Вы находитесь на странице: 1из 364

ANALISIS KETERKAITAN HARGA MINYAK NABATI DAN

MINYAK BUMI DALAM PERDAGANGAN DUNIA


MINYAK NABATI

AMBAR KURNIAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul :

ANALISIS KETERKAITAN HARGA MINYAK NABATI DAN MINYAK


BUMI DALAM PERDAGANGAN DUNIA MINYAK NABATI

merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2011

Ambar Kurniawan
NRP. H353070021
ABSTRACT

AMBAR KURNIAWAN. Linkage Analysis of Vegetable Oils and Crude Oil


Prices in Vegetable Oils World Trade (BONAR M. SINAGA as Chairman and
NUNUNG KUSNADI as Member of the Advisory Committee).
The increasing as non-food uses of vegetable oils especially as biodiesel and the
basis of the oleochemical industry, making the formation of vegetable oil prices in
world trade has been linked to world prices of crude oil in addition to linkages
with the world price of vegetable oils competitor. The objectives of this study
were (1) to analyze the linkage of the world price of crude oil and vegetable oil
simultaneously, (2) to make the forecasting of the real price of crude oil and
vegetable oil in world market, the vegetable oil real price in domestic market and
the performance of Indonesian palm oil industry, particularly the production,
domestic supply, domestic consumption and export volumes of Indonesian palm
oil for the period 2012-2025, (3) to examine the impact of the changes of the
external factors and trade policy by the vegetable oil’s exporting countries and
importing countries on the world trade of vegetable oils, and particularly the
production, domestic supply, domestic consumption and exports volumes of
Indonesian palm oil and (4) to formulate the policy for development of the
Indonesian oil palm industry in the future. The study employs an econometric
model and specification was dynamic simultaneous equations and consists of 81
behavioral equations and 16 identities equations. Parameters are estimated using
Two Stage Least Squares methods for the period 1980-2008. This study finds that
real price projections in the world market of 2012-2025 periods showed that the
price fluctuations of crude oil and vegetable oil tend to have same patterns with
slightly trend to increases. Although positively correlated, the percentage increase
of vegetable oils price as the effect of the increasing of crude oil price is less than
the percentage change of crude oil prices, except for soybean oil prices that vista
vies with the percentage change of crude oil prices. The effect on percentage
change of price of soybean oils is the highest and then followed by sunflower oil,
rapeseed oil and palm oil. Beside the chemical characteristics, this condition
thought to be related to the limited volumes of vegetable oils world’s productions
and the food sector needs as a main constraints in the use of vegetable oils as
crude oil substitutes. As annual crop commodities and the substitutes of seed oils,
however, palm oil price has more responsive to export fluctuation then seed oils.
Base on this study, in order to support the Indonesian oil palm industry, the
Indonesian government has been suggested (1) to develop the domestic market,
(2) to ensure the exchange rate stability and the palm oils trade policy and (3) to
arrange the grand design of Indonesian oil palm industry for the long run term.

Keywords: prices formation, world trade, vegetable oil, crude oil.


ABSTRACT

AMBAR KURNIAWAN. Analisis Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak


Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati (BONAR M. SINAGA sebagai
Ketua dan NUNUNG KUSNADI sebagai Anggota Komisi Pembimbing).
Peningkatan penggunaan minyak nabati di sektor non pangan, khususnya sebagai
biodiesel dan bahan dasar industri oleokimia, menjadikan pembentukan harga
minyak nabati didalam perdagangan dunia memiliki keterkaitan dengan harga
dunia minyak bumi selain keterkaitan dengan harga dunia minyak nabati pesaing.
Tujuan penelitian adalah (1) mengkaji keterkaitan harga dunia minyak bumi dan
harga minyak nabati di pasar dunia secara simultan, (2) melakukan peramalan
harga riil dunia minyak bumi, harga riil minyak nabati di pasar dunia dan harga
riil di pasar domestik, serta keragaan industri minyak kelapa sawit Indonesia,
khususnya produksi, konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia untuk
periode tahun 2012-2025, (3) mengkaji dampak perubahan faktor eksternal dan
kebijakan perdagangan oleh negara eksportir dan negara importir utama minyak
nabati terhadap perdagangan dunia minyak nabati, dan khususnya produksi,
konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia, dan (4) merumuskan arah
kebijakan pengembangan industri kelapa sawit Indonesia di masa depan.
Penelitian ini menggunakan model ekonometrika berupa persamaan simultan
dinamis yang terdiri dari 81 persamaan struktural dan 16 persamaan identitas.
Parameter diestimasi menggunakan metode 2SLS. Menggunakan data deret waktu
tahun 1980-2008, penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun berkorelasi positif,
kenaikan harga dunia minyak nabati akibat kenaikan harga dunia minyak bumi
relatif lebih kecil dari kenaikan harga dunia minyak bumi, kecuali untuk harga
dunia minyak kedelai yang mengalami laju kenaikan harga yang relatif sama
dengan laju kenaikan harga dunia minyak bumi. Harga dunia minyak kedelai
memperoleh dampak yang paling besar dari kenaikan harga dunia minyak bumi,
diikuti oleh harga minyak biji bunga matahari, harga minyak rapeseed dan harga
minyak kelapa sawit. Selain karakteristik kimiawi, secara umum keterbatasan
volume produksi dunia minyak nabati dan pemenuhan kebutuhan sektor pangan
merupakan kendala utama dalam pemakaian minyak nabati sebagai subsitusi
minyak bumi. Sebagai hasil komoditi tanaman tahunan dan subsitusi minyak biji-
bijian, harga minyak kelapa sawit relatif lebih peka terhadap perubahan ekspor
dibandingkan dengan minyak biji-bijian. Ramalan harga riil minyak nabati dan
harga minyak bumi di pasar dunia untuk periode tahun 2012-2025 cenderung
memiliki pola pergerakan harga yang sama dengan tren meningkat yang kecil.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran kebijakan bagi pemerintah Indonesia
didalam menunjang industri kelapa sawit Indonesia di masa depan antara lain: (1)
upaya peningkatan produksi harus dibarengi dengan upaya-upaya yang
mendorong penyerapan pasar domestik, (2) stabilitas nilai tukar Rupiah dan
kepastian kebijakan perdagangan minyak kelapa sawit, dan (3) menyusun grand
design industri kelapa sawit Indonesia untuk jangka panjang.

Kata kunci: pembentukan harga, perdagangan dunia, minyak nabati, minyak


bumi.
RINGKASAN

AMBAR KURNIAWAN. Analisis Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak


Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati (BONAR M. SINAGA sebagai
Ketua dan NUNUNG KUSNADI sebagai Anggota Komisi Pembimbing).
Minyak kelapa sawit bersama dengan minyak kedelai, minyak rapeseed dan
minyak biji bunga matahari merupakan minyak utama yang diproduksi dan
diperdagangkan di pasar dunia minyak nabati (vegetable oils) maupun di pasar
dunia minyak hayati (edible oils and fats). Di era tahun 1980-an rasio penggunaan
minyak nabati untuk pangan, non pangan dan pakan ternak berkisar 80:14:6.
Seiring peningkatan penggunaan non pangan dalam 13 tahun terakhir, rasio
penggunaan minyak nabati saat ini berkisar 75:20:5. Peningkatan tersebut
didorong oleh kenaikan penggunaan biodiesel maupun sebagai subsitusi bahan
dasar industri oleokimia berbasis minyak bumi. Terkait hal di atas, maka di dalam
perdangangan dunia minyak nabati selain terjadi persaingan antar jenis minyak
nabati, diduga memiliki keterkaitan dengan harga minyak bumi/crude oil. Tujuan
penelitian adalah (1) mengkaji keterkaitan harga dunia minyak bumi dan harga
minyak nabati di pasar dunia secara simultan, (2) melakukan peramalan harga riil
dunia minyak bumi, harga riil minyak nabati di pasar dunia dan harga riil di pasar
domestik, serta keragaan industri minyak kelapa sawit Indonesia, khususnya
produksi, konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia untuk periode
tahun 2012-2025, (3) mengkaji dampak perubahan faktor eksternal dan kebijakan
perdagangan oleh negara eksportir dan negara importir utama minyak nabati
terhadap perdagangan dunia minyak nabati, dan khususnya produksi, konsumsi
dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia, dan (4) merumuskan arah kebijakan
pengembangan industri kelapa sawit Indonesia di masa depan.
Penelitian dilaksanakan melalui pendekatan sistem dengan merumuskan
model ekonometrika keterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi di pasar
dunia. Pengaruh harga dunia minyak bumi dan minyak nabati pesaing
ditransmisikan melalui konsumsi yang selanjutnya mempengaruhi neraca
perdagangan dunia minyak nabati, harga dunia, harga ekspor, harga impor dan
kembali kepada konsumsi. Model berupa sistem persamaan simultan dinamis
terdiri dari 81 persamaan struktural dan 16 persamaan identitas. Jumlah seluruh
variabel adalah 184 (ket: termasuk variabel lag endogen), sedangkan jumlah
seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan-persamaan di
dalam model adalah 326. Hasil identifikasi model menggunakan metode Order
Condition menunjukkan bahwa seluruh persamaan di dalam model adalah over
identified. Model dibagi kedalam empat blok, yaitu blok minyak kelapa sawit,
blok minyak kedelai, blok minyak rapeseed dan blok minyak biji bunga matahari.
Identifikasi model menggunakan metode Order Condition dan estimasi
menggunakan metode kuadarat terkecil dua tahap (Two Stage Least Square,
2SLS). Peramalan variabel eksogen untuk periode tahun 2012-2025 dilakukan
dengan teknik Stepwise Autoregressive (STEPAR) trend 2, sedangkan peramalan
variabel endogen menggunakan metode Dynamic Simulate dengan program SAS
9.1. Keragaan hasil estimasi model dievaluasi melalui (a) kriteria ekonomi dengan
indikator tanda dan besaran (sign and size) dari parameter dugaan, dan (b) kriteria
statistik dengan indikator berupa nilai koefisien determinasi (R 2), F-hitung, t-
hitung dan koefisien Durbin-Watson serta nilai Durbin-h yang dikhususkan untuk
mengetahui adanya korelasi serial dalam persamaan dengan beda kala. Validasi
model menggunakan kriteria statistika RMSPE dan koefisien U. Validasi
keterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi di pasar dunia digunakan
simulasi peramalan (ex-ante simulation) yang dilakukan secara dinamis dan
menggunakan metode Newton untuk periode tahun 2012-2025. Data yang
digunakan adalah data deret waktu (time series) yang berupa data sekunder dari
berbagai sumber dalam kurun waktu 1980-2008.
Secara umum variabel-variabel eksogen yang dimasukkan kedalam
persamaan-persamaan struktural mempunyai tanda yang sesuai dengan harapan,
khususnya dilihat dari teori ekonomi. Kriteria-kriteria statistika yang digunakan
dalam hasil estimasi model adalah cukup meyakinkan. Dari 81 persamaan
struktural, 70% (57 persamaan) memiliki nilai koefisien determinasi ≥80% dan
9% (7 persamaan struktural) memiliki nilai koefisien determinasi diantara 70% ≥
R2< 80%, dan sisanya 17 persamaan (21%) memiliki nilai koefisien determinasi
diantara 14%≥R2<70%,. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa secara
umum variabel-variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan dapat
menjelaskan dengan baik keragaman setiap variabel endogennya. Hasil uji
statistik F menunjukkan sekitar 91% dari jumlah persamaan struktural (74
persamaan) nyata pada taraf 1%. Secara umum dapat disimpulkan bahwa secara
bersama-sama setiap variabel eksogen dalam setiap persamaan berpengaruh nyata
terhadap variabel endogennya. Nilai t-hitung menunjukkan variabel eksogen
secara parsial berpengaruh nyata terhadap varibel endogennya pada tingkat yang
berbeda-beda. Dari total 278 variabel eksogen yang terdapat di dalam 81
persamaan struktural, sekitar 30% (84 variabel eksogen) berpengaruh nyata
terhadap variabel endogennya pada tingkat 1%, 12% (33 variabel eksogen)
berpengaruh nyata pada tingkat 5%, 15% (41 variabel eksogen) berpengaruh
nyata pada tingkat 10% hingga 25% dan sisanya 43% (120 variabel eksogen)
berpengaruh nyata terhadap varibel endogennya di atas 25%. Munculnya
autokorelasi serial pada taraf α=5% sekitar 36% (29 persamaan) dari 81
persamaan struktural. Nilai RMSPE≥20% dan nilai koefisien U≥0.2 masing-
masing sekitar 25% (24 persamaan) dan 5% (5 persamaan) dari 97 persamaan di
dalam model.
Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, dengan mempertimbangkan model
yang cukup besar dengan periode pengamatan yang cukup panjang maka hasil
estimasi model dinilai cukup representatif dalam menangkap fenomena ekonomi
perdagangan dunia minyak nabati dan menjelaskan keterkaitan harga dunia
minyak bumi dalam pembentukan harga dunia minyak nabati. Selain itu model
dapat digunakan untuk melakukan simulasi dalam mencapai tujuan penelitian dan
dijadikan landasan dalam penentuan arah kebijakan pengembangan industri
kelapa sawit Indonesia di masa depan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) dalam pembentukan harga dunia
untuk masing-masing minyak nabati relatif lebih responsif terhadap perubahan
impor dunia daripada perubahan ekspor dunia, (2) harga dunia minyak biji bunga
matahari memiliki respon paling besar terhadap perubahan impor dunia, diikuti
oleh harga dunia minyak kelapa sawit, harga dunia minyak kedelai dan harga
dunia minyak rapeseed, dan (3) harga dunia minyak kelapa sawit memiliki respon
paling besar terhadap perubahan ekspor dunia, diikuti oleh harga dunia minyak
biji bunga matahari, harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak
rapeseed.
Kenaikan harga dunia minyak bumi secara umum mendorong peningkatan
konsumsi keempat jenis minyak nabati, mempengaruhi neraca perdagangan
minyak nabati di pasar dunia yang akhirnya diikuti oleh kenaikan harga dunia
minyak nabati. Namun, kenaikan harga dunia minyak nabati relatif lebih kecil dari
kenaikan harga dunia minyak bumi, kecuali untuk harga dunia minyak kedelai
yang mengalami laju kenaikan harga yang relatif sama dengan laju kenaikan harga
dunia minyak bumi. Harga dunia minyak kedelai memperoleh dampak yang
paling besar dari kenaikan harga dunia minyak bumi, diikuti oleh harga minyak
biji bunga matahari, harga minyak rapeseed dan harga minyak kelapa sawit.
Selain karakteristik kimiawi yang mempengaruhi cakupan pemanfaatan keempat
minyak nabati sebagai subsitusi minyak bumi dalam kehidupan sehari-hari, secara
umum keterbatasan volume produksi dunia minyak nabati dan pemenuhan
kebutuhan sektor pangan merupakan kendala utama dalam pemakaian minyak
nabati sebagai subsitusi minyak bumi.
Efek subsitusi minyak kelapa sawit relatif lebih berpengaruh terhadap
konsumsi minyak rapeseed, diikuti terhadap konsumsi minyak kedelai dan minyak
biji bunga matahari. Efek subsitusi minyak rapeseed relatif lebih berpengaruh
terhadap konsumsi minyak kedelai, diikuti terhadap konsumsi minyak kelapa
sawit dan minyak biji bunga matahari. Efek subsitusi minyak kedelai relatif lebih
berpengaruh terhadap konsumsi minyak rapeseed, diikuti terhadap konsumsi
minyak biji bunga matahari dan minyak kelapa sawit. Efek subsitusi minyak biji
bunga matahari relatif lebih berpengaruh terhadap konsumsi minyak kelapa sawit,
diikuti terhadap konsumsi minyak kedelai dan minyak rapeseed.
Ramalan harga riil minyak nabati dan harga minyak bumi di pasar dunia
untuk periode tahun 2012-2025 cenderung memiliki pola pergerakan harga yang
sama dengan tren meningkat yang kecil. Tren peningkatan harga terbesar dimiliki
oleh harga dunia minyak kedelai, diikuti oleh harga dunia minyak rapeseed, harga
dunia minyak biji bunga matahari dan harga dunia minyak kelapa sawit dengan
tren peningkatan harga yang terkecil. Neraca perdagangan keempat minyak nabati
untuk periode tahun 2012-2025, diproyeksikan berada pada posisi surplus. Rerata
surplus perdagangan tahun 2012-2025 untuk minyak kelapa sawit sebesar 2.04
juta ton/tahun atau 5.07% dari rerata volume ekspor dunia minyak kelapa sawit
sebesar 40.20 juta ton/tahun, untuk minyak kedelai adalah 1.4 juta ton/tahun atau
9.60% dari rerata volume ekspor dunia minyak kedelai sebesar 14.6 juta
ton/tahun, untuk minyak rapeseed sebesar 258.34 ribu ton/tahun atau 5.22% dari
rerata volume ekspor dunia minyak rapeseed sebesar 4.95 juta ton/tahun, dan
untuk minyak biji bunga matahari sebesar 85 ribu ton/tahun atau 1.51% dari rerata
volume ekspor dunia minyak biji bunga matahari sebesar 5.66 juta ton/tahun.
Ramalan produksi minyak kelapa sawit Indonesia untuk periode tahun
2012-2025 menunjukkan tren peningkatan produksi sebesar 2.39%/tahun.
Sedangkan laju perkembangan konsumsi dan laju perkembangan ekspor minyak
kelapa sawit Indonesia berturut-turut sebesar 3.09%/tahun dan 2.15%/tahun.
Kondisi ini ini relatif berbeda dengan kondisi di tahun 2003-2008. Di tahun 2003-
2008 rerata laju peningkatan produksi minyak kelapa sawit Indonesia sekitar
12.75%/tahun dengan laju perkembangan konsumsi dan laju perkembangan
ekspor minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut sebesar 5.23%/tahun dan
18.42%/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pasar domestik akan berperan penting
dalam menunjang pengembangan industri kelapa sawit Indonesia di masa depan,
yaitu didalam menunjang kestabilan harga maupun jaminan pemasaran hasil
produksi. Dari sisi pasar, Indonesia masih memiliki peluang untuk
mengembangkan industri kelapa sawit. Selain pasar domestik, permintaan minyak
kelapa sawit dan produk turunannya diperkirakan akan terus meningkat, baik
untuk pangan maupun non pangan seiiring tren harga minyak bumi yang
meningkat. Perkembangan permintaan diperkirakan akan datang dari Cina, India,
Uni Eropa dan Pakistan.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran kebijakan bagi pemerintah
Indonesia dalam pengembangan industri kelapa sawit di masa depan, antara lain:
(1) upaya peningkatan produksi minyak kelapa sawit Indonesia melalui
ekstensifikasi dan intensifikasi usaha di sektor hulu perlu dibarengi oleh
peningkatan penyerapan pasar domestik dan stabilitas nilai tukar Rupiah. Selain
menjamin pemasaran hasil produksi, peningkatan penyerapan pasar domestik
menunjang stabilitas harga minyak kelapa sawit Indonesia. Stabilitas nilai tukar
Rupiah diharapkan dapat menekan fluktuasi harga minyak kelapa sawit di dalam
negeri yang akhirnya akan mempengaruhi keseimbangan antara produksi, serapan
pasar domestik dan volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia, (2)
mendukung upaya peningkatan penyerapan pasar domestik, kebijakan pemerintah
Indonesia disarankan lebih ditujukan kepada pengaturan harga di tingkat
konsumen akhir (misal: subsidi harga minyak goreng dan harga biodiesel kelapa
sawit) maupun kebijakan yang mendorong peningkatan konsumsi lainnya (misal:
penerapan domestic market obligation/DMO), dan (3) Indonesia perlu menyusun
grand design industri kelapa sawitnya dalam jangka panjang mengingat: (a)
kelapa sawit sebagai komoditi perkebunan dengan adaptasi penawaran terhadap
permintaan yang lebih lambat dibandingkan dengan minyak nabati dari kelompok
seed oils; (b) di pasar dunia minyak nabati, minyak kelapa sawit Indonesia
bersaing dengan minyak kelapa sawit dari negara eksportir lainnya maupun
dengan minyak nabati lainnya dan menempatkan Indonesia sebagai price given;
(c) harga dunia minyak kelapa sawit relatif lebih peka terhadap perubahan ekspor
dibandingkan tiga minyak nabati lainnya (ket: kenaikan ekspor dunia
menyebabkan penurunan harga dunia yang lebih besar dibandingkan tiga minyak
nabati lainnya), dan (d) keseimbangan antara produksi, serapan pasar domestik
dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia menunjang stabilitas harga yang pada
akhirnya menentukan kesejahteraan produsen maupun masyarakat selaku
konsumen akhir minyak kelapa sawit.

Kata kunci: pembentukan harga, perdagangan dunia, minyak nabati, minyak


bumi.
© Hak cipta milik IPB, tahun 2011
Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa


mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik
atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
ANALISIS KETERKAITAN HARGA MINYAK NABATI DAN
MINYAK BUMI DALAM PERDAGANGAN DUNIA
MINYAK NABATI

AMBAR KURNIAWAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Penguji Luar Komisi:

Dr. Ir. Luckytawaty Anggraeni, M.Si

(Dosen Departemen Ilmu Ekonomi,


Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor)

Penguji Wakil Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang:

Prof. Dr. Ir. W. H. Limbong, MS

(Dosen Departemen Ilmu Manajemen,


Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor)
Judul Tesis : Analisis Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi
dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati
Nama : Ambar Kurniawan

Nomor Pokok : H353070021

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS


Ketua Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB


Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Dr.Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr

Tanggal Ujian : 23 September 2011 Tanggal Lulus :


PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena

dengan rahmat dan karunia-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini dibuat

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program

studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tesis ini membahas tentang Analisis Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan

Minyak Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.

Ir. Bonar M. Sinaga, M.A. dan Dr. Ir. Nunung Kusnadi, M.S. selaku ketua dan

anggota komisi pembimbing atas saran, masukan, dan bimbingan selama penulis

menyelesaikan tulisan ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktur dan manajemen

Pusat Penelitian Kelapa Sawit, rekan-rekan mahasiswa EPN serta pihak-pihak lain

yang telah banyak memberikan saran, motivasi dan bantuan selama penulis

menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini. Terima kasih penulis sampaikan

kepada keluarga tercinta atas doa dan dukungan moril yang selalu menyertai

penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini. Terakhir penulis

mengucapkan terima kasih kepada Wanti Fitrianti atas dorongan semangat dan

kesabarannya selama penulis menyelesaikan tesis ini.

Akhir kata penulis berharap semoga tulisan yang jauh dari kata sempurna

ini bermanfaat, khususnya bagi pembaca dan umumnya bagi seluruh masyarakat

perkebunan kelapa sawit Indonesia.

Bogor, September 2011


Ambar Kurniawan
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purwakarta pada tanggal 9 Mei 1978 dari keluarga

bapak S.Y. Giran Purworahardjo dan ibu Purbatini. Penulis merupakan anak

kelima dari enam bersaudara.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai dari pendidikan dasar

di SD Tantina Jatiluhur tahun 1986 sampai tahun 1991. Pendidikan selanjutnya

penulis laksanakan di SMP Negeri 3 Purwakarta tahun 1991 sampai tahun 1994,

dan melanjutkan sekolah menengah atas di SMU Negeri 1 Purwakarta tahun 1994

hingga tahun 1997. Di tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa

program studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial

Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus di

tahun 2001.

Penulis bekerja di Pusat Penelitian Kelapa Sawit–Medan mulai November

2001 hingga saat ini. Pada tahun 2007 penulis meneruskan pendidikan pada

program Magister Sains, program studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.


DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL……………………………………….................. xxi

DAFTAR GAMBAR …………………………………… ................ xxiv

DAFTAR LAMPIRAN………………..…………………................ xxvi

I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian...................................................................... 3
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 4
1.5. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 5

II TINJAUAN MINYAK HANATI DUNIA DAN MINYAK


KELAPA SAWIT INDONESIA ....................................................... 7
2.1. Tinjauan Umum Minyak Nabati Dunia .................................... 7
2.2. Tinjauan Umum Minyak Kelapa Sawit Indonesia ................... 9
2.2.1. Minyak Nabati Pesaing Utama Minyak
Kelapa Sawit ................................................................. 9
2.2.2. Minyak Kelapa Sawit dan Perekonomian Indonesia .... 12

III TINJAUAN TEORI DAN STUDI TERDAHULU ............................. 19


3.1. Teori Perdagangan Internasional ................................................ 19
3.1.1. Kebijakan Pajak Ekspor.................................................. 21
3.1.2. Kebijakan Tarif Impor .................................................... 22
3.1.3. Kebijakan Nilai Tukar Mata Uang ................................. 23
3.2. Model Ekonomi Ekspor, Impor dan Harga Dunia...................... 24
3.2.1. Ekspor ............................................................................. 24
3.2.2. Impor............................................................................... 27
3.2.3. Harga Dunia.................................................................... 29
3.3. Metode Estimasi Parameter ........................................................ 30
3.4. Tinjauan Studi Terdahulu ........................................................... 32
3.4.1. Studi Tentang Pesaing Minyak Kelapa Sawit
Indonesia dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam
Pembentukan Harga Minyak Nabati............................... 32

3.4.2. Studi Tentang Kaitan Antara Harga Minyak Kelapa


Sawit, Kebijakan Domestik dan Keragaan Industri
Kelapa Sawit di Indonesia .............................................. 40

3.4.3. Arah Pengembangan Studi Terdahulu dalam


Penelitian ........................................................................ 43

IV PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS ................... 45


4.1. Perumusan Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan
MInyak Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati ......... 45
4.1.1. Persamaan Ekspor Minyak Kelapa Sawit....................... 50
4.1.1.1. Produksi, Ekspor dan Konsumsi
Minyak Kelapa Sawit Indonesia .................... 50
4.1.1.1.1. Luas Areal Tanaman Kelapa
Sawit Menghasilkan Indonesia.... 50
4.1.1.1.2. Produktivitas Kelapa Sawit
Indonesia ..................................... 52
4.1.1.1.3. Produksi Minyak Kelapa
Sawit Indonesia ........................... 54
4.1.1.1.4. Ekspor dan Konsumsi
Minyak Kelapa Sawit Indonesia.. 55
4.1.1.2. Ekspor Minyak Kelapa Sawit Malaysia ......... 56
4.1.1.3. Total Ekspor Minyak Kelapa Sawit Dunia .... 57
4.1.2. Persamaan Impor Minyak Kelapa Sawit ........................ 57
4.1.2.1. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit
China .............................................................. 57
4.1.2.2. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit
EU-15 ............................................................. 58
4.1.2.3. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit
India................................................................ 59
4.1.2.4. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit
Pakistan .......................................................... 60
4.1.2.1. Total Impor Minyak Kelapa Sawit Dunia ...... 61
4.1.3. Harga Minyak Kelapa Sawit........................................... 61
4.1.3.1. Harga Dunia Minyak Kelapa Sawit ............... 61
4.1.3.2. Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit
Indonesia ........................................................ 62
4.1.3.3. Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit
Malaysia ......................................................... 62
4.1.3.4. Harga Domestik Minyak Kelapa Sawit
Indonesia ........................................................ 62
4.1.3.5. Harga Impor Minyak Kelapa Sawit China..... 63
4.1.3.6. Harga Impor Minyak Kelapa Sawit EU-15.... 63
4.1.3.7. Harga Impor Minyak Kelapa Sawit India ...... 63
4.1.3.8. Harga Impor Minyak Kelapa Sawit
Pakistan .......................................................... 64
4.1.4. Persamaan Ekspor Minyak Kedelai................................ 64
4.1.4.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai
Argentina........................................................ 64
4.1.4.2. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai
Brasil .............................................................. 65
4.1.4.3. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai
Amerika Serikat.............................................. 67
4.1.4.4. Total Ekspor Minyak Kedelai Dunia ............. 68
4.1.5. Persamaan Impor Minyak Kedelai ................................. 68
4.1.5.1. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai
China .............................................................. 68
4.1.5.2. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai
EU-15 ............................................................. 69
4.1.5.3. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai India .. 70
4.1.5.4. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai Iran.... 70
4.1.5.5. Total Impor Minyak Kedelai Dunia ............... 71
4.1.6. Harga Minyak Kedelai.................................................... 71
4.1.6.1. Harga Dunia Minyak Kedelai ........................ 72
4.1.6.2. Harga Ekspor Minyak Kedelai Argentina...... 72
4.1.6.3. Harga Ekspor Minyak Kedelai Brasil ............ 72
4.1.6.4. Harga Ekspor Minyak Kedelai Amerika
Serikat............................................................. 73
4.1.6.5. Harga Impor Minyak Kedelai China.............. 73
4.1.6.6. Harga Impor Minyak Kedelai EU-15............. 74
4.1.6.7. Harga Impor Minyak Kedelai India ............... 73
4.1.6.8. Harga Impor Minyak Kedelai Iran ................. 74
4.1.6.9. Harga Domestik Minyak Kedelai Argentina.. 75
4.1.6.10. Harga Domestik Minyak Kedelai Brasil ........ 75
4.1.6.11. Harga Domestik Minyak Kedelai Amerika
Serikat............................................................. 75
4.1.7. Persamaan Ekspor Minyak Rapeseed ............................. 76
4.1.7.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Rapeseed
Kanada............................................................ 76
4.1.7.2. Ekspor dan Konsumsi Minyak Rapeseed
Amerika Serikat.............................................. 77
4.1.7.3. Total Ekspor Minyak Rapeseed Dunia........... 78
4.1.8. Persamaan Impor Minyak Rapeseed .............................. 78
4.1.8.1. Impor Minyak Rapeseed Amerika Serikat ..... 78
4.1.8.2. Impor dan Konsumsi Minyak Rapeseed
EU-15 ............................................................. 79
4.1.8.3. Impor dan Konsumsi Minyak Rapeseed
China .............................................................. 79
4.1.8.4. Total Impor Minyak Rapeseed Dunia ............ 80
4.1.9. Harga Minyak Rapeseed................................................. 80
4.1.9.1. Harga Dunia Minyak Rapeseed...................... 81
4.1.9.2. Harga Ekspor Minyak Rapeseed Kanada....... 81
4.1.9.3. Harga Ekspor Minyak Rapeseed Amerika
Serikat............................................................. 81
4.1.9.3. Harga Impor Minyak Rapeseed Amerika
Serikat............................................................. 82
4.1.9.5. Harga Impor Minyak Rapeseed EU-15.......... 82
4.1.9.6. Harga Impor Minyak Rapeseed China ........... 82
4.1.9.7. Harga Domestik Minyak Rapeseed Kanada.. 83
4.1.9.7. Harga Domestik Minyak Rapeseed
Amerika Serikat.............................................. 83
4.1.10. Persamaan Ekspor Minyak Biji Bunga Matahari ........... 83
4.1.10.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga
Matahari Argentina ........................................ 84
4.1.10.2. Total Ekspor Minyak Biji Bunga Matahari
Dunia ............................................................. 85
4.1.11. Persamaan Impor Minyak Biji Bunga Matahari............. 85
4.1.11.1. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga
Matahari EU-15.............................................. 85
4.1.11.2. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga
Matahari Mesir ............................................... 86
4.1.11.3. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga
Matahari Iran .................................................. 87
4.1.11.4. Total Impor Minyak Biji Bunga Matahari
Dunia .............................................................. 88
4.1.12. Harga Minyak Biji Bunga Matahari ............................... 88
4.1.12.1. Harga Dunia Minyak Biji Bunga Matahari .... 88
4.1.12.2. Harga Ekspor Minyak Biji Bunga
Matahari Argentina ........................................ 89
4.1.12.3. Harga Impor Minyak Biji Bunga Matahari
EU-15 ............................................................. 89
4.1.12.4. Harga Impor Minyak Biji Bunga Matahari
Mesir............................................................... 90
4.1.12.5. Harga Impor Minyak Biji Bunga Matahari
Iran ................................................................. 90
4.1.12.6. Harga Domestik Minyak Biji Bunga
Matahari Argentina ....................................... 90
4.2. Identifikasi Model ...................................................................... 91
4.3. Metode Estimasi dan Validasi Model......................................... 91
4.4. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 92
4.5. Simulasi Faktor Eksternal dan Kebijakan Perdagangan............. 92

V KERAGAAN PASAR DUNIA MINYAK NABATI.......................... 95


5.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Keterkaitan Harga
Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia ..................... 95
5.2. Keragaan Minyak Kelapa Sawit Dunia ...................................... 97
5.2.1. Ekspor Minyak Kelapa Sawit ......................................... 97
5.2.1.1. Ekspor, Konsumsi dan Produksi Minyak
Kelapa Sawit Indonesia.................................. 97
5.2.1.2. Ekspor Minyak Kelapa Sawit Malaysia ......... 105
5.2.2. Impor Minyak Kelapa Sawit........................................... 107
5.2.2.1. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit
China .............................................................. 107
5.2.2.2. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa
Sawit EU-15 ................................................... 108
5.2.2.3. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa
Sawit India...................................................... 110
5.2.2.4. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa
Sawit Pakistan ................................................ 112
5.2.3. Harga Minyak Kelapa Sawit........................................... 113
5.3. Keragaan Minyak Kedelai Dunia ............................................... 117
5.3.1. Ekspor Minyak Kedelai .................................................. 118
5.3.1.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai
Argentina........................................................ 118
5.3.1.2. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai
Brasil .............................................................. 119
5.3.1.3. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai
Amerika Serikat.............................................. 121
5.3.2. Impor Minyak Kedelai.................................................... 122
5.3.2.1. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai
China .............................................................. 122
5.3.2.2. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai
EU-15 ............................................................. 123
5.3.2.3. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai India .. 125
5.3.2.4. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai Iran.... 126
5.3.3. Harga Minyak Kedelai.................................................... 127
5.4. Keragaan Minyak Rapeseed Dunia ............................................ 130
5.4.1. Ekspor Minyak Rapeseed ............................................... 131
5.4.1.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Rapeseed
Kanada............................................................ 131
5.4.1.2. Ekspor dan Konsumsi Minyak Rapeseed
Amerika Serikat.............................................. 133
5.4.2. Impor Minyak Rapeseed................................................. 134
5.4.2.1. Impor dan Konsumsi Minyak Rapeseed
Amerika Serikat.............................................. 134
5.4.2.2. Impor dan Konsumsi Minyak Rapeseed
EU-15 ............................................................. 135
5.4.2.3. Impor dan Konsumsi Minyak Rapeseed
China .............................................................. 137
5.4.3. Harga Minyak Rapeseed................................................. 138
5.5. Keragaan Minyak Biji Bunga Matahari Dunia.......................... 140
5.5.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari
Argentina ........................................................................ 141
5.5.2. Impor Minyak Biji Bunga Matahari ............................... 142
5.5.2.1. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga
Matahari EU-15.............................................. 142
5.5.2.2. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga
Matahari Mesir ............................................... 144
5.5.2.3. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga
Matahari Iran .................................................. 146
5.5.3. Harga Minyak Biji Bunga Matahari ................................. 147

VI RAMALAN HARGA DUNIA MINYAK NABATI DAN


KERAGAAN INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA .............. 149
6.1. Ramalan Harga Minyak Nabati di Pasar Dunia.......................... 149
6.2. Ramalan Keragaan Industri Kelapa Sawit Indonesia ................. 154
6.3. Dampak Perubahan Faktor Eksternal dan Kebijakan
Perdagangan................................................................................ 159

VII KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 167


7.1. Kesimpulan................................................................................. 167
7.2. Saran Kebijakan.......................................................................... 170
7.3. Saran Penelitian Lanjutan........................................................... 171

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 173

LAMPIRAN......................................................................................... 177
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Negara Eksportir dan Negara Importir Minyak Nabati dalam


Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi
dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati …………….....….... 6

2. Perkembangan Konsumsi Dunia 9 Minyak Nabati Utama


untuk Pangan dan Non-Pangan dan Konsumsi Dunia Minyak
Bumi, Tahun 1997-2008……………………………………..... 9

3. Rekapitulasi Persamaan dalam Model Keterkatan Harga


Minyak Nabati dan Minyak Bumi dalam Perdagangan Dunia
Minyak Nabati menurut Negara dan Kelompok Minyak
Nabati.......................................................................................... 48

4. Skenario Simulasi Faktor Eksternal dan Kebijakan


Perdagangan................................................................................ 93

5. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor, Konsumsi


Domestik, Luas Areal dan Produktivitas Tanaman Kelapa
Sawit Menghasilkan Indonesia, Tahun 1980-2008........…......... 98

6. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor Minyak Kelapa


Sawit Malaysia, Tahun 1980-2008………………….…............. 106

7. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi


Minyak Kelapa Sawit China, Tahun 1980-2008….……............ 108

8. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi


Minyak Kelapa Sawit EU-15, Tahun 1980-2008…….…........... 109

9. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi


Minyak Kelapa Sawit India, Tahun 1980-2008..….………....... 111

10. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi


Minyak Kelapa Sawit Pakistan Tahun 1980-2008..…..........….. 113

11. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Harga Dunia, Harga


Ekspor dan Harga Domestik Negara Eksportir serta Harga
Impor Negara Importir Minyak Kelapa Sawit, Tahun 1980-
2008..………………………………………………………....... 114

12. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi


Domestik Minyak Kedelai Argentina, Tahun 1980-2008........... 118
13. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi
Domestik Minyak Kedelai Brasil, Tahun 1980-2008..........…... 120

14. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi


Domestik Minyak Kedelai Amerika Serikat, Tahun 1980-
2008...………………………………………………………...... 121

15. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi


Minyak Kedelai China, Tahun 1980-2008...…….……….......... 123

16. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi


Minyak Kedelai EU-15, Tahun 1980-2008..………..……......... 124

17. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi


Minyak Kedelai India, Tahun 1980-2008....………..……......... 125

18. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi


Minyak Kedelai Iran, Tahun 1980-2008......…………..…......... 127

19. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Harga Dunia, Harga


Ekspor dan Harga Domestik Negara Eksportir serta Harga
Impor Negara Importir Minyak Kedelai, Tahun 1980-
2008..…………………………………………………….…...... 128

20. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi


Domestik Minyak Rapeseed Kanada, Tahun 1980-2008............ 132

21. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi


Domestik Minyak Rapeseed Amerika Serikat, Tahun 1980-
2008……………………………………………………...…...... 133

22. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor Minyak Rapeseed


Amerika Serikat, Tahun 1980-2008....................…………........ 135

23. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi


Minyak Rapeseed EU-15, Tahun 1980-2008......……....…..….. 136

24. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi


Minyak Rapeseed China, Tahun 1980-2008.......………...…..... 137

25. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Harga Dunia, Harga


Ekspor dan Harga Domestik Negara Eksportir serta Harga
Impor Negara Importir Minyak Rapeseed, Tahun 1980-
2008………………………………………………………...….. 139
26. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi
Domestik Minyak Biji Bunga Matahari Argentina, Tahun
1980-2008…………………………………………………........ 141

27. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi


Minyak Biji Bunga Matahari EU-15, Tahun 1980-2008…........ 143

28. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi


Minyak Biji Bunga Matahari Mesir, Tahun 1980-2008….......... 145

29. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi


Minyak Biji Bunga Matahari Iran, Tahun 1980-2008…............. 146

30. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Harga Dunia, Harga


Ekspor dan Harga Domestik Negara Eksportir serta Harga
Impor Negara Importir Minyak Biji Bunga Matahari, Tahun
1980-2008…………………………………………………........ 148

31. Rerata Proyeksi Harga Riil Minyak Kelapa Sawit, Minyak


Kedelai, Minyak Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari dan
Minyak Bumi Di Pasar Dunia, Tahun 2012-2025…….….......... 150

32. Ringkasan Hasil Simulasi Peramalan Tahun 2012-2025.…....... 159


DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perkembangan Harga Dunia Minyak Bumi, Minyak Kelapa


Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed dan Minyak Biji
Bunga Matahari, Tahun 1980-2008……………......…….......... 2

2. Bagan Struktur Pengelompokan Minyak Hayati di Pasar


Dunia………………………………………………….....…...... 7

3. Perkembangan Luas Areal Perkebunan dan Areal Tanaman


Kelapa Sawit Menghasilkan di Indonesia, Tahun 1980-
2008............................................................................................. 14

4. Perkembangan Share Kepemilikan Perkebunan Kelapa Sawit


di Indonesia menurut Pelaku Usaha, Tahun 1980-2008…......... 15

5. Perkembangan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit


Menghasilkan menurut Pelaku Usaha dan Tingkat Nasional,
Tahun 1980-2008………............................................................ 16

6. Mekanisme Perdagangan Dunia ………..................................... 20

7. Perbedaan Tingkat Konsumsi dan Produksi Pada Model


Standar Perdagangan………………………………...……........ 20

8. Pengaruh Ekspor dan Impor terhadap Permintaan dan


Penawaran Domestik....………................................................... 21

9. Dampak Pajak Ekspor terhadap Perdagangan Dunia....….......... 22

10. Dampak Tarif Impor terhadap Perdagangan Dunia.…............... 23

11. Keseimbangan Harga oleh Kekuatan Penawaran dan


Permintaan.....……….................................................................. 30

12. Diagram Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak


Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati.………........... 47

13. Pergerakan Harga Riil Minyak Bumi, Minyak Kelapa Sawit,


Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed, Minyak Biji Bunga
Matahari di Pasar Dunia Tahun 2003-2008 dan Ramalan
Tahun 2012-2025.....………....................................................... 149
14. Neraca Perdagangan Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai,
Minyak Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari di Pasar
Dunia Tahun 2003-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025.......... 150

15. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak


Kelapa Sawit Tahun 1980-2008 dan Ramalan Tahun 2012-
2025............................................................................................. 152

16. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak


Kedelai Tahun 1980-2008 dan Ramalan Tahun 2012-
2025............................................................................................. 153

17. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak


Rapeseed Tahun 1980-2008 dan Ramalan Tahun 2012-
2025............................................................................................. 153

18. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak


Biji Bunga Matahari Tahun 1980-2008 dan Ramalan Tahun
2012-2025………........................................................................ 154

19. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas


Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PBN Tahun 2003-
2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025…..................................... 155

20. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas


Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PBS Tahun 2003-
2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025………............................. 155

21. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas


Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PR Tahun 2003-
2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025………............................. 156

22. Perkembangan Produktivitas Areal Tanaman Kelapa Sawit


Menghasilkan PBN, PBS, PR dan Tingkat Nasional Tahun
2003-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025……….................... 157

23. Perkembangan Produksi, Ekspor dan Konsumsi Domestik


Minyak Kelapa Sawit Indonesia Tahun 2003-2008 dan
Ramalan Tahun 2012-2025………............................................. 158
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jenis-jenis Minyak Hayati dan Penggunaannya dalam


Kehidupan Sehari-hari ……………………………………........ 179

2. Perkembangan Produksi dan Share Masing-masing Minyak di


Pasar Dunia Minyak Hayati, Tahun 2003-2008………….......... 180

3. Perkembangan Share Volume Perdagangan Dunia Minyak


Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed dan Minyak
Biji Bunga Matahari terhadap Total Ekspor dan Impor di Pasar
Dunia Minyak Hayati, Tahun 2003-2008………………........... 181

4. Rekapitulasi Lima Besar Negara Produsen, Negara Eksportir


dan Negara Importir Utama Minyak Kelapa Sawit, Minyak
Kedelai, Minyak Rapeseed dan Minyak Biji Bunga Matahari
di Pasar Dunia, Tahun 2005-2008 …………………...…........... 182

5. Data Dasar Model Perdagangan Dunia Minyak Nabati, Tahun


1980-2008 …………………………………………………....... 186

6. Program Estimasi Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati


dan Minyak Bumi di Pasar Dunia ………………...................... 202

7. Hasil Estimasi Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati


Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia ……………............... 205

8. Program Validasi Historis Model Keterkaitan Harga Minyak


Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia…………...…............. 286

9. Hasil Validasi Historis Model Keterkaitan Harga Minyak


Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia………………............ 291

10. Program Peramalan Variabel Eksogen dan Peramalan Tahap


Awal Varibel Endogen dalam Model Keterkaitan Harga
Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun 2012-
2025……………………............................................................. 300

11. Hasil Peramalan Variabel Eksogen dan Peramalan Tahap Awal


Varibel Endogen dalam Model Keterkaitan Harga Minyak
Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun 2012-
2015……………………............................................................. 309
12. Program Simulasi Dasar dan Peramalan Model Keterkaitan
Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia,
Tahun 2012-2025……………………….................................... 316

13. Hasil Simulasi Dasar dan Peramalan Model Keterkaitan Harga


Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun 2012-
2025……………………………………..................................... 321

14. Program Simulasi Penghapusan Pajak Ekspor Minyak Kelapa


Sawit Indonesia terhadap Hasil Peramalan Model Keterkaitan
Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia,
Tahun 2012-2025 (Skenario 7)…………………....................... 328

14. Hasil Simulasi Penghapusan Pajak Ekspor Minyak Kelapa


Sawit Indonesia terhadap Hasil Peramalan Model Keterkaitan
Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia,
Tahun 2012-2025 (Skenario 7)…………………....................... 333
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak kelapa sawit (ket: ekuivalen minyak kasar kelapa sawit/crude

palm oil) bersama dengan minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji

bunga matahari merupakan empat minyak utama yang diproduksi dan

diperdagangkan di pasar dunia minyak nabati (vegetable oils) maupun di pasar

dunia minyak hayati (edible oils and fats). Di pasar dunia minyak hayati,

diperdagangkan 13 jenis minyak nabati (vegetable oils) dan empat jenis minyak

hewani (oil and fats). Perincian jenis minyak hayati dan penggunaannya dalam

kehidupan sehari-hari disajikan pada Lampiran 1. Share keempat jenis minyak

nabati di atas terhadap total produksi dunia minyak hayati tahun 2003-2008

sekitar 67%, sedangkan share terhadap volume perdagangan dunia sekitar 81%

(Oil World, 2011).

Produksi minyak nabati secara umum ditujukan untuk keperluan pangan,

sebagian lainnya digunakan untuk keperluan non pangan (ket: khususnya industri

oleokimia dan biodiesel) dan sisanya digunakan sebagai pakan ternak. Secara

kimiawi, minyak nabati memiliki persamaan utama yaitu memiliki trigliserida

dengan asam lemak yang terikat pada lengan-lengannya. Mengingat komposisi

yang serupa, maka baik untuk keperluan pangan maupun non pangan, antar

minyak nabati dapat saling bersubstitusi. Selain itu, di pasar dunia terjadi

persaingan antar negara produsen untuk satu jenis minyak yang sama. Sebagai

konsekuensi dari persaingan yang ketat maka ditemukan adanya fluktuasi harga

minyak nabati (Buana, 2004). Di era tahun 1980-an rasio penggunaan minyak

nabati untuk pangan, non pangan dan pakan ternak berkisar 80:14:6. Seiring
2

peningkatan penggunaan non pangan dalam 13 tahun terakhir, rasio penggunaan

minyak nabati saat ini berkisar 75:20:5. Peningkatan tersebut didorong oleh

kenaikan penggunaan biodiesel maupun sebagai subsitusi bahan dasar industri

oleokimia yang awalnya berbasis minyak bumi (AOCS, 2011).

Terkait hal di atas, maka dalam perdagangan dunia minyak nabati selain

terjadi persaingan antar jenis minyak nabati, pembentukan harga dunia minyak

nabati diduga memiliki keterkaitan dengan harga dunia minyak bumi/crude oil.

Kaitan tersebut terlihat dari pola pergerakan harga minyak nabati dan harga

minyak bumi yang relatif sama, khususnya sejak tahun 2003. Pola pergerakan

harga empat minyak nabati utama dan harga minyak bumi di pasar dunia tahun

1980-2008 seperti disajikan pada Gambar 1.

1600
Minyak Nabati: USD/metric ton cif Rotterdam

1400
Minyak Bumi: USd/barrel fob UK Brent

1200

1000

800

600

400

200

0
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008

Minyak Bumi M. Kelapa Sawit M. Kedelai


M. Rapeseed M. Bj. Matahari

Sumber: Oil World, 2011 dan IMF 2011, diolah


Gambar 1. Perkembangan Harga Dunia Minyak Bumi, Minyak Kelapa Sawit,
Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed dan Minyak Biji Bunga
Matahari, Tahun 1980-2008

1.2 Rumusan Masalah

Sifat minyak bumi yang non-renewable dan peningkatan populasi dunia

telah mendorong pemakaian minyak nabati sebagai salah satu sumber energi
3

alternatif maupun sebagai substitusi bahan dasar industri oleokimia yang awalnya

berbasis minyak bumi. Meskipun renewable, namun keterbatasan volume

produksi dunia dan pemenuhan kebutuhan sektor pangan merupakan kendala

utama dalam pemakaian minyak nabati sebagai subsitusi minyak bumi di masa

depan. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan dikaji permasalahan pertama

yaitu: bagaimana keterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi dalam

perdagangan dunia minyak nabati secara simultan dan bagaimana pengaruhnya

terhadap perdagangan dunia minyak nabati. Permasalahan penelitian difokuskan

kepada empat minyak nabati utama, yaitu: minyak kelapa sawit (ket: setara

minyak kasar kelapa sawit), minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji

bunga matahari. Penggunaan istilah minyak nabati dalam penelitian ini

selanjutnya menunjukkan empat minyak nabati utama di atas.

Diketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara produsen utama

minyak kelapa sawit dan kelapa sawit telah menjadi komoditas strategis bagi

perekonomian Indonesia. Oleh karena itu mucul permasalahan kedua berupa:

bagaimana pengaruh keterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi dalam

perdagangan dunia minyak nabati terhadap produksi, penawaran domestik,

konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah mengkaji keterkaitan harga minyak

nabati dan harga minyak bumi dalam perdagangan dunia minyak nabati secara

simultan bersama dengan faktor eksternal lainnya. Minyak nabati yang dimaksud

dalam penelitian ini meliputi minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak

rapeseed dan minyak biji bunga matahari.


4

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengkaji keterkaitan harga dunia minyak bumi dan harga minyak nabati di

pasar dunia secara simultan.

2. Melakukan peramalan harga riil dunia minyak bumi, harga riil minyak nabati

di pasar dunia dan harga riil di pasar domestik, serta keragaan industri minyak

kelapa sawit Indonesia, khususnya produksi, konsumsi dan ekspor minyak

kelapa sawit Indonesia untuk periode tahun 2012-2025.

3. Mengkaji dampak perubahan faktor eksternal dan kebijakan perdagangan oleh

negara eksportir dan negara importir utama minyak nabati terhadap

perdagangan dunia minyak nabati, dan khususnya terhadap produksi,

konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.

4. Merumusan arah kebijakan pengembangan industri kelapa sawit Indonesia di

masa depan.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Mengacu kepada latar belakang, permasalahan dan tujuan maka ruang

lingkup penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini menekankan kepada pemahaman perilaku harga minyak nabati,

khususnya terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi proses

pembentukan harga di pasar dunia, termasuk keterkaitannya dengan harga

dunia minyak bumi.

2. Penelitian ini juga melakukan kajian dampak perubahan faktor eksternal dan

kebijakan perdagangan oleh negara eksportir dan negara importir utama

minyak nabati terhadap perdagangan dunia minyak nabati, dan khususnya


5

terhadap produksi, penawaran domestik, konsumsi dan ekspor minyak kelapa

sawit Indonesia.

3. Mengacu kepada hasil dua kajian di atas, maka akhir dari penelitian ini adalah

menyusun rumusan arah kebijakan pengembangan industri kelapa sawit

Indonesia di masa depan.

1.5. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Sesuai dengan Shamsudin dan Fatimah (1999), pembentukan harga minyak

hayati merupakan hasil interaksi antara kekuatan pasar, kekuatan non pasar,

dan hambatan perdagangan. Namun, penelitian ini lebih menekankan kepada

faktor-faktor yang menjadi kekuatan pasar (variabel yang terukur) dan

hambatan perdagangan.

2. Hambatan perdagangan dibatasi pada hambatan tarif yang ditetapkan oleh

pemerintah negara eksportir utama dan negara importir utama minyak nabati.

Khusus Indonesia, selain kebijakan hambatan perdagangan akan dikaji

beberapa kebijakan pemerintah yang bersifat mendorong produksi.

3. Dalam mencapai tujuan penelian maka dibangun model keterkaitan harga

minyak nabati dan harga minyak bumi di pasar dunia. Minyak nabati yang

dipilih dalam penelitian ini adalah minyak kelapa sawit, minyak kedelai,

minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari. Pemilihan didasarkan

kepada variasi penggunaan yang sama antar minyak nabati, volume

perdagangan di pasar dunia dan sebagai subtitusi minyak bumi. Harga minyak

bumi dalam penelitian ini diasumsikan sebagai variabel eksogen didasarkan


6

kepada nilai persentase penggunaan non-pangan minyak nabati terhadap

konsumsi dunia minyak bumi yang kurang dari 1%.

4. Pendekatan dalam model dilakukan secara horisontal dan tidak membahas

secara mendalam atau vertikal setiap minyak nabati dan setiap negara

eksportir maupun negara importir, seperti permasalahan sektor hulu (luas

areal, produktivitas, produksi) dan sektor hilir (produk turunan, konsumsi) dan

kebijakan yang bersifat spesifik pada setiap negara.

5. Negara eksportir dan negara importir minyak nabati yang digunakan dalam

penelitian ini seperti disajikan pada Tabel 1. Pemilihan negara eksportir

didasarkan kepada share volume ekspor suatu negara terhadap volume ekspor

dunia dan negara tersebut harus merupakan negara produsen, sedangkan

pemilihan negara importir didasarkan kepada share volume impor suatu

negara terhadap volume impor dunia seperti disajikan pada Lampiran 4.

Tabel 1. Negara Eksportir dan Negara Importir Minyak Nabati dalam Model
Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi dalam
Perdagangan Dunia Minyak Nabati

Komoditas Negara Eksportir Negara Importir


Indonesia China
Malaysia EU-15
Minyak kelapa sawit
- India
- Pakistan
Argentina China
Brasil India
Minyak kedelai
Amerika Serikat EU-15
- Iran
Kanada Amerika Serikat
Minyak rapeseed Amerika Serikat EU-15
- China
Argentina EU-15
- India
Minyak biji bunga matahari
- Iran
- Mesir
Keterangan: EU-15 meliputi: Austria, Belgia, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani,
Irlandia, Italia, Luxenburg, Belanda, Portugal, Spanyol, Swedia, dan Inggris.
II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN
MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

2.1. Tinjauan Umum Minyak Nabati Dunia

Minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (oil and fats)

merupakan bagian dari minyak hayati (edible oil and fats). Di pasar dunia minyak

nabati diperdagangkan 13 jenis minyak nabati, sedangkan di pasar dunia minyak

hewani dipasarkan empat jenis minyak. Bagan struktur pengelompokan minyak

hayati di pasar dunia menurut sumber minyak seperti disajikan pada Gambar 2.

Minyak Hayati
(17 Edible Oils & Fats)

4 Minyak Hewani 13 Minyak Nabati


(Oil & Fats) (Vegetable Oils)
• M. Ikan
• Butter-Fat Basis
• Lard 10 Minyak Biji 3 Minyak
• Tallow & Grease (Seed oils) lainnya:
• M. Kedelai • M. Sawit
• M. Rapeseed • M. Zaitun
• M. Bj. Bng. Matahari • M. Jagung
• M. Inti Sawit
• M. Kapas
• M. Kacang Tanah
• M. Linseed
• M.Castor
• M. Wijen
• M. Kelapa

Sumber: Oil World, 2008

Gambar 2. Bagan Struktur Pengelompokan Minyak Hayati di Pasar Dunia

Minyak kelapa sawit (ket: ekuivalen minyak mentah kelapa sawit/crude

palm oil), minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari

merupakan empat minyak utama yang diproduksi dan diperdagangkan di pasar

dunia minyak nabati maupun di pasar dunia minyak hayati (Lampiran 2 dan
8

Lampiran 3). Share keempat jenis minyak tersebut terhadap total produksi dunia

minyak hayati tahun 2003-2008 sekitar 67% dan share terhadap volume

perdagangan dunia sekitar 81% dengan tren yang meningkat berkisar 1%-

1.5%/tahun (Oil World, 2011). Minyak kelapa sawit merupakan minyak terbesar

yang diproduksi maupun diperdagangkan, diikuti oleh minyak kedelai, minyak

rapeseed dan minyak biji bunga matahari. Negara produsen, eksportir dan importir

utama minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji

bunga matahari disajikan pada Lampiran 4.

Produksi minyak nabati secara umum ditujukan untuk keperluan pangan,

sebagian lainnya digunakan untuk keperluan non pangan (khususnya industri

oleokimia dan biodiesel) dan sisanya digunakan sebagai pakan ternak. Di era

tahun 1980-an rasio penggunaan minyak nabati untuk pangan, non pangan dan

pakan ternak berkisar 80:14:6. Seiring peningkatan penggunaan non pangan

dalam 13 tahun terakhir, rasio penggunaan minyak nabati saat ini berkisar

75:20:5. Peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan penggunaan biodiesel

maupun sebagai subsitusi bahan dasar industri oleokimia berbasis minyak bumi

(AOCS, 2011). Perkembangan konsumsi dunia 9 minyak nabati utama untuk

pangan dan non-pangan dan konsumsi dunia minyak bumi tahun 1997-2008

disajikan pada Tabel 2.

Permintaan untuk pangan ditentukan oleh populasi dan konsumsi

perkapita. Konsumsi perkapita antara lain ditentukan oleh daya beli (ket: secara

umum berbanding lurus), preferensi konsumsi sebuah etnik, dan isu kesehatan

yang mendorong penggunaan minyak nabati sebagai pengganti minyak hewani.

Permintaan untuk non pangan dipengaruhi oleh isu lingkungan, energi dan
9

kemajuan teknologi (Buana, 2004). Selain minyak, dalam proses produksi

umumnya menghasilkan produk ikutan non minyak (conjoint product) seperti

bungkil (meal) maupun pemanfaatan sisa tanaman yang digunakan sebagai pakan

ternak.

Tabel 2. Perkembangan Konsumsi Dunia 9 Minyak Nabati Utama untuk Pangan


dan Non-Pangan dan Konsumsi Dunia Minyak Bumi, Tahun 1997-2008
Konsumsi Dunia Persentase
Persentase
Konsumsi 9 Minyak Nabati Utama Non-Pangan
Non-Pangan
Dunia (juta ton) thd
thd Total
Tahun Minyak Konsumsi
Konsumsi
Bumi Dunia
Pangan Non-Pangan Total Minyak
(juta ton) Minyak
Nabati
Bumi
1997 3432.8 66.4 7.4 73.8 10.03% 0.22%
1998 3448.0 70.7 7.9 78.6 10.05% 0.23%
1999 3521.5 74.4 8.5 82.9 10.25% 0.24%
2000 3562.1 78.7 10.1 88.8 11.37% 0.28%
2001 3581.3 80.3 10.9 91.2 11.95% 0.30%
2002 3615.2 83.1 12.2 95.3 12.80% 0.34%
2003 3685.8 87.0 13.8 100.8 13.69% 0.37%
2004 3828.1 91.5 16.7 108.2 15.43% 0.44%
2005 3877.8 94.4 20.6 115.0 17.91% 0.53%
2006 3916.2 96.0 23.7 119.7 19.80% 0.61%
2007 3969.5 99.1 26.7 125.8 21.22% 0.67%
2008 3959.9 101.9 28.4 130.3 21.80% 0.72%

Sumber: AOCS, 2011 dan BP Statistical Review of World Energy, 2010, diolah

Keterangan: 9 minyak nabati utama meliputi: minyak rapeseed, minyak kedelai, minyak biji
bunga matahari, minyak kelapa sawit, minyak kapas, minyak kelapa, minyak inti
kelapa sawit, minyak kacang tanah dan minyak zaitun.

2.2. Tinjauan Umum Minyak Kelapa Sawit Indonesia

2.2.1. Minyak Nabati Pesaing Utama Minyak Kelapa Sawit

Minyak nabati pesaing utama minyak kelapa sawit didefinisikan sebagai

jenis minyak nabati yang mempunyai: (1) variasi penggunaan yang sama dalam

kehidupan sehari-hari, termasuk dapat bersubsitusi dengan minyak bumi, dan (2)

diproduksi serta diperdagangkan dalam jumlah besar di pasar dunia. Berdasarkan

hasil studi terdahulu, literatur dan data maka minyak nabati yang menjadi pesaing
10

utama minyak kelapa sawit adalah minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak

biji bunga matahari. Rekapitulasi lima besar negara produsen, negara eksportir

dan negara importir untuk keempat jenis minyak tersebut periode tahun 2005-

2008 seperti disajikan pada Lampiran 4.

Dari aspek produksi, kelapa sawit memiliki memiliki keunggulan

kompetitif berupa penghasil minyak dengan produktivitas tertinggi yaitu ±3.5 ton

minyak kelapa sawit/ha areal tanaman menghasilkan/tahun, dibandingkan dengan

ketiga jenis minyak pesaingnya yang memiliki produktivitas minyak berkisar 0.4-

0.6 ton/ha/tahun (Buana, 2004). Dalam proses pengolahan buah kelapa sawit

(TBS) menjadi minyak kelapa sawit kasar (CPO) juga dihasilkan produk ikutan

berupa inti kelapa sawit yang jika diproses lebih lanjut akan dihasilkan minyak

inti kelapa sawit (palm kernel oil/PKO) dan bungkil inti kelapa sawit (palm kernel

meal). PKO dikategorikan sebagai minyak kelompok oilseed. Di kehidupan

sehari-hari, PKO merupakan sumber utama lauric oil seperti halnya minyak

kelapa yang sebagian besar digunakan pada industri oleokimia, dan bungkil

(meal) umum digunakan sebagai pakan ternak yang kaya protein.

Sepertihalnya inti kelapa sawit, tiga jenis minyak pesaing utama minyak

kelapa sawit termasuk pada kelompok seed oil. Pengolahan bahan baku menjadi

minyak pada kelompok seed oil dapat merupakan (a) hasil ikutan proses produksi

bungkil (meal), atau (b) mengolah minyak dengan hasil ikutan bungkil. Melalui

sistem produksi seperti ini maka biaya produksi dapat dibebankan antara kedua

jenis produk yang dihasilkan dalam porsi tertentu, bungkil dan minyak. Hal ini

merupakan salah satu yang mendasari kelompok seed oil dapat bersaing dengan

kelapa sawit, meskipun memiliki produktivitas minyak/ha yang lebih rendah.


11

Seperti halnya bungkil inti kelapa sawit, pemanfaatan bungkil umum digunakan

sebagai pakan ternak yang kaya protein. Harga bungkil dipengaruhi oleh

permintaan pakan ternak, khususnya unggas dan ternak mamalia, sebagai efek

lanjutan dari peningkatan permintaan daging.

Dari aspek pasar, dalam hal ini karakteristik negara eksportir dan negara

importir masing-masing minyak, secara umum untuk minyak kedelai, minyak

rapeseed dan minyak biji bunga matahari relatif memiliki persamaan yaitu: (1) di

negara-negara eksportir, persentase volume ekspor terhadap produksi umumnya

dibawah persentase konsumsi (ket: kecuali minyak biji bunga matahari

Argentina), dan (2) negara importir secara umum termasuk sebagai negara

produsen dan impor dilakukan untuk menutupi kekurangan antara produksi

domestik dan konsumsi. Kondisi ini relatif berbeda dengan minyak kelapa sawit

yang mana ekspor dunia sangat didominasi oleh Indonesia dan Malaysia dan

persentasi konsumsi di kedua negara tersebut tidak lebih dari 25% dari total

produksi masing-masing negara.

Terkait dengan penggunaan keempat minyak nabati tersebut di atas

sebagai subsitusi minyak bumi dalam kehidupan sehari-hari, secara umum minyak

rapeseed lebih banyak digunakan sumber bahan bakar alternatif, sedangkan

minyak kedelai dan minyak kelapa sawit masih lebih banyak digunakan sebagai

subsitusi bahan baku industri oleokimia meskipun sebagian diantaranya

digunakan sebagai biodiesel. Khusus minyak biji bunga matahari hanya

digunakan sebagai subsitusi bahan baku industri oleokimia. Hal tersebut terkait

dengan sifat kimiawi, volume produksi dan harga masing-masing minyak.


12

2.2.2. Minyak Kelapa Sawit dan Perekonomian Indonesia

Diketahui bahwa Indonesia merupakan negara produsen utama minyak

kelapa sawit. Share minyak kelapa sawit Indonesia terhadap total produksi dunia

minyak kelapa sawit tahun 2005-2008 berkisar 41.64%-44.67% dan share

terhadap total produksi dunia minyak hayati sekitar 10%-12.12%. Produksi

minyak kelapa sawit Indonesia memiliki tren meningkat sekitar 11.31%/tahun.

Dari sisi peruntukannya, sekitar 25% dari total produksi minyak kelapa sawit

Indonesia digunakan untuk konsumsi dan selebihnya ditujukan untuk pasar ekspor

(Lampiran 4). Kondisi ini setidaknya menggambarkan industri kelapa sawit

Indonesia sebagai berikut:

1. Share minyak kelapa sawit Indonesia yang relatif kecil terhadap total produksi

dunia minyak hayati, menjadikan harga minyak kelapa sawit Indonesia sangat

dipengaruhi oleh perkembangan harga minyak kelapa sawit dan harga minyak

hayati lainnya di pasar dunia, dan tidak mengacu kepada besaran biaya

produksi yang telah dikeluarkan oleh pelaku usaha di Indonesia (Buana,

2004).

2. Serapan pasar domestik yang hanya sekitar 25% dari produksi domestik

menyiratkan bahwa industri kelapa sawit Indonesia riskan terhadap

munculnya gocangan pada serapan ekspor. Kondisi ini semakin memperkuat

pengaruh perkembangan harga dunia minyak kelapa sawit dan harga minyak

nabati lainnya di pasar dunia dalam proses pembentukan harga minyak kelapa

sawit Indonesia. Indonesia harus mampu mengatur antara jumlah produksi dan

peruntukannya, sehingga minat pengembangan kelapa sawit yang masih


13

cukup besar (seperti program Revitalisasi Perkebunan 2007-2010) tidak

berimpak negatif terhadap eksistensi dan keberlanjutan usaha itu sendiri.

Kelapa sawit telah menjadi komoditas strategis di dalam perekonomian

Indonesia. Kelapa sawit dinilai sebagai salah satu komoditi unggulan perkebunan

Indonesia yang memiliki fungsi sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi,

pemerataan pendapatan dan pengurangan kemiskinan (Susila, 2004). Peran

strategis kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia antara lain terkait dengan:

1. Sumber bahan pangan, khususnya di dalam pemenuhan kebutuhan minyak

goreng nasional. Sekitar 77% pasokan minyak goreng nasional yaitu 12.7 kg

dari 16.5 kg perkapita/tahun berasal dari minyak kelapa sawit dengan tren

yang akan terus meningkat (Jakarta Futures Exchange, 2008).

2. Komoditas ekspor unggulan dan penghasil devisa negara. Kelapa sawit dalam

lima tahun terakhir termasuk kedalam 10 besar komoditi ekspor Indonesia

dengan share yang terus meningkat dari 4% pada 2003 menjadi 6.9% di tahun

2007 (Deperindag, 2010).

3. Penyediaan lapangan kerja dan motor penggerak roda perekonomian. Di

dalam industri kelapa sawit diperlukan tenaga kerja sekitar 56 orang/100 ha,

terdiri dari 33 orang di kebun, 3 di orang di pengolahan, 5 orang administrasi

dan 15 di sektor jasa, terutama di sektor jasa angkutan (Pusat Penelitian

Kelapa Sawit, 2006). Di tahun 2008 luas areal perkebunan kelapa sawit

Indonesia telah mencapai ±7 juta ha maka industri kelapa sawit setidaknya

telah menyerap 3.9 juta orang tenaga kerja dengan multiplier effect yang besar

terhadap perekonomian.
14

4. Potensi bahan bakar alternatif berupa biodiesel kelapa sawit, antara lain

dijabarkan dalam Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan

Energi Nasional (KEN) yang menyebutkan target penggunaan biofuel sebesar

5% dari total energi mix pada tahun 2025; dan Instruksi Presiden No. 1 Tahun

2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel)

sebagai bahan bakar lain di Indonesia. Di masa depan, biodiesel kelapa sawit

memiliki prospek sebagai sumber utama energi terbarukan pengganti minyak

bumi, baik untuk kebutuhan domestik maupun tujuan ekspor.

Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman kelapa

sawit menghasilkan Indonesia tahun 1980-2008 disajikan pada Gambar 3. Perkembangan

luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia tumbuh dengan cepat sejak 1980. Saat itu

pemerintah Indonesia giat mengembangkan tanaman ekspor perkebunan, selain

dilatarbelakangi oleh pencarian sumber minyak makan/minyak goreng pengganti minyak

kelapa yang diprediksi tidak akan mencukupi kebutuhan dalam negeri di masa depan

(PPKS, 2004).

8.000

7.000

6.000

5.000
ribu ha

4.000

3.000

2.000

1.000

0
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008

Luas Areal TM Luas Areal

Sumber: Ditjenbun, 2010, diolah


Gambar 3. Perkembangan Luas Areal Perkebunan dan Areal Tanaman Kelapa
Sawit Menghasilkan di Indonesia, Tahun 1980-2008
15

Dukungan pemerintah Indonesia di awal-awal pengembangan kelapa sawit antara

lain melalui program Perkebunan Inti Rakyat (PIR) baik PIR lokal maupun PIR khusus

pada 80an dan program KKPA pada tahun 90-an. Berdasarkan pelaku usaha, maka

pengembangan kelapa sawit di Indonesia dibagi kedalam tiga kelompok besar, yaitu:

Perkebunan Besar Milik Negara (PBN), Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan

Rakyat (PR). Perkembangan share kepemilikan perkebunan kelapa sawit untuk masing-

masing pelaku usaha tahun 1980-2008 disajikan pada Gambar 4.

100%

90%
% thd luas areal K. Sawit Indonesia

80%
PR
70%

60%

50%

40%
PBS
30%

20%

10% PBN
0%
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Sumber: Ditjenbun, 2010, diolah
Gambar 4. Perkembangan Share Kepemilikan Perkebunan Kelapa Sawit di
Indonesia menurut Pelaku Usaha, Tahun 1980-2008

Seiiring dengan perluasan areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, telah

terjadi perubahan komposisi share kepemilikan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Di

awal tahun 80-an, perkebunan besar milik negara (PBN) merupakan pelaku utama

dengan share sebesar 67.74%, sedangkan perkebunan besar swasta (PBS) dan

perkebunan rakyat (PR) masing-masing sebesar 30.16% dan 2.10%. Namun,

mulai pertengahan tahun 90an, perkebunan kelapa sawit Indonesia didominasi

oleh PBS dan PR. Di tahun 2008, share kepemilikan perkebunan kelapa sawit

untuk masing-masing pelaku usaha adalah 8.61% PBN, 49.90% PBS dan 41.43%
16

PR. Perkembangan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan menurut pelaku

usaha dan tingkat nasional tahun 1980-2008 disajikan pada Gambar 5.

6,0

5,0
ton CPO/ha TM/tahun

4,0

3,0

2,0

1,0

0,0
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
PBN PBS PR Nasional

Sumber: Ditjenbun, 2010, diolah


Gambar 5. Perkembangan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan
menurut Pelaku Usaha dan Tingkat Nasional, Tahun 1980-2008

Di Indonesia terdapat kecenderungan minat yang masih besar untuk terus

mengembangkan kelapa sawit. Naiknya harga dunia minyak kelapa sawit mulai

tahun 2002 setelah keterpurukan harga di tahun 2000-2001 disinyalir semakin

membawa respons positif seperti yang pernah terjadi di saat krisis ekonomi di

Indonesia tahun 1998-1999: pekebun melakukan ekspansi untuk meningkatkan

produksi, termasuk dengan menunda peremajaan tanaman tua. Salah satu wujud

minat yang masih besar adalah pencanangan Revitalisasi Pertanian oleh

pemerintah Indonesia pada Juni 2005 yang ditindaklanjuti dengan

dideklarasikannya Revitalisasi Perkebunan melalui Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 33/Permentan/OT.140/7/2006 tentang pengembangan perkebunan melalui

program revitalisasi perkebunan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

117/PMK.06/2006 tentang kredit pengembangan energi nabati dan revitalisasi

perkebunan. Pemerintah Indonesia menargetkan pengembangan perkebunan


17

kelapa sawit rakyat di areal bukaan baru seluas 1.4 juta ha dan peremajaan

tanaman kelapa sawit rakyat seluas 125 ribu ha untuk periode 2007-2010

(Ditjenbun, 2008).

Mengacu uraian di atas, maka Indonesia memiliki kepentingan besar

terhadap setiap perubahan harga minyak kelapa sawit dalam menjaga eksistensi

dan keberlanjutan usaha industri kelapa sawit Indonesia di masa depan. Selain

perannya yang strategis bagi perekonomian Indonesia, kepentingan ini didasarkan

kepada:

1. Selain mendapatkan given prices dan menghadapi resiko fluktuasi harga,

pelaku usaha kelapa sawit menghadapi kecenderungan peningkatan biaya

produksi. Perolehan harga jual yang baik dan efisiensi biaya produksi menjadi

faktor kunci eksistensi usaha perkebunan kelapa sawit Indonesia di masa

depan.

2. Di Indonesia, fluktuasi harga CPO ditransmisikan ke harga tandan buah segar

kelapa sawit (TBS) yang diterima oleh pekebun kelapa sawit di Indonesia. Di

sisi lain perkebunan merupakan core business industri kelapa sawit Indonesia,

mengingat peran strategis kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia tidak

terlepas dari eksistensi perkebunan.

3. Menjamin eksistensi usaha industri kelapa sawit Indonesia sama artinya

dengan menjamin kelangsungan usaha hajat hidup orang banyak. Berdasarkan

pelaku usaha, seiiring dengan perkembangan luas areal perkebunan kelapa

sawit di Indonesia telah terjadi perubahan komposisi share kepemilikan

perkebunan kelapa sawit di Indonesia (Gambar 4). Di awal tahun 80an,

perkebunan besar milik negara (PBN) merupakan pelaku utama dengan share
18

sebesar 67.74%, sedangkan perkebunan besar swasta (PBS) dan perkebunan

rakyat (PR) masing-masing sebesar 30.16% dan 2.10%. Namun, mulai

pertengahan tahun 90an, perkebunan kelapa sawit Indonesia didominasi oleh

PBS dan PR. Pada tahun 2008, share masing-masing pelaku usaha adalah

8.61% PBN, 49.90% PBS dan 41.43% PR. Namun, dihubungkan dengan

potensi keragaan usaha masing-masing pelaku, khususnya dari aspek

pencapaian produktivitas lahan dan akses modal, maka eksistensi dan

keberlanjutan usaha perkebunan kelapa sawit bagi pelaku usaha yang dengan

keragaan usaha rendah akan sangat ditentukan oleh perkembangan harga di

masa depan.
III. TINJAUAN TEORI DAN STUDI TERDAHULU

3.1. Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional diyakini akan memberikan manfaat bagi semua

pihak yang melakukan. Bahkan, perdagangan internasional yang mengarah

kepada perdagangan bebas akan lebih mendorong meluasnya permintaan,

meningkatnya produksi dan pemakaian sumberdaya yang efisien (Smith, 1776

dalam Jhingan, 1975; Ricardo, 1917 dalam Jhingan, 1975). Menurut Ricardo,

dengan asumsi “the law of diminishing return” dan persaingan sempurna, maka

suatu negara akan mengekspor barang-barang yang mempunyai keunggulan

komparatif dan mengimpor barang yang mempunyai keunggulan komparatif

rendah. Suatu negara mengimpor barang karena tidak mampu menghasilkan

barang yang lebih efisien dibandingkan negara lain atau lebih mahal.

Mekanisme terjadinya perdagangan internasional (ekspor-impor) muncul

sebagai akibat adanya perbedaan keseimbangan permintaan dan permintaan di

antar negara. Kelebihan penawaran mendorong suatu negara untuk melakukan

ekspor dan sebaliknya, kelebihan permintaan akan mendorong suatu negara untuk

melakukan impor (Gambar 6). Secara teoritis perdagangan internasional akan

meningkatkan kesejahteraan suatu negara dibandingkan dengan negara tersebut

tidak melakukan perdagangan, yaitu kombinasi konsumsi yang baru berada pada

kurva indeferen yang lebih tinggi (Gambar 7).

Adanya kegiatan ekspor dan impor tentunya akan mempengaruhi

keseimbangan nasional. Keseimbangan nasional dirumuskan sebagai

keseimbangan antara penawaran total dan permintaan total. Penawaran total

merupakan penjumlahan dari produksi dan impor, sedangkan permintaan total


20

merupakan penjumlahan dari konsumsi dalam negeri ditambah ekspor. Uraian

secara grafis seperti disajikan pada Gambar 8.

P P P
Sb
Se

Pb Sa

Pw
Pw Pw

D
Pa
b De
Da

Qb1 Qb Qb2 Q Q Q Qa1 Qa Qa2 Q


e
Negara Importir Pasar Dunia Negara Eksportir

Sumber : Kindleberger (1993) dalam Purwanto (2002)

Gambar 6. Mekanisme Perdagangan Dunia

Produksi Makanan
QF Kurva Indifference
D

Impor
makanan
Q

Garis Isovalue

TT
Produksi PakaianP
Produksi Pakaian
Ekspor QC
pakaian

Sumber: Krugman and M. Obstfeld (2003)


Gambar 7. Perbedaan Tingkat Konsumsi dan Produksi Pada Model Standar
Perdagangan
21

P
St

E2 St1
P2
P0 E0
E1
P1

Dt1

Dt

Q1 Q0 Q2 Q

Sumber : Hady (1998) dalam Purwanto (2002)

Gambar 8. Pengaruh Ekspor dan Impor terhadap Permintaan dan Penawaran


Domestik

3.1.1. Kebijakan Pajak Ekspor

Pajak ekspor merupakan salah satu instrumen perdagangan yang umum

diterapkan oleh negara berkembang dengan fungsi utama sebagai sumber

penerimaan pemerintah dari bukan pajak dalam APBN (fungsi budgeter).

Disamping fungsi budgeter, pajak ekspor dapat digunakan sebagai fungsi

regulator karena adanya kelangkaan produk-produk tertentu di dalam negeri,

misal akibat krisis ekonomi (Mulyono, 1999).

Pajak ekspor termasuk kedalam kelompok border intervention taxes.

Dalam perdagangan internasional dikenal tiga kelompok border intervention,

yaitu pajak (taxes), subsidi dan kuota. Dampak diterapkannya pajak ekspor

terhadap perdagangan dunia disajikan pada Gambar 9. Dampak dari

pemberlakukan dan kenaikan pajak ekspor (spesifik tarif) pada negara eksportir

akan menyebabkan penurunan harga produk domestik dan harga ekspor,

penurunan produksi domestik dan volume ekspor, peningkatan konsumsi,


22

penurunan devisa negara namun dapat meningkatkan penerimaan negara dari

pajak ekspor. Sedangkan pada negara importir terjadi kenaikan harga domestik

yang mendorong kenaikan produksi dalam negeri, penurunan konsumsi dan

impor.

P ES - t P
P
S
ES

Sx

PW1
t PW

PW1 - t
t
D

Dx ED

qc qc1 qp1 qp Q qe1 qe Q Qp Qp1 Qc1 Qc Q

Negara Eksportir A Pasar Ekspor Negara Lainnya


Negara Eksportir A (ROW)

Sumber : Tweeten (1992)

Gambar 9. Dampak Pajak Ekspor terhadap Perdagangan Dunia

3.1.2. Kebijakan Tarif Impor

Tarif impor merupakan pajak yang dikenakan suatu barang yang diimpor.

Sepertihalnya pajak ekspor, tarif impor termasuk kedalam kelompok border

intervention taxes. Tarif impor dapat berupa tarif spesifik yang besarnya tetap

untuk setiap barang yang diimpor atau berupa tarif ad valorem yaitu pajak yang

dikenakan sebagai suatu bagian dari barang yang diimpor. Dampak dari

pemberlakuan tarif impor (spesifik tarif) dalam perdagangan disajikan pada

Gambar 10. Dampak pemberlakuan kenaikan tarif impor pada negara importir
23

adalah harga produk yang meningkat, jumlah konsumsi mengalami penurunan,

produksi barang sejenis di dalam negeri mengalami kenaikan, volume impor

menurun dan penerimaan pemerintah dari kenaikan tarif meningkat. Sedangkan

bagi negara eksportir, terjadi penurunan ekspor dan akhirnya mendorong harga di

dalam negeri turun.

P P P
Sm

ES

D S
t
PW1 + t

t PW

PW1

Dm

ED

ED - t

qp qp1 qc1 qc Q qe1 qe Q Qc Qc1 Qp1 Qp Q

Negara Importir A Pasar Impor Negara Negara Lainnya


Importir A (ROW)

Sumber : Tweeten (1992)

Gambar 10. Dampak Tarif Impor Spesifik terhadap Perdagangan Dunia

3.1.3. Kebijakan Nilai Tukar Mata Uang

Sistem nilai tukar mata uang di dunia terdiri dari tiga kategori yaitu (1)

sistem nilai tukar tetap, (2) sistem nilai tukar mengambang, dan (3) sistem nilai

tukar mengambang terkendali. Sistem nilai tukar tetap memberikan kepastian dan

menghindari spekulasi, namun menuntut kesediaan cadangan devisa yang mampu

menjamin pelaksanaan sistem tersebut. Sedangkan dua sistem nilai tukar lainnya

lebih diserahkan pada mekanisme permintaan dan penawaran mata uang di pasar.

Perbedaaan antara sistem nilai tukar mengambang dengan sistem nilai tukar
24

mengambang terkendali berupa ada tidaknya sebuah batasan nilai tukar yang akan

dijaga oleh bank sentral sebuah negara terhadap nilai mata uang negara lain.

Sistem nilai tukar mengambang terkendali cenderung diterapkan di

kebanyakan negara. Sebuah negara tentunya menghendaki nilai tukar yang normal

dan stabil. Apresiasi yang terlalu besar menyebabkan harga barang dan jasa

menjadi semakin mahal dan tidak kompetitif untuk ekspor. Sebaliknya, apabila

terjadi deprisiasi yang terlalu besar mendorong ekspor dan produksi dalam negeri,

namun akan menaikkan harga-harga barang impor dan akan mendorong terjadinya

defisit neraca pembayaran.

3.2. Model Ekonomi Ekspor, Impor dan Harga Dunia

Berdasarkan pada teori perdagangan internasional pada sub-bab 3.1.

selanjutnya disajikan model ekonomi ekspor, impor dan harga dunia. Model

ekonomi tersebut meliputi peubah-peubah yang mempengaruhi persamaan ekspor,

impor dan harga dunia yang akan digunakan dalam penelitian ini.

3.2.1. Ekspor

Ekspor merupakan kelebihan produksi dari konsumsi dalam negeri dan

stok (Labys, 1973 dalam Purwanto, 2002). Persamaan ekspor tersebut dapat

dinyatakan sebagai berikut:

= − + .............................................................................(3.1)
dimana:

∶ jumlah ekspor pada tahun t


∶ jumlah produksi pada tahun t
∶ jumlah konsumsi pada tahun t
: jumlah stok pada tahun t
25

Dalam persamaan 3.1 tersebut diasumsikan bahwa jumlah impor cukup

kecil di negara produsen dan stok (t-1) tetap diperlukan untuk rangka menghadapi

fluktuasi baik dalam kegiatan produksi dan harga yang berlangsung selama satu

tahun. Ekspor ditentukan oleh produksi (Qt) yang banyak dipengaruhi oleh luas

lahan, produktivitas dan iklim. Di sisi lain, ekspor juga dipengaruhi oleh

konsumsi. Besarnya konsumsi (Ct) banyak ditentukan oleh pendapatan, harga,

selera dan harga barang lain, khususnya barang subtitusi. Stok, khususnya untuk

minyak nayati merupakan hasil produksi yang belum dipasarkan dan bukan

persediaan terhadap spekulasi harga.

Pada model yang bersifat umum, ekspor juga merupakan fungsi

penawaran dimana besarnya ekspor juga dipengaruhi oleh harga ekspor yang

dapat dijelaskan sebagai berikut:


= + + ..................................................................... (3.2)
dimana:

∶ jumlah ekspor pada tahun t



∶ harga harapan pada tahun t
∶ faktor lain selain harga harapan

Apabila terdapat harapan harga akan membaik, hal ini akan mendorong produsen

untuk meningkatkan ekspor, begitu pula sebaliknya. Dalam model Nerlovian

disebut Adaptive Expectations (Nerlove, 1958 dalam Purwanto, 2002), yang mana

harga harapan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

∗ ∗ ∗
− = ( − ) ....................................................................(3.3)
∗ ∗ ∗
− = ( − )....................................................................(3.4)

dimana:

, ∶ koefisien ekspektasi dengan nilai antara 0 dan 1


26


∶ harga harapan pada periode tahun lalu

∶ ekspor harapan pada periode tahun lalu
Dari persamaan 3.2 dan 3.4 dapat diperoleh persamaan sebagai berikut:


= + + + (1 − ) ......................................(3.5)

dan dari persamaan 3.4 dan 3.3 diperoleh persamaan:

= + + (1 − ) ∗ + +
+ (1 − ).....................................................................................(3.6)
Dari persamaan 3.4 dapat dikembangkan persamaan:
∗ ∗
− = ( − ).................................................................(3.7)
dan dari persamaan 3.2 diperoleh

∗ ∗
= + + ............................................................(3.8)
Apabila disubtitusikan persamaan 3.7 dan 3.8 maka diperoleh persamaan:


= ( + + + ) + (1 − ) .................(3.9)
dan dari persamaan 3.9 dapat ditransformasi menjadi:


= − − − − .....(3.10)

Kemudian kita dapat mentransformasikan dari persamaan 3.6 menjadi persamaan

berikut:


− 1
= (1 − ) + −
1−
− (1 − ) + (1 − ) ...............................(3.11)

Dari persamaan 3.10 dan 3.11 diperoleh persamaan ekspor yaitu:

= + (1 − ) − (1 − )(1 − ) +
+ + (1 − ) + − (1 − ) ..........(3.12)
Persamaan ekspor pada 3.12 tersebut dapat ditulis dalam bentuk sederhana yaitu:

= (. , , , ) ..............................................................(3.13)
dimana:

∶ jumlah ekspor pada tahun t


: jumlah ekspor pada tahun sebelumnya
27

: harga ekspor pada tahun sebelumnya


∶ faktor lain pada tahun t
: faktor lain pada tahun sebelumnya
Dengan demikian, faktor yang menentukan ekspor adalah ekspor pada

tahun sebelumnya dan selang waktu dua tahun untuk produk yang dapat dibuat

stok. Selain itu harga pada selang waktu satu tahun, Faktor lainnya dapat berupa

harga dan jumlah ekspor tahun ini dan selang waktu satu tahun.

Dalam perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh nilai tukar mata

uang. Diketahui bahwa suatu negara importir akan selalu mencari harga yang

lebih murah dari produk yang sama (Purwanto, 2002). Dengan demikian, model

ekonomi persamaan ekspor dapat dinyatakan sebagai berikut:

= ( , , , , , ) ..............................................(3.14)

dimana:

: harga ekspor pada tahun t


: jumlah produksi pada tahun t
∶ nilai tukar pada tahun t
: jumlah stok pada tahun t
∶ faktor lain pada tahun t
: jumlah ekspor pada tahun sebelumnya

3.2.2. Impor

Impor merupakan kebalikan dari kegiatan ekspor, yaitu suatu negara

membeli barang dari luar negeri. Pembelian tersebut antara lain disebabkan oleh

(1) produksi barang dalam negeri tidak mencukupi untuk kebutuhan konsumsi, (2)

suatu negara tidak dapat memproduksi dengan baik akibat dari adanya

keterbatasan teknologi dan iklim dan atau barang tersebut sangat penting dalam

proses kehidupan sehingga terpaksa harus diimpor, dan (3) suatu negara
28

mempunyai teknologi dan tidak mempunyai bahan baku, dalam hal ini bermanfaat

untuk kegiatan re-ekspor (Purwanto, 2002). Secara sederhana persamaa impor

dapat dinyatakan sebagai berikut:

= − + .......................................................................... (3.15)

dimana:

∶ jumlah impor pada tahun t


∶ jumlah konsumsi pada tahun t
∶ jumlah produksi pada tahun t
: jumlah stok pada tahun t

Dari persamaan 3.15 maka hal yang menentukan impor adalah konsumsi.

Pendekatan selanjutnya di dekati dari fungsi konsumsi yang membentuk fungsi

permintaan yang dinyatakan sebagai berikut:

= ( , , , , , ) ............................................(3.16)
dimana:

∶ jumlah konsumsi pada tahun t


∶ harga produk pada tahun t
∶ harga barang lain yang bersifat subsitusi dan komplemen pada
tahun t
∶ tingkat pendapatan pada tahun t
: jumlah stok pada tahun t
∶ distribusi pendapatan pada tahun t
: selera pada tahun t

Dari persamaan 3.16 diketahui apabila harga komoditi menurun maka konsumsi

akan meningkat, dan sebaliknya. Konsumsi juga dipengaruhi oleh (a) harga

komoditi lain yang bersifat subtitusi dan komplemen, (b) jumlah penduduk, serta

(c) laju pertumbuhan konsumsi.


29

Sepertihalnya ekpsor, nilai tukar juga mempengaruhi impor, yaitu suatu

negara akan mencari harga yang lebih murah dari barang yang sama dan berasal

dari negara yang berbeda. Dengan demikian persamaan impor dapat dinyatakan

sebagai berikut:

= ( , , , , ) .....................................................(3.17)

dimana:

∶ jumlah impor pada tahun t


: harga produk pada tahun t
∶ jumlah konsumsi pada tahun t
∶ nilai tukar pada tahun t
∶ faktor lain yang mempengaruhi impor pada tahun t
: jumlah impor pada tahun sebelumnya

3.2.3. Harga Dunia

Harga dunia merupakan titik keseimbangan antara penawaran (total ekspor

dunia) dan permintaan (total impor dunia). Penawaran dan permintaan merupakan

kekuatan pasar, apabila dalam proses produksi terjadi peningkatan, maka bisa

menyebabkan terjadinya pergeseran kurva peanwaran dan menyebabkan

terjadinya penurunan harga. Sebaliknya, apabila terjadi peningkatan permintaan,

maka mendorong terjadinya peningkatan harga. Ilustrasi keseimbangan harga oleh

kekuatan penawaran dan permintaan disajikan pada Gambar 11.

Besarnya perubahan baik penurunan dan kenaikan dalam ekspor, impor

dan harga tergantung pada besarnya kemiringan atau slope dari kurva penawaran

dan permintaan. Slope atau kemiringan ini yang dikenal dengan nilai elastisitas.

