata oleh volume produksi dan konsumsi minyak kedelai
60% dari produksi minyak kedelai Brasil diserap oleh pasar domestik dan sisanya
sekitar 40% ditujukan untuk pasar ekspor. Keragaan ekspor dan konsumsi minyak
kedelai Brasil disajikan pada Tabel 13. Ekspor minyak kedelai Brasil (XKB)
dipengaruhi oleh harga ekspor minyak kedelai Brasil (HEKB), harga domestik
minyak kedelai Brasil (HDKB), nilai tukar (ERB), produksi (PRODKB) dan lag
menerangkan keragaman ekspor minyak kedelai Brasil sebesar 91% dan seluruh
sedangkan perubahan pada variabel eksogen lainnya tidak memiliki dampak yang
Tabel 13. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Minyak
Kedelai Brasil, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Ekspor M. Kedelai Brasil (XKB)
Intercept -723.471 -1.87
Harga ekspor riil minyak kedelai
HEKB 0.22970 0.58 - 0.061 0.069
Brasil
Stok minyak kedelai Brasil HDKB -0.41627 -0.89 - 0.062 0.071
Nilai tukar riil Brasil ERB 100.416 1.48 E 0.103 0.116
Produksi minyak kedelai Brasil PRODKB 0.44095 4.88 A 1.087 1.231
Lag ekspor minyak kedelai Brasil LXKB 0.11675 0.71 -
R2 = 0.905 R2-Adj =0.886 F-hitung = 42.50 Dw = 1.69325 dh = 1.43
Konsumsi M. Kedelai Brasil (CKB)
Intercept -903.105 -1.57
Harga domestik riil minyak kedelai
HDKB -0.197 -0.61 - 0.020 0.065
Brasil
Rasio laju peningkatan harga
domestik riil m. kedelai Brasil thd
RRHDKBRHCOW -2.176 -2.72 B 0.002 0.006
laju peningkatan harga dunia riil
minyak bumi
Populasi Brasil POPB 11.50532 1.98 C 0.629 1.986
Lag konsumsi minyak kedelai Brasil LCKB 0.68321 3.80 A
R2 = 0.961 R2-Adj = 0.954 F-hitung = 130.52 Dw = 1.78403 dh = 1.39
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
(HDKB), rasio laju pertumbuhan harga domestik minyak kedelai Brasil terhadap
dan lag konsumsi. Seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan
jangka pendek, konsumsi minyak kedelai Brasil tidak bersifat responsif terhadap
namun hanya sekitar 10% dari produksi yang ditujukan untuk pasar ekspor.
Keragaan ekspor dan konsumsi minyak kedelai Amerika Serikat disajikan pada
Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Minyak
Kedelai Amerika Serikat, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Ekspor M. Kedelai USA (XKUSA)
Intercept 441.8021 1.08
Laju pertumbuhan harga ekspor riil
RHEKUSA 65.1056 0.21 - 0.001 -
minyak kedelai USA
Harga domestik riil minyak kedelai
HDKUSA -0.27971 -0.56 - 0.217 -
USA
Produksi minyak kedelai USA PRODKUSA 0.07796 1.88 C 0.741 -
R2 = 0.139 R2-Adj = 0.021 F-hitung = 1.18 Dw = 1.72575 dh = -
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
ekspor minyak kedelai Amerika Serikat sebesar 14% dan seluruh variabel
memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama pada taraf 35%. Pada jangka
pendek, ekspor minyak kedelai Amerika Serikat relatif lebih responsif terhadap
123
harga relatif antara harga domestik minyak kedelai Amerika Serikat dan harga
keragaman konsumsi minyak kedelai Amerika Serikat sebesar 99% dan seluruh
produksi domestik dan konsumsi. Keragaan impor dan konsumsi minyak kedelai
China disajikan pada Tabel 15. Impor minyak kedelai China dipengaruhi oleh
harga impor, konsumsi minyak kedelai dan lag impor. Seluruh variabel eksogen
mampu menerangkan keragaman impor minyak kedelai China sebesar 90% dan
China (POPC) dan lag konsumsi (LCKC). Seluruh variabel eksogen yang
eksogen. Pada jangka panjang, konsumsi minyak kedelai China bersifat responsif
Tabel 15. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Kedelai China, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Kedelai China (MKC)
Harga impor minyak kedelai China HMKC -0.29663 -0.74 - 0.090 0.222
Konsumsi minyak kedelai China CKC 0.34625 2.09 B 0.566 1.392
Lag impor minyak kedelai China LMKC 0.59331 3.22 A
R2 = 0.900 R2-Adj = 0.887 F-hitung = 69.29 Dw = 1.86206 dh = 1.02
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
produsen minyak kedelai. Seperti halnya China, kegiatan impor ditujukan untuk
dan konsumsi minyak kedelai EU-15 disajikan pada Tabel 16. Impor minyak
kedelai EU-15 (MSEU) dipengaruhi oleh harga impor (HMKEU), nilai tukar
(EREU) dan konsumsi minyak kedelai EU-15 (CKEU). Seluruh variabel eksogen
125
mampu menerangkan keragaman impor minyak kedelai EU-15 sebesar 83% dan
nilai t-hitung, impor minyak kedelai EU-15 hanya dipengaruhi secara nyata oleh
konsumsi. Pada jangka pendek impor minyak kedelai EU-15 bersifat responsif
Tabel 16. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Kedelai EU-15, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Kedelai EU-15 (MKEU)
Harga impor riil minyak kedelai EU-15 HMKEU -0.303 -0.35 - 0.201 -
Nilai tukar EU-15 EREU -91.323 -0.71 - 0.078
Konsumsi minyak kedelai EU-15 CKEU 0.7022 2.19 B 1.279 -
2 2
R = 0.831 R -Adj = 0.809 F-hitung = 37.73 Dw = 0.26645 dh = -
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
minyak kedelai (HMKEU), harga impor minyak rapeseed (HMRC), harga impor
minyak biji bunga matahari (HMMEU), laju pertumbuhan harga dunia minyak
minyak kelapa sawit EU-15 sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan
EU-15, kemudian terhadap perubahan harga impor minyak kedelai, diikuti respon
terhadap perubahan harga impor minyak rapeseed dan terhadap perubahan harga
Amerika Serikat, China, Argentina dan Brasil. Impor minyak kedelai utamanya
Keragaan impor dan konsumsi minyak kedelai India disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Kedelai India, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Kedelai India (MKID)
Intercept 64.95581 0.60
Harga impor riil minyak kedelai India HMKID -0.07863 -0.56 - 0.034 -
Produksi minyak kedelai India PRODKID -0.96035 -10.51 A 0.934 -
Konsumsi minyak kedelai India CKID 0.98603 20.95 A 1.914 -
R2 = 0.976 R2-Adj =0.973 F-hitung = 298.23 Dw = 2.54498 dh = -
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
kedelai India sebesar 98% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata
India dipengaruhi secara nyata oleh produksi dan volume konsumsi, namun hanya
kedelai India (HMKID), harga impor minyak kelapa sawit India (HMSID), harga
dunia minyak bumi (HCOW), populasi India (POPID) dan lag konsumsi
sebesar 92% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-
sama. Pada jangka pendek, konsumsi minyak kedelai India hanya bersifat
responsif terhadap perubahan harga dunia minyak bumi. Sedangkan pada jangka
200 ribu ton per tahun, sedangkan konsumsi sekitar 2 kali dari volume produksi
antara produksi domestik dan konsumsi. Keragaan impor dan konsumsi minyak
Impor minyak kedelai Iran (MKIR) dipengaruhi oleh harga impor minyak
kedelai Iran (HMKIR), produksi (PRODKIR), konsumsi (CKIR) dan lag impor
keragaman impor minyak kedelai India sebesar 99% dan seluruh variabel
maka impor minyak kedelai Iran dipengaruhi secara nyata oleh produksi dan
Tabel 18. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Kedelai Iran, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Kedelai Iran (MKIR)
Harga impor riil minyak kedelai Iran HMKIR -0.0629 -0.84 - 0.054 0.059
Produksi minyak kedelai Iran PRODKIR -1.07570 -3.88 A 0.405 0.444
Konsumsi minyak kedelai Iran CKIR 1.10631 9.33 A 1.257 1.376
Lag impor minyak kedelai Iran LMKIR 0.08650 0.78 -
R2 = 0.989 R2-Adj = 0.987 F-hitung = 503.02 Dw = 1.54266 dh = 1.41
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
minyak kedelai Iran (HMKIR), harga impor minyak biji bunga matahari Iran
konsumsi minyak kedelai Iran sebesar 98% dan seluruh variabel memberikan
Keragaan harga dunia, harga ekspor dan harga domestik negara eksportir
Tabel 19. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Harga Dunia, Harga Ekspor dan
Harga Domestik Negara Eksportir serta Harga Impor Negara Importir
Minyak Kedelai, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Harga Dunia Minyak Kedelai (HKW)
Intercept 182.7619 1.90
Ekspor dunia minyak kedelai XKW -0.0342 -0.70 - 0.656 1.280
Impor dunia minyak kedelai MKW 0.05141 0.98 - 0.848 1.654
Lag harga dunia riil minyak kedelai LHKW 0.48747 2.43 B
R2 =0.461 R2-Adj = 0.387 F-hitung = 6.26 Dw = 1.43679 dh = -
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
130
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
minyak kedelai (XKW), impor dunia minyak kedelai (MKW) dan lag harga dunia
keragaman harga dunia minyak kedelai sebesar 46% dan seluruh variabel
Secara umum, harga ekspor dan harga impor dipengaruhi secara nyata oleh
harga dunia minyak kedelai. Seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam
131
sama, kecuali untuk persamaan harga ekspor minyak kedelai Brasil (HEKB) yang
berpengaruh nyata pada taraf 10%. Harga domestik di negara eksportir secara
umum dipengaruhi oleh harga ekspor dan konsumsi pada taraf nyata 10%-15%.
Tarif impor berpengaruh nyata dalam persamaan harga impor minyak kedelai Iran
dunia minyak kedelai terutama terjadi di Argentina terkait serapan pasar ekspor
sekitar 90% dari produksi minyak kedelai Argentina. Besaran respon harga ekspor
dan Brasil. Fenomena ini terkait dengan kebijakan subsidi ekspor oleh pemerintah
harga dunia minyak kedelai terutama terjadi di Iran diikuti oleh India, EU-15 dan
China.
dunia minyak hayati. Selain sekor pangan, penggunaan utama minyak rapeseed di
negara produsen dan negara importir utama adalah sebagai sumber bahan bakar
alternatif minyak bumi (ket: biodiesel). Seperti halnya minyak kedelai, ciri khas
konsumi.
dengan kumulatif share dari kedua negara sekitar 73.1% dari total ekspor di pasar
dunia minyak rapeseed. Dari sisi produksi, Kanada merupakan negara produsen
ketiga terbesar setelah China dan India, sedangkan Amerika Serikat termasuk
kedalam 10 besar negara produsen, antara lain bersama dengan Jepang, Meksiko,
eksportir, juga berperan sebagai negara importir utama bersama dengan EU-15
dan China dengan kumulatif share dari ketiganya sekitar 70.22% dari total impor
dunia minyak rapeseed. Impor yang dilakukan oleh Amerika Serikat lebih
Amerika Serikat lebih ditujukan untuk pasar ekspor. Amerika Serikat dan Kanada
sebagai produsen minyak rapeseed ketiga terbesar setelah China dan India. Sekitar
65% dari produksi minyak rapeseed Kanada ditujukan untuk pasar ekspor dan
sisanya diserap oleh pasar domestik. Keragaan ekspor dan konsumsi minyak
rapeseed Kanada disajikan pada Tabel 20. Ekspor minyak rapeseed Kanada
nilai t-hitung, maka ekspor minyak rapeseed Kanada dipengaruhi secara nyata
oleh volume produksi dan lag ekspor minyak rapeseed Kanada. Pada jangka
Tabel 20. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Minyak
Rapeseed Kanada, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Ekspor M. Rapeseed Kanada (XRCD)
Laju pertumbuhan harga ekspor riil minyak
RHERCD 5.12373 0.04 - 0.0001 0.0002
rapeseed Kanada
Harga domestik riil minyak rapeseed
HDRCD -0.32645 -2.56 B 0.202 0.346
Kanada
Produksi inyak rapeseed Kanada PRODRCD 0.58309 4.09 A 0.843 1.440
Lag ekspor minyak rapeseed Kanada LXRCD 0.41475 2.88 A
R2 = 0.984 R2-Adj = 0.981 F-hitung = 339.59 Dw = 1.09184 dh = 3.41
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
keragaman konsumsi minyak rapeseed Kanada sebesar 76% dan seluruh variabel
terbesar, juga berperan sebagai negara importir terbesar. Impor yang dilakukan
domestik minyak rapeseed Amerika Serikat lebih ditujukan untuk pasar ekspor.
Tabel 21. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Minyak
Rapeseed Amerika Serikat, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Ekspor M. Rapeseed USA (XRUSA)
Harga ekspor riil minyak rapeseed
HERUSA 0.06699 0.14 - 0.273 -
USA
Harga domestik riil minyak
HDRUSA -0.05650 -0.13 - 0.263 -
rapeseed USA
Produksi minyak rapeseed USA PRODRUSA 0.43160 6.56 A 0.989 -
R2 =0.878 R2-Adj = 0.862 F-hitung = 55.34 Dw = 1.577725 dh = -
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
harga domestik minyak rapeseed Amerika Serikat (HDRUSA), harga relatif antara
harga domestik minyak rapeseed Amerika Serikat terhadap harga dunia minyak
Amerika Serikat sebesar 89% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata
rapeseed, juga berperan sebagai negara importir. Telah dikemukakan pada sub bab
5.4.1.2 bahwa ekspor minyak rapeseed Amerika Serikat lebih diutamakan dari
domestik. Keragaan impor minyak rapeseed Amerika Serikat disajikan pada Tabel
22. Impor minyak rapeseed Amerika Serikat (MRUSA) dipengaruhi oleh harga
136
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
antara produksi domestik dan konsumsi. Keragaan impor dan konsumsi minyak
rapeseed EU-15 disajikan pada Tabel 23. Impor minyak rapeseed EU-15 (MREU)
dipengaruhi oleh harga impor (HMREU) dan konsumsi minyak rapeseed EU-15
minyak rapeseed EU-15 sebesar 74% dan seluruh variabel memberikan pengaruh
nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka impor minyak
137
rapeseed EU-15 dipengaruhi secara nyata oleh konsumsi dan bersifat responsif
minyak rapeseed EU-15 (HMREU), harga impor minyak kelapa sawit EU-15
(HMSEU), harga dunia minyak bumi, populasi dan lag konsumsi minyak rapeseed
impor minyak kelapa sawit EU-15 sebesar 94% dan seluruh variabel memberikan
harga harga impor minyak rapeseed EU-15 dan harga impor minyak kelapa sawit
EU-15 maupun perubahan harga dunia minyak bumi tidak memiliki dampak yang
Tabel 23. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Rapeseed EU-15, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Rapeseed EU-15 (MREU)
Intercept 154.2939 0.34
Harga impor riil minyak rapeseed EU-15 HMREU -0.72911 -0.83 - 0.245 -
Konsumsi minyak rapeseed EU-15 CREU 0.98663 6.86 A 1.170 -
R2 =0.742 R2-Adj = 0.719 F-hitung = 33.07 Dw = 0.718025 dh = -
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
138
halnya impor minyak rapeseed oleh negara-negara EU-15, impor lebih ditujukan
rapeseed China. Keragaan impor dan konsumsi minyak rapeseed China disajikan
Tabel 24. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Rapeseed China, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Rapeseed China (MRC)
Intercept 41.04146 0.20
Harga impor riil minyak rapeseed China HMRC -0.02139 -0.06 - 0.061 0.085
Produksi minyak rapeseed China PRODRC -0.44848 -3.08 A 3.127 4.395
Konsumsi minyak rapeseed China CRC 0.45713 3.14 A 9.886 13.895
Lag impor minyak rapeseed China LMRC 0.28850 1.70 D
R2 = 0.515 R2-Adj = 0.422 F-hitung = 5.57 Dw = 1.726645 dh = 1.39
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
(HMRC), produksi (PRODRC), konsumsi (CRC) dan lag impor minyak rapeseed
minyak rapeseed China sebesar 51% dan seluruh variabel memberikan pengaruh
rapeseed China dipengaruhi secara nyata oleh volume konsumsi dan produksi dan
minyak rapeseed China (HMRC), harga impor minyak kedelai China (HMKC),
tingkat pendapatan perkapita (IPC), populasi (POPC) dan lag konsumsi minyak
konsumsi sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara
lainnya.
Keragaan harga dunia, harga ekspor dan harga domestik negara eksportir
minyak rapeseed (XRW), impor dunia minyak rapeseed (MRW), tren dan lag
menerangkan keragaman harga dunia minyak rapeseed sebesar 61% dan seluruh
dunia minyak kelapa sawit dan harga dunia minyak kedelai, harga dunia minyak
rapeseed relatif lebih responsif terhadap perubahan impor dunia minyak rapeseed
Tabel 25. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Harga Dunia, Harga Ekspor dan
Harga Domestik Negara Eksportir serta Harga Impor Negara Importir
Minyak Rapeseed, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Harga Dunia Minyak Rapeseed (HRW)
Intercept 143.691 1.61
Ekspor dunia minyak rapeseed XRW -0.01026 -0.09 - 0.051 0.110
Impor dunia minyak rapeseed MRW 0.06244 0.60 - 0.308 0.669
Lag harga dunia riil minyak rapeseed LHRW 0.53913 2.71 B
R2 = 0.578 R2-Adj = 0.520 F-hitung = 10.02 Dw = 1.62412 dh = -
Harga Ekspor Minyak Rapeseed Kanada (HERCD)
Harga dunia riil minyak rapeseed HRW 0.63647 4.60 A 0.710 1.554
Subsidi ekspor minyak rapeseed Kanada SERCD 0.07983 0.05 - 0.002 0.004
Ekspor minyak rapeseed Kanada XRCD -0.15465 -2.89 A 0.264 0.578
Lag harga ekspor riil m. rapeseed Kanada LHERCD 0.54299 5.22 A
R2 = 0.990 R2-Adj =0.988 F-hitung = 520.32 Dw = 1.50523 dh = 1.49
Harga Domestik Minyak Rapeseed Kanada (HDRCD)
Harga ekspor riil minyak rapeseed Kanada HERCD 0.99081 8.95 A 0.935 0.998
Produksi minyak rapeseed Kanada PRODRCD -0.00435 -0.13 - 0.010 0.011
Konsumsi minyak rapeseed Kanada CRCD 0.01583 0.13 - 0.011 0.012
Lag harga domestik riil m. rapeseed Kanada LHDRCD 0.06318 0.57 -
R2 = 0.994 R2-Adj = 0.993 F-hitung = 928.57 Dw = 2.09352 dh = -0.29
Harga Ekspor Minyak Rapeseed USA (HERUSA)
Harga dunia riil minyak rapeseed HRW 0.85528 3.60 A 0.823 -
Subsidi ekspor minyak rapeseed USA SERUSA 8.44879 1.63 D 0.283 -
Ekspor minyak rapeseed USA XRUSA -0.42908 -0.99 - 0.105 -
R2 = 0.963 R2-Adj = 0.959 F-hitung = 201.49 Dw = 1.26917 dh = -
Harga Domestik Minyak Rapeseed USA (HDRUSA)
Intercept 7.2491 0.25
Harga ekspor riil minyak rapeseed USA HERUSA 1.06582 23.49 A 0.932 -
Harga impor riil minyak rapeseed USA HMRUSA 0.01347 0.31 - 0.011 -
Penawaran domestik minyak rapeseed USA SDRUSA -0.02424 -0.13 - 0.032 -
Konsumsi minyak rapeseed USA CRUSA 0.06654 0.34 - 0.080 -
R2 = 0.973 R2-Adj =0.968 F-hitung = 187.98 Dw = 1.98112 dh = -
Harga Impor Minyak Rapeseed USA (HMRUSA)
Harga dunia riil minyak rapeseed HRW 0.68018 12.82 A 0.722 -
Tarif impor minyak rapeseed USA TMRUSA 7.41229 7.15 A 0.279 -
R2 = 0.993 R2-Adj = 0.992 F-hitung = 1710.53 Dw = 1.111695 dh = -
Harga Impor Minyak Rapeseed China (HMRC)
Intercept 127.0903 1.37
Harga dunia riil minyak rapeseed HRW 0.60588 5.61 A 0.651 -
Tarif impor minyak rapeseed China TMRC 3.95628 2.47 B 0.124 -
R2 =0.58397 R2-Adj = 0.5478 F-hitung = 16.14 Dw = 1.544718 dh = -
Harga Impor Minyak Rapeseed EU-15 (HMREU)
Harga dunia riil minyak rapeseed HRW 0.79819 9.67 A 0.769 -
Tarif impor minyak rapeseed EU-15 TMREU 7.03710 3.56 A 0.231 -
R2 = 0.990 R2-Adj = 0.989 F-hitung = 1232.48 Dw = 0.799112 dh = -
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
141
Harga ekspor dipengaruhi secara nyata oleh harga dunia minyak rapeseed
dan harga domestik di negara eksportir dipengaruhi secara nyata oleh harga
ekspor. Selain harga dunia, hambatan perdagangan yang diterapkan oleh negara
importir secara umum berpengaruh nyata terhadap harga impor. Respon harga
pasar dunia minyak hayati. Selain sekor pangan, penggunaan minyak biji bunga
matahari di negara produsen dan negara importir utama adalah sebagai bahan
baku industri oleokimia yang pada awalnya berbasis minyak bumi. Seperti halnya
minyak kedelai dan minyak rapeseed, ciri khas dalam perdagangan dunia minyak
biji bunga matahari adalah negara importir utama umumnya merupakan negara
produsen minyak biji bunga matahari dan impor dilakukan untuk menutupi
Ukraina, Rusia dan Argentina merupakan tiga negara produsen dan negara
data maka di dalam penelitian ini negara eksportir minyak biji bunga matahari
hanya diwakili oleh Argentina yang memiliki share di pasar ekspor dunia sekitar
31.08%. Dari sisi negara importir, EU-15, Mesir dan Iran merupakan negara-
142
negara importir utama minyak biji bunga matahari dengan kumulatif share dari
ketiganya sekitar 39.92% dari total impor dunia minyak biji bunga matahari.
minyak biji bunga matahari setelah Ukraina dan Rusia. Sekitar 65% dari produksi
minyak biji bunga matahari Argentina ditujukan untuk pasar ekspor dan sisanya
diserap oleh pasar domestik. Keragaan ekspor dan konsumsi minyak biji bunga
Tabel 26. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Minyak
Biji Bunga Matahari Argentina, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Ekspor Minyak Biji Bunga Matahari Argentina (XMA)
Intercept -27.2357 -0.27
Harga ekspor riil minyak biji bunga matahari
HEMA 0.06514 0.38 - 0.037 0.037
Argentina
Harga domestik riil minyak biji bunga
HDMA -0.22921 -0.70 - 0.060 0.061
matahari Argentina
Pajak ekspor minyak biji bunga matahari
PEMA -2.04815 -0.66 - 0.026 0.026
Argentina
Produksi minyak biji bunga matahari
PRODMA 0.79406 14.62 A 1.064 1.076
Argentina
Lag ekspor minyak biji bunga matahari
LXMA 0.01192 0.21 -
Argentina
2
R = 0.965 R2-Adj = 0.956 F-hitung = 108.85 Dw =2.43547 dh = -1.16
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
harga ekspor minyak biji bunga matahari Argentina (HEMA), harga domestik
(HDMA), pajak ekspor (PEMA), produksi (PRODMA) dan lag ekspor minyak
143
Dilihat dari nilai t-hitung, maka ekspor minyak biji bunga matahari Argentina
dipengaruhi secara nyata oleh volume produksi dan bersifat responsif terhadap
dampak yang besar terhadap ekspor minyak biji bunga matahari Argentina.
