Вы находитесь на странице: 1из 14

ANALISA JURNAL

FAMILY PRESENCE DURING RESUSCITATION (FPDR)


DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Program Peminatan Keperawatan Kritis
Pembimbing Akademik : Ns. Reni Sulung Utami, S.Kep., M.Sc
: Ns. Ahmat Pujianto, S.Kep, M.Kep
Pembimbing Klinik : Ns. Faizal Abdi, S.Kep
: Ns. Dewi Supraptoningsih, S.Kep

Oleh :
Luthfia Pravitakari A 22020117220110
Ria Rahmawati 22020117220108
Whawha Ayuningsih 22020117220133

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXI


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
A. Analisa Situasi
Cardiac arrest atau henti jantung merupakan penyebab kematian
utama di dunia dan penyebab tersering dari henti jantung adalah penyakit
jantung koroner (Subagjo A, 2010). Menurut American Heart Association
atau AHA (2015) henti jantung adalah berhentinya fungsi jantung secara
tiba-tiba pada seseorang yang telah atau belum diketahui menderita penyakit
jantung. Hal ini terjadi ketika kelistrikan jantung menjadi tidak berfungsi
dengan baik dan menghasilkan irama jantung yang tidak normal. Untuk
mempertahankan sirkulasi darah saat henti jantung yang ditandai dengan
tidak terabanya nadi carotis atau gambaran EKG tidak normal di bed site
monitor, dilakukan tindakan resusitasi jantung paru (RJP).
Keberhasilan resusitasi jantung paru (RJP) biasanya diukur dengan
tingkat pengembalian sirkulasi secara spontan dan kembalinya
kelangsungan hidup (McNally et al, 2011). Definisi dari tujuan perawatan
selama tindakan RJP menurut Robinson dalam Lederman (2017) adalah hal
yang sangat penting untuk memenuhi kepuasan tenaga kesehatan, dan
tentunya kesejahteraan bagi anggota keluarga. Manajemen holistik selama
tindakan RJP kepada pasien termasuk menangani kebutuhan emosional dan
spiritual anggota keluarga yang merupakan bagian dari sisi perawatan
paliatif.
Family centered care adalah perawatan yang berpusat pada keluarga
yang telah diakui secara universal yang bertujuan untuk meningkatkan
keselamatan pasien, kepuasan pasien,keluarga dan tenaga kesehatan, dan
hasil perawatan yang sesuai dengan harapan. Dalam perawatan gawat
darurat kaitannya dengan tindakan RJP, family presence during
resuscitation (FPDR) atau kehadiran keluarga selama resusitasi menjadi hal
yang penting dengan tujuan untuk menjalin kontak visual dan fisik dengan
pasien gawat darurat selama tindakan RJP (McAlvin et al, 2014). Nilai
konsep ini secara fundamental dapat memfasilitasi kolaborasi yang saling
menguntungkan antara pasien, keluarga, dan tim profesional kesehatan
karena adanya keterlibatan peran keluarga di dalamnya. Namun demikian,
FPDR masih menjadi isu pro dan kontra di antara para pemangku kebijakan
meskipun sudah ada beberapa bukti yang menyebutkan FPDR memberikan
hasil yang baik (Jones et al, 2011).
Berdasarkan pengamatan penulis selama kurang lebih 3 minggu di
ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang, ditemukan adanya lebih dari 10 kasus
pasien yang diberikan tindakan resusitasi karena henti jantung. Dari sekian
kasus, perawat dan dokter terkadang mengijinkan keluarga untuk
menyaksikan proses resusitasi di dekat pasien namun ada juga suatu waktu
yang justru petugas medis melarang kehadiran keluarga. Selama tindakan
resusitasi, keluarga pasien yang diijinkan hadir selama proses RJP justru
mengalami tekanan psikologi yang menyebabkan hampir tidak sadarkan
diri, hal ini menyebabkan fokus perawat terganggu dan meningkatkan