Sedangkan besar dan kecilnya perubahan penawaran dan permintaan tergantung

dari faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dan impor seperti dikemukakan


30

pada bagian 3.1 dan 3.2 di atas. Model ekonomi persamaan harga dunia

dinyatakan sebagai berikut:

= ( , , , ) ..............................................................(3.18)
dimana:

∶ jumlah ekspor pada tahun t


∶ jumlah impor pada tahun t
∶ tren harga dunia
∶ harga dunia pada tahun sebelumnya

S1

P4
S2

P3
P1

P2
D2

D1

q1 q2 q4 q3 Q

Sumber : Dahl and Hammond (1977)

Gambar 11. Keseimbangan Harga oleh Kekuatan Penawaran dan Permintaan

3.3. Metode Estimasi Parameter

Penelitian ini menggunakan model ekonometrika dengan persamaan

simultan disebabkan model yang dibangun mengandung lebih dari satu persamaan

dan antar persamaan menggambarkan ketergantungan diantara peubahnya. Untuk


31

menganalisis dan mendapatkan nilai estimasi parameter dalam penelitian ini

digunakan metode Two Stage Least Squares/2SLS, didasarkan kepada:

1. Untuk memperoleh nilai estimasi parameter dalam persamaan simultan, tidak

mungkin dilakukan dengan hanya menaksir suatu persamaan dengan

mengabaikan informasi yang ada pada persamaan-persamaan lain, sehingga

metode estimasi Ordinary Least Squares/OLS tidak dapat digunakan.

2. Untuk mengatasi kelemahan metode estimasi OLS yang hasilnya bias dan

tidak konsisten dalam persamaan simultan, terdapat beberapa alternatif

metode estimasi, seperti Indirect Least Squares/ILS, Method Of Instrumental,

Two Stage Least Squares/2SLS, Three Stage Least Squares/3SLS, Limited

Information Maximum Likelihood/LIML, Mixed Estimation Method, dan Full

Information Maximum Likelihood/FIML (Koutsoyiannis, 1977). Menurut

Sumodiningrat (1995), 2SLS dan LIML memiliki hasil dugaan dengan derajat

efisiensi yang sama, dimana kedua metode menggunakan jumlah informasi

yang sama dan tersedia di dalam model. Metode estimasi 3SLS dan FIML

menggunakan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan 2SLS dan

LIML, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua metode tersebut lebih sensitif

terhadap kesalahan pengukuran maupun kesalahan spesifikasi sehingga

metode ini kurang menarik, dan peneliti lebih banyak menggunakan 2SLS.

Sebelum melakukan proses estimasi parameter dengan metode 2SLS,

harus dilakukan identifikasi model yang dimaksudkan untuk melihat apakah

model yang diperdugakan dalam kondisi unidentified, exactly-identified atau over-

identified. Jika hasil indentifikasi model menunjukkan dalam kondisi unidentified

maka persamaan tersebut tidak dapat diduga, sedangkan pada kondisi exactly-
32

identified atau over-identified proses estimasi dari parameter dapat dilakukan serta

hasil dugaan sudah unik. Metode identifikasi model yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode Order Condition.

3.4. Tinjauan Studi Terdahulu

Tinjuan studi terdahulu dalam penelitian ini dibagi kedalam dua

kelompok, yaitu: (1) studi tentang pesaing minyak kelapa sawit dan faktor-faktor

yang berpengaruh dalam pembentukan harga dunia minyak nabati, termasuk

didalamnya studi tentang keterkaitan harga minyak bumi dalam pembentukan

harga dunia minyak nabati, dan (2) studi tentang keterkaitan antara harga minyak

kelapa sawit, kebijakan domestik dan keragaan industri kelapa sawit Indonesia.

Akhir dari pembahasan disajikan mengenai arah pengembangan studi terdahulu

yang akan dilakukan dalam penelitian ini.

3.4.1. Studi Tentang Pesaing Minyak Kelapa Sawit dan Faktor-faktor yang
Berpengaruh dalam Pembentukan Harga Minyak Nabati

Studi yang menganalisis tentang persaingan antar minyak nabati di pasar

dunia dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan harga minyak nabati

telah banyak dilakukan, namun permodelan yang umum digunakan belum banyak

yang menyatukan seluruh sumber minyak nayati dalam satu kerangka analisis.

Penelitian-penelitian tersebut antara lain Baharsjah (1974), Griffith dan Meilke

(1979), Suryana (1986), Susilowati (1989), Susila et al. (1997) dan Khamis et al.

(2003). Penelitian terbaru dengan permodelan secara simultan untuk beberapa

minyak nayati dalam satu kerangka analisis antara lain telah dilakukan oleh

Zulkifli (2000) dan Purwanto (2002). Penelitian tentang keterkaitan harga minyak

nabati dan minyak bumi mulai banyak dilakukan di atas tahun 2003 seiiring

meningkatnya pemakaian minyak nabati sebagai sumber energi alternatif akibat


33

melonjaknya harga dunia minyak bumi. Beberapa penelitian terkait kaitan harga

minyak nabati dan minyak bumi antara lain telah dilakukan oleh Amiruddin et al.

(2005), Yu et al. (2006), Hameed dan Arshad (2008), Helbling et al. (2008),

Efendi et al. (2010), Tung Chen et al. (2010) dan Razak et al. (2011).

Baharsjah (1974) dalam disertasinya yang berjudul The Domestic and

international Trade of Indonesian Coconuts Products menunjukkan bahwa harga

ekspor minyak kelapa dengan minyak kelapa sawit bersifat subsitusi untuk pasar

Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) dan Jepang. Sedangkan Suryana (1986) dalam

disertasinya yang berjudul Trade Prospects of Indonesian Palm Oil in The

International Markets for Fats and Oils menyimpulkan bahwa (1) untuk pasar

Amerika, ekspor mempunyai harga yang elastis, minyak kelapa sawit bersifat

komplemen dengan minyak kelapa dan minyak kedelai serta merupakan barang

normal, (2) untuk pasar MEE, Jepang dan Malaysia menunjukkan harga bersifat

inelastis dan terhadap minyak kelapa dan minyak kedelai bersifat komplemen

serta merupakan barang normal. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa minyak

kelapa sawit Indonesia bersifat komplemen dengan minyak kedelai dan kelapa di

Amerika Serikat, MEE, Jepang dan Malaysia, dan elastisitas harga bersifat

inelastis (kecuali Amerika) dan merupakan barang normal.

Menurut Griffith dan Meilke (1979) harga berbagai jenis minyak nabati

dunia diduga berinteraksi satu sama lain karena adanya penggunaan yang saling

menggantikan (substitusi) diantara berbagai jenis minyak nabati. Hal yang sama

juga diduga terjadi antara minyak nabati dengan minyak bumi, karena

kecenderungan pemanfaatan bahan bakar berbahan baku minyak nabati. Penelitian


34

ekonometrika terhadap minyak nabati tidak mudah untuk dilakukan karena harus

melakukan agregasi terhadap banyak jenis komoditas. Solusi terbaik yang dapat

dilakukan adalah dengan melakukan agregasi pada beberapa komoditas yang

pergerakan harganya serupa.

Susilowati (1989) dalam penelitiannya tentang Pasar Minyak Kelapa Sawit

Dunia dan Kaitannya dengan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia menyatakan

bahwa: (1) ekspor minyak kelapa sawit Indonesia mempunyai elastisitas harga

yang elastis dan hubungan dengan minyak kelapa sawit Malaysia saling

bersubsitusi, (2) untuk penawaran ekspor Malaysia mempunyai elastisitas harga

yang inelastis dan minyak kelapa sawit Malaysia dan Indonesia bersifat

komplemen, (3) untuk permintaan minyak kelapa sawit dalam negeri Indonesia

memperlihatkan bahwa minyak kelapa sawit bersubsitusi dengan minyak kelapa

dan merupakan barang normal, (4) untuk ekspor ke pasar Amerika, harga bersifat

inelastis, barang normal, dan dengan minyak kelapa dan kedelai berisifat

subsitusi, (5) untuk ekspor ke Jepang, memiliki elastisitias harga yang inelastis,

bersubsitusi dengan minyak kedelai, dan barang normal, dan (6) untuk pasar

MME, elastisitas harga yang inelastis, barang normal, bersubsitusi dengan minyak

kedelai dan berkomplemen dengan minyak rapeseed.

Susila et al. (1997) dalam penelitian Model Domestik Ekonomi Minyak

Kelapa Sawit Mentah memberikan kesimpulan: (1) harga dunia CPO dipengaruhi

oleh stok CPO, harga CPO dengan lag-satu dan lag-lima tahun sebelumnya,

konsumsi tahun sebelummya serta harga minyak nabati lainnya, (2) ekspor

Malaysia dipengaruhi oleh stok, jumlah penduduk, harga CPO dunia dan nilai

tukar, (3) ekspor Indonesia banyak dipengaruhi oleh stok dan waktu untuk
35

pengamanan konsumsi dalam negeri, (4) di pasar MEE, ekspor lebih sebagai

penyangga dan impor lebih banyak ditentukan oleh harga CPO, harga minyak

nabati lain serta impor sebelummya, (5) di pasar China, konsumsi dipengaruhi

oleh harga CPO, harga minyak nabati lain dan konsumsi periode sebelummya,

dan (6) di pasar Pakistan, konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan dan jumlah

penduduk, sedang impor dipengaruhi oleh tingkat konsumsi dan tingkat

pendapatan.

Khamis et al. (2003) dalam penelitian Permodelan Harga Minyak Sayuran

Menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda memberikan kesimpulan: (1)

harga minyak kelapa sawit dipengaruhi secara positif oleh minyak kedelai dan

minyak inti kelapa sawit namun secara negatif oleh minyak kelapa, (2) dalam

permodelan masih dijumpai masalah multikolinearitas yang menunjukkan bahwa

terdapat hubungan imbal balik dalam pembentukan harga keempat minyak, (3)

kajian selanjutnya disarankan menggunakan model yang dapat mengatasi

masalaha autokorelasi dalam data.

Zulkifli (2000) dalam disertasinya yang berjudul Dampak Liberalisasi

Perdagangan terhadap Keragaan Industri Kelapa Sawit Indonesia dan

Perdagangan Minyak Sawit Dunia memasukkan tiga jenis minyak nabati yaitu

minyak kelapa sawit kasar (CPO), minyak inti kelapa sawit dan minyak kedelai,

ditambah satu produk turunan minyak kelapa sawit yaitu minyak goreng. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa (1) ekspor CPO Indonesia dan Malaysia

inelastis dan lamban merespon perubahan harga yang terjadi (time lag) dan hanya

dipengaruhi oleh tingkat produksi CPO, ekspor CPO Papua New Guinea

dipengaruhi oleh tingkat produksi dan nilai tukar, meskipun tidak respon terhadap
36

perubahan semua peubah penjelas, sedangkan ekspor CPO Ivory Coast memiliki

respon terhadap perubahan produksi dan harga ekspor CPO, (2) dari keempat

negara tersebut, ekspor Indonesia relatif lebih responsif terhadap perubahan harga

ekspor yang mencerminkan bahwa dari aspek harga, Indonesia mempunyai daya

saing yang lebih baik, (3) dalam jangka pendek, renspon impor CPO terhadap

perubahan harga impor inelastis di semua negara importir. Amerika Serikat dan

Belanda relatif lebih responsif terhadap perubahan harga impor dibandingkan

negara importir lainnya, (4) dalam jangka panjang, respon impor Jepang dan

Amerika Serikat elastis terhadap perubahan harga impor.

Purwanto S.K (2002) dalam tesisnya yang berjudul Dampak Kebijakan

Domestik dan Faktor Eksternal Terhadap Perdagangan Dunia Minyak Nabati

memasukkan empat jenis minyak nabati yaitu minyak kelapa sawit, minyak

kedelai, minyak biji bunga matahari dan minyak kelapa. Hasil penelitiannya

menyimpulkan bahwa (1) perilaku ekspor minyak sawit Indonesia sangat

dipengaruhi oleh perkembangan produksi dan pajak ekspor sedangkan perilaku

ekpor minyak kelapa sawit Malaysia sangat dipengaruhi oleh produksi dan stok

minyak kelapa sawit, (2) perilaku impor minyak kelapa sawit di China, Pakistan

dan Jepang menunjukkan respon yang elastis terhadap konsumsi dan inelastis

terhadap harga dunia minyak kelapa sawit, respon negatif terhadap kenaikan harga

impor dan positif terhadap kenaikan pendapatan, (3) perilaku harga dunia minyak

kelapa sawit menunjukkan respon negatif terhadap kenaikan ekspor dan postif

terhadap impor, (4) hubungan minyak kelapa sawit dengan minyak kedelai dan

minyak biji matahari bersifat subsitusi dan minyak kelapa bersifat komplemen, (5)

pengaruh harga dunia minyak kelapa sawit terhadap harga ekspor, impor dan
37

harga domestik masing-masing eksportir utama dan importir utama pada

umumnya juga positif dan inelastis, (6) dampak kebijakan domestik Indonesia

menunjukkan bahwa ekspor, luas areal dan produktivitas minyak kelapa sawit

lebih respon terhadap kebijakan pajak ekspor dan harga domestik, dan (7) dampak

faktor eksternal menunjukkan bahwa kenaikan produksi minyak kelapa sawit

Malaysia dan kebijakan domestik Indonesia menyebabkan peningkatan tajam

ekspor minyak kelapa sawit dan menurunkan harga dunia minyak kelapa sawit

cukup tinggi, sedangkan kenaikan produksi minyak kedelai, minyak kelapa dan

minyak biji matahari menyebabkan penurunan harga dunia, ekspor dan impor

yang tidak terlalu besar.

Helbling et al. (2008) mengemukakan bahwa selain diakibatkan oleh

faktor spesifik dari setiap komoditas, yaitu resiko geopolitik, kondisi iklim dan

cuaca serta kegagalan panen, peningkatan harga juga diakibatkan oleh faktor

penawaran dan permintaan yang saling mempengaruhi. Faktor-faktor yang

memberikan pengaruh pada peningkatan harga komoditas adalah: (1)

pertumbuhan ekonomi telah mendorong permintaan akan berbagai komoditas, (2)

biofuel telah mendorong permintaan akan berbagai tanaman pangan yang dapat

dikonversi menjadi biofuel, (3) Respon penawaran yang lambat, (4) keterkaitan

diantara berbagai komoditas, dan (5) tingkat suku bunga yang rendah dan

depresiasi nilai US Dollar.

Efendi et al. (2010) dalam penelitian Analisis Harga Minyak Sawit,

Tinjauan Kointegrasi Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi bertujuan

mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai keterkaitan harga minyak nabati


38

dengan minyak bumi dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yu et

al. (2006), Hameed dan Arshad (2008) dan Amiruddin et al. (2005).

Yu et al. (2006) melakukan kajian keterkaitan antara harga minyak nabati

dengan minyak bumi dengan menggunakan data mingguan dari Januari 1999

hingga Maret 2006. Prosedur yang dipergunakan adalah teknik kointegrasi

multivariat, dan menyimpulkan bahwa kejutan harga minyak bumi tidak

berpengaruh signifikan pada variasi dari harga minyak nabati. Sementara itu

Hameed dan Arshad (2008) menggunakan data bulanan dari Januari 1983 hingga

Maret 2008 dengan menggunakan metode Johansen cointegration dan Granger

causality. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa harga minyak bumi memberikan

pengaruh terhadap harga minyak nabati. Kointegrasi di antara minyak nabati

disampaikan oleh Amiruddin et al. (2005), dan menyimpulkan bahwa minyak

kedelai adalah pemimpin harga di antara berbagai minyak nabati. Data yang

dipergunakan adalah data bulanan dari Januari 1990 hingga Juni 2004, dan dikaji

dengan impulse response dan variance decomposition.

Dalam penelitian Efendi et al., keterkaitan dinamis di antara berbagai jenis

minyak nabati dan dengan minyak bumi dipaparkan dengan menggunakan

prosedur Vector Error Correction Model (VECM). Data yang digunakan

merupakan data bulanan pada periode Januari 1980-Desember 2008, yaitu data

harga dari tiga jenis minyak nabati yang paling banyak diproduksi di dunia,

meliputi minyak kelapa sawit, minyak kedelai, dan minyak rapeseed. Selain itu

dimasukkan kedalam sistem yang diamati adalah harga minyak bumi. Hal ini

untuk mengkaji pengaruh harga minyak bumi pada minyak nabati dalam konteks

pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel. Untuk mengetahui


39

dinamika yang terjadi pada periode peningkatan harga komoditas, maka kajian

dilakukan terhadap periode sebelum peningkatan harga komoditas (1980-2003)

dan pada periode peningkatan harga komoditas (2004-2008). Hasil penelitian

menunjukkan adanya kointegrasi jangka panjang di antara minyak nabati dan

minyak bumi, dan minyak bumi memberikan pengaruh kuat pada minyak nabati

terutama pada periode peningkatan harga komoditas.

Tung Chen, et al (2010) dalam penelitiannya The Relationship between the

Oil Price and Global Food Prices menyimpulkan bahwa peningkatan pengolahan

biji jagung sebagai ethanol dan biji kedelai sebagai biodiesel telah menjadikan

harga biji jagung dan biji kedelai dipengaruhi secara nyata oleh perubahan harga

minyak bumi dan hubungan saling mempengaruhi antara harga biji jagung dan

biji kedelai.

Razak et al. (2011) dalam penelitian Investigating Relationship between

Crude Palm Oil and Crude Oil Prices – Cointegration Approach memberikan

kesimpulan: (1) menggunakan metode Engle-Granger Cointegration Test

diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara minyak kelapa sawit dan

minyak bumi pada jangka panjang, dan (2) menggunakan metode Error

Correction Model (ECM) diketahui bahwa antara harga minyak kelapa sawit dan

harga minyak bumi memiliki korelasi positif.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Terdapat keterkaitan antara minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak

rapeseed, minyak biji matahari dan minyak bumi dalam pembentukan harga

dunia minyak nabati.


40

2. Ekspor CPO Indonesia inelastis, lamban merespon perubahan harga yang

terjadi (time lag) dan sangat dipengaruhi oleh produksi dan pajak ekspor.

3. Dampak kebijakan domestik Indonesia menunjukkan bahwa ekspor, luas areal

dan produktivitas minyak kelapa sawit lebih respon terhadap kebijakan pajak

ekspor dan harga domestik.

4. Dampak faktor eksternal menunjukkan bahwa kenaikan produksi minyak

kelapa sawit Malaysia dan kebijakan domestik Indonesia menyebabkan

peningkatan tajam ekspor minyak kelapa sawit dan menurunkan harga dunia

minyak kelapa sawit cukup tinggi, sedangkan kenaikan produksi minyak

kedelai, minyak kelapa dan minyak biji matahari menyebabkan penurunan

harga dunia, ekspor dan impor yang tidak terlalu besar.

3.4.2. Studi Tentang Kaitan antara Harga Minyak Kelapa Sawit, Kebijakan
Domestik dan Keragaan Industri Kelapa Sawit Indonesia

Studi terdahulu yang di dalamnya membahas kaitan antara harga minyak

kelapa sawit, kebijakan domestik dan keragaan usaha perkebunan kelapa sawit di

Indonesia, antara lain Simanjuntak (1992), Zulkifli (2000) dan Purwanto (2002).

Simanjuntak (1992) dalam disertasinya yang berjudul Analisis Daya Saing

dan Dampak Kebijaksanaan Pemerintah terhadap Daya Saing Perusahaan Kelapa

Sawit Indonesia melakukan kajian daya saing hasil-hasil kelapa sawit Indonesia

melalui pendekatan tidak langsung berupa analisis indikator-indikator daya saing

dari sisi produksi (produsen), seperti efisiensi ongkos produski (EOP), return of

investment (ROI) dan domestic resource cost (DRC). Hasil penelitiannya

menyimpulkan bahwa:

(1).Keragaan usaha perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh perkebunan besar

swasta asing memiliki efisensi ekonomi yang relatif lebih tinggi dibandingkan
41

dengan pelaku usaha perkebunan lainnya di Indonesia, termasuk dengan

perkebunan besar nasional. Kondisi ini terkait dengan kemampuan

perkebunan besar swasta asing mencapai efisiensi teknis yang lebih tinggi,

tercapainya efisiensi harga absolut (maksimisasi keuntungan jangka pendek)

serta efisiensi pengolahan buah (TBS) yang lebih tinggi. Kondisi ini

menunjukkan bahwa penerapan kultur teknis budidaya oleh perkebunan besar

swasta asing telah optimal atau mendekati optimal dan menjadi dasar

tercapainya angka ROI yang lebih tinggi dibanding pelaku usaha lainnya.

(2).Dampak kebijakan pemerintah mengurangi atau menghilangkan subsidi pupuk

dan BBM ternyata berpengaruh relatif kecil.

(3).Optimalisai input variabel bersama penurunan biaya lain-lain memberikan

respon positif terhadap keragaan usaha perkebunan kelapa sawit. Biaya-biaya

yang termasuk kedalam biaya lain-lain dalam penelitian Simanjuntak meliputi:

biaya rumah sakit/perawatan, biaya pensiun dan pesangon, biaya konsultan

dan penasehat, biaya akuntan, biaya penghapusan barang persediaan, biaya

kerugian-kerugian/akibat kerusakan dan pengeluaran lain-lain.

Zulkifli (2000) dalam disertasinya yang berjudul Dampak Liberalisasi

Perdagangan terhadap Keragaan Industri Kelapa Sawit Indonesia dan

Perdagangan Minyak Sawit Dunia menunjukkan bahwa:

(1).Respon areal tanaman menghasilkan pada perkebunan negara inelastis

terhadap perubahan harga minyak kelapa sawit kasar, sementara perkebunan

rakyat dan perkebunan besar memperlihatkan respon yang sangat elastis.

Kondisi ini disinyalir akibat adanya intervensi pemerintah kepada perkebunan


42

negara, khususnya terkait dengan pemasaran dan perdagangan produk kelapa

sawit yang dihasilkan.

(2).Pengembangan areal perkebunan kelapa sawit secara absolut telah mampu

meningkatkan produksi minyak kelapa sawit nasional, akan tetapi

pengembangan areal yang tidak terarah dan tanpa didukung oleh kebijakan

yang relevan telah meyebabkan penurunan produktivitas nasional. Selain

pengaruh umur tanaman, kondisi ini juga disinyalir akibat penurunan kualitas

tanaman dan manajemen perkebunan dengan semakin luasnya areal tanaman.

Meskipun demikian, dampak negatif dari perluasan areal masih lebih kecil

dibandingkan dampak positif perubahan harga terhadap produktivitas.

(3).Penurunan tingkat bunga mampu meningkatkan luas areal tanaman

menghasilkan dan produktivitas pada semua bentuk pengusahaan perkebunan.

(4).Kebijakan yang mengarah kepada kenaikan harga input produksi perkebunan

kelapa sawit seperti kenaikan upah tenaga kerja atau mengurangi subsidi

pupuk menyebabkan penurunan luas areal dan produktivitas yang pada

akhirnya akan diikuti oleh penurunan produksi, ekspor dan devisa, sedangkan

bagi konsumen domestik akan menanggung kenaikan harga minyak goreng.

Purwanto S.K (2002) dalam tesisnya yang berjudul Dampak Kebijakan

Domestik dan Faktor Eksternal terhadap Perdagangan Dunia Minyak Nabati

menyimpulkan bahwa luas areal kelapa sawit menunjukkan respon elastis

terhadap peningkatan harga minyak kelapa sawit domestik, harga ekspor dan

penurunan suku bunga. Sedangkan produktivitas minyak kelapa sawit Indonesia

sangat dipengaruhi oleh peningkatan tanaman menghasilkan, harga minyak sawit

dan penurunan suku bunga serta upah sektor perkebunan..


43

Dari hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan kultur teknis yang optimal atau mendekati optimal (optimalisasi

input variabel) bersama penurunan biaya lain-lain memberikan respon positif

terhadap keragaan usaha perkebunan kelapa sawit.

2. Peningkatan harga minyak kelapa sawit domestik, harga ekspor dan

penurunan suku bunga mendorong terjadinya perluasan areal perkebunan

kelapa sawit, akan tetapi pengembangan areal yang tidak terarah dan tanpa

didukung oleh kebijakan yang relevan telah meyebabkan penurunan

produktivitas nasional. Selain pengaruh umur tanaman, kondisi ini juga

disinyalir akibat penurunan kualitas tanaman dan manajemen perkebunan

dengan semakin luasnya areal tanaman. Meskipun demikian, dampak negatif

dari perluasan areal masih lebih kecil dibandingkan dampak positif perubahan

harga terhadap produktivitas.

3. Kebijakan pemerintah yang mengarah kepada kenaikan harga input produksi

perkebunan kelapa sawit seperti kenaikan upah tenaga kerja atau mengurangi

subsidi pupuk menyebabkan penurunan luas areal dan produktivitas.

3.4.3. Arah Pengembangan Studi Terdahulu dalam Penelitian

Berdasarkan hasil studi terdahulu maka dalam penelitian ini selanjutnya

dikembangkan arah studi berupa Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak

Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati. Model analisis yang

membedakan dari studi sebelumnya antara lain:

1. Model analisis dalam penelitian ini menggunakan persamaan simultan, namun

terkait dengan tujuan penelitian yang menekankan pada perilaku harga dan

sekaligus membedakan dengan studi sebelumnya, maka dalam hal pemilihan


44

komoditi (dalam hal ini minyak kelapa sawit dan pesaing utamanya), dipilih

berdasarkan (a) share produksi, (b) volume perdagangan, (c) kesamaan

penggunaan dalam kehidupan sehari-hari, dan (d) sebagai subsitusi minyak

bumi. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka jenis minyak nabati yang

dianalisis dalam penelitian ini adalah minyak kelapa sawit, minyak kedelai,

minyak biji bunga matahari dan minyak rapeseed. Penelitian sebelumnya lebih

menekankan kepada hubungan minyak kelapa sawit dengan minyak nabati

lainnya, dan oleh karena itu pemilihan komoditi cenderung tidak mewakili

proses pembentukan harga di pasar dunia minyak nabati sesuai dengan kondisi

aktual.

2. Selain pemilihan komoditi minyak nabati seperti tersebut di atas, dalam

pemilihan negara eksportir utama dan negara importir utama dipilih

berdasarkan share masing-masing negara dalam perdagangan dunia. Hal ini

diharapkan dapat mencerminkan kekuatan penawaran dan permintaan

mendekati kondisi aktual.

3. Dalam penelitian ini juga mengakomodir adanya kecenderungan keterkaitan

antara harga dunia minyak bumi dalam proses pembentukan keempat minyak

nabati yang akan dianalisis secara simultan.


IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS

4.1. Perumusan Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak


Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati

Produksi minyak nabati secara umum ditujukan untuk keperluan pangan,

sebagian lainnya digunakan untuk keperluan non pangan (ket: khususnya industri

oleokimia dan biodiesel) dan sisanya digunakan sebagai pakan ternak. Di era

tahun 1980-an rasio penggunaan minyak nabati untuk pangan, non pangan dan

pakan ternak berkisar 80:14:6. Seiring peningkatan penggunaan non pangan

dalam 13 tahun terakhir, rasio penggunaan minyak nabati saat ini berkisar

75:20:5. Peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan penggunaan biodiesel

maupun sebagai subsitusi bahan dasar industri oleokimia yang awalnya berbasis

minyak bumi (AOCS, 2011). Terkait hal di atas, maka dalam perdagangan dunia

minyak nabati selain terjadi persaingan antar jenis minyak nabati, pembentukan

harga dunia minyak nabati diduga memiliki keterkaitan dengan harga dunia

minyak bumi/crude oil. Kaitan tersebut terlihat dari pola pergerakan harga minyak

nabati dan harga minyak bumi yang relatif sama, khususnya sejak tahun 2003

seperti disajikan pada Gambar 1.

Perimbangan penawaran dan permintaan merupakan kunci di dalam

menjaga kestabilan harga komoditi, termasuk harga minyak kelapa sawit. Adanya

komoditi pesaing di dalam pasar tentunya akan mempengaruhi penawaran dan

permintaan terhadap satu komoditi, dan sebaliknya. Selain terjadi persaingan

antara komoditi, sebuah negara produsen juga harus bersaing dengan negara lain

yang juga menjadi negara produsen komoditi tersebut. Intervensi perdagangan

oleh negara eksporti maupun importir serta faktor eksternal lainnya akan
46

mempengaruhi keseimbangan penawaran dan permintaan minyak nabati. Oleh

sebab itu kajian-kajian dalam penelitian ini akan dilakukan secara simultan,

didasarkan pada model ekonomi persamaan ekspor, impor dan harga.

Penelitian diawali dengan membangun permodelan pasar dunia minyak

kelapa sawit sebagai satu kerangka analisis dalam pasar dunia minyak nabati.

Minyak pesaing utama minyak kelapa sawit didefinisikan sebagai jenis minyak

hayati yang mempunyai (1) variasi penggunaan yang sama dalam kehidupan

sehari-hari, (2) diproduksi dan diperdagangkan dalam jumlah besar, serta (3)

sebagai substitusi minyak bumi. Berdasarkan hasil studi terdahulu, literatur dan

data diperoleh minyak pesaing minyak kelapa sawit adalah minyak kedelai,

minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari.

Negara eksportir dan importir yang digunakan dalam penelitian ini seperti

disajikan Tabel 1 pada sub bab 1.5. Pemilihan negara eksportir didasarkan kepada

share volume ekspor suatu negara terhadap volume ekspor dunia dan negara

tersebut harus merupakan negara produsen, sedangkan pemilihan negara importir

didasarkan kepada share volume impor suatu negara terhadap volume impor

dunia seperti disajikan pada Lampiran 4. Pendekatan dilakukan secara horisontal

dan tidak membahas secara mendalam atau secara vertikal setiap komoditi

pesaing dan setiap negara, kecuali minyak kelapa sawit Indonesia.

Diagram model keterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi dalam

perdagangan dunia minyak nabati seperti disajikan pada Gambar 12. Model dibagi

kedalam empat blok, yaitu: (1) blok minyak kelapa sawit, (2) blok minyak

kedelai, (3) blok minyak rapeseed, dan (4) blok minyak biji bunga matahari.

Model terdiri dari 97 persamaan dengan perincian 81 persamaan struktural dan 16


47

persamaan identitas. Rekapitulasi persamaan dalam model menurut negara dan

kelompok minyak nabati disajikan pada Tabel 3. Uraian selengkapnya varibel

eksogen penyusun masing-masing persamaan disajikan pada sub bab 4.1.1. hingga

sub bab 4.1.12.

HARGA DUNIA MINYAK BUMI

KONSUMSI MINYAK NABATI


(Food & Non Food)
Vs
PRODUKSI DOMESTIK MINYAK NABATI

HARGA DUNIA
NEGARA VOLUME VOLUME NEGARA
MINYAK NABATI:
EKSPORTIR: EKSPOR IMPOR IMPORTIR:
M. Kelapa sawit
M. Kelapa sawit DUNIA DUNIA M. Kelapa sawit
MINYAK M. Kedelai MINYAK
M. Kedelai M. Kedelai
M. Rapeseed NABATAI M. Rapeseed NABATAI M. Rapeseed
M. Matahari M. Matahari M. Matahari

Gambar 12. Diagram Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak
Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati

Efek subsitusi minyak bumi dan minyak nabati pesaing ditrasmisikan

melalui konsumsi minyak nabati di negara eksportir maupun negara importir

minyak nabati. Harga relatif antara satu jenis minyak nabati terhadap minyak

nabati pesaing maupun terhadap harga dunia minyak bumi akan mempengaruhi

konsumsi terhadap minyak tersebut. Selanjutnya konsumsi dan produksi domestik

akan menentukan keseimbangan ekspor dan/atau impor sebuah negara terhadap

satu jenis minyak nabati. Harga dunia minyak nabati merupakan keseimbangan

ekspor dan impor dunia, yang selanjutnya ditransmisikan kembali dalam bentuk

harga ekspor dan harga impor, serta memperngaruhi harga domestik. Perbedaan

harga relatif diantara minyak-minyak tersebut selanjutnya mempengaruhi kembali

konsumsi, dan seterusnya berulang membentuk sebuah siklus. Melalui

permodelan ini diharapkan dapat diperoleh keterkaitan harga minyak nabatai dan
48

minyak bumi dalam perdagangan dunia minyak nabati dan proyeksi harga dunia

minyak nabati, termasuk didalamnya melakukan simulasi pengaruh dampak

kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah negara eksportir utama dan negara

importir utama minyak nabati serta beberapa faktor eksternal lainnya.

Tabel 3. Rekapitulasi Persamaan dalam Model Keterkatan Harga Minyak Nabati


dan Minyak Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati menurut
Negara dan Kelompok Minyak Nabati
No. Persamaan Simbol Label Satuan

A. Minyak Kelapa Sawit


1 Struktural LASMIN Luas areal kelapa sawit TM PBN ribu ha TM
2 Struktural LASMIS Luas areal kelapa sawit TM PBS ribu ha TM
3 Struktural LASMIR Luas areal kelapa sawit TM PR ribu ha TM
4 Struktural YIESIN Produktivitas PBN ton CPO/ha TM/th
5 Struktural YIESIS Produktivitas PBS ton CPO/ha TM/th
6 Struktural YIESIR Produktivitas PR ton CPO/ha TM/th
7 Identitas PRODSI Produksi minyak sawit Indonesia ribu ton/th
8 Struktural XSI Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ribu ton/th
9 Identitas SXSI Penawaran ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ribu ton/th
10 Identitas SDSI Penawaran domestik minyak kelapa sawit Indonesia ribu ton/th
11 Struktural CSI Konsumsi domestik minyak kelapa sawit Indonesia ribu ton/th
12 Struktural XSM Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia ribu ton/th
13 Identitas XSW Ekpor minyak kelapa sawit dunia ribu ton/th
14 Struktural MSC Impor minyak kelapa sawit China ribu ton/th
15 Struktural CSC Konsumsi domestik minyak kelapa sawit China ribu ton/th
16 Struktural MSEU Impor minyak kelapa sawit EU-15 ribu ton/th
17 Struktural CSEU Konsumsi domestik minyak kelapa sawit EU-15 ribu ton/th
18 Struktural MSID Impor minyak kelapa sawit India ribu ton/th
19 Struktural CSID Konsumsi domestik minyak kelapa sawit India ribu ton/th
20 Struktural MSP Impor minyak kelapa sawit Pakistan ribu ton/th
21 Struktural CSP Konsumsi domestik minyak kelapa sawit Pakistan ribu ton/th
22 Identitas MSW Impor minyak kelapa sawit dunia ribu ton/th
23 Struktural HSW Harga dunia riil minyak kelapa sawit USD/ton
24 Struktural HESI Harga riil ekspor minyak kelapa sawit Indonesia USD/ton
25 Struktural HESM Harga riil ekspor minyak kelapa sawit Malaysia USD/ton
26 Struktural HDSI Harga riil domestik minyak kelapa sawit Indonesia Rp/kg
27 Struktural HMSC Harga riil impor minyak kelapa sawit China USD/ton
28 Struktural HMSEU Harga riil impor minyak kelapa sawit EU-15 USD/ton
29 Struktural HMSID Harga riil impor minyak kelapa sawit India USD/ton
30 Struktural HMSP Harga riil impor minyak kelapa sawit Pakistan USD/ton
B. Minyak Kedelai
31 Struktural XKA Ekspor minyak kedelai Argentina ribu ton/th
32 Struktural CKA Konsumsi domestik minyak kedelai Argentina ribu ton/th
33 Identitas SDKA Penawaran domestik minyak kedelai Argentina ribu ton/th
34 Struktural XKB Ekspor minyak kedelai Brasil ribu ton/th
35 Struktural CKB Konsumsi domestik minyak kedelai Brasil ribu ton/th
36 Identitas SDKB Penawaran domestik minyak kedelai Brasil ribu ton/th
37 Struktural XKUSA Ekspor minyak kedelai USA ribu ton/th
38 Struktural CKUSA Konsumsi domestik minyak kedelai USA ribu ton/th
39 Identitas SDKUSA Penawaran domestik minyak kedelai USA ribu ton/th
40 Identitas XKW Ekpor minyak kedelai dunia ribu ton/th
41 Struktural MKC Impor minyak kedelai China ribu ton/th
42 Struktural CKC Konsumsi domestik minyak kedelai China ribu ton/th
49

Tabel 3. Lanjutan
No. Persamaan Simbol Label Satuan
43 Struktural MKEU Impor minyak kedelai EU-15 ribu ton/th
44 Struktural CKEU Konsumsi domestik minyak kedelai EU-15 ribu ton/th
45 Struktural MKID Impor minyak kedelai India ribu ton/th
46 Struktural CKID Konsumsi domestik minyak kedelai India ribu ton/th
47 Struktural MKIR Impor minyak kedelai Iran ribu ton/th
48 Struktural CKIR Konsumsi domestik minyak kedelai Iran ribu ton/th
49 Identitas MKW Impor minyak kedelai dunia ribu ton/th
50 Struktural HKW Harga dunia riil minyak kedelai USD/ton
51 Struktural HEKA Harga riil ekspor minyak kedelai Argentina USD/ton
52 Struktural HEKB Harga riil ekspor minyak kedelai Brasil USD/ton
53 Struktural HEKUSA Harga riil ekspor minyak kedelai USA USD/ton
54 Struktural HMKC Harga riil impor minyak kedelai China USD/ton
55 Struktural HMKEU Harga riil impor minyak kedelai EU-15 USD/ton
56 Struktural HMKID Harga riil impor minyak kedelai India USD/ton
57 Struktural HMKIR Harga riil impor minyak kedelai Iran USD/ton
58 Struktural HDKA Harga riil domestik minyak kedelai Argentina USD/ton
59 Struktural HDKB Harga riil domestik minyak kedelai Brasil USD/ton
60 Struktural HDKUSA Harga riil domestik minyak kedelai USA USD/ton
C. Minyak Rapeseed
61 Struktural XRCD Ekspor minyak rapeseed Kanada ribu ton/th
62 Struktural CRCD Konsumsi domestik minyak rapeseed Kanada ribu ton/th
63 Struktural XRUSA Ekspor minyak rapeseed USA ribu ton/th
64 Struktural CRUSA Konsumsi domestik minyak rapeseed USA ribu ton/th
65 Identitas SDRUSA Penawaran domestik minyak rapeseed USA ribu ton/th
66 Identitas XRW Ekpor minyak rapeseed dunia ribu ton/th
67 Struktural MRUSA Impor minyak rapeseed USA ribu ton/th
68 Struktural MREU Impor minyak rapeseed EU-15 ribu ton/th
69 Struktural CREU Konsumsi domestik minyak rapeseed EU-15 ribu ton/th
70 Struktural MRC Impor minyak rapeseed China ribu ton/th
71 Struktural CRC Konsumsi domestik minyak rapeseed China ribu ton/th
72 Identitas MRW Impor minyak rapeseed dunia ribu ton/th
73 Struktural HRW Harga dunia riil minyak rapeseed USD/ton
74 Struktural HERCD Harga riil ekspor minyak rapeseed Kanada USD/ton
75 Struktural HERUSA Harga riil ekspor minyak rapeseed USA USD/ton
76 Struktural HMRUSA Harga riil impor minyak rapeseed USA USD/ton
77 Struktural HMREU Harga riil impor minyak rapeseed EU-15 USD/ton
78 Struktural HMRC Harga riil impor minyak rapeseed China USD/ton
79 Struktural HDRCD Harga riil domestik minyak rapeseed Kanada USD/ton
80 Struktural HDRUSA Harga riil domestik minyak rapeseed USA USD/ton
D. Minyak Biji Bunga Matahari
81 Struktural XMA Ekspor minyak biji bunga matahari Argentina ribu ton/th
82 Struktural CMA Konsumsi domestik minyak matahari Argentina ribu ton/th
83 Identitas SDMA Penawaran domestik minyak matahari Argentina ribu ton/th
84 Identitas XMW Ekpor minyak biji bunga matahari dunia ribu ton/th
85 Struktural MMEU Impor minyak biji matahari EU-15 ribu ton/th
86 Struktural CMEU Konsumsi domestik minyak biji matahari EU-15 ribu ton/th
87 Struktural MMMS Impor minyak biji matahari Mesir ribu ton/th
88 Struktural CMMS Konsumsi domestik minyak biji matahari Mesir ribu ton/th
89 Struktural MMIR Impor minyak biji matahari Iran ribu ton/th
90 Struktural CMIR Konsumsi domestik minyak biji matahari Iran ribu ton/th
91 Identitas MMW Impor minyak biji bunga matahari dunia ribu ton/th
92 Struktural HMW Harga dunia riil minyak biji bunga matahari USD/ton
93 Struktural HEMA Harga riil ekspor minyak biji bunga matahari Argentina USD/ton
94 Struktural HMMEU Harga riil impor minyak biji bunga matahari EU-15 USD/ton
95 Struktural HMMMS Harga riil impor minyak biji bunga matahari Mesir USD/ton
96 Struktural HMMIR Harga riil impor minyak biji bunga matahari Iran USD/ton
97 Struktural HDMA Harga riil domestik minyak matahari Argentina USD/ton
50

4.1.1. Persamaan Ekspor Minyak Kelapa Sawit

Mengacu kepada persamaan ekspor pada Bab 3 maka persamaan ekspor

memiliki beberapa peubah eksogen seperti harga ekspor, produksi, nilai tukar,

stok dan ekspor tahun lalu. Dalam permodelan ekspor minyak kelapa sawit

diwakili oleh Indonesia dan Malaysia dengan share terhadap total ekspor dunia

tahun 2008 masing-masing sebesar 43.28% dan 45.70%.

4.1.1.1. Produksi, Ekspor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit Indonesia

Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dipengaruhi oleh harga ekspor

minyak kelapa sawit Indonesia, produksi, stok dan konsumsi dalam negeri. Harga

ekspor dipengaruhi oleh harga dunia minyak kelapa sawit, nilai tukar dan pajak

ekspor. Produksi dipengaruhi oleh luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan

dan produktivitas tanaman dan konsumsi dipengaruhi oleh harga domestik,

penawaran domestik, populasi Indonesia.

4.1.1.1.1. Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Indonesia

Diketahui bahwa pelaku usaha perkebunan kelapa sawit Indonesia dibagi

kedalam tiga kelompok besar yaitu: Perkebunan Besar Negara (PBN), Perkebunan

Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Rakyat (PR).

Luas areal perkebunan dan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan

Indonesia merupakan penjumlahan dari luas areal perkebunan dan luas areal

tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha. Luas areal perkebunan

kelapa sawit masing-masing pelaku usaha di dalam penelitian ini diasumsikan

sebagai variabel eksogen mengingat perkembangan areal perkebunan kelapa sawit

di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Variabel-variabel

lainnya yang mempengaruhi perkembangan kelapa sawit di Indonesia, antara lain:


51

(1) ketersediaan dan kesesuaian lahan serta tingkat kompetisi penggunaan lahan

dengan komoditi lainnya dan tata ruang wilayah, (2) kelapa sawit sebagai tanaman

perkebunan dengan siklus usaha setidaknya 25 tahun, dan (3) kebijakan

pemerintah yang terkait dengan perkebunan dan perdagangan produk-produk hasil

perkebunan.

Luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan Indonesia secara umum

diduga dipengaruhi oleh lag tiga luas areal kelapa sawit, harga ekspor dan harga

domestik minyak kelapa sawit Indonesia tahun sebelumnya, harga komposit

pupuk dan tingkat upah perkebunan di Indonesia. Persamaan luas areal kelapa

sawit masing-masing pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia

dinyatakan sebagai berikut:

1) Luas Areal Kelapa Sawit Menghasilkan Perkebunan Besar Negara (PBN)

Luas areal kelapa sawit menghasilkan PBN ( ) dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + + 3 + ∈ ...................(4.1.)

dimana:

∶ luas areal kelapa sawit menghasilkan PBN (ribu ha)


∶ harga ekspor riil minyak sawit Indonesia tahun sebelumnya
(USD/ton)
∶ laju perubahan harga riil pupuk di Indonesia (%)
3 ∶ lag tiga luas areal kelapa sawit PBN (ribu ha)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; , > 0.


52

2) Luas Areal Kelapa Sawit Menghasilkan Perkebunan Besar Swasta (PBS)

Luas areal kelapa sawit menghasilkan PBS ( ) dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + + +
+ 3 + ∈ ..............................................(4.2.)
dimana:

∶ luas areal kelapa sawit menghasilkan PBN (ribu ha)


∶ tingkat upah riil perkebunan Indonesia ((Rp ribu/bulan)
3 ∶ lag tiga luas areal kelapa sawit PBS (ribu ha)
∈ ∶ peubah pengganggu
Estimasi parameter yang diharapkan: , < 0; , > 0.

3) Luas Areal Kelapa Sawit menghasilkan Perkebunan Rakyat (PR)

Luas areal kelapa sawit menghasilkan PR ( ) dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + + + + ∈ ..............(4.3.)

dimana:

∶ luas areal kelapa sawit menghasilkan PR (ribu ha)


∶ harga domestik riil minyak sawit Indonesia tahun
sebelumnya (Rp/kg)
∶ lag luas areal kelapa sawit PR (ribu ha)
∈ ∶ peubah pengganggu
Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; , > 0.

4.1.1.1.2. Produktivitas Kelapa Sawit Indonesia

Produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan dari aspek kultur teknis

antara lain dipengaruhi oleh komposisi umur tanaman kelapa sawit menghasilkan,

dan penerapan kultur teknis, khususnya pemupukan, sarana dan prasarana panen

serta teknik panen. Penerapan kultur teknis terkait erat dengan pelaku usaha, dan
53

oleh karena itu dalam penelitian ini persamaan produktivitas kelapa sawit

Indonesia dibangun dari persamaan produktivitas kelapa sawit menurut pelaku

usaha.

Faktor eksternal yang diduga turut mempengaruhi produktivitas tanaman

kelapa sawit menghasilkan adalah prospek pasar yang tercermin dari harga ekspor

dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia serta stok minyak kelapa sawit

Indonesia. Persamaan persamaan produktivitas kelapa sawit menurut pelaku usaha

dinyatakan sebagai berikut:

1) Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara (PBN)

Produktivitas minyak kelapa sawit PBN ( ) dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + +
+ + ∈ .............................................................(4.4)
dimana:

∶ produktivitas minyak kelapa sawit PBN (ton/ha/tahun)


∶ tambahan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PBN
tahun ini (ribu ha)
∶ produktivitas minyak kelapa sawit PBN tahun sebelumnya
(ton/ha/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu
Estimasi parameter yang diharapkan: > 0; , < 0; 0 < < 1.

2) Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta (PBS)

Produktivitas minyak kelapa sawit PBS ( ) dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + + + ∈ …………………………...(4.5)

dimana:
54

∶ produktivitas minyak kelapa sawit PBS (ton/ha/tahun)


∶ tambahan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PBS
tahun ini (ribu ha)
∶ produktivitas minyak kelapa sawit PBS tahun sebelumnya
(ton/ha/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: > 0; < 0; 0 < < 1.

3) Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat (PR)

Produktivitas minyak kelapa sawit PR ( ) dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + +
+ + + ∈ ….............................(4.6)

dimana:

∶ produktivitas minyak kelapa sawit PR (ton/ha/tahun)


∶ tambahan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PR
tahun ini (ribu ha)

∶ produktivitas minyak kelapa sawit PR tahun sebelumnya


(ton/ha/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: > 0; < 0; 0 < < 1.

4.1.1.1.3. Produksi Minyak Kelapa Sawit Indonesia

Produksi minyak kelapa sawit Indonesia ( ) ditentukan oleh

tingkat produktivitas dan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan masing-

masing pelaku usaha. Oleh sebab itu produksi dinyatakan dalam persamaan

identitas sebagai berikut:


55

= +
+ ...........................................................(4.7)

dimana:

∶ produksi minyak kelapa sawit Indonesia (ribu ton/tahun)

4.1.1.1.4. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit Indonesia

Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ( ) dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + + + + ∈ .....(4.8)

dimana:

∶ volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (ribu ton/tahun)


∶ harga ekspor riil minyak kelapa sawit Indonesia (USD/ton)
∶ laju perubahan harga domestik riil minyak kelapa sawit
Indonesia (%)
∶ Nilai tukar riil Indonesia (IDR/USD)
∶ volume penawaran ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (ribu
ton/tahun)

∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , , > 0; , < 0.

Penawaran ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ( ) merupakan

persamaan identitas yaitu total penawaran minyak kelapa sawit Indonesia

dikurangi oleh konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia, dan dirumuskan sebagai

berikut:

= + − ......................................................(4.9)

Selanjutnya penawaran domestik minyak kelapa sawit Indonesia ( )

dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut:


56

= + − ....................................................(4.10)

Konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia

( ) ditentukan oleh harga domestik, laju perubahan harga dunia riil minyak

bumi dan jumlah populasi Indonesia ( ). Persamaan ( ) kemudian

dinyatakan sebagai berikut:

= + + + + + ∈ ..(4.11)

dimana:

∶ konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia (ribu ton/tahun)


∶ harga dunia riil minyak bumi (USD/barrel)
∶ populasi Indonesia (juta jiwa)
∶ konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia tahun sebelumnya
(ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , > 0; < 0; 0 < < 1.

4.1.1.2. Ekspor Minyak Kelapa Sawit Malaysia

Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia ( ) dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + +
+ + ∈ ..................................................................(4.12)
dimana:

∶ volume ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (ribu


ton/tahun)
∶ harga ekspor riil minyak kelapa sawit Malaysia (USD/ton)
∶ pajak ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (%)
∶ stok awal minyak kelapa sawit Malaysia (ribu ton/tahun)
∶ produksi minyak kelapa sawit Malaysia (ribu ton/tahun)
57

∶ ekpsor minyak kelapa sawit Malaysia tahun sebelumnya (ribu


ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , , > 0; < 0; 0 < < 1.

4.1.1.3. Total Ekspor Minyak Kelapa Sawit Dunia

Ekspor total minyak kelapa sawit dunia ( ) dinyatakan dalam

persamaan identitas sebagai berikut:

= + + ............................................................(4.13)
dimana:

∶ volume ekspor minyak kelapa sawit dunia (ribu ton/tahun)


∶ volume ekspor minyak kelapa sawit sisa dunia (ribu ton/tahun)

4.1.2. Persamaan Impor Minyak Kelapa Sawit

Mengacu kepada persamaan impor pada bab 3, maka dalam penelitian ini

persamaan impor dipengaruhi oleh besarnya konsumsi, tingkat harga, harga

komoditi lain dan tingkat nilai tukar. Terkait dengan komoditi lain, permodelan

untuk setiap negara importir akan mengacu kepada Tabel 1 pada sub-bab 2.2.1.

Dalam permodelan impor minyak kelapa sawit diwakili oleh China, EU-15, India

dan Pakistan dengan share terhadap total impor dunia tahun 2008 masing-masing

sebesar 16.58%, 15.68%, 17.06% dan 5.21%.

4.1.2.1. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit China

Impor minyak kelapa sawit China ( ) dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + + ∈ ..........................................(4.14)
dimana:

∶ volume impor minyak kelapa sawit China (ribu ton/tahun)


∶ harga impor riil minyak kelapa sawit China (USD/ton)
58

∶ jumlah konsumsi minyak kelapa sawit China (ribu ton/tahun)


∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; > 0.

Sedangkan konsumsi minyak kelapa sawit China dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + + +
+ + + ∈ ....................................................(4.15)

dimana:

∶ harga impor riil minyak kedelai China (USD/ton)


∶ harga impor riil minyak rapeseed China (USD/ton)
∶ pendapatan perkapita riil China (USD/kapita/tahun)
∶ jumlah penduduk China (juta jiwa)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; , , , , > 0.

4.1.2.2. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit EU-15

Impor minyak kelapa sawit EU-15 ( ) dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + + ∈ ........................(4.16)

dimana:

∶ volume impor minyak kelapa sawit EU-15 (ribu ton/tahun)


∶ harga impor riil minyak kelapa sawit EU-15 (USD/ton)
∶ jumlah konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 (ribu ton/tahun)
∶ volume impor minyak kelapa sawit EU-15 tahun sebelumnya
(ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; > 0; 0 < < 1.


59

Sedangkan konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + + +
+ + + ∈ ...................................(4.17)
dimana:

∶ harga impor riil minyak kelapa sawit EU-15 (USD/ton)


∶ harga impor riil minyak biji bunga matahari EU-15
(USD/ton)
∶ pendapatan perkapita riil EU-15 (USD/kapita/tahun)
∶ jumlah penduduk EU-15 (juta jiwa)
∶ konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 tahun sebelumnya
(ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; , , , > 0; 0 < < 1.

4.1.2.3. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit India

Impor minyak kelapa sawit India ( ) dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + + + ∈ ...(4.18)

dimana:

∶ volume impor minyak kelapa sawit India (ribu


ton/tahun)
∶ rasio laju perubahan harga impor riil m. sawit India
thd laju perubahan konsumsi m. sawit India
∶ tarif impor minyak kelapa sawit India (%)
∶ Nilai tukar riil India (INR/USD)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , , < 0.


60

Sedangkan konsumsi minyak kelapa sawit India dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + + + ∈ ……….....(4.19)
dimana:

∶ harga impor riil minyak kelapa sawit India (USD/ton)


∶ tingkat pendapatan perkapita riil India (USD/kapita/tahun)
∶ jumlah penduduk India (juta jiwa)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; , > 0.

4.1.2.4. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit Pakistan

Impor minyak kelapa sawit Pakistan ( ) dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + + +
+ + ∈ ..................................................................(4.20)
dimana:

∶ volume impor minyak kelapa sawit Pakistan (ribu ton/tahun)


∶ harga impor riil minyak kelapa sawit Pakistan (USD/ton)
∶ Nilai tukar riil Pakistan (PKR/USD)
∶ tarif impor minyak kelapa sawit Pakistan (%)
∶ laju perubahan konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan (%)
∶ volume impor minyak kelapa sawit Pakistan tahun sebelumnya
(ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , , < 0; > 0; 0 < < 1.

Sedangkan konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + + + ∈ ……….........(4.21)
dimana:
61

∶ harga impor riil minyak kelapa sawit Pakistan (USD/ton)


∶ jumlah penduduk Pakistan (juta jiwa)
∶ konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan tahun sebelumnya
(ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; > 0; 0 < < 1.

4.1.2.5. Total Impor Minyak Kelapa Sawit Dunia

Impor total minyak kelapa sawit dunia ( ) dinyatakan dalam

persamaan identitas sebagai berikut:

= + + + + .......................... (4.22)
dimana:

∶ volume impor minyak kelapa sawit dunia (ribu ton/tahun)


∶ volume impor minyak kelapa sawit sisa dunia (ribu ton/tahun)

4.1.3. Harga Minyak Kelapa Sawit

Harga dunia minyak kelapa sawit diwakili harga di pasar Rotterdam

sebagai rujukan. Persamaaan harga dinyatakan sebagai berikut:

4.1.3.1. Harga Dunia Minyak Kelapa Sawit

Harga dunia minyak kelapa sawit ( ) dinyatakan dalam persamaaan

sebagai berikut

= + + + +∈ ..........................(4.23)
dimana:

∶ harga dunia riil minyak kelapa sawit (USD/ton)


∶ harga dunia riil minyak kelapa sawit tahun sebelumnya
(USD/ton)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; 0; 0 < < 1.


62

4.1.3.2. Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia

Harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut

= + + + + ∈ .................(4.24)
dimana:

∶ laju eskpor minyak kelapa sawit Indonesia (%)


∶ harga ekspor riil minyak kelapa sawit Indonesia tahun
sebelumnya (USD/ton)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: > 0; , < 0; 0 < < 1.

4.1.3.3. Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit Malaysia

Harga ekspor minyak kelapa sawit Malaysia ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut

= + + + + + ∈ …(4.25)
dimana:

∶ harga ekspor riil minyak kelapa sawit Malaysia (USD/ton)


∶ Nilai tukar riil Malaysia (RM/USD)
∶ harga ekspor riil minyak kelapa sawit Malaysia tahun
sebelumnya (USD/ton)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: > 0; , < 0; 0 < < 1.

4.1.3.4. Harga Domestik Minyak Kelapa Sawit Indonesia

Harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut:

= + + + + ∈ ............(4.26)
dimana:
63

∶ rasio total penawaran minyak kelapa sawit Indonesia


(stok+produksi) terhadap total permintaan minyak kelapa sawit
Indonesia (ekspor+konsumsi)
∶ harga domestik riil minyak kelapa sawit Indonesia tahun
sebelumnya (Rp ribu/ton)
∈ ∶ peubah pengganggu
Estimasi parameter yang diharapkan: , > 0; < 0; 0 < < 1.

4.1.3.5. Harga Impor Minyak Kelapa Sawit China

Harga impor minyak kelapa sawit China ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut

= + + ∈ ...................................................(4.27)
dimana:

∶ tarif impor minyak kelapa sawit China (%)


∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , > 0.

4.1.3.6. Harga Impor Minyak Kelapa Sawit EU-15

Harga impor minyak kelapa sawit EU-15 ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut

= + + + ∈ ...................................(4.28)

dimana:

∶ tarif impor minyak kelapa sawit EU-15 (%)


∈ ∶ peubah pengganggu
Estimasi parameter yang diharapkan: , > 0.

4.1.3.7. Harga Impor Minyak Kelapa Sawit India

Harga impor minyak kelapa sawit India ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut


64

= + + + + ∈ .................(4.29)
dimana:

∶ laju perubahan konsumsi minyak kelapa sawit India (%)


∶ harga impor riil minyak kelapa sawit India tahun sebelumnya
(USD/ton)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , > 0; 0 < < 1.

4.1.3.8. Harga Impor Minyak Kelapa Sawit Pakistan

Harga impor minyak kelapa sawit Pakistan ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut

= + + ∈ ..................................................(4.30)
dimana:

∶ harga impor riil minyak kelapa sawit Pakistan tahun sebelumnya


(USD/ton)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: > 0; 0 < < 1.

4.1.4. Persamaan Ekspor Minyak Kedelai

Dalam permodelan ekspor minyak kedelai diwakili oleh Argentina, Brasil

dan Amerika Serikat dengan share terhadap total ekspor dunia tahun 2008

masing-masing sebesar 50.22%, 22.95% dan 11.46%.

4.1.4.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Argentina

Ekspor minyak kedelai Argentina ( ) dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + + + ∈ .........(4.31)
dimana:
65

∶ volume ekspor minyak kedelai Argentina (ribu ton/tahun)


∶ harga ekspor riil minyak kedelai Argentina (USD/ton)
∶ harga domestik riil minyak kedelai Argentina (USD/ton)
∶ Nilai tukar riil Argentina (ARS/USD)
∶ produksi minyak kedelai Argentina (ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , , , > 0; < 0.

Sedangkan konsumsi minyak kedelai Argentina dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + + + ∈ …...(4.32)
dimana:

∶ konsumsi minyak kedelai Argentina (ribu ton/tahun)


∶ laju perubahan harga domestik riil minyak kedelai Argentina
(%)
∶ populasi Argentina (juta jiwa)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; , > 0.

Selanjutnya sebagai variabel pembentuk harga domestik minyak kedelai

Argentina, dirumuskan penawaran domestik minyak kedelai Argentina ( )

yang dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut:

= + − .............................................(4.33)

4.1.4.2. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Brasil

Ekspor minyak kedelai Brasil ( ) dinyatakan dalam persamaan sebagai

berikut:

= + + + +
+ + ∈ ..................................................................(4.34)

dimana:
66

∶ volume ekspor minyak kedelai Brasil (ribu ton/tahun)


∶ harga ekspor riil minyak kedelai Brasil (USD/ton)
∶ harga domestik riil minyak kedelai Brasil (USD/ton)
∶ Nilai tukar riil Brasil (BRL/USD)
∶ produksi minyak kedelai Brasil (ribu ton/tahun)
∶ volume ekspor minyak kedelai Brasil tahun sebelumnya (ribu
ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , , > 0; < 0; 0 < < 1.

Konsumsi minyak kedelai Brasil ( ) dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + +
+ + ∈ …………………………………………..(4.35)
dimana:

∶ konsumsi minyak kedelai Brasil (ribu ton/tahun)


∶ rasio laju perubahan harga domestik riil minyak kedelai
Brasil terhadap laju perubahan harga dunia riil minyak
bumi
∶ populasi Brasil (juta jiwa)
∶ konsumsi minyak kedelai Brasil (ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , < 0; > 0; 0 < < 1.

Selanjutnya sebagai variabel pembentuk harga domestik minyak kedelai Brasil,

dirumuskan penawaran domestik minyak kedelai Brasil ( ) yang dinyatakan

dalam persamaan identitas sebagai berikut:

= + − .............................................(4.36)
67

4.1.4.3. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Amerika Serikat

Ekspor minyak kedelai Amerika Serikat ( ) dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + +
+ + ∈ .......................................................(4.37)
dimana:

∶ volume ekspor minyak kedelai Brasil (ribu ton/tahun)


∶ laju perubahan harga ekspor riil minyak kedelai USA (%)
∶ harga domestik rill minyak kedelai USA (USD/ton)
∶ produksi minyak kedelai USA (ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , > 0; < 0.

Sedangkan konsumsi minyak kedelai USA ( ) dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= +
+ + ∈ ............................................................(4.38)
dimana:

∶ konsumsi minyak kedelai USA (ribu ton/tahun)


∶ harga relatif antara harga domestik riil minyak kedelai
USA terhadap harga dunia minyak bumi
∶ harga domestik rill minyak kedelai USA (USD/ton)
∶ populasi USA (juta jiwa)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; , > 0.

Selanjutnya sebagai variabel pembentuk harga domestik minyak kedelai Amerika

Serikat, dirumuskan penawaran domestik minyak kedelai Amerika Serikat

( ) yang dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut:

= + − ..........................(4.39)
68

4.1.4.4. Total Ekspor Minyak Kedelai Dunia

Ekspor total minyak kedelai dunia ( ) dinyatakan dalam persamaan

identitas sebagai berikut:

= + + + ..........................................(4.40)
dimana:

∶ volume ekspor minyak kedelai dunia (ribu ton/tahun)


∶ volume ekspor minyak kedelai sisa dunia (ribu ton/tahun)

4.1.5. Persamaan Impor Minyak Kedelai

Dalam permodelan negara importir minyak kedelai diwakili oleh China,

EU-15, India dan Iran dengan share terhadap total impor dunia tahun 2008

masing-masing sebesar 24.11%, 10.43%, 7.79% dan 3.94%.

4.1.5.1. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai China

Impor minyak kedelai China ( ) dinyatakan dalam persamaan sebagai

berikut:

= + + + ∈ .................................(4.41)
dimana:

∶ volume impor minyak kedelai China (ribu ton/tahun)


∶ harga impor riil minyak kedelai China (USD/ton)
∶ jumlah konsumsi minyak kedelai China (ribu ton/tahun)
∶ volume impor minyak kedelai China tahun sebelumnya (ribu
ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: < 0; > 0; 0 < < 1.

Sedangkan konsumsi minyak kedelai China ( ) dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + + + + ∈ ......(4.42)
69

dimana:

∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: < 0; , > 0; 0 < < 1.

4.1.5.2. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai EU-15

Impor minyak kedelai EU-15 ( ) dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + + ∈ .................(4.43)
dimana:

∶ volume impor minyak kedelai EU-15 (ribu ton/tahun)


∶ harga impor riil minyak kedelai EU-15 (USD/tahun)
∶ jumlah konsumsi minyak kedelai EU-15 (ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: , < 0; > 0.

Sedangkan konsumsi minyak kedelai EU-15 dinyatakan dalam persamaan sebagai

berikut:

= + + +
+ + + ∈ .............................................(4.44)
dimana:

∶ harga impor riil minyak rapeseed EU-15 (USD/ton)


∶ jumlah konsumsi minyak kedelai EU-15 tahun sebelumnya
(ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah:

< 0; , , , > 0; 0 < < 1.


70

4.1.5.3. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai India

Impor minyak kedelai India ( ) dinyatakan dalam persamaan sebagai

berikut:

= + + + + ∈ ...........(4.45)
dimana:

∶ volume impor minyak kedelai India (ribu ton/tahun)


∶ harga impor riil minyak kedelai India (USD/ton)
∶ produksi minyak kedelai India (ribu ton/tahun)
∶ jumlah konsumsi minyak kedelai India (ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: , < 0; > 0.

Sedangkan konsumsi minyak kedelai India dinyatakan dalam persamaan sebagai

berikut:

= + + +
+ + + ∈ ..............................................(4.46)
dimana:

∶ jumlah konsumsi minyak kedelai India tahun sebelumnya (ribu


ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah:

< 0; , , > 0; 0 < < 1.

4.1.5.4. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai Iran

Impor minyak kedelai Iran ( ) dinyatakan dalam persamaan sebagai

berikut:

= + +
+ + ∈ …..........................................................…(4.47)

dimana:
71

∶ volume impor minyak kedelai Iran (ribu ton/tahun)


∶ harga impor riil minyak kedelai Iran (USD/ton)
∶ produksi minyak kedelai Iran (ribu ton/tahun)
∶ jumlah konsumsi minyak kedelai Iran (ribu ton/tahun)
∶ volume impor minyak kedelai Iran tahun sebelumnya (ribu
ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: , < 0; > 0; 0 < < 1.

Sedangkan konsumsi minyak kedelai Iran dinyatakan dalam persamaan sebagai

berikut:

= + +
+ + ∈ ....................................................................(4.48)

dimana:

∶ harga impor riil minyak biji bunga matahari Iran (USD/ton)


∶ populasi Iran (juta jiwa)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: < 0; , > 0; 0 < < 1.

4.1.5.5. Total Impor Minyak Kedelai Dunia

Impor total minyak kedelai dunia ( ) dinyatakan dalam persamaan

identitas sebagai berikut:

= + + + + .......................(4.49)
dimana:

∶ volume impor minyak kedelai dunia (ribu ton/tahun)


∶ volume impor minyak kedelai sisa dunia (ribu ton/tahun)

4.1.6. Harga Minyak Kedelai

Harga dunia minyak kedelai diwakili harga di pasar Rotterdam sebagai

rujukan. Persamaaan harga dinyatakan sebagai berikut:


72

4.1.6.1. Harga Dunia Minyak Kedelai

Harga dunia minyak kedelai ( ) dinyatakan dalam persamaaan

sebagai berikut

= + + + + ∈ ........................(4.50)

dimana:

∶ harga dunia riil minyak kedelai tahun sebelumnya (USD/ton)


∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: < 0; > 0; 0 < < 1.

4.1.6.2. Harga Ekspor Minyak Kedelai Argentina

Harga ekspor minyak kedelai Argentina ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut

= + + + + + ∈ ........(4.51)
dimana:

∶ harga ekspor riil minyak kedelai Argentina (USD/ton)


∶ harga ekspor riil minyak kedelai Argentina tahun sebelumnya
(USD/ton)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: > 0; , < 0; 0 < < 1.

4.1.6.3. Harga Ekspor Minyak Kedelai Brasil

Harga ekspor minyak kedelai Brasil ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut

= + + + + + ∈ ...(4.52)

dimana:

∶ harga ekspor riil minyak kedelai Brasil (USD/ton)


73

∶ pajak ekspor minyak kedelai Brasil (%)


∶ harga ekspor riil minyak kedelai Brasil tahun sebelumnya
(USD/ton)
∈ ∶ peubah pengganggu1

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: > 0; , < 0; 0 < < 1.

4.1.6.4. Harga Ekspor Minyak Kedelai Amerika Serikat

Harga ekspor minyak kedelai Amerika Serikat ( ) dinyatakan

dalam persamaaan sebagai berikut

= + + + ∈ ..................................(4.53)
dimana:

∶ harga ekspor riil minyak kedelai Amerika Serikat (USD/ton)


∶ subsidi ekspor minyak kedelai Amerika Serikat (%)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: , > 0.

4.1.6.5. Harga Impor Minyak Kedelai China

Harga impor minyak kedelai China ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut

= + + + ∈ .........................................(4.54)
dimana:

∶ harga impor riil minyak kedelai China (USD/ton)


∶ tarif impor minyak kedelai China (%)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: , > 0.

4.1.6.6. Harga Impor Minyak Kedelai EU-15


74

Harga impor minyak kedelai EU-15 ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut:

= + + + ∈ ...................................(4.55)
dimana:

∶ harga impor riil minyak kedelai EU-15 (USD/ton)


∶ tarif impor minyak kedelai EU-15 (%)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: , > 0.

4.1.6.7. Harga Impor Minyak Kedelai India

Harga impor minyak kedelai India ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut

= + + ∈ ...............................................(4.56)
dimana:

∶ harga impor riil minyak kedelai India (USD/ton)


∶ tarif impor minyak kedelai India (%)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: , > 0.

4.1.6.8. Harga Impor Minyak Kedelai Iran

Harga impor minyak kedelai Iran ( ) dinyatakan dalam persamaaan

sebagai berikut

= + + ∈ ...............................................(4.57)
dimana:

∶ harga impor riil minyak kedelai Iran (USD/ton)


∶ tarif impor minyak kedelai Iran (%)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: , > 0.


75
76

4.1.6.9. Harga Domestik Minyak Kedelai Argentina

Harga domestik minyak kedelai Argentina ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut

= + + + + ∈ .................(4.58)
dimana:

∶ harga domestik riil minyak kedelai Argentina (USD/ton)


∶ rasio penawaran domestik terhadap konsumsi minyak kedelai
Argentina (%)
∶ harga domestik riil minyak kedelai Argentina tahun sebelumnya
(USD/ton)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: > 0; < 0; 0 < < 1.

4.1.6.10. Harga Domestik Minyak Kedelai Brasil

Harga domestik minyak kedelai Brasil ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut

= + + + ∈ ...................................(4.59)
dimana:

∶ harga domestik riil minyak kedelai Brasil (USD/ton)


∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: , > 0; <1

4.1.6.4. Harga Domestik Minyak Kedelai Amerika Serikat

Harga domestik minyak kedelai Amerika Serikat ( ) dinyatakan

dalam persamaaan sebagai berikut:

= + + + ∈ ............(4.60)
dimana:

∶ harga domestik riil minyak kedelai USA (USD/ton)


77

∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: , > 0; < 0.

4.1.7. Persamaan Ekspor Minyak Rapeseed

Dalam permodelan ekspor minyak rapeseed diwakili oleh Kanada dan

Amerika Serikat dengan share terhadap total ekspor dunia tahun 2008 masing-

masing sebesar 59.53% dan 7.47%.

4.1.7.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Rapeseed Kanada

Ekspor minyak rapeseed Kanada ( ) dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + +
+ + ∈ ............................................................(4.61)
dimana:

∶ volume ekspor minyak rapeseed Kanada (ribu ton/tahun)


∶ produksi minyak rapeseed Kanada (ribu ton/tahun)
∶ ekpsor minyak rapeseed Kanada tahun sebelumnya (ribu
ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , > 0; < 0; 0 < < 1.

Sedangkan konsumsi minyak rapeseed Kanada dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + +
+ + ∈ ..............................................................(4.62)
dimana:

∶ harga domestik riil minyak rapeseed Kanada (USD/ton)


∶ jumlah konsumsi minyak rapeseed Kanada tahun sebelumnya
(ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu
78

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; , > 0; 0 < < 1.

4.1.7.2. Ekspor dan Konsumsi Minyak Rapeseed Amerika Serikat

Ekspor minyak rapeseed Amerika Serikat ( ) dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + + + ∈ ……(4.63)
dimana:

∶ volume ekspor minyak rapeseed USA (ribu ton/tahun)


∶ harga ekspor riil minyak rapeseed USA (USD/ton)
∶ harga domestik riil minyak rapeseed USA (USD/ton)
∶ produksi minyak rapeseed USA (ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , > 0; < 0.

Sedangkan konsumsi minyak rapeseed Amerika Serikat dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + +
+ + + ∈ ...................................(4.64)
dimana:

∶ konsumsi minyak rapeseed USA (ribu ton/tahun)


∶ harga relatif antara harga domestik riil minyak
rapeseed USA terhadap harga dunia riil minyak bumi
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , < 0; , > 0.

Selanjutnya sebagai variabel pembentuk harga domestik minyak rapeseed

Amerika Serikat, dirumuskan penawaran domestik minyak rapeseed USA

( ) yang dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut:

= + + − ........(4.65)
79

dimana adalah volume impor minyak rapeseed USA (ribu ton/tahun).

Persamaan impor minyak rapeseed Amerika Serikat disajikan pada sub bab

4.1.8.1.

4.1.7.3. Total Ekspor Minyak Rapeseed

Ekspor total minyak rapeseed dunia ( ) dinyatakan dalam persamaan

identitas sebagai berikut:

= + + .....................................................(4.66)
dimana:

∶ volume ekspor minyak rapeseed dunia (ribu ton/tahun)


∶ volume ekspor minyak rapeseed sisa dunia (ribu ton/tahun)

4.1.8. Persamaan Impor Minyak Rapeseed

Dalam permodelan negara importir minyak rapeseed diwakili oleh

Amerika Serikat, EU-15 dan China dengan share terhadap total impor dunia tahun

2008 masing-masing sebesar 44.61%, 17.68% dan 11.36%.

4.1.8.1. Impor Minyak Rapeseed Amerika Serikat

Impor minyak rapeseed Amerika Serikat ( ) dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + + +
+ + ∈ ..........................................................(4.67)
dimana:

∶ harga impor riil minyak rapeseed USA (USD/ton)


∶ volume impor minyak rapeseed Amerika Serikat tahun
sebelumnya (ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , < 0; > 0; 0 < < 0.


80

4.1.8.2. Impor dan Konsumsi Minyak Rapeseed EU-15

Impor minyak rapeseed EU-15 ( ) dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + + ∈ ...................................(4.68)
dimana:

∶ volume impor minyak rapeseed EU-15 (ribu ton/tahun)


∶ harga impor riil minyak rapeseed EU-15 (USD/ton)
∶ jumlah konsumsi minyak rapeseed EU-15 (ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; > 0.

Sedangkan konsumsi minyak rapeseed EU-15 dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + +
+ + + ∈ ..........................................(4.69)

dimana:

∶ jumlah konsumsi minyak rapeseed EU-15 tahun sebelumnya


(ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; , , > 0; 0 < < 1.

4.1.8.3. Impor dan Konsumsi Minyak Rapeseed China

Persamaan impor minyak rapeseed China ( ) dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + + +
+ + ∈ .....................................................................(4.70)
dimana:

∶ volume impor minyak rapeseed China (ribu ton/tahun)


∶ produksi minyak rapeseed USA (ribu ton/tahun)
81

∶ jumlah konsumsi minyak rapeseed China (ribu ton/tahun)


∶ volume impor minyak rapeseed China tahun sebelumnya (ribu
ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , < 0; > 0; 0 < < 1.

Sedangkan konsumsi minyak rapeseed China dinyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

= + + +
+ + + ∈ .................................................(4.71)
dimana:

∶ jumlah konsumsi minyak rapeseed China tahun sebelumnya


(ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; , , > 0; 0 < < 1.

4.1.8.4. Total Impor Minyak Rapeseed Dunia

Impor total minyak rapeseed dunia ( ) dinyatakan dalam persamaan

identitas sebagai berikut:

= + + + .....................................(4.72)
dimana:

∶ volume impor minyak rapeseed dunia (ribu ton/tahun)


∶ volume impor minyak rapeseed sisa dunia (ribu ton/tahun)

4.1.9. Harga Minyak Rapeseed

Harga dunia minyak rapeseed diwakili harga di pasar Rotterdam sebagai

harga rujukan. Persamaaan harga dinyatakan sebagai berikut:


82

4.1.9.1. Harga Dunia Minyak Rapeseed

Harga dunia minyak rapeseed ( ) dinyatakan dalam persamaaan

sebagai berikut

= + + + + ∈ ….(4.73)

dimana:

∶ harga dunia riil minyak rapeseed tahun sebelumnya (USD/ton)


∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; > 0; 0 < < 1.

4.1.9.2. Harga Ekspor Minyak Rapeseed Kanada

Harga ekspor minyak rapeseed Kanada ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut:

= + + + + ∈ ...(4.74)
dimana:

∶ harga ekspor riil minyak rapeseed Kanada (USD/ton)


∶ subsidi ekspor minyak rapeseed Kanada (%)
∶ harga ekspor riil minyak rapeseed Kanada tahun sebelumnya
(USD/ton)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , > 0; < 0; 0 < < 1.

4.1.9.3. Harga Ekspor Minyak Rapeseed Amerika Serikat

Harga ekspor minyak rapeseed Amerika Serikat ( ) dinyatakan

dalam persamaaan sebagai berikut

= + + + ∈ .......................(4.75)
dimana:

∶ subsidi ekspor minyak rapeseed Amerika Serikat (%)


83

∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , > 0; < 0.

4.1.9.4. Harga Impor Minyak Rapeseed Amerika Serikat

Harga impor minyak rapeseed Amerika Serikat ( ) dinyatakan

dalam persamaaan sebagai berikut

= + + ∈ ..........................................(4.76)
dimana:

∶ tarif impor minyak rapeseed Amerika Serikat (%)


∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , > 0.

4.1.9.5. Harga Impor Minyak Rapeseed EU-15

Harga impor minyak rapeseed EU-15 ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut

= + + ∈ ..............................................(4.77)
dimana:

∶ tarif impor minyak rapeseed EU-15 (%)


∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , > 0.

4.1.9.6. Harga Impor Minyak Rapeseed China

Harga impor minyak rapeseed China ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut

= + + + ∈ ..........................................(4.78)

dimana:

∶ tarif impor minyak rapeseed China (%)


84

∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , > 0.

4.1.9.7. Harga Domestik Minyak Rapeseed Kanada

Harga domestik minyak rapeseed Kanada ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut

= + +
+ + ∈ ............................................................(4.79)
dimana:

∶ harga domestik riil minyak rapeseed Kanada tahun sebelumnya


(USD/ton)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: , > 0; < 0; 0 < < 1.

4.1.9.8. Harga Domestik Minyak Rapeseed Amerika Serikat

Harga domestik minyak rapeseed Amerika Serikat ( ) dinyatakan

dalam persamaaan sebagai berikut

= + + +
+ + ∈ ............................................................(4.80)
dimana:

∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: , , > 0; < 0.

4.1.10. Persamaan Ekspor Minyak Biji Bunga Matahari

Ukraina, Rusia dan Argentina merupakan tiga negara produsen dan negara

eksportir terbesar minyak biji bunga matahari. Namun, dikarenakan keterbatasan

data maka di dalam penelitian ini negara eksportir minyak biji bunga matahari

hanya diwakili oleh Argentina yang memiliki share terhadap total ekspor dunia

tahun 2008 sebesar 31.08%.


85

4.1.10.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari Argentina

Ekspor minyak biji bunga matahari Argentina ( ) dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + + + +
+ + ∈ .....................................................................(4.81)
dimana:

∶ volume ekspor minyak biji bunga matahari Argentina (ribu


ton/tahun)
∶ harga ekspor riil minyak biji bunga matahari Argentina
(USD/ton)
∶ harga domestik riil minyak biji bunga matahari Argentina
(USD/ton)
∶ pajak ekspor riil minyak biji bunga matahari Argentina (%)
∶ produksi minyak biji bunga matahari Argentina (ribu
ton/tahun)
∶ volume ekspor minyak biji bunga matahari Argentina tahun
sebelumnya (ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , > 0; , < 0; 0 < < 1.

Sedangkan konsumsi minyak biji bunga matahari Argentina dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + + + ∈ ..........................(4.82)

dimana:

∶ konsumsi minyak biji bunga matahari Argentina (ribu ton/tahun)


∶ harga relatif harga domestik riil minyak biji bunga matahari
Argentina terhadap harga domestik riil minyak kedelai
Argentina (%)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; , > 0.


86

Selanjutnya sebagai variabel pembentuk harga domestik minyak biji bunga

matahari Argentina, dirumuskan penawaran domestik minyak biji bunga matahari

Argentina ( ) yang dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut:

= + − ...........................................(4.83)

4.1.10.2. Total Ekspor Minyak Biji Bunga Matahari

Ekspor total minyak biji bunga matahari dunia ( ) dinyatakan dalam

persamaan identitas sebagai berikut:

= + .......................................................................(4.84)
dimana:

∶ volume ekspor minyak biji bunga matahari dunia (ribu


ton/tahun)
∶ volume ekspor minyak biji bunga matahari sisa dunia (ribu
ton/tahun)

4.1.11. Persamaan Impor Minyak Biji Bunga Matahari

Dalam permodelan negara importir minyak biji bunga matahari diwakili

oleh EU-15, Mesir dan Iran dengan share terhadap total impor dunia tahun 2008

masing-masing sebesar 29.54%, 6.05% dan 3.12%.

4.1.11.1. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari EU-15

Impor minyak biji bunga matahari EU-15 ( ) dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + + +
+ + ∈ .............................................................(4.85)
dimana:

∶ volume impor minyak biji bunga matahari EU-15 (ribu


ton/tahun)
87

∶ harga impor riil minyak biji bunga matahari EU-15


(USD/ton)
∶ jumlah produksi minyak biji bunga matahari EU-15 (ribu
ton/tahun)
∶ jumlah konsumsi minyak biji bunga matahari EU-15 (ribu
ton/tahun)
∶ volume impor minyak biji bunga matahari EU-15 tahun
sebelumnya (ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , < 0; > 0; 0 < <1.

Sedangkan konsumsi minyak biji bunga matahari EU-15 dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + + + + ∈ ......(4.86)
dimana:

∶ rasio harga impr riil minyak biji bunga matahari terhadap


harga impor riil minyak rapeseed EU-15 (%)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; , > 0.

4.1.11.2. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari Mesir

Impor minyak biji bunga matahari Mesir ( ) dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + + + + ∈ .........(4.87)

dimana:

∶ volume impor minyak biji bunga matahari Mesir (ribu


ton/tahun)
∶ laju perubahan harga impor riil minyak biji bunga matahari
Mesir (%)
∶ Nilai tukar riil Mesir (EGP/EUR)
88

∶ laju perubahan konsumsi minyak biji bunga matahari Mesir


(%)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , < 0; > 0.

Sedangkan konsumsi minyak biji bunga matahari Mesir dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + + +
+ + ∈ ………………………………………..(4.88)
dimana:

∶ jumlah konsumsi minyak biji bunga matahari Mesir (ribu


ton/tahun)
∶ harga impor riil minyak biji bunga matahari Mesir (USD/ton)
∶ jumlah populasi Mesir (juta jiwa)
∶ jumlah konsumsi minyak biji bunga matahari Mesir tahun
sebelumnya (ribu ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , < 0; > 0; 0 < < 1.

4.1.11.3. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari Iran

Impor minyak biji bunga matahari Iran ( ) dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + + + ∈ …………...(4.89)
dimana:

∶ volume impor minyak biji bunga matahari Iran (ribu


ton/tahun)
∶ harga impor riil minyak biji bunga matahari Iran (USD/ton)
∶ produksi minyak biji bunga matahari Iran (ribu ton/tahun)
∶ jumlah konsumsi minyak biji bunga matahari Iran (ribu
ton/tahun)
∈ ∶ peubah pengganggu
89

Estimasi parameter yang diharapkan: , < 0; > 0.

Sedangkan konsumsi minyak biji bunga matahari Iran dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut:

= + + +
+ + ∈ ................................................................(4.90)
dimana:

∶ harga relatif harga impor riil minyak biji bunga matahari Iran
terhadap harga impor riil minyak kedelai Iran (%)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; , > 0; 0 < < 1.

4.1.11.4. Total Impor Minyak Biji Bunga Matahari

Impor total minyak kedelai dunia ( ) dinyatakan dalam persamaan

identitas sebagai berikut:

= + + + .................................(4.91)

dimana:

∶ volume impor minyak biji bunga matahari dunia (ribu ton/tahun)


∶ volume impor minyak biji bunga matahari sisa dunia (ribu
ton/tahun)

4.1.12. Harga Minyak Biji Bunga Matahari

Harga dunia minyak biji bunga matahari diwakili harga di pasar Rotterdam

sebagai rujukan. Persamaaan harga dinyatakan sebagai berikut:

4.1.12.1. Harga Dunia Minyak Biji Bunga Matahari

Harga dunia minyak biji bunga matahari ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut

= + + + ∈ ...............................................(4.92)
90

dimana:

∶ harga dunia riil minyak biji bunga matahari tahun sebelumnya


(USD/ton)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: < 0; > 0.

4.1.12.2. Harga Ekspor Minyak Biji Bunga Matahari Argentina

Harga ekspor minyak biji bunga matahari Argentina ( ) dinyatakan

dalam persamaaan sebagai berikut

= + + + ∈ ........................................(4.93)

dimana:

∶ harga ekspor riil minyak biji bunga matahari Argentina


(USD/ton)
∶ harga ekspor riil minyak biji bunga matahari Argentina tahun
sebelumnya (USD/ton)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: > 0; 0 < < 1.

4.1.12.3. Harga Impor Minyak Biji Bunga Matahari EU-15

Harga impor minyak biji bunga matahari EU-15( ) dinyatakan

dalam persamaaan sebagai berikut

= + + + ∈ ..................................(4.94)
dimana:

∶ harga impor riil minyak biji bunga matahari EU-15


(USD/ton)
∶ tarif impor minyak biji bunga matahari EU-15 (%)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , > 0.


91

4.1.12.4. Harga Impor Minyak Biji Bunga Matahari Mesir

Harga impor minyak biji bunga matahari Mesir ( ) dinyatakan

dalam persamaaan sebagai berikut

= + + + ∈ ..................(4.95)
dimana:

∶ harga impor riil minyak biji bunga matahari Mesir (USD/ton)


∶ harga impor riil minyak biji bunga matahari Mesir tahun
sebelumnya (USD/ton)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , > 0; 0 < < 1.

4.1.12.5. Harga Impor Minyak Biji Bunga Matahari Iran

Harga impor minyak biji bunga matahari Iran ( ) dinyatakan

dalam persamaaan sebagai berikut

= + + + ∈ ......................(4.96)
dimana:

∶ harga impor riil minyak biji bunga matahari Iran (USD/ton)


∶ tarif impor minyak biji bunga matahari Iran (%)
∶ harga impor riil minyak biji bunga matahari Iran tahun
sebelumnya (USD/ton)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan: , > 0; 0 < < 1.

4.1.12.6. Harga Domestik Minyak Biji Bunga Matahari Argentina

Harga domestik minyak kedelai Argentina ( ) dinyatakan dalam

persamaaan sebagai berikut

= + +
+ + ∈ ………………………………………....(4.97)
92

dimana:

∶ harga domestik riil minyak biji bunga matahari Argentina


(USD/ton)
∶ harga domestik riil minyak biji bunga matahari Argentina tahun
sebelumnya (USD/ton)
∈ ∶ peubah pengganggu

Estimasi parameter yang diharapkan adalah: , > 0; < 0; 0 < < 1.

4.2. Identifikasi Model

Untuk melakukan identifikasi terhadap persamaan struktural digunakan

metode Order Condition yang dirumuskan dalam persamaan berikut:

[K-M]  [G-1] ………………………………………..........................(4.98)


dimana:

K = total peubah endogen dan peubah eksogen dalam model


M= jumlah peubah endogen dan peubah eksogen dalam satu persamaan
G = total persamaan dalam model

Apabila nilai [K-M] = [G-1] maka persamaan dalam keadaan exactly-identified,

dan jika [K-M] < [G-1] maka persamaan dalam keadaan unidentified, dan apabila

[K-M] > [G-1] maka persamaan dalam keadaan over-identified.

4.3. Metode Estimasi dan Validasi Model

Metode estimasi menggunakan metode kuadarat terkecil dua tahap (Two

Stage Least Square, 2SLS). Peramalan variabel eksogen untuk periode tahun

2012-2025 dilakukan dengan teknik Stepwise Autoregressive (STEPAR) trend 2,

sedangkan peramalan variabel endogen menggunakan metode Dynamic Simulate

dengan program SAS 9.1. Keragaan hasil estimasi model dievaluasi melalui (a)

kriteria ekonomi dengan indikator tanda dan besaran (sign and size) dari Estimasi

parameter, dan (b) kriteria statistik dengan indikator berupa nilai koefisien
93

determinasi (R2), F-hitung, dan t-hitung. Selanjutnya untuk melihat adanya

korelasi serial dalam persamaan simultan dengan beda kala digunakan nilai

Durbin-h (Adam dan Haynes, 1980 dalam Sinaga, 1989). Apabila statistik-h lebih

besar dari nilai kritis distribusi normal pada tingkat yang ditentukan secara

arbitrer, maka model tidak mengalami korelasi serial. Namun, apabila hasil kali

T.(Var Bhart) lebih besar dari satu, maka nilai Durbin-h tidak dapat diperoleh

karena ada angka negatif yang tidak ada nilai akarnya (Mulyana, 1998).

Validasi model menggunakan kriteria statistika RMSPE dan koefisien U

(Theil, 1965 dan Klein, 1993). Apabila didapatkan nilai RMSPE dan nilai U

semakin kecil, maka diperoleh nilai dugaan yang baik (Koutsoyiannis, 1977).

Validasi keterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi dalam perdagangan

dunia minyak nabati digunakan simulasi peramalan (ex-ante simulation) yang

dilakukan secara dinamis dan metode Newton untuk tahun 2012-2025.

4.4. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari berbagai sumber dalam

kurun waktu 1980-2008. Data tersebut terutama bersumberkan pada (a) Oil World

Data Base, (b) International Monetary Fund (IMF), (c) World Bank, (d) Biro

Pusat Statistik Indonesia (BPS), dan (e) Direktorat Jenderal Perkebunan,

Departemen Pertanian Republik Indonesia.

4.5. Simulasi Perubahan Faktor Eksternal dan Kebijakan Perdagangan

Simulasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melihat dampak suatu

perubahan faktor eksternal maupun perubahan kebijakan perdagangan negara

eksportir dan negara importir utama minyak nabati terhadap perdagangan dunia
94

minyak nabati dan khususnya terhadap produksi, konsumsi dan ekspor minyak

kelapa sawit Indonesia.

Simulasi terhadap faktor eksternal meliputi perubahan harga dunia minyak

bumi dan perubahan produksi minyak nabati di luar produksi minyak kelapa sawit

Indonesia. Simulasi terhadap kebijakan perdagangan negara eksportir dan negara

importir utama minyak nabati meliputi perubahan pajak ekspor, tarif impor dan

nilai tukar. Uraian selengkapnya tentang perubahan faktor eksternal dan/atau

kebijakan perdagangan serta tujuannya untuk setiap skenario seperti disajikan

Tabel 4.