harga relatif antara harga domestik minyak biji bunga matahari Argentina
minyak bumi (HCOW) dan populasi (POPA). Seluruh variabel eksogen yang
minyak biji bunga matahari Argentina sebesar 96% dan seluruh variabel
matahari Argentina relatif lebih responsif terhadap perubahan harga dunia minyak
perubahan harga relatif antara harga domestik minyak biji bunga matahari
produsen minyak biji bunga matahari. Kegiatan impor ditujukan untuk menutupi
konsumsi minyak biji bunga matahari EU-15 disajikan pada Tabel 27. Impor
144
minyak biji bunga matahari EU-15 (MSEU) dipengaruhi oleh harga impor
minyak biji bunga matahari EU-15 (CMEU) dan impor tahun sebelumnya
minyak biji bunga matahari EU-15 sebesar 95% dan seluruh variabel memberikan
pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka impor
minyak biji bunga matahari EU-15 dipengaruhi secara nyata oleh jumlah
produksi, konsumsi dan impor minyak biji bunga matahari EU-15 tahun
sebelumnya. Impor minyak biji bunga matahari EU-15 hanya bersifat responsif
terhadap perubahan konsumsi dan produksi minyak biji bunga matahari EU-15
Tabel 27. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Biji Bunga Matahari EU-15, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Biji Bunga Matahari EU-15 (MMEU)
Intercept 30.13 0.12
Harga impor riil minyak biji bunga matahari
HMMEU -0.18123 -0.52 - 0.066 0.189
EU-15
Produksi minyak biji bunga matahari EU-15 PRODMEU -0.30879 -2.95 A 0.340 0.973
Konsumsi minyak biji bunga matahari EU-15 CMEU 0.76196 3.34 A 0.790 2.259
Lag impor minyak biji bunga matahari
LMMEU 0.65020 5.17 A
EU-15
2
R = 0.952 R2-Adj = 0.943 F-hitung = 103.73 Dw = 0.80779 dh = 3.96
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
145
harga relatif antara harga impor minyak biji bunga matahari terhadap harga impor
sebesar 92% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-
sama. Berdasarkan nilai t-hitung, konsumsi minyak biji bunga matahari EU-15
dipengaruhi secara nyata oleh tingkat pendapatan perkapita, harga relatif antara
harga impor minyak biji bunga matahari terhadap harga impor minyak rapeseed
EU-15 dan harga impor minyak kedelai EU-15 berturut-turut pada taraf 1%, 5%
dan 10%. Pada jangka pendek, konsumsi minyak biji bunga matahari EU-15
Seperti halnya impor minyak biji bunga matahari oleh negara-negara EU-15,
dan konsumsi. Produksi domestik minyak biji bunga matahari Mesir sekitar 10%
dari konsumsi. Keragaan impor dan konsumsi minyak biji bunga matahari Mesir
Impor minyak biji bunga matahari Mesir (MMMS) dipengaruhi oleh laju
pertumbuhan harga impor minyak biji bunga matahari Mesir (RHMMMS), nilai
tukar (ERMS), dan konsumsi minyak biji bunga matahari Mesir (CMMS).
bunga matahari Mesir sebesar 42% dan seluruh variabel memberikan pengaruh
146
nyata secara bersama-sama. Impor minyak biji bunga matahari Mesir tidak
Tabel 28. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Biji Bunga Matahari Mesir, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Biji Bunga Matahari Mesir (MMMS)
Intercept 353.30 7.03
Laju pertumbuhan harga impor riil minyak
RHMMMS -2.37764 -0.06 - 0.0005 -
biji bunga matahari Mesir
Nilai tukar riil Mesir ERMS -27.90140 -3.16 A 0.705 -
Konsumsi minyak biji bunga matahari Mesir CMMS 82.52237 2.77 B 0.112 -
R2 = 0.419 R2-Adj = 0.340 F-hitung = 5.28 Dw = 0.75121 dh = -
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
Konsumsi minyak biji bunga matahari Mesir dipengaruhi oleh harga impor
(HMMMS), nilai tukar (ERMS), populasi (POPMS) dan lag konsumsi minyak biji
pengaruh nyata secara bersama-sama pada taraf 10%. Konsumsi minyak biji
bunga matahari Mesir tidak bersifat responsif terhadap seluruh variabel eksogen
matahari. Produksi domestik Iran sekitar 10% dari konsumsi dan sisanya dipenuhi
dari impor. Keragaan impor dan konsumsi minyak biji bunga matahari Iran
Tabel 29. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Biji Bunga Matahari Iran, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Biji Bunga Matahari Iran (MMIR)
Harga impor riil minyak biji bunga
HMMIR -0.0027 -0.13 - 0.011 -
matahari Iran
Produksi minyak biji bunga matahari Iran PRODMIR -0.9289 -1.04 - 0.119 -
Konsumsi minyak biji bunga matahari Iran CMIR 1.14492 27.67 A 1.131 -
R2 = 0.987 R2-Adj = 0.986 F-hitung = 605.99 Dw = 1.39649 dh = -
Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari Iran (CMIR)
Harga relatif harga impor riil minyak biji
bunga matahari Iran terhadp harga impor RHMMKIR -7.97627 -0.13 - 0.002 0.004
riil minyak kedelai Iran
Populasi Iran POPIR 1.27381 0.93 - 0.628 1.330
Lag konsumsi minyak biji bunga matahari
LCMIR 0.52763 2.84 A
Iran
2
R = 0.724 R2-Adj = 0.688 F-hitung = 20.14 Dw = 2.04513 dh = -0.36
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
Impor minyak biji bunga matahari Iran (MMIR) dipengaruhi oleh harga
impor minyak biji bunga matahari Iran sebesar 99% dan seluruh variabel
maka impor minyak biji bunga matahari Iran dipengaruhi secara nyata dan bersifat
harga relatif antara harga impor minyak biji bunga matahari Iran terhadap harga
148
impor minyak kedelai Iran (RHMMKIR), populasi (POPIR) dan lag konsumsi
konsumsi sebesar 72% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara
Keragaan harga dunia, harga ekspor dan harga domestik negara eksportir
serta harga impor minyak biji bunga matahari negara importir di dalam model
Harga dunia minyak biji bunga matahari (HMW) dipengaruhi oleh ekspor
dunia minyak biji bunga matahari (XMW) dan impor dunia minyak biji bunga
harga dunia minyak biji bunga matahari sebesar 99% dan seluruh variabel
memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Harga dunia minyak biji bunga
Secara umum, harga ekspor dan harga impor dipengaruhi secara nyata oleh
harga dunia minyak biji bunga matahari. Seluruh variabel eksogen yang
terhadap harga impor. Respon harga ekspor minyak biji bunga matahari Argentina
terhadap perubahan harga dunia minyak biji bunga matahari pada jangka panjang
149
realtif bersifat unitary elastis. terhadap. Di negara importir, respon harga impor
terhadap perubahan harga dunia minyak biji bunga matahari terutama terjadi di
Tabel 30. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Harga Dunia, Harga Ekspor dan
Harga Domestik Negara Eksportir serta Harga Impor Negara Importir
Minyak Biji Bunga Matahari, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Harga Dunia Minyak Biji Bunga Matahari (HMW)
Intercept 380.010 4.20
Ekspor dunia minyak biji bunga matahari XMW -0.15911 -1.26 F 0.951 -
Impor dunia minyak biji bunga matahari MMW 0.24390 1.76 C 1.401 -
R2 = 0.254 R2-Adj =0.189 F-hitung = 3.91 Dw = 0.99889 dh = -
Harga Ekspor Minyak Biji Bunga Matahari Argentina (HEMA)
Intercept 107.328 1.71
Harga dunia riil minyak biji bunga matahari HMW 0.55005 6.79 A 0.633 0.776
Lag harga ekspor riil minyak biji bunga
LHEMA 0.18394 1.59 D
matahari Argentina
2
R = 0.747 R2-Adj = 0.725 F-hitung = 33.88 Dw = 1.16106 dh = 2.64
Harga Domestik Minyak Biji Bunga Matahari Argentina (HDMA)
Harga ekspor riil minyak biji bunga matahari
HEMA 0.16283 2.65 B 0.402 1.060
Argentina
Penawaran domestik minyak biji bunga
SDMA -0.32333 -1.21 F 0.490 1.292
matahari Argentina
Konsumsi minyak biji bunga matahari
CMA 0.39914 1.06 - 0.555 1.465
Argentina
Lag harga domestik riil minyak biji bunga
LHDMA 0.62105 3.78 A
matahari Argentina
R2 = 0.982 R2-Adj = 0.978 F-hitung = 295.83 Dw = 2.32743 dh = -1.52
Harga Impor Minyak Biji Bunga Matahari EU-15 (HMMEU)
Intercept 336.7428 1.30
Harga dunia riil minyak biji bunga matahari HMW 0.48681 3.98 A 0.470 -
Tarif impor m. biji bunga matahari EU-15 TMMEU 2.017 0.22 - 0.059 -
R2 = 0.493 R2-Adj = 0.449 F-hitung = 11.18 Dw = 0.98668 dh = -
Harga Impor Minyak Biji Bunga Matahari Mesir (HMMMS)
Harga dunia riil minyak biji bunga matahari HMW 0.35947 2.75 B 0.427 0.653
Tarif impor minyak biji bunga matahari
TMMMS 7.69090 2.44 B 0.205 0.313
Mesir
Lag harga impor riil minyak biji bunga
LHMMMS 0.34577 2.07 B
matahari Mesir
2
R =0.960 R2-Adj = 0.955 F-hitung = 186.17 Dw = 1.66138 dh = 1.64
Harga Impor Minyak Biji Bunga Matahari Iran (HMMIR)
Harga dunia riil minyak biji bunga matahari HMW 0.29513 2.32 B 0.341 0.639
Tarif impor minyak biji bunga Matahari Iran TMMIR 5.42226 2.55 B 0.166 0.310
Lag harga impor riil minyak biji bunga
LHMMIR 0.46567 2.75 B
matahari Iran
2
R = 0.979 R2-Adj = 0.977 F-hitung = 366.87 Dw = 1.906567 dh = 0.47
Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
VI. RAMALAN HARGA DUNIA MINYAK NABATI DAN
KERAGAAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT
INDONESIA TAHUN 2012-2025
rapeseed dan minyak biji bunga matahari di pasar dunia minyak nabati periode
tahun 2003-2008 dan ramalan tahun 2012-2025 disajikan pada Gambar 13.
Neraca perdagangan minyak nabati di pasar dunia tahun 2003-2008 dan ramalan
selisih antara volume ekspor dunia dan volume impor dunia). Hasil peramalan
selengkapnya disajikan pada Lampiran 13. Rekapitulasi rerata harga riil minyak
nabati dan minyak bumi periode tahun 1980-2003, tahun 1980-2008 dan tahun
1050
950
Minyak Nabati: USD/metric ton cif Rotterdam
Minyak Bumi: USd/barrel fob UK Brent
850
750
650
550
450
350
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2.75
2.25
1.75
juta metric ton
1.25
0.75
0.25
-0.25
-0.75
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
M. Kelapa Sawit M. Kedelai M. Rapeseed M. Bj. Matahari
Tabel 31. Rerata Harga Riil Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak
Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari dan Minyak Bumi di Pasar
Dunia Tahun 1980-2003, Tahun 1980-2008 dan Tahun 2003-2008 serta
Ramalan Tahun 2012-2025
Rerata
Rerata Rerata Rerata
Ramalan
Harga Dunia*) Harga Riil Harga Riil Harga Riil
Harga Riil
Th. 2003-2008 Th. 1980-2008 Th. 1980-2003
Th. 2012-2025
Keterangan: *) Satuan harga minyak nabati dalam USD/metric ton cif Rotterdam dan satuan
harga minyak bumi dalam USD/barrel fob UK Brent
Proyeksi harga riil keempat minyak nabati dan harga minyak bumi di pasar
dunia untuk periode tahun 2012-2025 cenderung memiliki pola pergerakan harga
yang sama dengan tren meningkat yang kecil. Tren peningkatan harga terbesar
152
dimiliki oleh harga dunia minyak kedelai, diikuti oleh harga dunia minyak
rapeseed, harga dunia minyak biji bunga matahari dan harga dunia minyak kelapa
oleh hasil peramalan harga dunia minyak bumi dan faktor eksternal lainnya (ket:
Rerata surplus perdagangan tahun 2012-2025 untuk minyak kelapa sawit sebesar
2.04 juta ton/tahun atau 5.07% dari rerata volume ekspor dunia minyak kelapa
sawit sebesar 40.20 juta ton/tahun, untuk minyak kedelai adalah 1.4 juta ton/tahun
atau 9.60% dari rerata volume ekspor dunia minyak kedelai sebesar 14.6 juta
ton/tahun, untuk minyak rapeseed sebesar 258.34 ribu ton/tahun atau 5.22% dari
rerata volume ekspor dunia minyak rapeseed sebesar 4.95 juta ton/tahun, dan
untuk minyak biji bunga matahari sebesar 85 ribu ton/tahun atau 1.51% dari rerata
volume ekspor dunia minyak biji bunga matahari sebesar 5.66 juta ton/tahun.
oleh respon harga dunia minyak nabati terhadap perubahan ekspor dan impor
dunia. Berdasarkan persamaan harga dunia minyak nabati seperti disajikan pada
bab 5, diketahui bahwa setiap minyak nabati memiliki respon berbeda terhadap
perubahan ekspor dan impor dunia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
153
dalam pembentukan harga dunia untuk masing-masing minyak nabati relatif lebih
responsif terhadap perubahan impor dunia daripada perubahan ekspor dunia, (2)
respon harga dunia terhadap perubahan ekspor dunia paling besar dimiliki oleh
harga dunia minyak kelapa sawit, diikuti oleh harga dunia minyak biji bunga
matahari, harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed, dan (3)
respon harga dunia terhadap perubahan impor dunia paling besar dimiliki oleh
harga dunia minyak biji bunga matahari, diikuti oleh harga dunia minyak kelapa
sawit, harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed. Pergerakan
neraca perdagangan dan harga riil di pasar dunia minyak nabati untuk masing-
2.75 800
2.25 700
600
1.75
USD/metric ton
500
juta metric ton
1.25
400
0.75
300
0.25
200
-0.25 100
-0.75 0
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2.25 900
800
1.75
700
1.25 600
USD/metric ton
juta metric ton
500
0.75
400
0.25 300
200
-0.25
100
-0.75 0
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
Neraca Perdagangan Dunia M. Kedelai Harga Dunia Riil M. Kedelai
2.25 1000
900
1.75
800
700
1.25
USD/metric ton
600
juta metric ton
0.75 500
400
0.25
300
200
-0.25
100
-0.75 0
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2.25 1000
900
1.75
800
700
1.25
USD/metric ton
600
juta metric ton
0.75 500
400
0.25
300
200
-0.25
100
-0.75 0
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
Neraca Perdagangan Dunia M. Matahari Harga Dunia Riil M. Matahari
penelitian ini meliputi: (1) luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal
dan (3) volume produksi, ekspor dan konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia.
Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman
hingga Gambar 21. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas
2012-2025 diproyeksikan memiliki tren meningkat, khususnya PBS dan PR. Tren
peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman kelapa
yaitu: untuk PBN 1.53%/tahun dan 2.15%/tahun, untuk PBS 2.79%/tahun dan
1000
900
800
700
600
ribu ha
500
400
300
200
100
0
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit PBN (LASIN) Luas Areal Kelapa Sawit TM PBN (LASMIN)
6000
5000
4000
ribu ha
3000
2000
1000
0
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit PBS (LASIS) Luas Areal Kelapa Sawit TM PBS (LASMIS)
4500
4000
3500
3000
2500
ribu ha
2000
1500
1000
500
0
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit PR (LASIR) Luas Areal Kelapa Sawit TM PR (LASMIR)
tahun 2003-2008 dan ramalan tahun 2012-2025 menurut pelaku usaha dan di
tingkat nasional seperti disajikan pada Gambar 22. Ramalan rerata pencapaian
4.12 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk PBN, 3.95 ton minyak kelapa
sawit/ha TM/tahun untuk PBS, 3.13 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk
PR, dan 3.64 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk tingkat nasional. Selain
respon harga dan pengaruh tambahan areal baru tanaman kelapa sawit
menghasilkan, tren produktivitas akan terkait dengan (1) komposisi umur tanaman
pelaku usaha, dan (2) pengaruh unmanageable factors seperti iklim. Secara teknis
yaitu fase tanaman muda (umur 4-5 tahun) , remaja (umur 6-8 tahun), dewasa
158
(umur 9-15tahun) dan fase tanaman tua (umur ≥16 tahun). Setiap kelompok fase
tanaman memiliki potensi produksi tandan buah segar (TBS) dan potensi
rendemen minyak kelapa sawit. Fase tanaman muda memiliki potensi produksi
TBS terendah, kemudian meningkat dengan pesat pada saat fase tanaman remaja,
mengalami puncak pada fase dewasa dan kemudian menurun secar gradual saat
memasuki fase tanaman tua. Sedangkan pola potensi rendemen minyak menurut
kelompok fase tanaman adalah semakin meningkat dengan semakin tuanya fase
tanaman.
4.5
ton minyak sawit/ha TM kelapa sawit/tahun
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
sawit Indonesia periode tahun 2003-2008 dan ramalan tahun 2012-2025 seperti
disajikan pada Gambar 23. Proyeksi produksi minyak kelapa sawit Indonesia
2.15%/tahun. Kondisi ini ini relatif berbeda dengan kondisi di tahun 2003-2008.
kelapa sawit Indonesia di masa depan, yaitu didalam menunjang kestabilan harga
35000
30000
25000
ribu ton/tahun
20000
15000
10000
5000
0
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
industri kelapa sawit. Selain pasar domestik, permintaan minyak kelapa sawit dan
produk turunannya diperkirakan akan terus meningkat, baik untuk pangan maupun
non pangan seiiring tren harga minyak bumi yang meningkat. Perkembangan
160
permintaan terutama diperkirakan akan datang dari Cina, India, Uni Eropa dan
Pakistan.
Sub bab 6.3 membahas dampak perubahan faktor eksternal dan kebijakan
dunia minyak nabati dan khususnya terhadap produksi, konsumsi dan ekspor
minyak kelapa sawit Indonesia. Ringkasan hasil simulasi peramalan tahun 2012-
2025 sesuai dengan skenario dalam Tabel 3 pada sub bab 4.5 seperti disajikan
Tabel 32.
HKW 699.70 706.80 1.0147 697.80 -0.2715 699.60 -0.0143 639.40 -8.6180
HRW 826.50 831.00 0.5445 820.20 -0.7623 823.40 -0.3751 823.00 -0.4235
HMW 839.00 843.80 0.5721 838.80 -0.0238 839.00 0.0000 832.00 -0.8343
HDSI 4921.00 4931.10 0.2052 4785.20 -2.7596 4920.60 -0.0081 4918.50 -0.0508
HESI 451.40 453.00 0.3545 430.40 -4.6522 451.40 0.0000 451.00 -0.0886
YIESIN 4.1234 4.1260 0.0631 4.0894 -0.8246 4.1233 -0.0024 4.1228 -0.0146
YIESIS 3.9454 3.9534 0.2028 3.8414 -2.6360 3.9451 -0.0076 3.9437 -0.0431
YIESIR 3.1276 3.1336 0.1918 3.0486 -2.5259 3.1274 -0.0064 3.1263 -0.0416
PRODSI 24697.30 24745.40 0.1948 24064.70 -2.5614 24695.70 -0.0065 24686.80 -0.0425
SDSI 9121.60 9123.10 0.0164 9103.60 -0.1973 9121.60 0.0000 9121.40 -0.0022
CSI 7205.70 7204.20 -0.0208 7226.10 0.2831 7205.80 0.0014 7206.10 0.0056
XSI 17436.80 17483.40 0.2673 16822.20 -3.5247 17435.20 -0.0092 17426.50 -0.0591
XSW 40200.90 40247.80 0.1167 41052.70 2.1189 40199.30 -0.0040 40190.60 -0.0256
MSW 38162.60 38247.20 0.2217 38369.20 0.5414 38159.70 -0.0076 38142.40 -0.0529
XKW 14601.60 14601.60 0.0000 14601.80 0.0014 14602.20 0.0041 15866.20 8.6607
MKW 13199.80 13276.00 0.5773 13179.00 -0.1576 13198.60 -0.0091 13390.90 1.4477
XRW 4953.10 4949.60 -0.0707 4957.90 0.0969 5210.70 5.2008 4956.10 0.0606
MRW 4694.80 4731.50 0.7817 4643.60 -1.0906 4712.40 0.3749 4666.80 -0.5964
XMW 5659.60 5659.00 -0.0106 5659.60 0.0000 5659.60 0.0000 5659.60 0.0000
MMW 5574.20 5593.30 0.3427 5573.30 -0.0161 5574.10 -0.0018 5545.50 -0.5149
161
HKW 699.70 698.80 -0.1286 636.40 -9.0467 698.90 -0.1143 699.40 -0.0429
HRW 826.50 826.20 -0.0363 813.40 -1.5850 823.70 -0.3388 825.40 -0.1331
HMW 839.00 812.70 -3.1347 805.50 -3.9928 838.90 -0.0119 839.00 0.0000
HDSI 4921.00 4914.70 -0.1280 4776.10 -2.9445 4863.00 -1.1786 5086.80 3.3692
HESI 451.40 450.40 -0.2215 429.00 -4.9623 442.50 -1.9716 445.50 -1.3070
YIESIN 4.1234 4.1221 -0.0315 4.0875 -0.8706 4.1076 -0.3832 4.1145 -0.2158
YIESIS 3.9454 3.9412 -0.1065 3.8353 -2.7906 3.8986 -1.1862 3.9175 -0.7072
YIESIR 3.1276 3.1243 -0.1055 3.0437 -2.6826 3.0929 -1.1095 3.2231 3.0535
PRODSI 24697.30 24670.60 -0.1081 24025.90 -2.7185 24418.30 -1.1297 24851.20 0.6231
SDSI 9121.60 9121.00 -0.0066 9102.70 -0.2072 8478.40 -7.0514 9116.10 -0.0603
CSI 7205.70 7206.60 0.0125 7227.30 0.2998 7214.70 0.1249 7181.10 -0.3414
XSI 17436.80 17410.60 -0.1503 16784.30 -3.7421 17801.00 2.0887 17596.10 0.9136
XSW 40200.90 40174.60 -0.0654 41014.50 2.0238 40563.80 0.9027 40359.70 0.3950
MSW 38162.60 38110.90 -0.1355 38294.40 0.3454 38254.40 0.2405 38199.50 0.0967
XKW 14601.60 14601.60 0.0000 15867.00 8.6662 14601.70 0.0007 14601.60 0.0000
MKW 13199.80 13189.70 -0.0765 13358.80 1.2046 13190.70 -0.0689 13196.00 -0.0288
XRW 4953.10 4953.30 0.0040 5218.70 5.3623 4955.30 0.0444 4953.90 0.0162
MRW 4694.80 4692.60 -0.0469 4631.00 -1.3590 4672.00 -0.4856 4685.60 -0.1960
XMW 5659.60 5832.90 3.0621 5833.00 3.0638 5659.60 0.0000 5659.60 0.0000
MMW 5574.20 5579.40 0.0933 5549.80 -0.4377 5573.80 -0.0072 5574.00 -0.0036
Keterangan:
- Besaran perubahan hasil simulasi dipengaruhi oleh share ekspor dan impor dalam perdagangan
dunia minyak nabati oleh negara eksportir dan importir yang digunakan dalam permodelan.
- Negara eksportir minyak kelapa sawit diwakili oleh Indonesia dan Malaysia dengan share
terhadap total ekspor dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 43.28% dan 45.70%. Negara
importir diwakili oleh China, EU-15, India dan Pakistan dengan share terhadap total impor
dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 16.58%, 15.68%, 17.06% dan 5.21%.
- Negara eksportir minyak kedelai diwakili oleh Argentina, Brasil dan Amerika Serikat dengan
share terhadap total ekspor dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 50.22%, 22.95% dan
11.46%. Negara importir diwakili oleh China, EU-15, India dan Iran dengan share terhadap
total impor dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 24.11%, 10.43%, 7.79% dan 3.94%.
- Negara eksportir minyak rapeseed diwakili oleh Kanada dan Amerika Serikat dengan share
terhadap total ekspor dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 59.53% dan 7.47%. Negara
importir diwakili oleh Amerika Serikat, EU-15 dan China dengan share terhadap total impor
dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 44.61%, 17.68% dan 11.36%.
- Negara eksportir minyak biji bunga matahari diwakili oleh Argentina dengan share terhadap
total ekspor dunia tahun 2008 sebesar 31.08%. Negara importir diwakili oleh EU-15, Mesir,
dan Iran dengan share terhadap total impor dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 29.54%,
6.05% dan 3.12%.