tekanan kerja pada perawat dan dokter. Dokter dan perawat hanya
mengijinkan keluarga yang secara emosional bisa tetap stabil untuk
memberi dukungan kepada pasien meskipun pasien dalam prognosis yang
buruk. Beberapa anggota keluarga yang lain juga menyadari untuk tidak
melihat proses RJP apabila tidak cukup kuat untuk menyaksikan dan
membantu tim kesehatan mengatur anggota keluarga yang lain agar tidak
menganggu selama prosedur RJP. Dokter secara berkala melaporkan kondisi
terbaru dari pasien kepada anggota keluarga yang hadir setelah beberapa
tindakan yang dilakukan dan menghargai keputusan keluarga selanjutnya.
Adanya manfaat dan resiko dari FPDR perlu peninjauan lebih lanjut sebagai
dasar pertimbangan tim kesehatan.
B. Evidence Base
Pengalaman menyaksikan tindakan resusitasi jantung paru (RJP)
adalah hal yang tidak mudah, hebatnya 70% kerabat justru lebih suka hadir
ketika RJP dilakukan (Masa’deh et al, 2014). Familiy presence during
resuscitation (FPDR) masih menjadi isu pro dan kontra diantara pemangku
kebijakan karena berdasarkan beberapa penelitian terdapat manfaat dan
resiko dari FPDR tersebut.
Masing-masing pihak terkait seperti tenaga kesehatan profesional,
pasien dan keluarga masing-masing memiliki persepsi yang berbeda-beda
mengenai manfaat dan resiko dari FPDR. Keluarga percaya kehadiran
selama RJP dapat meningkatkan pengetahuan terkait prosedur RJP, proses
selama tindakan, dan kondisi pasien terkini. Hal ini merupakan bagian
dalam meyakinkan keluarga bahwa tim kesehatan telah berusaha
menyelamatkan hidup pasien sehingga mengurangi potensi tuntutan hukum.
FPDR juga dapat membangun ikatan yang lebih kuat, dalam hal ini keluarga
akan semakin membangun ikatan dengan yang tertinggi (Sang Pencipta) dan
makhluk hidup (tim kesehatan, pasien, anggota keluarga lain). FPDR juga
memfasilitasi fase berduka dan memberikan perlindungan agar tidak terjadi
trauma psikologis kronis apabila resusitasi tidak berhasil menyelamatkan
nyawa (Parial et al, 2016).
Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang pasien, pasien melaporkan
bahwa FPDR dapat memberikan rasa nyaman dengan mengetahui bahwa
keluarga ada di dekatnya untuk mendukung dan dia tidak akan mati
sendirian. Kedekatan ini memungkinkan untuk anggota keluarga
mengadvokat pasien dan mewakili mengambil keputusan untuk kepentingan
pasien. (Kelly et al, 2017). Menurut pasien, FPDR dapat menenangkan
anggota keluarga karena mereka dapat melihat semua yang sedang
dilakukan. FPDR membantu memastikan anggota keluarga tidak sendirian
dalam melewati masa sulit, dan mereka menerima informasi yang tepat
terkait dengan kondisi pasien bukannya cemas menunggu di luar ruangan.
Anggota keluarga juga mendukung FPDR , 94%-100% keluarga yang
sudah mengalami hal itu, memilih untuk berpartisipasi lagi. Mereka merasa
senang dapat berperan aktif dalam membantu keluarga yang mereka cintai
dengan memberikan kenyamanan dan dukungan spiritual. Mereka percaya
bahwa kenyamanan yang diberikan kepada pasien dengan sentuhan,
pelukan, dan pesan pribadi akan lebih baik daripada kenyamanan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan karena termasuk orang asing. Selain itu,
keluarga juga menganggap FPDR sebagai kesempatan terakhir untuk
mengucapkan selamat tinggal dan menutup rasa berduka mereka.
Namun, ada kalanya keluarga merasa bahwa kehadiran selama
resusitasi mungkin merugikan diri mereka sendiri dan tim perawatan