Tabel 4. Skenario Simulasi Faktor Eksternal dan Kebijakan Perdagangan

Skenario Simulasi Tujuan

- Mengetahui harga dunia riil minyak nabati


yang lebih dipengaruhi oleh perubahan
Kenaikan harga dunia riil harga dunia riil minyak bumi
1
minyak bumi sebesar 1% - Mengetahui respon industri minyak kelapa
sawit Indonesia: produksi, ekspor,
konsumsi, harga ekspor dan harga domestik

- Mengetahui efek subsitusi terhadap


Kenaikan produksi minyak konsumsi minyak nabati pesaing
2 kelapa sawit Malaysia sebesar - Mengetahui respon industri minyak kelapa
10% sawit Indonesia: produksi, ekspor,
konsumsi, harga ekspor dan harga domestik

Kenaikan produksi minyak


3 rapeseed Amerika Serikat dan - Mengetahui efek subsitusi terhadap
Kanada sebesar 10% konsumsi minyak nabati pesaing

Kenaikan produksi minyak


4 Kedelai Argentina, Brasil dan - Mengetahui efek subsitusi terhadap
Amerika Serikat sebesar 10% konsumsi minyak nabati pesaing
95

Tabel 4. Lanjutan

Skenario Simulasi Tujuan

Kenaikan produksi minyak biji


5 bunga matahari Argentina - Mengetahui efek subsitusi terhadap
sebesar 10% konsumsi minyak nabati pesaing

- Mengetahui harga dunia riil minyak nabati


yang lebih dipengaruhi oleh perubahan
Kenaikan produksi minyak produksi dunia minyak nabati
6 nabati seluruh negara eksportir
non Indonesia sebesar 10% - Mengetahui respon industri minyak kelapa
sawit Indonesia: produksi, ekspor,
konsumsi, harga ekspor dan harga domestik

Penghapusan pajak ekspor - Mengetahui respon industri minyak kelapa


7 minyak kelapa sawit Indonesia sawit Indonesia: produksi, ekspor,
/pajak ekspor = nol. konsumsi, harga ekspor dan harga domestik

Depresiasi nilai tukar rupiah - Mengetahui respon industri minyak kelapa


8 terhadap dolar Amerika Serikat sawit Indonesia: produksi, ekspor,
(IDR/USD) sebesar 8% konsumsi, harga ekspor dan harga domestik
V. KERAGAAN PASAR DUNIA MINYAK NABATI

Dalam bab ini disajikan dan dibahas hasil estimasi persamaan struktural

dalam model kerterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi dalam

perdagangan dunia minyak nabati. Pembahasan dimulai dengan penjelasan secara

umum terhadap hasil analisis implikasi ekonomi dari tanda dan besaran, nilai

koefisien determinasi (R2), nilai F-hitung, t-hitung dan hasil uji korelasi serial.

Pembahasan selanjutnya mengenai parameter estimasi dari setiap persamaan di

dalam model. Parameter diestimasi menggunakan metode 2SLS. Data yang

digunakan adalah data sekunder untuk periode tahun 1980-2008 (Lampiran 5).

5.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Keterkaitan harga minyak


nabati dan minyak bumi dalam perdagangan dunia minyak nabati

Model ekonometrika keterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi

dalam perdagangan dunia minyak nabati dalam penelitian ini berupa model

simultan dinamis yang dibangun dari 97 persamaan, terdiri dari 81 persamaan

struktural dan 16 persamaan identitas. Jumlah seluruh variabel adalah 184 (ket:

termasuk variabel lag endogen), sedangkan jumlah seluruh variabel eksogen yang

dimasukkan kedalam persamaan-persamaan di dalam model adalah 326. Hasil

identifikasi model menggunakan metode Order Condition menunjukkan bahwa

seluruh persamaan di dalam model adalah over identified.

Variabel-variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan-

persamaan struktural mempunyai tanda yang sesuai dengan harapan, khususnya

dilihat dari teori ekonomi. Kriteria-kriteria statistika yang digunakan dalam hasil

estimasi model adalah cukup meyakinkan. Dari 81 persamaan struktural, 70% (57

persamaan) memiliki nilai koefisien determinasi ≥80% dan 9% (7 persamaan


97

struktural) memiliki nilai koefisien determinasi diantara 70% ≥ R2< 80%, dan

sisanya 17 persamaan (21%) memiliki nilai koefisien determinasi diantara

14%≥R2<70%,. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa secara umum

variabel-variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan dapat

menjelaskan dengan baik keragaman setiap variabel endogennya.

Hasil uji statistik F menunjukkan sekitar 91% dari jumlah persamaan

struktural (74 persamaan) nyata pada taraf 1%. Secara umum dapat disimpulkan

bahwa secara bersama-sama setiap variabel eksogen dalam setiap persamaan

berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya. Nilai t-hitung menunjukkan

variabel eksogen secara parsial berpengaruh nyata terhadap varibel endogennya

pada tingkat yang berbeda-beda. Dari total 278 variabel eksogen yang terdapat di

dalam 81 persamaan struktural, sekitar 30% (84 variabel eksogen) berpengaruh

nyata terhadap variabel endogennya pada tingkat 1%, 12% (33 variabel eksogen)

berpengaruh nyata pada tingkat 5%, 15% (41 variabel eksogen) berpengaruh

nyata pada tingkat 10% hingga 25% dan sisanya 43% (120 variabel eksogen)

berpengaruh nyata terhadap varibel endogennya di atas 25%. Munculnya

autokorelasi serial pada taraf α=5% sekitar 36% (29 persamaan) dari 81

persamaan struktural. Nilai RMSPE≥20% dan nilai koefisien U≥0.2 masing-

masing sekitar 25% (24 persamaan) dan 5% (5 persamaan) dari 97 persamaan di

dalam model.

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, dengan mempertimbangkan model

yang cukup besar dengan periode pengamatan yang cukup panjang maka hasil

estimasi model dinilai cukup representatif dalam menangkap fenomena ekonomi

perdagangan dunia minyak nabati dan menjelaskan keterkaitan harga dunia


98

minyak bumi dalam pembentukan harga dunia minyak nabati. Selain itu model

dapat digunakan untuk melakukan simulasi dalam mencapai tujuan penelitian dan

dijadikan landasan dalam penentuan arah kebijakan pengembangan industri

kelapa sawit Indonesia di masa depan.

5.2. Keragaan Minyak Kelapa Sawit Dunia

Perdagangan dunia minyak kelapa sawit dilihat dari negara produsen dan

konsumennya bersifat oligopoli dan oligopsoni (Purwanto, 2002). Indonesia dan

Malaysia merupakan negara produsen dan eksportir utama minyak kelapa sawit

dengan kumulatif share dari kedua negara sekitar 89% dari total ekspor di pasar

dunia minyak kelapa sawit. China, India, EU-15 dan Pakistan merupakan empat

negara importir utama dengan kumulatif share sekitar 52.65% dari total impor

dunia minyak kelapa sawit.

5.2.1. Ekspor Minyak Kelapa Sawit

5.2.1.1. Ekspor, Konsumsi dan Produksi Minyak Kelapa Sawit Indonesia

Keragaan ekspor dan konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia serta luas

areal dan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan Indonesia menurut

pelaku usaha perkebunan disajikan pada Tabel 5.

Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (XSI) dipengaruhi oleh harga

ekspor (HESI), laju perubahan harga domestik (RHDSI), nilai tukar (ERI), pajak

ekspor (PESI) dan penawaran minyak kelapa sawit Indonesia untuk pasar ekspor

(SXSI). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman ekspor

minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan

pengaruh nyata secara bersama-sama.


99

Tabel 5. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor, Konsumsi, Luas Areal dan
Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Indonesia, Tahun
1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Ekspor M. Kelapa Sawit Indonesia (XSI)
Intercept 1.4058 1.14
Harga ekspor riil minyak kelapa sawit
HESI -453.43 -0.82 - 0.070 -
Indonesia
Laju perubahan harga domestik riil minyak
RHDSI 0.0083 0.19 - 0.001 -
kelapa sawit Indonesia
Nilai tukar riil Indonesia ERI -57.94 -2.92 - 0.008 -
Pajak ekspor minyak kelapa sawit
PESI 0.89607 25.13 A 0.026 -
Indonesia
Penawaran pasar ekspor minyak kelapa
SXSI 1.4058 1.14 A
sawit Indonesia
2 2
R = 0.987 R -Adj = 0.984 F-hitung = 320.67 Dw = 1.92565 dh = -

Konsumsi M. Kelapa Sawit Indonesia (CSI)


Intercept -3450.09 -2.38
Harga domestik riil minyak kelapa sawit
HDSI -0.05438 -1.31 F 0.056 0.185
Indonesia
Laju perubahan harga dunia riil minyak
RHCOW 961.70340 0.72 - 0.001 0.002
bumi
Populasi Indonesia POPI 23.42292 2.55 B 1.186 3.900
Lag konsumsi minyak kelapa sawit
LCSI 0.69584 4.77 A
Indonesia
2 2
R = 0.987 R -Adj = 0.985 F-hitung = 398.70 Dw = 1.98653 dh = 0.05
Luas areal TM PBN (LASMIN)
Lag harga domestik riil minyak kelapa
LHDSI 0.08933 3.24 A 0.065 -
sawit Indonesia
Laju perubahan harga riil pupuk RHCPI -1.12078 -2.59 B 0.003 -
Lag tiga luas areal perkebunan sawit PBN L3LASIN 0.85870 34.38 A 0.925 -
R2 = 0.998 R2-Adj = 0.997 F-hitung = 3441.04 Dw = 1.52554 dh = -

Luas areal TM PBS (LASMIS)


Intercept 243.901 0.69
Lag harga ekspor riil minyak kelapa sawit
LHESI 0.116 0.26 - 0.023 -
Indonesia
Laju perubahan harga riil pupuk RHCPI -0.211 -0.06 - 0.0002 -
Tingkat upah riil perkebunan Indonesia USPI -0.437 -0.84 - 0.144 -
Lag tiga luas areal perkebunan sawit PBS L3LASIS 0.805 22.05 A 1.000 -
R2 = 0.960 R2-Adj = 0.952 F-hitung = 126.36 Dw = 0.374684 dh = -

Luas areal TM PR (LASMIR)


Intercept 72.46956 0.57
Lag harga domestik riil minyak kelapa sawit
LHDSI 0.01385 1.04 - 0.040 -
Indonesia
Tingkat upah riil perkebunan Indonesia USPI -0.24278 -1.32 E 0.095 -
Lag luas areal perkebunan sawit PR LLASIR 0.77898 38.34 A 1.016 -
R2 = 0.992 R2-Adj = 0.991 F-hitung = 899.01 Dw = 2.03067 dh = -

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
100

Tabel 5. Lanjutan
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Produktivitas areal TM PBN (YIESIN)
Harga ekspor riil minyak kelapa sawit
HESI 0.00022 0.25 - 0.034 4.561
Indonesia
Laju perubahan harga riil pupuk RHCPI -0.00153 -0.20 - 0.001 0.105
Pertambahan areal TM PBN tahun ini DLASMIN -0.00406 -1.84 C 0.003 0.465
Lag produktivitas areal TM PBN LYIESIN 0.99276 9.90 A
R2 = 0.993 R2-Adj = 0.991 F-hitung = 733.91 Dw = 2.20989 dh = -0.62

Produktivitas areal TM PBS (YIESIS)


Harga ekspor riil minyak kelapa sawit
HESI 0.00104 1.19 F 0.151 1.297
Indonesia
Pertambahan areal TM PBS tahun ini DLASMIS -0.00015 -0.19 - 0.007 0.058
Lag produktivitas areal TM PBS LYIESIS 0.88328 8.95 A
R2 = 0.988 R2-Adj = 0.986 F-hitung = 624.47 Dw = 2.39946 dh = -1.18

Produktivitas areal TM PR (YIESIR)


Harga domestik riil minyak kelapa sawit
HDSI 0.00009 0.59 - 0.145 0.349
Indonesia
Harga domestik riil minyak kelapa sawit
LHDSI 0.00020 1.23 F 0.366 0.882
Indonesia tahun sebelumnya
Laju perubahan harga riil pupuk RHCPI -0.00817 -0.50 - 0.005 0.011
Pertambahan areal TM PR tahun ini DLASMIR -0.00149 -0.72 - 0.071 0.172
Lag produktivitas areal TM PR LYIESIR 0.58475 3.17 A
R2 = 0.941 R2-Adj = 0.927 F-hitung = 67.36 Dw = 2.64481 dh = -4.89

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Dilihat dari nilai t-hitung, maka ekspor minyak kelapa sawit Indonesia

dipengaruhi secara nyata oleh penawaran minyak kelapa sawit Indonesia untuk

pasar ekspor dan pajak ekspor. Variabel penawaran minyak kelapa sawit

Indonesia untuk pasar ekspor berpengaruh positif terhadap ekspor. Peningkatan

volume penawaran sebesar 1% akan meningkatkan ekspor sebesar 0.89%. Nilai

elastisitas pada jangka pendek mendekati unitary elastis, yaitu sebesar 0.95.

Penawaran minyak kelapa sawit Indonesia untuk pasar ekspor merupakan selisih

antara total penawaran minyak kelapa sawit Indonesia dan konsumsi minyak

kelapa sawit Indonesia (CSI). Total penawaran minyak kelapa sawit Indonesia

merupakan penjumlahan dari stok awal tahun (STOKSI) dan produksi minyak

kelapa sawit Indonesia (PRODSI).


101

Variabel lain yang nyata mempengaruhi ekspor minyak kelapa sawit

Indonesia adalah pajak ekspor (PESI), namun mempunyai pengaruh negatif.

Peningkatan pajak ekspor sebesar 1% akan menurunkan volume ekspor minyak

kelapa sawit Indonesia sebesar 58 ribu ton, dari rerata volume ekspor tahun 1980-

2008 sebesar 3,6 juta ton, atau sekitar 1.61%. Variabel eksogen lainnya yaitu

harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (HESI) dan nilai tukar (ERI)

mempunyai pengaruh positif terhadap ekspor, sedangkan variabel laju perubahan

harga domestik (RHDSI) memiliki pengaruh negatif terhadap ekspor. Ketoga

variabel eksogen tidak memiliki dampak perubahan yang besar terhadap terhadap

ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dan secara statistik nyata pada taraf >25%.

Konsumsi minyak kelapa sawt Indonesia (CSI) dipengaruhi oleh variabel

harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia (HDSI), laju perubahan harga

minyak bumi (RHCOW), jumlah populasi (POPI) dan lag konsumsi (LCSI).

Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman konsumsi minyak

kelapa sawit Indonesia sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh

nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka konsumsi minyak

kelapa sawit Indonesia terutama dipengaruhi oleh lag konsumsi, populasi dan

harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut pada taraf 1% , 5%

dan 25%.

Variabel eksogen populasi Indonesia (POPI) berpengaruh positif terhadap

konsumsi. Setiap tambahan populasi sebanyak 1000 jiwa akan meningkatkan

konsumsi sebesar 23.42 ton/tahun, dari rerata volume konsumsi tahun 1980-2008

sebesar 2,35 juta ton/tahun, atau sekitar 1%. Konsumsi minyak kelapa sawit

bersifat responsif terhadap perubahan populasi, khususnya pada jangka panjang


102

yang memiliki nilai elastisitas 3.3 kali lebih besar dari nilai elastisitas jangka

pendek. Fenomena ini terkait dengan diversifikasi produk minyak kelapa sawit

yang relatif masih kecil dalam konsumsi dan menjadikan pengaruh POPI lebih

tergantung kepada jumlah populasi itu sendiri. Jenis penggunaan dalam konsumsi

minyak kelapa sawit Indonesia didominasi sebagai bahan baku minyak goreng

nasional. Sekitar 77% dari volume konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia

adalah untuk pasokan bahan baku minyak goreng nasional (Jakarta Futures

Exchange, 2008).

Variabel harga domestik (HDSI) memiliki pengaruh negatif terhadap

konsumsi, sedangkan variabel laju perubahan harga dunia minyak bumi

(RHCOW) mempunyai pengaruh positif terhadap konsumsi. Namun, konsumsi

minyak kelapa sawit Indonesia bersifat tidak responsif terhadap perubahan kedua

variabel tersebut. Seperti halnya pengaruh POPI terhadap CSI, fenomena ini

terkait dengan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku utama minyak goreng

nasional dan relatif masih kecilnya diversifikasi produk dalam konsumsi,

termasuk pengolahan minyak kelapa sawit sebagai produk subsitusi minyak bumi.

Selain itu dipengaruhi juga oleh kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh

pemerintah Indonesia untuk menjamin ketersediaan pasokan minyak kelapa sawit

di dalam negeri.

Persamaan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan

Besar Negara (LASMIN) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99.80%

dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel

eksogen dalam persamaan LASMIN meliputi lag harga ekspor (LHESI), laju laju

kenaikan harga pupuk (RHCPI) dan lag tiga luas areal perkebunan kelapa sawit
103

PBN (L3LASIN). Dilihat dari nilai t-hitung, maka LASMIN dipengaruhi secara

nyata pada taraf 1% oleh variabel LHESI dan L3LASIN, sedangkan RHCPI

berpengaruh nyata pada taraf 5%. Variabel eksogen lag harga ekspor (LHESI) dan

lag tiga luas areal perkebunan PBN (L3LASIN) memiliki pengaruh positif,

sedangkan variabel eksogen laju kenaikan harga pupuk (RHCPI) memiliki

pengaruh negatif terhadap LASMIN.

Luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PBN relatif responsif

terhadap perubahan L3LASIN dan tidak responsif terhadap perubahan variabel

LHESI maupun RHCPI. Diketahui dalam kultur teknis kelapa sawit diperlukan

waktu sekitar 3 tahun fase tanaman belum menghasilkan. PBN selaku pelaku

usaha profesional maka dalam penentuan luas areal tanaman kelapa sawit

menghasilkan tahun ini relatif lebih didasarkan kepada umur tanaman

dibandingkan terhadap variabel harga produk maupun harga pupuk.

Persamaan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan

Besar Swasta (LASMIS) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 96% dan

seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel

eksogen dalam persamaan LASMIS meliputi lag harga ekspor (LHESI), laju

kenaikan harga pupuk (RHCPI), upah tenaga kerja perkebunan (USPI) dan lag

tiga luas areal perkebunan kelapa sawit PBS (L3LASIS). Dilihat dari nilai t-

hitung, maka LASMIS hanya dipengaruhi secara nyata oleh variabel L3LASIS

pada taraf 1%. Pada jangka pendek, LASMIS relatif bersifat responsif terhadap

perubahan L3LASIS, dan tidak responsif terhadap perubahan tiga variabel

eksogen lainnya. Seperti halnya PBN, PBS selaku pelaku usaha profesional maka

dalam penentuan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan tahun ini relatif
104

lebih didasarkan kepada umur tanaman dibandingkan terhadap variabel harga

produk maupun harga pupuk.

Persamaan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan

Rakyat (LASMIR) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99% dan seluruh

variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel eksogen

dalam persamaan LASMIR meliputi lag harga domestik (LHDSI), upah tenaga

kerja perkebunan (USPI) dan lag luas areal perkebunan kelapa sawit PR

(LLASIR). Harga domestik lebih menjadi acuan bagi PR daripada harga ekspor

terkait dengan pemasaran minyak kelapa sawit PR yang berupa titip olah di pabrik

pengolahan minyak kelapa sawit milik PBN maupun PBS. Penggunaan variabel

lag satu luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat (LLASIR) dalam persamaan

LASMIR dan variabel USPI terkait dengan besarnya keragaman penerapan kultur

teknis dan profesionalisme pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang diterapkan

oleh PR. Dilihat dari nilai t-hitung, maka LASMIR hanya dipengaruhi secara

nyata oleh variabel LLASIR pada taraf 1% dan variabel USPI pada taraf 20%.

Pada jangka pendek, LASMIR bersifat responsif terhadap perubahan LLASIR

bersifat elastis, sedangkan tiga variabel eksogen lainnya tidak memiliki dampak

yang besar terhadap luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan perkebunan

rakyat.

Persamaan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan

Besar Negara (YIESIN) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99% dan

seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Produktivitas

yang digunakan dalam peneltian ini setara dengan pencapaian ton minyak kelapa

sawit mentah per ha tanaman menghasilkan (ton CPO/ha TM). Variabel eksogen
105

dalam persamaan YIESIN meliputi harga ekspor (HESI), laju kenaikan harga

pupuk (RHCPI), tambahan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PBN

tahun ini (DLASMIN) dan lag produktivitas PBN (LYIESIN). Dilihat dari nilai t-

hitung, maka YIESIN hanya dipengaruhi secara nyata oleh variabel LYIESIN

pada taraf 1% dan DLASMIN pada taraf 10%.

Nilai elastisitas jangka pendek seluruh variabel eksogen bersifat inelastis

atau dengan perkataan lain ketiga variabel eksogen tersebut tidak memiliki

dampak yang besar terhadap perubahan produktivitas tanaman kelapa sawit

menghasilkan PBN. Pada jangka panjang, YIESIN bersifat responsif terhadap

perubahan harga ekspor. Kondisi ini terkait dengan sifat utama industri kelapa

sawit di sektor hulu (ket: perkebunan kelapa sawit), antara lain: (1) luas areal

maupun luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan cenderung rigid untuk

turun, (2) pertimbangan dalam keputusan tandan buah segar kelapa sawit (TBS)

untuk dipanen tidak hanya didasarkan pertimbangan harga yang diterima saat ini

tetapi memperhatikan siklus produksi TBS, khususnya bagi perkebunan besar, (3)

tujuan akhir proses produksi TBS adalah menghasilkan minyak dengan sifat TBS

yang mudah rusak (perishable) dan harus segera diolah menjadi minyak, dan (4)

di perkebunan besar, pencapaian produktivitas menjadi indikator penilaian kinerja

pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Variabel HESI yang elastis pada jangka

panjang menggambarkan prospek usaha kelapa sawit di masa depan

mempengaruhi produktivitas PBN.

Persamaan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan

Besar Swasta (YIESIS) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99% dan

seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel


106

eksogen dalam persamaan YIESIS meliputi harga ekspor minyak kelapa sawit

Indonesia (HESI), tambahan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PBS

tahun ini (DLASMIS) dan lag produktivitas PBS (LYIESIS). Dilihat dari nilai t-

hitung, maka YIESIS hanya dipengaruhi secara nyata oleh variabel LYIESIS

pada taraf 1% dan variabel HESI pada taraf 25%. Seperti halnya YIESIN, pada

jangka pendek, YIESIS tidak responsif terhadap perubahan seluruh variabel

eksogen, dan pada jangka panjang YIESIS bersifat responsif terhadap perubahan

harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.

Persamaan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan

Rakyat (YIESIR) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 94% dan seluruh

variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel eksogen

dalam persamaan YIESIR meliputi harga domestik (HDSI), harga domestik tahun

sebelumnya (LHDSI), pertumbuhan harga pupuk (RHCPI),tambahan luas areal

tanaman kelapa sawit menghasilkan PR tahun ini (DLASMIR), dan lag

produktivitas PR (LYIESIR). Dilihat dari nilai t-hitung, maka YIESIR

dipengaruhi secara nyata oleh variabel LYIESIR pada taraf 1% dan LHDSI pada

taraf 25%. Pada jangka pendek maupun jangka panjang, YIESIR tidak responsif

terhadap perubahan seluruh variabel eksogen.

5.2.1.2. Ekspor Minyak Kelapa Sawit Malaysia

Keragaan ekspor minyak kelapa sawit Malaysia tahun 1980-2008 disajikan

pada Tabel 6. Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (XSM) dipengaruhi oleh

harga ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (HESM), pajak ekspor (PESM), stok

minyak kelapa sawit Malaysia (STOKSM), produksi (PRODSM) dan lag ekspor

(LXSM). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman ekspor


107

minyak kelapa sawit Malaysia sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan

pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka ekspor

minyak kelapa sawit Malaysia dipengaruhi oleh lag ekspor dan produksi minyak

kelapa sawit Malayasia berturut-turut pada taraf 5% dan 10%.

Tabel 6. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor Minyak Kelapa Sawit


Malaysia, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (XSM)

Harga ekspor riil minyak kelapa sawit Malaysia HESM 0.06986 0.06 - 0.003 0.005
Pajak ekspor minyak kelapa sawit Malaysia PESM -6.67733 -0.21 - 0.003 0.006
Stok minyak kelapa sawit Malaysia STOKSM 0.81246 1.10 - 0.094 0.176
Produksi Minyak kelapa sawit Malaysia PRODSM 0.38892 2.07 C 0.469 0.877
Lag ekspor minyak kelapa sawit Malaysia LXSM 0.46543 2.10 B
R2 = 0.995 R2-Adj = 0.994 F-hitung = 881.01 Dw = 2.91564 dh = -

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Nilai elastisitas jangka pendek maupun jangka panjang seluruh variabel

eksogen bersifat inelastis. Untuk variabel harga ekspor, kondisi ini sesuai dengan

hasil penelitian Suryana (1986) dan Zulkifli (2000) yang menyimpulkan bahwa

respon ekspor minyak kelapa sawit kasar Indonesia dan Malaysia bersifat inelastis

terhadap perubahan harga. Fenomena tersebut terkait dengan minyak kelapa sawit

sebagai hasil komoditas perkebunan dengan karakteristik memiliki umur produksi

yang panjang dan sebuah siklus produksi. Pengaruh produksi minyak kelapa sawit

Malaysia terhadap ekspor minyak kelapa sawit Malaysia relatif lebih besar

dibandingkan variabel eksogen lainnya. Kondisi ini terkait dengan kesimbangan

antara volume produksi dan kebutuhan untuk konsumsi Malaysia. Diketahui

persentase konsumsi terhadap volume produksi minyak kelapa sawit Malaysia


108

sekitar 18% (Oil World, 2011) atau dengan perkataan lain masih terdapat sisa

poroduksi yang relatif besar untuk kegiatan ekspor.

Selain sebagai hasil komoditas perkebunan, kebijakan pemerintah

Malaysia yang mendorong pengaturan volume produksi minyak kelapa sawit

Malaysia (ket: seperti pemberian replanting incentive scheme tahun 2002-2006)

dan pengembangan industri hilir pengolahan minyak sawit kasar menjadikan

pengaruh perubahan produksi terhadap ekspor Malaysia bersifat inelastis.

Fenomena ini juga menjelaskan pengaruh perubahan stok dan pajak ekspor

terhadap ekspor Malaysia yang bersifat inelastis.

5.2.2. Impor Minyak Kelapa Sawit

5.2.2.1. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit China

China merupakan negara importir terbesar pertama minyak kelapa sawit

dengan share dalam periode tahun 2000-2008 sekitar 18% dari total impor dunia

(Oil World, 2011). Keragaan impor dan konsumsi minyak kelapa sawit China

tahun 1980-2008 disajikan pada Tabel 7. Impor minyak kelapa sawit China

(MSC) dipengaruhi oleh harga impor (HMSC) dan konsumsi minyak kelapa sawit

China (CSC). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman impor

minyak kelapa sawit China sebesar 98% dan seluruh variabel memberikan

pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka impor

minyak kelapa sawit China dipengaruhi secara nyata oleh konsumsi. Selain itu

pada jangka pendek respon impor minyak kelapa sawit China terhadap perubahan

konsumsi relatif bersifat unitary elastis.

Konsumsi minyak kelapa sawit China (CSC) dipengaruhi secara nyata

oleh harga impor minyak kelapa sawit China, harga dunia minyak bumi, populasi
109

(POPC) dan tingkat pendapatan perkapita China (IPC). Sedangkan harga impor

minyak kedelai China (HMKC) dan harga impor minyak rapeseed China (HMRC)

tidak berpengaruh nyata dalam konsumsi minyak kelapa sawit China. Pada jangka

pendek, konsumsi minyak kelapa sawit China bersifat responsif terhadap

perubahan harga dunia minyak bumi, perubahan tingkat pendapatan perkapita dan

populasi. Fenomena ini terkait dengan penggunaan utama minyak kelapa sawit di

China di sektor non pangan termasuk pengolahan minyak kelapa sawit sebagai

produk subsitusi minyak bumi.

Tabel 7. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak


Kelapa Sawit China, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor minyak kelapa sawit China (MSC)
Intercept 247.012 1.06
Harga impor riil minyak kelapa sawit China HMSC -0.12175 -0.23 - 0.014 -
Konsumsi minyak kelapa sawit China CSC 1.02941 38.72 A 0.955 -
R2 = 0.985 R2-Adj = 0.984 F-hitung = 763.93 Dw = 0.536344 dh = -

Konsumsi minyak kelapa sawit China (CSC)


Intercept -13375.0 -3.39
Harga impor riil minyak kelapa sawit China HMSC -2.99543 -1.98 C 0.363 -
Harga impor riil minyak kedelai China HMKC 0.17510 0.15 - 0.022 -
Harga impor riil minyak rapeseed China HMRC 1.79444 1.12 - 0.248 -
Harga dunia riil minyak bumi dunia HCOW 145.28 1.78 C 1.880 -
Tingkat pendapatan perkapita riil China IPC 1.22316 8.07 A 1.256 -
Populasi China POPC 3.44782 1.87 C 1.042 -
R2 = 0.953 R2-Adj = 0.939 F-hitung = 64.70 Dw = 1.09717 dh = -

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

5.2.2.2. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit EU-15

Impor minyak kelapa sawit oleh negara-negara EU-15 terutama digunakan

untuk kebutuhan sektor non pangan, termasuk sebagai sumber energi alterlatif

pengganti maupun bahan dasar industri oleokimia yang awalnya berbasis minyak

bumi. Hasil pengolahan minyak kelapa sawit selain digunakan sendiri, sebagian
110

lainnya direekspor ke negara-negara lain di benua Eropa. Perimbangan antara

konsumsi dan reekspor dari total impor sekitar 60:40 dengan tren reekspor yang

semakin meningkat. Keragaan impor dan konsumsi minyak kelapa sawit EU-15

disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak


Kelapa Sawit EU-15, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor minyak kelapa sawit EU-15 (MSEU)
Harga impor riil minyak kelapa sawit EU-15 HMSEU -0.23946 -1.45 E 0.028 0.215
Konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 CSEU 0.39946 3.29 A 0.209 1.635
Lag impor minyak kelapa sawit EU-15 LMSEU 0.87188 13.55 A
R2 = 0.978 R2-Adj = 0.976 F-hitung = 2496.42 Dw = 1.57784 dh = 1.14

Konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 (CSEU)


Intercept -10473.3 -1.58
Harga impor riil minyak kelapa sawit EU-15 HMSEU -1.76015 -2.83 B 0.387 0.978
Harga impor riil minyak matahari EU-15 HMMEU 1.23679 1.94 C 0.335 0.847
Laju pertumbuhan harga dunia riil minyak
RHCOW 590.73 0.49 - 0.001 0.001
bumi
Tingkat pendapatan perkapita riil EU-15 IPEU 0.04098 1.10 - 0.430 1.088
Populasi EU-15 POPEU 24.40434 1.38 E 3.983 10.074
Lag konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 LCSEU 0.60456 3.75 A
R2 = 0.967 R2-Adj = 0.959 F-hitung = 101.69 Dw = 1.79015 dh = 0.94

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Impor minyak kelapa sawit EU-15 (MSEU) dipengaruhi oleh variabel

harga impor (HMSEU), konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 (CSEU) dan lag

impor (LMSEU). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman

impor minyak kelapa sawit EU-15 sebesar 98% dan seluruh variabel memberikan

pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka impor

minyak kelapa sawit EU-15 dipengaruhi secara nyata oleh konsumsi minyak

kelapa sawit EU-15 (CSEU) dan lag impor (LMSEU) pada taraf 1% dan harga

impor (HMSEU) pada taraf 20%. Pada jangka pendek impor minyak kelapa sawit

EU-15 tidak bersifat responsif terhadap seluruh variabel eksogen, namun bersifat
111

responsif terhadap perubahan konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 pada jangka

panjang

Konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 (CSEU) dipengaruhi secara nyata

oleh harga impor minyak kelapa sawit EU-15 (HMSEU), harga impor minyak

matahari EU-15 (HMSEU), jumlah populasi (POPEU) dan lag konsumsi. Tingkat

pendapatan perkapita (IPEU) dan laju pertumbuhan harga minyak bumi tidak

berpengaruh nyata terhadap konsumsi minyak kelapa sawit EU-15. Seluruh

variabel eksogen mampu menerangkan keragaman impor minyak kelapa sawit

EU-15 sebesar 92% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara

bersama-sama. Pada jangka pendek, konsumsi minyak kelapa sawit EU-15 hanya

bersifat responsif terhadap perubahan populasi. Pada jangka panjang, konsumsi

minyak kelapa sawit EU-15 bersifat responsif terhadap perubahan populasi dan

relatif bersifat unitary elastis terhadap perubahan tingkat pendapatan perkapita

maupun harga impor minyak kelapa sawit.

5.2.2.3. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit India

India merupakan negara importir minyak kelapa sawit terbesar kedua

setelah China. Penggunaan utama minyak kelapa sawit di India adalah di sektor

pangan. Keragaan impor dan konsumsi minyak kelapa sawit India disajikan pada

Tabel 9. Impor minyak kelapa sawit India (MSID) dipengaruhi oleh rasio laju

pertumbuhan harga impor riil minyak kelapa sawit India terhadap laju konsumsi

minyak kelapa sawit India (RRHMSIDRCSID), tarif impor minyak kelapa sawit

India (TMSID) dan nilai tukar (ERID). Seluruh variabel eksogen mampu

menerangkan keragaman impor minyak kelapa sawit India sebesar 80% dan

seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari


112

nilai t-hitung, maka impor minyak kelapa sawit India dipengaruhi secara nyata

oleh tarif impor minyak kelapa sawit India dan nilai tukar. Namun, pada jangka

pendek impor minyak kelapa sawit India tidak bersifat responsif terhadap

perubahan seluruh variabel eksogen.

Tabel 9. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak


Kelapa Sawit India, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor minyak kelapa sawit India (MSID)
Intercept 10490.41 8.16
Rasio laju pertumbuhan harga impor
riil minyak kelapa sawit India
RRHMSIDRCSID -91.53 -0.76 - 0.016 -
terhadap laju konsumsi minyak kelapa
sawit India
Tarif impor minyak kelapa sawit India TMSID -180.13 -7.15 A 0.793 -
Nilai tukar riil India ERID -70.78 -2.67 B 0.735 -
R2 = 0.800 R2-Adj = 0.772 F-hitung = 29.28 Dw = 0.63000 dh = -

Konsumsi minyak kelapa sawit India (CSID)


Intercept -10086.80 -2.84
Harga impor riil minyak kelapa sawit
HMSID -1.18 -0.61 - 0.157 -
India
Nilai tukar riil India ERID 0.76 0.89 - 0.402 -
Populasi India POPID 11.43984 7.33 A 3.301 -
R2 = 0.787 R2-Adj = 0.758 F-hitung = 27.06 Dw = 0.38716 dh = -

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Konsumsi minyak kelapa sawit India (CSID) dipengaruhi secara nyata

oleh jumlah populasi (POPID). Variabel harga impor minyak kelapa sawit

(HMSID) dan nilai tukar (ERID) tidak berpengaruh nyata dalam persamaan

konsumsi minyak kelapa sawit India. Seluruh variabel eksogen mampu

menerangkan keragaman konsumsi minyak kelapa sawit India sebesar 79% dan

seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Pada jangka

pendek, konsumsi minyak kelapa sawit India bersifat responsif terhadap

perubahan populasi.
113

5.2.2.4. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit Pakistan

Pakistan merupakan negara di Asia Barat yang menjadi negara potensial

pemasaran minyak kelapa sawit. Keragaan impor dan konsumsi minyak kelapa

sawit Pakistan tahun 1980-2008 disajikan pada Tabel 10. Impor minyak kelapa

sawit Pakistan (MSP) dipengaruhi oleh harga impor minyak kelapa sawit Pakistan

(HMSP), nilai tukar (ERP), tarif impor (TMSP), laju pertumbuhan konsumsi

minyak kelapa sawit Pakistan (RCSIP) dan lag impor (LMSP). Seluruh variabel

eksogen mampu menerangkan keragaman impor minyak kelapa sawit Pakistan

sebesar 97% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-

sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka impor minyak kelapa sawit Pakistan

dipengaruhi secara nyata oleh tarif impor, laju pertumbuhan konsumsi minyak

kelapa sawit Pakistan, lag impor dan nilai tukar. Impor minyak kelapa sawit

Pakistan relatif lebih responsif terhadap perubahan tarif impor dibandingkan

terhadap perubahan varibel penjelas lainnya.

Konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan (CSP) dipengaruhi secara nyata

oleh jumlah populasi (POPP) pada taraf 1% dan harga impor minyak kelapa sawit

Pakistan (HMSP) pada taraf nyata 20% dan konsumsi tahun sebelumnya (LCSP)

pada taraf nyata 5%. Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman

konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan sebesar 91% dan seluruh variabel

memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Pada jangka pendek maupun

jangka panjang, konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan bersifat responsif

terhadap perubahan populasi, sedangkan perubahan harga impor tidak memiliki

dampak yang besar terhadap konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan.


114

Tabel 10. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Kelapa Sawit Pakistan Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor minyak kelapa sawit Pakistan (MSP)
Intercept 2310.386 3.57
Harga impor riil minyak kelapa sawit Pakistan HMSP -0.13369 -0.91 - 0.042 0.079
Nilai tukar riil Pakistan ERP -9.75469 -2.08 C 0.318 0.593
Tarif impor minyak kelapa sawit Pakistan TMSP -39.95130 -4.01 A 0.405 0.754
Laju pertumbuhan konsumsi minyak kelapa
RCSP 784.95960 5.85 A 0.041 0.076
sawit Pakistan
Lag impor minyak kelapa sawit Pakistan LMSP 0.46336 3.06 A
R2 = 0.969 R2-Adj = 0.961 F-hitung = 125.26 Dw = 2.81928 dh = -

Konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan (CSP)


Intercept -799.99 -2.28
Harga impor riil minyak kelapa sawit Pakistan HMSP -0.306 -1.33 E 0.102 0.181
Populasi Pakistan POPP 12.745 3.01 A 1.166 2.059
Lag konsumsi minyak kelapa sawit Pakistan LCSP 0.434 2.23 B
R2 = 0.915 R2-Adj = 0.904 F-hitung = 79.41 Dw = 2.10229 dh = -1.83801

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

5.2.3. Harga Minyak Kelapa Sawit

Keragaan harga dunia, harga ekspor dan harga domestik negara eksportir

serta harga impor minyak kelapa sawit negara-negara importir di dalam model

disajikan pada Tabel 11.

Persamaan harga dunia minyak kelapa sawit (HSW) dipengaruhi oleh

ekspor dunia minyak kelapa sawit (XSW), impor dunia minyak kelapa sawit

(MSW) dan lag harga dunia minyak kelapa sawit (LHSW). Seluruh variabel

eksogen mampu menerangkan keragaman harga dunia minyak kelapa sawit

sebesar 24% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-

sama pada taraf 15%. Pada jangka pendek, harga dunia minyak kelapa sawit

relatif bersifat unitary terhadap perubahan ekspor dunia minyak kelapa sawit,

namun bersifat tidak responsif terhadap perubahan impor. Pada jangka jangka

panjang respon harga dunia minyak kelapa sawit terhadap perubahan impor dunia
115

minyak kelapa sawit relatif bersifat responsif terhadap perubahan ekspor dunia

minyak kelapa sawit, namun bersifat tidak responsif terhadap perubahan impor.

Fenomena ini antara lain terkait dengan: (1) produksi dan ekspor minyak kelapa

sawit dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia dengan share kumulatif

kedua negara mencapai 85% dari total produksi dunia maupun total ekspor dunia,

(2) secara umum negara-negara importir utama minyak kelapa sawit tidak

memiliki produksi domestik minyak kelapa sawit, namun merupakan negara

produsen tiga minyak nabati lainnya.

Tabel 11. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Harga Dunia, Harga Ekspor dan
Harga Domestik Negara Eksportir serta Harga Impor Negara Importir
Minyak Kelapa Sawit, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Harga dunia riil minyak kelapa sawit (HSW)
Intercept 241.832 2.53
Ekspor dunia minyak kelapa sawit XSW -0.02120 -0.71 - 0.977 1.859
Impor dunia minyak kelapa sawit MSW 0.02331 0.77 - 1.095 2.084
Lag harga dunia riil minyak kelapa sawit LHSW 0.47444 2.31 B
R2 = 0.237 R2-Adj = 0.132 F-hitung = 2.27 Dw = 1.61426 dh = -

Harga ekspor riil minyak kelapa sawit Indonesia (HESI)


Harga dunia riil minyak kelapa sawit HSW 0.74513 9.76 A 0.878 1.054
Nilai tukar riil Indonesia ERI -0.00176 -0.82 - 0.032 0.039
Laju pertumbuhan ekspor riil minyak kelapa
RXSI -11.06980 -0.65 - 0.004 0.004
sawit Indonesia
Lag harga ekspor riil minyak kelapa sawit
LHESI 0.16741 1.81 C
Indonesia
2 2
R = 0.994 R -Adj = 0.993 F-hitung = 937.12 Dw = 1.43310 dh = 1.64

Harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia (HDSI)


Harga ekspor riil minyak kelapa sawit
HESI 4.66236 2.17 B 0.493 0.704
Indonesia
Nilai tukar riil Indonesia ERI 0.15708 2.15 B 0.305 0.436
Rasio total penawaran terhadap total
RTSDSI -464.243 -0.41 - 0.106 0.151
permintaan minyak kelapa sawit Indonesia
Lag harga domestik minyak kelapa sawit
LHDSI 0.30071 2.26 B
Indonesia
2 2
R = 0.970 R -Adj = 0.964 F-hitung = 177.07 Dw = 1.817476 dh = 0.63

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
116

Tabel 9. Lanjutan
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Harga ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (HESM)
Intercept 15.75933 0.11
Harga dunia riil minyak kelapa sawit HSW 0.85516 8.03 A 0.957 1.292
Nilai tukar riil Malaysia ERM -14.06760 -0.49 - 0.102 0.135
Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia XSM -0.00528 -1.70 D 0.140 0.186
Lag harga ekspor minyak kelapa sawit
LHESM 0.24496 2.51 B
Malaysia
R2 = 0.825 R2-Adj = 0.792 F-hitung = 24.74 Dw = 2.34565 dh = -1.02

Harga impor minyak kelapa sawit China (HMSC)


Harga dunia riil minyak kelapa sawit HSW 0.85498 18.01 A 0.915 -
Tarif impor minyak kelapa sawit China TMSC 2.07163 2.92 A 0.085 -
R2 = 0.993 R2-Adj = 0.992 F-hitung = 1705.07 Dw = 1.051652 dh = -

Harga impor minyak kelapa sawit EU-15 (HMSEU)


Intercept 133.97 1.51
Harga dunia riil minyak kelapa sawit HSW 0.74637 8.80 A 0.724 -
Tarif impor minyak kelapa sawit EU-15 TMSEU 1.44446 0.46 - 0.046 -
R2 = 0.781 R2-Adj = 0.762 F-hitung = 41.07 Dw = 1.473455 dh = -

Harga impor minyak kelapa sawit India (HMSID)


Intercept 42.28541 0.56
Harga dunia riil minyak kelapa sawit HSW 0.66574 5.19 A 0.707 2.114
Laju pertumbuhan konsumsi minyak kelapa
RCSID 23.18987 0.67 - 0.002 0.005
sawit India
Lag harga impor minyak kelapa sawit Pakistan LHMSID 0.21873 1.75 C
R2 = 0.691 R2-Adj = 0.649 F-hitung = 16.41 Dw = 1.07785 dh = -

Harga impor minyak kelapa sawit Pakistan (HMSP)


Harga dunia riil minyak kelapa sawit HSW 0.68999 6.04 A 0.689 1.034
Lag harga impor minyak kelapa sawit Pakistan LHMSP 0.33423 3.08 A
R2 = 0.968 R2-Adj = 0.965 F-hitung = 358.48 Dw = 2.05282 dh = -0.16

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (HESI) dipengaruhi oleh

harga dunia minyak kelapa sawit (HSW), nilai tukar (ERI), laju pertumbuhan

ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (RXSI) dan lag harga ekspor minyak

kelapa sawit Indonesia (LHESI). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan

keragaman harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 99% dan seluruh

variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Pada jangka pendek,

harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia tidak bersifat responsif terhadap
117

perubahan seluruh variabel eksogen. Pada jangka panjang, harga ekspor minyak

kelapa sawit Indonesia tidak bersifat responsif terhadap perubahan harga dunia

minyak kelapa sawit.

Harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia (HDSI) dipengaruhi oleh

harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (HESI), nilai tukar (ERI), rasio total

penawaran minyak kelapa sawit Indonesia terhadap total permintaan minyak

kelapa sawit Indonesia (RTSDSI) dan lag harga domestik minyak kelapa sawit

Indonesia (LHDSI). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman

harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 97% dan seluruh variabel

memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Pengaruh perubahan harga

ekspor minyak kelapa sawit Indonesia terhadap harga domestik minyak kelapa

Indonesia relatif lebih besar dibandingkan pengaruh perubahan variabel eksogen

lainnya, kemudian diikuti oleh pengaruh perubahan nilai tukar dan pengaruh

perubahan penawaran minyak kelapa sawit Indonesia terhadap total permintaan

minyak kelapa sawit Indonesia.

Harga ekspor minyak kelapa sawit Malaysia (HESM) dipengaruhi oleh

harga dunia minyak kelapa sawit (HSW), nilai tukar (ERM), ekspor minyak

kelapa sawit Malaysia (XSM) dan lag harga ekspor minyak kelapa sawit Malaysia

(LHESM). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman harga

ekspor minyak kelapa sawit Malaysia sebesar 83% dan seluruh variabel

memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Harga ekspor minyak kelapa

sawit Malaysia bersifat responsif terhadap perubahan harga dunia minyak kelapa

sawit. Fenomena ini terkait dengan keseimbangan antara konsumsi dan ekspor

minyak kelapa sawit Malaysia terhadap produksi sekitar 18:82.


118

Berdasarkan nilai t-hitung, harga impor minyak kelapa sawit China, EU-

15, India dan Pakistan dipengaruhi secara nyata oleh harga dunia minyak kelapa

sawit. Tarif impor tidak berpengaruh nyata, kecuali pengaruh tarif impor minyak

kelapa sawit China terhadap harga impor minyak kelapa sawit China. Secara

umum, seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam setiap persamaan

harga impor masing-masing negara importir mampu menjelaskan keragaman

harga impor pada kisaran 65%-99%, dan seluruh variabel memberikan pengaruh

nyata secara bersama-sama. Respon harga impor terhadap perubahan harga dunia

minyak kelapa sawit maupun terhadap perubahan tarif impor terutama terjadi di

China, diikuti oleh India, EU-15 dan Pakistan. Fenomena ini terkait dengan posisi

China dan India sebagai dua negara importir terbesar minyak kelapa sawit.

5.3. Keragaan Minyak Kedelai Dunia

Minyak kedelai merupakan minyak terbesar yang diporoduksi dan kedua

terbesar yang diperdagangkan di pasar dunia minyak nabati maupun di pasar

dunia minyak hayati. Ciri khas dalam perdagangan dunia minyak kedelai adalah

negara importir utama umumnya merupakan negara produsen utama minyak

kedelai dan impor dilakukan untuk menutupi kekurangan antara volume produksi

domestik dan konsumi. Penggunaan minyak kedelai relatif cukup luas

dibandingkan dengan tiga minyak nabati lainnya, baik di sekor pangan, di industri

oleokimia maupun sebagai sumber bahan bakar alternatif minyak bumi.

Argentina, Brasil dan Amerika Serikat merupakan tiga negara eksportir

utama dengan kumulatif share lebih dari 85% dari total ekspor di pasar dunia

minyak kedelai. EU-15, China, India dan Iran merupakan empat negara importir
119

utama dengan kumulatif share sekitar 48.1% dari total impor dunia minyak

kedelai.

5.3.1. Ekspor Minyak Kedelai

5.3.1.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Argentina

Argentina merupakan negara eksportir terbesar minyak kedelai. Sekitar

90% dari produksi minyak kedelai Argentina ditujukan untuk pasar ekspor dan

sisanya sekitar 10% diserap oleh pasar domestik. Keragaan ekspor dan konsumsi

minyak kedelai Argentina disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Minyak
Kedelai Argentina, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Ekspor M. Kedelai Argentina (XKA)
Harga ekspor riil minyak kedelai Argentina HEKA 0.16354 0.44 - 0.015 -
Harga domestik riil minyak kedelai Argentina HDKA -0.41667 -0.78 - 0.027 -
Nilai tukar riil Argentina ERA 10.76324 0.29 - 0.006 -
Produksi minyak kedelai Argentina PRODKA 0.90919 38.32 A 1.007 -
R2 = 0.996 R2-Adj = 0.996 F-hitung = 1447.53 Dw = 1.30475 dh = -

Konsumsi M. Kedelai Argentina (CKA)


Intercept -2039.83 -5.36
Laju pertumbuhan harga domestik riil minyak
RHDKA -41.4378 -0.23 - 0.008 -
kedelai Argentina
Produksi minyak kedelai Argentina RHCOW 131.3494 0.11 - 0.001 -
Populasi Argentina POPA 66.6807 6.11 A 4.769 -
R2 = 0.636 R2-Adj = 0.586 F-hitung = 12.82 Dw =0.337257 dh = -

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Ekspor minyak kedelai Argentina (XKA) dipengaruhi oleh harga ekspor

minyak kedelai Argentina (HEKA), harga domestik minyak kedelai Argentina

(HDKA), nilai tukar dan produksi minyak kedelai Argentina (PRODKA). Seluruh

variabel eksogen mampu menerangkan keragaman ekspor minyak kedelai

Argentina sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara

bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka ekspor minyak kedelai Argentina
120

dipengaruhi secara nyata oleh volume produksi dan konsumsi minyak kedelai

Argentina. Ekspor minyak kedelai Argentina bersifat responsif terhadap

perubahan produksi, sedangkan perubahan pada variabel eksogen lainnya tidak

memiliki dampak yang besar terhadap ekspor minyak kedelai Argentina.

Konsumsi minyak kedelai Argentina (CKA) dipengaruhi oleh laju

pertumbuhan harga domestik minyak kedelai Argentina (RHDKA), laju

pertumbuhan harga dunia minyak bumi (RHCOW) dan populasi Argentina

(POPA). Seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan mampu

menerangkan keragaman konsumsi minyak kedelai Argentina sebesar 64% dan

seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Pada jangka

pendek konsumsi minyak kedelai Argentina bersifat responsif terhadap perubahan

populasi, sedangkan perubahan pada variabel eksogen lainnya tidak memiliki

dampak yang besar terhadap konsumsi minyak kedelai Argentina.

5.3.1.2. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Brasil

Brasil merupakan negara eksportir minyak kedelai terbesar kedua. Sekitar

60% dari produksi minyak kedelai Brasil diserap oleh pasar domestik dan sisanya

sekitar 40% ditujukan untuk pasar ekspor. Keragaan ekspor dan konsumsi minyak

kedelai Brasil disajikan pada Tabel 13. Ekspor minyak kedelai Brasil (XKB)

dipengaruhi oleh harga ekspor minyak kedelai Brasil (HEKB), harga domestik

minyak kedelai Brasil (HDKB), nilai tukar (ERB), produksi (PRODKB) dan lag

ekspor minyak kedelai Brasil (LXKB). Seluruh variabel eksogen mampu

menerangkan keragaman ekspor minyak kedelai Brasil sebesar 91% dan seluruh

variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Ekspor minyak

kedelai Brasil bersifat responsif terhadap perubahan produksi dan konsumsi,


121

sedangkan perubahan pada variabel eksogen lainnya tidak memiliki dampak yang

besar terhadap ekspor minyak kedelai Brasil.

Tabel 13. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Minyak
Kedelai Brasil, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Ekspor M. Kedelai Brasil (XKB)
Intercept -723.471 -1.87
Harga ekspor riil minyak kedelai
HEKB 0.22970 0.58 - 0.061 0.069
Brasil
Stok minyak kedelai Brasil HDKB -0.41627 -0.89 - 0.062 0.071
Nilai tukar riil Brasil ERB 100.416 1.48 E 0.103 0.116
Produksi minyak kedelai Brasil PRODKB 0.44095 4.88 A 1.087 1.231
Lag ekspor minyak kedelai Brasil LXKB 0.11675 0.71 -
R2 = 0.905 R2-Adj =0.886 F-hitung = 42.50 Dw = 1.69325 dh = 1.43
Konsumsi M. Kedelai Brasil (CKB)
Intercept -903.105 -1.57
Harga domestik riil minyak kedelai
HDKB -0.197 -0.61 - 0.020 0.065
Brasil
Rasio laju peningkatan harga
domestik riil m. kedelai Brasil thd
RRHDKBRHCOW -2.176 -2.72 B 0.002 0.006
laju peningkatan harga dunia riil
minyak bumi
Populasi Brasil POPB 11.50532 1.98 C 0.629 1.986
Lag konsumsi minyak kedelai Brasil LCKB 0.68321 3.80 A
R2 = 0.961 R2-Adj = 0.954 F-hitung = 130.52 Dw = 1.78403 dh = 1.39

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Konsumsi minyak kedelai Brasil (CKB) dipengaruhi oleh harga domestik

(HDKB), rasio laju pertumbuhan harga domestik minyak kedelai Brasil terhadap

laju pertumbuhan harga dunia minyak bumi (RRHDKBRHCOW), populasi Brasil

dan lag konsumsi. Seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan

mampu menerangkan keragaman konsumsi minyak kedelai Brasil sebesar 96%

dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Pada

jangka pendek, konsumsi minyak kedelai Brasil tidak bersifat responsif terhadap

perubahan seluruh variabel eksogen. Pada jangka panjang, konsumsi minyak

kedelai Brasil bersifat responsif terhadap perubahan populasi Brasil.


122

5.3.1.3. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Amerika Serikat

Amerika Serikat merupakan negara produsen terbesar minyak kedelai,

namun hanya sekitar 10% dari produksi yang ditujukan untuk pasar ekspor.

Keragaan ekspor dan konsumsi minyak kedelai Amerika Serikat disajikan pada

Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Minyak
Kedelai Amerika Serikat, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Ekspor M. Kedelai USA (XKUSA)
Intercept 441.8021 1.08
Laju pertumbuhan harga ekspor riil
RHEKUSA 65.1056 0.21 - 0.001 -
minyak kedelai USA
Harga domestik riil minyak kedelai
HDKUSA -0.27971 -0.56 - 0.217 -
USA
Produksi minyak kedelai USA PRODKUSA 0.07796 1.88 C 0.741 -
R2 = 0.139 R2-Adj = 0.021 F-hitung = 1.18 Dw = 1.72575 dh = -

Konsumsi M. Kedelai USA (CKUSA)


Harga relatif harga domestik riil
minyak kedelai USA terhadap harga RHDKUSAHCOW -70.39 -0.55 - 0.110 -
dunia riil minyak bumi
Harga domestik riil minyak rapeseed
HDRUSA 0.71 0.27 - 0.078
USA
Populasi USA POPUSA 25.79 5.31 A 0.202 -
2 2
R = 0.986 R -Adj = 0.984 F-hitung = 544.94 Dw = 0.19807 dh = -

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Ekspor minyak kedelai Amerika Serikat (XKUSA) dipengaruhi oleh laju

pertumbuhan harga ekspor minyak kedelai Amerika Serikat (RHEKUSA), harga

domestik minyak kedelai Amerika Serikat (HDKUSA) dan produksi

(PRODKUSA). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman

ekspor minyak kedelai Amerika Serikat sebesar 14% dan seluruh variabel

memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama pada taraf 35%. Pada jangka

pendek, ekspor minyak kedelai Amerika Serikat relatif lebih responsif terhadap
123

perubahan produksi minyak kedelai Amerika Serikat dibandingkan terhadap

perubahan harga ekspor maupun perubahan harga domestik.

Konsumsi minyak kedelai Amerika Serikat (CKUSA) dipengaruhi oleh

harga relatif antara harga domestik minyak kedelai Amerika Serikat dan harga

dunia minyak bumi (RHDKUSAHCOW), harga domestik minyak rapeseed

Amerika Serikat (HDRUSA) dan populasi Amerika Serikat (POPUSA). Seluruh

variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan mampu menerangkan

keragaman konsumsi minyak kedelai Amerika Serikat sebesar 99% dan seluruh

variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Namun, pada jangka

pendek konsumsi minyak kedelai Amerika Serikat tidak bersifat responsif

terhadap perubahan seluruh variabel eksogen.

5.3.2. Impor Minyak Kedelai

5.3.2.1. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai China

China merupakan negara produsen minyak kedelai terbesar kedua setelah

Amerika Serikat. Impor utamanya ditujukan untuk menutupi kekurangan antara

produksi domestik dan konsumsi. Keragaan impor dan konsumsi minyak kedelai

China disajikan pada Tabel 15. Impor minyak kedelai China dipengaruhi oleh

harga impor, konsumsi minyak kedelai dan lag impor. Seluruh variabel eksogen

mampu menerangkan keragaman impor minyak kedelai China sebesar 90% dan

seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Impor minyak

kedelai China hanya bersifat responsif terhadap perubahan konsumsi minyak

kedelai China pada jangka panjang.

Konsumsi minyak kedelai China dipengaruhi oleh harga impor minyak

kedelai China (HMKC), tingkat pendapatan perkapita China (IPC), populasi


124

China (POPC) dan lag konsumsi (LCKC). Seluruh variabel eksogen yang

dimasukkan kedalam persamaan konsumsi minyak kedelai China mampu

menerangkan keragaman konsumsi sebesar 98% dan seluruh variabel memberikan

pengaruh nyata secara bersama-sama. Pada jangka pendek, konsumsi minyak

kedelai China tidak bersifat responsif terhadap perubahan seluruh variabel

eksogen. Pada jangka panjang, konsumsi minyak kedelai China bersifat responsif

terhadap perubahan populasi China.

Tabel 15. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Kedelai China, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Kedelai China (MKC)
Harga impor minyak kedelai China HMKC -0.29663 -0.74 - 0.090 0.222
Konsumsi minyak kedelai China CKC 0.34625 2.09 B 0.566 1.392
Lag impor minyak kedelai China LMKC 0.59331 3.22 A
R2 = 0.900 R2-Adj = 0.887 F-hitung = 69.29 Dw = 1.86206 dh = 1.02

Konsumsi Minyak Kedelai China (CKC)


Intercept -1707.87 -1.72
Harga impor minyak kedelai China HMKC -0.16965 -0.53 - 0.032 0.155
Tingkat pendapatan perkapita riil China IPC 0.01455 0.21 - 0.022 0.107
Populasi China POPC 1.84440 1.86 C 0.812 3.991
Lag konsumsi minyak kedelai China LCKC 0.79655 4.46 A
R2 = 0.976 R2-Adj = 0.971 F-hitung = 209.48 Dw = 2.31416 dh = -1.95

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

5.3.2.2. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai EU-15

Negara-negara yang termasuk kedalam EU-15 secara umum merupakan

produsen minyak kedelai. Seperti halnya China, kegiatan impor ditujukan untuk

menutupi kekurangan antara produksi domestik dan konsumsi. Keragaan impor

dan konsumsi minyak kedelai EU-15 disajikan pada Tabel 16. Impor minyak

kedelai EU-15 (MSEU) dipengaruhi oleh harga impor (HMKEU), nilai tukar

(EREU) dan konsumsi minyak kedelai EU-15 (CKEU). Seluruh variabel eksogen
125

mampu menerangkan keragaman impor minyak kedelai EU-15 sebesar 83% dan

seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari

nilai t-hitung, impor minyak kedelai EU-15 hanya dipengaruhi secara nyata oleh

konsumsi. Pada jangka pendek impor minyak kedelai EU-15 bersifat responsif

terhadap perubahan konsumsi minyak kedelai EU-15.

Tabel 16. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Kedelai EU-15, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Kedelai EU-15 (MKEU)
Harga impor riil minyak kedelai EU-15 HMKEU -0.303 -0.35 - 0.201 -
Nilai tukar EU-15 EREU -91.323 -0.71 - 0.078
Konsumsi minyak kedelai EU-15 CKEU 0.7022 2.19 B 1.279 -
2 2
R = 0.831 R -Adj = 0.809 F-hitung = 37.73 Dw = 0.26645 dh = -

Konsumsi Minyak Kedelai EU-15 (CKEU)


Harga impor riil minyak kedelai EU-15 HMKEU -0.7705 -0.90 - 0.281 0.449
Harga impor riil minyak rapeseed EU-15 HMREU 0.616 1.11 - 0.255 0.408
Harga impor riil minyak biji bunga
HMMEU 0.504 0.69 - 0.217 0.346
matahari EU-15
Laju pertumbuhan harga dunia riil minyak
RHCOW 1400.69 1.34 E 0.002 0.003
bumi
Populasi EU-15 IPEU 0.02640 2.56 B 0.440 0.704
Lag konsumsi minyak kedelai EU-15 LCKEU 0.37434 2.09 B
R2 =0.994 R2-Adj = 0.992 F-hitung = 560.10 Dw = 1.566835 dh = 2.85

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Konsumsi minyak kedelai EU-15 (CKEU) dipengaruhi oleh harga impor

minyak kedelai (HMKEU), harga impor minyak rapeseed (HMRC), harga impor

minyak biji bunga matahari (HMMEU), laju pertumbuhan harga dunia minyak

bumi (RHCOW), tingkat pendapatan perkapita (IPEU) dan lag konsumsi

(LCKEU). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman impor

minyak kelapa sawit EU-15 sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan

pengaruh nyata secara bersama-sama. Konsumsi minyak kelapa sawit EU-15

relatif lebih bersifat responsif terhadap perubahan tingkat pendapatan perkapita


126

EU-15, kemudian terhadap perubahan harga impor minyak kedelai, diikuti respon

terhadap perubahan harga impor minyak rapeseed dan terhadap perubahan harga

impor minyak biji bunga matahari.

5.3.2.3. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai India

India termasuk kedalam 5 besar negara produsen minyak kedelai bersama

Amerika Serikat, China, Argentina dan Brasil. Impor minyak kedelai utamanya

ditujukan untuk menutupi kekurangan antara produksi domestik dan konsumsi.

Keragaan impor dan konsumsi minyak kedelai India disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Kedelai India, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Kedelai India (MKID)
Intercept 64.95581 0.60
Harga impor riil minyak kedelai India HMKID -0.07863 -0.56 - 0.034 -
Produksi minyak kedelai India PRODKID -0.96035 -10.51 A 0.934 -
Konsumsi minyak kedelai India CKID 0.98603 20.95 A 1.914 -
R2 = 0.976 R2-Adj =0.973 F-hitung = 298.23 Dw = 2.54498 dh = -

Konsumsi Minyak Kedelai India (CKID)


Intercept -4107.24 -1.55
Harga impor riil minyak kedelai India HMKID -0.68285 -1.49 E 0.151 0.533
Harga impor riil minyak kelapa sawit
HMSID 0.41440 0.70 - 0.093 0.327
India
Harga dunia riil minyak bumi HCOW 57.07257 1.04 - 1.349 4.764
Populasi India POPID 1.57080 1.31 F 0.757 2.672
Lag konsumsi minyak kedelai India LCKID 0.71680 3.49 A
R2 = 0.920 R2-Adj = 0.900 F-hitung = 46.07 Dw = 2.04925 dh = -

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Impor minyak kedelai India (MKID) dipengaruhi oleh harga impor

(HMKID), produksi (PRODKID) dan konsumsi minyak kedelai India (CKID).

Seluruh variabel penejelas mampu menerangkan keragaman impor minyak

kedelai India sebesar 98% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata

secara bersama-sama. Berdasarkan nilai t-hitung maka impor minyak kedelai


127

India dipengaruhi secara nyata oleh produksi dan volume konsumsi, namun hanya

bersifat responsif terhadap perubahan konsumsi.

Konsumsi minyak kedelai India dipengaruhi oleh harga impor minyak

kedelai India (HMKID), harga impor minyak kelapa sawit India (HMSID), harga

dunia minyak bumi (HCOW), populasi India (POPID) dan lag konsumsi

(LCKID). Seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan

konsumsi minyak kedelai India mampu menerangkan keragaman konsumsi

sebesar 92% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-

sama. Pada jangka pendek, konsumsi minyak kedelai India hanya bersifat

responsif terhadap perubahan harga dunia minyak bumi. Sedangkan pada jangka

jangka panjang, konsumsi minyak kedelai India bersifat responsif terhadap

perubahan harga dunia minyak bumi dan terhadap perubahan populasi.

5.3.2.4. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai Iran

Iran termasuk negara produsen minyak kedelai dengan produksi sekitar

200 ribu ton per tahun, sedangkan konsumsi sekitar 2 kali dari volume produksi

domestik. Impor minyak kedelai utamanya ditujukan untuk menutupi kekurangan

antara produksi domestik dan konsumsi. Keragaan impor dan konsumsi minyak

kedelai Iran disajikan pada Tabel 18.

Impor minyak kedelai Iran (MKIR) dipengaruhi oleh harga impor minyak

kedelai Iran (HMKIR), produksi (PRODKIR), konsumsi (CKIR) dan lag impor

minyak kedelai Iran (LMKIR). Seluruh variabel penejelas mampu menerangkan

keragaman impor minyak kedelai India sebesar 99% dan seluruh variabel

memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Berdasarkan nilai t-hitung


128

maka impor minyak kedelai Iran dipengaruhi secara nyata oleh produksi dan

volume konsumsi, namun hanya bersifat responsif terhadap perubahan konsumsi.

Tabel 18. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Kedelai Iran, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Kedelai Iran (MKIR)
Harga impor riil minyak kedelai Iran HMKIR -0.0629 -0.84 - 0.054 0.059
Produksi minyak kedelai Iran PRODKIR -1.07570 -3.88 A 0.405 0.444
Konsumsi minyak kedelai Iran CKIR 1.10631 9.33 A 1.257 1.376
Lag impor minyak kedelai Iran LMKIR 0.08650 0.78 -
R2 = 0.989 R2-Adj = 0.987 F-hitung = 503.02 Dw = 1.54266 dh = 1.41

Konsumsi Minyak Kedelai Iran (CKIR)


Harga impor riil minyak kedelai Iran HMKIR -0.229 -1.24 F 0.172 0.456
Harga impor riil m. biji bunga matahari Iran HMMIR 0.133 0.73 - 0.109 0.289
Populasi Iran POPIR 4.4613 1.46 E 0.426 1.131
Lag konsumsi minyak kedelai Iran LCKIR 0.62342 3.72 A
R2 = 0.976 R2-Adj = 0.970 F-hitung = 206.11 Dw = 1.83653 dh = 0.80

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Konsumsi minyak kedelai Iran (CKIR) dipengaruhi oleh harga impor

minyak kedelai Iran (HMKIR), harga impor minyak biji bunga matahari Iran

(HMMIR), populasi (POPIR) dan lag konsumsi (LCKIR). Seluruh variabel

eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan mampu menerangkan keragaman

konsumsi minyak kedelai Iran sebesar 98% dan seluruh variabel memberikan

pengaruh nyata secara bersama-sama. Konsumsi minyak kedelai Iran hanya

bersifat responsif terhadap perubahan populasi pada jangka panjang.

5.3.3. Harga Minyak Kedelai

Keragaan harga dunia, harga ekspor dan harga domestik negara eksportir

serta harga impor minyak kedelai negara-negara importir di dalam model

disajikan pada Tabel 19.


129

Tabel 19. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Harga Dunia, Harga Ekspor dan
Harga Domestik Negara Eksportir serta Harga Impor Negara Importir
Minyak Kedelai, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Harga Dunia Minyak Kedelai (HKW)
Intercept 182.7619 1.90
Ekspor dunia minyak kedelai XKW -0.0342 -0.70 - 0.656 1.280
Impor dunia minyak kedelai MKW 0.05141 0.98 - 0.848 1.654
Lag harga dunia riil minyak kedelai LHKW 0.48747 2.43 B
R2 =0.461 R2-Adj = 0.387 F-hitung = 6.26 Dw = 1.43679 dh = -

Harga Ekspor Minyak Kedelai Argentina (HEKA)


Intercept 39.5980 1.05
Harga dunia riil minyak kedelai HKW 0.87094 15.55 A 1.012 1.084
Nilai tukar riil Argentina ERA -4.28929 -0.79 - 0.025 0.027
Ekspor minyak kedelai Argentina XKA -0.01236 -3.62 A 0.134 0.144
Lag harga ekspor riil minyak kedelai
LHEKA 0.06631 0.96 -
Argentina
R2 = 0.934 R2-Adj = 0.922 F-hitung = 74.86 Dw = 1.45125 dh = 1.49

Harga Domestik Minyak Kedelai Argentina (HDKA)


Intercept 127.822 1.38
Harga ekspor riil minyak kedelai Argentina HEKA 0.10437 0.80 - 0.146 0.305
Rasio penawaran domestik terhadap
RSDCKA -2.90880 -0.34 - 0.014 0.029
konsumsi minyak kedelai Argentina
Lag harga domestik riil minyak kedelai
LHDKA 0.52137 2.58 B
Argentina
2
R = 0.315 R2-Adj = 0.221 F-hitung = 293.66 Dw = 1.98563 dh = -

Harga Ekspor Minyak Kedelai Brasil (HEKB)


Intercept 351.7565 1.66
Harga dunia riil minyak kedelai HKW 0.11085 0.26 - 0.101 0.184
Nilai tukar riil Brasil ERB -6.46154 -0.19 - 0.025 0.046
Pajak ekspor minyak kedelai Brasil PEKB -3.66984 -0.55 - 0.100 0.183
Lag harga ekspor riil minyak kedelai Brasil LHEKB 0.45422 1.17 F
R2 = 0.300 R2-Adj = 0.167 F-hitung = 2.25 Dw = 1.410679 dh = -

Harga Domestik Minyak Kedelai Brasil (HDKB)


Harga ekspor riil minyak kedelai Brasil HEKB 0.50764 2.36 B 0.899 -
Penawara domestik minyak kedelai Brasil SDKB -0.14320 -0.49 - 1.530 -
Konsumsi domestik minyak kedelai Brasil CKB 0.16973 0.52 - 1.631 -
R2 =0.845 R2-Adj = 0.825 F-hitung = 104.26 Dw = 0.65327 dh = -

Harga Ekspor Minyak Kedelai USA (HEKUSA)


Intercept 343.50 2.93
Harga dunia riil minyak kedelai HKW 0.45713 2.09 B 0.411 -
Subsidi ekspor minyak kedelai USA SEKUSA 2.03643 0.87 - 0.049 -
R2 = 0.218 R2-Adj = 0.150 F-hitung = 3.21 Dw = 0.633919 dh = -

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
130

Tabel 19. Lanjutan


Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Harga Domestik Minyak Kedelai USA (HDKUSA)
Harga ekspor riil minyak kedelai USA HEKUSA 0.51902 3.55 A 0.459 -
Penawaran domestik minyak kedelai USA SDKUSA -0.12344 -1.24 F 1.519 -
Konsumsi domestik minyak kedelai USA CKUSA 0.20692 1.78 C 2.061 -
R2 =0.980 R2-Adj =0.977 F-hitung = 371.32 Dw =0.98004 dh = -

Harga Impor Minyak Kedelai China (HMKC)


Intercept 264.6960 2.32
Harga dunia riil minyak kedelai HKW 0.4945 2.94 A 0.511 -
Tarif impor minyak kedelai China TMKC 0.21519 0.58 - 0.011 -
R2 = 0.306 R2-Adj = 0.246 F-hitung = 5.08 Dw = 1.889787 dh = -

Harga Impor Minyak Kedelai India (HMKID)


Harga dunia riil minyak kedelai HKW 0.74876 6.82 A 0.816 -
Tarif impor minyak kedelai India TMKID 5.16207 4.22 A 0.181 -
R2 = 0.946 R2-Adj =0.941 F-hitung = 209.30 Dw = 0.68737 dh = -

Harga Impor Minyak Kedelai EU-15 (HMKEU)


Intercept 175.0135 0.62
Harga dunia riil minyak kedelai HKW 0.56348 5.54 A 0.531 -
Tarif impor minyak kedelai EU-15 TMKEU 4.25136 0.38 - 0.190 -
R2 = 0.574 R2-Adj = 0.537 F-hitung = 15.49 Dw = 1.17561 dh = -

Harga Impor Minyak Kedelai Iran (HMKIR)


Harga dunia riil minyak kedelai HKW 0.87053 14.32 A 0.909 -
Tarif impor minyak kedelai Iran TMKIR 2.67192 3.62 A 0.091 -
R2 = 0.982 R2-Adj = 0.980 F-hitung = 638.85 Dw =1.83307 dh = -

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Harga dunia minyak kedelai (HKW) dipengaruhi oleh ekspor dunia

minyak kedelai (XKW), impor dunia minyak kedelai (MKW) dan lag harga dunia

minyak kedelai (LHKW). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan

keragaman harga dunia minyak kedelai sebesar 46% dan seluruh variabel

memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Harga dunia minyak kedelai

relatif lebih responsif terhadap perubahan ekspor dunia dibandingkan terhadap

perubahan impor dunia minyak kedelai.

Secara umum, harga ekspor dan harga impor dipengaruhi secara nyata oleh

harga dunia minyak kedelai. Seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam
131

setiap persamaan variabel endogen memberikan pengaruh nyata secara bersama-

sama, kecuali untuk persamaan harga ekspor minyak kedelai Brasil (HEKB) yang

berpengaruh nyata pada taraf 10%. Harga domestik di negara eksportir secara

umum dipengaruhi oleh harga ekspor dan konsumsi pada taraf nyata 10%-15%.

Tarif impor berpengaruh nyata dalam persamaan harga impor minyak kedelai Iran

dan harga impor minyak kedelai India.

Berdasarkan nilai elastistas, respon harga ekspor terhadap perubahan harga

dunia minyak kedelai terutama terjadi di Argentina terkait serapan pasar ekspor

sekitar 90% dari produksi minyak kedelai Argentina. Besaran respon harga ekspor

terhadap perubahan harga dunia minyak kedelai selanjutnya terjadi di Amerika

Serikat meskipun volume ekspornya menempati urutan ketiga setelah Argentina

dan Brasil. Fenomena ini terkait dengan kebijakan subsidi ekspor oleh pemerintah

Amerika Serikat., Di negara importir, respon harga impor terhadap perubahan

harga dunia minyak kedelai terutama terjadi di Iran diikuti oleh India, EU-15 dan

China.

5.4. Keragaan Minyak Rapeseed Dunia

Minyak rapeseed merupakan minyak nabati ketiga terbesar yang

diporoduksi dan diperdagangkan di pasar dunia minyak nabati maupun di pasar

dunia minyak hayati. Selain sekor pangan, penggunaan utama minyak rapeseed di

negara produsen dan negara importir utama adalah sebagai sumber bahan bakar

alternatif minyak bumi (ket: biodiesel). Seperti halnya minyak kedelai, ciri khas

dalam perdagangan dunia minyak rapeseed adalah negara importir utama

umumnya merupakan negara produsen utama minyak kedelai dan impor


132

dilakukan untuk menutupi kekurangan antara volume produksi domestik dan

konsumi.

Kanada dan Amerika Serikat merupakan dua negara eksportir terbesar

dengan kumulatif share dari kedua negara sekitar 73.1% dari total ekspor di pasar

dunia minyak rapeseed. Dari sisi produksi, Kanada merupakan negara produsen

ketiga terbesar setelah China dan India, sedangkan Amerika Serikat termasuk

kedalam 10 besar negara produsen, antara lain bersama dengan Jepang, Meksiko,

Pakistan, dan negara-negara EU-15. Amerika Serikat selain sebagai negara

eksportir, juga berperan sebagai negara importir utama bersama dengan EU-15

dan China dengan kumulatif share dari ketiganya sekitar 70.22% dari total impor

dunia minyak rapeseed. Impor yang dilakukan oleh Amerika Serikat lebih

ditujukan untuk konsumsi sedangkan produksi domestik minyak rapeseed

Amerika Serikat lebih ditujukan untuk pasar ekspor. Amerika Serikat dan Kanada

memberlakukan subsidi ekspor minyak rapeseed.

5.4.1. Ekspor Minyak Rapeseed

5.4.1.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Rapeseed Kanada

Kanada merupakan negara eksportir terbesar minyak rapeseed mesikpun

sebagai produsen minyak rapeseed ketiga terbesar setelah China dan India. Sekitar

65% dari produksi minyak rapeseed Kanada ditujukan untuk pasar ekspor dan

sisanya diserap oleh pasar domestik. Keragaan ekspor dan konsumsi minyak

rapeseed Kanada disajikan pada Tabel 20. Ekspor minyak rapeseed Kanada

(XRCD) dipengaruhi oleh laju pertumbuhan harga ekspor minyak rapeseed

Kanada (RHERCD), harga domestik (HDRCD), produksi (PRODRCD) dan lag

ekspor minyak rapeseed Kanada (LXRCD). Seluruh variabel eksogen mampu


133

menerangkan keragaman ekspor minyak rapeseed Kanada sebesar 98% dan

seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari

nilai t-hitung, maka ekspor minyak rapeseed Kanada dipengaruhi secara nyata

oleh volume produksi dan lag ekspor minyak rapeseed Kanada. Pada jangka

panjang, ekspor minyak rapeseed Kanada bersifat responsif terhadap perubahan

produksi, sedangkan perubahan pada variabel eksogen lainnya tidak memiliki

dampak yang besar terhadap ekspor minyak rapeseed Kanada.

Tabel 20. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Minyak
Rapeseed Kanada, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Ekspor M. Rapeseed Kanada (XRCD)
Laju pertumbuhan harga ekspor riil minyak
RHERCD 5.12373 0.04 - 0.0001 0.0002
rapeseed Kanada
Harga domestik riil minyak rapeseed
HDRCD -0.32645 -2.56 B 0.202 0.346
Kanada
Produksi inyak rapeseed Kanada PRODRCD 0.58309 4.09 A 0.843 1.440
Lag ekspor minyak rapeseed Kanada LXRCD 0.41475 2.88 A
R2 = 0.984 R2-Adj = 0.981 F-hitung = 339.59 Dw = 1.09184 dh = 3.41

Konsumsi M. Rapeseed Kanada (CRCD)


Intercept -169.133 -0.33
Harga domestik riil minyak rapeseed
HDRCD -0.0067 -0.05 - 0.009 0.047
Kanada
Harga dunia riil minyak bumi HCOW 4.06272 0.47 - 0.512 2.530
Populasi Kanada POPCD 1.13136 0.20 - 0.082 0.407
Lag konsumsi minyak rapeseed Kanada LCRCD 0.79758 6.26 A
R2 = 0.755 R2-Adj =0.708 F-hitung = 16.17 Dw = 1.41834 dh = 1.95

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Konsumsi minyak rapeseed Kanada (CRCD) dipengaruhi oleh harga

domestik minyak rapeseed Kanada (HDRCD), harga dunia minyak bumi

(HCOW), populasi Kanada (POPCD) dan lag konsumsi (LCRCD). Seluruh

variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan mampu menerangkan

keragaman konsumsi minyak rapeseed Kanada sebesar 76% dan seluruh variabel

memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Pada jangka pendek, konsumsi


134

minyak rapeseed Kanada tidak bersifat responsif terhadap perubahan seluruh

variabel eksogen. Pada jangka panjang, konsumsi minyak rapeseed Kanada

bersifat responsif terhadap perubahan harga dunia minyak bumi.

5.4.1.2. Ekspor dan Konsumsi Minyak Rapeseed Amerika Serikat

Amerika Serikat selain sebagai negara eksportir minyak rapeseed kedua

terbesar, juga berperan sebagai negara importir terbesar. Impor yang dilakukan

oleh Amerika Serikat lebih ditujukan untuk konsumsi, sedangkan produksi

domestik minyak rapeseed Amerika Serikat lebih ditujukan untuk pasar ekspor.

Seperti halnya Kanada, Amerika Serikat memberlakukan subsidi ekspor minyak

rapeseed. Keragaan ekspor dan konsumsi minyak rapeseed Amerika Serikat

disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Minyak
Rapeseed Amerika Serikat, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Ekspor M. Rapeseed USA (XRUSA)
Harga ekspor riil minyak rapeseed
HERUSA 0.06699 0.14 - 0.273 -
USA
Harga domestik riil minyak
HDRUSA -0.05650 -0.13 - 0.263 -
rapeseed USA
Produksi minyak rapeseed USA PRODRUSA 0.43160 6.56 A 0.989 -
R2 =0.878 R2-Adj = 0.862 F-hitung = 55.34 Dw = 1.577725 dh = -

Konsumsi M. Rapeseed USA (CRUSA)


Intercept -3516.09 -10.79
Harga domestik riil minyak
HDRUSA -0.7930 -0.60 - 0.662 -
rapeseed USA
Harga relatif harga domestik riil
minyak rapeseed USA terhadap RHDRUSAHCOW -6.57461 -0.08 - 0.098 -
harga dunia riil minyak bumi
Harga domestik riil m. kedelai USA HDKUSA 0.29908 0.67 - 0.227 -
Populasi USA POPUSA 16.70166 12.19 A 5.249 -
R2 = 0.891 R2-Adj =0.871 F-hitung = 43.03 Dw = 0.81984 dh = -

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Ekspor minyak rapeseed Amerika Serikat (XRUSA) dipengaruhi oleh

harga ekspor minyak rapeseed Amerika Serikat (HERUSA), harga domestik


135

(HDRUSA) dan produksi minyak rapeseed Amerika Serikat (PRODRUSA).

Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman ekspor minyak

rapeseed Amerika Serikat sebesar 88% dan seluruh variabel memberikan

pengaruh nyata secara bersama-sama. Ekspor minyak rapeseed Amerika Serikat

relatif lebih bersifat responsif terhadap perubahan produksi minyak rapeseed

Amerika Serikat dibandingkan perubahan harga ekspor maupun harga domestik.

Konsumsi minyak rapeseed Amerika Serikat (CRUSA) dipengaruhi oleh

harga domestik minyak rapeseed Amerika Serikat (HDRUSA), harga relatif antara

harga domestik minyak rapeseed Amerika Serikat terhadap harga dunia minyak

bumi (RHDRUSAHCOW), harga domestik minyak kedelai (HDKUSA) dan

populasi Amerika Serikat (POPUSA). Seluruh variabel eksogen yang dimasukkan

kedalam persamaan mampu menerangkan keragaman konsumsi minyak rapeseed

Amerika Serikat sebesar 89% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata

secara bersama-sama. Konsumsi minyak rapeseed Amerika Serikat bersifat

responsif terhadap perubahan populasi, sedangkan variabel eksogen lainnya tidak

memiliki dampak yang besar terhadap konsumsi.

5.4.2. Impor Minyak Rapeseed

5.4.2.1. Impor Minyak Rapeseed Amerika Serikat

Amerika Serikat selain berperan sebagai negara eksportir minyak

rapeseed, juga berperan sebagai negara importir. Telah dikemukakan pada sub bab

5.4.1.2 bahwa ekspor minyak rapeseed Amerika Serikat lebih diutamakan dari

produksi domestik, sedangkan impor lebih ditujukan untuk pemenuhan konsumsi

domestik. Keragaan impor minyak rapeseed Amerika Serikat disajikan pada Tabel

22. Impor minyak rapeseed Amerika Serikat (MRUSA) dipengaruhi oleh harga
136

impor (HMRUSA), stok (STOKRUSA), konsumsi (CRUSA) dan lag impor

minyak rapeseed Amerika Serikat (LMRUSA). Seluruh variabel penejelas mampu

menerangkan keragaman impor minyak rapeseed Amerika Serikat sebesar 98%

dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Impor

minyak rapeseed Amerika Serikat relatif lebih bersifat responsif terhadap

perubahan konsumsi dibandingkan terhadap perubahan harga impor maupun stok

minyak rapeseed Amerika Serikat.

Tabel 22. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor Minyak Rapeseed


Amerika Serikat, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor M. Rapeseed USA (MRUSA)
Intercept 56.366 1.08
Harga impor riil minyak rapeseed USA HMRUSA -0.0595 -0.65 - 0.050 -
Stok minyak rapeseed USA STOKRUSA -0.5208 -1.10 - 0.044 -
Konsumsi minyak rapeseed USA CRUSA 0.64407 7.18 A 0.810 -
Lag impor minyak rapeseed USA LMRUSA 0.23014 1.66 D
R2 = 0.978 R2-Adj =0.974 F-hitung = 231.31 Dw = 1.54670 dh = 1.62975

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

5.4.2.2. Impor dan Konsumsi Minyak Rapeseed EU-15

Negara-negara yang termasuk kedalam EU-15 secara umum merupakan

produsen minyak rapeseed. Kegiatan impor ditujukan untuk menutupi kekurangan

antara produksi domestik dan konsumsi. Keragaan impor dan konsumsi minyak

rapeseed EU-15 disajikan pada Tabel 23. Impor minyak rapeseed EU-15 (MREU)

dipengaruhi oleh harga impor (HMREU) dan konsumsi minyak rapeseed EU-15

(CREU). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman impor

minyak rapeseed EU-15 sebesar 74% dan seluruh variabel memberikan pengaruh

nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka impor minyak
137

rapeseed EU-15 dipengaruhi secara nyata oleh konsumsi dan bersifat responsif

terhadap perubahan konsumsi.

Konsumsi minyak rapeseed EU-15 (CREU) dipengaruhi oleh harga impor

minyak rapeseed EU-15 (HMREU), harga impor minyak kelapa sawit EU-15

(HMSEU), harga dunia minyak bumi, populasi dan lag konsumsi minyak rapeseed

EU-15 (LCREU). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman

impor minyak kelapa sawit EU-15 sebesar 94% dan seluruh variabel memberikan

pengaruh nyata secara bersama-sama. Konsumsi minyak kelapa sawit EU-15

hanya bersifat responsif terhadap perubahan populasi, sedangkan perubahan pada

harga harga impor minyak rapeseed EU-15 dan harga impor minyak kelapa sawit

EU-15 maupun perubahan harga dunia minyak bumi tidak memiliki dampak yang

besar terhadap konsumsi minyak rapeseed EU-15.

Tabel 23. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Rapeseed EU-15, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Rapeseed EU-15 (MREU)
Intercept 154.2939 0.34
Harga impor riil minyak rapeseed EU-15 HMREU -0.72911 -0.83 - 0.245 -
Konsumsi minyak rapeseed EU-15 CREU 0.98663 6.86 A 1.170 -
R2 =0.742 R2-Adj = 0.719 F-hitung = 33.07 Dw = 0.718025 dh = -

Konsumsi Minyak Rapeseed EU-15 (CREU)


Intercept -5268.47 -1.16
Harga impor riil minyak rapeseed EU-15 HMREU -0.592 -0.72 - 0.168 1.842
Harga impor riil minyak kelapa sawit EU-15 HMSEU 0.769 0.91 - 0.183 2.011
Harga dunia riil minyak bumi HCOW 15.219 0.52 - 0.351 3.849
Populasi EU-15 POPEU 10.893 0.91 - 1.928 21.169
Lag konsumsi minyak rapeseed EU-15 LCREU 0.9089 5.34 A
R2 = 0.939 R2-Adj = 0.924 F-hitung = 61.62 Dw = 2.40866 dh = -2.10

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
138

5.3.2.2. Impor dan Konsumsi Minyak Rapeseed China

China merupakan negara produsen minyak rapeseed terbesar. Seperti

halnya impor minyak rapeseed oleh negara-negara EU-15, impor lebih ditujukan

untuk menutupi kekurangan antara produksi domestik dan konsumsi minyak

rapeseed China. Keragaan impor dan konsumsi minyak rapeseed China disajikan

pada Tabel 24.

Tabel 24. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Rapeseed China, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Rapeseed China (MRC)
Intercept 41.04146 0.20
Harga impor riil minyak rapeseed China HMRC -0.02139 -0.06 - 0.061 0.085
Produksi minyak rapeseed China PRODRC -0.44848 -3.08 A 3.127 4.395
Konsumsi minyak rapeseed China CRC 0.45713 3.14 A 9.886 13.895
Lag impor minyak rapeseed China LMRC 0.28850 1.70 D
R2 = 0.515 R2-Adj = 0.422 F-hitung = 5.57 Dw = 1.726645 dh = 1.39

Konsumsi Minyak Rapeseed China (CRC)


Intercept -6128.8 -3.24
Harga impor riil minyak rapeseed China HMRC -0.0035 -0.01 - 0.0005 0.001
Harga impor riil minyak kedelai China HMKC 0.2575 0.72 - 0.031 0.049
Tingkat pendapatan perkapita riil China IPC 0.11474 2.19 B 0.112 0.175
Populasi China POPC 6.43680 3.32 A 1.847 2.897
Lag impor minyak rapeseed China LCRC 0.36258 1.84 C
R2 = 0.999 R2-Adj = 0.998 F-hitung = 354.87 Dw = 1.88205 dh = -

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Impor minyak rapeseed China (MRC) dipengaruhi oleh harga impor

(HMRC), produksi (PRODRC), konsumsi (CRC) dan lag impor minyak rapeseed

China (LMRC). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman impor

minyak rapeseed China sebesar 51% dan seluruh variabel memberikan pengaruh

nyata secara bersama-sama. Berdasarkan nilai t-hitung maka impor minyak

rapeseed China dipengaruhi secara nyata oleh volume konsumsi dan produksi dan

bersifat responsif terhadap perubahan keduanya.


139

Konsumsi minyak rapeseed China (CRC) dipengaruhi oleh harga impor

minyak rapeseed China (HMRC), harga impor minyak kedelai China (HMKC),

tingkat pendapatan perkapita (IPC), populasi (POPC) dan lag konsumsi minyak

rapeseed China (LCRC). Seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam

persamaan konsumsi minyak rapeseed China mampu menerangkan keragaman

konsumsi sebesar 99% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara

bersama-sama. Konsumsi minyak rapeseed China bersifat responsif terhadap

perubahan populasi, dan tidak responsif terhadap perubahan variabel eksogen

lainnya.

5.4.3. Harga Minyak Rapeseed

Keragaan harga dunia, harga ekspor dan harga domestik negara eksportir

serta harga impor minyak rapeseed negara-negara importir di dalam model

disajikan pada Tabel 25.

Harga dunia minyak rapeseed (HRW) dipengaruhi oleh ekspor dunia

minyak rapeseed (XRW), impor dunia minyak rapeseed (MRW), tren dan lag

harga dunia minyak rapeseed (LHRW). Seluruh variabel eksogen mampu

menerangkan keragaman harga dunia minyak rapeseed sebesar 61% dan seluruh

variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Berbeda dengan harga

dunia minyak kelapa sawit dan harga dunia minyak kedelai, harga dunia minyak

rapeseed relatif lebih responsif terhadap perubahan impor dunia minyak rapeseed

dibandingkan terhadap perubahan ekspor dunia.