162
akhirnya diikuti oleh kenaikan harga dunia minyak nabati. Namun, kenaikan
harga dunia minyak nabati relatif lebih kecil dari kenaikan harga dunia minyak
bumi, kecuali untuk harga dunia minyak kedelai yang mengalami laju kenaikan
harga yang relatif sama dengan laju kenaikan harga dunia minyak bumi. Harga
dunia minyak kedelai memperoleh dampak yang paling besar dari kenaikan harga
dunia minyak bumi, diikuti oleh harga minyak biji bunga matahari, harga minyak
rapeseed dan harga minyak kelapa sawit. Selain karakteristik kimiawi yang
minyak bumi. Bagi industri kelapa sawit Indonesia, kenaikan harga dunia minyak
kelapa sawit akibat adanya kenaikan harga dunia minyak bumi menjadikan harga
ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia naik dan direspon
dan harga ekspor minyak kelapa sawit mendorong kenaikan volume ekspor.
pengaruhnya relatif lebih kecil daripada dampak kenaikan harga ekspor yang
menjadikan harga domestik naik yang diikuti oleh penurunan volume konsumsi
Malaysia sebesar 10%, mendorong naiknya ekspor dunia minyak kelapa sawit dan
kenaikan ekspor dunia minyak kelapa sawit menyebabkan penurunan harga dunia
minyak kelapa sawit. Penurunan harga dunia minyak kelapa sawit mendorong
kenaikan impor dunia minyak kelapa sawit, namun menurunkan impor dunia
ketiga minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga
minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak rapeseed, diikuti
oleh minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari. Penurunan harga dunia
minyak kelapa sawit diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga domestik
tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha dan penurunan volume
dunia minyak rapeseed dan kenaikan ekspor dunia menyebabkan penurunan harga
kenaikan impor dunia minyak rapaseed, namun menurunkan impor dunia ketiga
minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga
minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak kedelai, diikuti
oleh minyak kelapa sawit dan minyak biji bunga matahari. Bagi industri kelapa
sawit Indonesia, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit akibat kenaikan
ekspor dunia minyak rapeseed diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga
164
volume ekspor. Di sisi lain, terjadi peningkatan volume konsumsi sebagai akibat
dunia minyak kedelai dan kenaikan ekspor dunia menyebabkan penurunan harga
kenaikan impor dunia minyak kedelai, namun menurunkan impor dunia ketiga
minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga
minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak rapeseed, diikuti
oleh minyak biji bunga matahari dan minyak kelapa sawit. Seperti halnya pada
Skenario 2, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit diikuti oleh penurunan
harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon
ketiga pelaku usaha dan penurunan volume ekspor. Di sisi lain, terjadi
sebesar 10%, mendorong naiknya ekspor dunia minyak biji bunga matahari dan
kenaikan ekspor dunia menyebabkan penurunan harga dunia minyak biji bunga
kenaikan impor dunia minyak biji bunga matahari, namun menurunkan impor
165
dunia ketiga minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia
ketiga minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak kelapa
sawit, diikuti oleh minyak kedelai dan minyak rapeseed. Bagi industri kelapa
sawit Indonesia, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit akibat kenaikan
ekspor dunia minyak rapeseed diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga
volume ekspor. Di sisi lain, terjadi peningkatan volume konsumsi sebagai akibat
eksportir dalam model di luar Indonesia sebesar 2%, secara umum mendorong
peningkatan ekspor dan impor dunia minyak nabati, kecuali untuk impor dunia
minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari yang menurun. Efek subsitusi
antar keempat minyak menurunkan konsumsi minyak rapeseed dan minyak biji
impor dunia. Dampak selanjutnya dari kenaikan produksi seluruh minyak nabati
di negara eksportir di luar Indonesia adalah terjadi penurunan harga dunia untuk
keempat minyak nabati. Penurunan harga terbesar dialami oleh minyak kedelai,
diikuti oleh minyak kelapa sawit, minyak rapeseed dan minyak biji bunga
matahari. Seperti halnya pada skenario 2, penurunan harga dunia minyak kelapa
sawit ditransmisikan kepada penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak
kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit
kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha dan penurunan volume ekspor
minyak sawit dunia yang meningkat pada saat ekspor minyak kelapa sawit
Indonesia menurun adalah akibat kenaikan ekspor minyak kelapa sawit Malaysia
minyak kelapa sawit Indonesia di pasar dunia minyak kelapa sawit adalah
penurunan harga dunia minyak kelapa sawit dan diikuti oleh penurunan harga
dunia tiga minyak nabati lainnya. Penurunan harga dunia minyak kelapa sawit
ditransmisikan kepada penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa
sawit Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh penghapusan pajak ekspor
terhadap kenaikan harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia adalah lebih kecil
harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Hal serupa terjadi pada harga
penawaran domestik (ket: yang mendorong kenaikan harga domestik) relatif lebih
kelapa sawit Indonesia. Akibat penurunan harga ekspor dan harga domestik,
pelaku usaha yang selanjutnya diikuti oleh penurunan produksi minyak kelapa
sawit Indonesia.
Hasil Skenario 8 yaitu depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
sawit Indonesia tetapi di sisi lain terjadi kenaikan harga domestik minyak kelapa
sawit Indonesia. Kenaikan harga domestik diikuti oleh penurunan konsumsi, dan
ekspor minyak kelapa sawit Indonesia mendorong kenaikan ekspor dunia yang
dunia minyak nabati, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit diikuti oleh
penurunan harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed,
sedangkan harga dunia minyak biji bunga matahari adalah konstan. Respon
produktivitas tanaman kelapa sawit PBN dan PBS yang berorientasi pada pasar
domestik dan secara total produksi minyak kelapa sawit Indonesia meningkat.
7.1. Kesimpulan
1. Pengaruh harga dunia minyak bumi dan minyak nabati pesaing terhadap satu
dipengaruhi oleh harga ekspor. Harga domestik di negara eksportir dan harga
minyak nabati.
nabati diketahui bahwa harga dunia keempat minyak nabati relatif lebih
Harga dunia minyak biji bunga matahari memiliki respon paling besar
terhadap perubahan impor dunia, diikuti oleh harga dunia minyak kelapa
sawit, harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed. Harga
dunia minyak kelapa sawit memiliki respon paling besar terhadap perubahan
ekspor dunia, diikuti oleh harga dunia minyak biji bunga matahari, harga
minyak nabati di pasar dunia yang akhirnya diikuti oleh kenaikan harga dunia
minyak nabati. Namun, kenaikan harga dunia minyak nabati relatif lebih kecil
169
dari kenaikan harga dunia minyak bumi, kecuali untuk harga dunia minyak
minyak kedelai memperoleh dampak yang lebih besar dari kenaikan harga
dunia minyak bumi dibandingkan dampak yang diterima oleh harga tiga
minyak nabati lainnya, diikuti oleh harga minyak biji bunga matahari, harga
minyak rapeseed dan harga minyak kelapa sawit. Selain karakteristik kimia
minyak biji bunga matahari. Efek subsitusi minyak rapeseed relatif lebih
minyak kelapa sawit dan minyak biji bunga matahari. Efek subsitusi minyak
terhadap konsumsi minyak biji bunga matahari dan minyak kelapa sawit. Efek
konsumsi minyak kelapa sawit, diikuti terhadap konsumsi minyak kedelai dan
minyak rapeseed.
5. Ramalan harga riil minyak nabati dan harga minyak bumi di pasar dunia untuk
sama dengan tren meningkat yang kecil. Tren peningkatan harga terbesar
dimiliki oleh harga dunia minyak kedelai, diikuti oleh harga dunia minyak
rapeseed, harga dunia minyak biji bunga matahari dan harga dunia minyak
2012-2025 untuk minyak kelapa sawit sebesar 2.04 juta ton/tahun atau 5.07%
dari rerata volume ekspor dunia minyak kelapa sawit sebesar 40.20 juta
ton/tahun, untuk minyak kedelai adalah 1.4 juta ton/tahun atau 9.60% dari
rerata volume ekspor dunia minyak kedelai sebesar 14.6 juta ton/tahun, untuk
minyak rapeseed sebesar 258.34 ribu ton/tahun atau 5.22% dari rerata volume
ekspor dunia minyak rapeseed sebesar 4.95 juta ton/tahun, dan untuk minyak
biji bunga matahari sebesar 85 ribu ton/tahun atau 1.51% dari rerata volume
ekspor dunia minyak biji bunga matahari sebesar 5.66 juta ton/tahun.
7. Ramalan produksi minyak kelapa sawit Indonesia untuk periode tahun 2012-
2.15%/tahun. Kondisi ini ini relatif berbeda dengan kondisi di tahun 2003-
industri kelapa sawit. Selain pasar domestik, permintaan minyak kelapa sawit
dan produk turunannya diperkirakan akan terus meningkat, baik untuk pangan
maupun non pangan seiiring tren harga minyak bumi yang meningkat.
Indonesia dalam pengembangan industri kelapa sawit di masa depan, antara lain:
nilai tukar Rupiah diharapkan dapat menekan fluktuasi harga minyak kelapa
antara produksi, serapan pasar domestik dan volume ekspor minyak kelapa
sawit Indonesia.
tingkat konsumen akhir (misal: subsidi harga minyak goreng dan harga
172
dibandingkan dengan minyak nabati dari kelompok seed oils; (b) di pasar
dunia minyak nabati, minyak kelapa sawit Indonesia bersaing dengan minyak
kelapa sawit dari negara eksportir lainnya maupun dengan minyak nabati
lainnya dan menempatkan Indonesia sebagai price given; (c) harga dunia
minyak nabati lainnya), dan (d) keseimbangan antara produksi, serapan pasar
minyak kelapa sawit Indonesia. Konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia didalam
penelitian ini berupa pemakaian agregat. Sebagai saran penelitian lanjutan dapat
keempat jenis minyak yang digunakan di dalam permodelan penelitian ini masing-
masing memiliki cojoint product dalam proses produksinya. Minyak kelapa sawit
memiliki cojoint product berupa inti kelapa sawit yang kemudian diolah menjadi
minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil). Sedangkan tiga jenis minyak lainnya
termasuk kedalam sub kelompok seed oil dengan cojoint product berupa bungkil
(meal). Di pasar dunia minyak nabati, penggunaan minyak inti kelapa sawit
terutama sebagai substitusi minyak kelapa (coconut oil) sebagai penghasil lauric
(feed stock) yang akhirnya akan terkait dengan kesetimbangan penawaran dan
dengan memasukkan cojoint product keempat jenis minyak yang telah digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin MN, Rahman AK, and Shariff F. 2005. Market Potential and
Challenges for the Malaysian Palm Oil Industry in Facing Competition from
Other Vegetable Oils. OilPalm Industry Economic Journal. Vol. 5(1)/2005.
Efendi et al. 2010. Analisis Harga Minyak Sawit, Tinjauan Kointegrasi Harga
Minyak Nabati dan Minyak Bumi. Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol.
7(1)/2010.
Ernawati, Fatimah, Moh. Arsyad, Mad Nasir Syamsudin and Zainal A. Mohamed.
2006. AFTA and Its Implication to the Export Demand of Indonesian Palm
Oil. Jurnal Agro Ekonomi, 24(2):115-132.
Fatimah, Mohd Shahwahid Othman, Mad Nasir Shamsudin and Zulkifli Senteri.
1991. Marketing of Agricultural Commodities-the Need for a new
approach. Paper presented at the National Seminar on Agricultural
Primary Commodities and Agenda for tructural Adjusment. MIER-UKM-
UPM, 3-4 June, 1991.
Fatimah and Zainal. 1994. Price Discovery through Crude Palm Oil Futures
Market: An Economic Evaluation. Proceedings on Third Annual Congress
on Capitalising the Potentials of Globalisation - Strategies and Dynamics of
Business, Penang: International Management Development Association
(IMDA) and Universiti Sains Malaysia, pp. 73-92.
Griffith GR and Meilke KD. 1979. Relationship Among North American Fats and
Oil Prices. American Journal of Agricultural Economics 61(1979):335-41.
Hameed AAA and Arshad FM. 2008. The Impact of Petroleum Prices on
Vegetables Oils Price: Evidence from Cointegration Tests. Paper presented
at the International Borneo Busines Conference on Global Changes:
Corporate Responsibility. Sarawak, 15-17 December, 2008.
Khamis, Azme, Zuhaimy dan Ani Shabri. 2003. Permodelan Harga Minyak
Sayuran Menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda. Matematika,
19(1):59-70.
Larson, D. F. 1991. A World Bank View on the Price Prospect for Palm Oil.
Paper presented at the PORIM International Palm Oil Conference. Palm Oil
Research Institute of Malaysia, 9-14 September 1991, Kuala Lumpur.
Maryadi, et al. 2004. Pricing of Palm Oil Fresh Fruit Bunches for Smallholders In
South Sumatra. Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.
Nuryanti, Sri. 2008. Nilai Strategis Industri Sawit. Analisis Kebijakan Pertanian,
6(4):378-392.
Oil World. 2008. Oil World Data Base December 2008. ISTA Mielke GmbH.
Jerman.
Oil World. 2011. Oil World Data Base March 2011. ISTA Mielke GmbH. Jerman.
Omar, Idris, Azman Ismail and Chang Lin Chong, 2001. Improving Productivity:
The Replanting Imperative. Oil Palm Economic Journal, 1(2001):21-29.
Razak, et al. 2011. Investigating Relationship Between Crude Palm Oil and Crude
Oil Prices – Cointegration Approach. 2nd International Conference On
Business And Economic Research Proceeding. ISBN : 978-967-5705-02-1
Scott , D. F., J. D. Martin, J. W. Petty and A.J. Keown. 1988. Basic Financial
Management. 4th Edition. Engle Wood, Prentice Hall International Editions.
Shamsudin, Mad Nasir and Fatimah. 1999. Short Term Forecasting of Malaysian
Crude Palm Oil Prices. Paper presented at the PIPOC 1999. Palm Oil
Research Institute of Malaysia. 26 Januari 1999, Kuala Lumpur.
Susilowati, H. 1989. Pasar Minyak Sawit Dunia dan Kaitannya dengan Eskpor
Minyak Sawit Indonesia. Tesis Magister Sains. Fakultas Pascasarjana,
Intitut Pertanian Bogor, Bogor.
Susila et al. 1996. Model Domestik Ekonomi Minyak Kelapa Sawit Mentah.
Forum Penelitian Agroekonomi, 5(1):35-43.
Tung Chen,S., Hsiao-I Kuo & Chi-Chung Chen. 2010. The relationship between
the oil price and global food prices. The Applied Energy Journal,
87(8):2517-2525
Ursy, M. F., L. H. Hammer and A. Mats. 1988. Cost Accounting, Planning and
Control. 9tn Edition. Cincinati, South Western Publishing Co.
1 Kedelai/Soybean oil √ √ √
6 Wijen/Sesame oil √ √
7 Jagung/Corn oil √ √
8 Zaitun/Olive oil √ √ √ √
12 Butter as fat √
13 Lard √ √
15 Linseed oil √
16 Castor oil √
Lampiran 4. Lanjutan
Minyak Kedelai
Produksi
U.S.A 8.86 26.36% 9.26 26.24% 9.40 25.14% 9.06 24.59%
Argentina 5.40 16.05% 6.16 17.46% 6.96 18.62% 6.02 16.36%
China.PR 5.51 16.39% 5.97 16.90% 6.20 16.59% 6.71 18.22%
Brazil 5.74 17.06% 5.43 15.38% 6.05 16.17% 6.27 17.02%
EU 2.64 7.86% 2.59 7.34% 2.71 7.24% 2.61 7.08%
ROW 5.47 56.03% 5.89 56.61% 6.07 54.05% 6.16 61.05%
Total 33.62 35.29 37.38 36.83
Ekspor
Argentina 4.97 50.84% 5.90 56.74% 6.50 57.92% 5.07 50.22%
Brazil 2.70 27.60% 2.42 23.26% 2.34 20.87% 2.32 22.95%
U.S.A 0.54 5.52% 0.62 6.00% 0.93 8.28% 1.16 11.46%
EU 0.48 4.94% 0.25 2.43% 0.25 2.25% 0.31 3.05%
Paraguay 0.17 1.77% 0.20 1.90% 0.20 1.79% 0.21 2.11%
ROW 0.91 9.32% 1.00 9.66% 1.00 8.88% 1.03 10.21%
Total 9.77 10.40 11.22 10.09
Impor
China.PR 1.69 17.63% 1.54 15.03% 2.82 25.12% 2.59 24.11%
India 1.93 20.04% 1.63 15.84% 1.28 11.40% 0.84 7.79%
EU 0.27 2.85% 0.94 9.12% 0.96 8.55% 1.12 10.43%
Iran 0.75 7.79% 0.69 6.68% 0.68 6.04% 0.42 3.94%
Bangladesh 0.20 2.04% 0.27 2.63% 0.46 4.10% 0.15 1.41%
ROW 4.77 48.84% 5.20 50.05% 5.03 44.81% 5.61 55.59%
Total 9.61 10.27 11.23 10.72
Lampiran 4. Lanjutan
Minyak Rapeseed
Lampiran 4. Lanjutan
Minyak Biji Bunga Matahari
Produksi
EU 2.28 23.36% 2.23 20.02% 2.09 19.26% 2.02 18.62%
Russia 2.00 20.44% 2.39 21.39% 2.41 22.14% 2.17 19.92%
Ukraine 1.35 13.82% 2.08 18.67% 2.27 20.91% 1.95 17.96%
Argentina 1.52 15.59% 1.58 14.17% 1.22 11.26% 1.75 16.09%
Turkey 0.45 4.63% 0.49 4.41% 0.51 4.66% 0.48 4.38%
ROW 2.16 22.15% 2.38 22.89% 2.37 21.08% 2.50 24.79%
Total 9.77 11.15 10.87 10.87
Ekspor
Ukraine 0.86 27.67% 1.63 36.37% 1.93 44.79% 1.35 33.01%
Argentina 1.26 40.87% 1.31 29.25% 0.94 21.94% 1.27 31.08%
Russia 0.31 10.03% 0.69 15.29% 0.61 14.29% 0.49 12.01%
EU 0.21 6.89% 0.17 3.84% 0.13 3.07% 0.12 2.87%
Turkey 0.06 1.97% 0.14 3.19% 0.09 2.19% 0.24 5.98%
ROW 0.39 3.97% 0.54 5.19% 0.59 5.26% 0.61 6.08%
Total 3.09 4.48 4.30 4.08
Impor
EU 0.90 29.09% 1.35 31.01% 1.36 30.86% 1.15 29.54%
Egypt 0.22 6.98% 0.26 5.92% 0.32 7.20% 0.24 6.05%
Iran 0.07 2.22% 0.13 2.88% 0.21 4.83% 0.12 3.12%
India 0.02 0.55% 0.13 2.88% 0.17 3.94% 0.07 1.78%
Turkey 0.20 6.47% 0.40 9.19% 0.16 3.71% 0.41 10.61%
ROW 1.70 17.40% 2.09 20.11% 2.17 19.35% 1.90 18.82%
Total 3.11 4.34 4.39 3.88
Lampiran 5. Lanjutan
Tahun L3LASIR LASMIN DLASMIN RLASMSIN LASMIS DLASMIS RLASMSIS
1980 161.97 45.68
1981 165.45 3.48 1.63 67.36 21.68
1982 172.17 6.73 3.00 76.95 9.58
1983 6.18 189.66 17.49 6.69 79.38 2.43 2.74
1984 5.70 214.10 24.44 7.18 80.02 0.64 0.64
1985 8.54 232.41 18.31 5.46 87.91 7.90 8.15
1986 37.04 241.32 8.91 2.68 87.59 -0.32 -0.30
1987 40.55 272.58 31.26 8.55 100.20 12.61 9.63