kesehatan. Kekurangan tenaga adalah kemungkinan buruk pada kinerja tim
perawatan kesehatan, pemahaman tentang etika-hukum, dan keadaan
psikologis. Faktor tersebut merupakan efek negatif dari FPDR pada kinerja
tim perawatan kesehatan, yang dapat meningkatkan tekanan di antara para
profesional perawatan kesehatan dan dapat mengganggu upaya resusitasi.
Fator lain dari sisi keluarga yaitu serangkaian masalah psikososial efek dari
FPDR pada status emosional keluarga. Keluarga merasa bahwa mereka
mungkin mengalami trauma psikologis karena melihat resusitasi. Sebuah
literatur menunjukkan bahwa setelah menyaksikan RJP dapat terjadi efek
psikologis jangka panjang. (Parial et al, 2016)
Beberapa studi kuantitatif dan kualitatif penelitian telah
mengungkapkan bahwa perawat merasakan manfaat utama dari kehadiran
keluarga (Chapman, Watkins, Bushby, & Combs, 2013; Paplanus et al.,
2012; Porter et al., 2013). Sebaliknya, perawat juga takut bahwa keluarga
akan mengalami trauma emosional dan mengganggu proses resusitasi
(James, Cottle, & Hodge, 2011; Ganz & Yoffe, 2012). Namun, bagi
perawat mereka tidak hanya memprioritaskan pasien tetapi juga keluarga
dan tim resusitasi. Perawat merasakan lebih banyak manfaat dengan
kehadiran keluarga. Hal itu disimpulkan setelah mengevaluasi
perbandingan manfaat keluarga dan risiko trauma pada keluarga dalam
proses resusitasi (Twibell, 2017).
Lain halnya dengan perspektif dokter. Mereka memiliki pandangan
bahwa risiko yang ditimbulkan dengan kehadiran keluarga saat RJP akan
lebih besar daripada manfaatnya. Dokter menyatakan keprihatinan terhadap
keluarga yang menyebabkan proses RJP memanjang atau mengganggu
resuscitations dan menciptakan kecemasan untuk tim medis (Gordon et al.,
2011). Dokter juga khawatir jika keluarga menyaksikan peristiwa resusitasi
mungkin menyebabkan trauma kepada anggota keluarga dan meningkatkan
risiko litigasi (Sak-Dankosky et al., 2014; Gordon et al., 2011). Beberapa
dokter setuju bahwa kehadiran keluarga bermanfaat dan keluarga dapat
menerima lebih banyak informasi yang tepat dan terbaru ketika hadir saat
proses resusitasi. Namun, dokter memilih untuk berkonsentrasi pada pasien
dan bukan keluarga (Koberich et al., 2010; Wacht et al., 2010; Sak-
Dankosky et al., 2014). Dokter tidak setuju dengan kehadiran keluarga yang
mungkin akan beresiko pada pasien karena kurangnya pemahaman mereka
yang dapat mengganggu.
Tenaga kesehatan sebagian besar tidak mendukung untuk
memungkinkan kehadiran keluarga selama resusitasi jantung. Kehadiran
anggota keluarga selama CPR lebih banyak berisiko dari pada bermanfaat
karena beberapa alasan diantaranya perilaku keluarga, kurangnya
pendidikan dan pemahaman tentang kondisi pasien, reaksi emosional, dan
hubungan keluarga dengan tenaga kesehatan. Ada juga yang
mengungkapkan dari sisi tenaga kesehatan terkait stress dan
ketidaknyamanan bagi tenaga kesehatan, menghambat kerja, kerja ekstra
dan beban yang berat bagi pelaku resusitasi. Selain itu tenaga kesehatan
tidak siap untuk menerima kehadiran keluarga selama CPR karena alasan
emosional keluarga klien (Asencio & Reguira, 2017)
Sampai saat ini, penelitian tentang kehadiran keluarga telah
difokuskan terutama terkait persepsi atau pendapat, preferensi dan
perspektif keluarga, pasien dan profesional kesehatan. Beberapa penelitian
telah mengungkapkan bagaimana tenaga kesehatan profesional membuat