140

Tabel 25. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Harga Dunia, Harga Ekspor dan
Harga Domestik Negara Eksportir serta Harga Impor Negara Importir
Minyak Rapeseed, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Harga Dunia Minyak Rapeseed (HRW)
Intercept 143.691 1.61
Ekspor dunia minyak rapeseed XRW -0.01026 -0.09 - 0.051 0.110
Impor dunia minyak rapeseed MRW 0.06244 0.60 - 0.308 0.669
Lag harga dunia riil minyak rapeseed LHRW 0.53913 2.71 B
R2 = 0.578 R2-Adj = 0.520 F-hitung = 10.02 Dw = 1.62412 dh = -
Harga Ekspor Minyak Rapeseed Kanada (HERCD)
Harga dunia riil minyak rapeseed HRW 0.63647 4.60 A 0.710 1.554
Subsidi ekspor minyak rapeseed Kanada SERCD 0.07983 0.05 - 0.002 0.004
Ekspor minyak rapeseed Kanada XRCD -0.15465 -2.89 A 0.264 0.578
Lag harga ekspor riil m. rapeseed Kanada LHERCD 0.54299 5.22 A
R2 = 0.990 R2-Adj =0.988 F-hitung = 520.32 Dw = 1.50523 dh = 1.49
Harga Domestik Minyak Rapeseed Kanada (HDRCD)
Harga ekspor riil minyak rapeseed Kanada HERCD 0.99081 8.95 A 0.935 0.998
Produksi minyak rapeseed Kanada PRODRCD -0.00435 -0.13 - 0.010 0.011
Konsumsi minyak rapeseed Kanada CRCD 0.01583 0.13 - 0.011 0.012
Lag harga domestik riil m. rapeseed Kanada LHDRCD 0.06318 0.57 -
R2 = 0.994 R2-Adj = 0.993 F-hitung = 928.57 Dw = 2.09352 dh = -0.29
Harga Ekspor Minyak Rapeseed USA (HERUSA)
Harga dunia riil minyak rapeseed HRW 0.85528 3.60 A 0.823 -
Subsidi ekspor minyak rapeseed USA SERUSA 8.44879 1.63 D 0.283 -
Ekspor minyak rapeseed USA XRUSA -0.42908 -0.99 - 0.105 -
R2 = 0.963 R2-Adj = 0.959 F-hitung = 201.49 Dw = 1.26917 dh = -
Harga Domestik Minyak Rapeseed USA (HDRUSA)
Intercept 7.2491 0.25
Harga ekspor riil minyak rapeseed USA HERUSA 1.06582 23.49 A 0.932 -
Harga impor riil minyak rapeseed USA HMRUSA 0.01347 0.31 - 0.011 -
Penawaran domestik minyak rapeseed USA SDRUSA -0.02424 -0.13 - 0.032 -
Konsumsi minyak rapeseed USA CRUSA 0.06654 0.34 - 0.080 -
R2 = 0.973 R2-Adj =0.968 F-hitung = 187.98 Dw = 1.98112 dh = -
Harga Impor Minyak Rapeseed USA (HMRUSA)
Harga dunia riil minyak rapeseed HRW 0.68018 12.82 A 0.722 -
Tarif impor minyak rapeseed USA TMRUSA 7.41229 7.15 A 0.279 -
R2 = 0.993 R2-Adj = 0.992 F-hitung = 1710.53 Dw = 1.111695 dh = -
Harga Impor Minyak Rapeseed China (HMRC)
Intercept 127.0903 1.37
Harga dunia riil minyak rapeseed HRW 0.60588 5.61 A 0.651 -
Tarif impor minyak rapeseed China TMRC 3.95628 2.47 B 0.124 -
R2 =0.58397 R2-Adj = 0.5478 F-hitung = 16.14 Dw = 1.544718 dh = -
Harga Impor Minyak Rapeseed EU-15 (HMREU)
Harga dunia riil minyak rapeseed HRW 0.79819 9.67 A 0.769 -
Tarif impor minyak rapeseed EU-15 TMREU 7.03710 3.56 A 0.231 -
R2 = 0.990 R2-Adj = 0.989 F-hitung = 1232.48 Dw = 0.799112 dh = -

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
141

Harga ekspor dipengaruhi secara nyata oleh harga dunia minyak rapeseed

dan harga domestik di negara eksportir dipengaruhi secara nyata oleh harga

ekspor. Selain harga dunia, hambatan perdagangan yang diterapkan oleh negara

importir secara umum berpengaruh nyata terhadap harga impor. Respon harga

ekspor terhadap perubahan harga dunia minyak rapeseed terutama terjadi di

Amerika Serikat dibandingkan Kanada. Di negara importir, respon harga impor

terhadap perubahan harga dunia minyak rapeseed terutama terjadi di EU-15

diikuti oleh Amerika Serikat dan China.

5.5. Keragaan Minyak Biji Bunga Matahari Dunia

Minyak biji bunga matahari merupakan minyak nabati keempat terbesar

yang diporoduksi dan diperdagangkan di pasar dunia minyak nabati maupun di

pasar dunia minyak hayati. Selain sekor pangan, penggunaan minyak biji bunga

matahari di negara produsen dan negara importir utama adalah sebagai bahan

baku industri oleokimia yang pada awalnya berbasis minyak bumi. Seperti halnya

minyak kedelai dan minyak rapeseed, ciri khas dalam perdagangan dunia minyak

biji bunga matahari adalah negara importir utama umumnya merupakan negara

produsen minyak biji bunga matahari dan impor dilakukan untuk menutupi

kekurangan antara volume produksi domestik dan konsumi.

Ukraina, Rusia dan Argentina merupakan tiga negara produsen dan negara

eksportir terbesar minyak biji bunga matahari. Namun, dikarenakan keterbatasan

data maka di dalam penelitian ini negara eksportir minyak biji bunga matahari

hanya diwakili oleh Argentina yang memiliki share di pasar ekspor dunia sekitar

31.08%. Dari sisi negara importir, EU-15, Mesir dan Iran merupakan negara-
142

negara importir utama minyak biji bunga matahari dengan kumulatif share dari

ketiganya sekitar 39.92% dari total impor dunia minyak biji bunga matahari.

5.5.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari Argentina

Argentina merupakan negara produsen dan negara eksportir ketiga terbesar

minyak biji bunga matahari setelah Ukraina dan Rusia. Sekitar 65% dari produksi

minyak biji bunga matahari Argentina ditujukan untuk pasar ekspor dan sisanya

diserap oleh pasar domestik. Keragaan ekspor dan konsumsi minyak biji bunga

matahari Argentina disajikan pada Tabel 26.

Tabel 26. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Minyak
Biji Bunga Matahari Argentina, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Ekspor Minyak Biji Bunga Matahari Argentina (XMA)
Intercept -27.2357 -0.27
Harga ekspor riil minyak biji bunga matahari
HEMA 0.06514 0.38 - 0.037 0.037
Argentina
Harga domestik riil minyak biji bunga
HDMA -0.22921 -0.70 - 0.060 0.061
matahari Argentina
Pajak ekspor minyak biji bunga matahari
PEMA -2.04815 -0.66 - 0.026 0.026
Argentina
Produksi minyak biji bunga matahari
PRODMA 0.79406 14.62 A 1.064 1.076
Argentina
Lag ekspor minyak biji bunga matahari
LXMA 0.01192 0.21 -
Argentina
2
R = 0.965 R2-Adj = 0.956 F-hitung = 108.85 Dw =2.43547 dh = -1.16

Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari Argentina (CMA)


Harga relatif harga domestik riil minyak biji
bunga matahari Argentina terhadap harga RHDMKA -225.77 -0.69 - 0.462 -
domestik riil minyak kedelai Argentina
Harga dunia riil minyak bumi HCOW 5.1721 1.21 F 0.745 -
Populasi Argentina POPA 6.4336 1.23 F 0.641 -
R2 = 0.955 R2-Adj = 0.949 F-hitung = 163.60 Dw = 0.95067 dh = -

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Ekspor minyak biji bunga matahari Argentina (XMA) dipengaruhi oleh

harga ekspor minyak biji bunga matahari Argentina (HEMA), harga domestik

(HDMA), pajak ekspor (PEMA), produksi (PRODMA) dan lag ekspor minyak
143

biji bunga matahari Argentina (LXMA). Seluruh variabel eksogen mampu

menerangkan keragaman ekspor minyak biji bunga matahari Argentina sebesar

97% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama.

Dilihat dari nilai t-hitung, maka ekspor minyak biji bunga matahari Argentina

dipengaruhi secara nyata oleh volume produksi dan bersifat responsif terhadap

perubahan produksi. Perubahan pada variabel eksogen lainnya tidak memiliki

dampak yang besar terhadap ekspor minyak biji bunga matahari Argentina.

Konsumsi minyak biji bunga matahari Argentina (CMA) dipengaruhi oleh

harga relatif antara harga domestik minyak biji bunga matahari Argentina

terhadap harga domestik minyak kedelai Argentina (RHDMKA), harga dunia

minyak bumi (HCOW) dan populasi (POPA). Seluruh variabel eksogen yang

dimasukkan kedalam persamaan mampu menerangkan keragaman konsumsi

minyak biji bunga matahari Argentina sebesar 96% dan seluruh variabel

memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Konsumsi minyak biji bunga

matahari Argentina relatif lebih responsif terhadap perubahan harga dunia minyak

bumi dibandingkan respon konsumsi terhadap perubahan populasi maupun

perubahan harga relatif antara harga domestik minyak biji bunga matahari

Argentina terhadap harga domestik minyak kedelai Argentina.

5.5.2. Impor Minyak Biji Bunga Matahari

5.5.2.1. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari EU-15

Negara-negara yang termasuk kedalam EU-15 secara umum merupakan

produsen minyak biji bunga matahari. Kegiatan impor ditujukan untuk menutupi

kekurangan antara produksi domestik dan konsumsi. Keragaan impor dan

konsumsi minyak biji bunga matahari EU-15 disajikan pada Tabel 27. Impor
144

minyak biji bunga matahari EU-15 (MSEU) dipengaruhi oleh harga impor

(HMMEU), produksi minyak biji bunga matahari EU-15 (PRODMEU), konsumsi

minyak biji bunga matahari EU-15 (CMEU) dan impor tahun sebelumnya

(LMMEU). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman impor

minyak biji bunga matahari EU-15 sebesar 95% dan seluruh variabel memberikan

pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka impor

minyak biji bunga matahari EU-15 dipengaruhi secara nyata oleh jumlah

produksi, konsumsi dan impor minyak biji bunga matahari EU-15 tahun

sebelumnya. Impor minyak biji bunga matahari EU-15 hanya bersifat responsif

terhadap perubahan konsumsi dan produksi minyak biji bunga matahari EU-15

pada jangka panjang.

Tabel 27. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Biji Bunga Matahari EU-15, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Biji Bunga Matahari EU-15 (MMEU)
Intercept 30.13 0.12
Harga impor riil minyak biji bunga matahari
HMMEU -0.18123 -0.52 - 0.066 0.189
EU-15
Produksi minyak biji bunga matahari EU-15 PRODMEU -0.30879 -2.95 A 0.340 0.973
Konsumsi minyak biji bunga matahari EU-15 CMEU 0.76196 3.34 A 0.790 2.259
Lag impor minyak biji bunga matahari
LMMEU 0.65020 5.17 A
EU-15
2
R = 0.952 R2-Adj = 0.943 F-hitung = 103.73 Dw = 0.80779 dh = 3.96

Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari EU-15 (CMEU)


Intercept -825.99 -1.43
Harga relatif antara harga impor riil minyak
biji bunga matahari terhadap harga impor riil RHMMREU -732.91 -2.59 B 0.363 -
minyak rapeseed EU-15
Harga impor riil minyak kedelai EU-15 HMKEU 0.47828 1.72 C 0.142 -
Tingkat pendapatan perkapita EU-15 IPEU 0.11846 11.47 A 1.614 -
R2 = 0.916 R2-Adj = 0.905 F-hitung = 80.25 Dw = 1.23888 dh = -

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
145

Konsumsi minyak biji bunga matahari EU-15 (CMEU) dipengaruhi oleh

harga relatif antara harga impor minyak biji bunga matahari terhadap harga impor

minyak rapeseed EU-15 (RHMMREU), harga impor minyak kedelai EU-15

(HMKEU) dan tingkat pendapatan perkapita EU-15 (IPEU). Seluruh variabel

eksogen mampu menerangkan keragaman impor minyak kelapa sawit EU-15

sebesar 92% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-

sama. Berdasarkan nilai t-hitung, konsumsi minyak biji bunga matahari EU-15

dipengaruhi secara nyata oleh tingkat pendapatan perkapita, harga relatif antara

harga impor minyak biji bunga matahari terhadap harga impor minyak rapeseed

EU-15 dan harga impor minyak kedelai EU-15 berturut-turut pada taraf 1%, 5%

dan 10%. Pada jangka pendek, konsumsi minyak biji bunga matahari EU-15

hanya bersifat responsif terhadap perubahan tingkat pendapatan perkapita EU-15.

5.5.2.2. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari Mesir

Mesir merupakan negara importir minyak biji bunga matahari terbesar.

Seperti halnya impor minyak biji bunga matahari oleh negara-negara EU-15,

impor utamanya ditujukan untuk menutupi kekurangan antara produksi domestik

dan konsumsi. Produksi domestik minyak biji bunga matahari Mesir sekitar 10%

dari konsumsi. Keragaan impor dan konsumsi minyak biji bunga matahari Mesir

disajikan pada Tabel 28.

Impor minyak biji bunga matahari Mesir (MMMS) dipengaruhi oleh laju

pertumbuhan harga impor minyak biji bunga matahari Mesir (RHMMMS), nilai

tukar (ERMS), dan konsumsi minyak biji bunga matahari Mesir (CMMS).

Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman impor minyak biji

bunga matahari Mesir sebesar 42% dan seluruh variabel memberikan pengaruh
146

nyata secara bersama-sama. Impor minyak biji bunga matahari Mesir tidak

bersifat responsif terhadap seluruh variabel eksogen dalam persamaan impor

minyak biji bunga matahari Mesir.

Tabel 28. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Biji Bunga Matahari Mesir, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Biji Bunga Matahari Mesir (MMMS)
Intercept 353.30 7.03
Laju pertumbuhan harga impor riil minyak
RHMMMS -2.37764 -0.06 - 0.0005 -
biji bunga matahari Mesir
Nilai tukar riil Mesir ERMS -27.90140 -3.16 A 0.705 -
Konsumsi minyak biji bunga matahari Mesir CMMS 82.52237 2.77 B 0.112 -
R2 = 0.419 R2-Adj = 0.340 F-hitung = 5.28 Dw = 0.75121 dh = -

Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari Mesir (CMMS)


Intercept 216.4328 1.82
Harga impor riil minyak biji bunga matahari
HMMMS -0.00951 -0.09 - 0.027 0.043
Mesir
Nilai tukar riil Mesir ERMS -14.3876 -1.09 - 0.396 0.629
Populasi Mesir POPMS 0.1128 0.08 - 0.039 0.062
Lag konsumsi minyak biji bunga matahari
LCMMS 0.36971 1.75 C
Mesir
R2 = 0.295 R2-Adj = 0.161 F-hitung = 2.20 Dw = 2.02033 dh = -

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Konsumsi minyak biji bunga matahari Mesir dipengaruhi oleh harga impor

(HMMMS), nilai tukar (ERMS), populasi (POPMS) dan lag konsumsi minyak biji

bunga matahari Mesir (LCMMS). Seluruh variabel eksogen yang dimasukkan

kedalam persamaan konsumsi minyak biji bunga matahari Mesir mampu

menerangkan keragaman konsumsi sebesar 30% dan seluruh variabel memberikan

pengaruh nyata secara bersama-sama pada taraf 10%. Konsumsi minyak biji

bunga matahari Mesir tidak bersifat responsif terhadap seluruh variabel eksogen

dalam persamaan konsumsi minyak biji bunga matahari Mesir.


147

5.5.2.3. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari Iran

Iran termasuk kedalam 10 besar negara importir minyak biji bunga

matahari. Produksi domestik Iran sekitar 10% dari konsumsi dan sisanya dipenuhi

dari impor. Keragaan impor dan konsumsi minyak biji bunga matahari Iran

disajikan pada Tabel 29.

Tabel 29. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi Minyak
Biji Bunga Matahari Iran, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Impor Minyak Biji Bunga Matahari Iran (MMIR)
Harga impor riil minyak biji bunga
HMMIR -0.0027 -0.13 - 0.011 -
matahari Iran
Produksi minyak biji bunga matahari Iran PRODMIR -0.9289 -1.04 - 0.119 -
Konsumsi minyak biji bunga matahari Iran CMIR 1.14492 27.67 A 1.131 -
R2 = 0.987 R2-Adj = 0.986 F-hitung = 605.99 Dw = 1.39649 dh = -
Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari Iran (CMIR)
Harga relatif harga impor riil minyak biji
bunga matahari Iran terhadp harga impor RHMMKIR -7.97627 -0.13 - 0.002 0.004
riil minyak kedelai Iran
Populasi Iran POPIR 1.27381 0.93 - 0.628 1.330
Lag konsumsi minyak biji bunga matahari
LCMIR 0.52763 2.84 A
Iran
2
R = 0.724 R2-Adj = 0.688 F-hitung = 20.14 Dw = 2.04513 dh = -0.36

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%

Impor minyak biji bunga matahari Iran (MMIR) dipengaruhi oleh harga

impor (HMMIR), produksi (PRODMIR) dan konsumsi minyak biji bunga

matahari Iran (CMIR). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman

impor minyak biji bunga matahari Iran sebesar 99% dan seluruh variabel

memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Berdasarkan nilai t-hitung

maka impor minyak biji bunga matahari Iran dipengaruhi secara nyata dan bersifat

responsif terhadap perubahan konsumsi.

Konsumsi minyak biji bunga matahari Iran (CMIR) dipengaruhi oleh

harga relatif antara harga impor minyak biji bunga matahari Iran terhadap harga
148

impor minyak kedelai Iran (RHMMKIR), populasi (POPIR) dan lag konsumsi

(LCMIR). Seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan

konsumsi minyak biji bunga matahari Iran mampu menerangkan keragaman

konsumsi sebesar 72% dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara

bersama-sama. Konsumsi minyak biji bunga matahari Iran bersifat responsif

terhadap perubahan populasi pada jangka panjang.

5.5.3. Harga Minyak Biji Bunga Matahari

Keragaan harga dunia, harga ekspor dan harga domestik negara eksportir

serta harga impor minyak biji bunga matahari negara importir di dalam model

disajikan pada Tabel 30.

Harga dunia minyak biji bunga matahari (HMW) dipengaruhi oleh ekspor

dunia minyak biji bunga matahari (XMW) dan impor dunia minyak biji bunga

matahari (MMW). Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman

harga dunia minyak biji bunga matahari sebesar 99% dan seluruh variabel

memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Harga dunia minyak biji bunga

matahari relatif lebih responsif terhadap perubahan ekspor dunia minyak

dibandingkan terhadap perubahan impor dunia.

Secara umum, harga ekspor dan harga impor dipengaruhi secara nyata oleh

harga dunia minyak biji bunga matahari. Seluruh variabel eksogen yang

dimasukkan kedalam setiap persamaan variabel endogen memberikan pengaruh

nyata secara bersama-sama. Selain harga dunia, hambatan perdagangan yang

diterapkan oleh pemerintah negara importir secara umum berpengaruh nyata

terhadap harga impor. Respon harga ekspor minyak biji bunga matahari Argentina

terhadap perubahan harga dunia minyak biji bunga matahari pada jangka panjang
149

realtif bersifat unitary elastis. terhadap. Di negara importir, respon harga impor

terhadap perubahan harga dunia minyak biji bunga matahari terutama terjadi di

EU-15 diikuti oleh Mesir dan Iran.

Tabel 30. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Harga Dunia, Harga Ekspor dan
Harga Domestik Negara Eksportir serta Harga Impor Negara Importir
Minyak Biji Bunga Matahari, Tahun 1980-2008
Elastisitas
Variabel Simbol Parameter t Value Jangka Jangka
Pendek Panjang
Harga Dunia Minyak Biji Bunga Matahari (HMW)
Intercept 380.010 4.20
Ekspor dunia minyak biji bunga matahari XMW -0.15911 -1.26 F 0.951 -
Impor dunia minyak biji bunga matahari MMW 0.24390 1.76 C 1.401 -
R2 = 0.254 R2-Adj =0.189 F-hitung = 3.91 Dw = 0.99889 dh = -
Harga Ekspor Minyak Biji Bunga Matahari Argentina (HEMA)
Intercept 107.328 1.71
Harga dunia riil minyak biji bunga matahari HMW 0.55005 6.79 A 0.633 0.776
Lag harga ekspor riil minyak biji bunga
LHEMA 0.18394 1.59 D
matahari Argentina
2
R = 0.747 R2-Adj = 0.725 F-hitung = 33.88 Dw = 1.16106 dh = 2.64
Harga Domestik Minyak Biji Bunga Matahari Argentina (HDMA)
Harga ekspor riil minyak biji bunga matahari
HEMA 0.16283 2.65 B 0.402 1.060
Argentina
Penawaran domestik minyak biji bunga
SDMA -0.32333 -1.21 F 0.490 1.292
matahari Argentina
Konsumsi minyak biji bunga matahari
CMA 0.39914 1.06 - 0.555 1.465
Argentina
Lag harga domestik riil minyak biji bunga
LHDMA 0.62105 3.78 A
matahari Argentina
R2 = 0.982 R2-Adj = 0.978 F-hitung = 295.83 Dw = 2.32743 dh = -1.52
Harga Impor Minyak Biji Bunga Matahari EU-15 (HMMEU)
Intercept 336.7428 1.30
Harga dunia riil minyak biji bunga matahari HMW 0.48681 3.98 A 0.470 -
Tarif impor m. biji bunga matahari EU-15 TMMEU 2.017 0.22 - 0.059 -
R2 = 0.493 R2-Adj = 0.449 F-hitung = 11.18 Dw = 0.98668 dh = -
Harga Impor Minyak Biji Bunga Matahari Mesir (HMMMS)
Harga dunia riil minyak biji bunga matahari HMW 0.35947 2.75 B 0.427 0.653
Tarif impor minyak biji bunga matahari
TMMMS 7.69090 2.44 B 0.205 0.313
Mesir
Lag harga impor riil minyak biji bunga
LHMMMS 0.34577 2.07 B
matahari Mesir
2
R =0.960 R2-Adj = 0.955 F-hitung = 186.17 Dw = 1.66138 dh = 1.64
Harga Impor Minyak Biji Bunga Matahari Iran (HMMIR)
Harga dunia riil minyak biji bunga matahari HMW 0.29513 2.32 B 0.341 0.639
Tarif impor minyak biji bunga Matahari Iran TMMIR 5.42226 2.55 B 0.166 0.310
Lag harga impor riil minyak biji bunga
LHMMIR 0.46567 2.75 B
matahari Iran
2
R = 0.979 R2-Adj = 0.977 F-hitung = 366.87 Dw = 1.906567 dh = 0.47

Keterangan:
A : nyata pada taraf 1% B : nyata pada taraf 5% C : nyata pada taraf 10%
D : nyata pada taraf 15% E : nyata pada taraf 20% F : nyata pada taraf 25%
VI. RAMALAN HARGA DUNIA MINYAK NABATI DAN
KERAGAAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT
INDONESIA TAHUN 2012-2025

6.1. Ramalan Harga Minyak Nabati di Pasar Dunia

Pergerakan harga riil minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak

rapeseed dan minyak biji bunga matahari di pasar dunia minyak nabati periode

tahun 2003-2008 dan ramalan tahun 2012-2025 disajikan pada Gambar 13.

Neraca perdagangan minyak nabati di pasar dunia tahun 2003-2008 dan ramalan

tahun 2012-2025 disajikan Gambar 14 (ket: neraca perdagangan dunia merupakan

selisih antara volume ekspor dunia dan volume impor dunia). Hasil peramalan

selengkapnya disajikan pada Lampiran 13. Rekapitulasi rerata harga riil minyak

nabati dan minyak bumi periode tahun 1980-2003, tahun 1980-2008 dan tahun

2003-2008 serta ramalan tahun 2012-2025 disajikan pada Tabel 31.

1050

950
Minyak Nabati: USD/metric ton cif Rotterdam
Minyak Bumi: USd/barrel fob UK Brent

850

750

650

550

450

350
2003

2004

2005

2006

2007

2008

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

M. Kelapa Sawit M. Kedelai M. Rapeseed M. Bj. Matahari

Keterangan: Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis


Gambar 13. Pergerakan Harga Riil Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai,
Minyak Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari di Pasar Dunia
Tahun 2003-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025
151

2.75

2.25

1.75
juta metric ton

1.25

0.75

0.25

-0.25

-0.75
2003

2004

2005

2006

2007

2008

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025
M. Kelapa Sawit M. Kedelai M. Rapeseed M. Bj. Matahari

Keterangan: Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis


Gambar 14. Neraca Perdagangan Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak
Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari di Pasar Dunia Tahun 2003-
2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025

Tabel 31. Rerata Harga Riil Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak
Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari dan Minyak Bumi di Pasar
Dunia Tahun 1980-2003, Tahun 1980-2008 dan Tahun 2003-2008 serta
Ramalan Tahun 2012-2025
Rerata
Rerata Rerata Rerata
Ramalan
Harga Dunia*) Harga Riil Harga Riil Harga Riil
Harga Riil
Th. 2003-2008 Th. 1980-2008 Th. 1980-2003
Th. 2012-2025

Minyak Kelapa Sawit 532.09 512.84 479.17 472.99

Minyak Kedelai 699.72 645.48 534.58 512.35

Minyak Rapeseed 826.72 734.17 550.99 512.31

Minyak Biji Bunga Matahari 839.03 739.90 601.94 572.09

Minyak Bumi 56.72 56.10 56.91 57.13

Keterangan: *) Satuan harga minyak nabati dalam USD/metric ton cif Rotterdam dan satuan
harga minyak bumi dalam USD/barrel fob UK Brent

Proyeksi harga riil keempat minyak nabati dan harga minyak bumi di pasar

dunia untuk periode tahun 2012-2025 cenderung memiliki pola pergerakan harga

yang sama dengan tren meningkat yang kecil. Tren peningkatan harga terbesar
152

dimiliki oleh harga dunia minyak kedelai, diikuti oleh harga dunia minyak

rapeseed, harga dunia minyak biji bunga matahari dan harga dunia minyak kelapa

sawit dengan tren peningkatan harga terkecil.

Perkembangan harga dunia keempat minyak nabati di atas dipengaruhi

oleh hasil peramalan harga dunia minyak bumi dan faktor eksternal lainnya (ket:

metode peramalan variabel eksogen menggunakan metode STEPAR tren 2

dengan program SAS 9.1.) yang kemudian mempengaruhi konsumsi setiap

minyak nabati di setiap negara dan akhirnya mempengaruhi keseimbangan ekspor

dan impor dunia masing-masing minyak nabati.

Berdasarkan Gambar 14, untuk periode tahun 2012-2025, neraca

perdagangan keempat minyak nabati diproyeksikan berada pada posisi surplus.

Rerata surplus perdagangan tahun 2012-2025 untuk minyak kelapa sawit sebesar

2.04 juta ton/tahun atau 5.07% dari rerata volume ekspor dunia minyak kelapa

sawit sebesar 40.20 juta ton/tahun, untuk minyak kedelai adalah 1.4 juta ton/tahun

atau 9.60% dari rerata volume ekspor dunia minyak kedelai sebesar 14.6 juta

ton/tahun, untuk minyak rapeseed sebesar 258.34 ribu ton/tahun atau 5.22% dari

rerata volume ekspor dunia minyak rapeseed sebesar 4.95 juta ton/tahun, dan

untuk minyak biji bunga matahari sebesar 85 ribu ton/tahun atau 1.51% dari rerata

volume ekspor dunia minyak biji bunga matahari sebesar 5.66 juta ton/tahun.

Pembentukan harga dunia setiap minyak nabati selanjutnya dipengaruhi

oleh respon harga dunia minyak nabati terhadap perubahan ekspor dan impor

dunia. Berdasarkan persamaan harga dunia minyak nabati seperti disajikan pada

bab 5, diketahui bahwa setiap minyak nabati memiliki respon berbeda terhadap

perubahan ekspor dan impor dunia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
153

dalam pembentukan harga dunia untuk masing-masing minyak nabati relatif lebih

responsif terhadap perubahan impor dunia daripada perubahan ekspor dunia, (2)

respon harga dunia terhadap perubahan ekspor dunia paling besar dimiliki oleh

harga dunia minyak kelapa sawit, diikuti oleh harga dunia minyak biji bunga

matahari, harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed, dan (3)

respon harga dunia terhadap perubahan impor dunia paling besar dimiliki oleh

harga dunia minyak biji bunga matahari, diikuti oleh harga dunia minyak kelapa

sawit, harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed. Pergerakan

neraca perdagangan dan harga riil di pasar dunia minyak nabati untuk masing-

masing minyak disajikan pada Gambar 15 hingga Gambar 18.

2.75 800

2.25 700

600
1.75

USD/metric ton
500
juta metric ton

1.25
400
0.75
300

0.25
200

-0.25 100

-0.75 0
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025

Neraca Perdagangan Dunia M. Sawit Harga Dunia Riil M. Sawit

Keterangan: Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis


Gambar 15. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak Kelapa
Sawit Tahun 1980-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025
154

2.25 900

800
1.75
700

1.25 600

USD/metric ton
juta metric ton

500
0.75
400

0.25 300

200
-0.25
100

-0.75 0
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
Neraca Perdagangan Dunia M. Kedelai Harga Dunia Riil M. Kedelai

Keterangan: Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis


Gambar 16. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak Kedelai
Tahun 1980-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025

2.25 1000

900
1.75
800

700
1.25

USD/metric ton
600
juta metric ton

0.75 500

400
0.25
300

200
-0.25
100

-0.75 0
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025

Neraca Perdagangan Dunia M. Rapeseed Harga Dunia Riil M. Rapeseed

Keterangan: Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis


Gambar 17. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak
Rapeseed Tahun 1980-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025
155

2.25 1000

900
1.75
800

700
1.25

USD/metric ton
600
juta metric ton

0.75 500

400
0.25
300

200
-0.25
100

-0.75 0
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
Neraca Perdagangan Dunia M. Matahari Harga Dunia Riil M. Matahari

Keterangan: Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis


Gambar 18. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak Biji
Bunga Matahari Tahun 1980-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025

6.2. Ramalan Keragaan Industri Kelapa Sawit Indonesia

Ramalan keragaan industri minyak kelapa sawit Indonesia dalam

penelitian ini meliputi: (1) luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal

tanaman kelapa sawit menghasilkan Indonesia menurut pelaku usaha, (2)

produktivitas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan menurut pelaku usaha,

dan (3) volume produksi, ekspor dan konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia.

Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman

kelapa sawit menghasilkan untuk masing-masing pelaku usaha periode tahun

2003-2008 dan ramalan tahun 2012-2025 seperti disajikan pada Gambar 19

hingga Gambar 21. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas

areal tanaman kelapa sawit menghasilkan masing-masing pelaku usaha di tahun

2012-2025 diproyeksikan memiliki tren meningkat, khususnya PBS dan PR. Tren

peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman kelapa

sawit menghasilkan untuk masing-masing pelaku usaha secara berturut-turut


156

yaitu: untuk PBN 1.53%/tahun dan 2.15%/tahun, untuk PBS 2.79%/tahun dan

2.76%/tahun, dan untuk PR sebesar 2.34%/tahun dan 2.28%/tahun.

1000

900

800

700

600
ribu ha

500

400

300

200

100

0
2003

2004

2005

2006

2007

2008

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025
Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit PBN (LASIN) Luas Areal Kelapa Sawit TM PBN (LASMIN)

Keterangan: Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis


Gambar 19. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas Areal
Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PBN Tahun 2003-2008 dan
Ramalan Tahun 2012-2025

6000

5000

4000
ribu ha

3000

2000

1000

0
2003

2004

2005

2006

2007

2008

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit PBS (LASIS) Luas Areal Kelapa Sawit TM PBS (LASMIS)

Keterangan: Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis


Gambar 20. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas Areal
Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PBS Tahun 2003-2008 dan
Ramalan Tahun 2012-2025
157

4500

4000

3500

3000

2500
ribu ha

2000

1500

1000

500

0
2003

2004

2005

2006

2007

2008

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025
Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit PR (LASIR) Luas Areal Kelapa Sawit TM PR (LASMIR)

Keterangan: Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis


Gambar 21. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas Areal
Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PR Tahun 2003-2008 dan
Ramalan Tahun 2012-2025

Perkembangan produtivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan periode

tahun 2003-2008 dan ramalan tahun 2012-2025 menurut pelaku usaha dan di

tingkat nasional seperti disajikan pada Gambar 22. Ramalan rerata pencapaian

produktivitas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan tahun 2012-2025 untuk

masing-masing pelaku usaha dan di tingkat nasional secara berturut-turut adalah

4.12 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk PBN, 3.95 ton minyak kelapa

sawit/ha TM/tahun untuk PBS, 3.13 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk

PR, dan 3.64 ton minyak kelapa sawit/ha TM/tahun untuk tingkat nasional. Selain

respon harga dan pengaruh tambahan areal baru tanaman kelapa sawit

menghasilkan, tren produktivitas akan terkait dengan (1) komposisi umur tanaman

kelapa sawit menghasilkan dan penerapan kultur teknis oleh masing-masing

pelaku usaha, dan (2) pengaruh unmanageable factors seperti iklim. Secara teknis

tanaman kelapa sawit menghasilkan dibagi kedalam 4 (empat) kelompok fase,

yaitu fase tanaman muda (umur 4-5 tahun) , remaja (umur 6-8 tahun), dewasa
158

(umur 9-15tahun) dan fase tanaman tua (umur ≥16 tahun). Setiap kelompok fase

tanaman memiliki potensi produksi tandan buah segar (TBS) dan potensi

rendemen minyak kelapa sawit. Fase tanaman muda memiliki potensi produksi

TBS terendah, kemudian meningkat dengan pesat pada saat fase tanaman remaja,

mengalami puncak pada fase dewasa dan kemudian menurun secar gradual saat

memasuki fase tanaman tua. Sedangkan pola potensi rendemen minyak menurut

kelompok fase tanaman adalah semakin meningkat dengan semakin tuanya fase

tanaman.

4.5
ton minyak sawit/ha TM kelapa sawit/tahun

4.0

3.5

3.0

2.5

2.0
2003

2004

2005

2006

2007

2008

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

NASIONAL YIESIN YIESIS YIESIR

Keterangan: Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis


Gambar 22. Perkembangan Produktivitas Areal Tanaman Kelapa Sawit
Menghasilkan PBN, PBS, PR dan Tingkat Nasional Tahun 2003-
2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025

Perkembangan produksi, ekspor dan konsumi domestik minyak kelapa

sawit Indonesia periode tahun 2003-2008 dan ramalan tahun 2012-2025 seperti

disajikan pada Gambar 23. Proyeksi produksi minyak kelapa sawit Indonesia

untuk periode tahun 2012-2025 memiliki tren meningkat sebesar 2.39%/tahun.

Sedangkan proyeksi laju perkembangan konsumsi dan laju perkembangan ekspor


159

minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut sebesar 3.09%/tahun dan

2.15%/tahun. Kondisi ini ini relatif berbeda dengan kondisi di tahun 2003-2008.

Di tahun 2003-2008 rerata laju peningkatan produksi minyak kelapa sawit

Indonesia sekitar 12.75%/tahun dengan laju perkembangan konsumsi dan laju

perkembangan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut sebesar

5.23%/tahun dan 18.42%/tahun. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa

pasar domestik akan berperan penting dalam menunjang pengembangan industri

kelapa sawit Indonesia di masa depan, yaitu didalam menunjang kestabilan harga

maupun jaminan pemasaran hasil produksi.

35000

30000

25000
ribu ton/tahun

20000

15000

10000

5000

0
2003

2004

2005

2006

2007

2008

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

Produksi Ekspor Konsumsi Domestik

Keterangan: Periode tahun 2009-2011 tidak dianalisis


Gambar 23. Perkembangan Produksi, Ekspor dan Konsumsi MInyak Kelapa
Sawit Indonesia Tahun 2003-2008 dan Proyeksi Tahun 2012-2025

Dari sisi pasar, Indonesia masih memiliki peluang untuk mengembangkan

industri kelapa sawit. Selain pasar domestik, permintaan minyak kelapa sawit dan

produk turunannya diperkirakan akan terus meningkat, baik untuk pangan maupun

non pangan seiiring tren harga minyak bumi yang meningkat. Perkembangan
160

permintaan terutama diperkirakan akan datang dari Cina, India, Uni Eropa dan

Pakistan.

6.3. Dampak Perubahan Faktor Eksternal dan Kebijakan Perdagangan

Sub bab 6.3 membahas dampak perubahan faktor eksternal dan kebijakan

oleh negara-negara eksportir dan importir dalam model terhadap perdagangan

dunia minyak nabati dan khususnya terhadap produksi, konsumsi dan ekspor

minyak kelapa sawit Indonesia. Ringkasan hasil simulasi peramalan tahun 2012-

2025 sesuai dengan skenario dalam Tabel 3 pada sub bab 4.5 seperti disajikan

Tabel 32.

Tabel 32. Ringkasan Hasil Simulasi Peramalan Tahun 2012-2025


Skenario 4
Skenario 2 Skenario 3
Skenario 1 Produksi Minyak
Nilai Produksi Minyak Produksi Minyak
Harga Dunia Minyak Kedelai Argentina,
Variabel Dasar Kelapa Sawit Malaysia Rapeseed USA dan
Bumi Naik 1% Brasil dan USA
Endogen Predited Naik 10% Kanada Naik 10%
Naik 10%
Mean
Predicted Predicted Predicted Predicted
%∆ %∆ %∆ %∆
Mean Mean Mean Mean
HSW 532.10 533.90 0.3383 508.30 -4.4728 532.00 -0.0188 531.70 -0.0752

HKW 699.70 706.80 1.0147 697.80 -0.2715 699.60 -0.0143 639.40 -8.6180

HRW 826.50 831.00 0.5445 820.20 -0.7623 823.40 -0.3751 823.00 -0.4235

HMW 839.00 843.80 0.5721 838.80 -0.0238 839.00 0.0000 832.00 -0.8343

HDSI 4921.00 4931.10 0.2052 4785.20 -2.7596 4920.60 -0.0081 4918.50 -0.0508

HESI 451.40 453.00 0.3545 430.40 -4.6522 451.40 0.0000 451.00 -0.0886

YIESIN 4.1234 4.1260 0.0631 4.0894 -0.8246 4.1233 -0.0024 4.1228 -0.0146

YIESIS 3.9454 3.9534 0.2028 3.8414 -2.6360 3.9451 -0.0076 3.9437 -0.0431

YIESIR 3.1276 3.1336 0.1918 3.0486 -2.5259 3.1274 -0.0064 3.1263 -0.0416

PRODSI 24697.30 24745.40 0.1948 24064.70 -2.5614 24695.70 -0.0065 24686.80 -0.0425

SDSI 9121.60 9123.10 0.0164 9103.60 -0.1973 9121.60 0.0000 9121.40 -0.0022

CSI 7205.70 7204.20 -0.0208 7226.10 0.2831 7205.80 0.0014 7206.10 0.0056

XSI 17436.80 17483.40 0.2673 16822.20 -3.5247 17435.20 -0.0092 17426.50 -0.0591

XSW 40200.90 40247.80 0.1167 41052.70 2.1189 40199.30 -0.0040 40190.60 -0.0256

MSW 38162.60 38247.20 0.2217 38369.20 0.5414 38159.70 -0.0076 38142.40 -0.0529

XKW 14601.60 14601.60 0.0000 14601.80 0.0014 14602.20 0.0041 15866.20 8.6607

MKW 13199.80 13276.00 0.5773 13179.00 -0.1576 13198.60 -0.0091 13390.90 1.4477

XRW 4953.10 4949.60 -0.0707 4957.90 0.0969 5210.70 5.2008 4956.10 0.0606

MRW 4694.80 4731.50 0.7817 4643.60 -1.0906 4712.40 0.3749 4666.80 -0.5964

XMW 5659.60 5659.00 -0.0106 5659.60 0.0000 5659.60 0.0000 5659.60 0.0000

MMW 5574.20 5593.30 0.3427 5573.30 -0.0161 5574.10 -0.0018 5545.50 -0.5149
161

Tabel 32. Lanjutan


Skenario 5 Skenario 6 Skenario 7
Skenario 8
Nilai Produksi Minyak Bj. Produksi Minyak Pajak Ekspor Minyak
Depresiasi IDR/USD
Variabel Dasar Bng. Matahari Nabati Eksportir Non Kelapa Sawit
sebesar 8%
Endogen Predi-ted Argentina Naik 10% Indonesia Naik 10% Indonesia= Nol
Mean
Predicted Predicted Predicted Predicted
%∆ %∆ %∆ %∆
Mean Mean Mean Mean
HSW 532.10 531.00 -0.2067 506.70 -4.7735 522.00 -1.8981 527.60 -0.8457

HKW 699.70 698.80 -0.1286 636.40 -9.0467 698.90 -0.1143 699.40 -0.0429

HRW 826.50 826.20 -0.0363 813.40 -1.5850 823.70 -0.3388 825.40 -0.1331

HMW 839.00 812.70 -3.1347 805.50 -3.9928 838.90 -0.0119 839.00 0.0000

HDSI 4921.00 4914.70 -0.1280 4776.10 -2.9445 4863.00 -1.1786 5086.80 3.3692

HESI 451.40 450.40 -0.2215 429.00 -4.9623 442.50 -1.9716 445.50 -1.3070

YIESIN 4.1234 4.1221 -0.0315 4.0875 -0.8706 4.1076 -0.3832 4.1145 -0.2158

YIESIS 3.9454 3.9412 -0.1065 3.8353 -2.7906 3.8986 -1.1862 3.9175 -0.7072

YIESIR 3.1276 3.1243 -0.1055 3.0437 -2.6826 3.0929 -1.1095 3.2231 3.0535

PRODSI 24697.30 24670.60 -0.1081 24025.90 -2.7185 24418.30 -1.1297 24851.20 0.6231

SDSI 9121.60 9121.00 -0.0066 9102.70 -0.2072 8478.40 -7.0514 9116.10 -0.0603

CSI 7205.70 7206.60 0.0125 7227.30 0.2998 7214.70 0.1249 7181.10 -0.3414

XSI 17436.80 17410.60 -0.1503 16784.30 -3.7421 17801.00 2.0887 17596.10 0.9136

XSW 40200.90 40174.60 -0.0654 41014.50 2.0238 40563.80 0.9027 40359.70 0.3950

MSW 38162.60 38110.90 -0.1355 38294.40 0.3454 38254.40 0.2405 38199.50 0.0967

XKW 14601.60 14601.60 0.0000 15867.00 8.6662 14601.70 0.0007 14601.60 0.0000

MKW 13199.80 13189.70 -0.0765 13358.80 1.2046 13190.70 -0.0689 13196.00 -0.0288

XRW 4953.10 4953.30 0.0040 5218.70 5.3623 4955.30 0.0444 4953.90 0.0162

MRW 4694.80 4692.60 -0.0469 4631.00 -1.3590 4672.00 -0.4856 4685.60 -0.1960

XMW 5659.60 5832.90 3.0621 5833.00 3.0638 5659.60 0.0000 5659.60 0.0000

MMW 5574.20 5579.40 0.0933 5549.80 -0.4377 5573.80 -0.0072 5574.00 -0.0036

Keterangan:
- Besaran perubahan hasil simulasi dipengaruhi oleh share ekspor dan impor dalam perdagangan
dunia minyak nabati oleh negara eksportir dan importir yang digunakan dalam permodelan.
- Negara eksportir minyak kelapa sawit diwakili oleh Indonesia dan Malaysia dengan share
terhadap total ekspor dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 43.28% dan 45.70%. Negara
importir diwakili oleh China, EU-15, India dan Pakistan dengan share terhadap total impor
dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 16.58%, 15.68%, 17.06% dan 5.21%.
- Negara eksportir minyak kedelai diwakili oleh Argentina, Brasil dan Amerika Serikat dengan
share terhadap total ekspor dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 50.22%, 22.95% dan
11.46%. Negara importir diwakili oleh China, EU-15, India dan Iran dengan share terhadap
total impor dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 24.11%, 10.43%, 7.79% dan 3.94%.
- Negara eksportir minyak rapeseed diwakili oleh Kanada dan Amerika Serikat dengan share
terhadap total ekspor dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 59.53% dan 7.47%. Negara
importir diwakili oleh Amerika Serikat, EU-15 dan China dengan share terhadap total impor
dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 44.61%, 17.68% dan 11.36%.
- Negara eksportir minyak biji bunga matahari diwakili oleh Argentina dengan share terhadap
total ekspor dunia tahun 2008 sebesar 31.08%. Negara importir diwakili oleh EU-15, Mesir,
dan Iran dengan share terhadap total impor dunia tahun 2008 masing-masing sebesar 29.54%,
6.05% dan 3.12%.
162

Kenaikan harga dunia minyak bumi (Skenario 1) secara umum mendorong

peningkatan konsumsi minyak nabati di negara eksportir maupun importir yang

akhirnya diikuti oleh kenaikan harga dunia minyak nabati. Namun, kenaikan

harga dunia minyak nabati relatif lebih kecil dari kenaikan harga dunia minyak

bumi, kecuali untuk harga dunia minyak kedelai yang mengalami laju kenaikan

harga yang relatif sama dengan laju kenaikan harga dunia minyak bumi. Harga

dunia minyak kedelai memperoleh dampak yang paling besar dari kenaikan harga

dunia minyak bumi, diikuti oleh harga minyak biji bunga matahari, harga minyak

rapeseed dan harga minyak kelapa sawit. Selain karakteristik kimiawi yang

mempengaruhi cakupan pemanfaatan keempat minyak nabati sebagai subsitusi

minyak bumi dalam kehidupan sehari-hari, secara umum keterbatasan volume

produksi dunia minyak nabati dan pemenuhan kebutuhan sektor pangan

merupakan kendala utama dalam pemakaian minyak nabati sebagai subsitusi

minyak bumi. Bagi industri kelapa sawit Indonesia, kenaikan harga dunia minyak

kelapa sawit akibat adanya kenaikan harga dunia minyak bumi menjadikan harga

ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia naik dan direspon

dengan kenaikan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan oleh ketiga

pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Peningkatan produktivitas

dan harga ekspor minyak kelapa sawit mendorong kenaikan volume ekspor.

Peningkatan produktivitas mendorong peningkatan penawaran domestik, namun

pengaruhnya relatif lebih kecil daripada dampak kenaikan harga ekspor yang

menjadikan harga domestik naik yang diikuti oleh penurunan volume konsumsi

domestik minyak kelapa sawit Indonesia.


163

Hasil Skenario 2 yaitu peningkatan produksi minyak kelapa sawit

Malaysia sebesar 10%, mendorong naiknya ekspor dunia minyak kelapa sawit dan

kenaikan ekspor dunia minyak kelapa sawit menyebabkan penurunan harga dunia

minyak kelapa sawit. Penurunan harga dunia minyak kelapa sawit mendorong

kenaikan impor dunia minyak kelapa sawit, namun menurunkan impor dunia

ketiga minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga

minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak rapeseed, diikuti

oleh minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari. Penurunan harga dunia

minyak kelapa sawit diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga domestik

minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri

kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produksi akibat penurunan produktivitas

tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha dan penurunan volume

ekspor. Di sisi lain, terjadi peningkatan volume konsumsi sebagai akibat

penurunan harga domestik.

Hasil Skenario 3 yaitu peningkatan produksi minyak rapeseed Amerika

Serikat dan Kanada masing-masing sebesar 10%, mendorong naiknya ekspor

dunia minyak rapeseed dan kenaikan ekspor dunia menyebabkan penurunan harga

dunia minyak rapeseed. Penurunan harga dunia minyak rapaseed mendorong

kenaikan impor dunia minyak rapaseed, namun menurunkan impor dunia ketiga

minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga

minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak kedelai, diikuti

oleh minyak kelapa sawit dan minyak biji bunga matahari. Bagi industri kelapa

sawit Indonesia, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit akibat kenaikan

ekspor dunia minyak rapeseed diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga
164

domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan

industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produktivitas tanaman kelapa

sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha, penurunan produksi, dan penurunan

volume ekspor. Di sisi lain, terjadi peningkatan volume konsumsi sebagai akibat

penurunan harga domestik.

Peningkatan produksi minyak kedelai Amerika Serikat, Argentina dan

Brasil masing-masing sebesar 10% (Skenario 4), mendorong naiknya ekspor

dunia minyak kedelai dan kenaikan ekspor dunia menyebabkan penurunan harga

dunia minyak kedelai. Penurunan harga dunia minyak kedelai mendorong

kenaikan impor dunia minyak kedelai, namun menurunkan impor dunia ketiga

minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia ketiga

minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak rapeseed, diikuti

oleh minyak biji bunga matahari dan minyak kelapa sawit. Seperti halnya pada

Skenario 2, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit diikuti oleh penurunan

harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon

selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan

produksi akibat penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan

ketiga pelaku usaha dan penurunan volume ekspor. Di sisi lain, terjadi

peningkatan volume konsumsi sebagai akibat penurunan harga domestik.

Peningkatan produksi minyak biji bunga matahari Argentina (Skenario 5)

sebesar 10%, mendorong naiknya ekspor dunia minyak biji bunga matahari dan

kenaikan ekspor dunia menyebabkan penurunan harga dunia minyak biji bunga

matahari. Penurunan harga dunia minyak biji bunga matahari mendorong

kenaikan impor dunia minyak biji bunga matahari, namun menurunkan impor
165

dunia ketiga minyak lainnya yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga dunia

ketiga minyak tersebut. Penurunan impor terbesar dialami oleh minyak kelapa

sawit, diikuti oleh minyak kedelai dan minyak rapeseed. Bagi industri kelapa

sawit Indonesia, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit akibat kenaikan

ekspor dunia minyak rapeseed diikuti oleh penurunan harga ekspor dan harga

domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan

industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan produktivitas tanaman kelapa

sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha, penurunan produksi, dan penurunan

volume ekspor. Di sisi lain, terjadi peningkatan volume konsumsi sebagai akibat

penurunan harga domestik.

Hasil Skenario 6 yaitu kenaikan produksi seluruh minyak nabati di negara

eksportir dalam model di luar Indonesia sebesar 2%, secara umum mendorong

peningkatan ekspor dan impor dunia minyak nabati, kecuali untuk impor dunia

minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari yang menurun. Efek subsitusi

antar keempat minyak menurunkan konsumsi minyak rapeseed dan minyak biji

bunga matahari di negara-negara importir yang diikuti oleh volume penurunan

impor dunia. Dampak selanjutnya dari kenaikan produksi seluruh minyak nabati

di negara eksportir di luar Indonesia adalah terjadi penurunan harga dunia untuk

keempat minyak nabati. Penurunan harga terbesar dialami oleh minyak kedelai,

diikuti oleh minyak kelapa sawit, minyak rapeseed dan minyak biji bunga

matahari. Seperti halnya pada skenario 2, penurunan harga dunia minyak kelapa

sawit ditransmisikan kepada penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak

kelapa sawit Indonesia. Respon selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit

Indonesia adalah penurunan produksi akibat penurunan produktivitas tanaman


166

kelapa sawit menghasilkan ketiga pelaku usaha dan penurunan volume ekspor

minyak kelapa sawit Indonesia. Di sisi lain, terjadi peningkatan penawaran

domestik dan konsumsi sebagai akibat penurunan harga domestik. Ekspor

minyak sawit dunia yang meningkat pada saat ekspor minyak kelapa sawit

Indonesia menurun adalah akibat kenaikan ekspor minyak kelapa sawit Malaysia

yang lebih besar.

Penghapusan pajak ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (Skenario 7)

mendorong kenaikan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia, namun menurunkan

penawaran domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Dampak peningkatan ekspor

minyak kelapa sawit Indonesia di pasar dunia minyak kelapa sawit adalah

penurunan harga dunia minyak kelapa sawit dan diikuti oleh penurunan harga

dunia tiga minyak nabati lainnya. Penurunan harga dunia minyak kelapa sawit

ditransmisikan kepada penurunan harga ekspor dan harga domestik minyak kelapa

sawit Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh penghapusan pajak ekspor

terhadap kenaikan harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia adalah lebih kecil

dibandingkan pengaruh penurunan harga dunia minyak kelapa sawit terhadap

harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Hal serupa terjadi pada harga

domestik minyak kelapa sawit Indonesia, yaitu dampak penurunan jumlah

penawaran domestik (ket: yang mendorong kenaikan harga domestik) relatif lebih

kecil dibandingkan dampak penurunan harga ekspor minyak kelapa sawit

Indonesia. Penurunan harga domestik mendorong peningkatan konsumsi minyak

kelapa sawit Indonesia. Akibat penurunan harga ekspor dan harga domestik,

diikuti oleh penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan ketiga


167

pelaku usaha yang selanjutnya diikuti oleh penurunan produksi minyak kelapa

sawit Indonesia.

Hasil Skenario 8 yaitu depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

Serikat sebesar 8% menyebabkan penurunan harga ekspor minyak minyak kelapa

sawit Indonesia tetapi di sisi lain terjadi kenaikan harga domestik minyak kelapa

sawit Indonesia. Kenaikan harga domestik diikuti oleh penurunan konsumsi, dan

sebagai akibatnya mendorong ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Kenaikan

ekspor minyak kelapa sawit Indonesia mendorong kenaikan ekspor dunia yang

akhirnya menyebabkan penurunan harga dunia minyak kelapa sawit. Di pasar

dunia minyak nabati, penurunan harga dunia minyak kelapa sawit diikuti oleh

penurunan harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed,

sedangkan harga dunia minyak biji bunga matahari adalah konstan. Respon

selanjutnya dalam keragaan industri kelapa sawit Indonesia adalah penurunan

produktivitas tanaman kelapa sawit PBN dan PBS yang berorientasi pada pasar

ekspor. Sedangkan produktivitas PR meningkat seiiring peningkatan harga

domestik dan secara total produksi minyak kelapa sawit Indonesia meningkat.

Meskipun produksi meningkat, namun peningkatan produksi relatif lebih kecil

daripada peningkatan ekspor dan menjadikan penawaran domestik minyak kelapa

sawit Indonesia turun.


VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Pengaruh harga dunia minyak bumi dan minyak nabati pesaing terhadap satu

jenis minyak nabati ditransmisikan melalui konsumsi (ket: efek subsitusi)

yang selanjutnya mempengaruhi neraca perdagangan di pasar dunia. Neraca

perdagangan di pasar dunia selanjutnya mempengaruhi harga dunia. Harga

dunia, nilai tukar dan kebijakan perdagangan selanjutnya mempengaruhi harga

ekspor dan harga impor, sedangkan harga domestik di negara eksportir

dipengaruhi oleh harga ekspor. Harga domestik di negara eksportir dan harga

impor di negara importir selanjutnya akan mempengaruhi konsumi satu jenis

minyak nabati.

2. Berdasarkan persamaan pembentukan harga dunia masing-masing minyak

nabati diketahui bahwa harga dunia keempat minyak nabati relatif lebih

responsif terhadap perubahan impor dunia daripada perubahan ekspor dunia.

Harga dunia minyak biji bunga matahari memiliki respon paling besar

terhadap perubahan impor dunia, diikuti oleh harga dunia minyak kelapa

sawit, harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed. Harga

dunia minyak kelapa sawit memiliki respon paling besar terhadap perubahan

ekspor dunia, diikuti oleh harga dunia minyak biji bunga matahari, harga

dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed.

3. Kenaikan harga dunia minyak bumi secara umum mendorong peningkatan

konsumsi keempat jenis minyak nabati, mempengaruhi neraca perdagangan

minyak nabati di pasar dunia yang akhirnya diikuti oleh kenaikan harga dunia

minyak nabati. Namun, kenaikan harga dunia minyak nabati relatif lebih kecil
169

dari kenaikan harga dunia minyak bumi, kecuali untuk harga dunia minyak

kedelai yang mengalami persentase peningkatan harga yang relatif sama

dengan persentase peningkatan harga dunia minyak bumi. Harga dunia

minyak kedelai memperoleh dampak yang lebih besar dari kenaikan harga

dunia minyak bumi dibandingkan dampak yang diterima oleh harga tiga

minyak nabati lainnya, diikuti oleh harga minyak biji bunga matahari, harga

minyak rapeseed dan harga minyak kelapa sawit. Selain karakteristik kimia

yang mempengaruhi cakupan pemanfaatan keempat minyak nabati sebagai

subsitusi minyak bumi dalam kehidupan sehari-hari, secara umum

keterbatasan volume produksi dunia minyak nabati dan pemenuhan kebutuhan

sektor pangan merupakan kendala utama dalam pemakaian minyak nabati

sebagai subsitusi minyak bumi.

4. Efek subsitusi minyak kelapa sawit relatif lebih berpengaruh terhadap

konsumsi minyak rapeseed, diikuti terhadap konsumsi minyak kedelai dan

minyak biji bunga matahari. Efek subsitusi minyak rapeseed relatif lebih

berpengaruh terhadap konsumsi minyak kedelai, diikuti terhadap konsumsi

minyak kelapa sawit dan minyak biji bunga matahari. Efek subsitusi minyak

kedelai relatif lebih berpengaruh terhadap konsumsi minyak rapeseed, diikuti

terhadap konsumsi minyak biji bunga matahari dan minyak kelapa sawit. Efek

subsitusi minyak biji bunga matahari relatif lebih berpengaruh terhadap

konsumsi minyak kelapa sawit, diikuti terhadap konsumsi minyak kedelai dan

minyak rapeseed.

5. Ramalan harga riil minyak nabati dan harga minyak bumi di pasar dunia untuk

periode tahun 2012-2025 cenderung memiliki pola pergerakan harga yang


170

sama dengan tren meningkat yang kecil. Tren peningkatan harga terbesar

dimiliki oleh harga dunia minyak kedelai, diikuti oleh harga dunia minyak

rapeseed, harga dunia minyak biji bunga matahari dan harga dunia minyak

kelapa sawit dengan tren peningkatan harga yang terkecil.

6. Neraca perdagangan keempat minyak nabati untuk periode tahun 2012-2025,

diproyeksikan berada pada posisi surplus. Rerata surplus perdagangan tahun

2012-2025 untuk minyak kelapa sawit sebesar 2.04 juta ton/tahun atau 5.07%

dari rerata volume ekspor dunia minyak kelapa sawit sebesar 40.20 juta

ton/tahun, untuk minyak kedelai adalah 1.4 juta ton/tahun atau 9.60% dari

rerata volume ekspor dunia minyak kedelai sebesar 14.6 juta ton/tahun, untuk

minyak rapeseed sebesar 258.34 ribu ton/tahun atau 5.22% dari rerata volume

ekspor dunia minyak rapeseed sebesar 4.95 juta ton/tahun, dan untuk minyak

biji bunga matahari sebesar 85 ribu ton/tahun atau 1.51% dari rerata volume

ekspor dunia minyak biji bunga matahari sebesar 5.66 juta ton/tahun.

7. Ramalan produksi minyak kelapa sawit Indonesia untuk periode tahun 2012-

2025 menunjukkan tren peningkatan produksi sebesar 2.39%/tahun.

Sedangkan laju perkembangan konsumsi dan laju perkembangan ekspor

minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut sebesar 3.09%/tahun dan

2.15%/tahun. Kondisi ini ini relatif berbeda dengan kondisi di tahun 2003-

2008. Di tahun 2003-2008 rerata laju peningkatan produksi minyak kelapa

sawit Indonesia sekitar 12.75%/tahun dengan laju perkembangan konsumsi

dan laju perkembangan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut

sebesar 5.23%/tahun dan 18.42%/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pasar

domestik akan berperan penting dalam menunjang pengembangan industri


171

kelapa sawit Indonesia di masa depan, yaitu didalam menunjang kestabilan

harga maupun jaminan pemasaran hasil produksi.

8. Dari sisi pasar, Indonesia masih memiliki peluang untuk mengembangkan

industri kelapa sawit. Selain pasar domestik, permintaan minyak kelapa sawit

dan produk turunannya diperkirakan akan terus meningkat, baik untuk pangan

maupun non pangan seiiring tren harga minyak bumi yang meningkat.

Perkembangan permintaan diperkirakan akan datang dari Cina, India, Uni

Eropa dan Pakistan.

7.2. Saran Kebijakan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran kebijakan bagi pemerintah

Indonesia dalam pengembangan industri kelapa sawit di masa depan, antara lain:

1. Upaya peningkatan produksi minyak kelapa sawit Indonesia melalui

ekstensifikasi dan intensifikasi usaha di sektor hulu perlu dibarengi oleh

peningkatan penyerapan pasar domestik dan stabilitas nilai tukar Rupiah.

Selain menjamin pemasaran hasil produksi, peningkatan penyerapan pasar

domestik menunjang stabilitas harga minyak kelapa sawit Indonesia. Stabilitas

nilai tukar Rupiah diharapkan dapat menekan fluktuasi harga minyak kelapa

sawit di dalam negeri yang akhirnya akan mempengaruhi keseimbangan

antara produksi, serapan pasar domestik dan volume ekspor minyak kelapa

sawit Indonesia.

2. Mendukung upaya peningkatan penyerapan pasar domestik, kebijakan

pemerintah Indonesia disarankan lebih ditujukan kepada pengaturan harga di

tingkat konsumen akhir (misal: subsidi harga minyak goreng dan harga
172

biodiesel kelapa sawit) maupun kebijakan yang mendorong peningkatan

konsumsi lainnya (misal: penerapan domestic market obligation/DMO).

3. Indonesia perlu menyusun grand design industri kelapa sawitnya dalam

jangka panjang mengingat: (a) kelapa sawit sebagai komoditi perkebunan

dengan adaptasi penawaran terhadap permintaan yang lebih lambat

dibandingkan dengan minyak nabati dari kelompok seed oils; (b) di pasar

dunia minyak nabati, minyak kelapa sawit Indonesia bersaing dengan minyak

kelapa sawit dari negara eksportir lainnya maupun dengan minyak nabati

lainnya dan menempatkan Indonesia sebagai price given; (c) harga dunia

minyak kelapa sawit relatif lebih peka terhadap perubahan ekspor

dibandingkan tiga minyak nabati lainnya (ket: kenaikan ekspor dunia

menyebabkan penurunan harga dunia yang lebih besar dibandingkan tiga

minyak nabati lainnya), dan (d) keseimbangan antara produksi, serapan pasar

domestik dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia menunjang stabilitas

harga yang pada akhirnya menentukan kesejahteraan produsen maupun

masyarakat selaku konsumen akhir minyak kelapa sawit.

7.3. Saran Penelitian Lanjutan

Penelitian ini tidak membahas secara mendalam terkait pasar domestik

minyak kelapa sawit Indonesia. Konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia didalam

penelitian ini berupa pemakaian agregat. Sebagai saran penelitian lanjutan dapat

berupa perluasan permodelan dengan melakukan deferensiasi pasar domestik

menurut sektor maupun tingkatan industri pengolahan minyak kelapa sawit

sebelum sampai di konsumen akhir.


173

Penelitian lanjutan dapat berupa perluasan permodelan dengan

memasukkan cojoint product keempat jenis minyak nabati. Diketahui bahwa

keempat jenis minyak yang digunakan di dalam permodelan penelitian ini masing-

masing memiliki cojoint product dalam proses produksinya. Minyak kelapa sawit

memiliki cojoint product berupa inti kelapa sawit yang kemudian diolah menjadi

minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil). Sedangkan tiga jenis minyak lainnya

termasuk kedalam sub kelompok seed oil dengan cojoint product berupa bungkil

(meal). Di pasar dunia minyak nabati, penggunaan minyak inti kelapa sawit

terutama sebagai substitusi minyak kelapa (coconut oil) sebagai penghasil lauric

oil. Sedangkan penggunaan bungkil umumnya dijadikan sebagai pakan ternak

(feed stock) yang akhirnya akan terkait dengan kesetimbangan penawaran dan

permintaan daging. Saran penelitian lanjutan dapat berupa perluasan permodelan

dengan memasukkan cojoint product keempat jenis minyak yang telah digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin MN, Rahman AK, and Shariff F. 2005. Market Potential and
Challenges for the Malaysian Palm Oil Industry in Facing Competition from
Other Vegetable Oils. OilPalm Industry Economic Journal. Vol. 5(1)/2005.

Baharsjah, S. 1974. The Domestic and International Trade of Indonesian Coconut


Products. Ph. D. Dissertation. North Carolina State University, Raleigh.

Biro Pusat Statistik. 2010. www.bps.go.id. Diakses tanggal 6 Desember 2010.

Buana, L. 2004. “Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Di Indonesia”, Tinjauan


Ekonomi Industri Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Dahl, D. C. and J. W. Hammond. 1977. Market and Price Analysis The


Agricultural Industries. McGraw-Hill Book Company, New York.

Departemen Perindustrian. 2008. www.depperin.go.id. Diakses tanggal 15


November 2008.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. www.ditjenbun.deptan.go.id. Diakses


tanggal 12 Agustus 2010.

Efendi et al. 2010. Analisis Harga Minyak Sawit, Tinjauan Kointegrasi Harga
Minyak Nabati dan Minyak Bumi. Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol.
7(1)/2010.

Ernawati, Fatimah, Moh. Arsyad, Mad Nasir Syamsudin and Zainal A. Mohamed.
2006. AFTA and Its Implication to the Export Demand of Indonesian Palm
Oil. Jurnal Agro Ekonomi, 24(2):115-132.

Fatimah, Mohd Shahwahid Othman, Mad Nasir Shamsudin and Zulkifli Senteri.
1991. Marketing of Agricultural Commodities-the Need for a new
approach. Paper presented at the National Seminar on Agricultural
Primary Commodities and Agenda for tructural Adjusment. MIER-UKM-
UPM, 3-4 June, 1991.

Fatimah and Zainal. 1994. Price Discovery through Crude Palm Oil Futures
Market: An Economic Evaluation. Proceedings on Third Annual Congress
on Capitalising the Potentials of Globalisation - Strategies and Dynamics of
Business, Penang: International Management Development Association
(IMDA) and Universiti Sains Malaysia, pp. 73-92.

Griffith GR and Meilke KD. 1979. Relationship Among North American Fats and
Oil Prices. American Journal of Agricultural Economics 61(1979):335-41.

Hady, H. 1998. Teori dan Kebijaksanaan Perdagangan Internasional. Ghalia


Indonesia, Jakarta.
175

Hameed AAA and Arshad FM. 2008. The Impact of Petroleum Prices on
Vegetables Oils Price: Evidence from Cointegration Tests. Paper presented
at the International Borneo Busines Conference on Global Changes:
Corporate Responsibility. Sarawak, 15-17 December, 2008.

Hannan G and Quinn B. 1970. The Determination of the Order of an


Autoregression. Journal of the Royal Statistical Society Series B,
(1970):190-95

Harnanto. 1987. Analisa Laporan Keuangan. BP. F.E. Yogyakarta

Helbling T, Blackman VM and Cheng K. 2008. Riding a Wave. Finance &


Development March.
[www.imf.org/external/pubs/ft/fandd/2008/03/pdf/helbling.pdf].

Jakarta Futures Exchange. 2008. www.bbj-jfx.com. Diakses tanggal 15 November


2008.

Jhingan, M. L. 1975. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Rajawali Press,


Jakarta.

Khamis, Azme, Zuhaimy dan Ani Shabri. 2003. Permodelan Harga Minyak
Sayuran Menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda. Matematika,
19(1):59-70.

Kinddleberger, P. C. And B. Herrick. 1993. Economic Development. International


Student Edition. McGraw-Hill Book Company, Singapore.

Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics: An Introductory Exposition of


Econometric Methods. Second edition. Harper and row Publisher. Inc., New
York.

Krugman, P. R. and M. Obstfeld. 2003. International Economics: Theory and


Policy. 6th Edition. International Edition. Pearson Education, Inc. United
State of America.

Labys, C. W. 1975. Quantitative Models of Commodity Markets. Ballinger


Publishing Compoany, Cambridge.

Larson, D. F. 1991. A World Bank View on the Price Prospect for Palm Oil.
Paper presented at the PORIM International Palm Oil Conference. Palm Oil
Research Institute of Malaysia, 9-14 September 1991, Kuala Lumpur.

Maryadi, et al. 2004. Pricing of Palm Oil Fresh Fruit Bunches for Smallholders In
South Sumatra. Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

Mulyana, A. 1998. Keragaan Penawaran dan Permintaan Beras Indonesia dan


Prospek Swasembada Menuju Era Perdagangan Bebas Suatu Analisi
176

Simulasi. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,


Bogor.

Nuryanti, Sri. 2008. Nilai Strategis Industri Sawit. Analisis Kebijakan Pertanian,
6(4):378-392.

Oil World. 2008. Oil World Data Base December 2008. ISTA Mielke GmbH.
Jerman.

Oil World. 2011. Oil World Data Base March 2011. ISTA Mielke GmbH. Jerman.

Omar, Idris, Azman Ismail and Chang Lin Chong, 2001. Improving Productivity:
The Replanting Imperative. Oil Palm Economic Journal, 1(2001):21-29.

Purwanto S.K. 2002. Dampak Kebijakan Domestik dan Faktor Eksternal


Terhadap Perdagangan Dunia Minyak Nabati. Tesis Magister Sains.
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Bahan Materi Pelatihan Teknoekonomi


Industri Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Razak, et al. 2011. Investigating Relationship Between Crude Palm Oil and Crude
Oil Prices – Cointegration Approach. 2nd International Conference On
Business And Economic Research Proceeding. ISBN : 978-967-5705-02-1

Scott , D. F., J. D. Martin, J. W. Petty and A.J. Keown. 1988. Basic Financial
Management. 4th Edition. Engle Wood, Prentice Hall International Editions.

Shamsudin, Mad Nasir and Fatimah. 1999. Short Term Forecasting of Malaysian
Crude Palm Oil Prices. Paper presented at the PIPOC 1999. Palm Oil
Research Institute of Malaysia. 26 Januari 1999, Kuala Lumpur.

Simanjuntak, S. B. 1992. Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijaksanaan


Pemerintah terhadap Daya Saing Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia.
Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sinaga, B.M. 1989. Analisis Dampak Kebijaksanaan Ekonomi Pada Komoditi


Minyak Sawit dan Industri yang Menggunakan Bahan Baku Minyak Sawit
Indonesia. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Sumodiningrat, G. 1995. Pengantar Ekonometrika. BPFE, Yogyakarta.

Suryana, A. 1986. Trade Prospect of Indonesian Palm Oil in The International


Markets for Fats and Oils. Ph. D. Dissertation. North Carolina State
University, Raleigh
177

Susilowati, H. 1989. Pasar Minyak Sawit Dunia dan Kaitannya dengan Eskpor
Minyak Sawit Indonesia. Tesis Magister Sains. Fakultas Pascasarjana,
Intitut Pertanian Bogor, Bogor.

Susila et al. 1996. Model Domestik Ekonomi Minyak Kelapa Sawit Mentah.
Forum Penelitian Agroekonomi, 5(1):35-43.

Susila, R. Wayan. 2004. Contribution of Oil Palm Industry to Economic Grwoth


and Poverty Alleviation in Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 23(3):107-
114.

Tung Chen,S., Hsiao-I Kuo & Chi-Chung Chen. 2010. The relationship between
the oil price and global food prices. The Applied Energy Journal,
87(8):2517-2525

Tweeten, L. 1992. Agricultural Trade: Principles and Policies.Westview Press,


Inc. United State of America

Ursy, M. F., L. H. Hammer and A. Mats. 1988. Cost Accounting, Planning and
Control. 9tn Edition. Cincinati, South Western Publishing Co.

Wikipedia. 2008. www.wikipedia.org. Diakses tanggal 15 November 2008.

Yu TH, Bessler DA and Fuller S. 2006. Cointegration and Causality Analysis of


World Vegetable Oil and Crude Oil Price. American Agricultural
Economics Association Annual Meeting, Long Beach, California, July 23-
26, 2006.

Zulkifli. 2000. Dampak Liberalisasi Perdagangan terhadap Keragaan Industri


Kelapa Sawit Indonesia dan Perdagangan Minyak Sawit Dunia. Disertasi
Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
180

Lampiran 1. Jenis-jenis Minyak Hayati dan Penggunaannya dalam Kehidupan


Sehari-Hari
Kegunaan Utama
No. Jenis Minyak Minyak
goreng/minyak Carrier Oil Oleokimia Biodiesel
makan

1 Kedelai/Soybean oil √ √ √

2 Biji kapas/Cotton oil √

3 Kacang tanah/Groundnut oil √ √ √


Biji bunga
4 √ √ √
Matahari/Sunflower oil
5 Rapeseed oil √ √

6 Wijen/Sesame oil √ √

7 Jagung/Corn oil √ √

8 Zaitun/Olive oil √ √ √ √

9 Kelapa sawit/Palm oil √ √ √


Inti kelapa sawit/Palm
10 √ √
kern oil
11 Kelapa/Coconut oil √ √ √

12 Butter as fat √

13 Lard √ √

14 Minyak ikan/Fish oil √

15 Linseed oil √

16 Castor oil √

17 Tallow & Grease √ √

Sumber: Wikipedia, 2008 diolah


181

Lampiran 2. Perkembangan Produksi dan Share Masing-masing Minyak di


Pasar Dunia Minyak Hayati, Tahun 2003-2008
Produksi Dunia (dalam ribu ton)
No. Jenis Minyak
2003 2004 2005 2006 2007 2008
31234 30726 33617 35288 37381 36826
1 Kedelai/Soybean oil
(24.89%) (23.26%) (23.85%) (23.54%) (24.23%) (23.01%)
3991 4387 4999 4914 5090 5035
2 Biji kapas/Cotton oil
(3.18%) (3.32%) (3.55%) (3.28%) (3.30%) (3.15%)
Kacang tanah/ Groundnut 4516 4738 4496 4378 4156 4212
3
oil (3.60%) (3.59%) (3.19%) (2.92%) (2.69%) (2.63%)
Biji bunga Matahari 8922 9405 9766 11153 10867 10868
4
/Sunflower oil (7.11%) (7.12%) (6.93%) (7.44%) (7.04%) (6.79%)
12663 14962 16298 18489 18749 19963
5 Rapeseed oil
(10.09%) (11.33%) (11.56%) (12.33%) (12.15%) (12.47%)
795 823 868 860 830 794
6 Wijen/Sesame oil
(0.63%) (0.62%) (0.62%) (0.57%) (0.54%) (0.50%)
2015 2025 2133 2274 2317 2350
7 Jagung/Corn oil
(1.61%) (1.53%) (1.51%) (1.52%) (1.50%) (1.47%)
2903 3110 2939 2799 2938 2902
8 Zaitun/Olive oil
(2.31%) (2.35%) (2.09%) (1.87%) (1.90%) (1.81%)
28180 30985 33846 37123 38909 43427
9 Kelapa sawit/Palm oil
(22.45%) (23.46%) (24.02%) (24.76%) (25.22%) (27.13%)
Inti kelapa sawit/ Palm 3342 3588 3976 4355 4519 5015
10
kern oil (2.66%) (2.72%) (2.82%) (2.90%) (2.93%) (3.13%)
3299 3054 3237 3123 3185 3191
11 Kelapa/Coconut oil
(2.63%) (2.31%) (2.30%) (2.08%) (2.06%) (1.99%)
6394 6476 6662 6748 6901 7076
12 Butter as fat
(5.09%) (4.90%) (4.73%) (4.50%) (4.47%) (4.42%)
7223 7352 7561 7683 7629 7722
13 Lard
(5.75%) (5.57%) (5.36%) (5.12%) (4.95%) (4.82%)
973 1060 987 1021 1048 1044
14 Minyak ikan/Fish oil
(0.78%) (0.80%) (0.70%) (0.68%) (0.68%) (0.65%)
600 633 626 700 695 627
15 Linseed oil
(0.48%) (0.48%) (0.44%) (0.47%) (0.45%) (0.39%)
430 499 540 519 518 603
16 Castor oil
(0.34%) (0.38%) (0.38%) (0.35%) (0.34%) (0.38%)
8029 8255 8381 8492 8541 8400
17 Tallow & Grease
(6.40%) (6.25%) (5.95%) (5.66%) (5.54%) (5.25%)
Grand Total Minyak Hayati 125509 132078 140932 149919 154273 160055

Share Kumulatif Minyak


Kelapa Sawit, Kedelai,
Rapeseed & Biji Bunga 64.54% 65.17% 66.36% 68.07% 68.65% 69.40%
Matahari terhadap Total
Produksi Minyak Hayati

Sumber: Oil World, 2011


Keterangan: Angka di dalam tanda kurung (__) menunjukkan nilai share produksi setiap minyak
terhadap total produksi dunia minyak hayati
182

Lampiran 3. Perkembangan Share Volume Perdagangan Dunia Minyak Kelapa


Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed dan Minyak Biji Bunga
Matahari terhadap Total Ekspor dan Impor di Pasar Dunia Minyak
Hayati, Tahun 2003-2008
M. Biji 13 Minyak
M. Kelapa
Tahun Share M. Kedelai M. Rapeseed Bunga Hayati
Sawit
Matahari Lainnya

Ekspor 49.41% 21.14% 2.25% 5.87% 21.33%


2003
Impor 49.84% 20.54% 2.32% 6.03% 21.26%
Ekspor 51.16% 19.27% 3.19% 5.90% 20.47%
2004
Impor 51.14% 19.35% 3.16% 5.97% 20.37%
Ekspor 51.85% 19.13% 2.79% 6.05% 20.19%
2005
Impor 52.25% 18.88% 2.71% 6.11% 20.05%
Ekspor 52.23% 18.06% 3.65% 7.78% 18.28%
2006
Impor 51.79% 18.14% 3.67% 7.68% 18.73%
Ekspor 51.20% 19.26% 3.54% 7.37% 18.63%
2007
Impor 50.75% 19.33% 3.72% 7.56% 18.63%
Ekspor 55.49% 16.59% 3.83% 6.70% 17.39%
2008
Impor 54.89% 17.45% 3.87% 6.32% 17.47%

Ekspor 51.89% 18.91% 3.21% 6.61% 19.38%


Rerata
2003-2008
Impor 51.78% 18.95% 3.24% 6.61% 19.42%

Sumber: Oil World, 2011 (diolah)


183

Lampiran 4. Rekapitulasi Lima Besar Negara Produsen, Negara Eksportir dan


Negara Importir Utama Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai,
Minyak Rapeseed dan Minyak Biji Bunga Matahari di Pasar Dunia,
Tahun 2005-2008
Minyak Kelapa Sawit

2005 2006 2007 2008


Uraian Juta Juta Juta Juta
Share Share Share Share
ton ton ton ton
Produksi
Indonesia 14.10 41.66% 16.05 43.23% 16.90 43.43% 19.40 44.67%
Malaysia 14.96 44.20% 15.88 42.78% 15.82 40.67% 17.74 40.84%
Thailand 0.70 2.07% 0.86 2.32% 1.02 2.62% 1.30 2.99%
Nigeria 0.80 2.36% 0.82 2.20% 0.84 2.15% 0.84 1.93%
Colombia 0.67 1.99% 0.71 1.92% 0.74 1.89% 0.78 1.79%
ROW 2.61 9.86% 2.80 9.32% 3.60 12.05% 3.37 9.99%
Total 33.85 37.12 38.91 43.43
Ekspor
Indonesia 10.44 39.40% 12.54 41.70% 12.65 42.39% 14.61 43.28%
Malaysia 13.44 50.74% 14.42 47.96% 13.75 46.07% 15.43 45.70%
Papua N. Guinea 0.30 1.11% 0.36 1.20% 0.37 1.23% 0.45 1.32%
Colombia 0.22 0.85% 0.21 0.71% 0.32 1.06% 0.31 0.92%
Thailand 0.12 0.44% 0.23 0.77% 0.29 0.97% 0.37 1.10%
ROW 1.98 7.46% 2.30 7.65% 2.47 8.28% 2.59 7.68%
Total 26.49 30.07 29.84 33.77
Impor
China,PR 4.32 16.24% 5.46 18.63% 5.50 18.65% 5.59 16.58%
EU 4.49 16.89% 4.65 15.87% 4.68 15.88% 5.29 15.68%
India 3.32 12.46% 3.20 10.91% 3.69 12.51% 5.75 17.06%
Pakistan 1.65 6.19% 1.77 6.03% 1.71 5.80% 1.76 5.21%
Bangladesh 0.93 3.50% 0.89 3.03% 0.71 2.40% 0.90 2.67%
ROW 11.89 44.71% 13.35 45.53% 13.20 44.76% 14.43 42.80%
Total 26.60 29.32 29.49 33.73

Sumber: Oil World, 2011


184

Lampiran 4. Lanjutan
Minyak Kedelai

2005 2006 2007 2008


Uraian
Juta ton Share Juta ton Share Juta ton Share Juta ton Share

Produksi
U.S.A 8.86 26.36% 9.26 26.24% 9.40 25.14% 9.06 24.59%
Argentina 5.40 16.05% 6.16 17.46% 6.96 18.62% 6.02 16.36%
China.PR 5.51 16.39% 5.97 16.90% 6.20 16.59% 6.71 18.22%
Brazil 5.74 17.06% 5.43 15.38% 6.05 16.17% 6.27 17.02%
EU 2.64 7.86% 2.59 7.34% 2.71 7.24% 2.61 7.08%
ROW 5.47 56.03% 5.89 56.61% 6.07 54.05% 6.16 61.05%
Total 33.62 35.29 37.38 36.83
Ekspor
Argentina 4.97 50.84% 5.90 56.74% 6.50 57.92% 5.07 50.22%
Brazil 2.70 27.60% 2.42 23.26% 2.34 20.87% 2.32 22.95%
U.S.A 0.54 5.52% 0.62 6.00% 0.93 8.28% 1.16 11.46%
EU 0.48 4.94% 0.25 2.43% 0.25 2.25% 0.31 3.05%
Paraguay 0.17 1.77% 0.20 1.90% 0.20 1.79% 0.21 2.11%
ROW 0.91 9.32% 1.00 9.66% 1.00 8.88% 1.03 10.21%
Total 9.77 10.40 11.22 10.09
Impor
China.PR 1.69 17.63% 1.54 15.03% 2.82 25.12% 2.59 24.11%
India 1.93 20.04% 1.63 15.84% 1.28 11.40% 0.84 7.79%
EU 0.27 2.85% 0.94 9.12% 0.96 8.55% 1.12 10.43%
Iran 0.75 7.79% 0.69 6.68% 0.68 6.04% 0.42 3.94%
Bangladesh 0.20 2.04% 0.27 2.63% 0.46 4.10% 0.15 1.41%
ROW 4.77 48.84% 5.20 50.05% 5.03 44.81% 5.61 55.59%
Total 9.61 10.27 11.23 10.72

Sumber: Oil World, 2011


185

Lampiran 4. Lanjutan
Minyak Rapeseed

2005 2006 2007 2008


Uraian Juta Juta Juta Juta
Share Share Share Share
ton ton ton ton
Produksi
EU 5.72 35.07% 6.35 34.33% 6.95 37.05% 8.12 40.70%
China,PR 4.65 28.50% 4.75 25.71% 4.35 23.19% 4.53 22.68%
India(b) 1.81 11.12% 2.52 13.61% 2.32 12.35% 1.90 9.51%
Canada 1.29 7.90% 1.55 8.36% 1.61 8.59% 1.78 8.93%
Japan 0.93 5.72% 0.97 5.26% 0.94 5.03% 0.94 4.72%
ROW 1.91 7.20% 2.35 7.83% 2.59 8.66% 2.69 7.96%
Total 16.30 18.49 18.75 19.96
Ekspor
Canada 0.96 67.28% 1.25 59.35% 1.32 63.87% 1.39 59.53%
U.S.A 0.14 9.48% 0.29 13.80% 0.24 11.49% 0.17 7.47%
U Arab Emirat - 0.00% 0.14 6.47% 0.17 8.10% 0.22 9.53%
EU 0.11 7.37% 0.06 3.00% 0.09 4.27% 0.21 8.88%
Australia 0.04 2.74% 0.03 1.43% 0.04 1.79% 0.08 3.22%
ROW 0.19 0.71% 0.34 1.11% 0.22 0.72% 0.27 0.78%
Total 1.42 2.10 2.06 2.33
Impor
U.S.A 0.56 40.55% 0.73 35.26% 0.78 36.26% 1.06 44.61%
EU 0.09 6.30% 0.70 33.53% 0.50 22.99% 0.42 17.68%
China,PR 0.18 12.89% 0.04 2.12% 0.38 17.35% 0.27 11.36%
Canada 0.05 3.55% 0.08 3.61% 0.11 5.18% 0.04 1.81%
Korea,South 0.02 1.59% 0.02 1.06% 0.04 1.76% 0.05 2.02%
ROW 0.49 1.83% 0.51 1.69% 0.36 1.19% 0.54 1.58%
Total 1.38 2.08 2.16 2.38

Sumber: Oil World, 2011


186

Lampiran 4. Lanjutan
Minyak Biji Bunga Matahari

2005 2006 2007 2008


Uraian
Juta ton Share Juta ton Share Juta ton Share Juta ton Share

Produksi
EU 2.28 23.36% 2.23 20.02% 2.09 19.26% 2.02 18.62%
Russia 2.00 20.44% 2.39 21.39% 2.41 22.14% 2.17 19.92%
Ukraine 1.35 13.82% 2.08 18.67% 2.27 20.91% 1.95 17.96%
Argentina 1.52 15.59% 1.58 14.17% 1.22 11.26% 1.75 16.09%
Turkey 0.45 4.63% 0.49 4.41% 0.51 4.66% 0.48 4.38%
ROW 2.16 22.15% 2.38 22.89% 2.37 21.08% 2.50 24.79%
Total 9.77 11.15 10.87 10.87
Ekspor
Ukraine 0.86 27.67% 1.63 36.37% 1.93 44.79% 1.35 33.01%
Argentina 1.26 40.87% 1.31 29.25% 0.94 21.94% 1.27 31.08%
Russia 0.31 10.03% 0.69 15.29% 0.61 14.29% 0.49 12.01%
EU 0.21 6.89% 0.17 3.84% 0.13 3.07% 0.12 2.87%
Turkey 0.06 1.97% 0.14 3.19% 0.09 2.19% 0.24 5.98%
ROW 0.39 3.97% 0.54 5.19% 0.59 5.26% 0.61 6.08%
Total 3.09 4.48 4.30 4.08
Impor
EU 0.90 29.09% 1.35 31.01% 1.36 30.86% 1.15 29.54%
Egypt 0.22 6.98% 0.26 5.92% 0.32 7.20% 0.24 6.05%
Iran 0.07 2.22% 0.13 2.88% 0.21 4.83% 0.12 3.12%
India 0.02 0.55% 0.13 2.88% 0.17 3.94% 0.07 1.78%
Turkey 0.20 6.47% 0.40 9.19% 0.16 3.71% 0.41 10.61%
ROW 1.70 17.40% 2.09 20.11% 2.17 19.35% 1.90 18.82%
Total 3.11 4.34 4.39 3.88

Sumber: Oil World, 2011


187

Lampiran 5. Data Dasar Model Perdagangan Dunia MInyak Nabati, Tahun


1980-2008
Tahun POPI RPOPI IPI HCPI RHCPI USPI RUSPI
1980 148.04 2.31 8984.08 1359.10 524.57
1981 151.32 2.21 9216.07 1514.92 11.46 566.50 7.99
1982 154.66 2.21 8934.45 1599.34 5.57 583.25 2.96
1983 158.08 2.21 8469.46 1615.98 1.04 582.79 -0.08
1984 161.58 2.21 8326.49 1598.01 -1.11 579.70 -0.53
1985 164.63 1.89 8237.38 1718.64 7.55 596.01 2.81
1986 168.35 2.26 8237.30 1893.40 10.17 608.19 2.04
1987 172.01 2.18 7965.71 1841.38 -2.75 625.41 2.83
1988 175.59 2.08 7902.29 1945.75 5.67 642.94 2.80
1989 179.14 2.02 8116.85 1995.21 2.54 668.43 3.96
1990 179.83 0.39 8353.04 2216.79 11.11 653.54 -2.23
1991 182.94 1.73 8310.97 2093.52 -5.56 639.15 -2.20
1992 186.04 1.70 8282.75 2171.92 3.74 696.82 9.02
1993 189.14 1.66 8109.64 2174.10 0.10 701.69 0.70
1994 192.22 1.63 8074.19 2083.05 -4.19 713.58 1.69
1995 195.29 1.60 8022.54 2321.59 11.45 757.49 6.15
1996 198.32 1.55 8039.26 2511.45 8.18 817.02 7.86
1997 201.35 1.53 7941.89 2531.39 0.79 907.90 11.12
1998 204.39 1.51 4339.73 1904.55 -24.76 647.25 -28.71
1999 207.44 1.49 3629.60 2253.70 18.33 607.01 -6.22
2000 205.13 -1.11 3808.85 2944.03 30.63 667.20 9.91
2001 207.93 1.36 3571.66 2937.38 -0.23 700.18 4.94
2002 210.74 1.35 3344.91 2951.72 0.49 655.74 -6.35
2003 213.55 1.34 3314.78 2877.19 -2.53 703.60 7.30
2004 216.38 1.33 3318.94 2963.45 3.00 712.04 1.20
2005 219.85 1.60 3207.44 2898.13 -2.20 698.11 -1.96
2006 222.75 1.32 3048.97 2730.60 -5.78 662.47 -5.11
2007 225.64 1.30 3094.78 2693.90 -1.34 651.02 -1.73
2008 228.58 1.30 3005.97 2676.60 -0.64 639.01 -1.85

Tahun TSBI LASIN LASIS LASIR LLASIR L3LASIN L3LASIS

1980 0.00 199.54 88.85 6.18


1981 -1.74 213.26 100.01 5.70 6.18
1982 1.77 224.44 96.92 8.54 5.70
1983 5.00 261.34 107.26 37.04 8.54 199.54 88.85
1984 11.73 340.51 130.96 40.55 37.04 213.26 100.01
1985 16.37 335.20 143.60 118.56 40.55 224.44 96.92
1986 16.27 332.69 144.18 129.90 118.56 261.34 107.26
1987 13.02 365.58 160.04 203.05 129.90 340.51 130.96
1988 12.96 373.41 293.17 196.28 203.05 335.20 143.60
1989 14.25 366.03 383.67 223.83 196.28 332.69 144.18
1990 17.40 372.25 463.09 291.34 223.83 365.58 160.04
1991 14.64 395.18 531.22 384.59 291.34 373.41 293.17
1992 12.99 389.76 638.24 439.47 384.59 366.03 383.67
1993 8.07 380.75 730.11 502.33 439.47 372.25 463.09
1994 10.36 386.31 845.30 572.54 502.33 395.18 531.22
1995 9.78 404.73 961.72 658.54 572.54 389.76 638.24
1996 14.01 426.80 1083.82 738.89 658.54 380.75 730.11
1997 26.04 517.06 1592.06 813.18 738.89 386.31 845.30
1998 -29.50 556.64 2113.05 890.51 813.18 404.73 961.72
1999 3.12 577.00 2283.76 1041.05 890.51 426.80 1083.82
2000 19.00 588.13 2403.19 1166.76 1041.05 517.06 1592.06
2001 11.12 609.95 2542.46 1561.03 1166.76 556.64 2113.05
2002 4.68 631.57 2627.07 1808.42 1561.03 577.00 2283.76
2003 10.52 662.80 2766.36 1854.39 1808.42 588.13 2403.19
2004 11.79 605.87 2458.52 2220.34 1854.39 609.95 2542.46
2005 6.59 529.85 2567.07 2356.90 2220.34 631.57 2627.07
2006 4.50 687.43 3357.91 2549.57 2356.90 662.80 2766.36
2007 11.88 606.25 3408.42 2752.17 2549.57 605.87 2458.52
2008 5.73 607.42 3497.13 2903.33 2752.17 529.85 2567.07
188