1988 118.56 289.91 17.33 4.64 131.44 31.24 21.76
1989 129.90 303.19 13.28 3.63 149.05 17.61 12.21
1990 203.05 317.28 14.09 3.79 208.35 59.30 37.06
1991 196.28 348.51 31.23 7.90 234.04 25.69 8.76
1992 223.83 350.99 2.48 0.64 295.05 61.01 15.90
1993 291.34 348.42 -2.57 -0.67 338.96 43.91 9.48
1994 384.59 351.04 2.61 0.68 403.03 64.07 12.06
1995 439.47 370.99 19.95 4.93 498.86 95.83 15.01
1996 502.33 384.09 13.10 3.07 607.06 108.20 14.82
1997 572.54 398.83 14.74 2.85 684.09 77.03 9.11
1998 658.54 418.15 19.32 3.47 740.42 56.33 5.86
1999 738.89 414.18 -3.98 -0.69 948.66 208.23 19.21
2000 813.18 433.05 18.87 3.21 1219.92 271.26 17.04
2001 890.51 494.45 61.40 10.07 1401.79 181.87 8.61
2002 1041.05 525.89 31.44 4.98 1530.61 128.82 5.64
2003 1166.76 538.22 12.33 1.86 1611.41 80.80 3.36
2004 1561.03 574.22 36.00 5.94 1818.93 207.52 8.16
2005 1808.42 619.83 45.61 8.61 2088.05 269.12 10.24
2006 1854.39 639.77 19.94 2.90 2473.30 385.25 13.93
2007 2220.34 515.50 -124.27 -20.50 2381.86 -91.44 -3.72
2008 2356.90 510.08 -5.42 -0.89 2413.28 31.42 1.22
Lampiran 5. Lanjutan
Tahun STOKSI PESI ERI XSI SDSI RSDSI CSI
1980 - 5.00 7753.50 510.50 228.67 30.94 561.00
1981 19.74 10.00 6960.17 206.41 631.65 75.37 573.00
1982 44.39 5.00 6655.91 302.24 632.59 67.67 607.00
1983 42.89 5.00 8185.16 406.88 594.11 59.35 893.00
1984 31.19 10.00 8361.23 246.91 993.28 80.09 636.00
1985 53.02 5.00 8642.31 651.88 618.55 48.69 545.00
1986 32.94 5.00 9431.07 683.87 678.86 49.82 728.00
1987 22.48 5.00 11061.73 698.75 877.32 55.67 805.00
1988 26.96 5.00 10498.88 885.53 839.81 48.68 1280.00
1989 31.33 10.00 10359.47 912.95 1139.00 55.51 1245.00
1990 57.13 5.00 10003.69 1096.73 1470.88 57.29 1330.00
1991 340.00 10.00 9676.70 1435.63 1246.97 46.48 1695.00
1992 124.65 10.00 9366.25 1270.54 2150.71 62.86 1785.00
1993 729.34 10.00 8779.92 1702.75 1797.70 51.36 2195.00
1994 592.94 10.30 8376.07 2116.49 1904.57 47.36 2440.00
1995 412.15 23.20 7965.26 1679.08 2874.59 63.13 2745.00
1996 900.52 15.80 7684.66 1671.96 3369.70 66.84 3010.00
1997 961.37 15.20 8985.36 2967.59 2716.92 47.80 2660.00
1998 779.89 40.00 19525.66 1479.28 4700.14 76.06 2791.00
1999 745.03 30.00 12712.26 3298.99 3358.60 50.45 3141.00
2000 824.30 10.00 13140.63 4110.03 3281.48 44.40 3263.00
2001 751.44 3.00 14358.46 4903.22 4148.25 45.83 3381.00
2002 925.82 3.00 11646.09 6333.71 3791.64 37.45 3606.00
2003 795.82 3.00 10065.09 6386.41 4834.42 43.08 3779.00
2004 865.82 3.00 9873.13 8661.65 3288.74 27.52 4015.00
2005 905.82 3.00 9704.74 10376.19 2538.43 19.66 4255.00
2006 1015.82 1.50 8097.71 12100.92 5951.93 32.97 4501.00
2007 1786.74 10.00 7601.03 12650.00 6187.73 32.85 4665.00
2008 2156.47 5.00 7325.33 14612.00 4500.50 23.55 4875.00
Lampiran 5. Lanjutan
Tahun PRODSM STOKSM ERM XSM CSM PESM HESM
1980 2692.00 416.00 4.61 2136.24 420.00 15.00 444.85
1981 3351.00 258.00 4.45 2361.13 434.00 15.00 487.33
1982 3179.00 521.00 4.26 2699.99 518.00 15.00 433.61
1983 3324.00 318.00 4.09 2912.88 357.00 15.00 423.33
1984 3817.00 472.00 3.97 2959.44 506.00 15.00 664.24
1985 4772.00 529.00 4.19 3214.90 619.00 15.00 526.46
1986 4560.00 613.00 4.33 4304.42 542.00 15.00 270.54
1987 4852.00 652.00 4.21 4074.97 692.00 15.00 292.80
1988 5636.00 684.00 4.27 4150.53 763.00 15.00 335.98
1989 6412.00 887.00 4.29 4947.87 882.00 15.00 333.83
1990 6031.00 912.00 4.18 5655.69 914.00 15.00 281.70
1991 6222.00 817.00 4.07 5509.08 1020.00 15.00 357.12
1992 7125.00 656.00 3.60 5537.10 1274.00 15.00 427.89
1993 7100.00 1026.00 3.51 5839.16 1227.00 15.00 410.95
1994 7771.00 627.00 3.45 6935.75 1170.00 15.00 448.45
1995 8264.00 646.00 3.18 6862.09 1370.00 15.00 583.19
1996 9005.00 894.00 3.09 7922.98 1458.00 15.00 557.31
1997 8508.00 907.00 3.37 7489.97 1366.00 10.00 500.05
1998 9758.00 719.00 4.46 7290.18 1459.00 10.00 620.79
1999 10491.00 1208.00 4.21 8584.64 1566.00 10.00 506.76
2000 11937.00 1368.00 4.14 8140.72 1675.00 10.00 359.69
2001 11858.00 1216.00 4.08 10002.49 1742.00 10.00 337.37
2002 13180.00 1158.00 4.01 10448.74 2074.00 10.00 462.03
2003 13420.00 955.00 3.97 12079.13 2234.00 10.00 529.74
2004 15194.00 1318.00 3.91 11793.59 2659.00 5.00 457.74
2005 15485.00 1507.00 3.79 13192.54 2926.00 5.00 378.92
2006 15290.00 1881.00 3.54 14202.67 3109.00 5.00 350.04
2007 17567.00 1462.00 3.25 13747.00 2896.00 5.00 295.90
2008 17700.00 1951.00 2.99 15413.00 3251.00 5.00 557.03
Lampiran 5. Lanjutan
Tahun CKA CMA PEKA PEMA IPA ERA HEKA
1980 103.00 204.00 15.04 17.00 63738.23 2.41 478.75
1981 82.00 259.00 20.14 20.50 46628.02 4.17 495.91
1982 76.00 240.00 21.96 22.00 35214.72 1.83 428.62
1983 78.00 264.00 22.62 16.50 28867.23 0.57 438.41
1984 77.00 319.00 22.65 20.00 28497.21 3.50 617.03
1985 80.00 345.00 18.04 17.00 25581.11 2.97 574.12
1986 85.00 349.00 12.25 10.50 28697.93 4.82 300.24
1987 89.00 330.00 15.01 14.50 30087.89 1.10 317.58
1988 94.00 366.00 27.13 14.00 29270.46 4.37 387.58
1989 98.00 218.00 22.87 17.00 23583.84 1.79 436.30
1990 103.00 318.00 19.83 13.50 22104.71 1.92 451.28
1991 108.00 350.00 14.74 8.00 15158.58 2.28 495.19
1992 123.00 371.00 21.14 12.00 13519.42 1.90 492.83
1993 139.00 390.00 23.44 17.50 13078.70 1.73 530.14
1994 151.00 419.00 27.32 18.50 13394.90 1.66 555.23
1995 189.00 480.00 24.80 16.50 12693.59 1.61 561.73
1996 208.00 482.00 19.99 11.00 13467.73 1.61 527.75
1997 217.00 482.00 20.61 14.00 14570.19 1.60 499.59
1998 230.00 568.00 22.45 29.50 14993.70 1.58 648.87
1999 242.00 567.00 23.73 30.00 14712.10 1.60 509.10
2000 287.00 333.00 20.57 22.50 14895.24 1.62 402.73
2001 357.00 270.00 21.31 16.00 14569.75 1.63 433.76
2002 389.00 362.00 20.48 14.00 10380.87 3.98 502.47
2003 392.00 256.00 20.17 11.00 10078.70 3.32 598.46
2004 395.00 337.00 21.44 14.00 10699.52 3.21 587.41
2005 402.00 367.00 18.18 14.50 10871.85 2.90 463.22
2006 580.00 389.00 20.46 16.00 10872.89 2.75 410.32
2007 1026.00 362.00 17.94 12.50 11056.48 2.56 511.23
2008 1083.00 368.00 20.23 13.50 10994.02 2.40 748.35
Lampiran 5. Lanjutan
Tahun STOKKB XKB CKB PEKB IPB ERB HEKB
1980 262.00 1212.00 1490.00 15.26 25816.34 0.14 465.40
1981 145.00 873.00 1505.00 20.09 20047.11 0.19 490.30
1982 181.00 947.00 1575.00 20.49 21928.79 0.38 556.52
1983 110.00 920.00 1580.00 25.10 19139.39 1.09 707.51
1984 107.00 935.00 1596.00 25.51 16884.27 2.88 573.12
1985 270.00 413.00 2074.00 19.81 18863.04 3.17 484.95
1986 260.00 975.00 1832.00 13.56 20275.78 3.18 349.09
1987 117.00 661.00 1959.00 16.40 15473.40 2.56 418.93
1988 134.00 864.00 2220.00 25.88 21584.45 3.83 416.18
1989 115.00 887.00 2011.00 21.52 22906.95 3.37 455.84
1990 137.00 410.00 2073.00 19.71 22118.22 3.15 528.43
1991 149.00 710.00 2156.00 13.38 21124.04 3.18 722.53
1992 124.00 771.00 2343.00 20.04 20910.53 3.14 765.84
1993 258.00 1556.00 2399.00 22.26 21080.04 3.18 761.51
1994 146.00 1643.00 2502.00 25.28 22246.14 3.28 650.32
1995 224.00 1323.00 2664.00 23.55 14037.82 1.98 559.15
1996 188.00 1077.00 2662.00 20.80 12431.99 1.88 587.03
1997 154.00 1413.00 2795.00 22.85 12047.63 1.89 628.48
1998 226.00 1519.00 2762.00 19.11 11635.22 1.97 563.14
1999 236.00 1134.00 2971.00 21.58 11120.62 2.94 496.94
2000 278.00 1616.00 2937.00 19.64 10907.38 2.77 453.40
2001 182.00 2100.00 2936.00 18.68 10422.30 3.33 587.91
2002 191.00 2405.00 2897.00 16.97 9879.39 3.82 714.52
2003 285.00 2531.00 3054.00 16.39 8769.42 3.51 750.47
2004 293.00 2697.00 3061.00 16.96 8796.60 3.13 604.70
2005 248.00 2315.00 3171.00 15.19 8603.36 2.43 551.48
2006 300.00 2521.00 3550.00 17.67 8799.35 2.09 660.10
2007 341.00 2121.00 3925.00 17.49 9126.65 1.80 839.92
2008 505.00 2235.00 3990.00 19.36 9173.52 1.61 509.73
Lampiran 5. Lanjutan
Tahun XKUSA XRUSA CKUSA CRUSA MRUSA SEKUSA SERUSA
1980 740.00 0.00 4134.00 6.00 6.00 9.00 16.00
1981 942.00 0.00 4325.00 7.00 7.00 5.00 23.00
1982 918.00 0.00 4472.00 5.00 5.00 9.00 26.00
1983 827.00 0.00 4349.00 5.00 5.00 7.00 22.33
1984 753.00 0.00 4498.00 15.00 15.00 6.00 22.33
1985 570.00 0.00 4560.00 42.00 42.00 7.00 18.00
1986 538.00 0.00 4915.00 82.00 84.00 5.00 12.00
1987 850.00 0.00 4956.00 128.00 132.00 10.00 14.33
1988 754.00 4.00 4803.00 239.00 211.00 6.00 31.67
1989 614.00 3.00 5480.00 249.00 191.00 5.00 27.33
1990 366.00 3.00 5506.00 275.00 274.00 5.00 22.33
1991 746.00 7.00 5555.00 367.00 374.00 5.00 17.67
1992 663.00 7.00 5903.00 415.00 396.00 15.00 23.00
1993 695.00 35.00 5869.00 532.00 412.00 24.00 24.33
1994 1217.00 70.00 5857.00 535.00 430.00 28.00 29.00
1995 450.00 67.00 6108.00 582.00 497.00 27.00 25.33
1996 922.00 134.00 6471.00 528.00 502.00 14.00 19.67
1997 1397.00 158.00 6922.00 529.00 504.00 19.00 18.00
1998 1076.00 123.00 7101.00 602.00 503.00 44.00 22.67
1999 624.00 129.00 7283.00 688.00 534.00 41.00 23.33
2000 636.00 85.00 7401.00 829.00 545.00 30.00 20.00
2001 1143.00 116.00 7635.00 683.00 503.00 23.00 23.67
2002 1027.00 73.00 7748.00 591.00 445.00 19.00 24.33
2003 425.00 126.00 7650.00 698.00 555.00 16.00 24.67
2004 600.00 122.00 7911.00 739.00 514.00 20.00 26.33
2005 523.00 214.00 8147.00 831.00 726.00 20.00 21.00
2006 851.00 286.00 8426.00 854.00 712.00 17.00 24.00
2007 1319.00 158.00 8313.00 1309.00 1016.00 6.00 20.33
2008 907.00 160.00 7484.00 1488.00 1162.00 12.00 22.33
Lampiran 5. Lanjutan
Tahun RHEDKUSA RHEDRUSA POPCD PRODRCD STOKRCD XRCD CRCD
1980 0.95 0.90 24.47 418.00 32.00 198.00 233.00
1981 0.75 0.90 24.79 382.00 19.00 163.00 225.00
1982 0.60 0.88 25.08 366.00 13.00 111.00 247.00
1983 0.69 0.90 25.34 456.00 21.00 177.00 289.00
1984 0.82 0.90 25.58 514.00 11.00 237.00 270.00
1985 0.78 0.91 25.81 498.00 18.00 165.00 309.00
1986 0.47 0.91 26.07 607.00 42.00 306.00 293.00
1987 0.53 0.91 26.40 612.00 50.00 336.00 294.00
1988 0.83 0.91 26.76 533.00 32.00 208.00 328.00
1989 0.98 0.93 27.22 483.00 29.00 150.00 330.00
1990 0.98 0.94 27.64 576.00 32.00 203.00 377.00
1991 1.13 0.87 27.99 732.00 30.00 285.00 439.00
1992 1.17 0.89 28.32 770.00 39.00 368.00 429.00
1993 0.77 0.92 28.65 901.00 15.00 414.00 489.00
1994 0.95 0.90 28.96 1060.00 29.00 424.00 651.00
1995 0.89 0.88 29.26 1154.00 18.00 550.00 627.00
1996 0.77 0.87 29.57 1136.00 29.00 695.00 487.00
1997 0.80 0.88 29.87 1288.00 35.00 894.00 485.00
1998 1.07 0.90 30.12 1292.00 20.00 787.00 506.00
1999 0.98 0.87 30.37 1253.00 28.00 773.00 517.00
2000 0.79 0.85 30.65 1260.00 93.00 739.00 527.00
2001 0.70 0.88 30.97 955.00 143.00 539.00 489.00
2002 0.68 0.92 31.31 920.00 103.00 529.00 431.00
2003 0.73 0.90 31.60 1340.00 90.00 982.00 380.00
2004 0.76 0.89 31.90 1225.00 106.00 971.00 347.00
2005 0.77 0.87 32.21 1380.00 78.00 1093.00 350.00
2006 0.69 0.89 32.53 1440.00 59.00 1265.00 363.00
2007 0.61 0.90 32.88 1675.00 7.00 1278.00 402.00
2008 0.82 0.79 33.26 1775.00 38.00 1350.00 460.00
Lampiran 5. Lanjutan
Tahun CSC CKC CRC MSC MKC MRC TMSC
1980 60.28 735.47 819.94 224.70 120.30 0.65 40.00
1981 23.86 772.30 1046.10 194.14 54.35 7.38 40.00
1982 21.27 869.76 1353.65 209.01 48.31 11.02 40.00
1983 23.93 858.53 1438.64 218.56 16.63 16.61 40.00
1984 22.36 797.42 1489.55 215.75 12.16 2.70 40.00
1985 68.47 802.99 1612.46 313.46 35.66 4.40 40.00
1986 213.82 1023.88 1672.27 459.88 178.98 26.17 40.00
1987 273.82 1298.63 1696.67 507.84 414.72 100.71 40.00
1988 425.05 1099.50 1757.21 655.70 142.91 70.38 40.00
1989 767.17 1377.87 2130.65 984.41 425.06 613.16 40.00
1990 1199.12 1173.49 2470.87 1351.75 530.10 592.03 40.00
1991 1084.21 1266.70 2585.63 1223.01 332.97 283.89 40.00
1992 641.62 1242.78 2489.72 820.68 223.85 193.27 40.00
1993 881.45 1207.04 2606.14 978.11 936.93 151.17 30.00
1994 1535.34 1363.30 2882.71 1410.42 1064.20 546.65 30.00
1995 1465.73 1540.87 3074.14 1459.91 1498.34 632.41 30.00
1996 1078.22 1730.58 3461.58 1184.92 1298.31 319.13 30.00
1997 1235.10 2002.51 3409.67 1242.61 1268.01 355.35 30.00
1998 990.32 1983.29 3395.11 1380.38 858.16 295.26 30.00
1999 1258.27 2138.92 3535.57 1598.87 879.07 102.23 30.00
2000 1460.78 2370.20 3932.00 1922.81 328.48 119.52 30.00
2001 1606.29 2424.66 3832.79 2404.96 883.84 74.59 30.00
2002 2302.73 2655.31 4191.77 3138.25 907.56 96.27 30.00
2003 3423.00 2856.54 4116.83 4092.26 1926.82 168.60 30.00
2004 3980.87 3003.61 4354.38 4252.84 2563.60 379.85 20.00
2005 4468.21 3112.80 4499.39 4741.33 1735.00 206.96 20.00
2006 5220.16 3128.62 4644.41 5488.20 1544.26 67.50 20.00
2007 5223.37 3295.54 4789.42 5497.44 2857.28 401.53 20.00
2008 5387.58 3148.21 4934.43 5668.57 2872.83 339.13 20.00
Lampiran 5. Lanjutan
Tahun PRODKID CSID CKID MSID MKID TMSID TMKID
1980 41.00 431.00 708.00 431.00 639.00 38.64 32.15
1981 32.00 410.00 553.00 410.00 460.00 38.55 31.91
1982 44.00 587.00 543.00 597.00 537.00 38.18 29.43
1983 53.00 497.00 763.00 557.00 808.00 37.82 29.60
1984 85.00 720.00 577.00 730.00 398.00 37.52 30.28
1985 157.00 798.00 466.00 798.00 256.00 35.76 31.54
1986 136.00 911.00 445.00 921.00 363.00 34.68 82.67
1987 138.00 1090.00 621.00 1120.00 419.00 31.50 80.46
1988 240.00 931.40 407.00 931.40 383.81 32.59 41.89
1989 279.00 630.00 340.00 600.00 30.00 32.83 42.40
1990 403.00 663.10 445.00 668.10 20.00 32.27 61.75
1991 386.00 170.00 425.00 165.00 65.00 31.70 64.43
1992 482.00 197.60 562.00 207.60 42.00 31.38 57.88
1993 718.00 210.00 711.00 200.00 41.00 28.35 57.83
1994 600.00 465.00 555.00 480.00 60.00 27.14 58.94
1995 720.00 970.00 772.00 970.00 60.00 26.15 56.16
1996 640.00 1315.00 706.00 1300.00 49.00 26.29 55.62
1997 860.00 1530.00 1095.00 1530.00 236.00 25.77 55.12
1998 975.00 2310.00 1805.00 2900.00 833.00 25.18 55.25
1999 792.00 3500.00 1582.00 3300.00 790.00 24.01 54.53
2000 795.00 4100.00 2024.00 4000.00 1400.00 23.52 53.84
2001 835.00 3525.00 2300.00 3400.00 1479.00 20.80 52.57
2002 580.00 4215.00 1900.00 3954.00 1197.00 22.94 52.30
2003 1025.00 3598.00 1885.00 3486.00 906.00 22.00 25.15
2004 880.00 3406.00 2627.00 3525.00 2026.00 18.11 24.30
2005 1075.00 3125.00 2933.00 2899.00 1727.00 17.91 16.42
2006 1180.00 3769.00 2598.00 3800.00 1403.00 17.99 16.11
2007 1399.00 4612.00 2651.00 4532.00 1281.00 17.33 15.25
2008 1571.00 5085.00 2333.00 5200.00 835.00 15.62 14.69
Lampiran 5. Lanjutan
Tahun POPP IPP CSP MSP TMSP ERP HMSP
1980 82.43 3618.54 231.00 226.00 38.35 60.09 528.30
1981 84.87 3670.55 266.00 273.00 38.12 53.71 531.96
1982 87.38 3805.23 337.00 349.00 37.28 60.69 526.35
1983 89.89 3860.30 332.00 328.00 36.75 63.18 400.74
1984 92.40 3859.00 456.00 466.00 36.76 63.77 628.54
1985 94.93 3942.29 562.00 692.00 35.40 68.47 636.37
1986 97.50 3998.84 528.00 378.00 34.63 69.14 382.14
1987 100.09 4076.26 450.00 455.00 32.07 69.03 287.56
1988 102.71 4062.93 482.00 484.00 32.59 65.62 370.87
1989 105.35 4000.76 577.00 633.00 32.75 69.43 450.57
1990 108.40 3868.13 800.00 777.00 31.73 67.28 352.32
1991 110.80 3696.37 900.00 935.00 31.12 65.99 399.71
1992 114.08 3619.18 899.00 884.00 30.81 63.50 447.38
1993 117.02 3320.25 1100.00 1060.00 29.05 64.71 591.18
1994 119.99 3052.35 1200.00 1210.00 28.11 62.62 401.88
1995 122.99 2840.32 965.00 1015.00 27.28 57.71 675.25
1996 126.00 2683.67 1060.00 1070.00 27.09 59.61 741.31
1997 129.04 2418.73 1114.00 1124.00 26.68 60.99 547.46
1998 132.09 2306.84 1051.00 981.00 25.96 62.91 715.09
1999 135.13 2277.52 1004.00 1039.00 24.46 66.38 824.05
2000 137.53 2283.80 1295.00 1295.00 23.87 68.93 434.38
2001 140.36 2259.83 1193.00 1174.00 21.87 77.14 376.96
2002 143.17 2249.27 1313.00 1317.00 22.62 72.03 424.95
2003 146.75 2284.03 1291.00 1271.00 21.09 67.68 542.60
2004 149.65 2271.92 1560.00 1565.00 18.64 63.54 516.82
2005 152.53 2231.04 1708.00 1703.00 18.38 59.51 457.92
2006 155.37 2224.44 2218.00 2218.00 18.23 55.85 361.64
2007 158.17 2206.65 1840.00 1840.00 16.75 52.31 395.87
2008 160.97 1878.64 2100.00 2100.00 15.42 50.41 435.17
Lampiran 5. Lanjutan
Tahun MSEU MKEU MREU MMEU LMSEU TMSEU TMKEU
1980 916.05 654.21 239.33 382.47 27.29 26.63
1981 775.85 617.33 295.60 353.41 916.05 27.29 24.88
1982 815.88 681.63 385.82 525.32 775.85 24.00 22.75
1983 962.92 628.11 448.57 419.95 815.88 23.21 21.50
1984 798.47 643.21 412.88 569.27 962.92 26.29 24.63
1985 916.15 649.46 529.91 582.70 798.47 26.86 26.13
1986 1320.16 599.95 552.29 605.41 916.15 28.00 27.25
1987 1246.17 653.12 538.30 527.68 1320.16 26.00 25.25
1988 1314.63 634.51 548.72 571.61 1246.17 24.29 23.75
1989 1480.80 623.97 538.16 639.25 1314.63 25.14 26.13
1990 1749.05 634.00 453.48 819.55 1480.80 21.57 24.88
1991 2039.64 686.99 592.18 766.27 1749.05 21.21 24.25
1992 2035.36 640.93 679.96 727.02 2039.64 21.36 24.13
1993 2102.42 513.07 709.10 821.03 2035.36 21.64 25.88
1994 2400.27 519.68 799.47 823.57 2102.42 21.43 24.75
1995 2198.20 482.63 796.37 785.12 2400.27 22.64 24.75
1996 2311.92 472.90 999.41 777.07 2198.20 21.36 25.25
1997 2400.51 556.52 1294.74 978.16 2311.92 23.00 26.38
1998 2739.70 647.98 1254.56 1092.47 2400.51 20.84 25.41
1999 2821.07 600.75 1393.23 1023.41 2739.70 20.50 25.46
2000 3022.06 600.17 1393.84 915.90 2821.07 20.17 25.50
2001 3688.46 660.23 1623.31 1032.44 3022.06 19.83 25.55
2002 3812.22 757.61 1546.05 1556.38 3688.46 19.49 25.60
2003 4109.96 765.74 1276.76 1535.10 3812.22 19.16 25.65
2004 4753.17 743.70 1379.15 1515.77 4109.96 18.82 25.70
2005 5531.79 925.23 1885.63 1966.25 4753.17 18.49 25.75