keputusan untuk menghadirkan keluarga. Dalam hal ini, sangat diperlukan
instrumentasi kuantitatif untuk mengukur pengambilan keputusan dari
profesional kesehatan yang berhubungan dengan kehadiran keluarga dalam
proses resusitasi (Twibell, 2017).
Parial et al (2016) telah menginisiasi pembentukan intrumen
penelitian berupa 23 item pernyataan yang dapat digunakan untuk menilai
persepsi keluarga terhadap FPDR. Pengisian menggunakan skala Likert dan
hasilnya dikategorikan menjadi 2 yaitu, menguntungkan dan merugikan.
Kuesioner tersebut terdiri dari 4 inti dimensi yang penjabarannya
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat membangun wawasan, terdiri dari 7 item pernyataan
bersifat positif
2. Resiko tim kesehatan, terdiri dari 7 item pernyataan bersifat negatif
3. Manfaat membangun hubungan, terdiri dari 6 item pernyataan
bersifat positif
4. Resiko pribadi, terdiri dari 3 item pernyataan bersifat negatif.
Terdapat sejumlah 23 item pernyataan yang berdasarkan uji statistik sudah
akurat mewakili 4 dimensi inti :
1. I will become more familiar with the actions done by the health care
providers toward the patient if I am present during resuscitation.
2. I will better understand the condition of the patient if I am present
during resuscitation.
3. I will be more aware of the progress of the resuscitation if I am present
during resuscitation.
4. I will be able to see what is being done by the health care team to the
patient if I am present during resuscitation.
5. I will have peace of mind and will not doubt that something harmful
will happen to him/her if I am present during resuscitation.
6. I will be able to show my support to my family member if I am present
during resuscitation.
7. I can better cope with the situation if I am present during resuscitation.
8. The staff could be distracted and lose focus if I am present during
resuscitation.
9. The resuscitation team may not function well if I am present during
resuscitation.
10. I might interfere with the efforts of the health care team if I am present
during resuscitation.
11. The patient’s confidentiality could be breached if I am present during
resuscitation.
12. The nursing and medical staff might have increased stress and anxiety
if I am present during resuscitation.
13. The nursing and medical staff might fear that I would sue/complain
about their actions if I am present during resuscitation.
14. It will be difficult for the health care team to stop the procedures to the
patient if I am present during resuscitation.
15. I will develop a close working relationship with the health care staff if I
am present during resuscitation.
16. I will develop a deeper sense of trust and confidence toward health care
providers if I am present during resuscitation.
17. I can better express my grief if I am present during resuscitation.
18. I will be able to better express my faith and prayer to God/Higher being
if am present during resuscitation.
19. I will be protected from experiencing long-term psychological trauma if
I am present during resuscitation.
20. I will have an improved communication with the nursing and medical
staff during resuscitation if I am present in the room.
21. I will have difficulty adjusting to the long-term emotional impact of
watching a resuscitation effort.
22. I will be traumatized if I am present during resuscitation.
23. I will panic if I witness a resuscitation effort on my loved one