Lampiran 5. Lanjutan
Tahun L3LASIR LASMIN DLASMIN RLASMSIN LASMIS DLASMIS RLASMSIS
1980 161.97 45.68
1981 165.45 3.48 1.63 67.36 21.68
1982 172.17 6.73 3.00 76.95 9.58
1983 6.18 189.66 17.49 6.69 79.38 2.43 2.74
1984 5.70 214.10 24.44 7.18 80.02 0.64 0.64
1985 8.54 232.41 18.31 5.46 87.91 7.90 8.15
1986 37.04 241.32 8.91 2.68 87.59 -0.32 -0.30
1987 40.55 272.58 31.26 8.55 100.20 12.61 9.63
1988 118.56 289.91 17.33 4.64 131.44 31.24 21.76
1989 129.90 303.19 13.28 3.63 149.05 17.61 12.21
1990 203.05 317.28 14.09 3.79 208.35 59.30 37.06
1991 196.28 348.51 31.23 7.90 234.04 25.69 8.76
1992 223.83 350.99 2.48 0.64 295.05 61.01 15.90
1993 291.34 348.42 -2.57 -0.67 338.96 43.91 9.48
1994 384.59 351.04 2.61 0.68 403.03 64.07 12.06
1995 439.47 370.99 19.95 4.93 498.86 95.83 15.01
1996 502.33 384.09 13.10 3.07 607.06 108.20 14.82
1997 572.54 398.83 14.74 2.85 684.09 77.03 9.11
1998 658.54 418.15 19.32 3.47 740.42 56.33 5.86
1999 738.89 414.18 -3.98 -0.69 948.66 208.23 19.21
2000 813.18 433.05 18.87 3.21 1219.92 271.26 17.04
2001 890.51 494.45 61.40 10.07 1401.79 181.87 8.61
2002 1041.05 525.89 31.44 4.98 1530.61 128.82 5.64
2003 1166.76 538.22 12.33 1.86 1611.41 80.80 3.36
2004 1561.03 574.22 36.00 5.94 1818.93 207.52 8.16
2005 1808.42 619.83 45.61 8.61 2088.05 269.12 10.24
2006 1854.39 639.77 19.94 2.90 2473.30 385.25 13.93
2007 2220.34 515.50 -124.27 -20.50 2381.86 -91.44 -3.72
2008 2356.90 510.08 -5.42 -0.89 2413.28 31.42 1.22

Tahun LASMIR DLASMIR RLASMSIR YIESIN YIESIS YIESIR PRODSI


1980 1.22 3.08 4.85 0.63 721.17
1981 2.49 1.28 22.42 3.22 3.94 0.42 800.06
1982 5.54 3.05 35.67 3.48 3.71 0.53 886.82
1983 5.98 0.44 1.19 3.75 3.39 0.58 982.99
1984 6.43 0.45 1.11 3.80 4.11 0.63 1147.19
1985 28.42 21.99 18.55 3.71 3.86 1.51 1243.43
1986 45.17 16.75 12.90 3.78 4.39 1.18 1350.73
1987 48.47 3.30 1.62 3.63 3.52 3.41 1506.06
1988 97.13 48.66 24.79 3.80 3.46 1.61 1713.34
1989 80.37 -16.76 -7.49 3.91 4.01 2.29 1964.95
1990 152.40 72.03 24.72 3.93 3.78 2.47 2412.61
1991 189.70 37.29 9.70 3.90 3.78 2.18 2657.60
1992 209.28 19.58 4.46 4.24 3.65 3.34 3266.25
1993 233.29 24.01 4.78 4.22 4.04 2.49 3421.45
1994 291.49 58.20 10.16 4.48 3.96 2.88 4008.06
1995 368.85 77.36 11.75 4.35 3.74 2.72 4479.67
1996 437.20 68.35 9.25 4.44 3.39 2.59 4898.66
1997 492.20 55.00 6.76 3.98 3.77 2.61 5448.51
1998 540.90 48.70 5.47 3.59 4.17 2.49 5930.42
1999 723.08 182.18 17.50 3.55 3.62 2.14 6455.59
2000 798.10 75.02 6.43 3.37 2.98 2.39 7000.51
2001 1059.88 261.78 16.77 3.07 2.91 2.64 8396.47
2002 1250.91 191.04 10.56 3.06 3.00 2.74 9622.35
2003 1278.95 28.04 1.51 3.25 3.21 2.75 10440.83
2004 1542.83 263.88 11.88 2.82 2.95 2.49 10830.39
2005 1675.19 132.36 5.62 2.34 2.83 2.69 11861.62
2006 1847.46 172.28 6.76 3.62 3.74 3.13 17350.85
2007 1983.97 136.51 4.96 4.11 3.86 3.20 17664.73
2008 2030.03 46.05 1.59 4.16 3.85 3.29 18089.50
189

Lampiran 5. Lanjutan
Tahun STOKSI PESI ERI XSI SDSI RSDSI CSI
1980 - 5.00 7753.50 510.50 228.67 30.94 561.00
1981 19.74 10.00 6960.17 206.41 631.65 75.37 573.00
1982 44.39 5.00 6655.91 302.24 632.59 67.67 607.00
1983 42.89 5.00 8185.16 406.88 594.11 59.35 893.00
1984 31.19 10.00 8361.23 246.91 993.28 80.09 636.00
1985 53.02 5.00 8642.31 651.88 618.55 48.69 545.00
1986 32.94 5.00 9431.07 683.87 678.86 49.82 728.00
1987 22.48 5.00 11061.73 698.75 877.32 55.67 805.00
1988 26.96 5.00 10498.88 885.53 839.81 48.68 1280.00
1989 31.33 10.00 10359.47 912.95 1139.00 55.51 1245.00
1990 57.13 5.00 10003.69 1096.73 1470.88 57.29 1330.00
1991 340.00 10.00 9676.70 1435.63 1246.97 46.48 1695.00
1992 124.65 10.00 9366.25 1270.54 2150.71 62.86 1785.00
1993 729.34 10.00 8779.92 1702.75 1797.70 51.36 2195.00
1994 592.94 10.30 8376.07 2116.49 1904.57 47.36 2440.00
1995 412.15 23.20 7965.26 1679.08 2874.59 63.13 2745.00
1996 900.52 15.80 7684.66 1671.96 3369.70 66.84 3010.00
1997 961.37 15.20 8985.36 2967.59 2716.92 47.80 2660.00
1998 779.89 40.00 19525.66 1479.28 4700.14 76.06 2791.00
1999 745.03 30.00 12712.26 3298.99 3358.60 50.45 3141.00
2000 824.30 10.00 13140.63 4110.03 3281.48 44.40 3263.00
2001 751.44 3.00 14358.46 4903.22 4148.25 45.83 3381.00
2002 925.82 3.00 11646.09 6333.71 3791.64 37.45 3606.00
2003 795.82 3.00 10065.09 6386.41 4834.42 43.08 3779.00
2004 865.82 3.00 9873.13 8661.65 3288.74 27.52 4015.00
2005 905.82 3.00 9704.74 10376.19 2538.43 19.66 4255.00
2006 1015.82 1.50 8097.71 12100.92 5951.93 32.97 4501.00
2007 1786.74 10.00 7601.03 12650.00 6187.73 32.85 4665.00
2008 2156.47 5.00 7325.33 14612.00 4500.50 23.55 4875.00

Tahun RCSI RCSDSI HESI RHESIW LHESI HDSI LHDSI


1980 245.33 365.91 0.76 3078.14
1981 2.14 90.71 474.78 0.86 365.91 2714.47 3078.14
1982 5.93 95.96 498.50 1.09 474.78 1750.50 2714.47
1983 47.12 150.31 463.74 0.96 498.50 2496.47 1750.50
1984 -28.78 64.03 467.59 0.71 463.74 4042.08 2496.47
1985 -14.31 88.11 393.31 0.77 467.59 2592.69 4042.08
1986 33.58 107.24 192.79 0.78 393.31 2396.36 2592.69
1987 10.58 91.76 279.57 0.81 192.79 2913.46 2396.36
1988 59.01 152.42 366.01 0.90 279.57 3399.99 2913.46
1989 -2.73 109.31 337.58 0.93 366.01 3275.72 3399.99
1990 6.83 90.42 275.99 0.88 337.58 2479.22 3275.72
1991 27.44 135.93 341.02 0.85 275.99 3245.42 2479.22
1992 5.31 83.00 439.03 0.90 341.02 3358.93 3245.42
1993 22.97 122.10 409.92 0.89 439.03 2919.63 3358.93
1994 11.16 128.11 426.99 0.83 409.92 3811.86 2919.63
1995 12.50 95.49 544.39 0.94 426.99 4479.80 3811.86
1996 9.65 89.33 484.99 0.93 544.39 3760.44 4479.80
1997 -11.63 97.90 457.38 0.89 484.99 4436.60 3760.44
1998 4.92 59.38 533.89 0.75 457.38 7710.12 4436.60
1999 12.54 93.52 415.26 0.78 533.89 4747.97 7710.12
2000 3.88 99.44 337.51 0.85 415.26 5131.75 4747.97
2001 3.62 81.50 353.91 0.90 337.51 4598.35 5131.75
2002 6.65 95.10 403.77 0.82 353.91 5269.57 4598.35
2003 4.80 78.17 441.85 0.83 403.77 5008.49 5269.57
2004 6.25 122.08 455.50 0.89 441.85 5063.03 5008.49
2005 5.98 167.62 348.98 0.83 455.50 4825.47 5063.03
2006 5.78 75.62 322.82 0.80 348.98 4156.28 4825.47
2007 3.64 75.39 467.41 0.81 322.82 5940.26 4156.28
2008 4.50 108.32 550.50 0.88 467.41 5172.37 5940.26
190

Lampiran 5. Lanjutan
Tahun PRODSM STOKSM ERM XSM CSM PESM HESM
1980 2692.00 416.00 4.61 2136.24 420.00 15.00 444.85
1981 3351.00 258.00 4.45 2361.13 434.00 15.00 487.33
1982 3179.00 521.00 4.26 2699.99 518.00 15.00 433.61
1983 3324.00 318.00 4.09 2912.88 357.00 15.00 423.33
1984 3817.00 472.00 3.97 2959.44 506.00 15.00 664.24
1985 4772.00 529.00 4.19 3214.90 619.00 15.00 526.46
1986 4560.00 613.00 4.33 4304.42 542.00 15.00 270.54
1987 4852.00 652.00 4.21 4074.97 692.00 15.00 292.80
1988 5636.00 684.00 4.27 4150.53 763.00 15.00 335.98
1989 6412.00 887.00 4.29 4947.87 882.00 15.00 333.83
1990 6031.00 912.00 4.18 5655.69 914.00 15.00 281.70
1991 6222.00 817.00 4.07 5509.08 1020.00 15.00 357.12
1992 7125.00 656.00 3.60 5537.10 1274.00 15.00 427.89
1993 7100.00 1026.00 3.51 5839.16 1227.00 15.00 410.95
1994 7771.00 627.00 3.45 6935.75 1170.00 15.00 448.45
1995 8264.00 646.00 3.18 6862.09 1370.00 15.00 583.19
1996 9005.00 894.00 3.09 7922.98 1458.00 15.00 557.31
1997 8508.00 907.00 3.37 7489.97 1366.00 10.00 500.05
1998 9758.00 719.00 4.46 7290.18 1459.00 10.00 620.79
1999 10491.00 1208.00 4.21 8584.64 1566.00 10.00 506.76
2000 11937.00 1368.00 4.14 8140.72 1675.00 10.00 359.69
2001 11858.00 1216.00 4.08 10002.49 1742.00 10.00 337.37
2002 13180.00 1158.00 4.01 10448.74 2074.00 10.00 462.03
2003 13420.00 955.00 3.97 12079.13 2234.00 10.00 529.74
2004 15194.00 1318.00 3.91 11793.59 2659.00 5.00 457.74
2005 15485.00 1507.00 3.79 13192.54 2926.00 5.00 378.92
2006 15290.00 1881.00 3.54 14202.67 3109.00 5.00 350.04
2007 17567.00 1462.00 3.25 13747.00 2896.00 5.00 295.90
2008 17700.00 1951.00 2.99 15413.00 3251.00 5.00 557.03

Tahun POPA PRODKA PRODMA STOKKA STOKMA XKA XMA


1980 27.95 183.00 427.00 12.00 35.00 84.00 207.00
1981 28.45 312.00 683.00 8.00 51.00 220.00 435.00
1982 28.93 393.00 904.00 18.00 40.00 298.00 656.00
1983 29.34 593.00 812.00 37.00 48.00 513.00 560.00
1984 29.84 580.00 1261.00 39.00 36.00 528.00 885.00
1985 30.35 731.00 1408.00 14.00 93.00 628.00 1065.00
1986 30.74 853.00 919.00 37.00 91.00 780.00 602.00
1987 31.09 1200.00 1033.00 25.00 59.00 980.00 699.00
1988 31.47 930.00 1310.00 156.00 63.00 772.00 925.00
1989 31.86 1125.00 1372.00 220.00 82.00 1188.00 1162.00
1990 32.53 1264.00 1505.00 59.00 74.00 1068.00 1175.00
1991 32.97 1367.00 1405.00 152.00 86.00 892.00 1050.00
1992 33.42 1559.00 1140.00 519.00 91.00 1297.00 775.00
1993 33.92 1551.00 1305.00 658.00 85.00 1418.00 920.00
1994 34.35 1733.00 1990.00 652.00 80.00 1545.00 1556.00
1995 34.78 1758.00 2063.00 689.00 95.00 1694.00 1510.00
1996 35.20 1859.00 2121.00 564.00 168.00 1770.00 1722.00
1997 35.60 2953.00 2118.00 445.00 88.00 2544.00 1594.00
1998 36.01 3118.00 2533.00 637.00 130.00 3085.00 1854.00
1999 36.40 3017.00 2019.00 440.00 241.00 2837.00 1544.00
2000 36.78 3630.00 1227.00 378.00 150.00 3510.00 1004.00
2001 37.16 4165.00 1441.00 211.00 40.00 3639.00 1157.00
2002 37.52 4672.00 1294.00 380.00 54.00 4245.00 898.00
2003 37.87 4724.00 1205.00 418.00 88.00 4446.00 1007.00
2004 38.23 5558.00 1592.00 304.00 31.00 5082.00 1176.00
2005 38.59 6169.00 1551.00 385.00 111.00 5665.00 1221.00
2006 38.97 6917.00 1202.00 487.00 74.00 6514.00 853.00
2007 39.36 6189.00 1576.00 310.00 36.00 5110.00 1219.00
2008 39.75 5975.00 1445.00 363.00 31.00 4855.00 1040.00
191

Lampiran 5. Lanjutan
Tahun CKA CMA PEKA PEMA IPA ERA HEKA
1980 103.00 204.00 15.04 17.00 63738.23 2.41 478.75
1981 82.00 259.00 20.14 20.50 46628.02 4.17 495.91
1982 76.00 240.00 21.96 22.00 35214.72 1.83 428.62
1983 78.00 264.00 22.62 16.50 28867.23 0.57 438.41
1984 77.00 319.00 22.65 20.00 28497.21 3.50 617.03
1985 80.00 345.00 18.04 17.00 25581.11 2.97 574.12
1986 85.00 349.00 12.25 10.50 28697.93 4.82 300.24
1987 89.00 330.00 15.01 14.50 30087.89 1.10 317.58
1988 94.00 366.00 27.13 14.00 29270.46 4.37 387.58
1989 98.00 218.00 22.87 17.00 23583.84 1.79 436.30
1990 103.00 318.00 19.83 13.50 22104.71 1.92 451.28
1991 108.00 350.00 14.74 8.00 15158.58 2.28 495.19
1992 123.00 371.00 21.14 12.00 13519.42 1.90 492.83
1993 139.00 390.00 23.44 17.50 13078.70 1.73 530.14
1994 151.00 419.00 27.32 18.50 13394.90 1.66 555.23
1995 189.00 480.00 24.80 16.50 12693.59 1.61 561.73
1996 208.00 482.00 19.99 11.00 13467.73 1.61 527.75
1997 217.00 482.00 20.61 14.00 14570.19 1.60 499.59
1998 230.00 568.00 22.45 29.50 14993.70 1.58 648.87
1999 242.00 567.00 23.73 30.00 14712.10 1.60 509.10
2000 287.00 333.00 20.57 22.50 14895.24 1.62 402.73
2001 357.00 270.00 21.31 16.00 14569.75 1.63 433.76
2002 389.00 362.00 20.48 14.00 10380.87 3.98 502.47
2003 392.00 256.00 20.17 11.00 10078.70 3.32 598.46
2004 395.00 337.00 21.44 14.00 10699.52 3.21 587.41
2005 402.00 367.00 18.18 14.50 10871.85 2.90 463.22
2006 580.00 389.00 20.46 16.00 10872.89 2.75 410.32
2007 1026.00 362.00 17.94 12.50 11056.48 2.56 511.23
2008 1083.00 368.00 20.23 13.50 10994.02 2.40 748.35

Tahun HEMA HDKA HDMA RHEDKA RHEDMA POPB PRODKB


1980 445.30 254.52 157.92 1.88 2.82 121.62 2585.00
1981 571.49 371.33 227.81 1.34 2.51 124.49 2392.00
1982 514.36 451.20 278.73 0.95 1.85 127.42 2408.00
1983 405.22 420.70 245.04 1.04 1.65 130.36 2353.00
1984 639.25 351.81 217.02 1.75 2.95 133.28 2587.00
1985 607.95 354.68 241.32 1.62 2.52 136.15 2319.00
1986 324.73 289.37 206.29 1.04 1.57 138.96 2605.00
1987 319.77 423.54 262.65 0.75 1.22 141.71 2576.00
1988 372.94 257.81 169.27 1.50 2.20 144.39 3050.00
1989 455.09 233.12 166.03 1.87 2.74 147.01 2908.00
1990 482.86 256.36 168.70 1.76 2.86 149.57 2450.00
1991 516.89 309.36 182.31 1.60 2.84 152.06 2761.00
1992 519.62 309.98 193.79 1.59 2.68 154.49 3155.00
1993 563.37 398.82 261.43 1.33 2.15 156.87 3523.00
1994 572.03 329.30 217.92 1.69 2.62 159.27 4061.00
1995 568.09 299.90 192.87 1.87 2.95 161.69 3776.00
1996 556.93 400.69 216.38 1.32 2.57 164.16 3527.00
1997 536.74 410.16 222.70 1.22 2.41 166.65 4083.00
1998 700.52 337.04 245.88 1.93 2.85 169.16 4048.00
1999 590.30 307.91 206.09 1.65 2.86 171.68 4036.00
2000 460.70 344.06 197.51 1.17 2.33 174.17 4370.00
2001 578.11 347.92 235.60 1.25 2.45 176.66 4905.00
2002 661.74 291.58 204.88 1.72 3.23 179.12 5349.00
2003 659.18 324.13 213.60 1.85 3.09 181.54 5579.00
2004 663.39 394.14 266.73 1.49 2.49 183.86 5710.00
2005 599.20 478.20 324.32 0.97 1.85 186.08 5520.00
2006 481.33 434.35 294.58 0.94 1.63 188.16 6050.00
2007 547.21 464.68 315.33 1.10 1.74 190.12 6160.00
2008 618.13 509.69 321.22 1.47 1.92 191.97 6050.00
192

Lampiran 5. Lanjutan
Tahun STOKKB XKB CKB PEKB IPB ERB HEKB
1980 262.00 1212.00 1490.00 15.26 25816.34 0.14 465.40
1981 145.00 873.00 1505.00 20.09 20047.11 0.19 490.30
1982 181.00 947.00 1575.00 20.49 21928.79 0.38 556.52
1983 110.00 920.00 1580.00 25.10 19139.39 1.09 707.51
1984 107.00 935.00 1596.00 25.51 16884.27 2.88 573.12
1985 270.00 413.00 2074.00 19.81 18863.04 3.17 484.95
1986 260.00 975.00 1832.00 13.56 20275.78 3.18 349.09
1987 117.00 661.00 1959.00 16.40 15473.40 2.56 418.93
1988 134.00 864.00 2220.00 25.88 21584.45 3.83 416.18
1989 115.00 887.00 2011.00 21.52 22906.95 3.37 455.84
1990 137.00 410.00 2073.00 19.71 22118.22 3.15 528.43
1991 149.00 710.00 2156.00 13.38 21124.04 3.18 722.53
1992 124.00 771.00 2343.00 20.04 20910.53 3.14 765.84
1993 258.00 1556.00 2399.00 22.26 21080.04 3.18 761.51
1994 146.00 1643.00 2502.00 25.28 22246.14 3.28 650.32
1995 224.00 1323.00 2664.00 23.55 14037.82 1.98 559.15
1996 188.00 1077.00 2662.00 20.80 12431.99 1.88 587.03
1997 154.00 1413.00 2795.00 22.85 12047.63 1.89 628.48
1998 226.00 1519.00 2762.00 19.11 11635.22 1.97 563.14
1999 236.00 1134.00 2971.00 21.58 11120.62 2.94 496.94
2000 278.00 1616.00 2937.00 19.64 10907.38 2.77 453.40
2001 182.00 2100.00 2936.00 18.68 10422.30 3.33 587.91
2002 191.00 2405.00 2897.00 16.97 9879.39 3.82 714.52
2003 285.00 2531.00 3054.00 16.39 8769.42 3.51 750.47
2004 293.00 2697.00 3061.00 16.96 8796.60 3.13 604.70
2005 248.00 2315.00 3171.00 15.19 8603.36 2.43 551.48
2006 300.00 2521.00 3550.00 17.67 8799.35 2.09 660.10
2007 341.00 2121.00 3925.00 17.49 9126.65 1.80 839.92
2008 505.00 2235.00 3990.00 19.36 9173.52 1.61 509.73

Tahun HDKB RHEDKB POPUSA PRODKUSA PRODRUSA STOKKUSA STOKRUSA


1980 248.15 1.88 227.62 5112.00 0.00 549.00 0.00
1981 344.65 1.42 229.92 4980.00 0.00 787.00 0.00
1982 432.23 1.29 232.13 5462.00 0.00 500.00 0.00
1983 305.42 2.32 234.25 4931.00 0.00 572.00 0.00
1984 335.77 1.71 236.31 5202.00 0.00 327.00 0.00
1985 729.76 0.66 238.42 5269.00 0.00 287.00 0.00
1986 607.45 0.57 240.59 5798.00 0.00 430.00 0.00
1987 548.59 0.76 242.75 5885.00 9.00 782.00 2.00
1988 341.49 1.22 244.97 5324.00 28.00 949.00 15.00
1989 339.33 1.34 247.29 5898.00 63.00 778.00 11.00
1990 386.96 1.37 250.05 6082.00 11.00 592.00 13.00
1991 507.28 1.42 253.39 6507.00 14.00 810.00 20.00
1992 574.14 1.33 256.78 6250.00 24.00 1016.00 34.00
1993 340.17 2.24 260.15 6328.00 186.00 705.00 32.00
1994 277.78 2.34 263.33 7082.00 137.00 500.00 63.00
1995 243.93 2.29 266.46 6913.00 162.00 516.00 25.00
1996 341.38 1.72 269.58 7145.00 155.00 914.00 35.00
1997 350.23 1.79 272.82 8229.00 205.00 690.00 30.00
1998 308.07 1.83 276.02 8202.00 249.00 627.00 52.00
1999 267.09 1.86 279.20 8085.00 300.00 689.00 79.00
2000 298.55 1.52 282.29 8355.00 324.00 904.00 96.00
2001 308.95 1.90 285.18 8572.00 269.00 1255.00 51.00
2002 327.12 2.18 287.94 8360.00 230.00 1070.00 24.00
2003 361.67 2.08 290.62 7748.00 276.00 676.00 35.00
2004 370.52 1.63 293.24 8782.00 363.00 488.00 42.00
2005 299.67 1.84 295.92 9248.00 381.00 771.00 58.00
2006 244.60 2.70 298.70 9294.00 376.00 1365.00 120.00
2007 289.64 2.90 301.62 9329.00 443.00 1399.00 68.00
2008 320.87 1.59 304.42 8457.00 496.00 1126.00 60.00
193

Lampiran 5. Lanjutan
Tahun XKUSA XRUSA CKUSA CRUSA MRUSA SEKUSA SERUSA
1980 740.00 0.00 4134.00 6.00 6.00 9.00 16.00
1981 942.00 0.00 4325.00 7.00 7.00 5.00 23.00
1982 918.00 0.00 4472.00 5.00 5.00 9.00 26.00
1983 827.00 0.00 4349.00 5.00 5.00 7.00 22.33
1984 753.00 0.00 4498.00 15.00 15.00 6.00 22.33
1985 570.00 0.00 4560.00 42.00 42.00 7.00 18.00
1986 538.00 0.00 4915.00 82.00 84.00 5.00 12.00
1987 850.00 0.00 4956.00 128.00 132.00 10.00 14.33
1988 754.00 4.00 4803.00 239.00 211.00 6.00 31.67
1989 614.00 3.00 5480.00 249.00 191.00 5.00 27.33
1990 366.00 3.00 5506.00 275.00 274.00 5.00 22.33
1991 746.00 7.00 5555.00 367.00 374.00 5.00 17.67
1992 663.00 7.00 5903.00 415.00 396.00 15.00 23.00
1993 695.00 35.00 5869.00 532.00 412.00 24.00 24.33
1994 1217.00 70.00 5857.00 535.00 430.00 28.00 29.00
1995 450.00 67.00 6108.00 582.00 497.00 27.00 25.33
1996 922.00 134.00 6471.00 528.00 502.00 14.00 19.67
1997 1397.00 158.00 6922.00 529.00 504.00 19.00 18.00
1998 1076.00 123.00 7101.00 602.00 503.00 44.00 22.67
1999 624.00 129.00 7283.00 688.00 534.00 41.00 23.33
2000 636.00 85.00 7401.00 829.00 545.00 30.00 20.00
2001 1143.00 116.00 7635.00 683.00 503.00 23.00 23.67
2002 1027.00 73.00 7748.00 591.00 445.00 19.00 24.33
2003 425.00 126.00 7650.00 698.00 555.00 16.00 24.67
2004 600.00 122.00 7911.00 739.00 514.00 20.00 26.33
2005 523.00 214.00 8147.00 831.00 726.00 20.00 21.00
2006 851.00 286.00 8426.00 854.00 712.00 17.00 24.00
2007 1319.00 158.00 8313.00 1309.00 1016.00 6.00 20.33
2008 907.00 160.00 7484.00 1488.00 1162.00 12.00 22.33

Tahun TMRUSA IPUSA HEKUSA HERUSA HDKUSA HDRUSA HMRUSA


1980 38.17 29031.33 506.34 452.93 534.14 502.40 564.38
1981 38.17 29217.17 492.67 546.68 659.29 608.92 629.85
1982 38.17 28361.78 509.14 678.91 847.03 771.44 648.24
1983 38.17 29586.27 478.51 564.60 692.72 626.34 634.89
1984 33.50 31265.38 603.24 615.75 739.45 685.98 714.53
1985 33.00 32103.98 663.31 714.30 852.07 783.57 685.24
1986 30.02 33030.13 376.96 665.50 798.79 727.52 351.47
1987 30.23 33511.45 372.28 570.42 707.31 624.75 337.68
1988 30.45 34381.04 427.27 436.50 517.64 482.25 431.14
1989 30.66 34924.38 560.55 491.14 570.05 529.75 492.84
1990 30.87 34671.21 698.77 582.41 715.40 622.07 530.18
1991 31.09 33909.10 884.22 658.09 784.24 755.13 583.81
1992 31.30 34378.80 969.76 701.92 831.69 791.12 580.29
1993 31.51 34647.74 733.88 797.41 949.86 866.54 637.69
1994 31.73 35449.22 641.16 573.68 671.54 640.00 613.13
1995 31.94 35662.95 668.11 628.68 746.49 710.66 625.34
1996 32.15 36201.24 628.34 697.53 817.60 798.65 627.42
1997 32.37 37156.11 612.47 659.93 768.63 753.69 575.29
1998 32.60 38168.15 744.87 606.81 697.45 676.37 706.45
1999 30.48 39278.67 671.82 578.66 685.06 662.82 665.00
2000 27.50 39979.85 564.96 612.41 714.26 720.24 552.60
2001 22.83 39780.62 595.46 752.85 847.18 855.96 548.02
2002 23.33 40126.43 615.55 770.23 901.93 836.67 604.49
2003 26.83 40700.87 741.97 830.69 1010.54 923.93 765.45
2004 27.00 41844.15 686.39 806.21 903.92 904.46 755.02
2005 28.67 42708.17 613.68 710.83 798.40 814.00 616.35
2006 21.83 43455.02 520.04 668.36 756.76 750.01 542.36
2007 20.33 43960.58 591.10 602.92 962.46 668.21 664.19
2008 16.67 43030.97 555.18 579.43 675.31 734.56 637.46
194

Lampiran 5. Lanjutan
Tahun RHEDKUSA RHEDRUSA POPCD PRODRCD STOKRCD XRCD CRCD
1980 0.95 0.90 24.47 418.00 32.00 198.00 233.00
1981 0.75 0.90 24.79 382.00 19.00 163.00 225.00
1982 0.60 0.88 25.08 366.00 13.00 111.00 247.00
1983 0.69 0.90 25.34 456.00 21.00 177.00 289.00
1984 0.82 0.90 25.58 514.00 11.00 237.00 270.00
1985 0.78 0.91 25.81 498.00 18.00 165.00 309.00
1986 0.47 0.91 26.07 607.00 42.00 306.00 293.00
1987 0.53 0.91 26.40 612.00 50.00 336.00 294.00
1988 0.83 0.91 26.76 533.00 32.00 208.00 328.00
1989 0.98 0.93 27.22 483.00 29.00 150.00 330.00
1990 0.98 0.94 27.64 576.00 32.00 203.00 377.00
1991 1.13 0.87 27.99 732.00 30.00 285.00 439.00
1992 1.17 0.89 28.32 770.00 39.00 368.00 429.00
1993 0.77 0.92 28.65 901.00 15.00 414.00 489.00
1994 0.95 0.90 28.96 1060.00 29.00 424.00 651.00
1995 0.89 0.88 29.26 1154.00 18.00 550.00 627.00
1996 0.77 0.87 29.57 1136.00 29.00 695.00 487.00
1997 0.80 0.88 29.87 1288.00 35.00 894.00 485.00
1998 1.07 0.90 30.12 1292.00 20.00 787.00 506.00
1999 0.98 0.87 30.37 1253.00 28.00 773.00 517.00
2000 0.79 0.85 30.65 1260.00 93.00 739.00 527.00
2001 0.70 0.88 30.97 955.00 143.00 539.00 489.00
2002 0.68 0.92 31.31 920.00 103.00 529.00 431.00
2003 0.73 0.90 31.60 1340.00 90.00 982.00 380.00
2004 0.76 0.89 31.90 1225.00 106.00 971.00 347.00
2005 0.77 0.87 32.21 1380.00 78.00 1093.00 350.00
2006 0.69 0.89 32.53 1440.00 59.00 1265.00 363.00
2007 0.61 0.90 32.88 1675.00 7.00 1278.00 402.00
2008 0.82 0.79 33.26 1775.00 38.00 1350.00 460.00

Tahun SERCD ERCD HERCD HDRCD RHEDRCD POPC IPC


1980 25.00 2.84 483.59 484.79 1.00 987.05 1999.60
1981 36.00 2.59 480.28 495.41 0.97 1000.72 1890.16
1982 35.00 2.41 490.16 455.51 1.08 1016.54 1843.37
1983 26.00 2.27 473.72 469.76 1.01 1030.08 1740.32
1984 34.00 2.29 592.58 600.87 0.99 1043.57 1754.30
1985 27.00 2.32 647.35 669.13 0.97 1058.51 1765.29
1986 16.00 2.27 395.21 365.73 1.08 1075.07 1696.98
1987 19.00 2.07 351.60 511.55 0.69 1093.00 1707.18
1988 22.00 1.85 410.46 419.23 0.98 1110.26 1759.18
1989 29.00 1.69 573.49 640.53 0.90 1127.04 1515.69
1990 22.00 1.59 606.11 626.04 0.97 1143.33 1358.42
1991 11.00 1.48 602.40 762.35 0.79 1158.23 1477.55
1992 9.00 1.54 607.57 738.51 0.82 1171.71 1658.47
1993 11.00 1.61 645.31 653.96 0.99 1185.17 1817.22
1994 9.00 1.71 621.32 613.51 1.01 1198.50 1865.57
1995 6.00 1.68 619.68 669.05 0.93 1211.21 1789.92
1996 8.00 1.64 616.99 652.22 0.95 1223.89 1804.71
1997 9.00 1.64 574.47 590.66 0.97 1236.26 1901.92
1998 15.00 1.74 703.39 722.80 0.97 1247.61 2025.21
1999 19.00 1.71 654.87 668.99 0.98 1257.86 2202.63
2000 15.00 1.67 535.51 570.63 0.94 1267.43 2438.52
2001 9.00 1.69 534.28 557.36 0.96 1276.27 2678.56
2002 9.00 1.68 616.59 603.95 1.02 1284.53 2943.63
2003 6.00 1.46 745.15 744.70 1.00 1292.27 3300.93
2004 8.00 1.33 721.38 768.74 0.94 1299.88 3685.92
2005 9.00 1.21 606.22 667.45 0.91 1307.56 4064.34
2006 15.00 1.11 540.01 585.25 0.92 1314.48 4616.99
2007 19.00 1.03 621.50 649.07 0.96 1321.05 5301.87
2008 15.00 1.00 506.93 572.32 0.89 1327.66 5738.90
195

Lampiran 5. Lanjutan
Tahun CSC CKC CRC MSC MKC MRC TMSC
1980 60.28 735.47 819.94 224.70 120.30 0.65 40.00
1981 23.86 772.30 1046.10 194.14 54.35 7.38 40.00
1982 21.27 869.76 1353.65 209.01 48.31 11.02 40.00
1983 23.93 858.53 1438.64 218.56 16.63 16.61 40.00
1984 22.36 797.42 1489.55 215.75 12.16 2.70 40.00
1985 68.47 802.99 1612.46 313.46 35.66 4.40 40.00
1986 213.82 1023.88 1672.27 459.88 178.98 26.17 40.00
1987 273.82 1298.63 1696.67 507.84 414.72 100.71 40.00
1988 425.05 1099.50 1757.21 655.70 142.91 70.38 40.00
1989 767.17 1377.87 2130.65 984.41 425.06 613.16 40.00
1990 1199.12 1173.49 2470.87 1351.75 530.10 592.03 40.00
1991 1084.21 1266.70 2585.63 1223.01 332.97 283.89 40.00
1992 641.62 1242.78 2489.72 820.68 223.85 193.27 40.00
1993 881.45 1207.04 2606.14 978.11 936.93 151.17 30.00
1994 1535.34 1363.30 2882.71 1410.42 1064.20 546.65 30.00
1995 1465.73 1540.87 3074.14 1459.91 1498.34 632.41 30.00
1996 1078.22 1730.58 3461.58 1184.92 1298.31 319.13 30.00
1997 1235.10 2002.51 3409.67 1242.61 1268.01 355.35 30.00
1998 990.32 1983.29 3395.11 1380.38 858.16 295.26 30.00
1999 1258.27 2138.92 3535.57 1598.87 879.07 102.23 30.00
2000 1460.78 2370.20 3932.00 1922.81 328.48 119.52 30.00
2001 1606.29 2424.66 3832.79 2404.96 883.84 74.59 30.00
2002 2302.73 2655.31 4191.77 3138.25 907.56 96.27 30.00
2003 3423.00 2856.54 4116.83 4092.26 1926.82 168.60 30.00
2004 3980.87 3003.61 4354.38 4252.84 2563.60 379.85 20.00
2005 4468.21 3112.80 4499.39 4741.33 1735.00 206.96 20.00
2006 5220.16 3128.62 4644.41 5488.20 1544.26 67.50 20.00
2007 5223.37 3295.54 4789.42 5497.44 2857.28 401.53 20.00
2008 5387.58 3148.21 4934.43 5668.57 2872.83 339.13 20.00

Tahun TMKC TMRC ERC HMSC HMKC HMRC POPID


1980 30.00 35.00 11.93 485.55 717.69 707.85 696.63
1981 30.00 35.00 11.30 525.87 799.58 698.24 712.64
1982 30.00 35.00 10.74 523.94 782.51 613.78 728.89
1983 30.00 35.00 9.31 374.25 733.78 495.22 745.38
1984 30.00 35.00 9.34 565.32 414.86 704.96 762.10
1985 30.00 35.00 10.32 488.89 625.62 724.09 779.05
1986 190.00 35.00 10.65 332.26 402.86 419.85 796.20
1987 190.00 35.00 10.23 377.88 352.76 421.87 813.53
1988 70.00 35.00 9.30 421.52 414.66 406.53 831.05
1989 70.00 35.00 7.62 442.10 479.12 496.10 848.77
1990 130.00 35.00 8.16 378.49 511.59 508.62 866.67
1991 140.00 35.00 8.85 430.42 572.22 545.26 884.76
1992 120.00 25.00 8.91 496.21 552.85 572.54 902.98
1993 120.00 25.00 8.85 491.69 619.12 591.34 921.26
1994 130.00 25.00 11.90 461.63 594.32 569.09 939.51
1995 121.60 25.00 9.88 574.61 636.84 604.11 957.66
1996 121.60 25.00 8.94 517.06 580.10 584.08 975.70
1997 121.60 25.00 8.53 497.65 525.66 530.40 993.61
1998 121.60 25.00 8.39 674.33 667.41 654.63 1011.45
1999 121.60 25.00 8.43 616.38 643.09 694.53 1029.25
2000 121.60 25.00 8.49 420.43 522.08 496.31 1047.04
2001 121.60 25.00 8.48 389.34 501.83 560.83 1064.81
2002 121.60 25.00 8.46 486.03 592.61 640.22 1082.53
2003 41.60 35.00 8.49 522.88 648.28 683.16 1100.15
2004 41.60 35.00 8.44 529.15 672.84 681.92 1117.62
2005 19.90 9.00 8.19 412.18 535.87 593.15 1134.90
2006 19.90 9.00 7.90 379.45 438.77 544.02 1152.05
2007 19.90 9.00 7.48 536.72 564.34 610.96 1169.23
2008 20.33 9.00 6.68 570.40 527.46 563.28 1186.31
196

Lampiran 5. Lanjutan
Tahun PRODKID CSID CKID MSID MKID TMSID TMKID
1980 41.00 431.00 708.00 431.00 639.00 38.64 32.15
1981 32.00 410.00 553.00 410.00 460.00 38.55 31.91
1982 44.00 587.00 543.00 597.00 537.00 38.18 29.43
1983 53.00 497.00 763.00 557.00 808.00 37.82 29.60
1984 85.00 720.00 577.00 730.00 398.00 37.52 30.28
1985 157.00 798.00 466.00 798.00 256.00 35.76 31.54
1986 136.00 911.00 445.00 921.00 363.00 34.68 82.67
1987 138.00 1090.00 621.00 1120.00 419.00 31.50 80.46
1988 240.00 931.40 407.00 931.40 383.81 32.59 41.89
1989 279.00 630.00 340.00 600.00 30.00 32.83 42.40
1990 403.00 663.10 445.00 668.10 20.00 32.27 61.75
1991 386.00 170.00 425.00 165.00 65.00 31.70 64.43
1992 482.00 197.60 562.00 207.60 42.00 31.38 57.88
1993 718.00 210.00 711.00 200.00 41.00 28.35 57.83
1994 600.00 465.00 555.00 480.00 60.00 27.14 58.94
1995 720.00 970.00 772.00 970.00 60.00 26.15 56.16
1996 640.00 1315.00 706.00 1300.00 49.00 26.29 55.62
1997 860.00 1530.00 1095.00 1530.00 236.00 25.77 55.12
1998 975.00 2310.00 1805.00 2900.00 833.00 25.18 55.25
1999 792.00 3500.00 1582.00 3300.00 790.00 24.01 54.53
2000 795.00 4100.00 2024.00 4000.00 1400.00 23.52 53.84
2001 835.00 3525.00 2300.00 3400.00 1479.00 20.80 52.57
2002 580.00 4215.00 1900.00 3954.00 1197.00 22.94 52.30
2003 1025.00 3598.00 1885.00 3486.00 906.00 22.00 25.15
2004 880.00 3406.00 2627.00 3525.00 2026.00 18.11 24.30
2005 1075.00 3125.00 2933.00 2899.00 1727.00 17.91 16.42
2006 1180.00 3769.00 2598.00 3800.00 1403.00 17.99 16.11
2007 1399.00 4612.00 2651.00 4532.00 1281.00 17.33 15.25
2008 1571.00 5085.00 2333.00 5200.00 835.00 15.62 14.69

Tahun TMMID IPID ERID HMSID HMKID RHMSIDW HMMID


1980 34.04 2689.10 53.12 528.30 479.42 1.10 472.95
1981 32.93 2698.70 51.71 531.96 438.36 0.97 542.02
1982 31.00 2700.46 52.34 526.35 487.90 1.15 511.92
1983 30.89 2610.09 49.97 400.74 507.78 0.83 444.17
1984 31.12 2558.87 51.91 585.47 640.15 0.89 626.08
1985 32.02 2562.75 53.53 508.00 710.45 1.00 713.08
1986 30.24 2472.22 50.19 271.50 461.45 1.10 417.75
1987 29.52 2383.48 47.42 384.44 409.04 1.11 385.28
1988 30.91 2377.60 46.33 400.91 511.08 0.98 497.33
1989 31.64 2430.69 50.88 347.08 824.22 0.95 862.79
1990 30.71 2396.52 50.37 343.23 923.87 1.09 826.56
1991 29.94 2180.25 57.48 448.23 1123.38 1.11 1242.21
1992 26.90 2042.08 58.60 524.27 857.69 1.08 1057.57
1993 26.74 2018.41 64.82 448.05 845.55 0.98 763.33
1994 25.00 1947.33 60.51 525.69 739.89 1.03 843.51
1995 25.36 1899.37 56.74 598.89 654.06 1.04 651.54
1996 24.76 1875.07 56.89 571.79 655.05 1.10 858.64
1997 25.26 1829.25 54.41 550.89 694.31 1.07 657.35
1998 24.91 1700.91 54.59 733.97 722.20 1.03 731.45
1999 23.70 1732.48 54.43 526.43 572.02 0.98 586.08
2000 23.11 1768.07 54.62 378.00 439.74 0.96 465.61
2001 20.80 1781.28 55.31 419.70 511.34 1.07 615.94
2002 21.83 1783.32 54.58 504.00 573.13 1.02 782.56
2003 24.34 1845.13 50.39 540.28 684.69 1.01 668.17
2004 23.61 1955.14 47.24 529.72 653.42 1.03 585.27
2005 14.83 2077.54 44.10 422.63 535.76 1.00 434.55
2006 14.81 2193.53 42.82 379.47 475.85 0.94 685.07
2007 13.98 2285.92 36.74 342.77 433.15 0.59 627.24
2008 12.44 2279.77 35.68 441.44 510.92 0.70 570.35
197

Lampiran 5. Lanjutan
Tahun POPP IPP CSP MSP TMSP ERP HMSP
1980 82.43 3618.54 231.00 226.00 38.35 60.09 528.30
1981 84.87 3670.55 266.00 273.00 38.12 53.71 531.96
1982 87.38 3805.23 337.00 349.00 37.28 60.69 526.35
1983 89.89 3860.30 332.00 328.00 36.75 63.18 400.74
1984 92.40 3859.00 456.00 466.00 36.76 63.77 628.54
1985 94.93 3942.29 562.00 692.00 35.40 68.47 636.37
1986 97.50 3998.84 528.00 378.00 34.63 69.14 382.14
1987 100.09 4076.26 450.00 455.00 32.07 69.03 287.56
1988 102.71 4062.93 482.00 484.00 32.59 65.62 370.87
1989 105.35 4000.76 577.00 633.00 32.75 69.43 450.57
1990 108.40 3868.13 800.00 777.00 31.73 67.28 352.32
1991 110.80 3696.37 900.00 935.00 31.12 65.99 399.71
1992 114.08 3619.18 899.00 884.00 30.81 63.50 447.38
1993 117.02 3320.25 1100.00 1060.00 29.05 64.71 591.18
1994 119.99 3052.35 1200.00 1210.00 28.11 62.62 401.88
1995 122.99 2840.32 965.00 1015.00 27.28 57.71 675.25
1996 126.00 2683.67 1060.00 1070.00 27.09 59.61 741.31
1997 129.04 2418.73 1114.00 1124.00 26.68 60.99 547.46
1998 132.09 2306.84 1051.00 981.00 25.96 62.91 715.09
1999 135.13 2277.52 1004.00 1039.00 24.46 66.38 824.05
2000 137.53 2283.80 1295.00 1295.00 23.87 68.93 434.38
2001 140.36 2259.83 1193.00 1174.00 21.87 77.14 376.96
2002 143.17 2249.27 1313.00 1317.00 22.62 72.03 424.95
2003 146.75 2284.03 1291.00 1271.00 21.09 67.68 542.60
2004 149.65 2271.92 1560.00 1565.00 18.64 63.54 516.82
2005 152.53 2231.04 1708.00 1703.00 18.38 59.51 457.92
2006 155.37 2224.44 2218.00 2218.00 18.23 55.85 361.64
2007 158.17 2206.65 1840.00 1840.00 16.75 52.31 395.87
2008 160.97 1878.64 2100.00 2100.00 15.42 50.41 435.17

Tahun RHMSPW POPEU IPEU CSEU CKEU CREU CMEU


1980 1.10 402.52 20572.62 525.38 1428.20 458.51 938.72
1981 0.97 403.50 19968.99 616.67 1353.65 531.87 967.78
1982 1.15 404.37 22316.17 493.76 1692.13 635.32 1041.43
1983 0.83 404.98 21903.18 582.34 1219.45 651.28 973.54
1984 0.95 405.74 20694.49 471.26 1200.66 735.88 1092.04
1985 1.25 406.64 20544.49 485.71 1173.15 726.37 1113.54
1986 1.55 407.43 21676.86 808.55 1175.39 735.55 1159.06
1987 0.83 408.53 23198.27 760.89 1230.86 820.82 1291.01
1988 0.91 409.96 25288.89 956.93 1381.14 887.43 1393.02
1989 1.24 412.42 25462.03 1002.51 1135.00 945.43 1322.67
1990 1.12 414.27 25061.65 1161.53 1333.28 772.27 1457.30
1991 0.99 415.98 24500.24 1382.13 1665.29 891.47 1541.35
1992 0.92 417.07 24215.76 1488.24 1510.09 1240.19 1577.96
1993 1.29 417.81 24464.34 1292.51 1555.70 960.53 1605.70
1994 0.78 418.53 25069.69 1499.84 1655.01 896.83 1552.47
1995 1.17 419.13 25079.54 1248.68 1757.27 1072.33 1639.18
1996 1.42 419.62 25292.53 1418.55 1650.41 1160.10 1655.83
1997 1.07 419.97 25651.11 1369.85 1420.08 1378.44 1753.35
1998 1.01 420.74 25856.38 1712.20 1472.50 1507.30 1695.14
1999 1.54 421.71 26689.34 1657.17 1423.26 1667.00 1813.64
2000 1.10 422.59 27138.65 2078.72 1507.73 2248.90 1881.54
2001 0.96 423.96 27346.07 2668.28 1762.87 2354.14 1908.09
2002 0.86 425.17 27238.48 2721.52 1680.27 2100.65 1977.67
2003 1.02 426.46 26814.75 2709.81 1834.19 2490.73 1957.36
2004 1.01 428.47 26261.79 2543.58 1642.35 2416.18 2006.73
2005 1.09 430.08 26900.00 2643.14 1636.48 2492.57 2045.17
2006 0.90 432.01 27494.57 2749.59 1654.15 2368.97 2068.71
2007 0.69 434.01 28644.51 2847.36 1645.91 2453.66 2099.70
2008 0.69 435.38 30330.86 2950.56 1637.68 2476.19 2130.69
198

Lampiran 5. Lanjutan
Tahun MSEU MKEU MREU MMEU LMSEU TMSEU TMKEU
1980 916.05 654.21 239.33 382.47 27.29 26.63
1981 775.85 617.33 295.60 353.41 916.05 27.29 24.88
1982 815.88 681.63 385.82 525.32 775.85 24.00 22.75
1983 962.92 628.11 448.57 419.95 815.88 23.21 21.50
1984 798.47 643.21 412.88 569.27 962.92 26.29 24.63
1985 916.15 649.46 529.91 582.70 798.47 26.86 26.13
1986 1320.16 599.95 552.29 605.41 916.15 28.00 27.25
1987 1246.17 653.12 538.30 527.68 1320.16 26.00 25.25
1988 1314.63 634.51 548.72 571.61 1246.17 24.29 23.75
1989 1480.80 623.97 538.16 639.25 1314.63 25.14 26.13
1990 1749.05 634.00 453.48 819.55 1480.80 21.57 24.88
1991 2039.64 686.99 592.18 766.27 1749.05 21.21 24.25
1992 2035.36 640.93 679.96 727.02 2039.64 21.36 24.13
1993 2102.42 513.07 709.10 821.03 2035.36 21.64 25.88
1994 2400.27 519.68 799.47 823.57 2102.42 21.43 24.75
1995 2198.20 482.63 796.37 785.12 2400.27 22.64 24.75
1996 2311.92 472.90 999.41 777.07 2198.20 21.36 25.25
1997 2400.51 556.52 1294.74 978.16 2311.92 23.00 26.38
1998 2739.70 647.98 1254.56 1092.47 2400.51 20.84 25.41
1999 2821.07 600.75 1393.23 1023.41 2739.70 20.50 25.46
2000 3022.06 600.17 1393.84 915.90 2821.07 20.17 25.50
2001 3688.46 660.23 1623.31 1032.44 3022.06 19.83 25.55
2002 3812.22 757.61 1546.05 1556.38 3688.46 19.49 25.60
2003 4109.96 765.74 1276.76 1535.10 3812.22 19.16 25.65
2004 4753.17 743.70 1379.15 1515.77 4109.96 18.82 25.70
2005 5531.79 925.23 1885.63 1966.25 4753.17 18.49 25.75
2006 5946.33 1681.65 2951.97 2430.03 5531.79 18.15 25.79
2007 6187.36 1799.84 2724.94 2438.39 5946.33 17.81 25.84
2008 6191.31 1808.55 2919.48 2384.55 6187.36 17.48 25.89

Tahun TMREU TMMEU EREU HMSEU HMKEU HMREU HMMEU


1980 27.50 27.33 3.09 523.32 534.19 528.47 594.98
1981 26.00 26.83 2.86 571.58 542.73 516.05 697.01
1982 23.50 23.25 2.69 520.47 506.05 483.53 641.39
1983 23.10 22.50 2.33 447.08 502.40 478.96 556.77
1984 26.10 26.00 2.03 654.99 661.99 650.64 747.89
1985 27.10 27.00 1.93 628.24 678.79 650.72 757.35
1986 27.90 27.75 2.00 355.62 441.80 418.63 492.72
1987 25.90 25.42 1.84 369.40 398.46 378.74 464.93
1988 24.00 23.50 1.68 440.54 451.70 426.57 523.00
1989 25.80 25.33 1.66 457.58 512.00 495.45 622.47
1990 24.70 23.00 1.44 426.11 552.63 558.59 659.04
1991 23.60 22.42 1.48 449.71 594.73 571.16 705.99
1992 23.40 22.83 1.52 530.93 621.69 634.59 679.23
1993 24.40 23.92 1.24 523.34 588.40 624.15 672.93
1994 24.20 23.58 1.01 483.88 616.78 625.87 696.23
1995 24.00 23.00 0.91 633.02 650.39 643.33 713.71
1996 23.50 22.08 1.03 575.76 635.18 632.27 694.29
1997 24.50 23.83 0.90 538.45 548.94 570.10 605.26
1998 23.64 22.44 0.83 688.62 721.69 766.62 789.91
1999 23.50 22.23 1.07 651.57 656.46 685.48 790.24
2000 23.36 22.02 1.21 478.55 503.63 549.36 613.54
2001 23.22 21.81 1.22 448.92 541.96 593.77 707.46
2002 23.08 21.61 1.13 528.30 576.22 662.08 802.56
2003 22.94 21.40 0.93 593.03 728.77 834.45 817.30
2004 22.81 21.19 0.82 601.18 735.03 843.27 808.19
2005 22.67 20.98 0.80 498.04 605.91 739.05 755.33
2006 22.53 20.77 0.78 448.09 532.95 678.89 600.36
2007 22.39 20.56 0.70 547.85 617.34 696.25 690.27
2008 22.25 20.35 0.63 561.92 570.53 646.69 653.09
199

Lampiran 5. Lanjutan
Tahun RHMKEUW RHMREUW RHMMEUW RHMSEUHCOW POPIR PRODKIR PRODMIR
1980 1.03 1.09 1.09 9.23 38.35 8.00 7.54
1981 1.10 1.14 1.12 10.11 40.85 10.00 9.77
1982 1.09 1.07 1.17 9.14 42.48 17.40 7.31
1983 0.99 1.14 1.01 8.15 44.18 21.70 7.53
1984 1.02 1.03 1.09 11.92 45.96 18.30 6.86
1985 1.17 1.09 1.24 11.52 47.82 26.30 10.24
1986 1.37 1.29 1.40 6.26 49.44 16.20 8.43
1987 1.28 1.26 1.37 6.57 50.66 9.50 8.13
1988 1.15 1.05 1.29 7.64 51.91 15.50 9.18
1989 1.30 1.12 1.42 7.80 53.19 14.10 6.84
1990 1.32 1.22 1.44 7.49 54.50 15.00 21.56
1991 1.10 1.16 1.25 7.41 55.84 9.70 8.62
1992 1.18 1.23 1.22 9.21 61.56 17.00 15.97
1993 1.01 1.10 1.03 8.92 61.00 18.00 17.22
1994 1.03 1.05 1.13 8.41 61.89 18.70 21.53
1995 1.13 1.14 1.12 11.08 64.10 20.90 12.02
1996 1.17 1.16 1.23 9.92 62.51 22.80 16.48
1997 1.03 1.07 1.11 9.44 60.93 17.50 17.76
1998 1.09 1.15 1.02 11.73 61.84 41.30 20.08
1999 1.25 1.32 1.27 11.37 62.51 70.90 16.99
2000 1.17 1.24 1.23 8.34 63.66 104.60 15.03
2001 1.12 1.08 1.07 7.89 64.83 104.90 14.98
2002 1.00 1.08 1.06 9.44 65.54 112.60 17.80
2003 1.09 1.16 1.15 10.34 66.48 119.80 19.00
2004 1.09 1.13 1.08 10.25 67.48 159.10 17.90
2005 1.11 1.10 1.12 8.80 68.47 202.70 18.20
2006 1.05 1.01 1.08 8.18 70.47 192.10 18.30
2007 0.95 0.97 0.91 10.12 71.66 185.30 18.30
2008 0.69 0.74 0.66 10.21 72.87 209.50 18.60

Tahun CKIR CMIR MKIR MMIR TMKIR TMMIR IPIR


1980 343.00 5.00 322.00 5.00 36.00 47.17 264324.06
1981 306.00 65.00 285.00 65.00 35.59 46.16 235754.29
1982 367.00 25.00 346.00 25.00 33.49 45.77 231848.26
1983 347.00 60.00 331.00 60.00 33.39 45.39 213466.78
1984 405.00 75.00 382.00 75.00 33.66 43.62 195476.14
1985 339.00 57.00 325.00 57.00 34.37 39.99 193194.32
1986 475.00 14.00 461.00 14.00 72.43 39.34 146200.96
1987 302.00 13.00 293.00 13.00 70.83 35.32 111702.28
1988 390.00 39.00 375.00 39.00 41.06 40.29 75311.16
1989 566.00 175.00 552.00 175.00 42.05 40.71 66207.08
1990 431.00 50.00 417.00 50.00 56.32 30.57 74580.35
1991 505.00 65.00 494.00 65.00 58.10 32.94 72453.37
1992 449.00 51.00 433.00 51.00 52.83 32.45 55751.31
1993 516.00 385.00 494.00 500.00 52.55 34.23 46698.67
1994 392.00 380.00 500.00 430.00 53.75 34.42 35627.59
1995 362.00 410.00 500.00 430.00 51.51 33.80 24087.22
1996 361.00 190.00 401.00 200.00 50.78 31.48 20907.82
1997 627.00 196.00 700.00 175.00 50.66 34.20 19231.11
1998 812.00 210.00 960.00 200.00 50.33 33.01 16702.31
1999 624.00 142.00 604.00 150.00 48.54 29.80 14233.59
2000 674.00 78.00 729.00 94.00 46.70 28.16 13115.86
2001 794.00 60.00 835.00 64.00 47.46 27.67 12270.56
2002 816.00 22.00 959.00 10.00 46.01 27.87 11591.02
2003 813.00 44.00 735.00 32.00 24.22 22.88 10741.75
2004 804.00 105.00 741.00 93.00 23.12 21.74 9944.87
2005 775.00 226.00 600.00 213.00 18.03 18.28 9268.02
2006 725.00 34.00 606.00 21.00 17.04 18.18 8791.73
2007 685.00 193.00 545.00 180.00 14.48 14.52 8181.16
2008 694.00 188.00 580.00 168.00 14.66 13.94 6709.12
200

Lampiran 5. Lanjutan
Tahun ERIR HMKIR HMMIR RHMKIRW RHMMIRW POPMS LPOPMS
1980 6282.89 600.24 553.45 1.16 1.01 40.55
1981 5611.09 651.12 579.01 1.32 0.93 41.71 40.55
1982 5045.86 554.89 686.64 1.19 1.25 42.85 41.71
1983 4352.91 534.81 620.11 1.05 1.12 44.02 42.85
1984 4032.32 697.41 662.54 1.07 0.96 45.24 44.02
1985 3906.62 700.12 475.63 1.20 0.78 46.55 45.24
1986 2853.38 306.63 439.23 0.95 1.25 47.75 46.55
1987 2013.61 450.91 682.07 1.45 2.01 48.80 47.75
1988 1504.12 496.68 661.67 1.26 1.64 49.80 48.80
1989 1288.99 398.51 867.80 1.01 1.98 50.90 49.80
1990 1132.47 495.85 607.40 1.19 1.33 51.36 50.90
1991 958.47 579.94 718.69 1.08 1.28 52.42 51.36
1992 739.81 691.90 761.81 1.31 1.37 53.51 52.42
1993 11804.92 737.75 765.27 1.27 1.17 54.62 53.51
1994 12387.96 597.20 686.23 1.00 1.11 55.75 54.62
1995 8273.72 736.13 672.43 1.28 1.05 56.90 55.75
1996 6427.27 784.56 602.57 1.45 1.07 58.20 56.90
1997 5483.80 559.82 721.69 1.05 1.32 59.40 58.20
1998 4649.75 771.53 702.83 1.16 0.91 60.70 59.40
1999 3874.88 601.59 721.46 1.15 1.16 62.00 60.70
2000 3407.06 487.67 553.14 1.13 1.11 63.30 62.00
2001 3043.00 501.48 592.23 1.03 0.89 64.70 63.30
2002 10472.48 515.83 738.63 0.89 0.98 66.00 64.70
2003 10666.60 670.33 759.26 1.01 1.06 67.30 66.00
2004 9771.11 667.49 730.13 0.99 0.98 68.60 67.30
2005 8963.96 528.44 694.82 0.97 1.03 70.00 68.60
2006 8192.73 474.70 520.63 0.94 0.94 71.30 70.00
2007 7073.62 592.79 561.33 0.91 0.74 73.60 71.30
2008 5723.59 564.94 568.90 0.68 0.57 75.20 73.60

Tahun PRODMMS CMMS MMMS LMMMS TMMMS IPMS ERMS


1980 1.94 47.00 47.00 39.56 15682.40 8.49
1981 1.81 27.00 27.00 47.00 38.21 15780.12 7.86
1982 3.14 85.00 85.00 27.00 37.70 15995.52 7.19
1983 2.34 120.00 120.00 85.00 37.18 15194.64 6.20
1984 3.11 230.00 230.00 120.00 34.83 15061.89 5.63
1985 3.33 240.00 240.00 230.00 36.65 14311.71 4.98
1986 3.75 265.00 265.00 240.00 35.78 12736.51 4.24
1987 2.56 275.00 275.00 265.00 30.43 11765.54 3.73
1988 6.71 222.00 220.00 275.00 30.39 9822.98 2.96
1989 3.80 227.00 225.00 220.00 30.95 8070.23 3.65
1990 6.10 284.00 270.00 225.00 30.76 7279.66 5.68
1991 16.60 193.00 186.00 270.00 30.58 6394.04 8.03
1992 11.89 209.00 200.00 186.00 29.94 5736.99 7.18
1993 11.00 194.00 180.00 200.00 28.97 5445.74 6.68
1994 16.20 295.00 280.00 180.00 29.23 5425.43 6.42
1995 22.20 153.00 138.00 280.00 28.40 5332.62 6.04
1996 18.20 243.00 230.00 138.00 25.31 5144.05 5.57
1997 11.40 249.00 240.00 230.00 28.93 5215.15 5.35
1998 7.60 217.00 221.00 240.00 27.35 5473.81 5.27
1999 7.50 134.00 133.00 221.00 23.07 5718.54 5.25
2000 8.40 90.00 79.00 133.00 20.88 5924.34 5.59
2001 7.60 111.00 110.00 79.00 20.22 6073.34 6.73
2002 8.00 88.00 88.00 110.00 20.49 5868.82 6.34
2003 6.80 158.00 158.00 88.00 17.17 5303.81 7.58
2004 7.50 194.00 194.00 158.00 15.66 4752.08 6.45
2005 9.10 235.00 234.00 194.00 17.74 4762.12 5.73
2006 7.80 314.00 313.00 234.00 17.61 4819.18 5.33
2007 8.40 215.00 214.00 313.00 12.72 4676.95 4.68
2008 7.20 334.00 333.00 214.00 11.96 4136.33 3.86
201

Lampiran 5. Lanjutan
Tahun HMMMS RHMMMSW PRODKC PRODRC XSRW XSW MSRW
1980 601.84 1.10 610.00 804.30 969.90 3616.64 1613.84
1981 672.92 1.08 715.00 1016.05 660.91 3228.45 1570.58
1982 665.53 1.21 820.20 1330.00 773.85 3776.08 1717.17
1983 499.90 0.91 841.80 1417.50 696.77 4016.52 1851.88
1984 660.90 0.96 791.90 1470.00 1111.23 4317.58 1691.95
1985 728.46 1.19 768.00 1575.00 1354.69 5221.48 2155.39
1986 857.18 2.44 846.00 1610.00 1253.75 6242.04 2925.77
1987 432.41 1.28 920.00 1645.00 1006.89 5780.61 2475.37
1988 365.54 0.90 932.00 1525.30 953.00 5989.06 2353.73
1989 690.48 1.57 958.20 1498.00 1187.34 7048.16 2949.45
1990 714.83 1.57 920.30 2135.00 1319.44 8071.86 3301.12
1991 989.20 1.76 942.00 2065.00 1268.15 8212.86 3367.82
1992 968.57 1.74 895.00 2275.00 1374.65 8182.29 3774.95
1993 556.25 0.85 1304.00 2415.00 1529.87 9071.77 3997.54
1994 517.44 0.84 1336.80 2397.50 1755.02 10807.27 4212.54
1995 618.28 0.97 1263.00 2730.00 1675.50 10216.67 3976.07
1996 609.75 1.08 1570.00 2940.00 1816.25 11411.19 3833.15
1997 530.03 0.97 1923.00 2905.00 1916.14 12373.70 3609.41
1998 714.53 0.93 2242.00 2870.00 1685.27 10454.73 2355.83
1999 714.39 1.15 2333.40 3307.50 1849.85 13733.48 3176.95
2000 552.65 1.11 3204.10 3570.00 1911.19 14161.94 3117.71
2001 623.73 0.94 3772.40 3675.00 2157.56 17063.27 4679.72
2002 748.22 0.99 4122.60 4162.60 2034.54 18816.99 5208.92
2003 661.83 0.93 4923.60 3814.80 2621.95 21087.49 7504.29
2004 673.51 0.90 5181.70 4252.40 3096.68 23551.91 9212.07
2005 621.21 0.92 5893.80 4645.10 3195.79 26764.52 9914.09
2006 490.78 0.88 6345.00 4752.50 3647.60 29951.19 12092.98
2007 544.41 0.72 6552.30 4348.10 3445.00 29842.00 11432.20
2008 553.82 0.56 6750.00 4250.00 3724.00 33749.00 14748.11

Tahun MSW XKRW XKW MKRW MKW XRRW XRW


1980 3411.59 1160.07 3196.07 1479.65 3215.16 491.35 689.35
1981 3223.57 1454.35 3489.35 1829.89 3246.57 685.48 848.48
1982 3688.06 1242.54 3405.54 2164.43 3777.36 704.95 815.95
1983 3918.36 1392.90 3652.90 1882.06 3665.80 654.97 831.97
1984 3902.16 1824.85 4040.85 2584.34 4019.71 845.33 1082.33
1985 4875.00 1892.20 3503.20 2173.96 3440.08 1161.27 1326.27
1986 6004.81 700.62 2993.62 1377.59 2980.52 1097.48 1403.48
1987 5804.38 1523.74 4014.74 2160.20 3940.04 1328.77 1664.77
1988 5739.45 1526.82 3916.82 2283.11 3819.33 1737.75 1949.75
1989 6647.65 1082.12 3771.12 2441.73 4072.76 1805.87 1958.87
1990 7847.02 1894.89 3738.89 2016.31 3617.42 1763.38 1969.38
1991 7730.47 1270.01 3618.01 1851.38 3430.34 1812.43 2104.43
1992 7722.59 1526.91 4257.91 2606.79 3946.57 1570.31 1945.31
1993 8338.06 369.28 4038.28 2137.69 4122.69 1614.26 2063.26
1994 9713.23 962.41 5367.41 2780.69 4924.57 2133.16 2627.16
1995 9619.17 2786.88 6253.88 3156.40 5697.36 1980.17 2597.17
1996 9699.99 1254.91 5023.91 3343.70 5564.91 1817.93 2646.93
1997 9906.53 1540.84 6894.84 3809.95 6570.48 1646.87 2698.87
1998 10356.91 2240.35 7920.35 3539.97 6839.11 2144.04 3054.04
1999 11935.89 3478.60 8073.60 4732.27 7606.09 2060.76 2962.76
2000 13357.58 1443.88 7205.88 3836.00 6893.64 1811.46 2635.46
2001 15347.14 1643.00 8525.00 4317.90 8175.97 1914.38 2569.38
2002 17430.38 1581.64 9258.64 5019.06 8840.23 2131.38 2733.38
2003 20463.51 2850.95 10252.95 5056.04 9389.59 1160.31 2268.31
2004 23308.09 1399.39 9778.39 3599.77 9674.07 1484.32 2577.32
2005 24789.21 2147.34 10650.34 5124.22 10111.45 1872.19 3179.19
2006 29545.51 1599.96 11485.96 5165.91 10400.82 2546.70 4097.70
2007 29489.00 3850.89 12400.89 5415.82 11898.94 2777.09 4213.09
2008 33908.00 2113.00 10110.00 4589.62 10686.00 2726.87 4236.87
202

Lampiran 5. Lanjutan
Tahun MRRW MRW XMRW XMW MMRW MMW
1980 465.17 711.15 906.14 1113.14 519.64 954.11
1981 488.19 798.17 666.84 1101.84 653.73 1099.14
1982 413.23 815.07 595.25 1251.25 442.77 1078.09
1983 450.28 920.46 1079.42 1639.42 739.45 1393.40
1984 525.52 956.10 777.57 1662.57 802.35 1676.62
1985 718.03 1294.34 793.81 1858.81 956.25 1835.95
1986 758.49 1420.94 1513.25 2115.25 1088.73 1973.14
1987 907.62 1678.63 1298.70 1997.70 1109.27 2003.95
1988 785.48 1615.58 1436.13 2361.13 1431.55 2262.16
1989 791.71 2134.03 1200.77 2362.77 1434.25 2473.50
1990 766.02 2085.53 1475.77 2650.77 1450.73 2590.28
1991 823.86 2073.94 1446.38 2496.38 1517.35 2534.62
1992 640.87 1910.10 1879.71 2654.71 1685.47 2663.49
1993 529.27 1801.55 1286.26 2206.26 695.00 2196.03
1994 585.59 2361.71 948.94 2504.94 985.12 2588.69
1995 571.29 2497.07 2160.14 3670.14 2102.85 3535.97
1996 570.02 2390.55 1337.92 3059.92 1779.46 3406.53
1997 475.33 2629.41 2695.68 4289.68 2417.65 3935.81
1998 771.67 2824.48 1656.54 3510.54 1768.77 3832.25
1999 677.75 2707.21 2251.79 3795.79 1783.84 3660.25
2000 517.86 2576.22 2795.95 3799.95 2022.13 3566.03
2001 319.67 2520.57 1907.56 3064.56 1844.64 3054.08
2002 484.32 2571.64 2093.07 2991.07 1231.75 2987.13
2003 178.27 2178.63 2387.60 3394.60 1763.12 3567.21
2004 415.78 2688.78 2338.22 3514.22 1782.21 3587.98
2005 186.10 3004.69 2785.95 4006.95 1427.98 3954.22
2006 337.33 4068.80 4490.87 5343.87 2271.04 5187.07
2007 124.11 4266.57 3510.70 4729.70 1647.26 4652.65
2008 348.36 4768.97 2850.00 3890.00 935.45 3890.00

Tahun HSW HKW HRW HMW HCOW


1980 479.38 517.20 485.14 547.63 56.72
1981 549.09 495.05 453.55 624.36 56.55
1982 458.33 465.54 451.12 550.00 56.92
1983 482.02 507.03 419.48 551.29 54.86
1984 660.61 649.74 630.71 687.80 54.93
1985 509.17 581.33 595.56 611.82 54.55
1986 246.50 322.28 324.20 351.05 56.85
1987 346.19 310.86 299.76 339.12 56.23
1988 408.02 393.09 406.20 404.29 57.68
1989 363.55 393.68 441.46 439.38 58.63
1990 315.11 417.25 458.54 456.36 56.86
1991 402.81 539.46 491.93 563.23 60.71
1992 485.90 529.06 517.96 557.42 57.65
1993 458.44 582.14 565.16 654.91 58.64
1994 512.39 597.78 597.78 617.19 57.57
1995 578.48 575.71 565.58 638.35 57.13
1996 521.31 541.93 544.87 565.49 58.02
1997 512.79 530.64 530.64 545.66 57.06
1998 710.80 663.13 665.25 771.18 58.70
1999 535.66 524.60 519.69 622.89 57.31
2000 394.83 430.49 441.95 499.27 57.38
2001 392.32 485.59 551.44 663.92 56.86
2002 495.15 576.40 615.76 754.15 55.95
2003 532.94 666.48 721.82 713.40 57.37
2004 514.19 672.48 747.81 746.72 58.62
2005 422.00 545.00 669.00 677.00 56.59
2006 403.72 505.92 670.61 555.75 54.80
2007 577.83 652.65 718.59 757.11 54.16
2008 626.39 830.34 877.20 989.41 55.02
203

Lampiran 6. Program Estimasi Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan


Minyak Bumi di Pasar Dunia

OPTIONS NODATE NONUMBER;


DATA TESIS;
SET ANALISIS;

PROC SYSLIN 2SLS DATA=TESIS OUTEST=HASIL1;

ENDOGENOUS HSW HKW HRW HMW LASMIN LASMIS LASMIR YIESIN YIESIS
YIESIR HDSI HESI CSI XSI HESM XSM HEKB HDKB CKB XKB
HEKA HDKA HEMA HDMA CKA CMA XKA XMA HEKUSA HERUSA
HMRUSA HDRUSA HDKUSA MRUSA CKUSA CRUSA XKUSA XRUSA
HERCD HDRCD CRCD XRCD HMSP CSP MSP HMMMS CMMS MMMS
HMKEU HMSEU HMREU HMMEU CKEU CSEU CREU CMEU MKEU MSEU
MREU MMEU HMSC HMKC HMRC CSC CKC CRC MSC MKC MRC
HMSID HMKID CSID CKID MSID MKID HMKIR HMMIR CKIR CMIR
MKIR MMIR SDSI SXSI PRODSI XSW MSW XKW MKW XRW MRW
XMW MMW SDKB SDKA SDMA SDKUSA SDRUSA
;

INSTRUMENTS TREN PRODCOW POPW LHSW LHRW LHMW XSRW MSRW XKRW MKRW
XRRW MRRW XMRW MMRW TSBI USPI HCPI RHESIW ERI PESI
LPOPI LHCPI STOKSI LYIESIN LYIESIS LHESI LHDSI
L3LASIN L3LASIS L3LASIR DLASMIR ERM PRODSM STOKSM
ERB PEKB PRODKB STOKKB POPB LHEKB LHDKB PEMA ERA
PRODKA PRODMA STOKKA STOKMA IPA POPA LHEKA LHDKA LCMA
LXKA SEKUSA SERUSA TMRUSA PRODKUSA PRODRUSA STOKKUSA
STOKRUSA POPUSA IPUSA LXKUSA PRODRCD SERCD LHERCD
LHDRCD LXRCD TMSP ERP IPP POPP TMMMS ERMS PRODMMS
LPOPMS TMKEU TMMEU TMSEU TMREU EREU IPEU POPEU LMSEU
TMKC TMSC TMRC ERC IPC POPC LMRC TMSID TMKID PRODKID
ERID POPID LCSID TMMIR ERIR PRODKIR PRODMIR POPIR
RCCOW RHESIW RLASMSIR RHEDKB RHEDMA RHEDKA RHEDKUSA
RHEDRCD RHDRCDW RHMSPW RHMKEUW RHMREUW RHMMEUW
RHMSEUHCOW RHMSIDW RHMKIRW RHMMIRW RHMMMSW
;

HARGA_SW :MODEL HSW = XSW MSW LHSW/DW;


HARGA_KW :MODEL HKW = XKW MKW LHKW/DW;
HARGA_RW :MODEL HRW = XRW MRW LHRW/DW;
HARGA_MW :MODEL HMW = XMW MMW/DW;

LSM_PBN :MODEL LASMIN = LHESI RHCPI L3LASIN/DW NOINT;


LSM_PBS :MODEL LASMIS = LHESI RHCPI USPI L3LASIS/DW;
LSM_PR :MODEL LASMIR = LHDSI USPI LLASIR/DW;
YIELD_PBN :MODEL YIESIN = HESI RHCPI DLASMIN LYIESIN/DW NOINT;
YIELD_PBS :MODEL YIESIS = HESI DLASMIS LYIESIS/DW NOINT;
YIELD_PR :MODEL YIESIR = HDSI LHDSI RHCPI DLASMIR LYIESIR/
DW NOINT;
HARGA_XSI :MODEL HESI = HSW ERI RXSI LHESI/DW NOINT;
HARGA_DSI :MODEL HDSI = HESI ERI RTSDSI LHDSI/DW NOINT
DISAP_SI :MODEL CSI = HDSI RHCOW POPI LCSI/DW;
EKSPOR_SI :MODEL XSI = HESI RHDSI ERI PESI SXSI/DW NOINT;

HARGA_XSM :MODEL HESM = HSW ERM XSM LHESM/DW;


EKSPOR_SM :MODEL XSM = HESM PESM STOKSM PRODSM LXSM/DW NOINT;
204

Lampiran 6. Lanjutan

HARGA_XKB :MODEL HEKB = HKW ERB PEKB LHEKB/DW;


HARGA_DKB :MODEL HDKB = HEKB SDKB CKB/DW NOINT;
DISAPPR_KB :MODEL CKB = HDKB RRHDKBRHCOW POPB LCKB/DW;
EKSPOR_KB :MODEL XKB = HEKB HDKB ERB PRODKB LXKB/DW;

HARGA_DKA :MODEL HDKA = HEKA RSDCKA LHDKA/DW;


HARGA_XKA :MODEL HEKA = HKW ERA XKA LHEKA/DW;
DISAPPR_KA :MODEL CKA = RHDKA RHCOW POPA/DW ;
EKSPOR_KA :MODEL XKA = HEKA HDKA ERA PRODKA/DW NOINT;
HARGA_XMA :MODEL HEMA = HMW LHEMA/DW;
HARGA_DMA :MODEL HDMA = HEMA SDMA CMA LHDMA/DW NOINT;
EKSPOR_MA :MODEL XMA = HEMA HDMA PEMA PRODMA LXMA/DW;
DISAPPR_MA :MODEL CMA = RHDMKA HCOW POPA/DW NOINT;

HARGA_XKUSA :MODEL HEKUSA = HKW SEKUSA/DW;


HARGA_DKUSA :MODEL HDKUSA = HEKUSA SDKUSA CKUSA /DW NOINT;
DISAPPR_KUSA:MODEL CKUSA = RHDKUSAHCOW HDRUSA POPUSA/DW NOINT;
EKSPOR_KUSA :MODEL XKUSA = RHEKUSA HDKUSA PRODKUSA/DW;
HARGA_XRUSA :MODEL HERUSA = HRW SERUSA XRUSA/DW NOINT;
HARGA_MRUSA :MODEL HMRUSA = HRW TMRUSA/DW NOINT;
HARGA_DRUSA :MODEL HDRUSA = HERUSA HMRUSA SDRUSA CRUSA/DW;
DISAPPR_RUSA:MODEL CRUSA = HDRUSA RHDRUSAHCOW HDKUSA POPUSA/DW;
IMPOR_RUSA :MODEL MRUSA = HMRUSA STOKRUSA CRUSA LMRUSA/DW;
EKSPOR_RUSA :MODEL XRUSA = HERUSA HDRUSA PRODRUSA/DW NOINT;

HARGA_DRCD :MODEL HDRCD = HERCD PRODRCD CRCD LHDRCD/DW NOINT;


HARGA_XRCD :MODEL HERCD = HRW SERCD XRCD LHERCD/DW NOINT;
DISAPPR_RCD :MODEL CRCD = HDRCD HCOW POPCD LCRCD/DW;
EKSPOR_RCD :MODEL XRCD = RHERCD HDRCD PRODRCD LXRCD/DW NOINT;

HARGA_MSP :MODEL HMSP = HSW LHMSP/DW NOINT;


DISAPPR_SP :MODEL CSP = HMSP POPP LCSP/DW;
IMPOR_SP :MODEL MSP = HMSP ERP TMSP RCSP LMSP/DW;

HARGA_MMMS :MODEL HMMMS = HMW TMMMS LHMMMS/DW NOINT;


DISAPPR_MMS :MODEL CMMS = HMMMS ERMS POPMS LCMMS/DW;
IMPOR_MMS :MODEL MMMS = RHMMMS ERMS RCMMS/DW;

HARGA_MKEU :MODEL HMKEU = HKW TMKEU /DW;


DISAPPR_KEU :MODEL CKEU = HMKEU HMREU HMMEU RHCOW IPEU LCKEU/
DW NOINT;
IMPOR_KEU :MODEL MKEU = HMKEU EREU CKEU/DW NOINT;
HARGA_MSEU :MODEL HMSEU = HSW TMSEU/DW;
DISAPPR_SEU :MODEL CSEU = HMSEU HMMEU RHCOW IPEU POPEU LCSEU/DW;
IMPOR_SEU :MODEL MSEU = HMSEU CSEU LMSEU/DW NOINT;
HARGA_MREU :MODEL HMREU = HRW TMREU/DW NOINT;
DISAPPR_REU :MODEL CREU = HMREU HMSEU HCOW POPEU LCREU/DW;
IMPOR_REU :MODEL MREU = HMREU CREU/DW;
HARGA_MMEU :MODEL HMMEU = HMW TMMEU/DW;
DISAPPR_MEU :MODEL CMEU = RHMMREU HMKEU IPEU/DW;
IMPOR_MEU :MODEL MMEU = HMMEU PRODMEU CMEU LMMEU/DW;

HARGA_MSC :MODEL HMSC = HSW TMSC/DW NOINT;


DISAPPR_SC :MODEL CSC = HMSC HMKC HMRC HCOW IPC POPC/DW;
IMPOR_SC :MODEL MSC = HMSC CSC/DW;
205

Lampiran 6. Lanjutan

HARGA_MKC :MODEL HMKC = HKW TMKC/DW;


DISAPPR_KC :MODEL CKC = HMKC IPC POPC LCKC/DW;
IMPOR_KC :MODEL MKC = HMKC CKC LMKC/DW NOINT;
HARGA_MRC :MODEL HMRC = HRW TMRC/DW;
DISAPPR_RC :MODEL CRC = HMRC HMKC IPC POPC LCRC/DW;
IMPOR_RC :MODEL MRC = HMRC PRODRC CRC LMRC/DW;

HARGA_MKID :MODEL HMKID = HKW TMKID/DW NOINT;


DISAPPR_KID :MODEL CKID = HMKID HMSID HCOW POPID LCKID/DW;
IMPOR_KID :MODEL MKID = HMKID PRODKID CKID /DW;
HARGA_MSID :MODEL HMSID = HSW RCSID LHMSID/DW;
DISAPPR_SID :MODEL CSID = HMSID IPID POPID/DW;
IMPOR_SID :MODEL MSID = RRHMSIDRCSID TMSID ERID/DW;

HARGA_MKIR :MODEL HMKIR = HKW TMKIR/DW NOINT;


DISAPPR_KIR :MODEL CKIR = HMKIR HMMIR POPIR LCKIR/DW NOINT;
IMPOR_KIR :MODEL MKIR = HMKIR PRODKIR CKIR LMKIR/DW NOINT;
HARGA_MMIR :MODEL HMMIR = HMW TMMIR LHMMIR/DW NOINT;
DISAPPR_MIR :MODEL CMIR = RHMMKIR POPIR LCMIR/DW NOINT;
IMPOR_MIR :MODEL MMIR = HMMIR PRODMIR CMIR/DW NOINT;

IDENTITY PRODSI = PRODSI+0;


IDENTITY XSW = XSI+XSM+XSRW;
IDENTITY MSW = MSC+MSEU+MSID+MSP+MSRW;
IDENTITY XKW = XKA+XKB+XKUSA+XKRW;
IDENTITY MKW = MKC+MKID+MKEU+MKIR+MKRW;
IDENTITY XRW = XRCD+XRUSA+XRRW;
IDENTITY MRW = MRUSA+MREU+MRC+MRRW;
IDENTITY XMW = XMA+XMRW;
IDENTITY MMW = MMEU+MMMS+MMIR+MMRW;
IDENTITY SDSI = STOKSI+PRODSI-XSI;
IDENTITY SXSI = STOKSI+PRODSI-CSI;
IDENTITY SDKB = STOKKB+PRODKB-XKB;
IDENTITY SDKA = STOKKA+PRODKA-XKA;
IDENTITY SDMA = STOKMA+PRODMA-XMA;
IDENTITY SDKUSA = STOKKUSA+PRODKUSA-XKUSA;
IDENTITY SDRUSA = STOKRUSA+PRODRUSA+MRUSA-XRUSA;

PROC PRINT DATA=HASIL1;


RUN;
206

Lampiran 7. Hasil Estimasi Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan


Minyak Bumi di Pasar Dunia

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_SW
Dependent Variable HSW
Label H_SAWIT_W

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 67954.33 22651.44 2.27 0.1084


Error 22 219361.3 9970.969
Corrected Total 25 287315.7

Root MSE 99.85474 R-Square 0.23651


Dependent Mean 477.27302 Adj R-Sq 0.13240
Coeff Var 20.92193

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 241.8316 95.45324 2.53 0.0189 Intercept


XSW 1 -0.02120 0.030070 -0.71 0.4881 X_SWT_W
MSW 1 0.023313 0.030170 0.77 0.4479 M_SWT_W
LHSW 1 0.474437 0.205034 2.31 0.0304

Durbin-Watson 1.614256
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.189365
207

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_KW
Dependent Variable HKW
Label H_KEDELAI_W

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 157888.0 52629.33 6.26 0.0031


Error 22 184911.1 8405.048
Corrected Total 25 342799.0

Root MSE 91.67905 R-Square 0.46058


Dependent Mean 539.42507 Adj R-Sq 0.38703
Coeff Var 16.99570

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 182.7619 96.43096 1.90 0.0713 Intercept


XKW 1 -0.03417 0.048740 -0.70 0.4906 X_KDL_W
MKW 1 0.051413 0.052234 0.98 0.3357 M_KDL_W
LHKW 1 0.487471 0.200599 2.43 0.0237

Durbin-Watson 1.436794
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.235959
208

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_RW
Dependent Variable HRW
Label H_RAPE_W

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 258493.5 86164.50 10.03 0.0002


Error 22 188951.3 8588.694
Corrected Total 25 447444.8

Root MSE 92.67521 R-Square 0.57771


Dependent Mean 561.11280 Adj R-Sq 0.52013
Coeff Var 16.51632

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 143.6909 89.48107 1.61 0.1226 Intercept


XRW 1 -0.01026 0.109767 -0.09 0.9263 X_RAPE_W
MRW 1 0.062441 0.104847 0.60 0.5576 M_RAPE_W
LHRW 1 0.539133 0.199119 2.71 0.0129

Durbin-Watson 1.624118
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.16493
209

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_MW
Dependent Variable HMW
Label H_MTHR_W

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 2 132537.0 66268.50 3.91 0.0347


Error 23 390262.6 16967.94
Corrected Total 25 522799.6

Root MSE 130.26105 R-Square 0.25351


Dependent Mean 605.15934 Adj R-Sq 0.18860
Coeff Var 21.52508

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 380.0096 90.40906 4.20 0.0003 Intercept


XMW 1 -0.15911 0.126640 -1.26 0.2216 X_MTHR_W
MMW 1 0.243896 0.138520 1.76 0.0916 M_MTHR_W

Durbin-Watson 0.998888
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.373727
210

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model LSM_PBN
Dependent Variable LASMIN
Label L_TM_PBN

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 4462354 1487451 3441.04 <.0001


Error 23 9942.176 432.2685
Uncorrected 26 4472296
Total

Root MSE 20.79107 R-Square 0.99778


Dependent Mean 396.02519 Adj R-Sq 0.99749
Coeff Var 5.24994
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

LHESI 1 0.089329 0.027552 3.24 0.0036 LAG HESI


RHCPI 1 -1.12078 0.433286 -2.59 0.0165 LAJU_H_PUPUK
L3LASIN 1 0.858698 0.024979 34.38 <.0001 LAG3_LASIN

Durbin-Watson 1.525538
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.197674
211

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model LSM_PBS
Dependent Variable LASMIS
Label L_TM_PBS

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 16400138 4100034 126.36 <.0001


Error 21 681401.6 32447.69
Corrected Total 25 17081539

Root MSE 180.13243 R-Square 0.96011


Dependent Mean 869.73977 Adj R-Sq 0.95251
Coeff Var 20.71107

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 243.9014 355.1503 0.69 0.4998 Intercept


LHESI 1 0.116390 0.448355 0.26 0.7977 LAG HESI
RHCPI 1 -0.21126 3.780737 -0.06 0.9560 LAJU_H_PUPUK
USPI 1 -0.43739 0.521472 -0.84 0.4110 UPAH_TK KBN
L3LASIS 1 0.804695 0.036502 22.05 <.0001 LAG3_LASIS

Durbin-Watson 0.374684
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.732301
212

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model LSM_PR
Dependent Variable LASMIR
Label L_TM_PR

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 11503976 3834659 899.01 <.0001


Error 22 93839.51 4265.432
Corrected Total 25 11597815

Root MSE 65.31028 R-Square 0.99191


Dependent Mean 669.91000 Adj R-Sq 0.99081
Coeff Var 9.74911

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 72.46956 128.0829 0.57 0.5773 Intercept


LHDSI 1 0.013851 0.013267 1.04 0.3078 LAG_HDSI
USPI 1 -0.24278 0.184119 -1.32 0.2009 UPAH_TK KBN
LLASIR 1 0.778981 0.020316 38.34 <.0001 LAG LASIR

Durbin-Watson 2.030672
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.09431
213

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model YIELD_PBN
Dependent Variable YIESIN
Label YLD_PBN

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 364.5961 91.14902 733.91 <.0001


Error 22 2.732325 0.124197
Uncorrected 26 367.3284
Total

Root MSE 0.35242 R-Square 0.99256


Dependent Mean 3.72508 Adj R-Sq 0.99121
Coeff Var 9.46062
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HESI 1 0.000224 0.000882 0.25 0.8015 HE_SWT_INA


RHCPI 1 -0.00153 0.007647 -0.20 0.8433 LAJU_H_PUPUK
DLASMIN 1 -0.00406 0.002210 -1.84 0.0798 DELTA_LASMIN
LYIESIN 1 0.992763 0.100255 9.90 <.0001 LAG YIESIN

Durbin-Watson 2.209886
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.11818
214

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model YIELD_PBS
Dependent Variable YIESIS
Label YLD_PBS

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 339.9629 113.3210 624.47 <.0001


Error 23 4.173775 0.181468
Uncorrected 26 344.1367
Total

Root MSE 0.42599 R-Square 0.98787


Dependent Mean 3.61407 Adj R-Sq 0.98629
Coeff Var 11.78703
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HESI 1 0.001041 0.000877 1.19 0.2476 HE_SWT_INA


DLASMIS 1 -0.00015 0.000771 -0.19 0.8524 DELTA_LASMIS
LYIESIS 1 0.883280 0.098663 8.95 <.0001 LAG YIESIS

Durbin-Watson 2.399457
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.21781
215

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model YIELD_PR
Dependent Variable YIESIR
Label YLD_PR

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 5 154.4956 30.89913 67.36 <.0001


Error 21 9.633225 0.458725
Uncorrected 26 164.1289
Total

Root MSE 0.67729 R-Square 0.94131


Dependent Mean 2.40150 Adj R-Sq 0.92733
Coeff Var 28.20291
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HDSI 1 0.000087 0.000148 0.59 0.5628 HD_SWT_INA