2006 5946.33 1681.65 2951.97 2430.03 5531.79 18.15 25.79
2007 6187.36 1799.84 2724.94 2438.39 5946.33 17.81 25.84
2008 6191.31 1808.55 2919.48 2384.55 6187.36 17.48 25.89
Lampiran 5. Lanjutan
Tahun RHMKEUW RHMREUW RHMMEUW RHMSEUHCOW POPIR PRODKIR PRODMIR
1980 1.03 1.09 1.09 9.23 38.35 8.00 7.54
1981 1.10 1.14 1.12 10.11 40.85 10.00 9.77
1982 1.09 1.07 1.17 9.14 42.48 17.40 7.31
1983 0.99 1.14 1.01 8.15 44.18 21.70 7.53
1984 1.02 1.03 1.09 11.92 45.96 18.30 6.86
1985 1.17 1.09 1.24 11.52 47.82 26.30 10.24
1986 1.37 1.29 1.40 6.26 49.44 16.20 8.43
1987 1.28 1.26 1.37 6.57 50.66 9.50 8.13
1988 1.15 1.05 1.29 7.64 51.91 15.50 9.18
1989 1.30 1.12 1.42 7.80 53.19 14.10 6.84
1990 1.32 1.22 1.44 7.49 54.50 15.00 21.56
1991 1.10 1.16 1.25 7.41 55.84 9.70 8.62
1992 1.18 1.23 1.22 9.21 61.56 17.00 15.97
1993 1.01 1.10 1.03 8.92 61.00 18.00 17.22
1994 1.03 1.05 1.13 8.41 61.89 18.70 21.53
1995 1.13 1.14 1.12 11.08 64.10 20.90 12.02
1996 1.17 1.16 1.23 9.92 62.51 22.80 16.48
1997 1.03 1.07 1.11 9.44 60.93 17.50 17.76
1998 1.09 1.15 1.02 11.73 61.84 41.30 20.08
1999 1.25 1.32 1.27 11.37 62.51 70.90 16.99
2000 1.17 1.24 1.23 8.34 63.66 104.60 15.03
2001 1.12 1.08 1.07 7.89 64.83 104.90 14.98
2002 1.00 1.08 1.06 9.44 65.54 112.60 17.80
2003 1.09 1.16 1.15 10.34 66.48 119.80 19.00
2004 1.09 1.13 1.08 10.25 67.48 159.10 17.90
2005 1.11 1.10 1.12 8.80 68.47 202.70 18.20
2006 1.05 1.01 1.08 8.18 70.47 192.10 18.30
2007 0.95 0.97 0.91 10.12 71.66 185.30 18.30
2008 0.69 0.74 0.66 10.21 72.87 209.50 18.60
Lampiran 5. Lanjutan
Tahun ERIR HMKIR HMMIR RHMKIRW RHMMIRW POPMS LPOPMS
1980 6282.89 600.24 553.45 1.16 1.01 40.55
1981 5611.09 651.12 579.01 1.32 0.93 41.71 40.55
1982 5045.86 554.89 686.64 1.19 1.25 42.85 41.71
1983 4352.91 534.81 620.11 1.05 1.12 44.02 42.85
1984 4032.32 697.41 662.54 1.07 0.96 45.24 44.02
1985 3906.62 700.12 475.63 1.20 0.78 46.55 45.24
1986 2853.38 306.63 439.23 0.95 1.25 47.75 46.55
1987 2013.61 450.91 682.07 1.45 2.01 48.80 47.75
1988 1504.12 496.68 661.67 1.26 1.64 49.80 48.80
1989 1288.99 398.51 867.80 1.01 1.98 50.90 49.80
1990 1132.47 495.85 607.40 1.19 1.33 51.36 50.90
1991 958.47 579.94 718.69 1.08 1.28 52.42 51.36
1992 739.81 691.90 761.81 1.31 1.37 53.51 52.42
1993 11804.92 737.75 765.27 1.27 1.17 54.62 53.51
1994 12387.96 597.20 686.23 1.00 1.11 55.75 54.62
1995 8273.72 736.13 672.43 1.28 1.05 56.90 55.75
1996 6427.27 784.56 602.57 1.45 1.07 58.20 56.90
1997 5483.80 559.82 721.69 1.05 1.32 59.40 58.20
1998 4649.75 771.53 702.83 1.16 0.91 60.70 59.40
1999 3874.88 601.59 721.46 1.15 1.16 62.00 60.70
2000 3407.06 487.67 553.14 1.13 1.11 63.30 62.00
2001 3043.00 501.48 592.23 1.03 0.89 64.70 63.30
2002 10472.48 515.83 738.63 0.89 0.98 66.00 64.70
2003 10666.60 670.33 759.26 1.01 1.06 67.30 66.00
2004 9771.11 667.49 730.13 0.99 0.98 68.60 67.30
2005 8963.96 528.44 694.82 0.97 1.03 70.00 68.60
2006 8192.73 474.70 520.63 0.94 0.94 71.30 70.00
2007 7073.62 592.79 561.33 0.91 0.74 73.60 71.30
2008 5723.59 564.94 568.90 0.68 0.57 75.20 73.60
Lampiran 5. Lanjutan
Tahun HMMMS RHMMMSW PRODKC PRODRC XSRW XSW MSRW
1980 601.84 1.10 610.00 804.30 969.90 3616.64 1613.84
1981 672.92 1.08 715.00 1016.05 660.91 3228.45 1570.58
1982 665.53 1.21 820.20 1330.00 773.85 3776.08 1717.17
1983 499.90 0.91 841.80 1417.50 696.77 4016.52 1851.88
1984 660.90 0.96 791.90 1470.00 1111.23 4317.58 1691.95
1985 728.46 1.19 768.00 1575.00 1354.69 5221.48 2155.39
1986 857.18 2.44 846.00 1610.00 1253.75 6242.04 2925.77
1987 432.41 1.28 920.00 1645.00 1006.89 5780.61 2475.37
1988 365.54 0.90 932.00 1525.30 953.00 5989.06 2353.73
1989 690.48 1.57 958.20 1498.00 1187.34 7048.16 2949.45
1990 714.83 1.57 920.30 2135.00 1319.44 8071.86 3301.12
1991 989.20 1.76 942.00 2065.00 1268.15 8212.86 3367.82
1992 968.57 1.74 895.00 2275.00 1374.65 8182.29 3774.95
1993 556.25 0.85 1304.00 2415.00 1529.87 9071.77 3997.54
1994 517.44 0.84 1336.80 2397.50 1755.02 10807.27 4212.54
1995 618.28 0.97 1263.00 2730.00 1675.50 10216.67 3976.07
1996 609.75 1.08 1570.00 2940.00 1816.25 11411.19 3833.15
1997 530.03 0.97 1923.00 2905.00 1916.14 12373.70 3609.41
1998 714.53 0.93 2242.00 2870.00 1685.27 10454.73 2355.83
1999 714.39 1.15 2333.40 3307.50 1849.85 13733.48 3176.95
2000 552.65 1.11 3204.10 3570.00 1911.19 14161.94 3117.71
2001 623.73 0.94 3772.40 3675.00 2157.56 17063.27 4679.72
2002 748.22 0.99 4122.60 4162.60 2034.54 18816.99 5208.92
2003 661.83 0.93 4923.60 3814.80 2621.95 21087.49 7504.29
2004 673.51 0.90 5181.70 4252.40 3096.68 23551.91 9212.07
2005 621.21 0.92 5893.80 4645.10 3195.79 26764.52 9914.09
2006 490.78 0.88 6345.00 4752.50 3647.60 29951.19 12092.98
2007 544.41 0.72 6552.30 4348.10 3445.00 29842.00 11432.20
2008 553.82 0.56 6750.00 4250.00 3724.00 33749.00 14748.11
Lampiran 5. Lanjutan
Tahun MRRW MRW XMRW XMW MMRW MMW
1980 465.17 711.15 906.14 1113.14 519.64 954.11
1981 488.19 798.17 666.84 1101.84 653.73 1099.14
1982 413.23 815.07 595.25 1251.25 442.77 1078.09
1983 450.28 920.46 1079.42 1639.42 739.45 1393.40
1984 525.52 956.10 777.57 1662.57 802.35 1676.62
1985 718.03 1294.34 793.81 1858.81 956.25 1835.95
1986 758.49 1420.94 1513.25 2115.25 1088.73 1973.14
1987 907.62 1678.63 1298.70 1997.70 1109.27 2003.95
1988 785.48 1615.58 1436.13 2361.13 1431.55 2262.16
1989 791.71 2134.03 1200.77 2362.77 1434.25 2473.50
1990 766.02 2085.53 1475.77 2650.77 1450.73 2590.28
1991 823.86 2073.94 1446.38 2496.38 1517.35 2534.62
1992 640.87 1910.10 1879.71 2654.71 1685.47 2663.49
1993 529.27 1801.55 1286.26 2206.26 695.00 2196.03
1994 585.59 2361.71 948.94 2504.94 985.12 2588.69
1995 571.29 2497.07 2160.14 3670.14 2102.85 3535.97
1996 570.02 2390.55 1337.92 3059.92 1779.46 3406.53
1997 475.33 2629.41 2695.68 4289.68 2417.65 3935.81
1998 771.67 2824.48 1656.54 3510.54 1768.77 3832.25
1999 677.75 2707.21 2251.79 3795.79 1783.84 3660.25
2000 517.86 2576.22 2795.95 3799.95 2022.13 3566.03
2001 319.67 2520.57 1907.56 3064.56 1844.64 3054.08
2002 484.32 2571.64 2093.07 2991.07 1231.75 2987.13
2003 178.27 2178.63 2387.60 3394.60 1763.12 3567.21
2004 415.78 2688.78 2338.22 3514.22 1782.21 3587.98
2005 186.10 3004.69 2785.95 4006.95 1427.98 3954.22
2006 337.33 4068.80 4490.87 5343.87 2271.04 5187.07
2007 124.11 4266.57 3510.70 4729.70 1647.26 4652.65
2008 348.36 4768.97 2850.00 3890.00 935.45 3890.00
ENDOGENOUS HSW HKW HRW HMW LASMIN LASMIS LASMIR YIESIN YIESIS
YIESIR HDSI HESI CSI XSI HESM XSM HEKB HDKB CKB XKB
HEKA HDKA HEMA HDMA CKA CMA XKA XMA HEKUSA HERUSA
HMRUSA HDRUSA HDKUSA MRUSA CKUSA CRUSA XKUSA XRUSA
HERCD HDRCD CRCD XRCD HMSP CSP MSP HMMMS CMMS MMMS
HMKEU HMSEU HMREU HMMEU CKEU CSEU CREU CMEU MKEU MSEU
MREU MMEU HMSC HMKC HMRC CSC CKC CRC MSC MKC MRC
HMSID HMKID CSID CKID MSID MKID HMKIR HMMIR CKIR CMIR
MKIR MMIR SDSI SXSI PRODSI XSW MSW XKW MKW XRW MRW
XMW MMW SDKB SDKA SDMA SDKUSA SDRUSA
;
INSTRUMENTS TREN PRODCOW POPW LHSW LHRW LHMW XSRW MSRW XKRW MKRW
XRRW MRRW XMRW MMRW TSBI USPI HCPI RHESIW ERI PESI
LPOPI LHCPI STOKSI LYIESIN LYIESIS LHESI LHDSI
L3LASIN L3LASIS L3LASIR DLASMIR ERM PRODSM STOKSM
ERB PEKB PRODKB STOKKB POPB LHEKB LHDKB PEMA ERA
PRODKA PRODMA STOKKA STOKMA IPA POPA LHEKA LHDKA LCMA
LXKA SEKUSA SERUSA TMRUSA PRODKUSA PRODRUSA STOKKUSA
STOKRUSA POPUSA IPUSA LXKUSA PRODRCD SERCD LHERCD
LHDRCD LXRCD TMSP ERP IPP POPP TMMMS ERMS PRODMMS
LPOPMS TMKEU TMMEU TMSEU TMREU EREU IPEU POPEU LMSEU
TMKC TMSC TMRC ERC IPC POPC LMRC TMSID TMKID PRODKID
ERID POPID LCSID TMMIR ERIR PRODKIR PRODMIR POPIR
RCCOW RHESIW RLASMSIR RHEDKB RHEDMA RHEDKA RHEDKUSA
RHEDRCD RHDRCDW RHMSPW RHMKEUW RHMREUW RHMMEUW
RHMSEUHCOW RHMSIDW RHMKIRW RHMMIRW RHMMMSW
;
Lampiran 6. Lanjutan
Lampiran 6. Lanjutan
Model HARGA_SW
Dependent Variable HSW
Label H_SAWIT_W
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.614256
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.189365
207
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_KW
Dependent Variable HKW
Label H_KEDELAI_W
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.436794
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.235959
208
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_RW
Dependent Variable HRW
Label H_RAPE_W
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.624118
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.16493
209
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_MW
Dependent Variable HMW
Label H_MTHR_W
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.998888
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.373727
210
Lampiran 7. Lanjutan
Model LSM_PBN
Dependent Variable LASMIN
Label L_TM_PBN
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.525538
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.197674
211
Lampiran 7. Lanjutan
Model LSM_PBS
Dependent Variable LASMIS
Label L_TM_PBS
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.374684
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.732301
212
Lampiran 7. Lanjutan
Model LSM_PR
Dependent Variable LASMIR
Label L_TM_PR
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.030672
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.09431
213
Lampiran 7. Lanjutan
Model YIELD_PBN
Dependent Variable YIESIN
Label YLD_PBN
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.209886
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.11818
214
Lampiran 7. Lanjutan
Model YIELD_PBS
Dependent Variable YIESIS
Label YLD_PBS
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.399457
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.21781
215
Lampiran 7. Lanjutan
Model YIELD_PR
Dependent Variable YIESIR
Label YLD_PR
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.644813
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.32769
216
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_DSI
Dependent Variable HDSI
Label HD_SWT_INA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.817476
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.047879
217
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_XSI
Dependent Variable HESI
Label HE_SWT_INA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.601501
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.161462
218
Lampiran 7. Lanjutan
Model EKSPOR_SI
Dependent Variable XSI
Label X_SWT_INA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.925645
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.034592
219
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAP_SI
Dependent Variable CSI
Label C_SWT_INA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.986525
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.11882
220
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_XSM
Dependent Variable HESM
Label HE_SWT_MAS
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.345653
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.21571
221
Lampiran 7. Lanjutan
Model EKSPOR_SM
Dependent Variable XSM
Label X_SWT_MAS
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.915638
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.4754
222
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_XKB
Dependent Variable HEKB
Label HE_KDL_BRL
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.410679
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.156338
223
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_DKB
Dependent Variable HDKB
Label HD_KDL_BRL
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.653267
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.664994
224
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_KB
Dependent Variable CKB
Label C_KDL_BRL
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.784028
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.099466
225
Lampiran 7. Lanjutan
Model EKSPOR_KB
Dependent Variable XKB
Label X_KDL_BRL
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.693249
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.0918
226
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_XKA
Dependent Variable HEKA
Label HE_KDL_ARG
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.451251
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.140004
227
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_DKA
Dependent Variable HDKA
Label HD_KDL_ARG
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.985634
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.0186
228
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_KA
Dependent Variable CKA
Label C_KDL_ARG
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.337253
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.634497
229
Lampiran 7. Lanjutan
Model EKSPOR_KA
Dependent Variable XKA
Label X_KDL_ARG
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.304746
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.209045
230
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_XMA
Dependent Variable HEMA
Label HE_MTHR_ARG
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.161056
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.209525
231
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_DMA
Dependent Variable HDMA
Label HD_MTHR_ARG
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.327425
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.1706
232
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_MA
Dependent Variable CMA
Label C_MTHR_ARG
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.950674
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.504482
233
Lampiran 7. Lanjutan
Model EKSPOR_MA
Dependent Variable XMA
Label X_MTHR_ARG
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.435471
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.22337
234
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_XKUSA
Dependent Variable HEKUSA
Label HE_KDL_USA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.633913
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.613479
235
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_DKUSA
Dependent Variable HDKUSA
Label HD_KDL_USA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.980044
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.474246
236
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_USA
Dependent Variable CKUSA
Label C_KDL_USA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.198069
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.85053
237
Lampiran 7. Lanjutan
Model EKSPOR_KUSA
Dependent Variable XKUSA
Label X_KDL_USA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.72575
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.125047
238
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_XRUSA
Dependent Variable HERUSA
Label HE_RAPE_USA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.269166
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.261879
239
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_MRUSA
Dependent Variable HMRUSA
Label HM_RAPE_USA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.111695
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.35882
240
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_DRUSA
Dependent Variable HDRUSA
Label HD_RAPE_USA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.981115
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.09609
241
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_RUSA
Dependent Variable CRUSA
Label KON_RAPE_USA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.819839
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.382386
242
Lampiran 7. Lanjutan
Model EKSPOR_RUSA
Dependent Variable XRUSA
Label X_RAPE_USA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.577254
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.177428
243
Lampiran 7. Lanjutan
Model IMPOR_RUSA
Dependent Variable MRUSA
Label M_RAPE_USA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.546701
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.21946
244
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_DRCD
Dependent Variable HDRCD
Label HD_RAPE_CD
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.093515
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.06197
245
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_XRCD
Dependent Variable HERCD
Label HE_RAPE_CD
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.505233
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.067104
246
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_RCD
Dependent Variable CRCD
Label KON_RAPE_CD
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.418335
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.269237
247
Lampiran 7. Lanjutan
Model EKSPOR_RCD
Dependent Variable XRCD
Label X_RAPE_CD
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.091843
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.451466
248
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_MSP
Dependent Variable HMSP
Label HM_SWT_PKT
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.052818
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.09094
249
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_SP
Dependent Variable CSP
Label KON_SWT_PKT