Terdapat kuesioner lain sebanyak 27 item pertanyaan untuk mengukur sikap


anggota keluarga dan perawat terkait tindakan FPDR yang dibagi menjadi 4,
yaitu: sikap terhadap pasien dan hak anggota keluarga untuk FPDR, potensi
kelemahan FPDR, dan persyaratan pendukung untuk dilaksanakannya FPDR.
Berikut adalah 27 item pertanyaan (Zali, Hassankhani, Powers, Dadashzadeh, &
Rajaei, 2017):
1. Family members have the right to be present during CPR of their
relatives
2. Permission should be obtained in advance, if possible, from the
patient prior to witnessed CPR
3. I would be present during CPR of my relative if allowed
4. Presence of family members during CPR would benefit the patient
5. Presence of family members allows relatives to ensure everything
was done
6. Presence of family members allows relatives to stay with the
patient until the end
7. Presence of family members makes the patient less worried
8. Family members provide support to the patient
9. Presence of family members during CPR would benefit the family
members
10. Witnessed CPR may be beneficial to the relatives’ grieving process
11. Family presence during CPR improves their understanding of CPR
12. Family presence may impair patient dignity
13. Relatives may have a bad last impression of patient
14. Process of CPR is too distressing to relatives
15. Relatives who witness CPR may have long-term psychological
sequel
16. Family members may interfere with CPR
17. Presence of relatives will prolong the resuscitation, making the
decision to stop more difficult
18. Emotional stress for doctor will be increased by the presence of
relatives
19. Doctor’s performance in CPR will be negatively influenced by
family presence
20. Emotional stress for nurses will be increased by the presence of
relatives
21. Nurse’s performance in CPR will be negatively influenced by
family presence
22. Overall, CPR performance will be negatively influenced by family
presence
23. Allowing relatives to witness CPR may increase litigation or
complaint
24. Relatives witnessing CPR should be supported by a member of staff
25. Facilities must be available to screen off the area where the CPR
takes place to allow privacy
26. The physician should speak with or write the relatives afterwards
to discuss the CPR
27. If required, the doctor should arrange appropriate referrals for
witnessed relatives
Keluarga harus mendapatkan dukungan selama FPDR oleh semua tim
kesehatan dan rohaniawan. Dukungan ini difokuskan pada pemenuhan kebutuhan
emosional, dan tidak ada kewajiban untuk merawat pasien secara langsung (Tsang
CC, 2012).
Meskipun terdapat manfaat dari FPDR bagi pasien, keluarga dan perawat
atau petugas kesehatan lain, namun FPDR belum diimplementasikan secara rutin
karena kondisi yang ada di lapangan berbeda-beda, memang belum ada kebijakan
terkait FPDR atau sudah ada kebijakan namun prakteknya belum maksimal. Oleh
sebab itu dibutuhkan dukungan tenaga kesehatan khususnya perawat untuk
mengimplementasikan FPDR. Berdasarkan hasil penelitian Twibell et al (2015)
dan Ellison et al (2013), perawat di IGD memiliki keahlian yang lebih baik dalam
hal sikap, persepsi dan kepercayaan diri terhadap FPDR dibandingkan dengan
perawat ICU.
Pelaksanaan FPDR harus ada kebijakan tertulis karena banyak perawat yang
ragu apakah memang benar ada terkait kebijakan FPDR di unit mereka, karena
ada tidaknya kebijakan tersebut akan berdampak pada perawatan yang akan
diberikan. Selain itu, pendidikan terkait FPDR juga penting untuk perawat karena
pendidikan telah terbukti meningkatkan dukungan perawat untuk
mengimplementasikan FPDR dengan tepat. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan
untuk menentukan metode pendidikan FPDR apa yang tepat untuk perawat
apakah dalam bentuk kelas, simulasi, atau online. Selain itu, penelitian juga
difokuskan pada pembelajaran interdisipliner karena resusitasi tidak hanya
dilakukan oleh perawat tetapi juga berbagai anggota tim kesehatan lain.
Pendidikan FPDR juga direkomendasikan kepada lembaga penyedia program
sertifikasi ACLS agar dijadikan bahan bahasan dalam kursus pembaharuan
pengetahuan tim kesehatan terutama yang berpartisipasi dalam resusitasi.

C. Critical Thinking
Kurangnya penelitian yang berfokus pada perspektif keluarga, menyebabkan
rumah sakit di Indonesia seperti RSDK masih belum menerima atau menerapkan
sepenuhnya praktik FDPR. Perlu dikembangkan dan divalidasi skala manfaat dan
resiko psikometrik dari Kehadiran Keluarga Selama Resusitasi (FPDR-BRS).
Tenaga kesehatan sebagian besar tidak mendukung untuk memungkinkan
kehadiran keluarga selama resusitasi jantung. Tenaga kesehatan tidak siap untuk
menerima kehadiran keluarga selama CPR karena alasan emosional keluarga
klien. Penerimaan anggota keluarga selama CPR lebih banyak beresiko
dikarenakan perilaku dari keluarga yang gegabah (cemas) terhadap kondisi pasien,
serta kurangnya pendidikan dan pemahaman tentang kondisi pasien. Sedangkan
dari sisi tenaga kesehatan, dapat menimbulkan stress dan ketidaknyamanan bagi
tenaga kesehatan, menghambat kinerja dan terasa seperti terbebani. Jika memang
ada rumah sakit yang menerapkan FPDR, harus ada kebijakan tersendiri dan lebih
baik lagi jika perawat difasilitasi dengan pendidikan tentang FPDR.
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. (2010). Management of Cardiac Arrest.