LHDSI 1 0.000197 0.000160 1.23 0.2324 LAG HDSI
RHCPI 1 -0.00817 0.016388 -0.50 0.6233 LAJU_H_PUPUK
DLASMIR 1 -0.00149 0.002078 -0.72 0.4804 DELTA_LASMIR
LYIESIR 1 0.584751 0.184714 3.17 0.0047 LAG YIESIR

Durbin-Watson 2.644813
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.32769
216

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_DSI
Dependent Variable HDSI
Label HD_SWT_INA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 4.6678E8 1.167E8 177.07 <.0001


Error 22 14498523 659023.8
Uncorrected 26 4.8128E8
Total

Root MSE 811.80279 R-Square 0.96988


Dependent Mean 4124.32175 Adj R-Sq 0.96440
Coeff Var 19.68330
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HESI 1 4.662357 2.145936 2.17 0.0409 HE_SWT_INA


ERI 1 0.157079 0.073032 2.15 0.0427 RP/USD
RTSDSI 1 -464.243 1139.079 -0.41 0.6875
LHDSI 1 0.300709 0.133291 2.26 0.0343 LAG HDSI

Durbin-Watson 1.817476
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.047879
217

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_XSI
Dependent Variable HESI
Label HE_SWT_INA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 4412009 1103002 937.12 <.0001


Error 22 25894.30 1177.013
Uncorrected 26 4437904
Total

Root MSE 34.30763 R-Square 0.99417


Dependent Mean 404.29708 Adj R-Sq 0.99310
Coeff Var 8.48575
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HSW 1 0.745129 0.076309 9.76 <.0001 H_SAWIT_W


ERI 1 -0.00176 0.002146 -0.82 0.4202 RP/USD
RXSI 1 -11.0698 17.10209 -0.65 0.5241 LAJU XSI
LHESI 1 0.167411 0.092343 1.81 0.0835 LAG HESI

Durbin-Watson 1.601501
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.161462
218

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model EKSPOR_SI
Dependent Variable XSI
Label X_SWT_INA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 5 8.5625E8 1.7125E8 320.67 <.0001


Error 21 11214757 534036.0
Uncorrected 26 8.6747E8
Total

Root MSE 730.77769 R-Square 0.98707


Dependent Mean 3974.61242 Adj R-Sq 0.98399
Coeff Var 18.38614
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HESI 1 1.405829 1.227851 1.14 0.2651 HE_SWT_INA


RHDSI 1 -453.433 556.1400 -0.82 0.4240 LAJU HDSI
ERI 1 0.008254 0.044068 0.19 0.8532 RP/USD
PESI 1 -57.9413 19.82251 -2.92 0.0081 PE_SWT_INA
SXSI 1 0.896068 0.035660 25.13 <.0001 SUPPLY_XSI

Durbin-Watson 1.925645
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.034592
219

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAP_SI
Dependent Variable CSI
Label C_SWT_INA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 45682982 11420745 398.70 <.0001


Error 21 601542.5 28644.88
Corrected Total 25 46284524

Root MSE 169.24798 R-Square 0.98700


Dependent Mean 2548.61538 Adj R-Sq 0.98453
Coeff Var 6.64078

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -3450.09 1447.592 -2.38 0.0267 Intercept


HDSI 1 -0.05438 0.041600 -1.31 0.2053 HD_SWT_INA
RHCOW 1 961.7034 1336.360 0.72 0.4797 LAJU HCOW
POPI 1 23.42292 9.189867 2.55 0.0187 POPULASI_INA
LCSI 1 0.695843 0.145896 4.77 0.0001 LAG CSI

Durbin-Watson 1.986525
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.11882
220

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_XSM
Dependent Variable HESM
Label HE_SWT_MAS

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 255341.1 63835.27 24.74 <.0001


Error 21 54182.37 2580.113
Corrected Total 25 309523.5

Root MSE 50.79481 R-Square 0.82495


Dependent Mean 433.45577 Adj R-Sq 0.79161
Coeff Var 11.71857

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 15.75933 144.8625 0.11 0.9144 Intercept


HSW 1 0.855158 0.106558 8.03 <.0001 H_SAWIT_W
ERM 1 -14.0676 28.53421 -0.49 0.6271 RM/USD
XSM 1 -0.00528 0.003112 -1.70 0.1045 X_SWT_MAS
LHESM 1 0.244956 0.097682 2.51 0.0204 LAG HESM

Durbin-Watson 2.345653
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.21571
221

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model EKSPOR_SM
Dependent Variable XSM
Label X_SWT_MAS

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 5 1.926E9 3.8521E8 881.01 <.0001


Error 21 9181847 437230.8
Uncorrected 26 1.9352E9
Total

Root MSE 661.23430 R-Square 0.99526


Dependent Mean 7815.82842 Adj R-Sq 0.99413
Coeff Var 8.46019
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HESM 1 0.069857 1.229855 0.06 0.9552 HE_SWT_MAS


PESM 1 -6.67733 32.51640 -0.21 0.8393 PE_SWT_MAS
STOKSM 1 0.812459 0.736158 1.10 0.2822 STOK_SWT_MAS
PRODSM 1 0.388918 0.187560 2.07 0.0506 PROD_SWT_MAS
LXSM 1 0.465425 0.221681 2.10 0.0480 LAG XSM

Durbin-Watson 2.915638
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.4754
222

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_XKB
Dependent Variable HEKB
Label HE_KDL_BRL

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 118047.9 29511.97 2.25 0.0978


Error 21 275187.1 13104.15
Corrected Total 25 393235.0

Root MSE 114.47334 R-Square 0.30020


Dependent Mean 590.04818 Adj R-Sq 0.16690
Coeff Var 19.40068

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 351.7565 211.2894 1.66 0.1108 Intercept


HKW 1 0.110846 0.419975 0.26 0.7944 H_KEDELAI_W
ERB 1 -6.46154 33.42482 -0.19 0.8486 BRL/USD
PEKB 1 -3.66984 6.616058 -0.55 0.5850 PE_KDL_BRL
LHEKB 1 0.454223 0.387453 1.17 0.2542 LAG HEKB

Durbin-Watson 1.410679
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.156338
223

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_DKB
Dependent Variable HDKB
Label HD_KDL_BRL

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 3321640 1107213 41.79 <.0001


Error 23 609337.7 26492.94
Uncorrected 26 3930977
Total

Root MSE 162.76653 R-Square 0.84499


Dependent Mean 370.24753 Adj R-Sq 0.82477
Coeff Var 43.96154
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HEKB 1 0.507638 0.215462 2.36 0.0274 HE_KDL_BRL


SDKB 1 -0.14320 0.292086 -0.49 0.6286 SD_KDL_BRL
CKB 1 0.169727 0.325410 0.52 0.6070 C_KDL_BRL

Durbin-Watson 0.653267
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.664994
224

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_KB
Dependent Variable CKB
Label C_KDL_BRL

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 9860452 2465113 130.52 <.0001


Error 21 396612.4 18886.31
Corrected Total 25 10257064

Root MSE 137.42745 R-Square 0.96133


Dependent Mean 2620.00000 Adj R-Sq 0.95397
Coeff Var 5.24532

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -903.105 574.6626 -1.57 0.1310 Intercept


HDKB 1 -0.19697 0.321640 -0.61 0.5469 HD_KDL_BRL
RRHDKBRHCOW 1 -2.17634 0.799880 -2.72 0.0128
POPB 1 11.50532 5.819621 1.98 0.0613 POPULASI_BRL
LCKB 1 0.683214 0.180003 3.80 0.0011 LAG CKB

Durbin-Watson 1.784028
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.099466
225

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model EKSPOR_KB
Dependent Variable XKB
Label X_KDL_BRL

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 5 11495418 2299084 42.50 <.0001


Error 20 1081836 54091.79
Corrected Total 25 12577254

Root MSE 232.57642 R-Square 0.91398


Dependent Mean 1452.00000 Adj R-Sq 0.89248
Coeff Var 16.01766

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -723.471 386.7685 -1.87 0.0761 Intercept


HEKB 1 0.229701 0.399013 0.58 0.5713 HE_KDL_BRL
HDKB 1 -0.41627 0.469886 -0.89 0.3862 HD_KDL_BRL
ERB 1 100.4155 67.94557 1.48 0.1550 BRL/USD
PRODKB 1 0.440950 0.090360 4.88 <.0001 PROD_KDL_BRL
LXKB 1 0.116749 0.164151 0.71 0.4852 LAG XKB

Durbin-Watson 1.693249
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.0918
226

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_XKA
Dependent Variable HEKA
Label HE_KDL_ARG

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 232196.9 58049.22 74.86 <.0001


Error 21 16283.11 775.3863
Corrected Total 25 248480.0

Root MSE 27.84576 R-Square 0.93447


Dependent Mean 500.03510 Adj R-Sq 0.92199
Coeff Var 5.56876

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 39.59796 37.61599 1.05 0.3044 Intercept


HKW 1 0.870944 0.056011 15.55 <.0001 H_KEDELAI_W
ERA 1 -4.28929 5.446008 -0.79 0.4397 ARS/USD
XKA 1 -0.01236 0.003411 -3.62 0.0016 X_KDL_ARG
LHEKA 1 0.066310 0.069017 0.96 0.3476 LAG HEKA

Durbin-Watson 1.451251
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.140004
227

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_DKA
Dependent Variable HDKA
Label HD_KDL_ARG

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 40528.15 13509.38 3.37 0.0368


Error 22 88244.13 4011.097
Corrected Total 25 128772.3

Root MSE 63.33322 R-Square 0.31473


Dependent Mean 356.89568 Adj R-Sq 0.22128
Coeff Var 17.74558

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 127.8220 92.64383 1.38 0.1815 Intercept


HEKA 1 0.104366 0.131084 0.80 0.4344 HE_KDL_ARG
RSDCKA 1 -2.90880 8.574388 -0.34 0.7376
LHDKA 1 0.521371 0.202320 2.58 0.0172 LAG HDKA

Durbin-Watson 1.985634
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.0186
228

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_KA
Dependent Variable CKA
Label C_KDL_ARG

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 1117888 372629.3 12.82 <.0001


Error 22 639520.7 29069.12
Corrected Total 25 1757409

Root MSE 170.49669 R-Square 0.63610


Dependent Mean 277.76923 Adj R-Sq 0.58648
Coeff Var 61.38070

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -2039.83 380.3304 -5.36 <.0001 Intercept


RHDKA 1 -41.4378 181.1289 -0.23 0.8212 LAJU HDKA
RHCOW 1 131.3494 1249.220 0.11 0.9172 LAJU HCOW
POPA 1 66.68074 10.92070 6.11 <.0001 POPA

Durbin-Watson 0.337253
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.634497
229

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model EKSPOR_KA
Dependent Variable XKA
Label X_KDL_ARG

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 2.5498E8 63745945 1447.53 <.0001


Error 22 968828.4 44037.66
Uncorrected 26 2.5595E8
Total

Root MSE 209.85151 R-Square 0.99621


Dependent Mean 2561.73077 Adj R-Sq 0.99553
Coeff Var 8.19179
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HEKA 1 0.163538 0.368430 0.44 0.6615 HE_KDL_ARG


HDKA 1 -0.41667 0.537170 -0.78 0.4462 HD_KDL_ARG
ERA 1 10.76324 36.91756 0.29 0.7734 ARS/USD
PRODKA 1 0.909194 0.023724 38.32 <.0001 PROD_KDL_ARG

Durbin-Watson 1.304746
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.209045
230

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_XMA
Dependent Variable HEMA
Label HE_MTHR_ARG

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 2 196200.7 98100.33 33.88 <.0001


Error 23 66603.28 2895.795
Corrected Total 25 262803.9

Root MSE 53.81259 R-Square 0.74657


Dependent Mean 538.51009 Adj R-Sq 0.72453
Coeff Var 9.99287

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 107.3276 62.75954 1.71 0.1007 Intercept


HMW 1 0.550047 0.081047 6.79 <.0001 H_MTHR_W
LHEMA 1 0.183935 0.115678 1.59 0.1255 LAG HEMA

Durbin-Watson 1.161056
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.209525
231

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_DMA
Dependent Variable HDMA
Label HD_MTHR_ARG

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 1406468 351616.9 295.83 <.0001


Error 22 26148.27 1188.558
Uncorrected 26 1432616
Total

Root MSE 34.47547 R-Square 0.98175


Dependent Mean 230.36474 Adj R-Sq 0.97843
Coeff Var 14.96560
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HEMA 1 0.162831 0.061444 2.65 0.0146 HE_MTHR_ARG


SDMA 1 -0.32333 0.267054 -1.21 0.2388
CMA 1 0.399137 0.376529 1.06 0.3006 KON_MTHR_ARG
LHDMA 1 0.621045 0.164138 3.78 0.0010 LAG HDMA

Durbin-Watson 2.327425
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.1706
232

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_MA
Dependent Variable CMA
Label C_MTHR_ARG

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 3608084 1202695 163.60 <.0001


Error 23 169081.7 7351.378
Uncorrected 26 3777166
Total

Root MSE 85.74018 R-Square 0.95524


Dependent Mean 371.61538 Adj R-Sq 0.94940
Coeff Var 23.07229
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

RHDMKA 1 -225.772 327.2360 -0.69 0.4971


HCOW 1 5.172079 4.264947 1.21 0.2376 H_MYK.BUMI_W
POPA 1 6.433590 5.244161 1.23 0.2323 POPULASI_ARG

Durbin-Watson 0.950674
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.504482
233

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model EKSPOR_MA
Dependent Variable XMA
Label X_MTHR_ARG

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 5 2748558 549711.7 108.85 <.0001


Error 20 101000.6 5050.029
Corrected Total 25 2849559

Root MSE 71.06356 R-Square 0.96456


Dependent Mean 1122.03846 Adj R-Sq 0.95569
Coeff Var 6.33343

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -27.2357 102.4615 -0.27 0.7931 Intercept


HEMA 1 0.065140 0.171446 0.38 0.7080 HE_MTHR_ARG
HDMA 1 -0.22921 0.325185 -0.70 0.4890 HD_MTHR_ARG
PEMA 1 -2.04815 3.105707 -0.66 0.5171 PE_MTHR_ARG
PRODMA 1 0.794059 0.054314 14.62 <.0001 PROD_MTH_ARG
LXMA 1 0.011916 0.056456 0.21 0.8350 LAG XMA

Durbin-Watson 2.435471
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.22337
234

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_XKUSA
Dependent Variable HEKUSA
Label HE_KDL_USA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 2 98953.01 49476.50 3.21 0.0589


Error 23 354441.5 15410.50
Corrected Total 25 453394.5

Root MSE 124.13903 R-Square 0.21825


Dependent Mean 623.84113 Adj R-Sq 0.15027
Coeff Var 19.89914

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 343.4989 117.3232 2.93 0.0076 Intercept


HKW 1 0.457125 0.218753 2.09 0.0479 H_KEDELAI_W
SEKUSA 1 2.036429 2.327399 0.87 0.3906 SE_KDL_USA

Durbin-Watson 0.633913
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.613479
235

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_DKUSA
Dependent Variable HDKUSA
Label HD_KDL_USA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 15578412 5192804 371.32 <.0001


Error 23 321646.4 13984.63
Uncorrected 26 15900059
Total

Root MSE 118.25661 R-Square 0.97977


Dependent Mean 773.72139 Adj R-Sq 0.97713
Coeff Var 15.28413
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HEKUSA 1 0.519024 0.146361 3.55 0.0017 HE_KDL_USA


SDKUSA 1 -0.12344 0.099173 -1.24 0.2258
CKUSA 1 0.206917 0.115929 1.78 0.0875 C_KDL_USA

Durbin-Watson 0.980044
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.474246
236

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_USA
Dependent Variable CKUSA
Label C_KDL_USA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 1.0983E9 3.6611E8 544.94 <.0001


Error 23 15452279 671838.2
Uncorrected 26 1.1138E9
Total

Root MSE 819.65739 R-Square 0.98613


Dependent Mean 6417.34615 Adj R-Sq 0.98432
Coeff Var 12.77253
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

RHDKUSAHCOW 1 -70.3891 127.2322 -0.55 0.5854


HDRUSA 1 0.709185 2.624096 0.27 0.7894 HD_RAPE_USA
POPUSA 1 25.79298 4.855821 5.31 <.0001 POP_USA

Durbin-Watson 0.198069
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.85053
237

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model EKSPOR_KUSA
Dependent Variable XKUSA
Label X_KDL_USA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 262368.1 87456.03 1.18 0.3401


Error 22 1630440 74110.91
Corrected Total 25 1892808

Root MSE 272.23318 R-Square 0.13861


Dependent Mean 788.19231 Adj R-Sq 0.02115
Coeff Var 34.53893

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 441.8021 409.7087 1.08 0.2926 Intercept


RHEKUSA 1 65.10564 313.5075 0.21 0.8374
HDKUSA 1 -0.27971 0.501962 -0.56 0.5830 HD_KDL_USA
PRODKUSA 1 0.077960 0.041541 1.88 0.0739 PROD_KDL_USA

Durbin-Watson 1.72575
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.125047
238

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_XRUSA
Dependent Variable HERUSA
Label HE_RAPE_USA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 10774835 3591612 201.49 <.0001


Error 23 409981.2 17825.27
Uncorrected 26 11184817
Total

Root MSE 133.51131 R-Square 0.96334


Dependent Mean 649.12550 Adj R-Sq 0.95856
Coeff Var 20.56787
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HRW 1 0.855283 0.237384 3.60 0.0015 H_RAPE_W


SERUSA 1 8.448790 5.180220 1.63 0.1165 SE_RAPE_USA
XRUSA 1 -0.42908 0.432013 -0.99 0.3309 X_RAPE_USA

Durbin-Watson 1.269166
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.261879
239

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_MRUSA
Dependent Variable HMRUSA
Label HM_RAPE_USA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 2 9430177 4715089 1710.53 <.0001


Error 24 66156.26 2756.511
Uncorrected 26 9496333
Total

Root MSE 52.50249 R-Square 0.99303


Dependent Mean 595.32024 Adj R-Sq 0.99245
Coeff Var 8.81920
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HRW 1 0.680184 0.053047 12.82 <.0001 H_RAPE_W


TMRUSA 1 7.412285 1.036752 7.15 <.0001 TM_RAPE_USA

Durbin-Watson 1.111695
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.35882
240

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_DRUSA
Dependent Variable HDRUSA
Label HD_RAPE_USA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 282655.5 70663.88 187.98 <.0001


Error 21 7893.945 375.9021
Corrected Total 25 290549.4

Root MSE 19.38820 R-Square 0.97283


Dependent Mean 728.66393 Adj R-Sq 0.96766
Coeff Var 2.66079

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 7.249052 29.16400 0.25 0.8061 Intercept


HERUSA 1 1.065817 0.045382 23.49 <.0001 HE_RAPE_USA
HMRUSA 1 0.013472 0.043079 0.31 0.7576 HM_RAPE_USA
SDRUSA 1 -0.02424 0.185505 -0.13 0.8973
CRUSA 1 0.066539 0.196467 0.34 0.7382 KON_RAPE_USA

Durbin-Watson 1.981115
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.09609
241

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_RUSA
Dependent Variable CRUSA
Label KON_RAPE_USA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 2986773 746693.4 43.03 <.0001


Error 21 364377.2 17351.30
Corrected Total 25 3351151

Root MSE 131.72432 R-Square 0.89127


Dependent Mean 532.11538 Adj R-Sq 0.87056
Coeff Var 24.75484

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -3516.09 325.8055 -10.79 <.0001 Intercept


HDRUSA 1 -0.79295 1.320012 -0.60 0.5545 HD_RAPE_USA
RHDRUSAHCOW 1 -6.57461 79.89775 -0.08 0.9352
HDKUSA 1 0.299084 0.444058 0.67 0.5080 HD_KDL_USA
POPUSA 1 16.70166 1.370140 12.19 <.0001 POPULASI_USA

Durbin-Watson 0.819839
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.382386
242

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model EKSPOR_RUSA
Dependent Variable XRUSA
Label X_RAPE_USA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 281380.1 93793.37 55.34 <.0001


Error 23 38981.90 1694.865
Uncorrected 26 320362.0
Total

Root MSE 41.16874 R-Square 0.87832


Dependent Mean 80.00000 Adj R-Sq 0.86245
Coeff Var 51.46093
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HERUSA 1 0.066989 0.469420 0.14 0.8878 HE_RAPE_USA


HDRUSA 1 -0.05650 0.427448 -0.13 0.8960 HD_RAPE_USA
PRODRUSA 1 0.431599 0.065818 6.56 <.0001 PROD_RAPE_US

Durbin-Watson 1.577254
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.177428
243

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model IMPOR_RUSA
Dependent Variable MRUSA
Label M_RAPE_USA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 1921045 480261.3 231.31 <.0001


Error 21 43600.73 2076.225
Corrected Total 25 1964646

Root MSE 45.56561 R-Square 0.97781


Dependent Mean 434.00000 Adj R-Sq 0.97358
Coeff Var 10.49899

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 56.36600 52.29767 1.08 0.2934 Intercept


HMRUSA 1 -0.05946 0.091702 -0.65 0.5238 HM_RAPE_USA
STOKRUSA 1 -0.52080 0.474291 -1.10 0.2846 STOK_RAPE_US
CRUSA 1 0.644072 0.089667 7.18 <.0001 KON_RAPE_USA
LMRUSA 1 0.230138 0.138279 1.66 0.1109 LAG MRUSA

Durbin-Watson 1.546701
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.21946
244

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_DRCD
Dependent Variable HDRCD
Label HD_RAPE_CD

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 10148674 2537169 928.57 <.0001


Error 22 60111.35 2732.334
Uncorrected 26 10208786
Total

Root MSE 52.27173 R-Square 0.99411


Dependent Mean 619.01389 Adj R-Sq 0.99304
Coeff Var 8.44436
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HERCD 1 0.990814 0.110647 8.95 <.0001 HE_RAPE_CD


PRODRCD 1 -0.00435 0.032375 -0.13 0.8942 PROD_RAPE_CD
CRCD 1 0.015832 0.118266 0.13 0.8947 KONS_RAPE_CD
LHDRCD 1 0.063175 0.111401 0.57 0.5764 LAG HDRCD

Durbin-Watson 2.093515
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.06197
245

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_XRCD
Dependent Variable HERCD
Label HE_RAPE_CD

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 8928012 2232003 520.32 <.0001


Error 22 94372.79 4289.672
Uncorrected 26 9022385
Total

Root MSE 65.49559 R-Square 0.98954


Dependent Mean 581.69623 Adj R-Sq 0.98764
Coeff Var 11.25941
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HRW 1 0.636471 0.138230 4.60 0.0001 H_RAPE_RW


SERCD 1 0.079828 1.672016 0.05 0.9624 SE_RAPE_CD
XRCD 1 -0.15465 0.053570 -2.89 0.0086 X_RAPE_CD
LHERCD 1 0.542992 0.103957 5.22 <.0001 LAG HERCD

Durbin-Watson 1.505233
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.067104
246

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_RCD
Dependent Variable CRCD
Label KON_RAPE_CD

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 198206.9 49551.73 16.17 <.0001


Error 21 64358.05 3064.669
Corrected Total 25 262565.0

Root MSE 55.35945 R-Square 0.75489


Dependent Mean 418.03846 Adj R-Sq 0.70820
Coeff Var 13.24267

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -169.133 514.5234 -0.33 0.7456 Intercept


HDRCD 1 -0.00666 0.134833 -0.05 0.9611 HD_RAPE_CD
HCOW 1 4.062721 8.558575 0.47 0.6399 H_MYK.BUMI_W
POPCD 1 1.131358 5.727270 0.20 0.8453 POPULASI_CD
LCRCD 1 0.797579 0.127383 6.26 <.0001 LAG CRCD

Durbin-Watson 1.418335
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.269237
247

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model EKSPOR_RCD
Dependent Variable XRCD
Label X_RAPE_CD

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 12863673 3215918 339.59 <.0001


Error 22 208340.6 9470.028
Uncorrected 26 13072014
Total

Root MSE 97.31407 R-Square 0.98406


Dependent Mean 604.53846 Adj R-Sq 0.98116
Coeff Var 16.09725
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

RHERCD 1 5.123725 133.7024 0.04 0.9698 LAJU HERCD


HDRCD 1 -0.32645 0.127713 -2.56 0.0180 HD_RAPE_CD
PRODRCD 1 0.583089 0.142575 4.09 0.0005 PROD_RAPE_CD
LXRCD 1 0.414745 0.143973 2.88 0.0087 LAG XRCD

Durbin-Watson 1.091843
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.451466
248

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_MSP
Dependent Variable HMSP
Label HM_SWT_PKT

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 2 6560406 3280203 358.48 <.0001


Error 24 219606.8 9150.283
Uncorrected 26 6780013
Total

Root MSE 95.65711 R-Square 0.96761


Dependent Mean 492.25841 Adj R-Sq 0.96491
Coeff Var 19.43230
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HSW 1 0.689993 0.114202 6.04 <.0001 H_SAWIT_W


LHMSP 1 0.334226 0.108595 3.08 0.0052 LAG HMSP

Durbin-Watson 2.052818
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.09094
249

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_SP
Dependent Variable CSP
Label KON_SWT_PKT

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 5863134 1954378 79.41 <.0001


Error 22 541419.5 24609.98
Corrected Total 25 6404553

Root MSE 156.87568 R-Square 0.91546


Dependent Mean 1076.84615 Adj R-Sq 0.90394
Coeff Var 14.56807

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -799.987 350.4530 -2.28 0.0325 Intercept


HMSP 1 -0.30548 0.229976 -1.33 0.1977 HM_SWT_PKT
POPP 1 12.74509 4.229904 3.01 0.0064 POP_PKT
LCSP 1 0.433641 0.194132 2.23 0.0360

Durbin-Watson 2.10229
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.08351
250

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model IMPOR_SP
Dependent Variable MSP
Label M_SWT_PKT

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 5 6203632 1240726 125.26 <.0001


Error 20 198100.4 9905.021
Corrected Total 25 6401732

Root MSE 99.52397 R-Square 0.96906


Dependent Mean 1077.46154 Adj R-Sq 0.96132
Coeff Var 9.23689

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 2310.386 647.5191 3.57 0.0019 Intercept


HMSP 1 -0.13369 0.147317 -0.91 0.3750 HM_SWT_PK
ERP 1 -9.75469 4.698799 -2.08 0.0510 PKR/USD
TMSP 1 -39.9513 9.953031 -4.01 0.0007 TM_SWT_PK
RCSP 1 784.9596 134.2672 5.85 <.0001 LAJU CSP
LMSP 1 0.463356 0.151495 3.06 0.0062 LAG MSP

Durbin-Watson 2.819279
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.40988
251

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_MMMS
Dependent Variable HMMMS
Label HM_MTHR_MS

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 10743523 3581174 186.17 <.0001


Error 23 442426.2 19235.92
Uncorrected 26 11185950
Total

Root MSE 138.69363 R-Square 0.96045


Dependent Mean 639.93478 Adj R-Sq 0.95529
Coeff Var 21.67309
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HMW 1 0.359474 0.130518 2.75 0.0113 H_MTHR_W


TMMMS 1 7.690904 3.146948 2.44 0.0226 TM_MTHR_MS
LHMMMS 1 0.345766 0.166733 2.07 0.0495 LAG HMMS

Durbin-Watson 1.661381
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.109781
252

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_MMS
Dependent Variable CMMS
Label KON_MTHR_MS

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 32754.75 8188.688 2.20 0.1038


Error 21 78113.90 3719.710
Corrected Total 25 110868.7

Root MSE 60.98942 R-Square 0.29544


Dependent Mean 211.11538 Adj R-Sq 0.16124
Coeff Var 28.88914

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 216.4328 118.6874 1.82 0.0825 Intercept


HMMMS 1 -0.00951 0.100222 -0.09 0.9253 HM_MTHR_MS
ERMS 1 -14.3876 13.14317 -1.09 0.2861 E/USD
POPMS 1 0.112771 1.367242 0.08 0.9350 POPULASI_MS
LCMMS 1 0.369714 0.211808 1.75 0.0955 LAG CMMS

Durbin-Watson 2.020331
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.07217
253

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model IMPOR_MMS
Dependent Variable MMMS
Label M_MTHR_MS

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 46335.06 15445.02 5.28 0.0068


Error 22 64313.56 2923.343
Corrected Total 25 110648.6

Root MSE 54.06795 R-Square 0.41876


Dependent Mean 206.76923 Adj R-Sq 0.33950
Coeff Var 26.14894

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 353.3033 50.26434 7.03 <.0001 Intercept


RHMMMS 1 -2.37764 39.01334 -0.06 0.9520 LAJU HMMS
ERMS 1 -27.9014 8.838741 -3.16 0.0046 E/USD
RCMMS 1 82.52237 29.77358 2.77 0.0111 LAJU CMMS

Durbin-Watson 0.751208
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.540745
254

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_MKEU
Dependent Variable HMKEU
Label HM_KDL_EU

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 2 109875.5 54937.76 15.49 <.0001


Error 23 81549.70 3545.639
Corrected Total 25 191425.2

Root MSE 59.54527 R-Square 0.57399


Dependent Mean 586.39984 Adj R-Sq 0.53694
Coeff Var 10.15438

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 175.0135 284.2963 0.62 0.5442 Intercept


HKW 1 0.563480 0.101761 5.54 <.0001 H_KEDELAI_W
TMKEU 1 4.251363 11.10336 0.38 0.7053 TM_KDL_EU

Durbin-Watson 1.17561
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.192989
255

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_KEU
Dependent Variable CKEU
Label KON_KDL_EU

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 6 59129322 9854887 560.10 <.0001


Error 20 351897.1 17594.85
Uncorrected 26 59481219
Total

Root MSE 132.64559 R-Square 0.99408


Dependent Mean 1498.46777 Adj R-Sq 0.99231
Coeff Var 8.85208
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HMKEU 1 -0.77048 0.859239 -0.90 0.3805 HM_KDL_EU


HMREU 1 0.615640 0.556143 1.11 0.2814 HM_RAPE_EU
HMMEU 1 0.503863 0.727754 0.69 0.4967 HM_MTHR_EU
RHCOW 1 1400.688 1045.484 1.34 0.1954 LAJU HCOW
IPEU 1 0.026403 0.010320 2.56 0.0187 INCM.KAPT_EU
LCKEU 1 0.374336 0.179016 2.09 0.0495 LAG CKEU

Durbin-Watson 1.542827
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.193369
256

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model IMPOR_KEU
Dependent Variable MKEU
Label M_KDL_EU

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 15689234 5229745 37.73 <.0001


Error 23 3188069 138611.7
Uncorrected 26 18877304
Total

Root MSE 372.30594 R-Square 0.83112


Dependent Mean 766.55665 Adj R-Sq 0.80909
Coeff Var 48.56861
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HMKEU 1 -0.30298 0.870566 -0.35 0.7310 HM_KDL_EU


EREU 1 -91.3233 128.0756 -0.71 0.4830 EURO/USD
CKEU 1 0.702171 0.320008 2.19 0.0386 KON_KDL_EU

Durbin-Watson 0.266448
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.739788
257

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_MSEU
Dependent Variable HMSEU
Label HM_SWT_EU

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 2 155631.5 77815.77 41.07 <.0001


Error 23 43581.30 1894.839
Corrected Total 25 199212.8

Root MSE 43.52975 R-Square 0.78123


Dependent Mean 521.56589 Adj R-Sq 0.76221
Coeff Var 8.34597

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 133.9674 88.67024 1.51 0.1444 Intercept


HSW 1 0.746373 0.084815 8.80 <.0001 H_SAWIT_W
TMSEU 1 1.444464 3.112930 0.46 0.6470 TM_SWT_EU

Durbin-Watson 1.473455
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.141313
258

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_SEU
Dependent Variable CSEU
Label KON_SWT_EU

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 6 16170706 2695118 101.69 <.0001


Error 19 503570.3 26503.70
Corrected Total 25 16674277

Root MSE 162.79957 R-Square 0.96980


Dependent Mean 1661.97904 Adj R-Sq 0.96026
Coeff Var 9.79553

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -10473.3 6638.383 -1.58 0.1311 Intercept


HMSEU 1 -1.76015 0.621596 -2.83 0.0107 HM_SWT_EU
HMMEU 1 1.236793 0.638800 1.94 0.0679 HM_MTHR_EU
RHCOW 1 590.7302 1207.266 0.49 0.6302 LAJU HCOW
IPEU 1 0.040975 0.037243 1.10 0.2850 INCM.KAPT_EU
POPEU 1 24.40434 17.68829 1.38 0.1837 POP_EU
LCSEU 1 0.604560 0.161131 3.75 0.0013 LAG CSEU

Durbin-Watson 1.795544
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.093024
259

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model IMPOR_SEU
Dependent Variable MSEU
Label M_SWT_EU

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 2.8104E8 93678491 2496.42 <.0001


Error 23 863077.6 37525.11
Uncorrected 26 2.819E8
Total

Root MSE 193.71400 R-Square 0.99694


Dependent Mean 2849.23458 Adj R-Sq 0.99654
Coeff Var 6.79881
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HMSEU 1 -0.23946 0.165309 -1.45 0.1610 HM_SWT_EU


CSEU 1 0.399460 0.121357 3.29 0.0032 KON_SWT_EU
LMSEU 1 0.871883 0.064325 13.55 <.0001 LAG MSEU

Durbin-Watson 1.577824
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.166429
260

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_MREU
Dependent Variable HMREU
Label HM_RAPE_EU

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 2 10152090 5076045 1232.48 <.0001


Error 24 98845.68 4118.570
Uncorrected 26 10250935
Total

Root MSE 64.17609 R-Square 0.99036


Dependent Mean 617.52583 Adj R-Sq 0.98955
Coeff Var 10.39245
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HRW 1 0.798185 0.082564 9.67 <.0001 H_RAPE_W


TMREU 1 7.037101 1.977018 3.56 0.0016 TM_RAPE_EU

Durbin-Watson 0.799112
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.375523
261

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_REU
Dependent Variable CREU
Label KON_RAPE_EU

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 5 11886224 2377245 61.62 <.0001


Error 20 771591.4 38579.57
Corrected Total 25 12657815

Root MSE 196.41682 R-Square 0.93904


Dependent Mean 1478.89158 Adj R-Sq 0.92380
Coeff Var 13.28135

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -5268.47 4543.253 -1.16 0.2599 Intercept


HMREU 1 -0.59224 0.827580 -0.72 0.4825 HM_RAPE_EU
HMSEU 1 0.768582 0.840079 0.91 0.3711 HM_SWT_EU
HCOW 1 15.21893 29.16739 0.52 0.6076 H_MYK.BUMI_W
POPEU 1 10.89263 12.00570 0.91 0.3751 POP_EU
LCREU 1 0.908926 0.170249 5.34 <.0001 LAG CREU

Durbin-Watson 2.408659
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.21363
262

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model IMPOR_REU
Dependent Variable MREU
Label M_RAPE_EU

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 2 10658237 5329118 33.07 <.0001


Error 23 3706326 161144.6
Corrected Total 25 14364563

Root MSE 401.42824 R-Square 0.74198


Dependent Mean 1163.17100 Adj R-Sq 0.71954
Coeff Var 34.51154

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 154.2939 452.5519 0.34 0.7362 Intercept


HMREU 1 -0.72911 0.883108 -0.83 0.4175 HM_RAPE_EU
CREU 1 0.986633 0.143912 6.86 <.0001 KON_RAPE_EU

Durbin-Watson 0.718025
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.556023
263

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_MMEU
Dependent Variable HMMEU
Label HM_MTTHR_EU

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 2 116238.8 58119.38 11.18 0.0004


Error 23 119602.8 5200.123
Corrected Total 25 235841.6

Root MSE 72.11188 R-Square 0.49287


Dependent Mean 677.69429 Adj R-Sq 0.44877
Coeff Var 10.64077

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 336.7428 258.6776 1.30 0.2059 Intercept


HMW 1 0.486808 0.122409 3.98 0.0006 H_MTHR_W
TMMEU 1 2.017002 9.058759 0.22 0.8258 TM_MTHR_EU

Durbin-Watson 0.98668
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.291915
264

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_MEU
Dependent Variable CMEU
Label KON_MTHR_EU

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 2673469 891156.4 80.25 <.0001


Error 22 244308.1 11104.91
Corrected Total 25 2917777

Root MSE 105.37986 R-Square 0.91627


Dependent Mean 1642.78754 Adj R-Sq 0.90485
Coeff Var 6.41470

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -825.988 579.4471 -1.43 0.1681 Intercept


RHMMREU 1 -732.909 282.6881 -2.59 0.0166
HMKEU 1 0.478277 0.278230 1.72 0.0997 HM_KDL_EU
IPEU 1 0.118464 0.010325 11.47 <.0001 INCM.KAPT_EU

Durbin-Watson 1.238878
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.253076
265

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model IMPOR_MEU
Dependent Variable MMEU
Label M_MTHR_EU

Analysis of Variance

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 8898870 2224718 103.73 <.0001


Error 21 450399.7 21447.60
Corrected Total 25 9349270

Root MSE 146.45000 R-Square 0.95183


Dependent Mean 1088.62795 Adj R-Sq 0.94265
Coeff Var 13.45271

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 30.12616 261.0122 0.12 0.9092 Intercept


HMMEU 1 -0.18123 0.348355 -0.52 0.6083 HM_MTHR_EU
PRODMEU 1 -0.30879 0.104796 -2.95 0.0077 PROD_MTHR_EU
CMEU 1 0.761962 0.228374 3.34 0.0031 KON_MTHR_EU
LMMEU 1 0.650198 0.125867 5.17 <.0001 LAG MMEU

Durbin-Watson 1.546821
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.213677
266

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_MSC
Dependent Variable HMSC
Label HM_SWT_CINA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 2 6037175 3018588 1705.07 <.0001


Error 24 42488.63 1770.360
Uncorrected 26 6079664
Total

Root MSE 42.07564 R-Square 0.99301


Dependent Mean 476.43243 Adj R-Sq 0.99243
Coeff Var 8.83140
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HSW 1 0.854980 0.047480 18.01 <.0001 H_SAWIT_W


TMSC 1 2.071625 0.708355 2.92 0.0074 TM_SWT_CINA

Durbin-Watson 1.051652
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.302145
267

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_SC
Dependent Variable CSC
Label KON_SWT_CINA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 6 69913541 11652257 64.70 <.0001


Error 19 3421944 180102.3
Corrected Total 25 73335485

Root MSE 424.38462 R-Square 0.95334


Dependent Mean 1778.34523 Adj R-Sq 0.93860
Coeff Var 23.86402

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -13375.0 3941.952 -3.39 0.0031 Intercept


HMSC 1 -2.99543 1.514199 -1.98 0.0626 HM_SWT_CINA
HMKC 1 0.175097 1.151625 0.15 0.8808 HM_KDL_CINA
HMRC 1 1.794438 1.604994 1.12 0.2775 HM_RAPE_CINA
HCOW 1 145.2790 81.82875 1.78 0.0919 H_MYK.BUMI_W
IPC 1 1.223164 0.151634 8.07 <.0001 ICM.KAP_CINA
POPC 1 3.447816 1.839283 1.87 0.0763 POP_CINA

Durbin-Watson 1.097169
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.441054
268

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model IMPOR_SC
Dependent Variable MSC
Label M_SWT_CINA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 2 77586555 38793278 763.93 <.0001


Error 23 1167963 50781.00
Corrected Total 25 78754518

Root MSE 225.34640 R-Square 0.98517


Dependent Mean 2046.64954 Adj R-Sq 0.98388
Coeff Var 11.01050

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 274.0120 258.5240 1.06 0.3002 Intercept


HMSC 1 -0.12175 0.539598 -0.23 0.8235 HM_SWT_CINA
CSC 1 1.029408 0.026583 38.72 <.0001 KON_SWT_CINA

Durbin-Watson 0.536344
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.728439
269

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_MKC
Dependent Variable HMKC
Label HM_KDL_CINA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 2 68839.04 34419.52 5.08 0.0149


Error 23 155936.0 6779.828
Corrected Total 25 224775.1

Root MSE 82.33971 R-Square 0.30626


Dependent Mean 551.18895 Adj R-Sq 0.24593
Coeff Var 14.93856

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 264.6960 114.1766 2.32 0.0297 Intercept


HKW 1 0.494498 0.168343 2.94 0.0074 H_KEDELAI_W
TMKC 1 0.215192 0.369152 0.58 0.5656 TM_KDL_CINA

Durbin-Watson 1.889787
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.16315
270

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_KC
Dependent Variable CKC
Label KON_KDL_CINA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 17154019 4288505 209.48 <.0001


Error 21 429907.8 20471.80
Corrected Total 25 17583927

Root MSE 143.07969 R-Square 0.97555


Dependent Mean 1880.91570 Adj R-Sq 0.97089
Coeff Var 7.60692

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -1707.87 991.0066 -1.72 0.0995 Intercept


HMKC 1 -0.16965 0.318783 -0.53 0.6002 HM_KDL_CINA
IPC 1 0.014549 0.069336 0.21 0.8358 INCMKAP_CINA
POPC 1 1.844396 0.993997 1.86 0.0776 POP_CINA
LCKC 1 0.796551 0.178757 4.46 0.0002 LAG CKC

Durbin-Watson 2.314156
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.21539
271

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model IMPOR_KC
Dependent Variable MKC
Label M_KDL_CINA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 39361020 13120340 69.29 <.0001


Error 23 4355418 189366.0
Uncorrected 26 43716437
Total

Root MSE 435.16201 R-Square 0.90037


Dependent Mean 989.83546 Adj R-Sq 0.88738
Coeff Var 43.96307
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HMKC 1 -0.29663 0.399797 -0.74 0.4656 HM_KDL_CINA


CKC 1 0.346245 0.165388 2.09 0.0475 KON_KDL_CINA
LMKC 1 0.593307 0.183979 3.22 0.0037 LAG MKC

Durbin-Watson 1.862062
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.061171
272

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_MRC
Dependent Variable HMRC
Label HM_RAPE_CINA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 2 112791.9 56395.93 16.14 <.0001


Error 23 80354.24 3493.662
Corrected Total 25 193146.1

Root MSE 59.10721 R-Square 0.58397


Dependent Mean 572.96345 Adj R-Sq 0.54780
Coeff Var 10.31605

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 127.0903 92.91518 1.37 0.1846 Intercept


HRW 1 0.605879 0.108064 5.61 <.0001 H_RAPE_W
TMRC 1 3.956275 1.599407 2.47 0.0212 TM_RAPE_CINA

Durbin-Watson 1.544718
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.117285
273

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_RC
Dependent Variable CRC
Label KON_RAPE_CINA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 5 31376363 6275273 354.87 <.0001


Error 20 353667.2 17683.36
Corrected Total 25 31730030

Root MSE 132.97879 R-Square 0.98885


Dependent Mean 3115.53815 Adj R-Sq 0.98607
Coeff Var 4.26824

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -6128.81 1893.392 -3.24 0.0041 Intercept


HMRC 1 -0.00352 0.392250 -0.01 0.9929 HM_RAPE_CINA
HMKC 1 0.257495 0.357662 0.72 0.4799 HM_KDL_CINA
IPC 1 0.114741 0.052276 2.19 0.0401 INC.KAP_CINA
POPC 1 6.436799 1.938662 3.32 0.0034 POP_CINA
LCRC 1 0.362579 0.197304 1.84 0.0810 LAG CRC

Durbin-Watson 2.108007
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.05917
274

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model IMPOR_RC
Dependent Variable MRC
Label M_RAPE_CINA

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 501451.6 125362.9 5.57 0.0032


Error 21 472663.9 22507.81
Corrected Total 25 974115.5

Root MSE 150.02602 R-Square 0.51478


Dependent Mean 236.90208 Adj R-Sq 0.42235
Coeff Var 63.32828

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 41.04146 204.0903 0.20 0.8426 Intercept


HMRC 1 -0.02139 0.364984 -0.06 0.9538 HM_RAPE_CINA
PRODRC 1 -0.44848 0.145449 -3.08 0.0056 PROD_RAPE_CN
CRC 1 0.457126 0.145806 3.14 0.0050 KON_RAPE_CN
LMRC 1 0.288498 0.169556 1.70 0.1036 LAG MRC

Durbin-Watson 1.726645
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.109558
275

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_MKID
Dependent Variable HMKID
Label HM_KDL_ID

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 2 10815548 5407774 209.30 <.0001


Error 24 620096.4 25837.35
Uncorrected 26 11435644
Total

Root MSE 160.74001 R-Square 0.94578


Dependent Mean 641.16080 Adj R-Sq 0.94126
Coeff Var 25.07015
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HKW 1 0.748755 0.109844 6.82 <.0001 H_KEDELAI_W


TMKID 1 5.162068 1.224019 4.22 0.0003 TM_KDL_INDIA

Durbin-Watson 0.68737
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.627736
276

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_KID
Dependent Variable CKID
Label KON_KDL_ID

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 5 18031884 3606377 46.07 <.0001


Error 20 1565587 78279.34
Corrected Total 25 19597470

Root MSE 279.78445 R-Square 0.92011


Dependent Mean 1289.53846 Adj R-Sq 0.90014
Coeff Var 21.69648

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -4107.24 2641.465 -1.55 0.1357 Intercept


HMKID 1 -0.68285 0.457934 -1.49 0.1515 HM_KDL_INDIA
HMSID 1 0.414404 0.594720 0.70 0.4939 HM_SWT_INDIA
HCOW 1 57.07257 54.68396 1.04 0.3091 H_MYK.BUMI_W
POPID 1 1.570795 1.200028 1.31 0.2054 POP_INDIA
LCKID 1 0.716798 0.205347 3.49 0.0023 LAG CKID

Durbin-Watson 2.049249
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.09431
277

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model IMPOR_KID
Dependent Variable MKID
Label M_KDL_ID

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 9039496 3013165 298.23 <.0001


Error 22 222276.5 10103.48
Corrected Total 25 9261772

Root MSE 100.51605 R-Square 0.97600


Dependent Mean 657.99269 Adj R-Sq 0.97273
Coeff Var 15.27617

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 64.95581 109.1634 0.60 0.5579 Intercept


HMKID 1 -0.07863 0.141102 -0.56 0.5830 HM_KDL_INDIA
PRODKID 1 -0.96035 0.091343 -10.51 <.0001 PROD_KDL_ID
CKID 1 0.986032 0.047074 20.95 <.0001 KON_KDL_ID

Durbin-Watson 2.54498
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.28821
278

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_MSID
Dependent Variable HMSID
Label HM_SWT_ID

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 182051.7 60683.91 16.41 <.0001


Error 22 81356.88 3698.040
Corrected Total 25 263408.6

Root MSE 60.81151 R-Square 0.69114


Dependent Mean 466.44712 Adj R-Sq 0.64902
Coeff Var 13.03717

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 42.28541 75.38254 0.56 0.5805 Intercept


HSW 1 0.665738 0.128193 5.19 <.0001 H_SAWIT_W
RCSID 1 23.18987 34.82930 0.67 0.5125 LAJU CSID
LHMSID 1 0.218731 0.125128 1.75 0.0944 LAG HMSID

Durbin-Watson 1.07785
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.371694
279

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_SID
Dependent Variable CSID
Label KON_SWT_ID

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 51391711 17130570 27.06 <.0001


Error 22 13928144 633097.4
Corrected Total 25 65319855

Root MSE 795.67420 R-Square 0.78677


Dependent Mean 2013.19615 Adj R-Sq 0.75769
Coeff Var 39.52293

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 -10086.8 3553.104 -2.84 0.0096 Intercept


HMSID 1 -1.17667 1.923363 -0.61 0.5470 HM_SWT_ID
IPID 1 0.756096 0.847393 0.89 0.3819 INC.KAP_ID
POPID 1 11.43984 1.560870 7.33 <.0001 POP_INDIA

Durbin-Watson 0.387161
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.78973
280

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model IMPOR_SID
Dependent Variable MSID
Label M_SWT_ID

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 50676155 16892052 29.28 <.0001


Error 22 12690421 576837.3
Corrected Total 25 63366577

Root MSE 759.49807 R-Square 0.79973


Dependent Mean 2006.69615 Adj R-Sq 0.77242
Coeff Var 37.84818

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 10490.41 1284.871 8.16 <.0001 Intercept


RRHMSIDRCSID 1 -91.5287 120.2965 -0.76 0.4548
TMSID 1 -180.130 25.19789 -7.15 <.0001 TM_SWT_ID
ERID 1 -70.7774 26.48513 -2.67 0.0139 INR/USD

Durbin-Watson 0.629999
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.669034
281

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_MK
Dependent Variable HMKIR
Label HM_KDL_IR

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 2 9011377 4505688 638.85 <.0001


Error 24 169268.6 7052.858
Uncorrected 26 9180645
Total

Root MSE 83.98130 R-Square 0.98156


Dependent Mean 582.49985 Adj R-Sq 0.98003
Coeff Var 14.41739
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HKW 1 0.870527 0.060770 14.32 <.0001 H_KEDELAI_W


TMKIR 1 2.671920 0.738601 3.62 0.0014 TM_KDL_IRAN

Durbin-Watson 1.830703
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.03012
282

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_KIR
Dependent Variable CKIR
Label KON_KDL_IR

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 8852987 2213247 206.11 <.0001


Error 22 236237.7 10738.08
Uncorrected 26 9089225
Total

Root MSE 103.62470 R-Square 0.97401


Dependent Mean 564.73077 Adj R-Sq 0.96928
Coeff Var 18.34940
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HMKIR 1 -0.22872 0.184055 -1.24 0.2271 HM_KDL_IR


HMMIR 1 0.132785 0.181484 0.73 0.4721 HM_MTHR_IR
POPIR 1 4.461250 3.053229 1.46 0.1581 POP_IRAN
LCKIR 1 0.623417 0.167564 3.72 0.0012 LAG CKIR

Durbin-Watson 2.022464
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.01448
283

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model IMPOR_KIR
Dependent Variable MKIR
Label M_KDL_IR

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 8892558 2223140 503.02 <.0001


Error 22 97231.62 4419.619
Uncorrected 26 8989790
Total

Root MSE 66.48021 R-Square 0.98918


Dependent Mean 559.69231 Adj R-Sq 0.98722
Coeff Var 11.87799
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HMKIR 1 -0.06288 0.075080 -0.84 0.4113 HM_KDL_IR


PRODKIR 1 -1.07570 0.277109 -3.88 0.0008 PROD_KDL_IR
CKIR 1 1.106310 0.118526 9.33 <.0001 KON_KDL_IR
LMKIR 1 0.086497 0.110730 0.78 0.4430 LAG MKIR

Durbin-Watson 1.542655
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.221771
284

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model HARGA_MMIR
Dependent Variable HMMIR
Label HM_MTHR_IR

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 11241176 3747059 366.87 <.0001


Error 23 234910.1 10213.48
Uncorrected 26 11476086
Total

Root MSE 101.06178 R-Square 0.97953


Dependent Mean 657.25047 Adj R-Sq 0.97686
Coeff Var 15.37645
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HMW 1 0.295125 0.127441 2.32 0.0298 H_MTHR_W


TMMIR 1 5.422256 2.130144 2.55 0.0181 TM_MTHR_IRAN
LHMMIR 1 0.465672 0.169194 2.75 0.0113 LAG HMMIR

Durbin-Watson 1.906567
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.014004
285

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model DISAPPR_MIR
Dependent Variable CMIR
Label KON_MTHR_IR

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 580743.5 193581.2 20.14 <.0001


Error 23 221026.5 9609.848
Uncorrected 26 801770.0
Total

Root MSE 98.02983 R-Square 0.72433


Dependent Mean 133.15385 Adj R-Sq 0.68837
Coeff Var 73.62148
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

RHMMKIR 1 -7.97627 59.89504 -0.13 0.8952


POPIR 1 1.273806 1.376983 0.93 0.3645 POP_IRAN
LCMIR 1 0.527630 0.185656 2.84 0.0092 LAG CMIR

Durbin-Watson 2.045131
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation -0.02257
286

Lampiran 7. Lanjutan

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model IMPOR_MIR
Dependent Variable MMIR
Label M_MTHR_IR

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 3 924676.4 308225.5 605.99 <.0001


Error 23 11698.59 508.6343
Uncorrected 26 936375.0
Total

Root MSE 22.55292 R-Square 0.98751


Dependent Mean 136.88462 Adj R-Sq 0.98588
Coeff Var 16.47586
NOTE: The NOINT option changes the definition of the R-Square statistic to:
1 - (Residual Sum of Squares/Uncorrected Total Sum of Squares).

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

HMMIR 1 -0.00270 0.020448 -0.13 0.8959 HM_MTHR_IR


PRODMIR 1 -0.92889 0.895150 -1.04 0.3102 PROD_MTHR_IR
CMIR 1 1.144923 0.041381 27.67 <.0001 KON_MTHR_IR

Durbin-Watson 1.39649
Number of Observations 26
First-Order Autocorrelation 0.267211
287

Lampiran 8. Program Validasi Historis Model Keterkaitan Harga Minyak


Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia

PROC SIMNLIN DATA=TESIS DYNAMIC SIMULATE STAT OUTPREDICT THEIL;

ENDOGENOUS HSW HKW HRW HMW LASMIN LASMIS LASMIR YIESIN YIESIS
YIESIR HDSI HESI CSI XSI HESM XSM HEKB HDKB CKB XKB
HEKA HDKA HEMA HDMA CKA CMA XKA XMA HEKUSA HERUSA
HMRUSA HDRUSA HDKUSA MRUSA CKUSA CRUSA XKUSA XRUSA
HERCD HDRCD CRCD XRCD HMSP CSP MSP HMMMS CMMS MMMS
HMKEU HMSEU HMREU HMMEU CKEU CSEU CREU CMEU MKEU MSEU
MREU MMEU HMSC HMKC HMRC CSC CKC CRC MSC MKC MRC HMSID
HMKID CSID CKID MSID MKID HMKIR HMMIR CKIR CMIR MKIR
MMIR SDSI SXSI PRODSI XSW MSW XKW MKW XRW MRW XMW MMW
SDKB SDKA SDMA SDKUSA SDRUSA;

EXOGENOUS TREN PRODCOW HCOW XSRW MSRW XKRW MKRW XRRW MRRW XMRW
MMRW TSBI USPI HCPI ERI PESI STOKSI LPOPI LASIN LASIS
LASIR L3LASIN L3LASIS L3LASIR ERM PESM PRODSM STOKSM
CSM ERB PEKB PRODKB STOKKB POPB PEMA ERA PRODKA PRODMA
STOKKA STOKMA IPA POPA SEKUSA SERUSA TMRUSA PRODKUSA
PRODRUSA STOKKUSA STOKRUSA POPUSA IPUSA PRODRCD ERCD
POPCD SERCD TMSP ERP IPP POPP TMMMS ERMS PRODMMS
LPOPMS TMKEU TMMEU TMSEU TMREU EREU IPEU POPEU TMKC
TMSC TMRC ERC IPC POPC TMSID TMKID PRODKID ERID IPID
POPID TMMIR ERIR PRODKIR PRODMIR POPIR;

PARM

B0 241.8316 B1 -0.02120 B2 0.023313 B3 0.474437


C0 182.7619 C1 -0.03417 C2 0.051413 C3 0.487471
D0 143.6909 D1 -0.01026 D2 0.062441 D3 0.539133
E0 380.0096 E1 -0.15911 E2 0.243896
I0 0.089329 I1 -1.12078 I2 0.858698
J0 243.9014 J1 0.116390 J2 -0.21126 J3 -0.43739 J4 0.804695
K0 72.46956 K1 0.013851 K2 -0.24278 K3 0.778981
L0 0.000224 L1 -0.00153 L2 -0.00406 L3 0.992763
M0 0.001040 M1 -0.00015 M2 0.88328
N0 0.000087 N1 0.000197 N2 -0.00817 N3 -0.00149 N4 0.584751
O0 4.662357 O1 0.157079 O2 -464.243 O3 0.300709
P0 0.745129 P1 -0.00176 P2 -11.0698 P3 0.167411
Q0 1.405829 Q1 -453.433 Q2 -57.9413 Q3 0.008254 Q4 0.896068
R0 -3450.09 R1 -0.05438 R2 961.7034 R3 23.42292 R4 0.695843
S0 15.75933 S1 0.855158 S2 -14.0676 S3 -0.00528 S4 0.244956
T0 0.069857 T1 -6.67733 T2 0.812459 T3 0.388918 T4 0.465425
U0 351.7565 U1 0.110846 U2 -6.46154 U3 -3.66984 U4 0.454223
V0 0.507638 V1 -0.14320 V2 0.169727
W0 -723.471 W1 0.229701 W2 -0.41627 W3 100.4155 W4 0.440950
W5 0.116749
X0 -903.105 X1 -0.19697 X2 -2.17634 X3 11.50532 X4 0.683214
Y0 39.59796 Y1 0.870944 Y2 -4.28929 Y3 -0.01236 Y4 0.066310
Z0 127.8220 Z1 0.104366 Z2 -2.90880 Z3 0.521371
AA0 -2039.83 AA1 -41.4378 AA2 131.3494 AA3 66.68074
AB0 0.163538 AB1 -0.41667 AB2 10.76324 AB3 0.909194
AC0 107.3276 AC1 0.550047 AC2 0.183935
AD0 0.162831 AD1 -0.32333 AD2 0.399137 AD3 0.621045
AE0 -225.772 AE1 5.172079 AE2 6.433590
288

Lampiran 8. Lanjutan

AF0 -27.2357 AF1 0.065140 AF2 -0.22921 AF3 -2.04815 AF4 0.794059
AF5 0.011916
AG0 343.4989 AG1 0.457125 AG2 2.036429
AH0 0.855283 AH1 8.448790 AH2 -0.42908
AI0 0.680184 AI1 7.412285
CG0 0.519024 CG1 -0.12344 CG2 0.206917
CH0 7.249052 CH1 1.065817 CH2 0.013472 CH3 -0.02424 CH4 0.066539
AJ0 441.8021 AJ1 65.10564 AJ2 -0.27971 AJ3 0.077960
AK0 0.066989 AK1 -0.05650 AK2 0.431599
AL0 56.36600 AL1 -0.05946 AL2 -0.52080 AL3 0.644072 AL4 0.230138
AM0 -70.3891 AM1 0.709185 AM2 25.79298
AN0 -3516.09 AN1 -0.79295 AN2 -6.57461 AN3 0.299084 AN4 16.70166
AO0 0.636471 AO1 0.079828 AO2 -0.15465 AO3 0.542992
CE0 0.990814 CE1 -0.00435 CE2 0.015832 CE3 0.063175
AP0 5.123725 AP1 -0.32645 AP2 0.583089 AP3 0.414745
AQ0 -169.133 AQ1 -0.00666 AQ2 4.062721 AQ3 1.131358 AQ4 0.797579
AR0 0.689993 AR1 0.334226
AS0 -799.987 AS1 -0.30548 AS2 12.74509 AS3 0.433641
AT0 2310.386 AT1 -0.13369 AT2 -9.75469 AT3 -39.9513 AT4 784.9596
AT5 0.463356
AU0 0.359474 AU1 7.690904 AU2 0.345766
AV0 353.3033 AV1 -2.37764 AV2 -27.9014 AV3 82.52237
AW0 216.4328 AW1 -0.00951 AW2 -14.3876 AW3 0.112771 AW4 0.369714
AX0 175.0135 AX1 0.563480 AX2 4.251363
AY0 133.9674 AY1 0.746373 AY2 1.444464
AZ0 0.798185 AZ1 7.037101
BA0 336.7428 BA1 0.486808 BA2 2.017002
BB0 -0.77048 BB1 0.615640 BB2 0.503863 BB3 1400.688 BB4 0.026403
BB5 0.374336
BC0 -825.988 BC1 -732.909 BC2 0.478277 BC3 0.118464
BD0 -10473.3 BD1 -1.76015 BD2 1.236793 BD3 590.7302 BD4 0.040975
BD5 24.40434 BD6 0.604560
BE0 -5268.47 BE1 -0.59224 BE2 0.768582 BE3 15.21893 BE4 10.89263
BE5 0.908926
BF0 -0.30298 BF1 -91.3233 BF2 0.702171
BG0 -0.23946 BG1 0.399460 BG2 0.871883
BH0 154.2939 BH1 -0.72911 BH2 0.986633
BI0 30.12616 BI1 -0.18123 BI2 -0.30879 BI3 0.761962 BI4 0.650198
BJ0 -13375.0 BJ1 -2.99543 BJ2 0.175097 BJ3 1.794438 BJ4 145.2790
BJ5 1.223164 BJ6 3.447816
BK0 -1707.87 BK1 -0.16965 BK2 0.014549 BK3 1.844396 BK4 0.796551
BL0 0.854980 BL1 2.071625
BM0 264.6960 BM1 0.494498 BM2 0.215192
BN0 127.0903 BN1 0.605879 BN2 3.956275
BO0 -6128.81 BO1 -0.00352 BO2 0.257495 BO3 0.114741 BO4 6.436799
BO5 0.362579
BP0 -0.29663 BP1 0.346245 BP2 0.593307
BQ0 41.04146 BQ1 -0.02139 BQ2 -0.44848 BQ3 0.457126 BQ4 0.288498
BR0 274.0120 BR1 -0.12175 BR2 1.029408
BS0 10490.41 BS1 -91.5287 BS2 -180.130 BS3 -70.7774
BT0 42.28541 BT1 0.665738 BT2 23.18987 BT3 0.218731
BU0 0.748755 BU1 5.162068
BV0 -10086.8 BV1 -1.17667 BV2 0.756096 BV3 11.43984
BW0 -4107.24 BW1 -0.68285 BW2 0.414404 BW3 57.07257 BW4 1.570795
BW5 0.716798
289

Lampiran 8. Lanjutan

BX0 64.95581 BX1 -0.07863 BX2 -0.96035 BX3 0.986032


BY0 0.870527 BY1 2.671920
BZ0 0.295125 BZ1 5.422256 BZ2 0.465672
CA0 -0.22872 CA1 0.132785 CA2 4.461250 CA3 0.623417
CB0 -839.868 CB1 -12.2172 CB2 13.86352 CB3 2.248393 CB4 0.497034
CC0 -0.06288 CC1 -1.07570 CC2 1.106310 CC3 0.086497
CD0 -0.00270 CD1 -0.92889 CD2 1.144923
;

HSW = B0+B1*XSW+B2*MSW+B3*LHSW;
HKW = C0+C1*XKW+C2*MKW+C3*LHKW;
HRW = D0+D1*XRW+D2*MRW+D3*LHRW;
HMW = E0+E1*XMW+E2*MMW;
LASMIN = I0*LHESI+I1*RHCPI+I2*L3LASIN;
LASMIS = J0+J1*LHESI+J2*RHCPI+J3*USPI+J4*L3LASIS;
LASMIR = K0+K1*LHDSI+K2*USPI+K3*LLASIR;
YIESIN = L0*HESI+L1*RHCPI+L2*DLASMIN+L3*LYIESIN;
YIESIS = M0*HESI+M1*DLASMIS+M2*LYIESIS;
YIESIR = N0*HDSI+N1*LHDSI+N2*RHCPI+N3*DLASMIR+N4*LYIESIR;
HDSI = O0*HESI+O1*ERI+O2*RTSDSI+O3*LHDSI;
HESI = P0*HSW+P1*ERI+P2*RXSI+P3*LHESI;
XSI = Q0*HESI+Q1*RHDSI+Q2*PESI+Q3*ERI+Q4*SXSI;
CSI = R0+R1*HDSI+R2*RHCOW+R3*POPI+R4*LCSI;
HESM = S0+S1*HSW+S2*ERM+S3*XSM+S4*LHESM;
XSM = T0*HESM+T1*PESM+T2*STOKSM+T3*PRODSM+T4*LXSM;
HEKB = U0+U1*HKW+U2*ERB+U3*PEKB+U4*LHEKB;
HDKB = V0*HEKB+V1*SDKB+V2*CKB;
XKB = W0+W1*HEKB+W2*HDKB+W3*ERB+W4*PRODKB+W5*LXKB;
CKB = X0+X1*HDKB+X2*RRHDKBRHCOW+X3*POPB+X4*LCKB;
HEKA = Y0+Y1*HKW+Y2*ERA+Y3*XKA+Y4*LHEKA;
HDKA = Z0+Z1*HEKA+Z2*RSDCKA+Z3*LHDKA;
CKA = AA0+AA1*RHDKA+AA2*RHCOW+AA3*POPA;
XKA = AB0*HEKA+AB1*HDKA+AB2*ERA+AB3*PRODKA;
HEMA = AC0+AC1*HMW+AC2*LHEMA;
HDMA = AD0*HEMA+AD1*SDMA+AD2*CMA+AD3*LHDMA;
CMA = AE0*RHDMKA+AE1*HCOW+AE2*POPA;
XMA = AF0+AF1*HEMA+AF2*HDMA+AF3*PEMA+AF4*PRODMA+AF5*LXMA;
HEKUSA = AG0+AG1*HKW+AG2*SEKUSA;
HERUSA = AH0*HRW+AH1*SERUSA+AH2*XRUSA;
HMRUSA = AI0*HRW+AI1*TMRUSA;
HDKUSA = CG0*HEKUSA+CG1*SDKUSA+CG2*CKUSA;
HDRUSA = CH0+CH1*HERUSA+CH2*HMRUSA+CH3*SDRUSA+CH4*CRUSA;
XKUSA = AJ0+AJ1*RHEKUSA+AJ2*HDKUSA+AJ3*PRODKUSA;
XRUSA = AK0*HERUSA+AK1*HDRUSA+AK2*PRODRUSA;
MRUSA = AL0+AL1*HMRUSA+AL2*STOKRUSA+AL3*CRUSA+AL4*LMRUSA;
CKUSA = AM0*RHDKUSAHCOW+AM1*HDRUSA+AM2*POPUSA;
CRUSA = AN0+AN1*HDRUSA+AN2*RHDRUSAHCOW+AN3*HDKUSA+AN4*POPUSA;
HERCD = AO0*HRW+AO1*SERCD+AO2*XRCD+AO3*LHERCD;
HDRCD = CE0*HERCD+CE1*PRODRCD+CE2*CRCD+CE3*LHDRCD;
XRCD = AP0*RHERCD+AP1*HDRCD+AP2*PRODRCD+AP3*LXRCD;
CRCD = AQ0+AQ1*HDRCD+AQ2*HCOW+AQ3*POPCD+AQ4*LCRCD;
HMSP = AR0*HSW+AR1*LHMSP;
CSP = AS0+AS1*HMSP+AS2*POPP+AS3*LCSP;
MSP = AT0+AT1*HMSP+AT2*ERP+AT3*TMSP+AT4*RCSP+AT5*LMSP;
HMMMS = AU0*HMW+AU1*TMMMS+AU2*LHMMMS;
MMMS = AV0+AV1*RHMMMS+AV2*ERMS+AV3*RCMMS;
290

Lampiran 8. Lanjutan

CMMS = AW0+AW1*HMMMS+AW2*ERMS+AW3*POPMS+AW4*LCMMS;
HMKEU = AX0+AX1*HKW+AX2*TMKEU;
HMSEU = AY0+AY1*HSW+AY2*TMSEU;
HMREU = AZ0*HRW+AZ1*TMREU;
HMMEU = BA0+BA1*HMW+BA2*TMMEU;
CKEU = BB0*HMKEU+BB1*HMREU+BB2*HMMEU+BB3*RHCOW+BB4*IPEU
+BB5*LCKEU;
CMEU = BC0+BC1*RHMMREU+BC2*HMKEU+BC3*IPEU;
CSEU = BD0+BD1*HMSEU+BD2*HMMEU+BD3*RHCOW+BD4*IPEU+BD5*POPEU
+BD6*LCSEU;
CREU = BE0+BE1*HMREU+BE2*HMSEU+BE3*HCOW+BE4*POPEU+BE5*LCREU;
MKEU = BF0*HMKEU+BF1*EREU+BF2*CKEU;
MSEU = BG0*HMSEU+BG1*CSEU+BG2*LMSEU;
MREU = BH0+BH1*HMREU+BH2*CREU;
MMEU = BI0+BI1*HMMEU+BI2*PRODMEU+BI3*CMEU+BI4*LMMEU;
HMSC = BL0*HSW+BL1*TMSC;
HMKC = BM0+BM1*HKW+BM2*TMKC;
HMRC = BN0+BN1*HRW+BN2*TMRC;
CSC = BJ0+BJ1*HMSC+BJ2*HMKC+BJ3*HMRC+BJ4*HCOW+BJ5*IPC+BJ6*POPC;
CKC = BK0+BK1*HMKC+BK2*IPC+BK3*POPC+BK4*LCKC;
CRC = BO0+BO1*HMRC+BO2*HMKC+BO3*IPC+BO4*POPC+BO5*LCRC;
MKC = BP0*HMKC+BP1*CKC+BP2*LMKC;
MRC = BQ0+BQ1*HMRC+BQ2*PRODRC+BQ3*CRC+BQ4*LMRC;
MSC = BR0+BR1*HMSC+BR2*CSC;
HMSID = BT0+BT1*HSW+BT2*RCSID+BT3*LHMSID;
HMKID = BU0*HKW+BU1*TMKID;
CSID = BV0+BV1*HMSID+BV2*IPID+BV3*POPID;
CKID = BW0+BW1*HMKID+BW2*HMSID+BW3*HCOW+BW4*POPID+BW5*LCKID;
MSID = BS0+BS1*RRHMSIDRCSID+BS2*TMSID+BS3*ERID;
MKID = BX0+BX1*HMKID+BX2*PRODKID+BX3*CKID;
HMKIR = BY0*HKW+BY1*TMKIR;
HMMIR = BZ0*HMW+BZ1*TMMIR+BZ2*LHMMIR;
CKIR = CA0*HMKIR+CA1*HMMIR+CA2*POPIR+CA3*LCKIR;
CMIR = CB0+CB1*RHMMKIR+CB2*HCOW+CB3*POPIR+CB4*LCMIR;
MKIR = CC0*HMKIR+CC1*PRODKIR+CC2*CKIR+CC3*LMKIR;
MMIR = CD0*HMMIR+CD1*PRODMIR+CD2*CMIR;

PRODSI = LASMIN*YIESIN+LASMIS*YIESIS+LASMIR*YIESIR;
XSW = XSI+XSM+XSRW;
XKW = XKA+XKB+XKUSA+XKRW;
XRW = XRCD+XRUSA+XRRW;
XMW = XMA+XMRW;
MSW = MSC+MSEU+MSID+MSP+MSRW;
MKW = MKC+MKID+MKEU+MKIR+MKRW;
MRW = MRUSA+MREU+MRC+MRRW;
MMW = MMEU+MMMS+MMIR+MMRW;
SDSI = STOKSI+PRODSI-XSI;
SXSI = STOKSI+PRODSI-CSI;
SDKB = STOKKB+PRODKB-XKB;
SDKA = STOKKA+PRODKA-XKA;
SDMA = STOKMA+PRODMA-XMA;
SDKUSA = STOKKUSA+PRODKUSA-XKUSA;
SDRUSA = STOKRUSA+PRODRUSA+MRUSA-XRUSA;
291

Lampiran 8. Lanjutan

LLASMIN = LAG(LASMIN); LLASMIS = LAG(LASMIS);


LLASMIR = LAG(LASMIR); LYIESIN = LAG(YIESIN);
LYIESIS = LAG(YIESIS); LYIESIR = LAG(YIESIR);
LCSI = LAG(CSI); LXSI = LAG(XSI);
LHCOW = LAG(HCOW) LCSI = LAG(CSI); LXSI=LAG(XSI);
LXSM = LAG(XSM); LMSC = LAG(MSC); LMSEU = LAG(MSEU);
LMSID = LAG(MSID) LMSP = LAG(MSP); LCSC = LAG(CSC);
LCSEU = LAG(CSEU); LCSID = LAG(CSID); LCSP = LAG(CSP);
LHSW = LAG(HSW); LHESI = LAG(HESI); LHESM = LAG(HESM);
LHDSI = LAG(HDSI); LHMSC = LAG(HMSC); LHMSEU = LAG(HMSEU);
LHMSID = LAG(HMSID); LHMSP = LAG(HMSP); LXKA = LAG(XKA);
LXKB = LAG(XKB); LXKUSA = LAG(XKUSA); LMKC = LAG(MKC);
LMKID = LAG(MKID); LMKEU = LAG(MKEU); LMKIR = LAG(MKIR);
LCKA = LAG(CKA); LCKB = LAG(CKB); LCKUSA= LAG(CKUSA);
LCKC = LAG(CKC); LCKID = LAG(CKID); LCKEU = LAG(CKEU);
LCKIR = LAG(CKIR); LHKW = LAG(HKW); LHEKA = LAG(HEKA);
LHEKB = LAG(HEKB); LHEKUSA = LAG(HEKUSA);
LHMKC = LAG(HMKC); LHMKID = LAG(HMKID);
LHMKEU = LAG(HMKEU); LHMKIR = LAG(HMKIR); LXRCD = LAG(XRCD);
LXRUSA = LAG(XRUSA); LMRUSA = LAG(MRUSA); LMREU = LAG(MREU);
LMRC = LAG(MRC); LCRCD = LAG(CRCD);
LCRUSA = LAG(CRUSA); LCREU = LAG(CREU); LCRC = LAG(CRC);
LHRW = LAG(HRW); LHERCD = LAG(HERCD);
LHERUSA = LAG(HERUSA); LHMRUSA= LAG(HMRUSA);
LHDRUSA = LAG(HDRUSA); LHDKUSA= LAG(HDKUSA); LHMREU = LAG(HMREU);
LHMRC = LAG(HMRC); LXMA = LAG(XMA); LMMEU = LAG(MMEU);
LMMMS = LAG(MMMS); LMMIR = LAG(MMIR); LCMA = LAG(CMA);
LCMEU = LAG(CMEU); LCMMS = LAG(CMMS); LCMIR = LAG(CMIR);
LHMW = LAG(HMW); LHEMA = LAG(HEMA); LHMMEU = LAG(HMMEU);
LHMMMS = LAG(HMMMS); LHMMIR = LAG(HMMIR); LHDKB = LAG(HDKB);
LHDKA = LAG(HDKA); LHDMA = LAG(HDMA); LHDRCD = LAG(HDRCD);

RANGE TAHUN 2003 TO 2008;


RUN;
292

Lampiran 9. Hasil Validasi Historis Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati


dan Minyak Bumi di Pasar Dunia

The SAS System

The SIMNLIN Procedure

Model Summary

Model Variables 184


Endogenous 97
Exogenous 87
Parameters 326
Range Variable Tahun
Equations 99
Number of Statements 180
Program Lag Length 1

The SAS System

The SIMNLIN Procedure


Dynamic Simultaneous Simulation

Data Set Options

DATA= TESIS

Solution Summary

Variables Solved 97
Simulation Lag Length 1
Solution Range Tahun
First 2003
Last 2008
Solution Method NEWTON
CONVERGE= 1E-8
Maximum CC 5.37E-10
Maximum Iterations 4
Total Iterations 18
Average Iterations 3

Observations Processed

Read 7
Lagged 1
Solved 6
First 24
Last 29
293

Lampiran 9. Lanjutan
The SAS System

The SIMNLIN Procedure


Dynamic Simultaneous Simulation

Solution Range Tahun = 2003 To 2008

Descriptive Statistics

Actual Predicted
Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label

HSW 6 6 512.8 86.8122 562.6 62.8084 H_SWT_W


HKW 6 6 645.5 114.0 571.6 15.5620 H_KDL_W
HRW 6 6 734.2 76.5855 664.9 25.2355 H_RAPE_W
HMW 6 6 739.9 142.2 690.7 54.3365 H_MTHR_W
LASMIN 6 6 566.3 54.5095 561.4 38.4835 L_TM_PBN
LASMIS 6 6 2131.1 354.7 2061.0 108.6 L_TM_PBS
LASMIR 6 6 1726.4 286.3 1730.2 296.6 L_TM_PIR
YIESIN 6 6 3.3827 0.7236 3.1787 0.3214 YELD_PBN
YIESIS 6 6 3.4062 0.4664 3.2843 0.2102 YELD_PBS
YIESIR 6 6 2.9263 0.3252 2.7117 0.1540 YELD_PR
PRODSI 6 6 14373.0 3683.3 13226.0 1379.1 PRDS_INA
HDSI 6 6 5027.7 575.4 4520.8 84.7115 HD_S_INA
HESI 6 6 431.2 83.3701 477.6 56.2606 HE_S_INA
SDSI 6 6 4829.5 1775.7 4925.8 639.2 SD_S_INA
CSI 6 6 4348.3 411.1 4366.6 400.6 C_S_INA
SXSI 6 6 11279.1 3766.6 10113.8 1501.9 SX-S_INA
XSI 6 6 10797.9 2962.4 9554.5 1343.9 X_S_INA
HESM 6 6 428.2 103.8 493.2 59.0148 HE_S_MAS
XSM 6 6 13404.7 1355.4 13089.0 1553.4 X_S_MAS
HEKB 6 6 652.7 124.6 630.1 14.7962 HE_K_BRL
HDKB 6 6 314.5 47.1759 355.8 14.6834 HD_K_BRL
SDKB 6 6 3770.2 486.8 3802.2 284.2 SD_K_BRL
CKB 6 6 3458.5 427.3 3419.6 233.0 C_K_BRL
XKB 6 6 2403.3 215.5 2371.3 80.1473 X_K_BRL
HEKA 6 6 553.2 119.6 491.9 13.7610 HE_K_ARG
HDKA 6 6 434.2 66.7580 351.1 13.1958 HD_K_ARG
HEMA 6 6 594.7 70.0778 599.8 35.2578 HE_M_ARG
HDMA 6 6 289.3 42.8746 279.9 14.1418 HD_M_ARG
SDKA 6 6 1021.2 330.8 950.7 112.5 SD_K_ARG
SDMA 6 6 404.3 61.0694 423.8 39.2873 SD_M_ARG
CKA 6 6 646.3 324.6 542.4 47.9423 C_K_ARG
CMA 6 6 346.5 47.3487 389.2 7.5433 C_M_ARG
XKA 6 6 5278.7 723.2 5349.2 659.1 X_K_ARG
XMA 6 6 1086.0 146.1 1066.5 142.7 X_M_ARG
HEKUSA 6 6 618.1 82.8611 635.7 16.2804 HE_K_USA
HERUSA 6 6 699.7 103.4 691.1 22.5908 HE_R_USA
HMRUSA 6 6 663.5 85.2603 626.8 22.8532 HM_R_USA
HDRUSA 6 6 799.2 100.6 790.2 23.2554 HD_R_USA
HDKUSA 6 6 851.2 129.0 719.4 93.0003 HD_K_USA
MRUSA 6 6 780.8 257.1 752.1 79.8452 M_R_USA
SDKUSA 6 6 9009.7 675.5 8853.7 815.7 SD_K_USA
SDRUSA 6 6 1056.2 330.4 1035.5 133.7 SD_R_USA
CKUSA 6 6 7988.5 373.3 7164.2 250.3 C_K_USA
CRUSA 6 6 986.5 329.2 946.4 90.9785 C_R_USA
XKUSA 6 6 770.8 327.3 926.8 68.7315 X_K_USA
XRUSA 6 6 177.7 62.4873 169.6 32.1530 X_R_USA
HERCD 6 6 623.5 95.1236 595.9 30.7392 HE_R_CD
HDRCD 6 6 664.6 80.4034 631.2 32.3062 HD_R_CD
CRCD 6 6 383.7 42.6177 445.0 5.9737 C_R_CD
XRCD 6 6 1156.5 163.0 1018.7 217.9 X_R_CD
HMSP 6 6 451.7 69.3457 563.7 65.7654 HM_S_PKT
CSP 6 6 1786.2 343.6 1681.9 121.0 C_S_PKT
MSP 6 6 1782.8 349.0 1785.7 267.0 M_S_PKT
HMMMS 6 6 590.9 72.5731 581.4 54.4088 HM_M_MS
CMMS 6 6 241.7 68.9715 203.5 39.4944 C_M_MS
MMMS 6 6 241.0 68.5915 221.9 36.8400 M_M_MS
294

Lampiran 9. Lanjutan
The SAS System

The SIMNLIN Procedure


Dynamic Simultaneous Simulation

Solution Range Tahun = 2003 To 2008

Descriptive Statistics

Actual Predicted
Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label

HMKEU 6 6 631.8 83.0240 606.7 8.6615 HM_K_EU


HMSEU 6 6 541.7 58.8013 580.3 45.9824 HM_S_EU
HMREU 6 6 739.8 82.3895 689.7 18.5870 HM_R_EU
HMMEU 6 6 720.8 87.3663 715.1 26.9639 HM_M_EU
CKEU 6 6 1675.1 78.1868 1662.8 75.6275 C_K_E_U
CSEU 6 6 2740.7 144.8 2640.9 70.2554 C_S_EU
CREU 6 6 2449.7 48.7441 2435.5 211.0 C_R_EU
CMEU 6 6 2051.4 62.9239 2036.4 170.6 C_M_EU
MKEU 6 6 1287.4 527.0 912.7 58.0337 M_K_EU
MSEU 6 6 5453.3 851.8 5036.8 511.8 M_S_EU
MREU 6 6 2189.7 772.4 2054.4 196.5 M_R_EU
MMEU 6 6 2045.0 439.2 1963.7 315.1 M_M_EU
HMSC 6 6 491.8 76.8346 525.9 48.4792 HM_S_C
HMKC 6 6 564.6 85.7398 553.2 7.8212 HM_K_C
HMRC 6 6 612.7 58.8222 599.8 46.9929 HM_R_C
CSC 6 6 4617.2 797.2 4335.6 814.5 C_S_C
CKC 6 6 3090.9 148.1 2976.9 176.9 C_K_C
CRC 6 6 4556.5 297.4 4567.7 277.0 C_R_C
MSC 6 6 4956.8 688.6 4673.1 832.6 M_S_C
MKC 6 6 2250.0 587.0 1821.2 318.5 M_K_C
MRC 6 6 260.6 133.3 211.2 167.4 M_R_C
HMSID 6 6 442.7 79.3509 530.0 51.0814 HM_S_ID
HMKID 6 6 549.0 99.7131 524.3 27.2397 HM_K_ID
CSID 6 6 3932.5 756.0 3962.0 443.3 C_S_ID
CKID 6 6 2504.5 358.3 2373.1 172.6 C_K_ID
MSID 6 6 3907.0 826.2 4123.7 699.5 M_S_ID
MKID 6 6 1363.0 462.2 1222.5 169.7 M_K_ID
HMKIR 6 6 583.1 77.3203 547.3 19.1773 HM_K_IR
HMMIR 6 6 639.2 100.8 597.3 67.4164 HM_M_IR
CKIR 6 6 749.3 55.6657 729.0 21.4364 C_K_IR
CMIR 6 6 131.7 82.1819 141.1 22.4852 C_M_IR
MKIR 6 6 634.5 82.9765 641.4 69.8878 M_K_IR
MMIR 6 6 117.8 80.9924 142.9 26.1090 M_M_IR
XSW 6 6 27491.0 4643.1 25932.1 3220.2 X_SWT_W
MSW 6 6 26917.2 4931.5 26436.7 4720.2 M_SWT_W
XKW 6 6 10779.8 987.2 10974.2 1079.6 X_KDL_W
MKW 6 6 10360.1 888.8 9423.0 660.9 M_KDL_W
XRW 6 6 3428.7 877.4 3282.9 920.0 X_RAPE_W
MRW 6 6 3496.1 1016.9 3282.7 402.5 M_RAPE_W
XMW 6 6 4146.6 751.6 4127.1 774.3 X_MTHR_W
MMW 6 6 4041.7 597.1 3966.3 383.8 M_MTHR_W
295

Lampiran 9. Lanjutan
The SAS System

The SIMNLIN Procedure


Dynamic Simultaneous Simulation

Solution Range Tahun = 2003 To 2008

Statistics of fit

Mean Mean % Mean Abs Mean Abs RMS RMS %


Variable N Error Error Error % Error Error Error R-Square Label

HSW 6 49.7296 11.8238 68.3155 15.3112 89.2832 21.3363 -.2693 H_SWT_W


HKW 6 -73.8499 -8.9309 114.7 16.8255 134.5 18.3878 -.6718 H_KDL_W
HRW 6 -69.3046 -8.9044 69.3046 8.9044 87.0803 10.7530 -.5514 H_RAPE_W
HMW 6 -49.1862 -4.1557 101.5 12.8497 140.1 16.1602 -.1641 H_MTHR_W
LASMIN 6 -4.9212 -0.5640 23.4910 4.1508 28.1365 5.0697 0.6803 L_TM_PBN
LASMIS 6 -70.1342 -1.3673 246.2 11.7308 273.1 13.0779 0.2884 L_TM_PBS
LASMIR 6 3.8068 0.3406 68.5074 4.2989 81.7144 5.3433 0.9022 L_TM_PR
YIESIN 6 -0.2039 -3.4210 0.4549 13.6974 0.4974 15.2079 0.4331 YELD_PBN
YIESIS 6 -0.1219 -2.5584 0.3011 8.8047 0.3246 9.4122 0.4186 YELD_PBS
YIESIR 6 -0.2146 -6.2757 0.3494 11.3540 0.4113 13.0434 -.9197 YELD_PR
PRODSI 6 -1147.0 -4.6529 2212.7 14.3560 2506.0 15.2150 0.4445 PRDS_INA
HDSI 6 -506.9 -9.0893 596.5 11.2457 738.5 13.1615 -.9763 HD_S_INA
HESI 6 46.4280 13.7250 64.0363 17.6732 84.6839 25.0854 -.2381 HE_S_INA
SDSI 6 96.3020 15.0383 1128.8 32.0767 1331.4 44.9617 0.3254 SD_S_INA
CSI 6 18.2700 0.4513 39.3436 0.9244 43.6448 1.0403 0.9865 C_S_IINA
SXSI 6 -1165.3 -4.9247 2198.7 18.0841 2500.6 18.9045 0.4711 SX_S_INA
XSI 6 -1243.3 -7.6811 1869.4 17.4851 2039.2 18.9864 0.4314 X_S_INA
HESM 6 64.9917 21.5934 102.2 28.6838 127.9 39.1486 -.8250 HE_S_MAS
XSM 6 -315.6 -2.4133 568.4 4.3411 670.0 5.2594 0.7068 X_S_MAS
HEKB 6 -22.5959 -0.7166 92.8083 13.8359 112.4 15.8891 0.0231 HE_K_BRL
HDKB 6 41.3142 15.3037 48.6085 17.2815 60.3639 22.3806 -.9647 HD_K_BRL
SDKB 6 31.9941 1.4587 194.0 5.1731 215.4 5.7560 0.7649 SD_K_BRL
CKB 6 -38.9130 -0.5386 178.0 5.0069 204.3 5.6287 0.7257 C_K_BRL
XKB 6 -31.9941 -0.6426 194.0 8.1550 215.4 9.1513 -.1992 X_K_BRL
HEKA 6 -61.3114 -7.6384 102.2 17.2595 126.7 19.5635 -.3462 HE_K_ARG
HDKA 6 -83.1362 -17.7498 84.4386 18.1516 97.0498 20.3800 -1.536 HD_K_ARG
HEMA 6 5.0155 1.6549 34.4139 6.3333 43.8955 8.7121 0.5292 HE_M_ARG
HDMA 6 -9.4169 -1.5075 32.2706 11.5871 36.3583 13.3879 0.1370 HD_M_ARG
SDKA 6 -70.5011 0.2686 264.0 23.5425 320.1 26.0174 -.1237 SD_K_ARG
SDMA 6 19.4715 6.7278 47.1453 13.1052 55.3481 17.2211 0.0143 SD_M_ARG
CKA 6 -104.0 -1.7953 210.0 28.5366 276.5 31.5855 0.1294 C_K_ARG
CMA 6 42.6586 14.5615 45.3069 15.2423 62.7587 23.2496 -1.108 C_M_ARG
XKA 6 70.5011 1.6021 264.0 5.1265 320.1 6.3220 0.7649 X_K_ARG
XMA 6 -19.4715 -1.6455 47.1453 4.4329 55.3481 5.2986 0.8277 X_M_ARG
HERUSA 6 -8.6098 0.4229 78.7998 11.3524 87.9534 12.7745 0.1315 HE_R_USA
HMRUSA 6 -36.6379 -4.3227 72.9212 10.7057 81.4462 11.5698 -.0950 HM_R_USA
HDRUSA 6 -9.0089 0.0332 79.0577 9.8773 83.7581 10.3715 0.1683 HD_R_USA
HDKUSA 6 -131.8 -13.4948 178.2 20.3670 203.5 22.3802 -1.988 HD_K_USA
MRUSA 6 -28.6914 2.3107 137.9 17.5156 169.1 20.8969 0.4810 M_R_USA
SDKUSA 6 -156.0 -1.8102 269.5 3.0280 305.6 3.4625 0.7544 SD_K_USA
SDRUSA 6 -20.6413 2.5523 176.0 15.8971 199.2 16.5494 0.5640 SD_R_USA
CKUSA 6 -824.3 -10.1385 850.1 10.4834 929.3 11.3987 -6.435 C_K_USA
CRUSA 6 -40.0728 1.7511 194.6 18.4348 226.8 19.2874 0.4305 C_R_USA
XKUSA 6 156.0 36.3753 269.5 45.4145 305.6 57.1163 -.0460 X_K_USA
XRUSA 6 -8.0501 2.9246 50.3183 25.9654 61.7020 28.6604 -.1700 X_R_USA
HERCD 6 -27.6021 -3.0178 64.5809 9.9931 74.5802 11.0546 0.2623 HE_R_CD
HDRCD 6 -33.4191 -4.2426 53.5243 7.6941 63.7681 8.8570 0.2452 HD_R_CD
CRCD 6 61.3099 17.1886 68.1126 18.6674 75.0330 20.9967 -2.720 C_R_CD
XRCD 6 -137.8 -12.5278 137.8 12.5278 158.3 14.3799 -.1315 X_R_CD
HMSP 6 112.0 28.6029 135.8 32.9842 160.5 40.1218 -5.430 HM_S_PKT
CSP 6 -104.3 -3.7769 184.8 9.8491 247.1 12.4977 0.3796 C_S_PKT
MSP 6 2.8827 0.9800 77.1093 4.3415 100.7 5.3139 0.9002 M_S_PKT
HMMMS 6 -9.5753 -1.0128 37.9575 6.7312 45.7823 8.4321 0.5224 HM_M_MS
CMMS 6 -38.1971 -13.4799 44.0809 16.2166 55.2898 18.3937 0.2289 C_M_MS
MMMS 6 -19.1331 -4.2965 35.6790 14.7686 43.7250 18.0942 0.5124 M_M_MS
296