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.10229
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.08351
250
Lampiran 7. Lanjutan
Model IMPOR_SP
Dependent Variable MSP
Label M_SWT_PKT
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.819279
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.40988
251
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_MMMS
Dependent Variable HMMMS
Label HM_MTHR_MS
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.661381
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.109781
252
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_MMS
Dependent Variable CMMS
Label KON_MTHR_MS
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.020331
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.07217
253
Lampiran 7. Lanjutan
Model IMPOR_MMS
Dependent Variable MMMS
Label M_MTHR_MS
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.751208
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.540745
254
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_MKEU
Dependent Variable HMKEU
Label HM_KDL_EU
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.17561
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.192989
255
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_KEU
Dependent Variable CKEU
Label KON_KDL_EU
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.542827
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.193369
256
Lampiran 7. Lanjutan
Model IMPOR_KEU
Dependent Variable MKEU
Label M_KDL_EU
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.266448
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.739788
257
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_MSEU
Dependent Variable HMSEU
Label HM_SWT_EU
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.473455
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.141313
258
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_SEU
Dependent Variable CSEU
Label KON_SWT_EU
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.795544
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.093024
259
Lampiran 7. Lanjutan
Model IMPOR_SEU
Dependent Variable MSEU
Label M_SWT_EU
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.577824
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.166429
260
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_MREU
Dependent Variable HMREU
Label HM_RAPE_EU
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.799112
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.375523
261
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_REU
Dependent Variable CREU
Label KON_RAPE_EU
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.408659
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.21363
262
Lampiran 7. Lanjutan
Model IMPOR_REU
Dependent Variable MREU
Label M_RAPE_EU
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.718025
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.556023
263
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_MMEU
Dependent Variable HMMEU
Label HM_MTTHR_EU
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.98668
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.291915
264
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_MEU
Dependent Variable CMEU
Label KON_MTHR_EU
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.238878
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.253076
265
Lampiran 7. Lanjutan
Model IMPOR_MEU
Dependent Variable MMEU
Label M_MTHR_EU
Analysis of Variance
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.546821
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.213677
266
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_MSC
Dependent Variable HMSC
Label HM_SWT_CINA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.051652
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.302145
267
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_SC
Dependent Variable CSC
Label KON_SWT_CINA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.097169
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.441054
268
Lampiran 7. Lanjutan
Model IMPOR_SC
Dependent Variable MSC
Label M_SWT_CINA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.536344
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.728439
269
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_MKC
Dependent Variable HMKC
Label HM_KDL_CINA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.889787
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.16315
270
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_KC
Dependent Variable CKC
Label KON_KDL_CINA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.314156
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.21539
271
Lampiran 7. Lanjutan
Model IMPOR_KC
Dependent Variable MKC
Label M_KDL_CINA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.862062
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.061171
272
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_MRC
Dependent Variable HMRC
Label HM_RAPE_CINA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.544718
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.117285
273
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_RC
Dependent Variable CRC
Label KON_RAPE_CINA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.108007
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.05917
274
Lampiran 7. Lanjutan
Model IMPOR_RC
Dependent Variable MRC
Label M_RAPE_CINA
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.726645
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.109558
275
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_MKID
Dependent Variable HMKID
Label HM_KDL_ID
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.68737
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.627736
276
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_KID
Dependent Variable CKID
Label KON_KDL_ID
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.049249
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.09431
277
Lampiran 7. Lanjutan
Model IMPOR_KID
Dependent Variable MKID
Label M_KDL_ID
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.54498
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.28821
278
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_MSID
Dependent Variable HMSID
Label HM_SWT_ID
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.07785
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.371694
279
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_SID
Dependent Variable CSID
Label KON_SWT_ID
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.387161
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.78973
280
Lampiran 7. Lanjutan
Model IMPOR_SID
Dependent Variable MSID
Label M_SWT_ID
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 0.629999
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.669034
281
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_MK
Dependent Variable HMKIR
Label HM_KDL_IR
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.830703
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.03012
282
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_KIR
Dependent Variable CKIR
Label KON_KDL_IR
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.022464
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.01448
283
Lampiran 7. Lanjutan
Model IMPOR_KIR
Dependent Variable MKIR
Label M_KDL_IR
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.542655
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.221771
284
Lampiran 7. Lanjutan
Model HARGA_MMIR
Dependent Variable HMMIR
Label HM_MTHR_IR
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.906567
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.014004
285
Lampiran 7. Lanjutan
Model DISAPPR_MIR
Dependent Variable CMIR
Label KON_MTHR_IR
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 2.045131
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.02257
286
Lampiran 7. Lanjutan
Model IMPOR_MIR
Dependent Variable MMIR
Label M_MTHR_IR
Analysis of Variance
Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F
Parameter Estimates
Durbin-Watson 1.39649
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.267211
287
ENDOGENOUS HSW HKW HRW HMW LASMIN LASMIS LASMIR YIESIN YIESIS
YIESIR HDSI HESI CSI XSI HESM XSM HEKB HDKB CKB XKB
HEKA HDKA HEMA HDMA CKA CMA XKA XMA HEKUSA HERUSA
HMRUSA HDRUSA HDKUSA MRUSA CKUSA CRUSA XKUSA XRUSA
HERCD HDRCD CRCD XRCD HMSP CSP MSP HMMMS CMMS MMMS
HMKEU HMSEU HMREU HMMEU CKEU CSEU CREU CMEU MKEU MSEU
MREU MMEU HMSC HMKC HMRC CSC CKC CRC MSC MKC MRC HMSID
HMKID CSID CKID MSID MKID HMKIR HMMIR CKIR CMIR MKIR
MMIR SDSI SXSI PRODSI XSW MSW XKW MKW XRW MRW XMW MMW
SDKB SDKA SDMA SDKUSA SDRUSA;
EXOGENOUS TREN PRODCOW HCOW XSRW MSRW XKRW MKRW XRRW MRRW XMRW
MMRW TSBI USPI HCPI ERI PESI STOKSI LPOPI LASIN LASIS
LASIR L3LASIN L3LASIS L3LASIR ERM PESM PRODSM STOKSM
CSM ERB PEKB PRODKB STOKKB POPB PEMA ERA PRODKA PRODMA
STOKKA STOKMA IPA POPA SEKUSA SERUSA TMRUSA PRODKUSA
PRODRUSA STOKKUSA STOKRUSA POPUSA IPUSA PRODRCD ERCD
POPCD SERCD TMSP ERP IPP POPP TMMMS ERMS PRODMMS
LPOPMS TMKEU TMMEU TMSEU TMREU EREU IPEU POPEU TMKC
TMSC TMRC ERC IPC POPC TMSID TMKID PRODKID ERID IPID
POPID TMMIR ERIR PRODKIR PRODMIR POPIR;
PARM
Lampiran 8. Lanjutan
AF0 -27.2357 AF1 0.065140 AF2 -0.22921 AF3 -2.04815 AF4 0.794059
AF5 0.011916
AG0 343.4989 AG1 0.457125 AG2 2.036429
AH0 0.855283 AH1 8.448790 AH2 -0.42908
AI0 0.680184 AI1 7.412285
CG0 0.519024 CG1 -0.12344 CG2 0.206917
CH0 7.249052 CH1 1.065817 CH2 0.013472 CH3 -0.02424 CH4 0.066539
AJ0 441.8021 AJ1 65.10564 AJ2 -0.27971 AJ3 0.077960
AK0 0.066989 AK1 -0.05650 AK2 0.431599
AL0 56.36600 AL1 -0.05946 AL2 -0.52080 AL3 0.644072 AL4 0.230138
AM0 -70.3891 AM1 0.709185 AM2 25.79298
AN0 -3516.09 AN1 -0.79295 AN2 -6.57461 AN3 0.299084 AN4 16.70166
AO0 0.636471 AO1 0.079828 AO2 -0.15465 AO3 0.542992
CE0 0.990814 CE1 -0.00435 CE2 0.015832 CE3 0.063175
AP0 5.123725 AP1 -0.32645 AP2 0.583089 AP3 0.414745
AQ0 -169.133 AQ1 -0.00666 AQ2 4.062721 AQ3 1.131358 AQ4 0.797579
AR0 0.689993 AR1 0.334226
AS0 -799.987 AS1 -0.30548 AS2 12.74509 AS3 0.433641
AT0 2310.386 AT1 -0.13369 AT2 -9.75469 AT3 -39.9513 AT4 784.9596
AT5 0.463356
AU0 0.359474 AU1 7.690904 AU2 0.345766
AV0 353.3033 AV1 -2.37764 AV2 -27.9014 AV3 82.52237
AW0 216.4328 AW1 -0.00951 AW2 -14.3876 AW3 0.112771 AW4 0.369714
AX0 175.0135 AX1 0.563480 AX2 4.251363
AY0 133.9674 AY1 0.746373 AY2 1.444464
AZ0 0.798185 AZ1 7.037101
BA0 336.7428 BA1 0.486808 BA2 2.017002
BB0 -0.77048 BB1 0.615640 BB2 0.503863 BB3 1400.688 BB4 0.026403
BB5 0.374336
BC0 -825.988 BC1 -732.909 BC2 0.478277 BC3 0.118464
BD0 -10473.3 BD1 -1.76015 BD2 1.236793 BD3 590.7302 BD4 0.040975
BD5 24.40434 BD6 0.604560
BE0 -5268.47 BE1 -0.59224 BE2 0.768582 BE3 15.21893 BE4 10.89263
BE5 0.908926
BF0 -0.30298 BF1 -91.3233 BF2 0.702171
BG0 -0.23946 BG1 0.399460 BG2 0.871883
BH0 154.2939 BH1 -0.72911 BH2 0.986633
BI0 30.12616 BI1 -0.18123 BI2 -0.30879 BI3 0.761962 BI4 0.650198
BJ0 -13375.0 BJ1 -2.99543 BJ2 0.175097 BJ3 1.794438 BJ4 145.2790
BJ5 1.223164 BJ6 3.447816
BK0 -1707.87 BK1 -0.16965 BK2 0.014549 BK3 1.844396 BK4 0.796551
BL0 0.854980 BL1 2.071625
BM0 264.6960 BM1 0.494498 BM2 0.215192
BN0 127.0903 BN1 0.605879 BN2 3.956275
BO0 -6128.81 BO1 -0.00352 BO2 0.257495 BO3 0.114741 BO4 6.436799
BO5 0.362579
BP0 -0.29663 BP1 0.346245 BP2 0.593307
BQ0 41.04146 BQ1 -0.02139 BQ2 -0.44848 BQ3 0.457126 BQ4 0.288498
BR0 274.0120 BR1 -0.12175 BR2 1.029408
BS0 10490.41 BS1 -91.5287 BS2 -180.130 BS3 -70.7774
BT0 42.28541 BT1 0.665738 BT2 23.18987 BT3 0.218731
BU0 0.748755 BU1 5.162068
BV0 -10086.8 BV1 -1.17667 BV2 0.756096 BV3 11.43984
BW0 -4107.24 BW1 -0.68285 BW2 0.414404 BW3 57.07257 BW4 1.570795
BW5 0.716798
289
Lampiran 8. Lanjutan
HSW = B0+B1*XSW+B2*MSW+B3*LHSW;
HKW = C0+C1*XKW+C2*MKW+C3*LHKW;
HRW = D0+D1*XRW+D2*MRW+D3*LHRW;
HMW = E0+E1*XMW+E2*MMW;
LASMIN = I0*LHESI+I1*RHCPI+I2*L3LASIN;
LASMIS = J0+J1*LHESI+J2*RHCPI+J3*USPI+J4*L3LASIS;
LASMIR = K0+K1*LHDSI+K2*USPI+K3*LLASIR;
YIESIN = L0*HESI+L1*RHCPI+L2*DLASMIN+L3*LYIESIN;
YIESIS = M0*HESI+M1*DLASMIS+M2*LYIESIS;
YIESIR = N0*HDSI+N1*LHDSI+N2*RHCPI+N3*DLASMIR+N4*LYIESIR;
HDSI = O0*HESI+O1*ERI+O2*RTSDSI+O3*LHDSI;
HESI = P0*HSW+P1*ERI+P2*RXSI+P3*LHESI;
XSI = Q0*HESI+Q1*RHDSI+Q2*PESI+Q3*ERI+Q4*SXSI;
CSI = R0+R1*HDSI+R2*RHCOW+R3*POPI+R4*LCSI;
HESM = S0+S1*HSW+S2*ERM+S3*XSM+S4*LHESM;
XSM = T0*HESM+T1*PESM+T2*STOKSM+T3*PRODSM+T4*LXSM;
HEKB = U0+U1*HKW+U2*ERB+U3*PEKB+U4*LHEKB;
HDKB = V0*HEKB+V1*SDKB+V2*CKB;
XKB = W0+W1*HEKB+W2*HDKB+W3*ERB+W4*PRODKB+W5*LXKB;
CKB = X0+X1*HDKB+X2*RRHDKBRHCOW+X3*POPB+X4*LCKB;
HEKA = Y0+Y1*HKW+Y2*ERA+Y3*XKA+Y4*LHEKA;
HDKA = Z0+Z1*HEKA+Z2*RSDCKA+Z3*LHDKA;
CKA = AA0+AA1*RHDKA+AA2*RHCOW+AA3*POPA;
XKA = AB0*HEKA+AB1*HDKA+AB2*ERA+AB3*PRODKA;
HEMA = AC0+AC1*HMW+AC2*LHEMA;
HDMA = AD0*HEMA+AD1*SDMA+AD2*CMA+AD3*LHDMA;
CMA = AE0*RHDMKA+AE1*HCOW+AE2*POPA;
XMA = AF0+AF1*HEMA+AF2*HDMA+AF3*PEMA+AF4*PRODMA+AF5*LXMA;
HEKUSA = AG0+AG1*HKW+AG2*SEKUSA;
HERUSA = AH0*HRW+AH1*SERUSA+AH2*XRUSA;
HMRUSA = AI0*HRW+AI1*TMRUSA;
HDKUSA = CG0*HEKUSA+CG1*SDKUSA+CG2*CKUSA;
HDRUSA = CH0+CH1*HERUSA+CH2*HMRUSA+CH3*SDRUSA+CH4*CRUSA;
XKUSA = AJ0+AJ1*RHEKUSA+AJ2*HDKUSA+AJ3*PRODKUSA;
XRUSA = AK0*HERUSA+AK1*HDRUSA+AK2*PRODRUSA;
MRUSA = AL0+AL1*HMRUSA+AL2*STOKRUSA+AL3*CRUSA+AL4*LMRUSA;
CKUSA = AM0*RHDKUSAHCOW+AM1*HDRUSA+AM2*POPUSA;
CRUSA = AN0+AN1*HDRUSA+AN2*RHDRUSAHCOW+AN3*HDKUSA+AN4*POPUSA;
HERCD = AO0*HRW+AO1*SERCD+AO2*XRCD+AO3*LHERCD;
HDRCD = CE0*HERCD+CE1*PRODRCD+CE2*CRCD+CE3*LHDRCD;
XRCD = AP0*RHERCD+AP1*HDRCD+AP2*PRODRCD+AP3*LXRCD;
CRCD = AQ0+AQ1*HDRCD+AQ2*HCOW+AQ3*POPCD+AQ4*LCRCD;
HMSP = AR0*HSW+AR1*LHMSP;
CSP = AS0+AS1*HMSP+AS2*POPP+AS3*LCSP;
MSP = AT0+AT1*HMSP+AT2*ERP+AT3*TMSP+AT4*RCSP+AT5*LMSP;
HMMMS = AU0*HMW+AU1*TMMMS+AU2*LHMMMS;
MMMS = AV0+AV1*RHMMMS+AV2*ERMS+AV3*RCMMS;
290
Lampiran 8. Lanjutan
CMMS = AW0+AW1*HMMMS+AW2*ERMS+AW3*POPMS+AW4*LCMMS;
HMKEU = AX0+AX1*HKW+AX2*TMKEU;
HMSEU = AY0+AY1*HSW+AY2*TMSEU;
HMREU = AZ0*HRW+AZ1*TMREU;
HMMEU = BA0+BA1*HMW+BA2*TMMEU;
CKEU = BB0*HMKEU+BB1*HMREU+BB2*HMMEU+BB3*RHCOW+BB4*IPEU
+BB5*LCKEU;
CMEU = BC0+BC1*RHMMREU+BC2*HMKEU+BC3*IPEU;
CSEU = BD0+BD1*HMSEU+BD2*HMMEU+BD3*RHCOW+BD4*IPEU+BD5*POPEU
+BD6*LCSEU;
CREU = BE0+BE1*HMREU+BE2*HMSEU+BE3*HCOW+BE4*POPEU+BE5*LCREU;
MKEU = BF0*HMKEU+BF1*EREU+BF2*CKEU;
MSEU = BG0*HMSEU+BG1*CSEU+BG2*LMSEU;
MREU = BH0+BH1*HMREU+BH2*CREU;
MMEU = BI0+BI1*HMMEU+BI2*PRODMEU+BI3*CMEU+BI4*LMMEU;
HMSC = BL0*HSW+BL1*TMSC;
HMKC = BM0+BM1*HKW+BM2*TMKC;
HMRC = BN0+BN1*HRW+BN2*TMRC;
CSC = BJ0+BJ1*HMSC+BJ2*HMKC+BJ3*HMRC+BJ4*HCOW+BJ5*IPC+BJ6*POPC;
CKC = BK0+BK1*HMKC+BK2*IPC+BK3*POPC+BK4*LCKC;
CRC = BO0+BO1*HMRC+BO2*HMKC+BO3*IPC+BO4*POPC+BO5*LCRC;
MKC = BP0*HMKC+BP1*CKC+BP2*LMKC;
MRC = BQ0+BQ1*HMRC+BQ2*PRODRC+BQ3*CRC+BQ4*LMRC;
MSC = BR0+BR1*HMSC+BR2*CSC;
HMSID = BT0+BT1*HSW+BT2*RCSID+BT3*LHMSID;
HMKID = BU0*HKW+BU1*TMKID;
CSID = BV0+BV1*HMSID+BV2*IPID+BV3*POPID;
CKID = BW0+BW1*HMKID+BW2*HMSID+BW3*HCOW+BW4*POPID+BW5*LCKID;
MSID = BS0+BS1*RRHMSIDRCSID+BS2*TMSID+BS3*ERID;
MKID = BX0+BX1*HMKID+BX2*PRODKID+BX3*CKID;
HMKIR = BY0*HKW+BY1*TMKIR;
HMMIR = BZ0*HMW+BZ1*TMMIR+BZ2*LHMMIR;
CKIR = CA0*HMKIR+CA1*HMMIR+CA2*POPIR+CA3*LCKIR;
CMIR = CB0+CB1*RHMMKIR+CB2*HCOW+CB3*POPIR+CB4*LCMIR;
MKIR = CC0*HMKIR+CC1*PRODKIR+CC2*CKIR+CC3*LMKIR;
MMIR = CD0*HMMIR+CD1*PRODMIR+CD2*CMIR;
PRODSI = LASMIN*YIESIN+LASMIS*YIESIS+LASMIR*YIESIR;
XSW = XSI+XSM+XSRW;
XKW = XKA+XKB+XKUSA+XKRW;
XRW = XRCD+XRUSA+XRRW;
XMW = XMA+XMRW;
MSW = MSC+MSEU+MSID+MSP+MSRW;
MKW = MKC+MKID+MKEU+MKIR+MKRW;
MRW = MRUSA+MREU+MRC+MRRW;
MMW = MMEU+MMMS+MMIR+MMRW;
SDSI = STOKSI+PRODSI-XSI;
SXSI = STOKSI+PRODSI-CSI;
SDKB = STOKKB+PRODKB-XKB;
SDKA = STOKKA+PRODKA-XKA;
SDMA = STOKMA+PRODMA-XMA;
SDKUSA = STOKKUSA+PRODKUSA-XKUSA;
SDRUSA = STOKRUSA+PRODRUSA+MRUSA-XRUSA;
291
Lampiran 8. Lanjutan
Model Summary
DATA= TESIS
Solution Summary
Variables Solved 97
Simulation Lag Length 1
Solution Range Tahun
First 2003
Last 2008
Solution Method NEWTON
CONVERGE= 1E-8
Maximum CC 5.37E-10
Maximum Iterations 4
Total Iterations 18
Average Iterations 3
Observations Processed
Read 7
Lagged 1
Solved 6
First 24
Last 29
293
Lampiran 9. Lanjutan
The SAS System
Descriptive Statistics
Actual Predicted
Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label
Lampiran 9. Lanjutan
The SAS System
Descriptive Statistics
Actual Predicted
Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label
Lampiran 9. Lanjutan
The SAS System
Statistics of fit
Lampiran 9. Lanjutan
The SAS System
Statistics of fit
Lampiran 9. Lanjutan
The SAS System
HSW 6 7971.5 0.45 0.31 0.06 0.63 0.06 0.63 0.1721 0.0823
HKW 6 18102.9 -0.55 0.30 0.28 0.42 0.45 0.25 0.2058 0.1098
HRW 6 7583.0 0.82 0.63 0.15 0.21 0.29 0.08 0.1181 0.0621
HMW 6 19628.3 0.16 0.12 0.04 0.84 0.33 0.55 0.1865 0.0970
LASMIN 6 791.7 0.84 0.03 0.06 0.91 0.27 0.70 0.0495 0.0249
LASMIS 6 74599.7 0.70 0.07 0.22 0.72 0.68 0.26 0.1267 0.0647
LASMIR 6 6677.2 0.95 0.00 0.07 0.93 0.01 0.98 0.0468 0.0234
YIESIN 6 0.2474 0.82 0.17 0.25 0.59 0.54 0.29 0.1443 0.0749
YIESIS 6 0.1054 0.78 0.14 0.19 0.67 0.52 0. 34 0.0946 0.0483