Lampiran 9. Lanjutan
The SAS System

The SIMNLIN Procedure


Dynamic Simultaneous Simulation

Solution Range Tahun = 2003 To 2008

Statistics of fit

Mean Mean % Mean Abs Mean Abs RMS RMS %


Variable N Error Error Error % Error Error Error R-Square Label

HEKUSA 6 17.6305 4.3259 66.7245 11.1124 76.8293 13.1940 -.0317 HE_K_USA


HMKEU 6 -25.0866 -2.5524 67.0031 10.2184 82.7491 12.2543 -.1921 HM_K_EU
HMSEU 6 38.6327 8.4441 79.2902 15.2644 85.1121 17.1224 -1.514 HM_S_EU
HMREU 6 -50.0582 -5.6585 77.5901 9.9034 100.8 12.5129 -.7977 HM_R_EU
HMMEU 6 -5.6639 0.2313 60.1578 8.5426 66.2736 9.6874 0.3095 HM_M_EU
CKEU 6 -12.3315 -0.5923 77.0600 4.5416 92.2974 5.3986 -.6722 C_K_EU
CSEU 6 -99.7526 -3.4499 138.1 4.9555 161.4 5.7261 -.4906 C_S_EU
CREU 6 -14.2018 -0.5378 183.2 7.4440 200.9 8.1298 -19.39 C_R_EU
CMEU 6 -14.9462 -0.8310 88.3530 4.2864 111.6 5.3858 -2.774 C_M_EU
MKEU 6 -374.7 -17.5257 488.8 32.6642 603.8 36.4001 -.5754 M_K_EU
MSEU 6 -416.5 -6.8326 474.2 8.2371 539.6 9.1385 0.5184 M_S_EU
MREU 6 -135.3 2.6955 519.1 25.4237 562.7 28.0644 0.3630 M_R_EU
MMEU 6 -81.3382 -2.4498 196.8 9.5005 229.7 10.5162 0.6719 M_M_EU
HMSC 6 34.0799 9.0542 64.0641 14.7605 78.9366 19.6805 -.2666 HM_S_C
HMKC 6 -11.3740 0.0132 66.6296 11.9950 80.7251 14.9263 -.0637 HM_K_C
HMRC 6 -12.9336 -1.8755 28.8685 4.7412 30.3349 4.9858 0.6809 HM_R_C
CSC 6 -281.6 -5.9213 343.1 7.0642 465.1 9.3162 0.5916 C_S_C
CKC 6 -114.0 -3.6977 136.6 4.4161 143.2 4.6173 -.1223 C_K_C
CRC 6 11.2188 0.2801 35.4923 0.8198 50.1640 1.2009 0.9659 C_R_C
MSC 6 -283.6 -5.8856 381.9 7.6716 471.0 9.3535 0.4385 M_S_C
MKC 6 -428.8 -15.0922 584.3 25.0097 651.3 27.1142 -.4771 M_K_C
MRC 6 -49.3913 -21.1961 128.4 55.3480 137.1 57.9408 -.2698 M_R_C
HMSID 6 87.2942 24.0803 123.7 30.8644 139.6 36.7166 -2.712 HM_S_ID
HMKID 6 -24.6641 -2.5797 59.9308 10.3859 73.4825 12.1037 0.3483 HM_K_ID
CSID 6 29.5410 2.3863 397.6 10.4862 445.8 12.2624 0.5827 C_S_ID
CKID 6 -131.4 -4.0206 269.8 10.5663 296.4 11.1944 0.1790 C_K_ID
MSID 6 216.7 7.1823 478.7 13.7353 542.1 17.0066 0.4834 M_S_ID
MKID 6 -140.5 -4.5069 267.4 19.1835 309.4 20.3309 0.4624 M_K_ID
HMKIR 6 -35.8195 -4.7014 73.2130 12.3770 80.4811 13.4098 -.3001 HM_K_IR
HMMIR 6 -41.8405 -5.7736 58.2126 8.9183 62.9583 9.4149 0.5322 HM_M_IR
CKIR 6 -20.2960 -2.3945 39.0496 5.1162 42.5803 5.4909 0.2979 C_K_IR
CMIR 6 9.4697 71.9308 66.2077 99.9590 69.4691 147.9 0.1425 C_M_IR
MKIR 6 6.8579 1.4951 29.8866 4.6968 39.1677 6.3041 0.7326 M_K_IR
MMIR 6 25.0681 138.3 63.9260 158.9 71.6784 264.2 0.0601 M_M_IR
XSW 6 -1559.0 -5.0160 1765.7 5.9966 2054.0 6.7203 0.7652 X_SWT_W
MSW 6 -480.5 -1.7047 609.8 2.2567 732.0 2.6776 0.9736 M_SWT_W
XKW 6 194.5 1.7943 298.3 2.7302 366.3 3.3822 0.8348 X_KDL_W
MKW 6 -937.2 -8.8271 937.2 8.8271 1098.8 10.1936 -.8337 M_KDL_W
XRW 6 -145.8 -4.7199 161.9 5.0991 197.4 6.0562 0.9393 X_RAPE_W
MRW 6 -213.4 -1.0527 621.3 18.3187 685.7 20.6143 0.4544 M_RAPE_W
XMW 6 -19.4715 -0.5562 47.1453 1.2197 55.3481 1.5228 0.9935 X_MTHR_W
MMW 6 -75.4032 -1.2024 231.0 5.6018 259.1 6.1539 0.7741 M_MTHR_W
297

Lampiran 9. Lanjutan
The SAS System

The SIMNLIN Procedure


Dynamic Simultaneous Simulation

Solution Range Tahun = 2003 To 2008

Theil Forecast Error Statistics

MSE Decomposition Proportions


Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef
Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U

HSW 6 7971.5 0.45 0.31 0.06 0.63 0.06 0.63 0.1721 0.0823
HKW 6 18102.9 -0.55 0.30 0.28 0.42 0.45 0.25 0.2058 0.1098
HRW 6 7583.0 0.82 0.63 0.15 0.21 0.29 0.08 0.1181 0.0621
HMW 6 19628.3 0.16 0.12 0.04 0.84 0.33 0.55 0.1865 0.0970
LASMIN 6 791.7 0.84 0.03 0.06 0.91 0.27 0.70 0.0495 0.0249
LASMIS 6 74599.7 0.70 0.07 0.22 0.72 0.68 0.26 0.1267 0.0647
LASMIR 6 6677.2 0.95 0.00 0.07 0.93 0.01 0.98 0.0468 0.0234
YIESIN 6 0.2474 0.82 0.17 0.25 0.59 0.54 0.29 0.1443 0.0749
YIESIS 6 0.1054 0.78 0.14 0.19 0.67 0.52 0. 34 0.0946 0.0483
YIESIR 6 0.1692 -0.18 0.27 0.22 0.50 0.14 0.58 0.1398 0.0727
PRODSI 6 6280008 0.94 0.21 0.57 0.22 0.70 0.09 0.1698 0.0894
HDSI 6 545314 -0.08 0.47 0.03 0.50 0.37 0.16 0.1461 0.0771
HESI 6 7171.4 0.44 0.30 0.05 0.65 0.09 0.61 0.1934 0.0922
SDSI 6 1772586 0.64 0.01 0.11 0.88 0.61 0.39 0.2613 0 .1324
CSI 6 1904.9 0.99 0.18 0.03 0.79 0.05 0.78 0.0100 0.0050
SXSI 6 6253190 0.93 0.22 0.54 0.24 0 .68 0.10 0.2121 0.1137
XSI 6 4158470 0.94 0.37 0.41 0.22 0.52 0.10 0.1832 0.0982
HESM 6 16370.2 -0.03 0.26 0.19 0.55 0.10 0.64 0.2917 0.1369
XSM 6 448914 0.91 0.22 0.19 0.59 0.07 0.71 0.0498 0.0252
HEKB 6 12643.1 0.32 0.04 0.04 0.92 0.80 0.16 0.1697 0.0870
HDKB 6 3643.8 0.08 0.47 0.03 0.51 0.24 0.29 0.1902 0.0896
SDKB 6 46417.9 0.95 0.02 0.58 0.40 0 .74 0.24 0.0568 0.0283
CKB 6 41722.7 0.95 0.04 0.59 0.37 0.75 0.21 0.0587 0.0296
XKB 6 46417.9 -0.05 0.02 0.15 0.83 0.33 0.65 0.0893 0.0450
HEKA 6 16058.9 -0.08 0.23 0.03 0.74 0.58 0.18 0.2247 0.1200
HDKA 6 9418.7 0.92 0.73 0.21 0.06 0.25 0.01 0.2213 0.1229
HEMA 6 1926.8 0.78 0.01 0.17 0.82 0.52 0.46 0. 0734 0.0366
HDMA 6 1321.9 0.46 0.07 0.02 0.91 0.52 0.41 0.1245 0.0636
SDKA 6 102471 0.07 0.05 0.07 0.89 0.39 0.56 0.3006 0.1584
SDMA 6 3063.4 0.43 0.12 0.05 0.83 0.13 0.75 0.1356 0.0664
CKA 6 76431.3 0.93 0.14 0.70 0.16 0.83 0.02 0.3888 0.2203
CMA 6 3938.6 -0.34 0.46 0.12 0.42 0.34 0.20 0.1797 0.0850
XKA 6 102471 0.88 0.05 0.00 0.95 0.03 0.92 0.0602 0.0299
XMA 6 3063.4 0.92 0.12 0.02 0.86 0.00 0.87 0.0506 0.0255
HEKUSA 6 5902.7 0.16 0.05 0.00 0.95 0.63 0.32 0.1234 0.0610
HERUSA 6 7735.8 0.43 0.01 0.05 0.94 0.70 0.29 0.1246 0.0629
HMRUSA 6 6633.5 0.37 0.20 0.01 0.79 0.49 0.31 0.1219 0.0629
HDRUSA 6 7015.4 0.50 0.01 0.09 0.90 0.71 0.28 0.1041 0.0525
HDKUSA 6 41424.0 -0.15 0.42 0.25 0.33 0.03 0.55 0.2368 0.1285
MRUSA 6 28589.2 0.95 0.03 0.80 0.17 0.92 0.0 6 0.2074 0.1076
SDKUSA 6 93385.3 0.94 0.26 0.29 0.45 0.18 0.56 0.0338 0.0171
SDRUSA 6 39667.2 0.91 0.01 0.57 0.42 0.81 0.18 0.1813 0.0930
CKUSA 6 863605 -0.10 0.79 0.08 0.13 0.01 0.20 0.1162 0.0613
CRUSA 6 51419.6 0.95 0.03 0.79 0.17 0.92 0.05 0.2199 0.1144
XKUSA 6 93385.3 0.64 0.26 0.18 0.56 0.60 0.14 0.3696 0.1741
XRUSA 6 3807.1 0.11 0.02 0.14 0.84 0.20 0.78 0.3307 0.1720
HERCD 6 5562.2 0.72 0.14 0.22 0.65 0.62 0.24 0.1185 0.0608
HDRCD 6 4066.4 0.76 0.27 0.17 0.55 0.47 0.25 0.0954 0.0490
CRCD 6 5630.0 -0.77 0.67 0.22 0.11 0.20 0.13 0.1946 0.0903
XRCD 6 25056.9 0.94 0.76 0.14 0.10 0.10 0 .14 0.1358 0.0718
HMSP 6 25769.0 -0.74 0.49 0.44 0.07 0.00 0.51 0.3520 0.1569
CSP 6 61042.2 0.87 0.18 0.43 0.39 0.68 0.15 0.1362 0.0706
MSP 6 10133.3 0.97 0.00 0.42 0.57 0.55 0.45 0.0556 0.0279
HMMMS 6 2096.0 0.74 0.04 0.00 0.96 0.13 0.83 0.0770 0.0389
CMMS 6 3057.0 0.81 0.48 0.07 0.45 0.24 0.29 0.2214 0.1212
MMMS 6 1911.9 0.83 0.19 0.18 0.63 0.44 0.37 0.1756 0.0924
HMKEU 6 6847.4 -0.34 0.09 0.17 0.74 0.67 0.24 0.1301 0.0666
HMSEU 6 7244.1 -0.25 0.21 0.42 0.37 0.02 0.78 0.1564 0.0756
HMREU 6 10169.1 -0.67 0.25 0.45 0.30 0.33 0.42 0.1356 0.0703
HMMEU 6 4392.2 0.66 0.01 0.18 0.81 0.69 0.30 0.0914 0.0460
CKEU 6 8518.8 0.15 0.02 0.40 0.58 0.00 0.98 0.0550 0.0276
CSEU 6 26042.2 0.32 0.38 0.02 0.60 0.18 0.44 0.0588 0.0300
298

Lampiran 9. Lanjutan
The SAS System

The SIMNLIN Procedure


Dynamic Simultaneous Simulation

Solution Range Tahun = 2003 To 2008

Theil Forecast Error Statistics

MSE Decomposition Proportions


Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef
Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U

CREU 6 40363.1 -0.06 0.00 0.95 0.05 0.54 0.45 0.0820 0.0411
CMEU 6 12451.8 0.86 0.02 0.91 0.07 0 .78 0.21 0.0544 0.0273
MKEU 6 364572 0.20 0.39 0.00 0.61 0.50 0.11 0.4393 0.2638
MSEU 6 291144 0.97 0.60 0.28 0.12 0.33 0.07 0.0980 0.0511
MREU 6 316682 0.91 0.06 0.68 0.26 0.87 0.07 0.2446 0.1290
MMEU 6 52746.5 0.86 0.13 0.06 0.82 0.24 0.63 0.1102 0.0564
HMSC 6 6231.0 0.29 0.19 0.09 0.72 0.11 0.71 0. 1589 0.0770
HMKC 6 6516.5 -0.19 0.02 0.07 0.91 0.78 0.20 0.1416 0.0719
HMRC 6 920.2 0.86 0.18 0.01 0.81 0.13 0.69 0.0493 0.0249
CSC 6 216289 0.87 0.37 0.05 0.58 0.00 0.63 0.0995 0.0513
CKC 6 20502.9 0.84 0.63 0.11 0.26 0.03 0.33 0.0463 0.0236
CRC 6 2516.4 0.99 0.05 0.08 0.87 0.14 0.81 0.0110 0.0055
MSC 6 221845 0.87 0.36 0.20 0.43 0.08 0.56 0.0943 0.0484
MKC 6 424133 0.42 0.43 0.01 0.56 0.14 0.42 0.2816 0.1567
MRC 6 18809.0 0.59 0.13 0.35 0.52 0.05 0.82 0.4768 0.2501
HMSID 6 19479.2 -0.66 0.39 0.46 0.15 0.03 0.57 0.3111 0.1423
HMKID 6 5399.7 0.91 0.11 0.62 0.27 0.81 0.08 0.1321 0.0680
CSID 6 198769 0.79 0.00 0.10 0.89 0.41 0.59 0.1117 0.0559
CKID 6 87848.0 0.59 0.20 0.02 0.79 0.33 0.48 0.1173 0.0604
MSID 6 293879 0.76 0.16 0.02 0.82 0.05 0 .79 0.1362 0.0665
MKID 6 95701.5 0.96 0.21 0.66 0.13 0.74 0.05 0.2168 0.1163
HMKIR 6 6477.2 0.04 0.20 0.03 0.77 0.43 0.37 0.1370 0.0709
HMMIR 6 3963.8 0.89 0.44 0.10 0.46 0.23 0.32 0.0975 0.0505
CKIR 6 1813.1 0.79 0.23 0.23 0.54 0.54 0.23 0.0567 0.0288
CMIR 6 4826.0 0.43 0.02 0.03 0.95 0.62 0.37 0.4584 0.2362
MKIR 6 1534.1 0.86 0.03 0.00 0.97 0.09 0.88 0.0613 0.0305
MMIR 6 5137.8 0.43 0.12 0.01 0.86 0.49 0.39 0.5153 0.2524
XSW 6 4219117 1.00 0.58 0 .39 0.03 0.40 0.02 0.0738 0.0381
MSW 6 535875 0.99 0.43 0.05 0.52 0.07 0.50 0.0268 0.0135
XKW 6 134191 0.95 0.28 0.13 0.59 0.05 0.67 0.0339 0.0168
MKW 6 1207296 0.71 0.73 0.00 0.27 0.04 0.24 0.1057 0.0554
XRW 6 38969.3 0.99 0.55 0.06 0.39 0.04 0.42 0.0561 0.0286
MRW 6 470189 0.84 0.10 0.36 0.54 0. 67 0.23 0.1896 0.0991
XMW 6 3063.4 1.00 0.12 0.16 0.71 0.14 0.74 0.0132 0.0066
MMW 6 67107.4 0.94 0.08 0.39 0.53 0.56 0.35 0.0635 0.0321
299

Lampiran 9. Lanjutan
The SAS System

The SIMNLIN Procedure


Dynamic Simultaneous Simulation

Solution Range Tahun = 2003 To 2008

Theil Relative Change Forecast Error Statistics

Relative Change MSE Decomposition Proportions


Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality C oef
Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U

HSW 6 0.0396 0.63 0.30 0.15 0.55 0.00 0.70 1.0069 0.4373
HKW 6 0.0470 0.25 0.30 0.07 0.62 0.11 0.58 1.1226 0.7117
HRW 6 0.0157 0.78 0.65 0.06 0.29 0.19 0.16 0.9895 0.6592
HMW 6 0.0378 0.45 0.13 0.00 0.86 0.26 0.61 0.9143 0.6136
LASMIN 6 0.00215 0.95 0.05 0.57 0.39 0.73 0.23 0.5067 0.3209
LASMIS 6 0.0187 0.66 0.01 0.81 0.19 0.49 0.50 1.2094 0.4547
LASMIR 6 0.00353 0.27 0.00 0.00 1.00 0.58 0.42 0.5623 0.3070
YIESIN 6 0.0296 0.80 0.14 0.17 0.69 0.48 0.38 0.6948 0.4721
YIESIS 6 0.0107 0.67 0.12 0.00 0.88 0.22 0.67 0.7385 0.4614
YIESIR 6 0.0190 0.12 0.26 0.43 0.31 0.02 0.72 1.6221 0.7236
PRODSI 6 0.0320 0.45 0.11 0.28 0.61 0.00 0.89 0.9083 0.4799
HDSI 6 0.0280 0.86 0.41 0.23 0.36 0.42 0.17 0.8648 0.5218
HESI 6 0.0525 0.63 0.30 0.18 0.51 0.01 0.69 1.0211 0.4319
SDSI 6 0.1780 0.79 0.00 0.05 0.95 0.32 0.68 0.6100 0.3616
CSI 6 0.000120 0.57 0.19 0.34 0.47 0.05 0.76 0.2090 0.0997
SXSI 6 0.0558 0.38 0.10 0.21 0.69 0.01 0.89 0.8934 0.4997
XSI 6 0.0423 0.27 0.21 0.51 0.28 0.10 0.69 1.0745 0.5434
HESM 6 0.1188 0.72 0.29 0.13 0.57 0.00 0.70 0.9010 0.4014
XSM 6 0.00347 0.73 0.24 0.05 0.72 0.30 0 .46 0.5868 0.3740
HEKB 6 0.0275 0.72 0.05 0.04 0.90 0.35 0.60 0.7233 0.4425
HDKB 6 0.0394 0.53 0.49 0.12 0.39 0.00 0.51 1.3616 0.5613
SDKB 6 0.00367 0.49 0.05 0.27 0.68 0.00 0.95 0.7534 0.3506
CKB 6 0.00348 0.29 0.01 0.49 0.50 0.03 0.95 0.8344 0.4109
XKB 6 0.00763 0.61 0.02 0.12 0.86 0.01 0.97 0.8521 0.4432
HEKA 6 0.0612 0.36 0.22 0.02 0.75 0.20 0.57 0.9959 0.6686
HDKA 6 0.0514 0.59 0.75 0.12 0.13 0.03 0.23 1.5571 0.7227
HEMA 6 0.00547 0.79 0.02 0 .02 0.96 0.05 0.93 0.6267 0.3356
HDMA 6 0.0221 0.56 0.01 0.57 0.42 0.17 0.82 1.0334 0.4456
SDKA 6 0.0966 -0.08 0.01 0.51 0.48 0.00 0.99 1.2480 0.6569
SDMA 6 0.0161 0.92 0.09 0.14 0.77 0.31 0.60 0.4541 0.2548
CKA 6 0.1716 -0.04 0.04 0.47 0.49 0.00 0.96 1.1409 0.6202
CMA 6 0.0346 0.74 0.48 0.08 0.44 0. 00 0.52 1.0120 0.4401
XKA 6 0.00338 0.92 0.03 0.24 0.73 0.44 0.53 0.4351 0.2485
XMA 6 0.00335 0.98 0.16 0.07 0.77 0.13 0.71 0.2428 0.1279
HEKUSA 6 0.0154 0.48 0.06 0.07 0.87 0.08 0.85 0.9408 0.5391
HERUSA 6 0.0158 0.03 0.00 0.75 0.25 0.14 0.86 1.6304 0.6403
HMRUSA 6 0.0162 0.76 0.21 0.06 0.73 0.32 0.47 0.7527 0.4690
HDRUSA 6 0.0109 0.52 0.00 0.47 0.53 0.07 0.93 1.1508 0.4975
HDKUSA 6 0.0629 -0.07 0.41 0.06 0.53 0.28 0.31 1.3572 0.6561
MRUSA 6 0.0538 0.37 0.00 0.40 0.60 0.01 0.99 0.8565 0.4106
SDKUSA 6 0.00125 0.90 0.30 0.02 0.69 0.10 0.60 0.5254 0.2850
SDRUSA 6 0.0383 0.19 0.01 0.37 0.63 0.00 0.99 0.8332 0.4120
CKUSA 6 0.0133 0.10 0.80 0.04 0.17 0.03 0.17 2.4327 0.7287
CRUSA 6 0.0566 0.06 0.00 0.51 0.49 0.00 1 .00 0.9783 0.4785
XKUSA 6 0.2328 0.70 0.35 0.20 0.46 0.03 0.63 1.0275 0.4283
XRUSA 6 0.1180 0.63 0.02 0.05 0.93 0.06 0.93 0.7085 0.3917
HERCD 6 0.0139 0.71 0.13 0.06 0.81 0.38 0.49 0.7755 0.4666
HDRCD 6 0.00933 0.85 0.28 0.15 0.57 0.37 0.36 0.7016 0.4166
CRCD 6 0.0421 0.25 0.66 0.14 0.20 0.00 0.34 2.1356 0.6751
XRCD 6 0.0394 0.96 0.66 0.14 0.20 0.19 0.14 0.5516 0.3450
HMSP 6 0.1572 0.26 0.47 0.38 0.15 0.10 0.43 2.4675 0.6998
CSP 6 0.0220 0.54 0.12 0 .13 0.75 0.01 0.87 0.8309 0.4635
MSP 6 0.00415 0.92 0.01 0.00 0.99 0.03 0.95 0.3503 0.1781
HMMMS 6 0.00535 0.73 0.05 0.01 0.95 0.21 0.74 0.6498 0.3580
CMMS 6 0.0668 0.89 0.61 0.02 0.37 0.09 0.30 0.5668 0.3497
MMMS 6 0.0818 0.88 0.01 0.67 0.33 0.45 0.54 0.6266 0.2704
HMKEU 6 0.0168 0.61 0.09 0.01 0.90 0. 13 0.78 0.8292 0.4810
HMSEU 6 0.0272 0.51 0.22 0.31 0.47 0.03 0.75 1.2476 0.5192
HMREU 6 0.0191 0.42 0.22 0.09 0.69 0.06 0.72 1.0951 0.5805
HMMEU 6 0.00742 0.65 0.00 0.13 0.87 0.00 0.99 0.7853 0.4014
CKEU 6 0.00307 0.47 0.02 0.16 0.82 0.02 0.96 0.9713 0.5188
CSEU 6 0.00346 -0.20 0.39 0.23 0.38 0.08 0.54 1.4780 0.8369
CREU 6 0.00782 0.26 0.01 0.30 0.69 0.01 0.98 1.0807 0.5753
CMEU 6 0.00301 -0.01 0.02 0.93 0.04 0.58 0.39 3.2747 0.7850
300

Lampiran 9. Lanjutan
The SAS System

The SIMNLIN Procedure


Dynamic Simultaneous Simulation

Solution Range Tahun = 2003 To 2008

Theil Relative Change Forecast Error Statistics

Relative Change MSE Decomposition Proportions


Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef
Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U

MKEU 6 0.2331 0.01 0.27 0.35 0.38 0.00 0.73 1.3806 0.7478
MSEU 6 0.00966 0.72 0.56 0.27 0.17 0.12 0.32 0.9467 0.4971
MREU 6 0.0946 0.32 0.00 0.39 0.61 0.00 1.00 1.0631 0.5169
MMEU 6 0.0145 0.52 0.09 0.03 0.88 0.14 0.78 0.7763 0.4743
HMSC 6 0.0321 0.66 0.19 0.15 0.65 0.00 0.81 0.9014 0.4143
HMKC 6 0.0191 0.61 0.01 0.05 0.93 0.06 0.93 0.8201 0.4531
HMRC 6 0.00252 0.86 0.17 0.01 0.82 0.13 0.70 0.5527 0.2933
CSC 6 0.0116 0.88 0.42 0.08 0.50 0.01 0.57 0.4748 0.2562
CKC 6 0.00232 0.72 0.66 0.02 0.32 0.14 0.20 0.9768 0.6621
CRC 6 0.000141 0.93 0.05 0.45 0.50 0.65 0.30 0.3319 0.1725
MSC 6 0.0122 0.56 0.41 0.00 0.59 0.11 0.48 0.7416 0.4923
MKC 6 0.1770 0.84 0.43 0.12 0.45 0.30 0.27 0.6933 0.4676
MRC 6 1.0590 0.87 0.13 0.04 0.83 0.19 0 .68 0.4824 0.2774
HMSID 6 0.1290 0.53 0.42 0.44 0.14 0.21 0.37 2.2791 0.6530
HMKID 6 0.0156 0.62 0.07 0.10 0.83 0.02 0.91 0.8634 0.4471
CSID 6 0.0146 0.71 0.03 0.27 0.70 0.03 0.94 0.8092 0.3716
CKID 6 0.0156 0.76 0.18 0.00 0.82 0.14 0.68 0.6907 0.4046
MSID 6 0.0238 0.77 0.21 0.28 0.51 0.07 0.72 0.8425 0.3550
MKID 6 0.0832 0.95 0.16 0.50 0.34 0.64 0.20 0.5305 0.3331
HMKIR 6 0.0208 0.71 0.20 0.01 0.80 0.19 0.61 0.7753 0.4643
HMMIR 6 0.00792 0.79 0.47 0 .01 0.52 0.10 0.43 0.8029 0.3797
CKIR 6 0.00289 0.43 0.19 0.59 0.22 0.22 0.59 1.4025 0.4832
CMIR 6 2.0679 0.65 0.04 0.12 0.84 0.01 0.95 0.6799 0.3321
MKIR 6 0.00339 0.86 0.04 0.02 0.94 0.01 0.95 0.4400 0.2300
MMIR 6 8.9090 0.59 0.14 0.33 0.54 0.04 0.82 0.8848 0.3771
XSW 6 0.00549 0.73 0.55 0.25 0.20 0. 11 0.34 0.6490 0.3678
MSW 6 0.000968 0.93 0.40 0.00 0.60 0.03 0.57 0.2268 0.1222
XKW 6 0.000990 0.97 0.28 0.02 0.70 0.06 0.66 0.2949 0.1492
MKW 6 0.0114 0.76 0.73 0.07 0.20 0.01 0.26 1.3259 0.5900
XRW 6 0.00462 0.96 0.60 0.02 0.38 0.05 0.35 0.3859 0.2139
MRW 6 0.0484 0.24 0.02 0.51 0.48 0.03 0.95 1.1153 0.5338
XMW 6 0.000286 1.00 0.14 0.01 0.85 0.01 0.84 0.0938 0.0474
MMW 6 0.00480 0.92 0.03 0.10 0.87 0.01 0.95 0.4003 0.1980
301

Lampiran 10. Program Peramalan Variabel Eksogen dan Peramalan Tahap Awal
Variabel Endogen dalam Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati
dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun 2012-2025

OPTIONS nodate nonumber;


DATA TESIS;
SET ANALISIS;
run;

PROC FORECAST DATA=TESIS


outdata method=STEPAR trend=2 lead=17 OUT=EXSO;
id TAHUN;
var
TREN HCOW HCOW MXSRW MSRW XKRW MKRW XRRW MRRW XMRW MMRW TSBI
USPI HCPI LASIN LASIS LASIR ERI PESI ENDSTOKSI IPI POPI ERM
PESM PRODSM STOKSM CSM ERB PEKB PRODKB STOKKB POPB PEMA ERA
PRODKA PRODMA STOKKA STOKMA IPA POPA SEKUSA SERUSA TMRUSA
PRODKUSA PRODRUSA STOKKUSA STOKRUSA POPUSA IPUSA PRODRCD
STOKRCD POPCD SERCD TMSP ERP IPP POPP TMMMS ERMS PRODMMS POPMS
TMKEU TMMEU TMSEU TMREU EREU IPEU POPEU PRODMEU TMSC TMKC TMRC
ERC IPC POPC PRODRC TMKID TMSID PRODKID ERID IPID POPID TMKIR
TMMIR ERIR PRODKIR PRODMIR POPIR

HSW HKW HRW HMW LASMIN LASMIS LASMIR YIESIN YIESIS YIESIR HDSI
HESI XSI CSI HESM XSM HEKB HDKB XKB CKB HEKA HDKA HEMA HDMA
CKA XKA CMA XMA HEKUSA HERUSA HMRUSA HDKUSA HDRUSA XKUSA XRUSA
MRUSA CKUSA CRUSA HERCD HDRCD XRCD CRCD HMSP CSP MSP HMMMS
MMMS CMMS HMKEU HMSEU HMREU HMMEU CKEU CSEU CREU CMEU MKEU
MSEU MREU MMEU HMSC HMKC HMRC CSC CKC CRC MSC MKC MRC HMSID
HMKID CSID CKID MSID MKID HMKIR HMMIR CKIR CMIR MKIR MMIR;
RUN;

PROC PRINT DATA=EXSO (FIRSTOBS=25);


RUN;

DATA RAMAL1;
SET EXSO;

if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HSW=1;


if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HKW=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HRW=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HMW=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN LASMIN=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN LASMIS=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN LASMIR=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN YIESIN=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN YIESIS=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN YIESIR=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HDSI=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HESI=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CSI=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN XSI=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HESM=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN XSM=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HEKB=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HDKB=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN XKB=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CKB=1;
302

Lampiran 10. Lanjutan

if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HEKA=1;


if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HDKA=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CKA=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN XKA=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HEMA=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HDMA=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CMA=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN XMA=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HEKUSA=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HERUSA=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HMRUSA=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HDKUSA=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HDRUSA=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN XKUSA=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN XRUSA=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN MRUSA=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CKUSA=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CRUSA=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HERCD=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HDRCD=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN XRCD=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CRCD=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HMSP=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CSP=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN MSP=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HMMMS=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CMMS=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN MMMS=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HMKEU=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HMSEU=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HMREU=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HMMEU=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CKEU=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CSEU=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CREU=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CMEU=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN MKEU=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN MSEU=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN MREU=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN MMEU=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HMSC=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HMKC=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HMRC=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CSC=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CKC=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CRC=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN MSC=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN MKC=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN MRC=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HMSID=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HMKID=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CSID=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CKID=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN MSID=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN MKID=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HMKIR=1;
303

Lampiran 10. Lanjutan

if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN HMMIR=1;


if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CKIR=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN CMIR=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN MKIR=1;
if TAHUN > 2008 AND _TYPE_='FORECAST' THEN MMIR=1;

RUN;

PROC PRINT DATA=RAMAL1;


RUN;

DATA ENDOG;
SET RAMAL1;

LLASIN = LAG(LASIN); LLASIS = LAG(LASIS); LASIR = LAG(LASIR);


L3LASIN = LAG3(LASIN);L3LASIS = LAG3(LASIS);L3LASIR =LAG3(LASIR);
LHCPI = LAG(HCPI); LUSPI = LAG(USPI); LSDSI = LAG(SDSI);
STOKSI = LAG(ENDSTOKSI); LLASMIN = LAG(LASMIN);
LLASMIS = LAG(LASMIS); LLASMIR = LAG(LASMIR);
LYIESIN = LAG(YIESIN); LYIESIS = LAG(YIESIS);
LYIESIR = LAG(YIESIR); DLASMIN = LASMIN-LLASMIN;
DLASMIS = LASMIS-LLASMIS; DLASMIR = LASMIR-LLASMIR;
RSDSICSI = SDSI/CSI*100; RCSDSI = CSI/SDSI*100;
RLASMSIN = DLASMIN/LASIN*100; RLASMSIS = DLASMIS/LASIS*100;
RLASMSIR = DLASMIR/LASIR*100; RUSPI = (USPI-LUSPI)/LUSPI*100;
RHCPI = (HCPI-LHCPI)/LHCPI*100; RSDSI = (SDSI-LSDSI)/LSDSI;
RCSI = (CSI-LCSI)/LCSI; RXSI = (XSI-LXSI)/LXSI;
RRSDSIRCSI = RSDSI/RCSI; DSDSICSI = SDSI-CSI;
RTSDSI = (PRODSI+STOKSI)/(XSI+CSI); RHCOW = (HCOW-LHCOW)/LHCOW;
RHESI = (HESI-LHESI)/LHESI; RHDSI = (HDSI-LHDSI)/LHDSI;
RHMMKIR = HMMIR/HMKIR; RHMSID = (HMSID-LHMSID)/LHMSID;
RCSID = (CSID-LCSID)/LCSID; RRHMSIDRCSID = RHMSID/RCSID;
RHMMMS = (HMMMS-LHMMMS)/LHMMMS; RHMSP = (HMSP-LHMSP)/LHMSP;
RCSP = (CSP-LCSP)/LCSP; RHERCD = (HERCD-LHERCD)/LHERCD;
RHDRUSAHCOW = HDRUSA/HCOW; RHDKUSAHCOW = HDKUSA/HCOW;
RHEKUSA = (HEKUSA-LHEKUSA)/LHEKUSA;
RHEDKUSA = HEKUSA/HDKUSA; RHDMKA = HDMA/HDKA;
RHDKA = (HDKA-LHDKA)/LHDKA; RHDKB = (HDKB-LHDKB)/LHDKB;
RRHDKBRHCOW = RHDKB/RHCOW; RCMMS = (CMMS-LCMMS)/LCMMS;
RHDKRUSA = HDKUSA/HDRUSA;
LPOPI = LAG(POPI);LHCOW = LAG(HCOW);LCSI = LAG(CSI);LXSI=LAG(XSI);
LXSM = LAG(XSM); LMSC = LAG(MSC); LMSEU = LAG(MSEU);
LMSID = LAG(MSID);LMSP = LAG(MSP); LCSC = LAG(CSC);
LCSEU = LAG(CSEU);LCSID = LAG(CSID);LCSP = LAG(CSP);
LHSW = LAG(HSW); LHESI = LAG(HESI); LHESM = LAG(HESM);
LHDSI = LAG(HDSI); LHMSC = LAG(HMSC); LHMSEU = LAG(HMSEU);
LHMSID= LAG(HMSID); LHMSP = LAG(HMSP); LXKA = LAG(XKA);
LXKB = LAG(XKB); LXKUSA = LAG(XKUSA); LMKC = LAG(MKC);
LMKID = LAG(MKID); LMKEU = LAG(MKEU); LMKIR = LAG(MKIR);
LCKA = LAG(CKA); LCKB = LAG(CKB); LCKUSA= LAG(CKUSA);
LCKC = LAG(CKC); LCKID = LAG(CKID); LCKEU = LAG(CKEU);
LCKIR = LAG(CKIR); LHKW = LAG(HKW); LHEKA = LAG(HEKA);
LHEKB = LAG(HEKB); LHEKUSA = LAG(HEKUSA); LHMKC = LAG(HMKC);
LHMKID = LAG(HMKID); LHMKEU = LAG(HMKEU); LHMKIR = LAG(HMKIR);
LXRCD = LAG(XRCD); LXRUSA = LAG(XRUSA); LMRUSA = LAG(MRUSA);
LMREU = LAG(MREU); LMRC = LAG(MRC); LCRCD = LAG(CRCD);
304

Lampiran 10. Lanjutan

LCRUSA = LAG(CRUSA); LCREU = LAG(CREU); LCRC = LAG(CRC);


LHRW = LAG(HRW); LHERCD = LAG(HERCD);
LHERUSA = LAG(HERUSA); LHMRUSA= LAG(HMRUSA);
LHDRUSA = LAG(HDRUSA); LHDKUSA= LAG(HDKUSA); LHMREU = LAG(HMREU);
LHMRC = LAG(HMRC); LXMA = LAG(XMA); LMMEU = LAG(MMEU);
LMMMS = LAG(MMMS); LMMIR = LAG(MMIR); LCMA = LAG(CMA);
LCMEU = LAG(CMEU); LCMMS = LAG(CMMS); LCMIR = LAG(CMIR);
LHMW = LAG(HMW); LHEMA = LAG(HEMA); LHMMEU = LAG(HMMEU);
LHMMMS = LAG(HMMMS); LHMMIR = LAG(HMMIR); LHDKB = LAG(HDKB);
LHDKA = LAG(HDKA); LHDMA = LAG(HDMA); LHDRCD = LAG(HDRCD);
PRODSI = LASMIN*YIESIN+LASMIS*YIESIS+LASMIR*YIESIR;
XSW = XSI+XSM+XSRW; XKW = XKA+XKB+XKUSA+XKRW;
XRW = XRCD+XRUSA+XRRW; XMW = XMA+XMRW;
MSW = MSC+MSEU+MSID+MSP+MSRW;
MKW = MKC+MKID+MKEU+MKIR+MKRW;
MRW = MRUSA+MREU+MRC+MRRW;
MMW = MMEU+MMMS+MMIR+MMRW;
SDSI = STOKSI+PRODSI-XSI; SXSI = STOKSI+PRODSI-CSI;
SDKB = STOKKB+PRODKB-XKB; SDKA = STOKKA+PRODKA-XKA;
SDMA = STOKMA+PRODMA-XMA;
SDKUSA = STOKKUSA+PRODKUSA-XKUSA;
SDRUSA = STOKRUSA+PRODRUSA+MRUSA-XRUSA;
RUN;

PROC SIMNLIN DATA=ENDOG DYNAMIC SIMULATE OUT=N_ENDO;

ENDOGENOUS
HSW HKW HRW HMW LASMIN LASMIS LASMIR YIESIN YIESIS YIESIR HDSI
HESI CSI XSI HESM XSM HEKB HDKB CKB XKB HEKA HDKA HEMA HDMA CKA
CMA XKA XMA HEKUSA HERUSA HMRUSA HDRUSA HDKUSA MRUSA CKUSA CRUSA
XKUSA XRUSA HERCD HDRCD CRCD XRCD HMSP CSP MSP HMMMS CMMS MMMS
HMKEU HMSEU HMREU HMMEU CKEU CSEU CREU CMEU MKEU MSEU MREU MMEU
HMSC HMKC HMRC CSC CKC CRC MSC MKC MRC HMSID HMKID CSID CKID MSID
MKID HMKIR HMMIR CKIR CMIR MKIR MMIR SDSI SXSI PRODSI XSW MSW XKW
MKW XRW MRW XMW MMW SDKB SDKA SDMA SDKUSA SDRUSA

RHCOW RHMMKIR RXSI RHDSI RHESI RCSID RHMSID RRHMSIDRCSID RHMMMS


RCMMS RHMSP RCSP RHERCD RHDRUSAHCOW RHEKUSA RHEDKUSA RHDKRUSA
RHDMKA RHDKA RHDKB RRHDKBRHCOW LCSI LXSI LLASMIN LLASMIS LLASMIR
LXSM LMSC LMSEU LMSID LMSP LCSC LCSEU LCSID LCSP LHSW LHESI LHESM
LHDSI LHMSC LHMSEU LHMSID LHMSP LXKA LXKB LXKUSA LMKC LMKID LMKEU
LMKIR LCKA LCKB LCKUSA LCKC LCKID LCKEU LCKIR LHKW LHEKA LHEKB
LHEKUSA LHMKC LHMKID LHMKEU LHMKIR LXRCD LXRUSA LMRUSA LMREU LMRC
LCRCD LCRUSA LCREU LCRC LHRW LHERCD LHERUSA LHMRUSA LHDRUSA
LHDKUSA LHMREU LHMRC LXMA LMMEU LMMMS LMMIR LCMA LCMEU LCMMS LCMIR
LHMW LHEMA LHMMEU LHMMMS LHMMIR LHDKB LHDKA LHDMA LHDRCD;

EXOGENOUS
TREN HCOW XSRW MSRW XKRW MKRW XRRW MRRW XMRW MMRW TSBI USPI HCPI
ERI PESI STOKSI LPOPI LASIN LASIS LASIR ERM PESM PRODSM STOKSM CSM
ERB PEKB PRODKB STOKKB POPB PEMA ERA PRODKA PRODMA STOKKA STOKMA
IPA POPA SEKUSA SERUSA TMRUSA PRODKUSA PRODRUSA STOKKUSA STOKRUSA
POPUSA IPUSA PRODRCD STOKRCD POPCD SERCD TMSP ERP IPP POPP TMMMS
ERMS PRODMMS POPMS TMKEU TMMEU TMSEU TMREU EREU IPEU POPEU TMKC
TMSC TMRC ERC IPC POPC PPRODRC TMSID TMKID PRODKID ERID IPID
POPID TMMIR TMKIR ERIR PRODKIR PRODMIR IPIR POPIR;
305

Lampiran 10. Lanjutan

PARM

B0 241.8316 B1 -0.02120 B2 0.023313 B3 0.474437


C0 182.7619 C1 -0.03417 C2 0.051413 C3 0.487471
D0 143.6909 D1 -0.01026 D2 0.062441 D3 0.539133
E0 380.0096 E1 -0.15911 E2 0.243896
I0 0.089329 I1 -1.12078 I2 0.858698
J0 243.9014 J1 0.116390 J2 -0.21126 J3 -0.43739 J4 0.804695
K0 72.46956 K1 0.013851 K2 -0.24278 K3 0.778981
L0 0.000224 L1 -0.00153 L2 -0.00406 L3 0.992763
M0 0.001040 M1 -0.00015 M2 0.88328
N0 0.000087 N1 0.000197 N2 -0.00817 N3 -0.00149 N4 0.584751
O0 4.662357 O1 0.157079 O2 -464.243 O3 0.300709
P0 0.745129 P1 -0.00176 P2 -11.0698 P3 0.167411
Q0 1.405829 Q1 -453.433 Q2 -57.9413 Q3 0.008254 Q4 0.896068
R0 -3450.09 R1 -0.05438 R2 961.7034 R3 23.42292 R4 0.695843
S0 15.75933 S1 0.855158 S2 -14.0676 S3 -0.00528 S4 0.244956
T0 0.069857 T1 -6.67733 T2 0.812459 T3 0.388918 T4 0.465425
U0 351.7565 U1 0.110846 U2 -6.46154 U3 -3.66984 U4 0.454223
V0 0.507638 V1 -0.14320 V2 0.169727
W0 -723.471 W1 0.229701 W2 -0.41627 W3 100.4155 W4 0.440950
W5 0.116749
X0 -903.105 X1 -0.19697 X2 -2.17634 X3 11.50532 X4 0.683214
Y0 39.59796 Y1 0.870944 Y2 -4.28929 Y3 -0.01236 Y4 0.066310
Z0 127.8220 Z1 0.104366 Z2 -2.90880 Z3 0.521371
AA0 -2039.83 AA1 -41.4378 AA2 131.3494 AA3 66.68074
AB0 0.163538 AB1 -0.41667 AB2 10.76324 AB3 0.909194
AC0 107.3276 AC1 0.550047 AC2 0.183935
AD0 0.162831 AD1 -0.32333 AD2 0.399137 AD3 0.621045
AE0 -225.772 AE1 5.172079 AE2 6.433590
AF0 -27.2357 AF1 0.065140 AF2 -0.22921 AF3 -2.04815 AF4 0.794059
AF5 0.011916
AG0 343.4989 AG1 0.457125 AG2 2.036429
AH0 0.855283 AH1 8.448790 AH2 -0.42908
AI0 0.680184 AI1 7.412285
CG0 0.519024 CG1 -0.12344 CG2 0.206917
CH0 7.249052 CH1 1.065817 CH2 0.013472 CH3 -0.02424 CH4 0.066539
AJ0 441.8021 AJ1 65.10564 AJ2 -0.27971 AJ3 0.077960
AK0 0.066989 AK1 -0.05650 AK2 0.431599
AL0 56.36600 AL1 -0.05946 AL2 -0.52080 AL3 0.644072 AL4 0.230138
AM0 -70.3891 AM1 0.709185 AM2 25.79298
AN0 -3516.09 AN1 -0.79295 AN2 -6.57461 AN3 0.299084 AN4 16.70166
AO0 0.636471 AO1 0.079828 AO2 -0.15465 AO3 0.542992
CE0 0.990814 CE1 -0.00435 CE2 0.015832 CE3 0.063175
AP0 5.123725 AP1 -0.32645 AP2 0.583089 AP3 0.414745
AQ0 -169.133 AQ1 -0.00666 AQ2 4.062721 AQ3 1.131358 AQ4 0.797579
AR0 0.689993 AR1 0.334226
AS0 -799.987 AS1 -0.30548 AS2 12.74509 AS3 0.433641
AT0 2310.386 AT1 -0.13369 AT2 -9.75469 AT3 -39.9513 AT4 784.9596
AT5 0.463356
AU0 0.359474 AU1 7.690904 AU2 0.345766
AV0 353.3033 AV1 -2.37764 AV2 -27.9014 AV3 82.52237
AW0 216.4328 AW1 -0.00951 AW2 -14.3876 AW3 0.112771 AW4 0.369714
AX0 175.0135 AX1 0.563480 AX2 4.251363
AY0 133.9674 AY1 0.746373 AY2 1.444464
AZ0 0.798185 AZ1 7.037101
306

Lampiran 10. Lanjutan

BA0 336.7428 BA1 0.486808 BA2 2.017002


BB0 -0.77048 BB1 0.615640 BB2 0.503863 BB3 1400.688 BB4 0.026403
BB5 0.374336
BC0 -825.988 BC1 -732.909 BC2 0.478277 BC3 0.118464
BD0 -10473.3 BD1 -1.76015 BD2 1.236793 BD3 590.7302 BD4 0.040975
BD5 24.40434 BD6 0.604560
BE0 -5268.47 BE1 -0.59224 BE2 0.768582 BE3 15.21893 BE4 10.89263
BE5 0.908926
BF0 -0.30298 BF1 -91.3233 BF2 0.702171
BG0 -0.23946 BG1 0.399460 BG2 0.871883
BH0 154.2939 BH1 -0.72911 BH2 0.986633
BI0 30.12616 BI1 -0.18123 BI2 -0.30879 BI3 0.761962 BI4 0.650198
BJ0 -13375.0 BJ1 -2.99543 BJ2 0.175097 BJ3 1.794438 BJ4 145.2790
BJ5 1.223164 BJ6 3.447816
BK0 -1707.87 BK1 -0.16965 BK2 0.014549 BK3 1.844396 BK4 0.796551
BL0 0.854980 BL1 2.071625
BM0 264.6960 BM1 0.494498 BM2 0.215192
BN0 127.0903 BN1 0.605879 BN2 3.956275
BO0 -6128.81 BO1 -0.00352 BO2 0.257495 BO3 0.114741 BO4 6.436799
BO5 0.362579
BP0 -0.29663 BP1 0.346245 BP2 0.593307
BQ0 41.04146 BQ1 -0.02139 BQ2 -0.44848 BQ3 0.457126 BQ4 0.288498
BR0 274.0120 BR1 -0.12175 BR2 1.029408
BS0 10490.41 BS1 -91.5287 BS2 -180.130 BS3 -70.7774
BT0 42.28541 BT1 0.665738 BT2 23.18987 BT3 0.218731
BU0 0.748755 BU1 5.162068
BV0 -10086.8 BV1 -1.17667 BV2 0.756096 BV3 11.43984
BW0 -4107.24 BW1 -0.68285 BW2 0.414404 BW3 57.07257 BW4 1.570795
BW5 0.716798
BX0 64.95581 BX1 -0.07863 BX2 -0.96035 BX3 0.986032
BY0 0.870527 BY1 2.671920
BZ0 0.295125 BZ1 5.422256 BZ2 0.465672
CA0 -0.22872 CA1 0.132785 CA2 4.461250 CA3 0.623417
CB0 -839.868 CB1 -12.2172 CB2 13.86352 CB3 2.248393 CB4 0.497034
CC0 -0.06288 CC1 -1.07570 CC2 1.106310 CC3 0.086497
CD0 -0.00270 CD1 -0.92889 CD2 1.144923
;

HSW = B0+B1*XSW+B2*MSW+B3*LHSW;
HKW = C0+C1*XKW+C2*MKW+C3*LHKW;
HRW = D0+D1*XRW+D2*MRW+D3*LHRW;
HMW = E0+E1*XMW+E2*MMW;
LASMIN = I0*LHESI+I1*RHCPI+I2*L3LASIN;
LASMIS = J0+J1*LHESI+J2*RHCPI+J3*USPI+J4*L3LASIS;
LASMIR = K0+K1*LHDSI+K2*USPI+K3*LLASIR;
YIESIN = L0*HESI+L1*RHCPI+L2*DLASMIN+L3*LYIESIN;
YIESIS = M0*HESI+M1*DLASMIS+M2*LYIESIS;
YIESIR = N0*HDSI+N1*LHDSI+N2*RHCPI+N3*DLASMIR+N4*LYIESIR;
HDSI = O0*HESI+O1*ERI+O2*RTSDSI+O3*LHDSI;
HESI = P0*HSW+P1*ERI+P2*RXSI+P3*LHESI;
XSI = Q0*HESI+Q1*RHDSI+Q2*PESI+Q3*ERI+Q4*SXSI;
CSI = R0+R1*HDSI+R2*RHCOW+R3*POPI+R4*LCSI;
HESM = S0+S1*HSW+S2*ERM+S3*XSM+S4*LHESM;
XSM = T0*HESM+T1*PESM+T2*STOKSM+T3*PRODSM+T4*LXSM;
HEKB = U0+U1*HKW+U2*ERB+U3*PEKB+U4*LHEKB;
HDKB = V0*HEKB+V1*SDKB+V2*CKB;
307

Lampiran 10. Lanjutan

XKB = W0+W1*HEKB+W2*HDKB+W3*ERB+W4*PRODKB+W5*LXKB;
CKB = X0+X1*HDKB+X2*RRHDKBRHCOW+X3*POPB+X4*LCKB;
HEKA = Y0+Y1*HKW+Y2*ERA+Y3*XKA+Y4*LHEKA;
HDKA = Z0+Z1*HEKA+Z2*RSDCKA+Z3*LHDKA;
CKA = AA0+AA1*RHDKA+AA2*RHCOW+AA3*POPA;
XKA = AB0*HEKA+AB1*HDKA+AB2*ERA+AB3*PRODKA;
HEMA = AC0+AC1*HMW+AC2*LHEMA;
HDMA = AD0*HEMA+AD1*SDMA+AD2*CMA+AD3*LHDMA;
CMA = AE0*RHDMKA+AE1*HCOW+AE2*POPA;
XMA = AF0+AF1*HEMA+AF2*HDMA+AF3*PEMA+AF4*PRODMA+AF5*LXMA;
HEKUSA = AG0+AG1*HKW+AG2*SEKUSA;
HERUSA = AH0*HRW+AH1*SERUSA+AH2*XRUSA;
HMRUSA = AI0*HRW+AI1*TMRUSA;
HDKUSA = CG0*HEKUSA+CG1*SDKUSA+CG2*CKUSA;
HDRUSA = CH0+CH1*HERUSA+CH2*HMRUSA+CH3*SDRUSA+CH4*CRUSA;
XKUSA = AJ0+AJ1*RHEKUSA+AJ2*HDKUSA+AJ3*PRODKUSA;
XRUSA = AK0*HERUSA+AK1*HDRUSA+AK2*PRODRUSA;
MRUSA = AL0+AL1*HMRUSA+AL2*STOKRUSA+AL3*CRUSA+AL4*LMRUSA;
CKUSA = AM0*RHDKUSAHCOW+AM1*HDRUSA+AM2*POPUSA;
CRUSA = AN0+AN1*HDRUSA+AN2*RHDRUSAHCOW+AN3*HDKUSA+AN4*POPUSA;
HERCD = AO0*HRW+AO1*SERCD+AO2*XRCD+AO3*LHERCD;
HDRCD = CE0*HERCD+CE1*PRODRCD+CE2*CRCD+CE3*LHDRCD;
XRCD = AP0*RHERCD+AP1*HDRCD+AP2*PRODRCD+AP3*LXRCD;
CRCD = AQ0+AQ1*HDRCD+AQ2*HCOW+AQ3*POPCD+AQ4*LCRCD;
HMSP = AR0*HSW+AR1*LHMSP;
CSP = AS0+AS1*HMSP+AS2*POPP+AS3*LCSP;
MSP = AT0+AT1*HMSP+AT2*ERP+AT3*TMSP+AT4*RCSP+AT5*LMSP;
HMMMS = AU0*HMW+AU1*TMMMS+AU2*LHMMMS;
MMMS = AV0+AV1*RHMMMS+AV2*ERMS+AV3*RCMMS;
CMMS = AW0+AW1*HMMMS+AW2*ERMS+AW3*POPMS+AW4*LCMMS;
HMKEU = AX0+AX1*HKW+AX2*TMKEU;
HMSEU = AY0+AY1*HSW+AY2*TMSEU;
HMREU = AZ0*HRW+AZ1*TMREU;
HMMEU = BA0+BA1*HMW+BA2*TMMEU;
CKEU = BB0*HMKEU+BB1*HMREU+BB2*HMMEU+BB3*RHCOW+BB4*IPEU
+BB5*LCKEU;
CMEU = BC0+BC1*RHMMREU+BC2*HMKEU+BC3*IPEU;
CSEU = BD0+BD1*HMSEU+BD2*HMMEU+BD3*RHCOW+BD4*IPEU+BD5*POPEU
+BD6*LCSEU;
CREU = BE0+BE1*HMREU+BE2*HMSEU+BE3*HCOW+BE4*POPEU+BE5*LCREU;
MKEU = BF0*HMKEU+BF1*EREU+BF2*CKEU;
MSEU = BG0*HMSEU+BG1*CSEU+BG2*LMSEU;
MREU = BH0+BH1*HMREU+BH2*CREU;
MMEU = BI0+BI1*HMMEU+BI2*PRODMEU+BI3*CMEU+BI4*LMMEU;
HMSC = BL0*HSW+BL1*TMSC;
HMKC = BM0+BM1*HKW+BM2*TMKC;
HMRC = BN0+BN1*HRW+BN2*TMRC;
CSC = BJ0+BJ1*HMSC+BJ2*HMKC+BJ3*HMRC+BJ4*HCOW+BJ5*IPC
+BJ6*POPC;
CKC = BK0+BK1*HMKC+BK2*IPC+BK3*POPC+BK4*LCKC;
CRC = BO0+BO1*HMRC+BO2*HMKC+BO3*IPC+BO4*POPC+BO5*LCRC;
MKC = BP0*HMKC+BP1*CKC+BP2*LMKC;
MRC = BQ0+BQ1*HMRC+BQ2*PRODRC+BQ3*CRC+BQ4*LMRC;
MSC = BR0+BR1*HMSC+BR2*CSC;
HMSID = BT0+BT1*HSW+BT2*RCSID+BT3*LHMSID;
HMKID = BU0*HKW+BU1*TMKID;
308

Lampiran 10. Lanjutan

CSID = BV0+BV1*HMSID+BV2*IPID+BV3*POPID;
CKID = BW0+BW1*HMKID+BW2*HMSID+BW3*HCOW+BW4*POPID+BW5*LCKID;
MSID = BS0+BS1*RRHMSIDRCSID+BS2*TMSID+BS3*ERID;
MKID = BX0+BX1*HMKID+BX2*PRODKID+BX3*CKID;
HMKIR = BY0*HKW+BY1*TMKIR;
HMMIR = BZ0*HMW+BZ1*TMMIR+BZ2*LHMMIR;
CKIR = CA0*HMKIR+CA1*HMMIR+CA2*POPIR+CA3*LCKIR;
CMIR = CB0+CB1*RHMMKIR+CB2*HCOW+CB3*POPIR+CB4*LCMIR;
MKIR = CC0*HMKIR+CC1*PRODKIR+CC2*CKIR+CC3*LMKIR;
MMIR = CD0*HMMIR+CD1*PRODMIR+CD2*CMIR;
PRODSI = LASMIN*YIESIN+LASMIS*YIESIS+LASMIR*YIESIR;
XSW = XSI+XSM+XSRW;
XKW = XKA+XKB+XKUSA+XKRW;
XRW = XRCD+XRUSA+XRRW;
XMW = XMA+XMRW;
MSW = MSC+MSEU+MSID+MSP+MSRW;
MKW = MKC+MKID+MKEU+MKIR+MKRW;
MRW = MRUSA+MREU+MRC+MRRW;
MMW = MMEU+MMMS+MMIR+MMRW;
SDSI = STOKSI+PRODSI-XSI;
SXSI = STOKSI+PRODSI-CSI;
SDKB = STOKKB+PRODKB-XKB;
SDKA = STOKKA+PRODKA-XKA;
SDMA = STOKMA+PRODMA-XMA;
SDKUSA = STOKKUSA+PRODKUSA-XKUSA;
SDRUSA = STOKRUSA+PRODRUSA+MRUSA-XRUSA;

RHCOW = (HCOW-LHCOW)/LHCOW;
RHESI = (HESI-LHESI)/LHESI;
RHDSI = (HDSI-LHDSI)/LHDSI;
RHMMKIR = HMMIR/HMKIR;
RHMSID = (HMSID-LHMSID)/LHMSID;
RCSID = (CSID-LCSID)/LCSID;
RRHMSIDRCSID = RHMSID/RCSID;
RHMMMS = (HMMMS-LHMMMS)/LHMMMS;
RHMSP = (HMSP-LHMSP)/LHMSP;
RCSP = (CSP-LCSP)/LCSP;
RHERCD = (HERCD-LHERCD)/LHERCD;
RHDRUSAHCOW = HDRUSA/HCOW;
RHDKUSAHCOW = HDKUSA/HCOW;
RHEKUSA = (HEKUSA-LHEKUSA)/LHEKUSA;
RHEDKUSA = HEKUSA/HDKUSA;
RHDMKA = HDMA/HDKA;
RHDKA = (HDKA-LHDKA)/LHDKA;
RHDKB = (HDKB-LHDKB)/LHDKB;
RRHDKBRHCOW = RHDKB/RHCOW;
RCMMS = (CMMS-LCMMS)/LCMMS;
RHDKRUSA = HDKUSA/HDRUSA;
RSDSI = (SDSI-LSDSI)/LSDSI;
RCSI = (CSI-LCSI)/LCSI; RXSI = (XSI-LXSI)/LXSI;
RRSDSIRCSI = RSDSI/RCSI; RSDSICSI = SDSI/CSI*100;
RCSDSI = CSI/SDSI*100; DSDSICSI = SDSI-CSI;
DLASMIN = LASMIN-LLASMIN; DLASMIS = LASMIS-LLASMIS;
DLASMIR = LASMIR-LLASMIR; RLASMSIN = DLASMIN/LASIN*100;
RLASMSIS = DLASMIS/L3LASIS*100; RLASMSIR = DLASMIR/LASIR*100;
RTSDSI = (PRODSI+STOKSI)/(XSI+CSI);
309

Lampiran 10. Lanjutan

LLASMIN = LAG(LASMIN); LLASMIS = LAG(LASMIS);


LLASMIR = LAG(LASMIR); LYIESIN = LAG(YIESIN);
LYIESIS = LAG(YIESIS); LYIESIR = LAG(YIESIR);
LCSI = LAG(CSI); LXSI = LAG(XSI);
LHCOW = LAG(HCOW) LCSI = LAG(CSI); LXSI=LAG(XSI);
LXSM = LAG(XSM); LMSC = LAG(MSC); LMSEU = LAG(MSEU);
LMSID = LAG(MSID) LMSP = LAG(MSP); LCSC = LAG(CSC);
LCSEU = LAG(CSEU); LCSID = LAG(CSID); LCSP = LAG(CSP);
LHSW = LAG(HSW); LHESI = LAG(HESI); LHESM = LAG(HESM);
LHDSI = LAG(HDSI); LHMSC = LAG(HMSC); LHMSEU = LAG(HMSEU);
LHMSID = LAG(HMSID); LHMSP = LAG(HMSP); LXKA = LAG(XKA);
LXKB = LAG(XKB); LXKUSA = LAG(XKUSA); LMKC = LAG(MKC);
LMKID = LAG(MKID); LMKEU = LAG(MKEU); LMKIR = LAG(MKIR);
LCKA = LAG(CKA); LCKB = LAG(CKB); LCKUSA= LAG(CKUSA);
LCKC = LAG(CKC); LCKID = LAG(CKID); LCKEU = LAG(CKEU);
LCKIR = LAG(CKIR); LHKW = LAG(HKW); LHEKA = LAG(HEKA);
LHEKB = LAG(HEKB); LHEKUSA = LAG(HEKUSA);
LHMKC = LAG(HMKC); LHMKID = LAG(HMKID);
LHMKEU = LAG(HMKEU); LHMKIR = LAG(HMKIR); LXRCD = LAG(XRCD);
LXRUSA = LAG(XRUSA); LMRUSA = LAG(MRUSA); LMREU = LAG(MREU);
LMRC = LAG(MRC); LCRCD = LAG(CRCD);
LCRUSA = LAG(CRUSA); LCREU = LAG(CREU); LCRC = LAG(CRC);
LHRW = LAG(HRW); LHERCD = LAG(HERCD);
LHERUSA = LAG(HERUSA); LHMRUSA= LAG(HMRUSA);
LHDRUSA = LAG(HDRUSA); LHDKUSA= LAG(HDKUSA); LHMREU = LAG(HMREU);
LHMRC = LAG(HMRC); LXMA = LAG(XMA); LMMEU = LAG(MMEU);
LMMMS = LAG(MMMS); LMMIR = LAG(MMIR); LCMA = LAG(CMA);
LCMEU = LAG(CMEU); LCMMS = LAG(CMMS); LCMIR = LAG(CMIR);
LHMW = LAG(HMW); LHEMA = LAG(HEMA); LHMMEU = LAG(HMMEU);
LHMMMS = LAG(HMMMS); LHMMIR = LAG(HMMIR); LHDKB = LAG(HDKB);
LHDKA = LAG(HDKA); LHDMA = LAG(HDMA); LHDRCD = LAG(HDRCD);

RANGE TAHUN 2009 TO 2025;


RUN;

PROC PRINT DATA=N_ENDO;


id Tahun;
VAR
HSW HKW HRW HMW LASMIN LASMIS LASMIR YIESIN YIESIS
YIESIR HDSI HESI CSI XSI HESM XSM HEKB HDKB CKB XKB
HEKA HDKA HEMA HDMA CKA CMA XKA XMA HEKUSA HERUSA
HMRUSA HDRUSA HDKUSA MRUSA CKUSA CRUSA XKUSA XRUSA
HERCD HDRCD CRCD XRCD HMSP CSP MSP HMMMS CMMS MMMS
HMKEU HMSEU HMREU HMMEU CKEU CSEU CREU CMEU MKEU MSEU
MREU MMEU HMSC HMKC HMRC CSC CKC CRC MSC MKC MRC HMSID
HMKID CSID CKID MSID MKID HMKIR HMMIR CKIR CMIR MKIR
MMIR SDSI SXSI PRODSI XSW MSW XKW MKW XRW MRW XMW MMW
SDKB SDKA SDMA SDKUSA SDRUSA
;

RUN;
310

Lampiran 11. Hasil Peramalan Variabel Eksogen dan Peramalan Tahap Awal
Variabel Endogen dalam Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati
dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun 2012-2025
Variabel 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Eksogen POPI 240.33 243.20 246.05 248.89 251.72 254.54 257.36


Eksogen HCPI 3219.08 3242.15 3308.36 3381.03 3440.05 3489.41 3539.10
Eksogen USPI 734.67 742.63 749.00 754.51 759.54 764.30 768.93
Eksogen LASIN 780.62 727.85 791.18 814.46 812.93 832.57 831.36
Eksogen LASIS 3852.85 3964.60 4081.58 4202.61 4326.76 4453.32 4581.73
Eksogen LASIR 3044.57 3102.60 3167.15 3237.24 3312.05 3390.88 3473.15
Eksogen PRODSI 20901.42 21404.00 21899.41 22507.18 23159.64 23747.96 24505.10
Eksogen STOKSI 1506.14 1560.75 1615.36 1669.97 1724.58 1779.19 1833.80
Eksogen PESI 10.01 10.34 10.56 10.72 10.83 10.93 11.01
Eksogen ERI 11048.28 11216.60 11337.96 11437.63 11527.29 11612.31 11695.19
Eksogen PRODSM 18589.14 19008.19 19461.24 19937.52 20429.67 20932.66 21443.05
Eksogen STOKSM 1736.20 1781.74 1827.28 1872.82 1918.36 1963.90 2009.44
Eksogen ERM 3.27 3.28 3.27 3.26 3.24 3.22 3.20
Eksogen POPA 41.59 42.03 42.48 42.92 43.35 43.79 44.22
Eksogen PRODKA 6837.99 7060.68 7285.19 7511.20 7738.45 7966.71 8195.81
Eksogen PRODMA 1849.06 1898.84 1940.88 1977.92 2011.72 2043.43 2073.79
Eksogen STOKKA 551.82 582.00 608.68 632.78 654.98 675.79 695.58
Eksogen STOKMA 97.67 99.57 100.92 102.06 103.11 104.14 105.15
Eksogen ERA 2.32 2.31 2.31 2.30 2.30 2.29 2.29
Eksogen POPB 203.34 206.02 208.66 211.26 213.85 216.42 218.98
Eksogen PRODKB 6507.88 6646.14 6787.84 6931.72 7076.98 7223.13 7369.83
Eksogen STOKKB 325.48 331.75 338.02 344.29 350.56 356.83 363.10
Eksogen PEKB 18.75 19.48 18.10 18.05 16.97 17.32 16.83
Eksogen ERB 2.75 2.89 3.00 3.09 3.16 3.22 3.28
Eksogen POPUSA 315.32 318.10 320.90 323.74 326.61 329.49 332.37
Eksogen IPUSA 45658.45 46236.58 46800.64 47354.95 47902.52 48445.41 48985.07
Eksogen PRODKUSA 10003.53 10170.72 10337.91 10505.10 10672.29 10839.48 11006.67

Variabel 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

Eksogen POPI 260.17 262.98 265.78 268.58 271.38 274.18 276.98


Eksogen HCPI 3592.78 3648.41 3703.48 3757.49 3811.17 3865.10 3919.28
Eksogen USPI 773.47 777.97 782.45 786.92 791.37 795.83 800.28
Eksogen LASIN 825.64 875.15 868.21 880.74 905.33 919.64 944.08
Eksogen LASIS 4711.58 4842.53 4974.33 5106.79 5239.76 5373.12 5506.78
Eksogen LASIR 3558.33 3646.00 3735.78 3827.37 3920.50 4014.93 4110.48
Eksogen PRODSI 25246.63 25996.26 26789.25 27582.15 28386.35 29249.93 30069.52
Eksogen STOKSI 1888.41 1943.03 1997.64 2052.25 2106.86 2161.47 2216.08
Eksogen PESI 11.08 11.15 11.22 11.29 11.35 11.41 11.48
Eksogen ERI 11777.09 11858.53 11939.76 12020.89 12101.97 12183.04 12264.09
Eksogen PRODSM 21958.51 22477.42 22998.69 23521.57 24045.56 24570.30 25095.56
Eksogen STOKSM 2054.98 2100.52 2146.06 2191.60 2237.14 2282.68 2328.22
Eksogen ERM 3.17 3.14 3.12 3.09 3.06 3.03 3.00
Eksogen POPA 44.65 45.08 45.51 45.93 46.36 46.79 47.21
Eksogen PRODKA 8425.58 8655.91 8886.71 9117.88 9349.35 9581.09 9813.03
Eksogen PRODMA 2103.28 2132.20 2160.76 2189.08 2217.25 2245.32 2273.32
Eksogen STOKKA 714.61 733.08 751.15 768.91 786.46 803.84 821.11
Eksogen STOKMA 106.15 107.16 108.16 109.17 110.17 111.17 112.18
Eksogen ERA 2.29 2.28 2.28 2.27 2.27 2.26 2.26
Eksogen POPB 221.53 224.07 226.60 229.13 231.66 234.18 236.70
Eksogen PRODKB 7516.88 7664.16 7811.59 7959.10 8106.67 8254.28 8401.92
Eksogen STOKKB 369.37 375.64 381.91 388.18 394.45 400.72 406.99
Eksogen PEKB 16.61 16.68 16.17 16.70 16.58 16.97 16.65
Eksogen ERB 3.33 3.37 3.42 3.46 3.50 3.53 3.57
Eksogen POPUSA 335.27 338.17 341.06 343.94 346.82 349.68 352.53
Eksogen IPUSA 49522.48 50058.34 50593.12 51127.16 51660.68 52193.85 52726.76
Eksogen PRODKUSA 11173.86 11341.05 11508.24 11675.43 11842.62 12009.81 12177.00
311

Lampiran 11. Lanjutan


Variabel 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Eksogen PRODRUSA 487.15 501.68 517.70 534.51 551.73 569.17 586.73


Eksogen STOKKUSA 1230.34 1215.29 1143.98 1125.36 1177.05 1242.44 1272.84
Eksogen STOKRUSA 109.48 88.33 86.49 91.30 95.07 100.57 114.94
Eksogen SEKUSA 26.85 28.22 30.55 36.25 37.96 37.84 36.63
Eksogen SERUSA 24.03 23.31 23.82 24.10 24.57 24.47 24.47
Eksogen TMRUSA 22.56 22.04 20.62 19.12 17.89 17.18 16.86
Eksogen PRODRCD 1787.88 1745.24 1732.67 1807.44 1857.34 1920.89 1982.60
Eksogen SERCD 4.81 3.64 2.65 1.76 0.93 0.13 -0.64
Eksogen POPC 1391.23 1406.10 1420.66 1434.97 1449.04 1462.92 1476.63
Eksogen IPC 5134.33 5092.84 5079.51 5088.99 5116.96 5159.91 5215.00
Eksogen PRODRC 5125.51 5272.76 5414.99 5554.79 5693.41 5831.46 5969.24
Eksogen TMSC 18.03 17.30 16.53 15.75 14.96 14.16 13.36
Eksogen TMKC 68.10 71.29 73.19 74.26 74.80 75.00 74.98
Eksogen TMRC 12.72 12.14 11.45 10.70 9.93 9.14 8.34
Eksogen ERC 7.09 7.00 6.89 6.79 6.68 6.57 6.46
Eksogen POPID 1257.89 1275.69 1293.47 1311.23 1328.98 1346.72 1364.45
Eksogen PRODKID 1456.67 1426.07 1417.21 1605.90 1612.85 1692.62 1753.12
Eksogen TMSID 12.92 12.08 11.24 10.40 9.56 8.72 7.88
Eksogen TMKID 28.96 29.72 30.02 30.01 29.80 29.46 29.02
Eksogen ERID 42.03 42.76 43.29 43.66 43.89 44.03 44.08
Eksogen POPP 172.08 174.89 177.70 180.52 183.35 186.18 189.01
Eksogen IPP 1427.04 1361.46 1296.51 1234.80 1180.71 1136.94 1084.49
Eksogen TMSP 13.44 12.64 11.84 11.03 10.22 9.41 8.60
Eksogen ERP 64.36 66.98 67.38 66.40 64.59 62.30 59.92
Eksogen PRODMEU 2480.82 2549.11 2609.35 2663.01 2711.3 2755.19 2795.5
Eksogen POPEU 437.75 438.32 439.10 440.13 441.39 442.81 444.31
Eksogen IPEU 29699.50 30129.14 30579.33 30939.03 31215.75 31462.50 31719.65

Variabel 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

Eksogen PRODRUSA 604.35 622.00 639.67 657.34 675.02 692.71 710.39


Eksogen STOKKUSA 1271.40 1270.72 1290.53 1323.47 1352.29 1370.15 1383.29
Eksogen STOKRUSA 107.33 108.21 112.00 115.33 119.42 127.41 125.75
Eksogen SEKUSA 34.90 33.81 33.16 32.42 30.45 29.15 28.90
Eksogen SERUSA 24.39 24.57 24.70 24.88 24.92 25.00 25.05
Eksogen TMRUSA 16.72 16.54 16.19 15.66 15.01 14.33 13.70
Eksogen PRODRCD 2071.39 2158.38 2208.08 2253.31 2291.06 2326.58 2349.88
Eksogen SERCD -1.39 -2.14 -2.89 -3.63 -4.37 -5.11 -5.84
Eksogen POPC 1490.18 1503.61 1516.93 1530.15 1543.29 1556.35 1569.35
Eksogen IPC 5279.93 5352.84 5432.21 5516.81 5605.66 5697.95 5793.02
Eksogen PRODRC 6106.88 6244.46 6382.01 6519.54 6657.07 6794.59 6932.11
Eksogen TMSC 12.56 11.75 10.94 10.14 9.33 8.52 7.71
Eksogen TMKC 74.83 74.58 74.28 73.94 73.58 73.20 72.81
Eksogen TMRC 7.54 6.74 5.94 5.14 4.33 3.53 2.73
Eksogen ERC 6.35 6.23 6.12 6.01 5.90 5.79 5.68
Eksogen POPID 1382.17 1399.89 1417.61 1435.32 1453.03 1470.74 1488.44
Eksogen PRODKID 1838.03 1912.88 1896.30 1963.84 1997.66 2040.41 2071.86
Eksogen TMSID 7.04 6.20 5.36 4.52 3.69 2.85 2.01
Eksogen TMKID 28.53 27.99 27.43 26.85 26.26 25.66 25.06
Eksogen ERID 44.06 43.99 43.88 43.74 43.58 43.39 43.19
Eksogen POPP 191.85 194.68 197.52 200.37 203.21 206.05 208.90
Eksogen IPP 1024.08 955.65 878.04 789.47 693.32 592.42 489.35
Eksogen TMSP 7.79 6.98 6.17 5.36 4.54 3.73 2.92
Eksogen ERP 58.19 57.32 57.28 57.91 59.02 60.21 61.18
Eksogen PRODMEU 2832.87 2867.85 2900.86 2932.28 2962.38 2991.42 3019.58
Eksogen POPEU 445.80 447.21 448.51 449.66 450.71 451.67 452.59
Eksogen IPEU 31997.98 32289.32 32582.40 32871.43 33156.40 33439.73 33723.45
312

Lampiran 11. Lanjutan


Variabel 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Eksogen TMSEU 16.13 15.80 15.46 15.12 14.79 14.45 14.12


Eksogen TMKEU 26.08 26.13 26.18 26.23 26.27 26.32 26.37
Eksogen TMREU 21.70 21.56 21.42 21.28 21.14 21.00 20.86
Eksogen TMMEU 19.52 19.31 19.10 18.89 18.69 18.48 18.27
Eksogen POPIR 77.81 78.99 80.16 81.31 82.46 83.60 84.74
Eksogen PRODKIR 213.07 215.90 219.28 223.15 227.44 232.08 237.03
Eksogen PRODMIR 22.33 22.78 23.24 23.70 24.16 24.62 25.08
Eksogen TMKIR 24.91 25.31 25.35 25.14 24.76 24.26 23.69
Eksogen TMMIR 13.35 12.41 11.41 10.38 9.34 8.29 7.24
Eksogen ERIR 8346.70 8617.51 8845.48 9048.90 9238.22 9419.47 9596.09
Eksogen POPMS 78.77 79.80 80.87 81.96 83.07 84.20 85.34
Eksogen PRODMMS 11.10 11.64 12.10 12.50 12.85 13.17 13.47
Eksogen TMMMS 10.17 9.98 8.81 7.63 6.96 6.20 5.16
Eksogen ERMS 5.64 5.80 5.73 5.53 5.29 5.11 5.02
Eksogen XSRW 3655.95 3712.22 3781.20 3858.85 3942.45 4030.10 4120.54
Eksogen MSRW 12349.42 12266.81 12292.74 12399.16 12565.28 12775.67 13018.90
Eksogen XKRW 2395.32 2505.98 2458.81 2834.30 2607.31 2675.88 2683.12
Eksogen MKRW 5377.02 6192.30 5737.70 5914.81 6003.21 6550.07 6437.09
Eksogen XRRW 2701.92 2745.41 2794.67 2847.29 2901.86 2957.58 3013.96
Eksogen MRRW 417.11 366.78 329.94 281.99 250.23 209.09 190.43
Eksogen XMRW 3463.95 3555.69 3647.43 3739.17 3830.91 3922.65 4014.39
Eksogen MMRW 2120.50 2161.12 2201.74 2242.37 2282.99 2323.61 2364.23
Eksogen HCOW 56.70 56.74 56.75 56.75 56.75 56.74 56.74

Variabel 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

Eksogen TMSEU 13.78 13.44 13.11 12.77 12.44 12.10 11.76


Eksogen TMKEU 26.42 26.47 26.52 26.56 26.61 26.66 26.71
Eksogen TMREU 20.73 20.59 20.45 20.31 20.17 20.03 19.89
Eksogen TMMEU 18.06 17.85 17.64 17.43 17.23 17.02 16.81
Eksogen POPIR 85.87 87.00 88.12 89.24 90.37 91.49 92.60
Eksogen PRODKIR 242.24 247.68 253.31 259.11 265.05 271.12 277.29
Eksogen PRODMIR 25.53 25.99 26.45 26.91 27.37 27.83 28.28
Eksogen TMKIR 23.06 22.40 21.71 21.01 20.30 19.58 18.85
Eksogen TMMIR 6.19 5.14 4.08 3.03 1.98 0.92 -0.13
Eksogen ERIR 9770.05 9942.49 10114.05 10285.11 10455.89 10626.50 10797.01
Eksogen POPMS 86.49 87.65 88.81 89.98 91.15 92.33 93.51
Eksogen PRODMMS 13.75 14.02 14.28 14.53 14.78 15.02 15.26
Eksogen TMMMS 4.21 3.39 2.49 1.53 0.62 -0.27 -1.18
Eksogen ERMS 5.00 5.03 5.07 5.10 5.10 5.07 5.03
Eksogen XSRW 4212.87 4306.51 4401.03 4496.16 4591.71 4687.54 4783.56
Eksogen MSRW 13286.47 13572.11 13871.14 14180.10 14496.42 14818.22 15144.06
Eksogen XKRW 2854.61 2791.96 2844.18 2872.56 2964.78 2965.99 3011.85
Eksogen MKRW 6636.41 6875.52 6994.08 6841.60 7230.15 7349.56 7506.77
Eksogen XRRW 3070.72 3127.72 3184.84 3242.04 3299.29 3356.56 3413.84
Eksogen MRRW 181.40 181.60 182.55 186.77 186.21 179.82 167.07
Eksogen XMRW 4106.12 4197.86 4289.60 4381.34 4473.08 4564.82 4656.56
Eksogen MMRW 2404.85 2445.48 2486.10 2526.72 2567.34 2607.96 2648.59
Eksogen HCOW 56.73 56.72 56.72 56.71 56.70 56.70 56.69
313

Lampiran 11. Lanjutan


Variabel 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Endogen LASMIN 565.20 606.94 611.80 655.34 707.83 662.84 717.46


Endogen LASMIS 2849.09 2911.35 2984.22 3065.52 3153.03 3245.12 3340.79
Endogen LASMIR 2294.99 2331.43 2374.39 2422.99 2476.32 2533.60 2594.28
Endogen YIESIN 4.2387 4.1384 4.1851 4.0737 3.9273 4.1788 4.0247
Endogen YIESIS 4.0150 4.0055 3.9893 3.9709 3.9535 3.9401 3.9304
Endogen YIESIR 3.2267 3.2083 3.1649 3.1246 3.0979 3.0838 3.0791
Endogen PRODSI 21239.99 21653.23 21979.92 22413.51 22916.94 23369.11 24006.19
Endogen SDSI 7377.66 7664.59 7928.28 8192.53 8456.20 8707.09 8973.31
Endogen SXSI 16964.17 17206.31 17362.80 17628.03 17965.35 18254.06 18729.90
Endogen XSI 15368.47 15549.38 15667.00 15890.95 16185.33 16441.21 16866.68
Endogen CSI 5781.96 6007.67 6232.48 6455.46 6676.17 6894.24 7110.10
Endogen HESI 462.77 450.47 444.40 441.83 441.54 444.11 446.64
Endogen HDSI 4880.57 4829.86 4805.08 4801.17 4812.70 4841.55 4875.03
Endogen XSM 15932.41 16259.00 16625.57 17020.25 17434.52 17862.43 18299.66
Endogen HESM 467.51 449.20 438.44 432.41 429.40 429.84 430.69
Endogen XKA 6169.23 6377.88 6582.28 6786.47 6993.83 7203.79 7411.89
Endogen XMA 1406.80 1449.43 1484.91 1515.74 1543.68 1569.84 1594.86
Endogen SDKA 1220.59 1264.80 1311.59 1357.51 1399.60 1438.72 1479.50
Endogen SDMA 539.94 548.98 556.89 564.24 571.15 577.73 584.08
Endogen CKA 734.80 763.51 792.81 822.10 851.01 879.67 908.53
Endogen CMA 399.57 406.67 412.39 416.74 420.85 425.26 429.11
Endogen HEKA 549.94 579.39 575.84 561.57 563.56 582.17 583.51
Endogen HEMA 691.53 684.76 683.60 684.73 686.64 688.98 691.19
Endogen HDKA 390.47 387.05 384.91 382.31 381.18 382.56 383.44
Endogen HDMA 278.89 269.52 263.23 258.88 255.89 254.04 252.74

Variabel 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

Endogen LASMIN 737.57 736.49 753.68 752.95 748.29 791.01 785.16


Endogen LASMIS 3438.98 3539.19 3640.94 3743.81 3847.53 3951.89 4056.67
Endogen LASMIR 2657.73 2723.50 2791.24 2860.61 2931.37 3003.29 3076.16
Endogen YIESIN 4.0123 4.0867 4.0871 4.1609 4.2506 4.1475 4.2427
Endogen YIESIS 3.9245 3.9223 3.9231 3.9261 3.9309 3.9361 3.9419
Endogen YIESIR 3.0813 3.0895 3.1025 3.1186 3.1360 3.1535 3.1702
Endogen PRODSI 24644.83 25305.84 26023.99 26752.69 27497.60 28306.79 29074.36
Endogen SDSI 9236.88 9500.74 9769.77 10039.65 10311.32 10590.74 10866.17
Endogen SXSI 19209.12 19712.17 20273.37 20845.76 21434.71 22087.95 22699.52
Endogen XSI 17296.37 17748.12 18251.86 18765.29 19293.14 19877.52 20424.27
Endogen CSI 7324.13 7536.69 7748.26 7959.18 8169.74 8380.30 8590.92
Endogen HESI 449.61 452.82 455.60 458.05 460.15 461.27 462.44
Endogen HDSI 4911.81 4950.64 4988.03 5023.40 5056.47 5084.29 5110.71
Endogen XSM 18743.27 19191.24 19642.16 20095.06 20549.29 21004.36 21460.02
Endogen HESM 432.00 433.62 434.80 435.53 435.81 434.97 434.01
Endogen XKA 7620.51 7830.75 8041.23 8250.27 8461.67 8672.99 8884.38
Endogen XMA 1619.15 1642.93 1666.36 1689.60 1712.70 1735.72 1758.67
Endogen SDKA 1519.67 1558.24 1596.62 1636.52 1674.14 1711.94 1749.76
Endogen SDMA 590.28 596.43 602.56 608.65 614.71 620.77 626.82
Endogen CKA 937.28 965.83 994.34 1022.97 1051.32 1079.68 1108.02
Endogen CMA 432.62 436.16 439.62 442.55 445.67 448.80 451.90
Endogen HEKA 583.21 591.32 599.17 592.67 601.15 608.54 615.55
Endogen HEMA 693.64 696.92 701.02 705.33 710.26 715.59 721.13
Endogen HDKA 383.89 384.99 386.41 386.49 387.43 388.72 390.14
Endogen HDMA 251.73 251.06 250.71 250.39 250.29 250.38 250.62
314

Lampiran 11. Lanjutan


Variabel 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Endogen XKB 2695.00 2779.04 2862.57 2944.57 3026.90 3108.64 3190.16


Endogen SDKB 4138.36 4198.86 4263.29 4331.44 4400.64 4471.32 4542.77
Endogen CKB 4103.21 4166.12 4217.96 4276.83 4317.91 4358.99 4395.47
Endogen HEKB 614.95 616.29 620.86 621.11 625.40 628.31 631.44
Endogen HDKB 415.98 418.68 420.57 420.93 420.17 418.50 416.05
Endogen XKUSA 1019.24 1032.11 1041.96 1054.72 1069.02 1083.64 1097.16
Endogen XRUSA 211.95 218.05 224.93 232.12 239.52 246.97 254.49
Endogen SDKUSA 10214.62 10353.90 10439.93 10575.74 10780.32 10998.28 11182.35
Endogen SDRUSA 1297.02 1332.20 1377.98 1426.42 1471.12 1518.71 1569.14
Endogen CKUSA 7861.45 7924.27 7995.59 8071.14 8156.45 8238.82 8324.50
Endogen CRUSA 1161.92 1212.66 1253.23 1295.53 1334.31 1377.44 1418.34
Endogen MRUSA 912.35 960.24 998.72 1032.74 1063.85 1095.94 1121.96
Endogen HEKUSA 691.94 711.72 714.89 720.45 726.82 737.61 736.54
Endogen HERUSA 772.60 767.73 774.46 778.86 785.57 787.77 792.16
Endogen HDKUSA 724.91 730.98 736.76 738.52 734.22 729.96 724.41
Endogen HDRUSA 885.90 883.22 891.90 898.14 906.72 910.78 917.01
Endogen HMRUSA 692.53 691.68 685.48 678.38 674.00 673.69 677.37
Endogen XRCD 1412.68 1394.85 1377.08 1412.10 1455.89 1512.63 1574.40
Endogen CRCD 465.04 467.43 469.65 471.74 473.74 475.71 477.66
Endogen HERCD 600.44 605.00 614.17 617.45 616.78 612.23 605.80
Endogen HDRCD 634.71 639.35 648.82 652.37 651.75 646.95 640.05
Endogen CSC 5708.86 5753.95 5809.45 5880.06 5968.64 6068.30 6183.20
Endogen CKC 3605.70 3727.21 3850.89 3977.00 4103.27 4228.04 4353.25
Endogen CRC 5517.70 5663.31 5808.00 5951.99 6098.83 6249.41 6398.93
Endogen MSC 6090.09 6137.93 6195.79 6268.86 6360.19 6462.60 6580.75

Variabel 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

Endogen XKB 3271.27 3352.18 3433.56 3513.80 3594.55 3675.18 3756.48


Endogen SDKB 4614.98 4687.62 4759.93 4833.49 4906.58 4979.82 5052.43
Endogen CKB 4431.96 4466.67 4491.43 4530.64 4559.06 4588.50 4607.45
Endogen HEKB 633.61 635.42 639.10 637.98 639.11 639.16 641.29
Endogen HDKB 413.00 409.41 405.13 400.68 395.61 390.14 384.05
Endogen XKUSA 1110.85 1124.40 1137.98 1152.07 1166.60 1180.35 1193.92
Endogen XRUSA 262.02 269.61 277.21 284.83 292.44 300.05 307.65
Endogen SDKUSA 11334.40 11487.37 11660.78 11846.83 12028.32 12199.61 12366.37
Endogen SDRUSA 1607.31 1650.19 1693.03 1733.62 1775.24 1819.11 1858.36
Endogen CKUSA 8407.90 8490.52 8575.49 8666.18 8752.49 8836.97 8919.41
Endogen CRUSA 1458.91 1497.12 1534.38 1569.46 1606.12 1643.22 1680.89
Endogen MRUSA 1157.66 1189.60 1218.58 1245.78 1273.23 1299.04 1329.86
Endogen HEKUSA 734.17 737.58 741.44 737.60 739.62 741.92 746.20
Endogen HERUSA 797.59 806.61 816.01 826.24 835.43 844.30 852.61
Endogen HDKUSA 721.67 721.65 719.83 713.64 710.15 707.68 706.37
Endogen HDRUSA 924.66 935.87 947.42 959.76 971.04 981.96 992.42
Endogen HMRUSA 683.84 691.03 697.61 703.20 707.94 712.10 716.28
Endogen XRCD 1654.94 1742.77 1811.01 1867.24 1912.86 1951.83 1979.92
Endogen CRCD 479.62 481.60 483.57 485.51 487.40 489.22 490.95
Endogen HERCD 596.79 586.23 578.48 574.46 574.12 576.43 581.55
Endogen HDRCD 630.32 618.90 610.31 605.63 604.86 606.97 612.11
Endogen CSC 6310.63 6449.27 6597.90 6752.79 6915.19 7083.73 7254.43
Endogen CKC 4478.73 4603.49 4727.64 4852.59 4976.55 5099.84 5222.54
Endogen CRC 6548.16 6698.61 6849.40 6998.20 7148.55 7299.08 7449.56
Endogen MSC 6711.76 6854.28 7007.14 7166.49 7333.62 7507.19 7682.96
315

Lampiran 11. Lanjutan


Variabel 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Endogen MKC 2577.84 2637.20 2715.62 2807.69 2905.07 3002.50 3103.20


Endogen MRC 358.63 354.81 356.04 359.50 365.44 374.04 383.04
Endogen HMSC 498.35 486.63 480.63 477.51 476.28 477.76 478.80
Endogen HMKC 597.13 616.20 614.91 608.59 611.82 623.82 625.32
Endogen HMRC 645.29 645.75 646.85 647.50 648.60 649.92 652.15
Endogen CSID 5153.07 5319.83 5484.22 5648.03 5812.20 5975.88 6141.47
Endogen CKID 2823.10 2916.32 3010.02 3110.97 3208.45 3295.73 3386.84
Endogen MSID 5272.08 5351.19 5437.02 5542.58 5663.42 5788.28 5934.13
Endogen MKID 1400.12 1518.93 1619.91 1539.02 1628.18 1636.35 1668.09
Endogen HMSID 519.11 507.59 501.60 499.10 498.85 501.22 503.83
Endogen HMKID 630.65 662.40 661.38 651.43 655.07 671.39 671.44
Endogen CSP 2110.40 2175.07 2241.48 2307.44 2372.36 2435.90 2498.67
Endogen MSP 2025.60 2040.52 2076.67 2134.96 2211.09 2299.69 2395.23
Endogen HMSP 567.23 553.38 545.19 541.25 540.25 542.45 545.37
Endogen CSEU 3423.42 3517.13 3618.15 3723.08 3830.16 3937.34 4047.38
Endogen CKEU 1842.00 1835.52 1848.07 1870.30 1886.24 1891.69 1903.35
Endogen CREU 2880.11 2953.22 3022.58 3093.26 3168.42 3250.98 3340.07
Endogen CMEU 2260.60 2328.03 2384.71 2426.68 2464.43 2503.50 2539.38
Endogen MSEU 7457.08 7774.88 8093.35 8413.37 8735.19 9058.06 9383.07
Endogen MKEU 1077.34 1074.41 1091.43 1116.66 1133.95 1140.65 1155.21
Endogen MREU 2435.17 2505.38 2570.85 2637.83 2708.69 2786.60 2870.04
Endogen MMEU 2476.83 2486.98 2518.23 2553.82 2590.62 2630.52 2671.14
Endogen HMSEU 559.70 550.31 545.97 544.18 544.05 546.30 548.17
Endogen HMKEU 648.00 669.16 667.43 660.17 663.92 677.75 679.67
Endogen HMREU 769.07 771.71 775.77 779.55 784.07 788.94 795.05

Variabel 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

Endogen MKC 3206.05 3308.47 3410.58 3515.20 3618.27 3720.55 3822.21


Endogen MRC 392.04 401.62 411.52 420.60 430.15 439.94 449.77
Endogen HMSC 480.21 481.83 482.93 483.70 484.12 483.53 483.10
Endogen HMKC 626.52 632.55 638.11 635.50 641.96 647.22 652.31
Endogen HMRC 655.64 660.07 665.07 670.42 675.77 680.76 685.46
Endogen CSID 6308.52 6476.90 6647.06 6818.78 6991.89 7166.87 7342.64
Endogen CKID 3481.31 3573.38 3664.16 3762.34 3856.37 3948.30 4038.91
Endogen MSID 6083.84 6237.91 6398.89 6562.12 6727.22 6897.53 7063.36
Endogen MKID 1679.74 1698.14 1803.13 1835.62 1895.31 1944.51 2003.28
Endogen HMSID 506.79 509.98 512.83 515.34 517.51 518.82 520.06
Endogen HMKID 670.75 677.20 682.81 675.98 682.82 687.82 692.54
Endogen CSP 2560.98 2623.00 2685.02 2747.16 2809.50 2872.23 2935.19
Endogen MSP 2487.67 2570.28 2640.46 2698.36 2746.09 2788.45 2830.51
Endogen HMSP 548.83 552.64 556.15 559.29 562.03 563.82 565.42
Endogen CSEU 4159.54 4272.13 4383.62 4491.61 4595.62 4697.07 4796.04
Endogen CKEU 1919.31 1934.09 1949.64 1972.83 1991.10 2008.34 2025.20
Endogen CREU 3434.28 3531.66 3629.82 3726.74 3821.02 3911.64 3998.87
Endogen CMEU 2578.81 2622.78 2666.69 2705.86 2748.89 2790.36 2831.27
Endogen MSEU 9710.72 10040.79 10372.65 10704.73 11035.50 11364.30 11690.37
Endogen MKEU 1172.80 1187.81 1203.47 1227.27 1244.45 1261.30 1277.91
Endogen MREU 2957.31 3046.79 3136.50 3224.65 3310.20 3392.47 3471.69
Endogen MMEU 2715.81 2767.18 2823.35 2879.54 2938.97 2999.61 3060.86
Endogen HMSEU 550.38 552.76 554.69 556.34 557.68 558.14 558.74
Endogen HMKEU 681.28 688.42 695.03 692.35 700.00 706.29 712.39
Endogen HMREU 802.84 811.88 821.67 831.92 842.18 851.96 861.36
316

Lampiran 11. Lanjutan


Variabel 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Endogen HMMEU 778.25 774.17 773.83 774.59 775.68 777.02 778.17


Endogen CKIR 728.43 734.03 741.83 753.25 763.19 768.77 775.86
Endogen CMIR 209.25 217.38 224.39 230.50 236.33 242.19 247.75
Endogen MKIR 586.58 589.10 594.48 604.18 611.13 611.67 614.17
Endogen MMIR 217.21 226.13 233.76 240.36 246.63 252.94 258.91
Endogen HMKIR 625.98 659.43 656.53 644.43 648.89 668.61 669.74
Endogen HMMIR 603.41 589.86 578.18 567.88 558.36 549.31 540.35
Endogen CMMS 226.99 220.39 219.29 222.05 226.61 231.07 234.30
Endogen MMMS 191.86 188.99 193.13 200.22 207.34 212.26 214.46
Endogen HMMMS 583.64 572.81 560.15 547.54 539.15 531.71 522.30
Endogen HSW 539.18 527.25 522.09 520.34 520.81 524.48 527.64
Endogen HKW 642.62 679.80 676.37 663.12 669.42 693.59 696.65
Endogen HRW 772.25 776.77 783.09 789.04 795.93 803.24 812.13
Endogen HMW 826.06 818.54 818.70 821.13 824.23 827.85 831.08
Endogen XSW 34956.83 35520.61 36073.77 36770.06 37562.29 38333.74 39286.88
Endogen MSW 33194.27 33571.33 34095.57 34758.93 35535.17 36384.30 37312.08
Endogen XKW 12278.79 12695.01 12945.61 13620.06 13697.06 14071.95 14382.32
Endogen MKW 11018.89 12011.94 11759.14 11982.35 12281.55 12941.24 12977.77
Endogen XRW 4326.55 4358.31 4396.68 4491.50 4597.27 4717.18 4842.84
Endogen MRW 4123.26 4187.21 4255.55 4312.06 4388.21 4465.66 4565.46
Endogen XMW 4870.75 5005.13 5132.34 5254.90 5374.59 5492.48 5609.25
Endogen MMW 5006.39 5063.22 5146.87 5236.77 5327.58 5419.33 5508.74

Variabel 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

Endogen HMMEU 779.56 781.64 784.31 787.04 790.29 793.77 797.39


Endogen CKIR 784.05 791.04 797.55 807.09 814.92 822.22 829.28
Endogen CMIR 253.13 258.53 263.89 269.02 274.25 279.48 284.69
Endogen MKIR 617.81 619.44 620.22 625.00 627.08 628.34 629.17
Endogen MMIR 264.67 270.44 276.17 281.64 287.22 292.80 298.36
Endogen HMKIR 670.24 679.18 687.24 680.91 690.50 697.98 705.15
Endogen HMMIR 531.56 523.28 515.58 508.19 501.25 494.68 488.34
Endogen CMMS 235.96 236.34 236.08 235.80 235.92 236.55 237.62
Endogen MMMS 214.36 213.06 211.66 210.91 211.08 212.04 213.43
Endogen HMMMS 513.04 505.37 498.12 490.56 483.63 477.31 471.05
Endogen HSW 531.24 535.09 538.33 541.18 543.63 544.90 546.35
Endogen HKW 699.14 711.44 722.81 717.69 730.90 741.71 752.18
Endogen HRW 823.11 835.66 849.15 863.22 877.28 890.76 903.76
Endogen HMW 834.80 839.95 846.29 852.76 860.29 868.32 876.62
Endogen XSW 40252.51 41245.87 42295.05 43356.51 44434.13 45569.41 46667.86
Endogen MSW 38280.47 39275.36 40290.28 41311.80 42338.85 43375.69 44411.27
Endogen XKW 14857.25 15099.30 15456.96 15788.69 16187.59 16494.51 16846.63
Endogen MKW 13312.80 13689.39 14031.48 14044.70 14615.26 14904.27 15239.34
Endogen XRW 4987.68 5140.10 5273.06 5394.12 5504.59 5608.43 5701.41
Endogen MRW 4688.40 4819.61 4949.15 5077.80 5199.80 5311.27 5418.39
Endogen XMW 5725.28 5840.80 5955.96 6070.94 6185.78 6300.54 6415.23
Endogen MMW 5599.69 5696.14 5797.28 5898.81 6004.61 6112.41 6221.23
317

Lampiran 12. Program Simulasi Dasar dan Peramalan Model Keterkaitan Harga
Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun 2012-
2025

PROC SIMNLIN DATA=TESIS1 DYNAMIC SIMULATE STAT OUTPREDICT THEIL


OUT=A;

ENDOGENOUS HSW HKW HRW HMW LASMIN LASMIS LASMIR YIESIN YIESIS
YIESIR HDSI HESI CSI XSI HESM XSM HEKB HDKB CKB XKB
HEKA HDKA HEMA HDMA CKA CMA XKA XMA HEKUSA HERUSA
HMRUSA HDRUSA HDKUSA MRUSA CKUSA CRUSA XKUSA XRUSA
HERCD HDRCD CRCD XRCD HMSP CSP MSP HMMMS CMMS MMMS
HMKEU HMSEU HMREU HMMEU CKEU CSEU CREU CMEU MKEU MSEU
MREU MMEU HMSC HMKC HMRC CSC CKC CRC MSC MKC MRC HMSID
HMKID CSID CKID MSID MKID HMKIR HMMIR CKIR CMIR MKIR
MMIR SDSI SXSI PRODSI XSW MSW XKW MKW XRW MRW XMW MMW
SDKB SDKA SDMA SDKUSA SDRUSA;

EXOGENOUS TREN PRODCOW HCOW XSRW MSRW XKRW MKRW XRRW MRRW XMRW
MMRW TSBI USPI HCPI ERI PESI STOKSI LPOPI LASIN LASIS
LASIR L3LASIN L3LASIS L3LASIR ERM PESM PRODSM STOKSM
CSM ERB PEKB PRODKB STOKKB POPB PEMA ERA PRODKA PRODMA
STOKKA STOKMA IPA POPA SEKUSA SERUSA TMRUSA PRODKUSA
PRODRUSA STOKKUSA STOKRUSA POPUSA IPUSA PRODRCD ERCD
POPCD SERCD TMSP ERP IPP POPP TMMMS ERMS PRODMMS
LPOPMS TMKEU TMMEU TMSEU TMREU EREU IPEU POPEU TMKC
TMSC TMRC ERC IPC POPC TMSID TMKID PRODKID ERID IPID
POPID TMMIR ERIR PRODKIR PRODMIR POPIR;

PARM
B0 241.8316 B1 -0.02120 B2 0.023313 B3 0.474437
C0 182.7619 C1 -0.03417 C2 0.051413 C3 0.487471
D0 143.6909 D1 -0.01026 D2 0.062441 D3 0.539133
E0 380.0096 E1 -0.15911 E2 0.243896
I0 0.089329 I1 -1.12078 I2 0.858698
J0 243.9014 J1 0.116390 J2 -0.21126 J3 -0.43739 J4 0.804695
K0 72.46956 K1 0.013851 K2 -0.24278 K3 0.778981
L0 0.000224 L1 -0.00153 L2 -0.00406 L3 0.992763
M0 0.001040 M1 -0.00015 M2 0.88328
N0 0.000087 N1 0.000197 N2 -0.00817 N3 -0.00149 N4 0.584751
O0 4.662357 O1 0.157079 O2 -464.243 O3 0.300709
P0 0.745129 P1 -0.00176 P2 -11.0698 P3 0.167411
Q0 1.405829 Q1 -453.433 Q2 -57.9413 Q3 0.008254 Q4 0.896068
R0 -3450.09 R1 -0.05438 R2 961.7034 R3 23.42292 R4 0.695843
S0 15.75933 S1 0.855158 S2 -14.0676 S3 -0.00528 S4 0.244956
T0 0.069857 T1 -6.67733 T2 0.812459 T3 0.388918 T4 0.465425
U0 351.7565 U1 0.110846 U2 -6.46154 U3 -3.66984 U4 0.454223
V0 0.507638 V1 -0.14320 V2 0.169727
W0 -723.471 W1 0.229701 W2 -0.41627 W3 100.4155 W4 0.440950
W5 0.116749
X0 -903.105 X1 -0.19697 X2 -2.17634 X3 11.50532 X4 0.683214
Y0 39.59796 Y1 0.870944 Y2 -4.28929 Y3 -0.01236 Y4 0.066310
Z0 127.8220 Z1 0.104366 Z2 -2.90880 Z3 0.521371
AA0 -2039.83 AA1 -41.4378 AA2 131.3494 AA3 66.68074
AB0 0.163538 AB1 -0.41667 AB2 10.76324 AB3 0.909194
AC0 107.3276 AC1 0.550047 AC2 0.183935
AD0 0.162831 AD1 -0.32333 AD2 0.399137 AD3 0.621045
AE0 -225.772 AE1 5.172079 AE2 6.433590
318

Lampiran 12. Lanjutan

AF0 -27.2357 AF1 0.065140 AF2 -0.22921 AF3 -2.04815 AF4 0.794059
AF5 0.011916
AG0 343.4989 AG1 0.457125 AG2 2.036429
AH0 0.855283 AH1 8.448790 AH2 -0.42908
AI0 0.680184 AI1 7.412285
CG0 0.519024 CG1 -0.12344 CG2 0.206917
CH0 7.249052 CH1 1.065817 CH2 0.013472 CH3 -0.02424 CH4 0.066539
AJ0 441.8021 AJ1 65.10564 AJ2 -0.27971 AJ3 0.077960
AK0 0.066989 AK1 -0.05650 AK2 0.431599
AL0 56.36600 AL1 -0.05946 AL2 -0.52080 AL3 0.644072 AL4 0.230138
AM0 -70.3891 AM1 0.709185 AM2 25.79298
AN0 -3516.09 AN1 -0.79295 AN2 -6.57461 AN3 0.299084 AN4 16.70166
AO0 0.636471 AO1 0.079828 AO2 -0.15465 AO3 0.542992
CE0 0.990814 CE1 -0.00435 CE2 0.015832 CE3 0.063175
AP0 5.123725 AP1 -0.32645 AP2 0.583089 AP3 0.414745
AQ0 -169.133 AQ1 -0.00666 AQ2 4.062721 AQ3 1.131358 AQ4 0.797579
AR0 0.689993 AR1 0.334226
AS0 -799.987 AS1 -0.30548 AS2 12.74509 AS3 0.433641
AT0 2310.386 AT1 -0.13369 AT2 -9.75469 AT3 -39.9513 AT4 784.9596
AT5 0.463356
AU0 0.359474 AU1 7.690904 AU2 0.345766
AV0 353.3033 AV1 -2.37764 AV2 -27.9014 AV3 82.52237
AW0 216.4328 AW1 -0.00951 AW2 -14.3876 AW3 0.112771 AW4 0.369714
AX0 175.0135 AX1 0.563480 AX2 4.251363
AY0 133.9674 AY1 0.746373 AY2 1.444464
AZ0 0.798185 AZ1 7.037101
BA0 336.7428 BA1 0.486808 BA2 2.017002
BB0 -0.77048 BB1 0.615640 BB2 0.503863 BB3 1400.688 BB4 0.026403
BB5 0.374336
BC0 -825.988 BC1 -732.909 BC2 0.478277 BC3 0.118464
BD0 -10473.3 BD1 -1.76015 BD2 1.236793 BD3 590.7302 BD4 0.040975
BD5 24.40434 BD6 0.604560
BE0 -5268.47 BE1 -0.59224 BE2 0.768582 BE3 15.21893 BE4 10.89263
BE5 0.908926
BF0 -0.30298 BF1 -91.3233 BF2 0.702171
BG0 -0.23946 BG1 0.399460 BG2 0.871883
BH0 154.2939 BH1 -0.72911 BH2 0.986633
BI0 30.12616 BI1 -0.18123 BI2 -0.30879 BI3 0.761962 BI4 0.650198
BJ0 -13375.0 BJ1 -2.99543 BJ2 0.175097 BJ3 1.794438 BJ4 145.2790
BJ5 1.223164 BJ6 3.447816
BK0 -1707.87 BK1 -0.16965 BK2 0.014549 BK3 1.844396 BK4 0.796551
BL0 0.854980 BL1 2.071625
BM0 264.6960 BM1 0.494498 BM2 0.215192
BN0 127.0903 BN1 0.605879 BN2 3.956275
BO0 -6128.81 BO1 -0.00352 BO2 0.257495 BO3 0.114741 BO4 6.436799
BO5 0.362579
BP0 -0.29663 BP1 0.346245 BP2 0.593307
BQ0 41.04146 BQ1 -0.02139 BQ2 -0.44848 BQ3 0.457126 BQ4 0.288498
BR0 274.0120 BR1 -0.12175 BR2 1.029408
BS0 10490.41 BS1 -91.5287 BS2 -180.130 BS3 -70.7774
BT0 42.28541 BT1 0.665738 BT2 23.18987 BT3 0.218731
BU0 0.748755 BU1 5.162068
BV0 -10086.8 BV1 -1.17667 BV2 0.756096 BV3 11.43984
BW0 -4107.24 BW1 -0.68285 BW2 0.414404 BW3 57.07257 BW4 1.570795
BW5 0.716798
319

Lampiran 12. Lanjutan

BX0 64.95581 BX1 -0.07863 BX2 -0.96035 BX3 0.986032


BY0 0.870527 BY1 2.671920
BZ0 0.295125 BZ1 5.422256 BZ2 0.465672
CA0 -0.22872 CA1 0.132785 CA2 4.461250 CA3 0.623417
CB0 -839.868 CB1 -12.2172 CB2 13.86352 CB3 2.248393 CB4 0.497034
CC0 -0.06288 CC1 -1.07570 CC2 1.106310 CC3 0.086497
CD0 -0.00270 CD1 -0.92889 CD2 1.144923;

HSW = B0+B1*XSW+B2*MSW+B3*LHSW;
HKW = C0+C1*XKW+C2*MKW+C3*LHKW;
HRW = D0+D1*XRW+D2*MRW+D3*LHRW;
HMW = E0+E1*XMW+E2*MMW;
LASMIN = I0*LHESI+I1*RHCPI+I2*L3LASIN;
LASMIS = J0+J1*LHESI+J2*RHCPI+J3*USPI+J4*L3LASIS;
LASMIR = K0+K1*LHDSI+K2*USPI+K3*LLASIR;
YIESIN = L0*HESI+L1*RHCPI+L2*DLASMIN+L3*LYIESIN;
YIESIS = M0*HESI+M1*DLASMIS+M2*LYIESIS;
YIESIR = N0*HDSI+N1*LHDSI+N2*RHCPI+N3*DLASMIR+N4*LYIESIR;
HDSI = O0*HESI+O1*ERI+O2*RTSDSI+O3*LHDSI;
HESI = P0*HSW+P1*ERI+P2*RXSI+P3*LHESI;
XSI = Q0*HESI+Q1*RHDSI+Q2*PESI+Q3*ERI+Q4*SXSI;
CSI = R0+R1*HDSI+R2*RHCOW+R3*POPI+R4*LCSI;
HESM = S0+S1*HSW+S2*ERM+S3*XSM+S4*LHESM;
XSM = T0*HESM+T1*PESM+T2*STOKSM+T3*PRODSM+T4*LXSM;
HEKB = U0+U1*HKW+U2*ERB+U3*PEKB+U4*LHEKB;
HDKB = V0*HEKB+V1*SDKB+V2*CKB;
XKB = W0+W1*HEKB+W2*HDKB+W3*ERB+W4*PRODKB+W5*LXKB;
CKB = X0+X1*HDKB+X2*RRHDKBRHCOW+X3*POPB+X4*LCKB;
HEKA = Y0+Y1*HKW+Y2*ERA+Y3*XKA+Y4*LHEKA;
HDKA = Z0+Z1*HEKA+Z2*RSDCKA+Z3*LHDKA;
CKA = AA0+AA1*RHDKA+AA2*RHCOW+AA3*POPA;
XKA = AB0*HEKA+AB1*HDKA+AB2*ERA+AB3*PRODKA;
HEMA = AC0+AC1*HMW+AC2*LHEMA;
HDMA = AD0*HEMA+AD1*SDMA+AD2*CMA+AD3*LHDMA;
CMA = AE0*RHDMKA+AE1*HCOW+AE2*POPA;
XMA = AF0+AF1*HEMA+AF2*HDMA+AF3*PEMA+AF4*PRODMA+AF5*LXMA;
HEKUSA = AG0+AG1*HKW+AG2*SEKUSA;
HERUSA = AH0*HRW+AH1*SERUSA+AH2*XRUSA;
HMRUSA = AI0*HRW+AI1*TMRUSA;
HDKUSA = CG0*HEKUSA+CG1*SDKUSA+CG2*CKUSA;
HDRUSA = CH0+CH1*HERUSA+CH2*HMRUSA+CH3*SDRUSA+CH4*CRUSA;
XKUSA = AJ0+AJ1*RHEKUSA+AJ2*HDKUSA+AJ3*PRODKUSA;
XRUSA = AK0*HERUSA+AK1*HDRUSA+AK2*PRODRUSA;
MRUSA = AL0+AL1*HMRUSA+AL2*STOKRUSA+AL3*CRUSA+AL4*LMRUSA;
CKUSA = AM0*RHDKUSAHCOW+AM1*HDRUSA+AM2*POPUSA;
CRUSA = AN0+AN1*HDRUSA+AN2*RHDRUSAHCOW+AN3*HDKUSA+AN4*POPUSA;
HERCD = AO0*HRW+AO1*SERCD+AO2*XRCD+AO3*LHERCD;
HDRCD = CE0*HERCD+CE1*PRODRCD+CE2*CRCD+CE3*LHDRCD;
XRCD = AP0*RHERCD+AP1*HDRCD+AP2*PRODRCD+AP3*LXRCD;
CRCD = AQ0+AQ1*HDRCD+AQ2*HCOW+AQ3*POPCD+AQ4*LCRCD;
HMSP = AR0*HSW+AR1*LHMSP;
CSP = AS0+AS1*HMSP+AS2*POPP+AS3*LCSP;
MSP = AT0+AT1*HMSP+AT2*ERP+AT3*TMSP+AT4*RCSP+AT5*LMSP;
HMMMS = AU0*HMW+AU1*TMMMS+AU2*LHMMMS;
MMMS = AV0+AV1*RHMMMS+AV2*ERMS+AV3*RCMMS;
CMMS = AW0+AW1*HMMMS+AW2*ERMS+AW3*POPMS+AW4*LCMMS;
320

Lampiran 12. Lanjutan

HMKEU = AX0+AX1*HKW+AX2*TMKEU;
HMSEU = AY0+AY1*HSW+AY2*TMSEU;
HMREU = AZ0*HRW+AZ1*TMREU;
HMMEU = BA0+BA1*HMW+BA2*TMMEU;
CKEU = BB0*HMKEU+BB1*HMREU+BB2*HMMEU+BB3*RHCOW+BB4*IPEU
+BB5*LCKEU;
CMEU = BC0+BC1*RHMMREU+BC2*HMKEU+BC3*IPEU;
CSEU = BD0+BD1*HMSEU+BD2*HMMEU+BD3*RHCOW+BD4*IPEU+BD5*POPEU
+BD6*LCSEU;
CREU = BE0+BE1*HMREU+BE2*HMSEU+BE3*HCOW+BE4*POPEU+BE5*LCREU;
MKEU = BF0*HMKEU+BF1*EREU+BF2*CKEU;
MSEU = BG0*HMSEU+BG1*CSEU+BG2*LMSEU;
MREU = BH0+BH1*HMREU+BH2*CREU;
MMEU = BI0+BI1*HMMEU+BI2*PRODMEU+BI3*CMEU+BI4*LMMEU;
HMSC = BL0*HSW+BL1*TMSC;
HMKC = BM0+BM1*HKW+BM2*TMKC;
HMRC = BN0+BN1*HRW+BN2*TMRC;
CSC = BJ0+BJ1*HMSC+BJ2*HMKC+BJ3*HMRC+BJ4*HCOW+BJ5*IPC+BJ6*POPC;
CKC = BK0+BK1*HMKC+BK2*IPC+BK3*POPC+BK4*LCKC;
CRC = BO0+BO1*HMRC+BO2*HMKC+BO3*IPC+BO4*POPC+BO5*LCRC;
MKC = BP0*HMKC+BP1*CKC+BP2*LMKC;
MRC = BQ0+BQ1*HMRC+BQ2*PRODRC+BQ3*CRC+BQ4*LMRC;
MSC = BR0+BR1*HMSC+BR2*CSC;
HMSID = BT0+BT1*HSW+BT2*RCSID+BT3*LHMSID;
HMKID = BU0*HKW+BU1*TMKID;
CSID = BV0+BV1*HMSID+BV2*IPID+BV3*POPID;
CKID = BW0+BW1*HMKID+BW2*HMSID+BW3*HCOW+BW4*POPID+BW5*LCKID;
MSID = BS0+BS1*RRHMSIDRCSID+BS2*TMSID+BS3*ERID;
MKID = BX0+BX1*HMKID+BX2*PRODKID+BX3*CKID;
HMKIR = BY0*HKW+BY1*TMKIR;
HMMIR = BZ0*HMW+BZ1*TMMIR+BZ2*LHMMIR;
CKIR = CA0*HMKIR+CA1*HMMIR+CA2*POPIR+CA3*LCKIR;
CMIR = CB0+CB1*RHMMKIR+CB2*HCOW+CB3*POPIR+CB4*LCMIR;
MKIR = CC0*HMKIR+CC1*PRODKIR+CC2*CKIR+CC3*LMKIR;
MMIR = CD0*HMMIR+CD1*PRODMIR+CD2*CMIR;

PRODSI = LASMIN*YIESIN+LASMIS*YIESIS+LASMIR*YIESIR;
XSW = XSI+XSM+XSRW;
XKW = XKA+XKB+XKUSA+XKRW;
XRW = XRCD+XRUSA+XRRW;
XMW = XMA+XMRW;
MSW = MSC+MSEU+MSID+MSP+MSRW;
MKW = MKC+MKID+MKEU+MKIR+MKRW;
MRW = MRUSA+MREU+MRC+MRRW;
MMW = MMEU+MMMS+MMIR+MMRW;
SDSI = STOKSI+PRODSI-XSI;
SXSI = STOKSI+PRODSI-CSI;
SDKB = STOKKB+PRODKB-XKB;
SDKA = STOKKA+PRODKA-XKA;
SDMA = STOKMA+PRODMA-XMA;
SDKUSA = STOKKUSA+PRODKUSA-XKUSA;
SDRUSA = STOKRUSA+PRODRUSA+MRUSA-XRUSA;
321

Lampiran 12. Lanjutan

LLASMIN = LAG(LASMIN); LLASMIS = LAG(LASMIS);


LLASMIR = LAG(LASMIR); LYIESIN = LAG(YIESIN);
LYIESIS = LAG(YIESIS); LYIESIR = LAG(YIESIR);
LCSI = LAG(CSI); LXSI = LAG(XSI);
LHCOW = LAG(HCOW) LCSI = LAG(CSI); LXSI=LAG(XSI);
LXSM = LAG(XSM); LMSC = LAG(MSC); LMSEU = LAG(MSEU);
LMSID = LAG(MSID) LMSP = LAG(MSP); LCSC = LAG(CSC);
LCSEU = LAG(CSEU); LCSID = LAG(CSID); LCSP = LAG(CSP);
LHSW = LAG(HSW); LHESI = LAG(HESI); LHESM = LAG(HESM);
LHDSI = LAG(HDSI); LHMSC = LAG(HMSC); LHMSEU = LAG(HMSEU);
LHMSID = LAG(HMSID); LHMSP = LAG(HMSP); LXKA = LAG(XKA);
LXKB = LAG(XKB); LXKUSA = LAG(XKUSA); LMKC = LAG(MKC);
LMKID = LAG(MKID); LMKEU = LAG(MKEU); LMKIR = LAG(MKIR);
LCKA = LAG(CKA); LCKB = LAG(CKB); LCKUSA= LAG(CKUSA);
LCKC = LAG(CKC); LCKID = LAG(CKID); LCKEU = LAG(CKEU);
LCKIR = LAG(CKIR); LHKW = LAG(HKW); LHEKA = LAG(HEKA);
LHEKB = LAG(HEKB); LHEKUSA = LAG(HEKUSA);
LHMKC = LAG(HMKC); LHMKID = LAG(HMKID);
LHMKEU = LAG(HMKEU); LHMKIR = LAG(HMKIR); LXRCD = LAG(XRCD);
LXRUSA = LAG(XRUSA); LMRUSA = LAG(MRUSA); LMREU = LAG(MREU);
LMRC = LAG(MRC); LCRCD = LAG(CRCD);
LCRUSA = LAG(CRUSA); LCREU = LAG(CREU); LCRC = LAG(CRC);
LHRW = LAG(HRW); LHERCD = LAG(HERCD);
LHERUSA = LAG(HERUSA); LHMRUSA= LAG(HMRUSA);
LHDRUSA = LAG(HDRUSA); LHDKUSA= LAG(HDKUSA); LHMREU = LAG(HMREU);
LHMRC = LAG(HMRC); LXMA = LAG(XMA); LMMEU = LAG(MMEU);
LMMMS = LAG(MMMS); LMMIR = LAG(MMIR); LCMA = LAG(CMA);
LCMEU = LAG(CMEU); LCMMS = LAG(CMMS); LCMIR = LAG(CMIR);
LHMW = LAG(HMW); LHEMA = LAG(HEMA); LHMMEU = LAG(HMMEU);
LHMMMS = LAG(HMMMS); LHMMIR = LAG(HMMIR); LHDKB = LAG(HDKB);
LHDKA = LAG(HDKA); LHDMA = LAG(HDMA); LHDRCD = LAG(HDRCD);

ID TAHUN;
RANGE TAHUN = 2012 TO 2025;
RUN;

PROC PRINT DATA=A;


VAR
LASMIN LASMIS LASMIR YIESIN YIESIS YIESIR PRODSI SDSI SXSI
CSI XSI HDSI HESI HESM XSM HEKB HDKB SDKB CKB XKB HEKA HDKA
HEMA HDMA SDKA SDMA CKA CMA XKA XMA HEKUSA HERUSA HMRUSA
HDRUSA HDKUSA MRUSA SDKUSA SDRUSA CKUSA CRUSA XKUSA XRUSA
HERCD HDRCD CRCD XRCD HMSP CSP MSP HMMMS CMMS MMMS HMKEU
HMSEU HMREU HMMEU CKEU CSEU CREU CMEU MKEU MSEU MREU MMEU
HMSC HMKC HMRC CSC CKC CRC MSC MKC MRC HMSID HMKID CSID CKID
MSID MKID HMKIR HMMIR CKIR CMIR MKIR MMIR HSW HKW HRW HMW
XSW MSW XKW MKW XRW MRW XMW MMW;
RUN;
322

Lampiran 13. Hasil Simulasi Dasar dan Peramalan Model Keterkaitan Harga
Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun 2012-
2025

The SAS System

The SIMNLIN Procedure

Model Summary

Model Variables 184


Endogenous 97
Exogenous 87
Parameters 326
Range Variable Tahun
ID Variables 1
Equations 99
Number of Statements 180
Program Lag Length 1

The SAS System

The SIMNLIN Procedure


Dynamic Simultaneous Simulation

Data Set Options

DATA= TESIS1
OUT= A

Solution Summary

Variables Solved 97
Simulation Lag Length 1
Solution Range Tahun
First 2012
Last 2025
Solution Method NEWTON
CONVERGE= 1E-8
Maximum CC 9.356E-9
Maximum Iterations 3
Total Iterations 37
Average Iterations 2.642857

Observations Processed

Read 15
Lagged 1
Solved 14
First 33
Last 46
323

Lampiran 13. Lanjutan


The SAS System

The SIMNLIN Procedure


Dynamic Simultaneous Simulation

Solution Range Tahun = 2012 To 2025


Descriptive Statistics

Actual Predicted
Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label

HSW 14 14 533.0 9.3488 532.1 9.9246 H_SWT_W


HKW 14 14 699.8 31.6069 699.7 31.6347 H_KDL_W
HRW 14 14 826.8 43.8698 826.5 43.8888 H_RAPE_W
HMW 14 14 839.0 19.0369 839.0 19.0382 H_MTHR_W
LASMIN 14 14 702.3 70.4786 719.0 61.6568 L_TM_PBN
LASMIS 14 14 3412.0 396.8 3411.9 396.9 L_TM_PBS
LASMIR 14 14 2648.0 256.8 2647.9 256.8 L_TM_PR
YIESIN 14 14 4.1253 0.0954 4.1234 0.0956 YELD_PBN
YIESIS 14 14 3.9507 0.0318 3.9454 0.0323 YELD_PBS
YIESIR 14 14 3.1312 0.0477 3.1276 0.0488 YELD_PR
HDSI 14 14 4926.5 109.0 4921.0 113.1 HD_S_INA
HESI 14 14 452.3 7.8265 451.4 8.1925 HE_S_INA
CSI 14 14 7204.8 901.8 7205.7 901.5 C_S_INA
XSI 14 14 17401.8 1689.4 17436.8 1668.0 X_S_INA
HESM 14 14 437.0 10.0360 436.0 9.5728 HE_S_MAS
XSM 14 14 18579.9 1806.6 18579.8 1806.7 X_S_MAS
HEKB 14 14 630.3 9.1369 630.3 9.1382 HE_K_BRL
HDKB 14 14 409.2 12.2183 409.1 12.1859 HD_K_BRL
CKB 14 14 4393.7 160.2 4393.2 160.3 C_K_BRL
XKB 14 14 3228.9 340.9 3228.9 340.9 X_K_BRL
HEKA 14 14 584.8 18.4269 584.7 18.4518 HE_K_ARG
HDKA 14 14 385.7 2.8940 385.7 2.9025 HD_K_ARG
HEMA 14 14 696.8 12.1374 696.8 12.1382 HE_M_ARG
HDMA 14 14 256.3 8.6618 256.3 8.6633 HD_M_ARG
CKA 14 14 922.3 120.1 922.3 120.1 C_K_ARG
CMA 14 14 429.1 16.2352 429.1 16.2350 C_M_ARG
XKA 14 14 7520.5 873.7 7520.5 873.7 X_K_ARG
XMA 14 14 1599.3 109.3 1599.3 109.3 X_M_ARG
HEKUSA 14 14 729.9 15.1236 729.9 15.1264 HE_K_USA
HERUSA 14 14 802.7 27.9944 802.4 28.0130 HE_R_USA
HMRUSA 14 14 691.8 14.0695 691.6 14.1233 HM_R_USA
HDRUSA 14 14 929.1 36.3728 928.8 36.3885 HD_R_USA
HDKUSA 14 14 722.9 10.5677 722.8 10.5515 HD_K_USA
MRUSA 14 14 1135.7 130.9 1135.9 130.9 M_R_USA
CKUSA 14 14 8372.9 346.8 8372.7 346.8 C_K_USA
CRUSA 14 14 1431.7 165.4 1431.9 165.4 C_R_USA
XKUSA 14 14 1104.6 56.8888 1104.6 56.8864 X_K_USA
XRUSA 14 14 258.7 31.1421 258.7 31.1422 X_R_USA
HERCD 14 14 595.7 16.6828 595.2 16.7206 HE_R_CD
HDRCD 14 14 628.8 18.3816 628.3 18.4269 HD_R_CD
CRCD 14 14 478.5 8.2914 478.5 8.2983 C_R_CD
XRCD 14 14 1647.2 226.2 1647.4 226.3 X_R_CD
HMSP 14 14 553.1 9.4199 552.1 9.8069 HM_S_PKT
CSP 14 14 2526.7 264.5 2527.3 264.2 C_S_PKT
MSP 14 14 2424.7 293.6 2424.9 293.5 M_S_PKT
HMMMS 14 14 521.2 36.0002 521.2 36.0013 HM_M_MS
CMMS 14 14 231.1 6.6613 231.1 6.6615 C_M_MS
MMMS 14 14 206.8 9.1402 206.8 9.1401 M_M_MS
HMKEU 14 14 681.6 18.6329 681.5 18.6487 HM_K_EU
HMSEU 14 14 552.0 5.6482 551.3 5.9584 HM_S_EU
HMREU 14 14 806.3 30.9976 806.0 31.0145 HM_R_EU
HMMEU 14 14 781.8 7.6322 781.8 7.6331 HM_M_EU
324

Lampiran 13. Lanjutan


The SAS System

The SIMNLIN Procedure


Dynamic Simultaneous Simulation

Solution Range Tahun = 2012 To 2025

Descriptive Statistics

Actual Predicted
Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label

CKEU 14 14 1919.8 62.5593 1919.6 62.5325 C_K_EU


CSEU 14 14 4106.6 449.5 4109.6 447.6 C_S_EU
CREU 14 14 3411.6 367.9 3408.7 368.4 C_R_EU
CMEU 14 14 2560.9 176.3 2560.8 176.3 C_M_EU
MKEU 14 14 1168.9 67.5693 1168.8 67.5433 M_K_EU
MSEU 14 14 9559.6 1365.3 9567.2 1365.8 M_S_EU
MREU 14 14 2932.4 340.6 2929.8 341.1 M_R_EU
MMEU 14 14 2722.4 194.0 2722.3 194.0 M_M_EU
HMSC 14 14 482.5 5.4258 481.7 5.2462 HM_S_CN
HMKC 14 14 626.6 15.7753 626.5 15.7887 HM_K_CN
HMRC 14 14 659.2 13.9073 659.0 13.9267 HM_R_CN
CSC 14 14 6338.3 514.5 6340.4 512.6 C_S_CN
CKC 14 14 4414.8 521.8 4414.8 521.8 C_K_CN
CRC 14 14 6477.1 622.9 6477.1 622.9 C_R_CN
MSC 14 14 6740.0 529.6 6742.2 527.6 M_S_CN
MKC 14 14 3167.9 411.5 3167.9 411.6 M_K_CN
MRC 14 14 392.7 33.2023 392.6 33.1988 M_R_CN
HMSID 14 14 509.5 7.8255 508.7 8.1983 HM_S_ID
HMKID 14 14 669.5 16.3871 669.5 16.4015 HM_K_ID
CSID 14 14 6234.8 702.4 6235.7 701.6 C_S_ID
CKID 14 14 3434.0 391.1 3433.1 391.6 C_K_ID
MSID 14 14 6068.5 593.4 6068.5 593.4 M_S_ID
MKID 14 14 1705.0 171.9 1704.1 172.4 M_K_ID
HMKIR 14 14 670.3 21.9612 670.3 21.9831 HM_K_IR
HMMIR 14 14 539.3 36.5238 539.3 36.5252 HM_M_IR
CKIR 14 14 779.4 32.7891 779.4 32.7887 C_K_IR
CMIR 14 14 249.3 23.7061 249.3 23.7060 C_M_IR
MKIR 14 14 612.7 14.2821 612.8 14.2872 M_K_IR
MMIR 14 14 260.5 25.4619 260.5 25.4618 M_M_IR
SDSI 14 14 9115.4 1113.7 9121.6 1109.0 SD_S_INA
SXSI 14 14 19312.4 1901.2 19352.7 1876.0 SX_S_INA
PRODSI 14 14 24656.1 2566.0 24697.3 2538.2 PRDS_INA
SDKB 14 14 4584.4 297.0 4584.4 297.0 SD_K_BRL
SDKA 14 14 1494.2 169.2 1494.2 169.2 SD_K_ARG
SDMA 14 14 585.9 27.3463 585.9 27.3440 SD_M_ARG
SDKUSA 14 14 11247.8 713.4 11247.8 713.4 SD_K_USA
SDRUSA 14 14 1580.7 183.2 1580.9 183.2 SD_R_USA
XSW 14 14 40166.1 3857.8 40200.9 3833.2 X_SWT_W
MSW 14 14 38152.5 3762.5 38162.6 3760.4 M_SWT_W
XKW 14 14 14601.6 1453.8 14601.6 1453.8 X_KDL_W
MKW 14 14 13200.7 1283.3 13199.8 1283.8 M_KDL_W
XRW 14 14 4952.8 487.5 4953.1 487.6 X_RAPE_W
MRW 14 14 4697.3 436.1 4694.8 436.7 M_RAPE_W
XMW 14 14 5659.6 492.8 5659.6 492.8 X_MTHR_W
MMW 14 14 5574.2 395.5 5574.2 395.5 M-MTHR_W
325

Lampiran 13. Lanjutan


Hasil Peramalan
Variabel
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Endogen LASMIN 610.02 614.17 655.92 707.33 662.22 717.33 737.33


Endogen LASMIS 2849.09 2911.09 2984.05 3065.22 3152.65 3245.26 3340.64
Endogen LASMIR 2294.99 2331.29 2374.26 2422.79 2476.04 2533.59 2594.20
Endogen YIESIN 4.2382 4.1375 4.1837 4.0715 3.9255 4.1767 4.0223
Endogen YIESIS 4.0126 4.0019 3.9834 3.9623 3.9472 3.9332 3.9230
Endogen YIESIR 3.2257 3.2048 3.1596 3.1168 3.0894 3.0782 3.0740
Endogen PRODSI 21420.67 21662.41 22132.62 22576.66 22693.13 23559.25 24045.71
Endogen SDSI 7400.21 7668.40 7949.05 8216.10 8432.50 8729.91 8980.32
Endogen SXSI 17144.26 17214.54 17514.03 17789.05 17740.05 18442.82 18768.06
Endogen XSI 15526.60 15554.75 15798.93 16030.53 15985.20 16608.53 16899.19
Endogen CSI 5782.55 6008.62 6233.95 6457.58 6677.66 6895.62 7111.45
Endogen HESI 460.46 449.05 441.85 438.47 442.80 442.81 445.44
Endogen HDSI 4869.82 4819.98 4790.23 4781.07 4812.50 4835.43 4867.59
Endogen XSM 15932.22 16258.79 16625.26 17019.82 17434.39 17862.27 18299.48
Endogen HESM 464.86 447.36 435.34 428.29 430.48 428.38 429.20
Endogen XKA 6169.22 6377.88 6582.27 6786.45 6993.82 7203.78 7411.88
Endogen XMA 1406.79 1449.43 1484.91 1515.74 1543.68 1569.83 1594.86
Endogen SDKA 1220.59 1264.80 1311.60 1357.53 1399.61 1438.73 1479.51
Endogen SDMA 539.94 548.98 556.89 564.24 571.15 577.73 584.08
Endogen CKA 734.80 763.51 792.81 822.10 851.02 879.67 908.54
Endogen CMA 399.57 406.67 412.39 416.74 420.85 425.26 429.11
Endogen HEKA 549.91 579.32 575.73 561.40 563.41 582.03 583.38
Endogen HEMA 691.53 684.76 683.60 684.72 686.63 688.97 691.18
Endogen HDKA 390.47 387.04 384.89 382.28 381.15 382.53 383.41
Endogen HDMA 278.89 269.52 263.23 258.88 255.89 254.04 252.74

Hasil Peramalan
Variabel
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

Endogen LASMIN 736.15 753.36 752.63 748.07 790.88 784.91 795.90


Endogen LASMIS 3438.84 3539.20 3640.92 3743.86 3847.63 3951.71 4056.64
Endogen LASMIR 2657.62 2723.47 2791.22 2860.63 2931.43 3003.21 3076.11
Endogen YIESIN 4.0100 4.0844 4.0848 4.1588 4.2482 4.1451 4.2402
Endogen YIESIS 3.9181 3.9165 3.9183 3.9228 3.9263 3.9318 3.9379
Endogen YIESIR 3.0767 3.0863 3.1005 3.1181 3.1360 3.1521 3.1687
Endogen PRODSI 24602.26 25343.63 25994.88 26717.01 27659.69 28257.47 29096.70
Endogen SDSI 9233.24 9505.64 9766.62 10034.90 10330.69 10586.33 10869.16
Endogen SXSI 19165.51 19749.18 20243.79 20809.97 21596.41 22038.20 22721.45
Endogen XSI 17257.43 17781.02 18225.90 18734.36 19435.87 19832.61 20443.62
Endogen CSI 7325.16 7537.48 7748.74 7959.29 8170.14 8380.74 8591.33
Endogen HESI 449.71 452.63 455.99 458.86 458.61 461.04 462.22
Endogen HDSI 4910.04 4949.23 4989.43 5027.60 5050.56 5081.43 5108.85
Endogen XSM 18743.18 19191.19 19642.16 20095.12 20549.20 21004.29 21459.97
Endogen HESM 431.98 433.38 435.23 436.49 434.13 434.59 433.71
Endogen XKA 7620.51 7830.74 8041.23 8250.27 8461.67 8672.99 8884.38
Endogen XMA 1619.15 1642.93 1666.36 1689.60 1712.71 1735.72 1758.67
Endogen SDKA 1519.68 1558.25 1596.62 1636.52 1674.14 1711.94 1749.76
Endogen SDMA 590.28 596.43 602.56 608.65 614.71 620.77 626.82
Endogen CKA 937.28 965.83 994.34 1022.97 1051.32 1079.67 1108.02
Endogen CMA 432.62 436.16 439.62 442.55 445.67 448.80 451.90
Endogen HEKA 583.10 591.24 599.11 592.65 601.12 608.50 615.51
Endogen HEMA 693.63 696.91 701.01 705.32 710.26 715.58 721.13
Endogen HDKA 383.86 384.97 386.39 386.47 387.42 388.71 390.13
Endogen HDMA 251.72 251.06 250.71 250.39 250.29 250.38 250.62
326

Lampiran 13. Lanjutan


Hasil Peramalan
Variabel
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Endogen XKB 2695.00 2779.03 2862.58 2944.63 3027.01 3108.77 3190.24


Endogen SDKB 4138.36 4198.86 4263.28 4331.38 4400.53 4471.19 4542.69
Endogen CKB 4103.21 4166.12 4217.82 4276.00 4316.27 4357.30 4394.51
Endogen HEKB 614.94 616.28 620.84 621.08 625.37 628.28 631.41
Endogen HDKB 415.98 418.67 420.54 420.78 419.89 418.22 415.88
Endogen XKUSA 1019.25 1032.12 1041.97 1054.74 1069.05 1083.66 1097.19
Endogen XRUSA 211.95 218.05 224.92 232.12 239.52 246.96 254.48
Endogen SDKUSA 10214.62 10353.89 10439.92 10575.72 10780.29 10998.26 11182.32
Endogen SDRUSA 1297.07 1332.29 1378.15 1426.67 1471.37 1518.97 1569.42
Endogen CKUSA 7861.38 7924.14 7995.40 8070.83 8156.18 8238.53 8324.21
Endogen CRUSA 1161.98 1212.77 1253.43 1295.82 1334.59 1377.73 1418.65
Endogen MRUSA 912.40 960.33 998.88 1032.98 1064.10 1096.20 1122.24
Endogen HEKUSA 691.92 711.69 714.83 720.37 726.75 737.54 736.48
Endogen HERUSA 772.52 767.57 774.20 778.46 785.20 787.39 791.77
Endogen HDKUSA 724.88 730.94 736.70 738.41 734.13 729.87 724.32
Endogen HDRUSA 885.82 883.06 891.63 897.72 906.34 910.39 916.60
Endogen HMRUSA 692.46 691.56 685.27 678.06 673.71 673.39 677.05
Endogen XRCD 1412.70 1394.92 1377.21 1412.32 1456.18 1512.98 1574.78
Endogen CRCD 465.05 467.43 469.65 471.74 473.75 475.72 477.67
Endogen HERCD 600.37 604.84 613.86 616.95 616.19 611.57 605.09
Endogen HDRCD 634.65 639.18 648.50 651.86 651.13 646.26 639.30
Endogen CSC 5716.70 5757.34 5817.03 5889.61 5961.92 6073.00 6186.08
Endogen CKC 3605.71 3727.23 3850.91 3977.04 4103.31 4228.09 4353.31
Endogen CRC 5517.72 5663.33 5807.97 5951.97 6098.79 6249.38 6398.94
Endogen MSC 6098.48 6141.56 6203.91 6279.09 6353.02 6467.65 6583.85

Hasil Peramalan
Variabel
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

Endogen XKB 3271.29 3352.20 3433.58 3513.72 3594.64 3675.23 3756.48


Endogen SDKB 4614.96 4687.60 4759.91 4833.56 4906.48 4979.77 5052.43
Endogen CKB 4431.77 4466.51 4491.17 4531.75 4557.50 4587.95 4607.48
Endogen HEKB 633.58 635.40 639.08 637.97 639.10 639.15 641.28
Endogen HDKB 412.96 409.38 405.08 400.85 395.36 390.05 384.05
Endogen XKUSA 1110.87 1124.42 1138.00 1152.08 1166.61 1180.36 1193.93
Endogen XRUSA 262.02 269.61 277.21 284.83 292.44 300.05 307.65
Endogen SDKUSA 11334.39 11487.35 11660.77 11846.82 12028.30 12199.60 12366.36
Endogen SDRUSA 1607.57 1650.43 1693.24 1733.78 1775.40 1819.26 1858.51
Endogen CKUSA 8407.63 8490.29 8575.29 8666.02 8752.32 8836.82 8919.27
Endogen CRUSA 1459.19 1497.38 1534.60 1569.62 1606.29 1643.39 1681.06
Endogen MRUSA 1157.91 1189.84 1218.79 1245.94 1273.39 1299.19 1330.01
Endogen HEKUSA 734.12 737.54 741.41 737.59 739.60 741.90 746.18
Endogen HERUSA 797.23 806.28 815.73 826.04 835.20 844.09 852.41
Endogen HDKUSA 721.59 721.59 719.78 713.60 710.10 707.63 706.33
Endogen HDRUSA 924.28 935.52 947.13 959.54 970.80 981.73 992.21
Endogen HMRUSA 683.55 690.77 697.38 703.04 707.76 711.93 716.12
Endogen XRCD 1655.34 1743.18 1811.41 1867.61 1913.20 1952.14 1980.21
Endogen CRCD 479.63 481.62 483.59 485.53 487.42 489.23 490.97
Endogen HERCD 596.06 585.53 577.83 573.90 573.59 575.94 581.09
Endogen HDRCD 629.56 618.16 609.62 605.02 604.30 606.45 611.62
Endogen CSC 6309.11 6449.54 6596.09 6749.94 6920.67 7083.36 7254.76
Endogen CKC 4478.78 4603.53 4727.68 4852.63 4976.58 5099.86 5222.55
Endogen CRC 6548.13 6698.57 6849.38 6998.18 7148.55 7299.06 7449.51
Endogen MSC 6710.15 6854.58 7005.22 7163.46 7339.49 7506.81 7683.33
327

Lampiran 13. Lanjutan


Hasil Peramalan
Variabel
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Endogen MKC 2577.85 2637.22 2715.66 2807.75 2905.15 3002.58 3103.29


Endogen MRC 358.63 354.82 356.03 359.50 365.43 374.03 383.04
Endogen HMSC 495.70 485.43 477.98 474.16 478.36 476.02 477.67
Endogen HMKC 597.11 616.16 614.85 608.50 611.74 623.74 625.25
Endogen HMRC 645.23 645.64 646.66 647.22 648.35 649.65 651.87
Endogen CSID 5155.48 5321.43 5486.99 5651.68 5811.08 5977.22 6142.79
Endogen CKID 2822.27 2915.19 3008.29 3108.52 3207.16 3294.41 3385.50
Endogen MSID 5272.06 5351.19 5437.01 5542.57 5663.41 5788.27 5934.13
Endogen MKID 1399.30 1517.82 1618.22 1536.61 1626.92 1635.06 1666.77
Endogen HMSID 517.05 506.21 499.24 495.97 499.79 500.07 502.70
Endogen HMKID 630.62 662.35 661.29 651.30 654.95 671.29 671.33
Endogen CSP 2111.06 2175.87 2242.65 2309.05 2372.91 2436.52 2499.34
Endogen MSP 2025.88 2040.88 2077.19 2135.68 2211.36 2299.98 2395.54
Endogen HMSP 565.10 551.71 542.49 537.63 540.73 541.21 544.04
Endogen CSEU 3427.48 3521.41 3624.81 3732.26 3832.50 3941.41 4051.57
Endogen CKEU 1841.97 1835.46 1847.94 1870.09 1886.02 1891.44 1903.09
Endogen CREU 2878.38 2950.93 3018.87 3087.86 3165.12 3247.02 3335.95
Endogen CMEU 2260.59 2328.01 2384.67 2426.63 2464.39 2503.46 2539.34
Endogen MSEU 7459.26 7778.74 8099.93 8423.47 8744.50 9068.16 9393.79
Endogen MKEU 1077.33 1074.37 1091.36 1116.55 1133.82 1140.51 1155.05
Endogen MREU 2433.52 2503.22 2567.37 2632.77 2705.68 2782.95 2866.24
Endogen MMEU 2476.83 2486.97 2518.20 2553.76 2590.55 2630.44 2671.07
Endogen HMSEU 557.39 549.27 543.66 541.25 545.87 544.78 547.19
Endogen HMKEU 647.98 669.11 667.36 660.06 663.83 677.66 679.59
Endogen HMREU 768.99 771.56 775.53 779.18 783.73 788.58 794.68

Hasil Peramalan
Variabel
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

Endogen MKC 3206.13 3308.55 3410.65 3515.25 3618.32 3720.60 3822.25


Endogen MRC 392.04 401.61 411.51 420.59 430.15 439.93 449.76
Endogen HMSC 480.56 481.60 483.42 484.55 482.20 483.56 482.90
Endogen HMKC 626.46 632.51 638.08 635.49 641.94 647.20 652.29
Endogen HMRC 655.38 659.84 664.88 670.27 675.61 680.61 685.31
Endogen CSID 6308.45 6477.08 6646.68 6817.90 6993.46 7167.21 7342.84
Endogen CKID 3480.41 3572.70 3663.85 3762.44 3855.90 3947.89 4038.53
Endogen MSID 6083.84 6237.90 6398.89 6562.12 6727.22 6897.52 7063.36
Endogen MKID 1678.87 1697.48 1802.83 1835.71 1894.86 1944.11 2002.92
Endogen HMSID 506.81 509.80 513.17 516.08 516.18 518.55 519.85
Endogen HMKID 670.66 677.13 682.76 675.96 682.79 687.79 692.50
Endogen CSP 2561.32 2623.23 2685.03 2746.93 2809.79 2872.48 2935.39
Endogen MSP 2487.84 2570.39 2640.47 2698.25 2746.21 2788.56 2830.61
Endogen HMSP 548.66 552.39 556.46 560.08 560.74 563.41 565.12
Endogen CSEU 4161.54 4273.69 4383.79 4490.40 4597.85 4698.36 4797.12
Endogen CKEU 1919.05 1933.83 1949.40 1972.63 1990.91 2008.17 2025.03
Endogen CREU 3430.96 3528.67 3627.58 3725.39 3818.64 3909.61 3997.00
Endogen CMEU 2578.78 2622.75 2666.67 2705.85 2748.88 2790.35 2831.26
Endogen MSEU 9720.79 10050.25 10380.86 10711.23 11042.46 11370.88 11696.58
Endogen MKEU 1172.63 1187.65 1203.31 1227.14 1244.32 1261.18 1277.80
Endogen MREU 2954.28 3044.07 3134.48 3223.47 3308.00 3390.62 3469.98
Endogen MMEU 2715.74 2767.11 2823.30 2879.50 2938.94 2999.58 3060.83
Endogen HMSEU 550.68 552.55 555.12 557.08 556.00 558.17 558.56
Endogen HMKEU 681.22 688.37 694.99 692.33 699.97 706.27 712.37
Endogen HMREU 802.50 811.57 821.41 831.73 841.97 851.76 861.17
328

Lampiran 13. Lanjutan


Hasil Peramalan
Variabel
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Endogen HMMEU 778.25 774.17 773.82 774.58 775.67 777.01 778.16


Endogen CKIR 728.44 734.05 741.87 753.30 763.26 768.84 775.93
Endogen CMIR 209.25 217.38 224.39 230.50 236.33 242.19 247.75
Endogen MKIR 586.59 589.12 594.53 604.26 611.22 611.76 614.26
Endogen MMIR 217.21 226.13 233.76 240.36 246.63 252.94 258.91
Endogen HMKIR 625.95 659.36 656.42 644.27 648.76 668.49 669.62
Endogen HMMIR 603.41 589.86 578.17 567.87 558.35 549.30 540.34
Endogen CMMS 226.99 220.39 219.29 222.05 226.61 231.07 234.30
Endogen MMMS 191.86 188.99 193.13 200.22 207.34 212.26 214.46
Endogen HMMMS 583.64 572.81 560.15 547.53 539.14 531.70 522.29
Endogen HSW 536.09 525.86 518.99 516.41 523.25 522.45 526.32
Endogen HKW 642.58 679.73 676.24 662.94 669.26 693.45 696.51
Endogen HRW 772.15 776.59 782.78 788.58 795.50 802.80 811.67
Endogen HMW 826.06 818.54 818.69 821.11 824.22 827.84 831.06
Endogen XSW 35114.78 35525.77 36205.39 36909.20 37362.04 38500.89 39319.21
Endogen MSW 33205.11 33579.17 34110.79 34779.98 35537.57 36399.74 37326.21
Endogen XKW 12278.78 12695.01 12945.63 13620.12 13697.19 14072.09 14382.42
Endogen MKW 11018.08 12010.84 11757.47 11979.98 12280.32 12939.98 12976.47
Endogen XRW 4326.58 4358.38 4396.80 4491.73 4597.56 4717.53 4843.22
Endogen MRW 4121.66 4185.15 4252.22 4307.24 4385.43 4462.27 4561.94
Endogen XMW 4870.74 5005.12 5132.34 5254.91 5374.59 5492.48 5609.25
Endogen MMW 5006.39 5063.20 5146.83 5236.71 5327.51 5419.26 5508.66

Hasil Peramalan
Variabel
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

Endogen HMMEU 779.55 781.64 784.30 787.03 790.28 793.77 797.39


Endogen CKIR 784.12 791.10 797.60 807.12 814.95 822.24 829.30
Endogen CMIR 253.14 258.53 263.89 269.02 274.25 279.48 284.70
Endogen MKIR 617.89 619.52 620.29 625.04 627.12 628.37 629.20
Endogen MMIR 264.67 270.44 276.17 281.64 287.22 292.80 298.36
Endogen HMKIR 670.14 679.10 687.18 680.88 690.46 697.95 705.12
Endogen HMMIR 531.55 523.27 515.57 508.18 501.24 494.67 488.34
Endogen CMMS 235.96 236.34 236.08 235.80 235.92 236.55 237.62
Endogen MMMS 214.36 213.06 211.66 210.91 211.08 212.04 213.43
Endogen HMMMS 513.03 505.36 498.11 490.55 483.63 477.31 471.05
Endogen HSW 531.65 534.81 538.90 542.18 541.38 544.93 546.11
Endogen HKW 699.02 711.35 722.74 717.66 730.86 741.67 752.13
Endogen HRW 822.68 835.27 848.82 862.97 877.02 890.51 903.53
Endogen HMW 834.78 839.93 846.28 852.75 860.28 868.31 876.61
Endogen XSW 40213.48 41278.72 42269.09 43325.65 44576.78 45524.44 46687.15
Endogen MSW 38289.09 39285.22 40296.58 41315.17 42351.80 43382.00 44417.94
Endogen XKW 14857.28 15099.32 15457.00 15788.64 16187.70 16494.56 16846.64
Endogen MKW 13311.94 13688.72 14031.16 14044.75 14614.78 14903.82 15238.94
Endogen XRW 4988.08 5140.51 5273.46 5394.48 5504.93 5608.75 5701.70
Endogen MRW 4685.63 4817.12 4947.33 5076.77 5197.76 5309.56 5416.82
Endogen XMW 5725.27 5840.79 5955.96 6070.94 6185.79 6300.54 6415.23
Endogen MMW 5599.61 5696.08 5797.23 5898.77 6004.58 6112.38 6221.21
329

Lampiran 14. Program Simulasi Penghapusan Pajak Ekspor Minyak Kelapa


Sawit Indonesia terhadap Hasil Peramalan Model Keterkaitan
Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun
2012-2025 (Skenario 7)

OPTIONS NODATE NONUMBER;


DATA TESIS1;
SET ANALISIS;
PESI = 0.0 * PESI;
/*SKENARIO 1: HCOW = 1.01 * HCOW;
SKENARIO 2: PRODSM = 1.10 * PRODSM;
SKENARIO 3: PRODRUSA = 1.10 * PRODRUSA; PRODRCD = 1.10 * PRODRCD;
SKENARIO 4: PRODKUSA = 1.10 * PRODKUSA; PRODKB = 1.10 * PRODKB;
PRODKA = 1.10 * PRODKA;
SKENARIO 5: PRODMA = 1.10 * PRODMA;
SKENARIO 6: PRODSM = 1.02 * PRODSM; PRODRUSA = 1.02 * PRODRUSA;
PRODRCD = 1.02 * PRODRCD; PRODKUSA = 1.02 * PRODKUSA;
PRODKB = 1.02 * PRODKB; PRODKA = 1.02 * PRODKA;
PRODMA = 1.02 * PRODMA;
SKENARIO 8: ERI = 1.08 * ERI;*/
RUN;

PROC SIMNLIN DATA=TESIS1 DYNAMIC SIMULATE STAT OUTPREDICT THEIL;

ENDOGENOUS HSW HKW HRW HMW LASMIN LASMIS LASMIR YIESIN YIESIS
YIESIR HDSI HESI CSI XSI HESM XSM HEKB HDKB CKB XKB
HEKA HDKA HEMA HDMA CKA CMA XKA XMA HEKUSA HERUSA
HMRUSA HDRUSA HDKUSA MRUSA CKUSA CRUSA XKUSA XRUSA
HERCD HDRCD CRCD XRCD HMSP CSP MSP HMMMS CMMS MMMS
HMKEU HMSEU HMREU HMMEU CKEU CSEU CREU CMEU MKEU MSEU
MREU MMEU HMSC HMKC HMRC CSC CKC CRC MSC MKC MRC HMSID
HMKID CSID CKID MSID MKID HMKIR HMMIR CKIR CMIR MKIR
MMIR SDSI SXSI PRODSI XSW MSW XKW MKW XRW MRW XMW MMW
SDKB SDKA SDMA SDKUSA SDRUSA;

EXOGENOUS TREN PRODCOW HCOW XSRW MSRW XKRW MKRW XRRW MRRW XMRW
MMRW TSBI USPI HCPI ERI PESI STOKSI LPOPI LASIN LASIS
LASIR L3LASIN L3LASIS L3LASIR ERM PESM PRODSM STOKSM
CSM ERB PEKB PRODKB STOKKB POPB PEMA ERA PRODKA PRODMA
STOKKA STOKMA IPA POPA SEKUSA SERUSA TMRUSA PRODKUSA
PRODRUSA STOKKUSA STOKRUSA POPUSA IPUSA PRODRCD ERCD
POPCD SERCD TMSP ERP IPP POPP TMMMS ERMS PRODMMS
LPOPMS TMKEU TMMEU TMSEU TMREU EREU IPEU POPEU TMKC
TMSC TMRC ERC IPC POPC TMSID TMKID PRODKID ERID IPID
POPID TMMIR ERIR PRODKIR PRODMIR POPIR;
PARM
B0 241.8316 B1 -0.02120 B2 0.023313 B3 0.474437
C0 182.7619 C1 -0.03417 C2 0.051413 C3 0.487471
D0 143.6909 D1 -0.01026 D2 0.062441 D3 0.539133
E0 380.0096 E1 -0.15911 E2 0.243896
I0 0.089329 I1 -1.12078 I2 0.858698
J0 243.9014 J1 0.116390 J2 -0.21126 J3 -0.43739 J4 0.804695
K0 72.46956 K1 0.013851 K2 -0.24278 K3 0.778981
L0 0.000224 L1 -0.00153 L2 -0.00406 L3 0.992763
330

Lampiran 14. Lanjutan

M0 0.001040 M1 -0.00015 M2 0.88328


N0 0.000087 N1 0.000197 N2 -0.00817 N3 -0.00149 N4 0.584751
O0 4.662357 O1 0.157079 O2 -464.243 O3 0.300709
P0 0.745129 P1 -0.00176 P2 -11.0698 P3 0.167411
Q0 1.405829 Q1 -453.433 Q2 -57.9413 Q3 0.008254 Q4 0.896068
R0 -3450.09 R1 -0.05438 R2 961.7034 R3 23.42292 R4 0.695843
S0 15.75933 S1 0.855158 S2 -14.0676 S3 -0.00528 S4 0.244956
T0 0.069857 T1 -6.67733 T2 0.812459 T3 0.388918 T4 0.465425
U0 351.7565 U1 0.110846 U2 -6.46154 U3 -3.66984 U4 0.454223
V0 0.507638 V1 -0.14320 V2 0.169727
W0 -723.471 W1 0.229701 W2 -0.41627 W3 100.4155 W4 0.440950
W5 0.116749
X0 -903.105 X1 -0.19697 X2 -2.17634 X3 11.50532 X4 0.683214
Y0 39.59796 Y1 0.870944 Y2 -4.28929 Y3 -0.01236 Y4 0.066310
Z0 127.8220 Z1 0.104366 Z2 -2.90880 Z3 0.521371
AA0 -2039.83 AA1 -41.4378 AA2 131.3494 AA3 66.68074
AB0 0.163538 AB1 -0.41667 AB2 10.76324 AB3 0.909194
AC0 107.3276 AC1 0.550047 AC2 0.183935
AD0 0.162831 AD1 -0.32333 AD2 0.399137 AD3 0.621045
AE0 -225.772 AE1 5.172079 AE2 6.433590
AF0 -27.2357 AF1 0.065140 AF2 -0.22921 AF3 -2.04815 AF4 0.794059
AF5 0.011916
AG0 343.4989 AG1 0.457125 AG2 2.036429
AH0 0.855283 AH1 8.448790 AH2 -0.42908
AI0 0.680184 AI1 7.412285
CG0 0.519024 CG1 -0.12344 CG2 0.206917
CH0 7.249052 CH1 1.065817 CH2 0.013472 CH3 -0.02424 CH4 0.066539
AJ0 441.8021 AJ1 65.10564 AJ2 -0.27971 AJ3 0.077960
AK0 0.066989 AK1 -0.05650 AK2 0.431599
AL0 56.36600 AL1 -0.05946 AL2 -0.52080 AL3 0.644072 AL4 0.230138
AM0 -70.3891 AM1 0.709185 AM2 25.79298
AN0 -3516.09 AN1 -0.79295 AN2 -6.57461 AN3 0.299084 AN4 16.70166
AO0 0.636471 AO1 0.079828 AO2 -0.15465 AO3 0.542992
CE0 0.990814 CE1 -0.00435 CE2 0.015832 CE3 0.063175
AP0 5.123725 AP1 -0.32645 AP2 0.583089 AP3 0.414745
AQ0 -169.133 AQ1 -0.00666 AQ2 4.062721 AQ3 1.131358 AQ4 0.797579
AR0 0.689993 AR1 0.334226
AS0 -799.987 AS1 -0.30548 AS2 12.74509 AS3 0.433641
AT0 2310.386 AT1 -0.13369 AT2 -9.75469 AT3 -39.9513 AT4 784.9596
AT5 0.463356
AU0 0.359474 AU1 7.690904 AU2 0.345766
AV0 353.3033 AV1 -2.37764 AV2 -27.9014 AV3 82.52237
AW0 216.4328 AW1 -0.00951 AW2 -14.3876 AW3 0.112771 AW4 0.369714
AX0 175.0135 AX1 0.563480 AX2 4.251363
AY0 133.9674 AY1 0.746373 AY2 1.444464
AZ0 0.798185 AZ1 7.037101
BA0 336.7428 BA1 0.486808 BA2 2.017002
BB0 -0.77048 BB1 0.615640 BB2 0.503863 BB3 1400.688 BB4 0.026403
BB5 0.374336
BC0 -825.988 BC1 -732.909 BC2 0.478277 BC3 0.118464
BD0 -10473.3 BD1 -1.76015 BD2 1.236793 BD3 590.7302 BD4 0.040975
BD5 24.40434 BD6 0.604560
BE0 -5268.47 BE1 -0.59224 BE2 0.768582 BE3 15.21893 BE4 10.89263
BE5 0.908926
BF0 -0.30298 BF1 -91.3233 BF2 0.702171
BG0 -0.23946 BG1 0.399460 BG2 0.871883
331

Lampiran 14. Lanjutan

BH0 154.2939 BH1 -0.72911 BH2 0.986633


BI0 30.12616 BI1 -0.18123 BI2 -0.30879 BI3 0.761962 BI4 0.650198
BJ0 -13375.0 BJ1 -2.99543 BJ2 0.175097 BJ3 1.794438 BJ4 145.2790
BJ5 1.223164 BJ6 3.447816
BK0 -1707.87 BK1 -0.16965 BK2 0.014549 BK3 1.844396 BK4 0.796551
BL0 0.854980 BL1 2.071625
BM0 264.6960 BM1 0.494498 BM2 0.215192
BN0 127.0903 BN1 0.605879 BN2 3.956275
BO0 -6128.81 BO1 -0.00352 BO2 0.257495 BO3 0.114741 BO4 6.436799
BO5 0.362579
BP0 -0.29663 BP1 0.346245 BP2 0.593307
BQ0 41.04146 BQ1 -0.02139 BQ2 -0.44848 BQ3 0.457126 BQ4 0.288498
BR0 274.0120 BR1 -0.12175 BR2 1.029408
BX0 64.95581 BX1 -0.07863 BX2 -0.96035 BX3 0.986032
BY0 0.870527 BY1 2.671920
BZ0 0.295125 BZ1 5.422256 BZ2 0.465672
CA0 -0.22872 CA1 0.132785 CA2 4.461250 CA3 0.623417
CB0 -839.868 CB1 -12.2172 CB2 13.86352 CB3 2.248393 CB4 0.497034
CC0 -0.06288 CC1 -1.07570 CC2 1.106310 CC3 0.086497
CD0 -0.00270 CD1 -0.92889 CD2 1.144923;

HSW = B0+B1*XSW+B2*MSW+B3*LHSW;
HKW = C0+C1*XKW+C2*MKW+C3*LHKW;
HRW = D0+D1*XRW+D2*MRW+D3*LHRW;
HMW = E0+E1*XMW+E2*MMW;
LASMIN = I0*LHESI+I1*RHCPI+I2*L3LASIN;
LASMIS = J0+J1*LHESI+J2*RHCPI+J3*USPI+J4*L3LASIS;
LASMIR = K0+K1*LHDSI+K2*USPI+K3*LLASIR;
YIESIN = L0*HESI+L1*RHCPI+L2*DLASMIN+L3*LYIESIN;
YIESIS = M0*HESI+M1*DLASMIS+M2*LYIESIS;
YIESIR = N0*HDSI+N1*LHDSI+N2*RHCPI+N3*DLASMIR+N4*LYIESIR;
HDSI = O0*HESI+O1*ERI+O2*RTSDSI+O3*LHDSI;
HESI = P0*HSW+P1*ERI+P2*RXSI+P3*LHESI;
XSI = Q0*HESI+Q1*RHDSI+Q2*PESI+Q3*ERI+Q4*SXSI;
CSI = R0+R1*HDSI+R2*RHCOW+R3*POPI+R4*LCSI;
HESM = S0+S1*HSW+S2*ERM+S3*XSM+S4*LHESM;
XSM = T0*HESM+T1*PESM+T2*STOKSM+T3*PRODSM+T4*LXSM;
HEKB = U0+U1*HKW+U2*ERB+U3*PEKB+U4*LHEKB;
HDKB = V0*HEKB+V1*SDKB+V2*CKB;
XKB = W0+W1*HEKB+W2*HDKB+W3*ERB+W4*PRODKB+W5*LXKB;
CKB = X0+X1*HDKB+X2*RRHDKBRHCOW+X3*POPB+X4*LCKB;
HEKA = Y0+Y1*HKW+Y2*ERA+Y3*XKA+Y4*LHEKA;
HDKA = Z0+Z1*HEKA+Z2*RSDCKA+Z3*LHDKA;
CKA = AA0+AA1*RHDKA+AA2*RHCOW+AA3*POPA;
XKA = AB0*HEKA+AB1*HDKA+AB2*ERA+AB3*PRODKA;
HEMA = AC0+AC1*HMW+AC2*LHEMA;
HDMA = AD0*HEMA+AD1*SDMA+AD2*CMA+AD3*LHDMA;
CMA = AE0*RHDMKA+AE1*HCOW+AE2*POPA;
XMA = AF0+AF1*HEMA+AF2*HDMA+AF3*PEMA+AF4*PRODMA+AF5*LXMA;
HEKUSA = AG0+AG1*HKW+AG2*SEKUSA;
HERUSA = AH0*HRW+AH1*SERUSA+AH2*XRUSA;
HMRUSA = AI0*HRW+AI1*TMRUSA;
HDKUSA = CG0*HEKUSA+CG1*SDKUSA+CG2*CKUSA;
HDRUSA = CH0+CH1*HERUSA+CH2*HMRUSA+CH3*SDRUSA+CH4*CRUSA;
XKUSA = AJ0+AJ1*RHEKUSA+AJ2*HDKUSA+AJ3*PRODKUSA;
XRUSA = AK0*HERUSA+AK1*HDRUSA+AK2*PRODRUSA;
332

Lampiran 14. Lanjutan

MRUSA = AL0+AL1*HMRUSA+AL2*STOKRUSA+AL3*CRUSA+AL4*LMRUSA;
CKUSA = AM0*RHDKUSAHCOW+AM1*HDRUSA+AM2*POPUSA;
CRUSA = AN0+AN1*HDRUSA+AN2*RHDRUSAHCOW+AN3*HDKUSA+AN4*POPUSA;
HERCD = AO0*HRW+AO1*SERCD+AO2*XRCD+AO3*LHERCD;
HDRCD = CE0*HERCD+CE1*PRODRCD+CE2*CRCD+CE3*LHDRCD;
XRCD = AP0*RHERCD+AP1*HDRCD+AP2*PRODRCD+AP3*LXRCD;
CRCD = AQ0+AQ1*HDRCD+AQ2*HCOW+AQ3*POPCD+AQ4*LCRCD;
HMSP = AR0*HSW+AR1*LHMSP;
CSP = AS0+AS1*HMSP+AS2*POPP+AS3*LCSP;
MSP = AT0+AT1*HMSP+AT2*ERP+AT3*TMSP+AT4*RCSP+AT5*LMSP;
HMMMS = AU0*HMW+AU1*TMMMS+AU2*LHMMMS;
MMMS = AV0+AV1*RHMMMS+AV2*ERMS+AV3*RCMMS;
CMMS = AW0+AW1*HMMMS+AW2*ERMS+AW3*POPMS+AW4*LCMMS;
HMKEU = AX0+AX1*HKW+AX2*TMKEU;
HMSEU = AY0+AY1*HSW+AY2*TMSEU;
HMREU = AZ0*HRW+AZ1*TMREU;
HMMEU = BA0+BA1*HMW+BA2*TMMEU;
CKEU = BB0*HMKEU+BB1*HMREU+BB2*HMMEU+BB3*RHCOW+BB4*IPEU
+BB5*LCKEU;
CMEU = BC0+BC1*RHMMREU+BC2*HMKEU+BC3*IPEU;
CSEU = BD0+BD1*HMSEU+BD2*HMMEU+BD3*RHCOW+BD4*IPEU+BD5*POPEU
+BD6*LCSEU;
CREU = BE0+BE1*HMREU+BE2*HMSEU+BE3*HCOW+BE4*POPEU+BE5*LCREU;
MKEU = BF0*HMKEU+BF1*EREU+BF2*CKEU;
MSEU = BG0*HMSEU+BG1*CSEU+BG2*LMSEU;
MREU = BH0+BH1*HMREU+BH2*CREU;
MMEU = BI0+BI1*HMMEU+BI2*PRODMEU+BI3*CMEU+BI4*LMMEU;
HMSC = BL0*HSW+BL1*TMSC;
HMKC = BM0+BM1*HKW+BM2*TMKC;
HMRC = BN0+BN1*HRW+BN2*TMRC;
CSC = BJ0+BJ1*HMSC+BJ2*HMKC+BJ3*HMRC+BJ4*HCOW+BJ5*IPC+BJ6*POPC;
CKC = BK0+BK1*HMKC+BK2*IPC+BK3*POPC+BK4*LCKC;
CRC = BO0+BO1*HMRC+BO2*HMKC+BO3*IPC+BO4*POPC+BO5*LCRC;
MKC = BP0*HMKC+BP1*CKC+BP2*LMKC;
MRC = BQ0+BQ1*HMRC+BQ2*PRODRC+BQ3*CRC+BQ4*LMRC;
MSC = BR0+BR1*HMSC+BR2*CSC;
HMSID = BT0+BT1*HSW+BT2*RCSID+BT3*LHMSID;
HMKID = BU0*HKW+BU1*TMKID;
CSID = BV0+BV1*HMSID+BV2*IPID+BV3*POPID;
CKID = BW0+BW1*HMKID+BW2*HMSID+BW3*HCOW+BW4*POPID+BW5*LCKID;
MSID = BS0+BS1*RRHMSIDRCSID+BS2*TMSID+BS3*ERID;
MKID = BX0+BX1*HMKID+BX2*PRODKID+BX3*CKID;
HMKIR = BY0*HKW+BY1*TMKIR;
HMMIR = BZ0*HMW+BZ1*TMMIR+BZ2*LHMMIR;
CKIR = CA0*HMKIR+CA1*HMMIR+CA2*POPIR+CA3*LCKIR;
CMIR = CB0+CB1*RHMMKIR+CB2*HCOW+CB3*POPIR+CB4*LCMIR;
MKIR = CC0*HMKIR+CC1*PRODKIR+CC2*CKIR+CC3*LMKIR;
MMIR = CD0*HMMIR+CD1*PRODMIR+CD2*CMIR;

PRODSI = LASMIN*YIESIN+LASMIS*YIESIS+LASMIR*YIESIR;
XSW = XSI+XSM+XSRW;
XKW = XKA+XKB+XKUSA+XKRW;
XRW = XRCD+XRUSA+XRRW;
XMW = XMA+XMRW;
MSW = MSC+MSEU+MSID+MSP+MSRW;
MKW = MKC+MKID+MKEU+MKIR+MKRW;
333

Lampiran 14. Lanjutan

MRW = MRUSA+MREU+MRC+MRRW;
MMW = MMEU+MMMS+MMIR+MMRW;
SDSI = STOKSI+PRODSI-XSI;
SXSI = STOKSI+PRODSI-CSI;
SDKB = STOKKB+PRODKB-XKB;
SDKA = STOKKA+PRODKA-XKA;
SDMA = STOKMA+PRODMA-XMA;
SDKUSA = STOKKUSA+PRODKUSA-XKUSA;
SDRUSA = STOKRUSA+PRODRUSA+MRUSA-XRUSA;

LLASMIN = LAG(LASMIN); LLASMIS = LAG(LASMIS);


LLASMIR = LAG(LASMIR); LYIESIN = LAG(YIESIN);
LYIESIS = LAG(YIESIS); LYIESIR = LAG(YIESIR);
LCSI = LAG(CSI); LXSI = LAG(XSI);
LHCOW = LAG(HCOW) LCSI = LAG(CSI); LXSI=LAG(XSI);
LXSM = LAG(XSM); LMSC = LAG(MSC); LMSEU = LAG(MSEU);
LMSID = LAG(MSID) LMSP = LAG(MSP); LCSC = LAG(CSC);
LCSEU = LAG(CSEU); LCSID = LAG(CSID); LCSP = LAG(CSP);
LHSW = LAG(HSW); LHESI = LAG(HESI); LHESM = LAG(HESM);
LHDSI = LAG(HDSI); LHMSC = LAG(HMSC); LHMSEU = LAG(HMSEU);
LHMSID = LAG(HMSID); LHMSP = LAG(HMSP); LXKA = LAG(XKA);
LXKB = LAG(XKB); LXKUSA = LAG(XKUSA); LMKC = LAG(MKC);
LMKID = LAG(MKID); LMKEU = LAG(MKEU); LMKIR = LAG(MKIR);
LCKA = LAG(CKA); LCKB = LAG(CKB); LCKUSA= LAG(CKUSA);
LCKC = LAG(CKC); LCKID = LAG(CKID); LCKEU = LAG(CKEU);
LCKIR = LAG(CKIR); LHKW = LAG(HKW); LHEKA = LAG(HEKA);
LHEKB = LAG(HEKB); LHEKUSA = LAG(HEKUSA);
LHMKC = LAG(HMKC); LHMKID = LAG(HMKID);
LHMKEU = LAG(HMKEU); LHMKIR = LAG(HMKIR); LXRCD = LAG(XRCD);
LXRUSA = LAG(XRUSA); LMRUSA = LAG(MRUSA); LMREU = LAG(MREU);
LMRC = LAG(MRC); LCRCD = LAG(CRCD);
LCRUSA = LAG(CRUSA); LCREU = LAG(CREU); LCRC = LAG(CRC);
LHRW = LAG(HRW); LHERCD = LAG(HERCD);
LHERUSA = LAG(HERUSA); LHMRUSA= LAG(HMRUSA);
LHDRUSA = LAG(HDRUSA); LHDKUSA= LAG(HDKUSA); LHMREU = LAG(HMREU);
LHMRC = LAG(HMRC); LXMA = LAG(XMA); LMMEU = LAG(MMEU);
LMMMS = LAG(MMMS); LMMIR = LAG(MMIR); LCMA = LAG(CMA);
LCMEU = LAG(CMEU); LCMMS = LAG(CMMS); LCMIR = LAG(CMIR);
LHMW = LAG(HMW); LHEMA = LAG(HEMA); LHMMEU = LAG(HMMEU);
LHMMMS = LAG(HMMMS); LHMMIR = LAG(HMMIR); LHDKB = LAG(HDKB);
LHDKA = LAG(HDKA); LHDMA = LAG(HDMA); LHDRCD = LAG(HDRCD);

RANGE TAHUN 2012 TO 2025;


RUN;
334

Lampiran 15. Hasil Simulasi Penghapusan Pajak Ekspor Minyak Kelapa Sawit
Indonesia terhadap Hasil Peramalan Model Keterkaitan Harga
Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun 2012-
2025 (Skenario 7)

The SAS System

The SIMNLIN Procedure

Model Summary

Model Variables 184


Endogenous 97
Exogenous 87
Parameters 326
Range Variable Tahun
Equations 99
Number of Statements 180
Program Lag Length 1

The SAS System

The SIMNLIN Procedure


Dynamic Simultaneous Simulation

Data Set Options

DATA= TESIS1

Solution Summary

Variables Solved 97
Simulation Lag Length 1
Solution Range Tahun
First 2012
Last 2025
Solution Method NEWTON
CONVERGE= 1E-8
Maximum CC 5.43E-16
Maximum Iterations 3
Total Iterations 41
Average Iterations 2.928571

Observations Processed

Read 15
Lagged 1
Solved 14
First 33
Last 46
335

Lampiran 15. Lanjutan


The SAS System

The SIMNLIN Procedure


Dynamic Simultaneous Simulation

Solution Range Tahun = 2012 To 2025

Descriptive Statistics

Actual Predicted
Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label

HSW 14 14 533.0 9.3488 522.0 11.9084 H_SWT_W


HKW 14 14 699.8 31.6069 698.9 31.4770 H_KDL_W
HRW 14 14 826.8 43.8698 823.7 42.9676 H_RAPE_W
HMW 14 14 839.0 19.0369 838.9 19.0087 H_MTHR_W
LASMIN 14 14 702.3 70.4786 718.3 61.6302 L_TM_PBN
LASMIS 14 14 3412.0 396.8 3410.9 396.9 L_TM_PBS
LASMIR 14 14 2648.0 256.8 2647.2 256.8 L_TM_PR
YIESIN 14 14 4.1253 0.0954 4.1076 0.0952 YIED_PBN
YIESIS 14 14 3.9507 0.0318 3.8986 0.0486 YIED_PBS
YIESIR 14 14 3.1312 0.0477 3.0929 0.0604 YIED_PR
HDSI 14 14 4926.5 109.0 4863.0 122.9 HD_S_INA
HESI 14 14 452.3 7.8265 442.5 9.8880 HE_S_INA
CSI 14 14 7204.8 901.8 7214.7 902.8 C_S_INA
XSI 14 14 17401.8 1689.4 17801.0 1615.5 X_S_INA
HESM 14 14 437.0 10.0360 424.8 10.3444 HE_S_MAS
XSM 14 14 18579.9 1806.6 18578.4 1806.7 X_S_MAS
HEKB 14 14 630.3 9.1369 630.1 9.0827 HE_K_BRL
HDKB 14 14 409.2 12.2183 409.0 12.1980 HD_K_BRL
CKB 14 14 4393.7 160.2 4393.3 160.3 C_K_BRL
XKB 14 14 3228.9 340.9 3228.9 340.9 X_K_BRL
HEKA 14 14 584.8 18.4269 583.9 18.3144 HE_K_ARG
HDKA 14 14 385.7 2.8940 385.5 2.9193 HD_K_ARG
HEMA 14 14 696.8 12.1374 696.7 12.1186 HE_M_ARG
HDMA 14 14 256.3 8.6618 256.3 8.6754 HD_M_ARG
CKA 14 14 922.3 120.1 922.3 120.1 C_K_ARG
CMA 14 14 429.1 16.2352 429.1 16.2350 C_M_ARG
XKA 14 14 7520.5 873.7 7520.4 873.7 X_K_ARG
XMA 14 14 1599.3 109.3 1599.3 109.3 X_M_ARG
HEKUSA 14 14 729.9 15.1236 729.5 15.0133 HE_K_USA
HERUSA 14 14 802.7 27.9944 800.0 27.2501 HE_R_USA
HMRUSA 14 14 691.8 14.0695 689.7 13.8814 HM_R_USA
HDRUSA 14 14 929.1 36.3728 926.3 35.5648 HD_R_USA
HDKUSA 14 14 722.9 10.5677 722.3 10.6618 HD_K_USA
MRUSA 14 14 1135.7 130.9 1137.5 131.5 M_R_USA
CKUSA 14 14 8372.9 346.8 8371.0 346.2 C_K_USA
CRUSA 14 14 1431.7 165.4 1433.7 166.1 C_R_USA
XKUSA 14 14 1104.6 56.8888 1104.7 56.9334 X_K_USA
XRUSA 14 14 258.7 31.1421 258.7 31.1353 X_R_USA
HERCD 14 14 595.7 16.6828 591.0 18.4309 HE_R_CD
HDRCD 14 14 628.8 18.3816 623.9 20.2642 HD_R_CD
CRCD 14 14 478.5 8.2914 478.6 8.3637 C_R_CD
XRCD 14 14 1647.2 226.2 1649.7 227.6 X_R_CD
HMSP 14 14 553.1 9.4199 542.0 11.7633 HM_S_PKT
CSP 14 14 2526.7 264.5 2532.5 264.1 C_S_PKT
MSP 14 14 2424.7 293.6 2427.3 293.4 M_S_PKT
HMMMS 14 14 521.2 36.0002 521.1 36.0254 HM_M_MS
CMMS 14 14 231.1 6.6613 231.1 6.6619 C_M_MS
MMMS 14 14 206.8 9.1402 206.8 9.1401 M_M_MS
HMKEU 14 14 681.6 18.6329 681.0 18.5591 HM_K_EU
HMSEU 14 14 552.0 5.6482 543.7 7.3264 HM_S_EU
HMREU 14 14 806.3 30.9976 803.8 30.2921 HM_R_EU
HMMEU 14 14 781.8 7.6322 781.8 7.6200 HM_M_EU
336

Lampiran 15. Lanjutan


The SAS System

The SIMNLIN Procedure


Dynamic Simultaneous Simulation

Solution Range Tahun = 2012 To 2025

Descriptive Statistics

Actual Predicted
Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label

CKEU 14 14 1919.8 62.5593 1918.1 61.8169 C_K_EU


CSEU 14 14 4106.6 449.5 4140.0 447.4 C_S_EU
CREU 14 14 3411.6 367.9 3382.4 361.9 C_R_EU
CMEU 14 14 2560.9 176.3 2560.6 176.2 C_M_EU
MKEU 14 14 1168.9 67.5693 1167.8 67.0586 M_K_EU
MSEU 14 14 9559.6 1365.3 9632.2 1391.8 M_S_EU
MREU 14 14 2932.4 340.6 2905.4 335.2 M_R_EU
MMEU 14 14 2722.4 194.0 2721.9 193.9 M_M_EU
HMSC 14 14 482.5 5.4258 473.1 5.9934 HM_S_CN
HMKC 14 14 626.6 15.7753 626.1 15.7081 HM_K_CN
HMRC 14 14 659.2 13.9073 657.3 13.4336 HM_R_CN
CSC 14 14 6338.3 514.5 6363.0 506.6 C_S_CN
CKC 14 14 4414.8 521.8 4415.1 521.9 C_K_CN
CRC 14 14 6477.1 622.9 6477.0 622.8 C_R_CN
MSC 14 14 6740.0 529.6 6766.5 521.3 M_S_CN
MKC 14 14 3167.9 411.5 3168.4 411.8 M_K_CN
MRC 14 14 392.7 33.2023 392.6 33.1915 M_R_CN
HMSID 14 14 509.5 7.8255 500.2 9.8330 HM_S_ID
HMKID 14 14 669.5 16.3871 668.8 16.2627 HM_K_ID
CSID 14 14 6234.8 702.4 6245.7 700.1 C_S_ID
CKID 14 14 3434.0 391.1 3423.8 390.8 C_K_ID
MSID 14 14 6068.5 593.4 6068.5 593.4 M_S_ID
MKID 14 14 1705.0 171.9 1695.0 171.7 M_K_ID
HMKIR 14 14 670.3 21.9612 669.5 21.8398 HM_K_IR
HMMIR 14 14 539.3 36.5238 539.2 36.5502 HM_M_IR
CKIR 14 14 779.4 32.7891 779.8 32.9312 C_K_IR
CMIR 14 14 249.3 23.7061 249.3 23.7060 C_M_IR
MKIR 14 14 612.7 14.2821 613.3 14.4937 M_K_IR
MMIR 14 14 260.5 25.4619 260.5 25.4619 M_M_IR
SDSI 14 14 9115.4 1113.7 8478.4 1074.5 SD_S_INA
SXSI 14 14 19312.4 1901.2 19064.7 1790.1 SX_S_INA
PRODSI 14 14 24656.1 2566.0 24418.3 2449.5 PRDS_INA
SDKB 14 14 4584.4 297.0 4584.4 297.0 SD_K_BRL
SDKA 14 14 1494.2 169.2 1494.3 169.2 SD_K_ARG
SDMA 14 14 585.9 27.3463 585.9 27.3428 SD_M_ARG
SDKUSA 14 14 11247.8 713.4 11247.6 713.4 SD_K_USA
SDRUSA 14 14 1580.7 183.2 1582.5 183.9 SD_R_USA
XSW 14 14 40166.1 3857.8 40563.8 3776.3 X_SWT_W
MSW 14 14 38152.5 3762.5 38254.4 3778.8 M_SWT_W
XKW 14 14 14601.6 1453.8 14601.7 1453.8 X_KDL_W
MKW 14 14 13200.7 1283.3 13190.7 1283.0 M_KDL_W
XRW 14 14 4952.8 487.5 4955.3 488.9 X_RAPE_W
MRW 14 14 4697.3 436.1 4672.0 431.7 M_RAPE_W
XMW 14 14 5659.6 492.8 5659.6 492.8 X_MTHR_W
MMW 14 14 5574.2 395.5 5573.8 395.3 M_MTHR_W

Вам также может понравиться