YIESIR 6 0.1692 -0.18 0.27 0.22 0.50 0.14 0.58 0.1398 0.0727
PRODSI 6 6280008 0.94 0.21 0.57 0.22 0.70 0.09 0.1698 0.0894
HDSI 6 545314 -0.08 0.47 0.03 0.50 0.37 0.16 0.1461 0.0771
HESI 6 7171.4 0.44 0.30 0.05 0.65 0.09 0.61 0.1934 0.0922
SDSI 6 1772586 0.64 0.01 0.11 0.88 0.61 0.39 0.2613 0 .1324
CSI 6 1904.9 0.99 0.18 0.03 0.79 0.05 0.78 0.0100 0.0050
SXSI 6 6253190 0.93 0.22 0.54 0.24 0 .68 0.10 0.2121 0.1137
XSI 6 4158470 0.94 0.37 0.41 0.22 0.52 0.10 0.1832 0.0982
HESM 6 16370.2 -0.03 0.26 0.19 0.55 0.10 0.64 0.2917 0.1369
XSM 6 448914 0.91 0.22 0.19 0.59 0.07 0.71 0.0498 0.0252
HEKB 6 12643.1 0.32 0.04 0.04 0.92 0.80 0.16 0.1697 0.0870
HDKB 6 3643.8 0.08 0.47 0.03 0.51 0.24 0.29 0.1902 0.0896
SDKB 6 46417.9 0.95 0.02 0.58 0.40 0 .74 0.24 0.0568 0.0283
CKB 6 41722.7 0.95 0.04 0.59 0.37 0.75 0.21 0.0587 0.0296
XKB 6 46417.9 -0.05 0.02 0.15 0.83 0.33 0.65 0.0893 0.0450
HEKA 6 16058.9 -0.08 0.23 0.03 0.74 0.58 0.18 0.2247 0.1200
HDKA 6 9418.7 0.92 0.73 0.21 0.06 0.25 0.01 0.2213 0.1229
HEMA 6 1926.8 0.78 0.01 0.17 0.82 0.52 0.46 0. 0734 0.0366
HDMA 6 1321.9 0.46 0.07 0.02 0.91 0.52 0.41 0.1245 0.0636
SDKA 6 102471 0.07 0.05 0.07 0.89 0.39 0.56 0.3006 0.1584
SDMA 6 3063.4 0.43 0.12 0.05 0.83 0.13 0.75 0.1356 0.0664
CKA 6 76431.3 0.93 0.14 0.70 0.16 0.83 0.02 0.3888 0.2203
CMA 6 3938.6 -0.34 0.46 0.12 0.42 0.34 0.20 0.1797 0.0850
XKA 6 102471 0.88 0.05 0.00 0.95 0.03 0.92 0.0602 0.0299
XMA 6 3063.4 0.92 0.12 0.02 0.86 0.00 0.87 0.0506 0.0255
HEKUSA 6 5902.7 0.16 0.05 0.00 0.95 0.63 0.32 0.1234 0.0610
HERUSA 6 7735.8 0.43 0.01 0.05 0.94 0.70 0.29 0.1246 0.0629
HMRUSA 6 6633.5 0.37 0.20 0.01 0.79 0.49 0.31 0.1219 0.0629
HDRUSA 6 7015.4 0.50 0.01 0.09 0.90 0.71 0.28 0.1041 0.0525
HDKUSA 6 41424.0 -0.15 0.42 0.25 0.33 0.03 0.55 0.2368 0.1285
MRUSA 6 28589.2 0.95 0.03 0.80 0.17 0.92 0.0 6 0.2074 0.1076
SDKUSA 6 93385.3 0.94 0.26 0.29 0.45 0.18 0.56 0.0338 0.0171
SDRUSA 6 39667.2 0.91 0.01 0.57 0.42 0.81 0.18 0.1813 0.0930
CKUSA 6 863605 -0.10 0.79 0.08 0.13 0.01 0.20 0.1162 0.0613
CRUSA 6 51419.6 0.95 0.03 0.79 0.17 0.92 0.05 0.2199 0.1144
XKUSA 6 93385.3 0.64 0.26 0.18 0.56 0.60 0.14 0.3696 0.1741
XRUSA 6 3807.1 0.11 0.02 0.14 0.84 0.20 0.78 0.3307 0.1720
HERCD 6 5562.2 0.72 0.14 0.22 0.65 0.62 0.24 0.1185 0.0608
HDRCD 6 4066.4 0.76 0.27 0.17 0.55 0.47 0.25 0.0954 0.0490
CRCD 6 5630.0 -0.77 0.67 0.22 0.11 0.20 0.13 0.1946 0.0903
XRCD 6 25056.9 0.94 0.76 0.14 0.10 0.10 0 .14 0.1358 0.0718
HMSP 6 25769.0 -0.74 0.49 0.44 0.07 0.00 0.51 0.3520 0.1569
CSP 6 61042.2 0.87 0.18 0.43 0.39 0.68 0.15 0.1362 0.0706
MSP 6 10133.3 0.97 0.00 0.42 0.57 0.55 0.45 0.0556 0.0279
HMMMS 6 2096.0 0.74 0.04 0.00 0.96 0.13 0.83 0.0770 0.0389
CMMS 6 3057.0 0.81 0.48 0.07 0.45 0.24 0.29 0.2214 0.1212
MMMS 6 1911.9 0.83 0.19 0.18 0.63 0.44 0.37 0.1756 0.0924
HMKEU 6 6847.4 -0.34 0.09 0.17 0.74 0.67 0.24 0.1301 0.0666
HMSEU 6 7244.1 -0.25 0.21 0.42 0.37 0.02 0.78 0.1564 0.0756
HMREU 6 10169.1 -0.67 0.25 0.45 0.30 0.33 0.42 0.1356 0.0703
HMMEU 6 4392.2 0.66 0.01 0.18 0.81 0.69 0.30 0.0914 0.0460
CKEU 6 8518.8 0.15 0.02 0.40 0.58 0.00 0.98 0.0550 0.0276
CSEU 6 26042.2 0.32 0.38 0.02 0.60 0.18 0.44 0.0588 0.0300
298
Lampiran 9. Lanjutan
The SAS System
CREU 6 40363.1 -0.06 0.00 0.95 0.05 0.54 0.45 0.0820 0.0411
CMEU 6 12451.8 0.86 0.02 0.91 0.07 0 .78 0.21 0.0544 0.0273
MKEU 6 364572 0.20 0.39 0.00 0.61 0.50 0.11 0.4393 0.2638
MSEU 6 291144 0.97 0.60 0.28 0.12 0.33 0.07 0.0980 0.0511
MREU 6 316682 0.91 0.06 0.68 0.26 0.87 0.07 0.2446 0.1290
MMEU 6 52746.5 0.86 0.13 0.06 0.82 0.24 0.63 0.1102 0.0564
HMSC 6 6231.0 0.29 0.19 0.09 0.72 0.11 0.71 0. 1589 0.0770
HMKC 6 6516.5 -0.19 0.02 0.07 0.91 0.78 0.20 0.1416 0.0719
HMRC 6 920.2 0.86 0.18 0.01 0.81 0.13 0.69 0.0493 0.0249
CSC 6 216289 0.87 0.37 0.05 0.58 0.00 0.63 0.0995 0.0513
CKC 6 20502.9 0.84 0.63 0.11 0.26 0.03 0.33 0.0463 0.0236
CRC 6 2516.4 0.99 0.05 0.08 0.87 0.14 0.81 0.0110 0.0055
MSC 6 221845 0.87 0.36 0.20 0.43 0.08 0.56 0.0943 0.0484
MKC 6 424133 0.42 0.43 0.01 0.56 0.14 0.42 0.2816 0.1567
MRC 6 18809.0 0.59 0.13 0.35 0.52 0.05 0.82 0.4768 0.2501
HMSID 6 19479.2 -0.66 0.39 0.46 0.15 0.03 0.57 0.3111 0.1423
HMKID 6 5399.7 0.91 0.11 0.62 0.27 0.81 0.08 0.1321 0.0680
CSID 6 198769 0.79 0.00 0.10 0.89 0.41 0.59 0.1117 0.0559
CKID 6 87848.0 0.59 0.20 0.02 0.79 0.33 0.48 0.1173 0.0604
MSID 6 293879 0.76 0.16 0.02 0.82 0.05 0 .79 0.1362 0.0665
MKID 6 95701.5 0.96 0.21 0.66 0.13 0.74 0.05 0.2168 0.1163
HMKIR 6 6477.2 0.04 0.20 0.03 0.77 0.43 0.37 0.1370 0.0709
HMMIR 6 3963.8 0.89 0.44 0.10 0.46 0.23 0.32 0.0975 0.0505
CKIR 6 1813.1 0.79 0.23 0.23 0.54 0.54 0.23 0.0567 0.0288
CMIR 6 4826.0 0.43 0.02 0.03 0.95 0.62 0.37 0.4584 0.2362
MKIR 6 1534.1 0.86 0.03 0.00 0.97 0.09 0.88 0.0613 0.0305
MMIR 6 5137.8 0.43 0.12 0.01 0.86 0.49 0.39 0.5153 0.2524
XSW 6 4219117 1.00 0.58 0 .39 0.03 0.40 0.02 0.0738 0.0381
MSW 6 535875 0.99 0.43 0.05 0.52 0.07 0.50 0.0268 0.0135
XKW 6 134191 0.95 0.28 0.13 0.59 0.05 0.67 0.0339 0.0168
MKW 6 1207296 0.71 0.73 0.00 0.27 0.04 0.24 0.1057 0.0554
XRW 6 38969.3 0.99 0.55 0.06 0.39 0.04 0.42 0.0561 0.0286
MRW 6 470189 0.84 0.10 0.36 0.54 0. 67 0.23 0.1896 0.0991
XMW 6 3063.4 1.00 0.12 0.16 0.71 0.14 0.74 0.0132 0.0066
MMW 6 67107.4 0.94 0.08 0.39 0.53 0.56 0.35 0.0635 0.0321
299
Lampiran 9. Lanjutan
The SAS System
HSW 6 0.0396 0.63 0.30 0.15 0.55 0.00 0.70 1.0069 0.4373
HKW 6 0.0470 0.25 0.30 0.07 0.62 0.11 0.58 1.1226 0.7117
HRW 6 0.0157 0.78 0.65 0.06 0.29 0.19 0.16 0.9895 0.6592
HMW 6 0.0378 0.45 0.13 0.00 0.86 0.26 0.61 0.9143 0.6136
LASMIN 6 0.00215 0.95 0.05 0.57 0.39 0.73 0.23 0.5067 0.3209
LASMIS 6 0.0187 0.66 0.01 0.81 0.19 0.49 0.50 1.2094 0.4547
LASMIR 6 0.00353 0.27 0.00 0.00 1.00 0.58 0.42 0.5623 0.3070
YIESIN 6 0.0296 0.80 0.14 0.17 0.69 0.48 0.38 0.6948 0.4721
YIESIS 6 0.0107 0.67 0.12 0.00 0.88 0.22 0.67 0.7385 0.4614
YIESIR 6 0.0190 0.12 0.26 0.43 0.31 0.02 0.72 1.6221 0.7236
PRODSI 6 0.0320 0.45 0.11 0.28 0.61 0.00 0.89 0.9083 0.4799
HDSI 6 0.0280 0.86 0.41 0.23 0.36 0.42 0.17 0.8648 0.5218
HESI 6 0.0525 0.63 0.30 0.18 0.51 0.01 0.69 1.0211 0.4319
SDSI 6 0.1780 0.79 0.00 0.05 0.95 0.32 0.68 0.6100 0.3616
CSI 6 0.000120 0.57 0.19 0.34 0.47 0.05 0.76 0.2090 0.0997
SXSI 6 0.0558 0.38 0.10 0.21 0.69 0.01 0.89 0.8934 0.4997
XSI 6 0.0423 0.27 0.21 0.51 0.28 0.10 0.69 1.0745 0.5434
HESM 6 0.1188 0.72 0.29 0.13 0.57 0.00 0.70 0.9010 0.4014
XSM 6 0.00347 0.73 0.24 0.05 0.72 0.30 0 .46 0.5868 0.3740
HEKB 6 0.0275 0.72 0.05 0.04 0.90 0.35 0.60 0.7233 0.4425
HDKB 6 0.0394 0.53 0.49 0.12 0.39 0.00 0.51 1.3616 0.5613
SDKB 6 0.00367 0.49 0.05 0.27 0.68 0.00 0.95 0.7534 0.3506
CKB 6 0.00348 0.29 0.01 0.49 0.50 0.03 0.95 0.8344 0.4109
XKB 6 0.00763 0.61 0.02 0.12 0.86 0.01 0.97 0.8521 0.4432
HEKA 6 0.0612 0.36 0.22 0.02 0.75 0.20 0.57 0.9959 0.6686
HDKA 6 0.0514 0.59 0.75 0.12 0.13 0.03 0.23 1.5571 0.7227
HEMA 6 0.00547 0.79 0.02 0 .02 0.96 0.05 0.93 0.6267 0.3356
HDMA 6 0.0221 0.56 0.01 0.57 0.42 0.17 0.82 1.0334 0.4456
SDKA 6 0.0966 -0.08 0.01 0.51 0.48 0.00 0.99 1.2480 0.6569
SDMA 6 0.0161 0.92 0.09 0.14 0.77 0.31 0.60 0.4541 0.2548
CKA 6 0.1716 -0.04 0.04 0.47 0.49 0.00 0.96 1.1409 0.6202
CMA 6 0.0346 0.74 0.48 0.08 0.44 0. 00 0.52 1.0120 0.4401
XKA 6 0.00338 0.92 0.03 0.24 0.73 0.44 0.53 0.4351 0.2485
XMA 6 0.00335 0.98 0.16 0.07 0.77 0.13 0.71 0.2428 0.1279
HEKUSA 6 0.0154 0.48 0.06 0.07 0.87 0.08 0.85 0.9408 0.5391
HERUSA 6 0.0158 0.03 0.00 0.75 0.25 0.14 0.86 1.6304 0.6403
HMRUSA 6 0.0162 0.76 0.21 0.06 0.73 0.32 0.47 0.7527 0.4690
HDRUSA 6 0.0109 0.52 0.00 0.47 0.53 0.07 0.93 1.1508 0.4975
HDKUSA 6 0.0629 -0.07 0.41 0.06 0.53 0.28 0.31 1.3572 0.6561
MRUSA 6 0.0538 0.37 0.00 0.40 0.60 0.01 0.99 0.8565 0.4106
SDKUSA 6 0.00125 0.90 0.30 0.02 0.69 0.10 0.60 0.5254 0.2850
SDRUSA 6 0.0383 0.19 0.01 0.37 0.63 0.00 0.99 0.8332 0.4120
CKUSA 6 0.0133 0.10 0.80 0.04 0.17 0.03 0.17 2.4327 0.7287
CRUSA 6 0.0566 0.06 0.00 0.51 0.49 0.00 1 .00 0.9783 0.4785
XKUSA 6 0.2328 0.70 0.35 0.20 0.46 0.03 0.63 1.0275 0.4283
XRUSA 6 0.1180 0.63 0.02 0.05 0.93 0.06 0.93 0.7085 0.3917
HERCD 6 0.0139 0.71 0.13 0.06 0.81 0.38 0.49 0.7755 0.4666
HDRCD 6 0.00933 0.85 0.28 0.15 0.57 0.37 0.36 0.7016 0.4166
CRCD 6 0.0421 0.25 0.66 0.14 0.20 0.00 0.34 2.1356 0.6751
XRCD 6 0.0394 0.96 0.66 0.14 0.20 0.19 0.14 0.5516 0.3450
HMSP 6 0.1572 0.26 0.47 0.38 0.15 0.10 0.43 2.4675 0.6998
CSP 6 0.0220 0.54 0.12 0 .13 0.75 0.01 0.87 0.8309 0.4635
MSP 6 0.00415 0.92 0.01 0.00 0.99 0.03 0.95 0.3503 0.1781
HMMMS 6 0.00535 0.73 0.05 0.01 0.95 0.21 0.74 0.6498 0.3580
CMMS 6 0.0668 0.89 0.61 0.02 0.37 0.09 0.30 0.5668 0.3497
MMMS 6 0.0818 0.88 0.01 0.67 0.33 0.45 0.54 0.6266 0.2704
HMKEU 6 0.0168 0.61 0.09 0.01 0.90 0. 13 0.78 0.8292 0.4810
HMSEU 6 0.0272 0.51 0.22 0.31 0.47 0.03 0.75 1.2476 0.5192
HMREU 6 0.0191 0.42 0.22 0.09 0.69 0.06 0.72 1.0951 0.5805
HMMEU 6 0.00742 0.65 0.00 0.13 0.87 0.00 0.99 0.7853 0.4014
CKEU 6 0.00307 0.47 0.02 0.16 0.82 0.02 0.96 0.9713 0.5188
CSEU 6 0.00346 -0.20 0.39 0.23 0.38 0.08 0.54 1.4780 0.8369
CREU 6 0.00782 0.26 0.01 0.30 0.69 0.01 0.98 1.0807 0.5753
CMEU 6 0.00301 -0.01 0.02 0.93 0.04 0.58 0.39 3.2747 0.7850
300
Lampiran 9. Lanjutan
The SAS System
MKEU 6 0.2331 0.01 0.27 0.35 0.38 0.00 0.73 1.3806 0.7478
MSEU 6 0.00966 0.72 0.56 0.27 0.17 0.12 0.32 0.9467 0.4971
MREU 6 0.0946 0.32 0.00 0.39 0.61 0.00 1.00 1.0631 0.5169
MMEU 6 0.0145 0.52 0.09 0.03 0.88 0.14 0.78 0.7763 0.4743
HMSC 6 0.0321 0.66 0.19 0.15 0.65 0.00 0.81 0.9014 0.4143
HMKC 6 0.0191 0.61 0.01 0.05 0.93 0.06 0.93 0.8201 0.4531
HMRC 6 0.00252 0.86 0.17 0.01 0.82 0.13 0.70 0.5527 0.2933
CSC 6 0.0116 0.88 0.42 0.08 0.50 0.01 0.57 0.4748 0.2562
CKC 6 0.00232 0.72 0.66 0.02 0.32 0.14 0.20 0.9768 0.6621
CRC 6 0.000141 0.93 0.05 0.45 0.50 0.65 0.30 0.3319 0.1725
MSC 6 0.0122 0.56 0.41 0.00 0.59 0.11 0.48 0.7416 0.4923
MKC 6 0.1770 0.84 0.43 0.12 0.45 0.30 0.27 0.6933 0.4676
MRC 6 1.0590 0.87 0.13 0.04 0.83 0.19 0 .68 0.4824 0.2774
HMSID 6 0.1290 0.53 0.42 0.44 0.14 0.21 0.37 2.2791 0.6530
HMKID 6 0.0156 0.62 0.07 0.10 0.83 0.02 0.91 0.8634 0.4471
CSID 6 0.0146 0.71 0.03 0.27 0.70 0.03 0.94 0.8092 0.3716
CKID 6 0.0156 0.76 0.18 0.00 0.82 0.14 0.68 0.6907 0.4046
MSID 6 0.0238 0.77 0.21 0.28 0.51 0.07 0.72 0.8425 0.3550
MKID 6 0.0832 0.95 0.16 0.50 0.34 0.64 0.20 0.5305 0.3331
HMKIR 6 0.0208 0.71 0.20 0.01 0.80 0.19 0.61 0.7753 0.4643
HMMIR 6 0.00792 0.79 0.47 0 .01 0.52 0.10 0.43 0.8029 0.3797
CKIR 6 0.00289 0.43 0.19 0.59 0.22 0.22 0.59 1.4025 0.4832
CMIR 6 2.0679 0.65 0.04 0.12 0.84 0.01 0.95 0.6799 0.3321
MKIR 6 0.00339 0.86 0.04 0.02 0.94 0.01 0.95 0.4400 0.2300
MMIR 6 8.9090 0.59 0.14 0.33 0.54 0.04 0.82 0.8848 0.3771
XSW 6 0.00549 0.73 0.55 0.25 0.20 0. 11 0.34 0.6490 0.3678
MSW 6 0.000968 0.93 0.40 0.00 0.60 0.03 0.57 0.2268 0.1222
XKW 6 0.000990 0.97 0.28 0.02 0.70 0.06 0.66 0.2949 0.1492
MKW 6 0.0114 0.76 0.73 0.07 0.20 0.01 0.26 1.3259 0.5900
XRW 6 0.00462 0.96 0.60 0.02 0.38 0.05 0.35 0.3859 0.2139
MRW 6 0.0484 0.24 0.02 0.51 0.48 0.03 0.95 1.1153 0.5338
XMW 6 0.000286 1.00 0.14 0.01 0.85 0.01 0.84 0.0938 0.0474
MMW 6 0.00480 0.92 0.03 0.10 0.87 0.01 0.95 0.4003 0.1980
301
Lampiran 10. Program Peramalan Variabel Eksogen dan Peramalan Tahap Awal
Variabel Endogen dalam Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati
dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun 2012-2025
HSW HKW HRW HMW LASMIN LASMIS LASMIR YIESIN YIESIS YIESIR HDSI
HESI XSI CSI HESM XSM HEKB HDKB XKB CKB HEKA HDKA HEMA HDMA
CKA XKA CMA XMA HEKUSA HERUSA HMRUSA HDKUSA HDRUSA XKUSA XRUSA
MRUSA CKUSA CRUSA HERCD HDRCD XRCD CRCD HMSP CSP MSP HMMMS
MMMS CMMS HMKEU HMSEU HMREU HMMEU CKEU CSEU CREU CMEU MKEU
MSEU MREU MMEU HMSC HMKC HMRC CSC CKC CRC MSC MKC MRC HMSID
HMKID CSID CKID MSID MKID HMKIR HMMIR CKIR CMIR MKIR MMIR;
RUN;
DATA RAMAL1;
SET EXSO;
RUN;
DATA ENDOG;
SET RAMAL1;
ENDOGENOUS
HSW HKW HRW HMW LASMIN LASMIS LASMIR YIESIN YIESIS YIESIR HDSI
HESI CSI XSI HESM XSM HEKB HDKB CKB XKB HEKA HDKA HEMA HDMA CKA
CMA XKA XMA HEKUSA HERUSA HMRUSA HDRUSA HDKUSA MRUSA CKUSA CRUSA
XKUSA XRUSA HERCD HDRCD CRCD XRCD HMSP CSP MSP HMMMS CMMS MMMS
HMKEU HMSEU HMREU HMMEU CKEU CSEU CREU CMEU MKEU MSEU MREU MMEU
HMSC HMKC HMRC CSC CKC CRC MSC MKC MRC HMSID HMKID CSID CKID MSID
MKID HMKIR HMMIR CKIR CMIR MKIR MMIR SDSI SXSI PRODSI XSW MSW XKW
MKW XRW MRW XMW MMW SDKB SDKA SDMA SDKUSA SDRUSA
EXOGENOUS
TREN HCOW XSRW MSRW XKRW MKRW XRRW MRRW XMRW MMRW TSBI USPI HCPI
ERI PESI STOKSI LPOPI LASIN LASIS LASIR ERM PESM PRODSM STOKSM CSM
ERB PEKB PRODKB STOKKB POPB PEMA ERA PRODKA PRODMA STOKKA STOKMA
IPA POPA SEKUSA SERUSA TMRUSA PRODKUSA PRODRUSA STOKKUSA STOKRUSA
POPUSA IPUSA PRODRCD STOKRCD POPCD SERCD TMSP ERP IPP POPP TMMMS
ERMS PRODMMS POPMS TMKEU TMMEU TMSEU TMREU EREU IPEU POPEU TMKC
TMSC TMRC ERC IPC POPC PPRODRC TMSID TMKID PRODKID ERID IPID
POPID TMMIR TMKIR ERIR PRODKIR PRODMIR IPIR POPIR;
305
PARM
HSW = B0+B1*XSW+B2*MSW+B3*LHSW;
HKW = C0+C1*XKW+C2*MKW+C3*LHKW;
HRW = D0+D1*XRW+D2*MRW+D3*LHRW;
HMW = E0+E1*XMW+E2*MMW;
LASMIN = I0*LHESI+I1*RHCPI+I2*L3LASIN;
LASMIS = J0+J1*LHESI+J2*RHCPI+J3*USPI+J4*L3LASIS;
LASMIR = K0+K1*LHDSI+K2*USPI+K3*LLASIR;
YIESIN = L0*HESI+L1*RHCPI+L2*DLASMIN+L3*LYIESIN;
YIESIS = M0*HESI+M1*DLASMIS+M2*LYIESIS;
YIESIR = N0*HDSI+N1*LHDSI+N2*RHCPI+N3*DLASMIR+N4*LYIESIR;
HDSI = O0*HESI+O1*ERI+O2*RTSDSI+O3*LHDSI;
HESI = P0*HSW+P1*ERI+P2*RXSI+P3*LHESI;
XSI = Q0*HESI+Q1*RHDSI+Q2*PESI+Q3*ERI+Q4*SXSI;
CSI = R0+R1*HDSI+R2*RHCOW+R3*POPI+R4*LCSI;
HESM = S0+S1*HSW+S2*ERM+S3*XSM+S4*LHESM;
XSM = T0*HESM+T1*PESM+T2*STOKSM+T3*PRODSM+T4*LXSM;
HEKB = U0+U1*HKW+U2*ERB+U3*PEKB+U4*LHEKB;
HDKB = V0*HEKB+V1*SDKB+V2*CKB;
307
XKB = W0+W1*HEKB+W2*HDKB+W3*ERB+W4*PRODKB+W5*LXKB;
CKB = X0+X1*HDKB+X2*RRHDKBRHCOW+X3*POPB+X4*LCKB;
HEKA = Y0+Y1*HKW+Y2*ERA+Y3*XKA+Y4*LHEKA;
HDKA = Z0+Z1*HEKA+Z2*RSDCKA+Z3*LHDKA;
CKA = AA0+AA1*RHDKA+AA2*RHCOW+AA3*POPA;
XKA = AB0*HEKA+AB1*HDKA+AB2*ERA+AB3*PRODKA;
HEMA = AC0+AC1*HMW+AC2*LHEMA;
HDMA = AD0*HEMA+AD1*SDMA+AD2*CMA+AD3*LHDMA;
CMA = AE0*RHDMKA+AE1*HCOW+AE2*POPA;
XMA = AF0+AF1*HEMA+AF2*HDMA+AF3*PEMA+AF4*PRODMA+AF5*LXMA;
HEKUSA = AG0+AG1*HKW+AG2*SEKUSA;
HERUSA = AH0*HRW+AH1*SERUSA+AH2*XRUSA;
HMRUSA = AI0*HRW+AI1*TMRUSA;
HDKUSA = CG0*HEKUSA+CG1*SDKUSA+CG2*CKUSA;
HDRUSA = CH0+CH1*HERUSA+CH2*HMRUSA+CH3*SDRUSA+CH4*CRUSA;
XKUSA = AJ0+AJ1*RHEKUSA+AJ2*HDKUSA+AJ3*PRODKUSA;
XRUSA = AK0*HERUSA+AK1*HDRUSA+AK2*PRODRUSA;
MRUSA = AL0+AL1*HMRUSA+AL2*STOKRUSA+AL3*CRUSA+AL4*LMRUSA;
CKUSA = AM0*RHDKUSAHCOW+AM1*HDRUSA+AM2*POPUSA;
CRUSA = AN0+AN1*HDRUSA+AN2*RHDRUSAHCOW+AN3*HDKUSA+AN4*POPUSA;
HERCD = AO0*HRW+AO1*SERCD+AO2*XRCD+AO3*LHERCD;
HDRCD = CE0*HERCD+CE1*PRODRCD+CE2*CRCD+CE3*LHDRCD;
XRCD = AP0*RHERCD+AP1*HDRCD+AP2*PRODRCD+AP3*LXRCD;
CRCD = AQ0+AQ1*HDRCD+AQ2*HCOW+AQ3*POPCD+AQ4*LCRCD;
HMSP = AR0*HSW+AR1*LHMSP;
CSP = AS0+AS1*HMSP+AS2*POPP+AS3*LCSP;
MSP = AT0+AT1*HMSP+AT2*ERP+AT3*TMSP+AT4*RCSP+AT5*LMSP;
HMMMS = AU0*HMW+AU1*TMMMS+AU2*LHMMMS;
MMMS = AV0+AV1*RHMMMS+AV2*ERMS+AV3*RCMMS;
CMMS = AW0+AW1*HMMMS+AW2*ERMS+AW3*POPMS+AW4*LCMMS;
HMKEU = AX0+AX1*HKW+AX2*TMKEU;
HMSEU = AY0+AY1*HSW+AY2*TMSEU;
HMREU = AZ0*HRW+AZ1*TMREU;
HMMEU = BA0+BA1*HMW+BA2*TMMEU;
CKEU = BB0*HMKEU+BB1*HMREU+BB2*HMMEU+BB3*RHCOW+BB4*IPEU
+BB5*LCKEU;
CMEU = BC0+BC1*RHMMREU+BC2*HMKEU+BC3*IPEU;
CSEU = BD0+BD1*HMSEU+BD2*HMMEU+BD3*RHCOW+BD4*IPEU+BD5*POPEU
+BD6*LCSEU;
CREU = BE0+BE1*HMREU+BE2*HMSEU+BE3*HCOW+BE4*POPEU+BE5*LCREU;
MKEU = BF0*HMKEU+BF1*EREU+BF2*CKEU;
MSEU = BG0*HMSEU+BG1*CSEU+BG2*LMSEU;
MREU = BH0+BH1*HMREU+BH2*CREU;
MMEU = BI0+BI1*HMMEU+BI2*PRODMEU+BI3*CMEU+BI4*LMMEU;
HMSC = BL0*HSW+BL1*TMSC;
HMKC = BM0+BM1*HKW+BM2*TMKC;
HMRC = BN0+BN1*HRW+BN2*TMRC;
CSC = BJ0+BJ1*HMSC+BJ2*HMKC+BJ3*HMRC+BJ4*HCOW+BJ5*IPC
+BJ6*POPC;
CKC = BK0+BK1*HMKC+BK2*IPC+BK3*POPC+BK4*LCKC;
CRC = BO0+BO1*HMRC+BO2*HMKC+BO3*IPC+BO4*POPC+BO5*LCRC;
MKC = BP0*HMKC+BP1*CKC+BP2*LMKC;
MRC = BQ0+BQ1*HMRC+BQ2*PRODRC+BQ3*CRC+BQ4*LMRC;
MSC = BR0+BR1*HMSC+BR2*CSC;
HMSID = BT0+BT1*HSW+BT2*RCSID+BT3*LHMSID;
HMKID = BU0*HKW+BU1*TMKID;
308
CSID = BV0+BV1*HMSID+BV2*IPID+BV3*POPID;
CKID = BW0+BW1*HMKID+BW2*HMSID+BW3*HCOW+BW4*POPID+BW5*LCKID;
MSID = BS0+BS1*RRHMSIDRCSID+BS2*TMSID+BS3*ERID;
MKID = BX0+BX1*HMKID+BX2*PRODKID+BX3*CKID;
HMKIR = BY0*HKW+BY1*TMKIR;
HMMIR = BZ0*HMW+BZ1*TMMIR+BZ2*LHMMIR;
CKIR = CA0*HMKIR+CA1*HMMIR+CA2*POPIR+CA3*LCKIR;
CMIR = CB0+CB1*RHMMKIR+CB2*HCOW+CB3*POPIR+CB4*LCMIR;
MKIR = CC0*HMKIR+CC1*PRODKIR+CC2*CKIR+CC3*LMKIR;
MMIR = CD0*HMMIR+CD1*PRODMIR+CD2*CMIR;
PRODSI = LASMIN*YIESIN+LASMIS*YIESIS+LASMIR*YIESIR;
XSW = XSI+XSM+XSRW;
XKW = XKA+XKB+XKUSA+XKRW;
XRW = XRCD+XRUSA+XRRW;
XMW = XMA+XMRW;
MSW = MSC+MSEU+MSID+MSP+MSRW;
MKW = MKC+MKID+MKEU+MKIR+MKRW;
MRW = MRUSA+MREU+MRC+MRRW;
MMW = MMEU+MMMS+MMIR+MMRW;
SDSI = STOKSI+PRODSI-XSI;
SXSI = STOKSI+PRODSI-CSI;
SDKB = STOKKB+PRODKB-XKB;
SDKA = STOKKA+PRODKA-XKA;
SDMA = STOKMA+PRODMA-XMA;
SDKUSA = STOKKUSA+PRODKUSA-XKUSA;
SDRUSA = STOKRUSA+PRODRUSA+MRUSA-XRUSA;
RHCOW = (HCOW-LHCOW)/LHCOW;
RHESI = (HESI-LHESI)/LHESI;
RHDSI = (HDSI-LHDSI)/LHDSI;
RHMMKIR = HMMIR/HMKIR;
RHMSID = (HMSID-LHMSID)/LHMSID;
RCSID = (CSID-LCSID)/LCSID;
RRHMSIDRCSID = RHMSID/RCSID;
RHMMMS = (HMMMS-LHMMMS)/LHMMMS;
RHMSP = (HMSP-LHMSP)/LHMSP;
RCSP = (CSP-LCSP)/LCSP;
RHERCD = (HERCD-LHERCD)/LHERCD;
RHDRUSAHCOW = HDRUSA/HCOW;
RHDKUSAHCOW = HDKUSA/HCOW;
RHEKUSA = (HEKUSA-LHEKUSA)/LHEKUSA;
RHEDKUSA = HEKUSA/HDKUSA;
RHDMKA = HDMA/HDKA;
RHDKA = (HDKA-LHDKA)/LHDKA;
RHDKB = (HDKB-LHDKB)/LHDKB;
RRHDKBRHCOW = RHDKB/RHCOW;
RCMMS = (CMMS-LCMMS)/LCMMS;
RHDKRUSA = HDKUSA/HDRUSA;
RSDSI = (SDSI-LSDSI)/LSDSI;
RCSI = (CSI-LCSI)/LCSI; RXSI = (XSI-LXSI)/LXSI;
RRSDSIRCSI = RSDSI/RCSI; RSDSICSI = SDSI/CSI*100;
RCSDSI = CSI/SDSI*100; DSDSICSI = SDSI-CSI;
DLASMIN = LASMIN-LLASMIN; DLASMIS = LASMIS-LLASMIS;
DLASMIR = LASMIR-LLASMIR; RLASMSIN = DLASMIN/LASIN*100;
RLASMSIS = DLASMIS/L3LASIS*100; RLASMSIR = DLASMIR/LASIR*100;
RTSDSI = (PRODSI+STOKSI)/(XSI+CSI);
309
RUN;
310
Lampiran 11. Hasil Peramalan Variabel Eksogen dan Peramalan Tahap Awal
Variabel Endogen dalam Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati
dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun 2012-2025
Variabel 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Lampiran 12. Program Simulasi Dasar dan Peramalan Model Keterkaitan Harga
Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun 2012-
2025
ENDOGENOUS HSW HKW HRW HMW LASMIN LASMIS LASMIR YIESIN YIESIS
YIESIR HDSI HESI CSI XSI HESM XSM HEKB HDKB CKB XKB
HEKA HDKA HEMA HDMA CKA CMA XKA XMA HEKUSA HERUSA
HMRUSA HDRUSA HDKUSA MRUSA CKUSA CRUSA XKUSA XRUSA
HERCD HDRCD CRCD XRCD HMSP CSP MSP HMMMS CMMS MMMS
HMKEU HMSEU HMREU HMMEU CKEU CSEU CREU CMEU MKEU MSEU
MREU MMEU HMSC HMKC HMRC CSC CKC CRC MSC MKC MRC HMSID
HMKID CSID CKID MSID MKID HMKIR HMMIR CKIR CMIR MKIR
MMIR SDSI SXSI PRODSI XSW MSW XKW MKW XRW MRW XMW MMW
SDKB SDKA SDMA SDKUSA SDRUSA;
EXOGENOUS TREN PRODCOW HCOW XSRW MSRW XKRW MKRW XRRW MRRW XMRW
MMRW TSBI USPI HCPI ERI PESI STOKSI LPOPI LASIN LASIS
LASIR L3LASIN L3LASIS L3LASIR ERM PESM PRODSM STOKSM
CSM ERB PEKB PRODKB STOKKB POPB PEMA ERA PRODKA PRODMA
STOKKA STOKMA IPA POPA SEKUSA SERUSA TMRUSA PRODKUSA
PRODRUSA STOKKUSA STOKRUSA POPUSA IPUSA PRODRCD ERCD
POPCD SERCD TMSP ERP IPP POPP TMMMS ERMS PRODMMS
LPOPMS TMKEU TMMEU TMSEU TMREU EREU IPEU POPEU TMKC
TMSC TMRC ERC IPC POPC TMSID TMKID PRODKID ERID IPID
POPID TMMIR ERIR PRODKIR PRODMIR POPIR;
PARM
B0 241.8316 B1 -0.02120 B2 0.023313 B3 0.474437
C0 182.7619 C1 -0.03417 C2 0.051413 C3 0.487471
D0 143.6909 D1 -0.01026 D2 0.062441 D3 0.539133
E0 380.0096 E1 -0.15911 E2 0.243896
I0 0.089329 I1 -1.12078 I2 0.858698
J0 243.9014 J1 0.116390 J2 -0.21126 J3 -0.43739 J4 0.804695
K0 72.46956 K1 0.013851 K2 -0.24278 K3 0.778981
L0 0.000224 L1 -0.00153 L2 -0.00406 L3 0.992763
M0 0.001040 M1 -0.00015 M2 0.88328
N0 0.000087 N1 0.000197 N2 -0.00817 N3 -0.00149 N4 0.584751
O0 4.662357 O1 0.157079 O2 -464.243 O3 0.300709
P0 0.745129 P1 -0.00176 P2 -11.0698 P3 0.167411
Q0 1.405829 Q1 -453.433 Q2 -57.9413 Q3 0.008254 Q4 0.896068
R0 -3450.09 R1 -0.05438 R2 961.7034 R3 23.42292 R4 0.695843
S0 15.75933 S1 0.855158 S2 -14.0676 S3 -0.00528 S4 0.244956
T0 0.069857 T1 -6.67733 T2 0.812459 T3 0.388918 T4 0.465425
U0 351.7565 U1 0.110846 U2 -6.46154 U3 -3.66984 U4 0.454223
V0 0.507638 V1 -0.14320 V2 0.169727
W0 -723.471 W1 0.229701 W2 -0.41627 W3 100.4155 W4 0.440950
W5 0.116749
X0 -903.105 X1 -0.19697 X2 -2.17634 X3 11.50532 X4 0.683214
Y0 39.59796 Y1 0.870944 Y2 -4.28929 Y3 -0.01236 Y4 0.066310
Z0 127.8220 Z1 0.104366 Z2 -2.90880 Z3 0.521371
AA0 -2039.83 AA1 -41.4378 AA2 131.3494 AA3 66.68074
AB0 0.163538 AB1 -0.41667 AB2 10.76324 AB3 0.909194
AC0 107.3276 AC1 0.550047 AC2 0.183935
AD0 0.162831 AD1 -0.32333 AD2 0.399137 AD3 0.621045
AE0 -225.772 AE1 5.172079 AE2 6.433590
318
AF0 -27.2357 AF1 0.065140 AF2 -0.22921 AF3 -2.04815 AF4 0.794059
AF5 0.011916
AG0 343.4989 AG1 0.457125 AG2 2.036429
AH0 0.855283 AH1 8.448790 AH2 -0.42908
AI0 0.680184 AI1 7.412285
CG0 0.519024 CG1 -0.12344 CG2 0.206917
CH0 7.249052 CH1 1.065817 CH2 0.013472 CH3 -0.02424 CH4 0.066539
AJ0 441.8021 AJ1 65.10564 AJ2 -0.27971 AJ3 0.077960
AK0 0.066989 AK1 -0.05650 AK2 0.431599
AL0 56.36600 AL1 -0.05946 AL2 -0.52080 AL3 0.644072 AL4 0.230138
AM0 -70.3891 AM1 0.709185 AM2 25.79298
AN0 -3516.09 AN1 -0.79295 AN2 -6.57461 AN3 0.299084 AN4 16.70166
AO0 0.636471 AO1 0.079828 AO2 -0.15465 AO3 0.542992
CE0 0.990814 CE1 -0.00435 CE2 0.015832 CE3 0.063175
AP0 5.123725 AP1 -0.32645 AP2 0.583089 AP3 0.414745
AQ0 -169.133 AQ1 -0.00666 AQ2 4.062721 AQ3 1.131358 AQ4 0.797579
AR0 0.689993 AR1 0.334226
AS0 -799.987 AS1 -0.30548 AS2 12.74509 AS3 0.433641
AT0 2310.386 AT1 -0.13369 AT2 -9.75469 AT3 -39.9513 AT4 784.9596
AT5 0.463356
AU0 0.359474 AU1 7.690904 AU2 0.345766
AV0 353.3033 AV1 -2.37764 AV2 -27.9014 AV3 82.52237
AW0 216.4328 AW1 -0.00951 AW2 -14.3876 AW3 0.112771 AW4 0.369714
AX0 175.0135 AX1 0.563480 AX2 4.251363
AY0 133.9674 AY1 0.746373 AY2 1.444464
AZ0 0.798185 AZ1 7.037101
BA0 336.7428 BA1 0.486808 BA2 2.017002
BB0 -0.77048 BB1 0.615640 BB2 0.503863 BB3 1400.688 BB4 0.026403
BB5 0.374336
BC0 -825.988 BC1 -732.909 BC2 0.478277 BC3 0.118464
BD0 -10473.3 BD1 -1.76015 BD2 1.236793 BD3 590.7302 BD4 0.040975
BD5 24.40434 BD6 0.604560
BE0 -5268.47 BE1 -0.59224 BE2 0.768582 BE3 15.21893 BE4 10.89263
BE5 0.908926
BF0 -0.30298 BF1 -91.3233 BF2 0.702171
BG0 -0.23946 BG1 0.399460 BG2 0.871883
BH0 154.2939 BH1 -0.72911 BH2 0.986633
BI0 30.12616 BI1 -0.18123 BI2 -0.30879 BI3 0.761962 BI4 0.650198
BJ0 -13375.0 BJ1 -2.99543 BJ2 0.175097 BJ3 1.794438 BJ4 145.2790
BJ5 1.223164 BJ6 3.447816
BK0 -1707.87 BK1 -0.16965 BK2 0.014549 BK3 1.844396 BK4 0.796551
BL0 0.854980 BL1 2.071625
BM0 264.6960 BM1 0.494498 BM2 0.215192
BN0 127.0903 BN1 0.605879 BN2 3.956275
BO0 -6128.81 BO1 -0.00352 BO2 0.257495 BO3 0.114741 BO4 6.436799
BO5 0.362579
BP0 -0.29663 BP1 0.346245 BP2 0.593307
BQ0 41.04146 BQ1 -0.02139 BQ2 -0.44848 BQ3 0.457126 BQ4 0.288498
BR0 274.0120 BR1 -0.12175 BR2 1.029408
BS0 10490.41 BS1 -91.5287 BS2 -180.130 BS3 -70.7774
BT0 42.28541 BT1 0.665738 BT2 23.18987 BT3 0.218731
BU0 0.748755 BU1 5.162068
BV0 -10086.8 BV1 -1.17667 BV2 0.756096 BV3 11.43984
BW0 -4107.24 BW1 -0.68285 BW2 0.414404 BW3 57.07257 BW4 1.570795
BW5 0.716798
319
HSW = B0+B1*XSW+B2*MSW+B3*LHSW;
HKW = C0+C1*XKW+C2*MKW+C3*LHKW;
HRW = D0+D1*XRW+D2*MRW+D3*LHRW;
HMW = E0+E1*XMW+E2*MMW;
LASMIN = I0*LHESI+I1*RHCPI+I2*L3LASIN;
LASMIS = J0+J1*LHESI+J2*RHCPI+J3*USPI+J4*L3LASIS;
LASMIR = K0+K1*LHDSI+K2*USPI+K3*LLASIR;
YIESIN = L0*HESI+L1*RHCPI+L2*DLASMIN+L3*LYIESIN;
YIESIS = M0*HESI+M1*DLASMIS+M2*LYIESIS;
YIESIR = N0*HDSI+N1*LHDSI+N2*RHCPI+N3*DLASMIR+N4*LYIESIR;
HDSI = O0*HESI+O1*ERI+O2*RTSDSI+O3*LHDSI;
HESI = P0*HSW+P1*ERI+P2*RXSI+P3*LHESI;
XSI = Q0*HESI+Q1*RHDSI+Q2*PESI+Q3*ERI+Q4*SXSI;
CSI = R0+R1*HDSI+R2*RHCOW+R3*POPI+R4*LCSI;
HESM = S0+S1*HSW+S2*ERM+S3*XSM+S4*LHESM;
XSM = T0*HESM+T1*PESM+T2*STOKSM+T3*PRODSM+T4*LXSM;
HEKB = U0+U1*HKW+U2*ERB+U3*PEKB+U4*LHEKB;
HDKB = V0*HEKB+V1*SDKB+V2*CKB;
XKB = W0+W1*HEKB+W2*HDKB+W3*ERB+W4*PRODKB+W5*LXKB;
CKB = X0+X1*HDKB+X2*RRHDKBRHCOW+X3*POPB+X4*LCKB;
HEKA = Y0+Y1*HKW+Y2*ERA+Y3*XKA+Y4*LHEKA;
HDKA = Z0+Z1*HEKA+Z2*RSDCKA+Z3*LHDKA;
CKA = AA0+AA1*RHDKA+AA2*RHCOW+AA3*POPA;
XKA = AB0*HEKA+AB1*HDKA+AB2*ERA+AB3*PRODKA;
HEMA = AC0+AC1*HMW+AC2*LHEMA;
HDMA = AD0*HEMA+AD1*SDMA+AD2*CMA+AD3*LHDMA;
CMA = AE0*RHDMKA+AE1*HCOW+AE2*POPA;
XMA = AF0+AF1*HEMA+AF2*HDMA+AF3*PEMA+AF4*PRODMA+AF5*LXMA;
HEKUSA = AG0+AG1*HKW+AG2*SEKUSA;
HERUSA = AH0*HRW+AH1*SERUSA+AH2*XRUSA;
HMRUSA = AI0*HRW+AI1*TMRUSA;
HDKUSA = CG0*HEKUSA+CG1*SDKUSA+CG2*CKUSA;
HDRUSA = CH0+CH1*HERUSA+CH2*HMRUSA+CH3*SDRUSA+CH4*CRUSA;
XKUSA = AJ0+AJ1*RHEKUSA+AJ2*HDKUSA+AJ3*PRODKUSA;
XRUSA = AK0*HERUSA+AK1*HDRUSA+AK2*PRODRUSA;
MRUSA = AL0+AL1*HMRUSA+AL2*STOKRUSA+AL3*CRUSA+AL4*LMRUSA;
CKUSA = AM0*RHDKUSAHCOW+AM1*HDRUSA+AM2*POPUSA;
CRUSA = AN0+AN1*HDRUSA+AN2*RHDRUSAHCOW+AN3*HDKUSA+AN4*POPUSA;
HERCD = AO0*HRW+AO1*SERCD+AO2*XRCD+AO3*LHERCD;
HDRCD = CE0*HERCD+CE1*PRODRCD+CE2*CRCD+CE3*LHDRCD;
XRCD = AP0*RHERCD+AP1*HDRCD+AP2*PRODRCD+AP3*LXRCD;
CRCD = AQ0+AQ1*HDRCD+AQ2*HCOW+AQ3*POPCD+AQ4*LCRCD;
HMSP = AR0*HSW+AR1*LHMSP;
CSP = AS0+AS1*HMSP+AS2*POPP+AS3*LCSP;
MSP = AT0+AT1*HMSP+AT2*ERP+AT3*TMSP+AT4*RCSP+AT5*LMSP;
HMMMS = AU0*HMW+AU1*TMMMS+AU2*LHMMMS;
MMMS = AV0+AV1*RHMMMS+AV2*ERMS+AV3*RCMMS;
CMMS = AW0+AW1*HMMMS+AW2*ERMS+AW3*POPMS+AW4*LCMMS;
320
HMKEU = AX0+AX1*HKW+AX2*TMKEU;
HMSEU = AY0+AY1*HSW+AY2*TMSEU;
HMREU = AZ0*HRW+AZ1*TMREU;
HMMEU = BA0+BA1*HMW+BA2*TMMEU;
CKEU = BB0*HMKEU+BB1*HMREU+BB2*HMMEU+BB3*RHCOW+BB4*IPEU
+BB5*LCKEU;
CMEU = BC0+BC1*RHMMREU+BC2*HMKEU+BC3*IPEU;
CSEU = BD0+BD1*HMSEU+BD2*HMMEU+BD3*RHCOW+BD4*IPEU+BD5*POPEU
+BD6*LCSEU;
CREU = BE0+BE1*HMREU+BE2*HMSEU+BE3*HCOW+BE4*POPEU+BE5*LCREU;
MKEU = BF0*HMKEU+BF1*EREU+BF2*CKEU;
MSEU = BG0*HMSEU+BG1*CSEU+BG2*LMSEU;
MREU = BH0+BH1*HMREU+BH2*CREU;
MMEU = BI0+BI1*HMMEU+BI2*PRODMEU+BI3*CMEU+BI4*LMMEU;
HMSC = BL0*HSW+BL1*TMSC;
HMKC = BM0+BM1*HKW+BM2*TMKC;
HMRC = BN0+BN1*HRW+BN2*TMRC;
CSC = BJ0+BJ1*HMSC+BJ2*HMKC+BJ3*HMRC+BJ4*HCOW+BJ5*IPC+BJ6*POPC;
CKC = BK0+BK1*HMKC+BK2*IPC+BK3*POPC+BK4*LCKC;
CRC = BO0+BO1*HMRC+BO2*HMKC+BO3*IPC+BO4*POPC+BO5*LCRC;
MKC = BP0*HMKC+BP1*CKC+BP2*LMKC;
MRC = BQ0+BQ1*HMRC+BQ2*PRODRC+BQ3*CRC+BQ4*LMRC;
MSC = BR0+BR1*HMSC+BR2*CSC;
HMSID = BT0+BT1*HSW+BT2*RCSID+BT3*LHMSID;
HMKID = BU0*HKW+BU1*TMKID;
CSID = BV0+BV1*HMSID+BV2*IPID+BV3*POPID;
CKID = BW0+BW1*HMKID+BW2*HMSID+BW3*HCOW+BW4*POPID+BW5*LCKID;
MSID = BS0+BS1*RRHMSIDRCSID+BS2*TMSID+BS3*ERID;
MKID = BX0+BX1*HMKID+BX2*PRODKID+BX3*CKID;
HMKIR = BY0*HKW+BY1*TMKIR;
HMMIR = BZ0*HMW+BZ1*TMMIR+BZ2*LHMMIR;
CKIR = CA0*HMKIR+CA1*HMMIR+CA2*POPIR+CA3*LCKIR;
CMIR = CB0+CB1*RHMMKIR+CB2*HCOW+CB3*POPIR+CB4*LCMIR;
MKIR = CC0*HMKIR+CC1*PRODKIR+CC2*CKIR+CC3*LMKIR;
MMIR = CD0*HMMIR+CD1*PRODMIR+CD2*CMIR;
PRODSI = LASMIN*YIESIN+LASMIS*YIESIS+LASMIR*YIESIR;
XSW = XSI+XSM+XSRW;
XKW = XKA+XKB+XKUSA+XKRW;
XRW = XRCD+XRUSA+XRRW;
XMW = XMA+XMRW;
MSW = MSC+MSEU+MSID+MSP+MSRW;
MKW = MKC+MKID+MKEU+MKIR+MKRW;
MRW = MRUSA+MREU+MRC+MRRW;
MMW = MMEU+MMMS+MMIR+MMRW;
SDSI = STOKSI+PRODSI-XSI;
SXSI = STOKSI+PRODSI-CSI;
SDKB = STOKKB+PRODKB-XKB;
SDKA = STOKKA+PRODKA-XKA;
SDMA = STOKMA+PRODMA-XMA;
SDKUSA = STOKKUSA+PRODKUSA-XKUSA;
SDRUSA = STOKRUSA+PRODRUSA+MRUSA-XRUSA;
321
ID TAHUN;
RANGE TAHUN = 2012 TO 2025;
RUN;
Lampiran 13. Hasil Simulasi Dasar dan Peramalan Model Keterkaitan Harga
Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun 2012-
2025
Model Summary
DATA= TESIS1
OUT= A
Solution Summary
Variables Solved 97
Simulation Lag Length 1
Solution Range Tahun
First 2012
Last 2025
Solution Method NEWTON
CONVERGE= 1E-8
Maximum CC 9.356E-9
Maximum Iterations 3
Total Iterations 37
Average Iterations 2.642857
Observations Processed
Read 15
Lagged 1
Solved 14
First 33
Last 46
323
Actual Predicted
Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label
Descriptive Statistics
Actual Predicted
Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label
Hasil Peramalan
Variabel
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Hasil Peramalan
Variabel
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Hasil Peramalan
Variabel
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Hasil Peramalan
Variabel
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
ENDOGENOUS HSW HKW HRW HMW LASMIN LASMIS LASMIR YIESIN YIESIS
YIESIR HDSI HESI CSI XSI HESM XSM HEKB HDKB CKB XKB
HEKA HDKA HEMA HDMA CKA CMA XKA XMA HEKUSA HERUSA
HMRUSA HDRUSA HDKUSA MRUSA CKUSA CRUSA XKUSA XRUSA
HERCD HDRCD CRCD XRCD HMSP CSP MSP HMMMS CMMS MMMS
HMKEU HMSEU HMREU HMMEU CKEU CSEU CREU CMEU MKEU MSEU
MREU MMEU HMSC HMKC HMRC CSC CKC CRC MSC MKC MRC HMSID
HMKID CSID CKID MSID MKID HMKIR HMMIR CKIR CMIR MKIR
MMIR SDSI SXSI PRODSI XSW MSW XKW MKW XRW MRW XMW MMW
SDKB SDKA SDMA SDKUSA SDRUSA;
EXOGENOUS TREN PRODCOW HCOW XSRW MSRW XKRW MKRW XRRW MRRW XMRW
MMRW TSBI USPI HCPI ERI PESI STOKSI LPOPI LASIN LASIS
LASIR L3LASIN L3LASIS L3LASIR ERM PESM PRODSM STOKSM
CSM ERB PEKB PRODKB STOKKB POPB PEMA ERA PRODKA PRODMA
STOKKA STOKMA IPA POPA SEKUSA SERUSA TMRUSA PRODKUSA
PRODRUSA STOKKUSA STOKRUSA POPUSA IPUSA PRODRCD ERCD
POPCD SERCD TMSP ERP IPP POPP TMMMS ERMS PRODMMS
LPOPMS TMKEU TMMEU TMSEU TMREU EREU IPEU POPEU TMKC
TMSC TMRC ERC IPC POPC TMSID TMKID PRODKID ERID IPID
POPID TMMIR ERIR PRODKIR PRODMIR POPIR;
PARM
B0 241.8316 B1 -0.02120 B2 0.023313 B3 0.474437
C0 182.7619 C1 -0.03417 C2 0.051413 C3 0.487471
D0 143.6909 D1 -0.01026 D2 0.062441 D3 0.539133
E0 380.0096 E1 -0.15911 E2 0.243896
I0 0.089329 I1 -1.12078 I2 0.858698
J0 243.9014 J1 0.116390 J2 -0.21126 J3 -0.43739 J4 0.804695
K0 72.46956 K1 0.013851 K2 -0.24278 K3 0.778981
L0 0.000224 L1 -0.00153 L2 -0.00406 L3 0.992763
330
HSW = B0+B1*XSW+B2*MSW+B3*LHSW;
HKW = C0+C1*XKW+C2*MKW+C3*LHKW;
HRW = D0+D1*XRW+D2*MRW+D3*LHRW;
HMW = E0+E1*XMW+E2*MMW;
LASMIN = I0*LHESI+I1*RHCPI+I2*L3LASIN;
LASMIS = J0+J1*LHESI+J2*RHCPI+J3*USPI+J4*L3LASIS;
LASMIR = K0+K1*LHDSI+K2*USPI+K3*LLASIR;
YIESIN = L0*HESI+L1*RHCPI+L2*DLASMIN+L3*LYIESIN;
YIESIS = M0*HESI+M1*DLASMIS+M2*LYIESIS;
YIESIR = N0*HDSI+N1*LHDSI+N2*RHCPI+N3*DLASMIR+N4*LYIESIR;
HDSI = O0*HESI+O1*ERI+O2*RTSDSI+O3*LHDSI;
HESI = P0*HSW+P1*ERI+P2*RXSI+P3*LHESI;
XSI = Q0*HESI+Q1*RHDSI+Q2*PESI+Q3*ERI+Q4*SXSI;
CSI = R0+R1*HDSI+R2*RHCOW+R3*POPI+R4*LCSI;
HESM = S0+S1*HSW+S2*ERM+S3*XSM+S4*LHESM;
XSM = T0*HESM+T1*PESM+T2*STOKSM+T3*PRODSM+T4*LXSM;
HEKB = U0+U1*HKW+U2*ERB+U3*PEKB+U4*LHEKB;
HDKB = V0*HEKB+V1*SDKB+V2*CKB;
XKB = W0+W1*HEKB+W2*HDKB+W3*ERB+W4*PRODKB+W5*LXKB;
CKB = X0+X1*HDKB+X2*RRHDKBRHCOW+X3*POPB+X4*LCKB;
HEKA = Y0+Y1*HKW+Y2*ERA+Y3*XKA+Y4*LHEKA;
HDKA = Z0+Z1*HEKA+Z2*RSDCKA+Z3*LHDKA;
CKA = AA0+AA1*RHDKA+AA2*RHCOW+AA3*POPA;
XKA = AB0*HEKA+AB1*HDKA+AB2*ERA+AB3*PRODKA;
HEMA = AC0+AC1*HMW+AC2*LHEMA;
HDMA = AD0*HEMA+AD1*SDMA+AD2*CMA+AD3*LHDMA;
CMA = AE0*RHDMKA+AE1*HCOW+AE2*POPA;
XMA = AF0+AF1*HEMA+AF2*HDMA+AF3*PEMA+AF4*PRODMA+AF5*LXMA;
HEKUSA = AG0+AG1*HKW+AG2*SEKUSA;
HERUSA = AH0*HRW+AH1*SERUSA+AH2*XRUSA;
HMRUSA = AI0*HRW+AI1*TMRUSA;
HDKUSA = CG0*HEKUSA+CG1*SDKUSA+CG2*CKUSA;
HDRUSA = CH0+CH1*HERUSA+CH2*HMRUSA+CH3*SDRUSA+CH4*CRUSA;
XKUSA = AJ0+AJ1*RHEKUSA+AJ2*HDKUSA+AJ3*PRODKUSA;
XRUSA = AK0*HERUSA+AK1*HDRUSA+AK2*PRODRUSA;
332
MRUSA = AL0+AL1*HMRUSA+AL2*STOKRUSA+AL3*CRUSA+AL4*LMRUSA;
CKUSA = AM0*RHDKUSAHCOW+AM1*HDRUSA+AM2*POPUSA;
CRUSA = AN0+AN1*HDRUSA+AN2*RHDRUSAHCOW+AN3*HDKUSA+AN4*POPUSA;
HERCD = AO0*HRW+AO1*SERCD+AO2*XRCD+AO3*LHERCD;
HDRCD = CE0*HERCD+CE1*PRODRCD+CE2*CRCD+CE3*LHDRCD;
XRCD = AP0*RHERCD+AP1*HDRCD+AP2*PRODRCD+AP3*LXRCD;
CRCD = AQ0+AQ1*HDRCD+AQ2*HCOW+AQ3*POPCD+AQ4*LCRCD;
HMSP = AR0*HSW+AR1*LHMSP;
CSP = AS0+AS1*HMSP+AS2*POPP+AS3*LCSP;
MSP = AT0+AT1*HMSP+AT2*ERP+AT3*TMSP+AT4*RCSP+AT5*LMSP;
HMMMS = AU0*HMW+AU1*TMMMS+AU2*LHMMMS;
MMMS = AV0+AV1*RHMMMS+AV2*ERMS+AV3*RCMMS;
CMMS = AW0+AW1*HMMMS+AW2*ERMS+AW3*POPMS+AW4*LCMMS;
HMKEU = AX0+AX1*HKW+AX2*TMKEU;
HMSEU = AY0+AY1*HSW+AY2*TMSEU;
HMREU = AZ0*HRW+AZ1*TMREU;
HMMEU = BA0+BA1*HMW+BA2*TMMEU;
CKEU = BB0*HMKEU+BB1*HMREU+BB2*HMMEU+BB3*RHCOW+BB4*IPEU
+BB5*LCKEU;
CMEU = BC0+BC1*RHMMREU+BC2*HMKEU+BC3*IPEU;
CSEU = BD0+BD1*HMSEU+BD2*HMMEU+BD3*RHCOW+BD4*IPEU+BD5*POPEU
+BD6*LCSEU;
CREU = BE0+BE1*HMREU+BE2*HMSEU+BE3*HCOW+BE4*POPEU+BE5*LCREU;
MKEU = BF0*HMKEU+BF1*EREU+BF2*CKEU;
MSEU = BG0*HMSEU+BG1*CSEU+BG2*LMSEU;
MREU = BH0+BH1*HMREU+BH2*CREU;
MMEU = BI0+BI1*HMMEU+BI2*PRODMEU+BI3*CMEU+BI4*LMMEU;
HMSC = BL0*HSW+BL1*TMSC;
HMKC = BM0+BM1*HKW+BM2*TMKC;
HMRC = BN0+BN1*HRW+BN2*TMRC;
CSC = BJ0+BJ1*HMSC+BJ2*HMKC+BJ3*HMRC+BJ4*HCOW+BJ5*IPC+BJ6*POPC;
CKC = BK0+BK1*HMKC+BK2*IPC+BK3*POPC+BK4*LCKC;
CRC = BO0+BO1*HMRC+BO2*HMKC+BO3*IPC+BO4*POPC+BO5*LCRC;
MKC = BP0*HMKC+BP1*CKC+BP2*LMKC;
MRC = BQ0+BQ1*HMRC+BQ2*PRODRC+BQ3*CRC+BQ4*LMRC;
MSC = BR0+BR1*HMSC+BR2*CSC;
HMSID = BT0+BT1*HSW+BT2*RCSID+BT3*LHMSID;
HMKID = BU0*HKW+BU1*TMKID;
CSID = BV0+BV1*HMSID+BV2*IPID+BV3*POPID;
CKID = BW0+BW1*HMKID+BW2*HMSID+BW3*HCOW+BW4*POPID+BW5*LCKID;
MSID = BS0+BS1*RRHMSIDRCSID+BS2*TMSID+BS3*ERID;
MKID = BX0+BX1*HMKID+BX2*PRODKID+BX3*CKID;
HMKIR = BY0*HKW+BY1*TMKIR;
HMMIR = BZ0*HMW+BZ1*TMMIR+BZ2*LHMMIR;
CKIR = CA0*HMKIR+CA1*HMMIR+CA2*POPIR+CA3*LCKIR;
CMIR = CB0+CB1*RHMMKIR+CB2*HCOW+CB3*POPIR+CB4*LCMIR;
MKIR = CC0*HMKIR+CC1*PRODKIR+CC2*CKIR+CC3*LMKIR;
MMIR = CD0*HMMIR+CD1*PRODMIR+CD2*CMIR;
PRODSI = LASMIN*YIESIN+LASMIS*YIESIS+LASMIR*YIESIR;
XSW = XSI+XSM+XSRW;
XKW = XKA+XKB+XKUSA+XKRW;
XRW = XRCD+XRUSA+XRRW;
XMW = XMA+XMRW;
MSW = MSC+MSEU+MSID+MSP+MSRW;
MKW = MKC+MKID+MKEU+MKIR+MKRW;
333
MRW = MRUSA+MREU+MRC+MRRW;
MMW = MMEU+MMMS+MMIR+MMRW;
SDSI = STOKSI+PRODSI-XSI;
SXSI = STOKSI+PRODSI-CSI;
SDKB = STOKKB+PRODKB-XKB;
SDKA = STOKKA+PRODKA-XKA;
SDMA = STOKMA+PRODMA-XMA;
SDKUSA = STOKKUSA+PRODKUSA-XKUSA;
SDRUSA = STOKRUSA+PRODRUSA+MRUSA-XRUSA;
Lampiran 15. Hasil Simulasi Penghapusan Pajak Ekspor Minyak Kelapa Sawit
Indonesia terhadap Hasil Peramalan Model Keterkaitan Harga
Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun 2012-
2025 (Skenario 7)
Model Summary
DATA= TESIS1
Solution Summary
Variables Solved 97
Simulation Lag Length 1
Solution Range Tahun
First 2012
Last 2025
Solution Method NEWTON
CONVERGE= 1E-8
Maximum CC 5.43E-16
Maximum Iterations 3
Total Iterations 41
Average Iterations 2.928571
Observations Processed
Read 15
Lagged 1
Solved 14
First 33
Last 46
335
Descriptive Statistics
Actual Predicted
Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label
Descriptive Statistics
Actual Predicted
Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label