Circulation;112;IV-58-IV-66. Lippincott Williams & Wilkins, a division of
Wolters Kluwer Health, 351 West Camden Street, Baltimore.
Chapman, R., Watkins, R., Bushby, A., & Combs, S. (2013). Assessing Health
Professionals’ Perceptions of Family Presence During Resuscitation: A
Replication Study. International Emergency Nursing. 21: 17–25.
Gordon, E. D., Kramer, E., Couper, I., & Brysiewicz, P. (2011). Family-Witnessed
Resuscitation in Emergency Departments: Doctors’ Attitudes dnd Practices.
South African Medical Journal. 101: 765–767.
James, J., Cottle, E., & Hodge, R. D. (2011). Registered Nurse and Health Care
Chaplains Experiences of Providing The Family Support Person Role
During Family Witnessed Resuscitation. Intensive and Critical Care
Nursing. 27: 19–26.
Jones BL, Paker-Raley J, Maxson T, Brown C. (2011). Understanding health care
professionals’ views of family presence during pediatric resuscitation. Am J
Crit Care. 20(3):199-208.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
856/Menkes/SK/IX/2009 tanggal 25 September 2009 tentang Standar
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit, Jakarta.
Koberich, S., Kaltwasser, A., Rothaug, O., & Albarran, J. (2010). Family
Witnessed Resuscitation – Experience And Attitudes of German Intensive
Care Nurses. Nursing in Critical Care. 15: 241–250.
Lederman Z, et al. (2017). Attitudes of Singapore Emergency Department staff
toward family presence during cardiopulmonary resuscitation. Singapore:
Sage Journal.
Luwiharsih. (2002). Persiapan Rumah Sakit untuk Diakreditasi. Naskah tulisan
untuk buku (inprogres): Jakarta.
Masa’Deh R., Saifan A., Timmons S., Nairn S. (2014). Families’ stressors and
needs at time of cardiopulmonary resuscitation: a Jordanian perspective.
Glob J Health Sci; 6(2):72-85.
McAlvin SS, Carew-Lyons A. (2014). Family presence during resuscitation and
invasive pediatric critical care: a systematic review. Am J Crit Care.
23(6):477-85.
McNally B, Robb R, Mehta M, et al. (2011). Out-of-hospital cardiac arrest
surveillance–Cardiac Arrest Registry to Enhance Survival (CARES). United
States, October 1.
Parial LLB, Torres GCS, Macindo JRB. (2016). Family Presence During
Resuscitation Benefits-Risks Scale (FPDR-BRS): Instrument Development
And Psychometric Validation. Journal Emergency Nursing: 1-11.
Paplanus, L. M., Salmond, S. W., Jadotte, Y. T., & Viera, D. L. (2012). A
Systematic Review of Family Witnessed Resuscitation and Family Witnessed
Invasive Procedures in Adults in Hospital Settings Internationally-Part II:
Perspectives Of Healthcare Providers. JBI Database of Systematic Reviews
and Implementation Reports. 10: 2018–2294.
Sak-Dankosky, N., Andruszkiewicz, P., Sherwood, P. R., & Kvist, T. (2014).
Integrative Review: Nurses’ and Physicians’ Experiences and Attitudes
Towards Inpatient-Witnessed Resuscitation of an Adult Patient. Journal of
Advanced Nursing. 70: 957–974.
Subagjo, A. Achyar. Ratnaningsih, E. Suginman, T. Kosasih, A. Agustinus, R.
(2011). Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Dasar. Jakarta : PP
PERKI.
Tsang CC (2012). Attitudes of medical staff and patient’s relatives towards
family presence during cardiopulmonary resuscitation in an adult intensive
care unit of Hong Kong. MSc [dissertation]. The University of Hong Kong;
2012.
Available from: https://hub.hku.hk/handle/10722/179934.

Twibell R., Siela D., Riwitis C., Neal A., Waters N. (2017). A Qualitative Study of
Factors in Nurses’ And Physicians’ Decision-Making Related to Family
Presence During Resuscitation. Journal of Clinical Nursing Wiley. 27: 320-
334.
Twibell RS, Siela D, Riwitis C, et al. Nurses’ perceptions of
their self-confidence and the benefits and risks of family presence
during resuscitation. Am J Crit Care. 2008;17(2):101-111.
Zali, Hassankhani, Powers, Dadashzadeh, & Rajaei. (2017). Family presence
during resuscitation: A descriptive study with Iranian
nurses and patients’ family members. Journal Emergency Nursing. 34: 1-6
Ellison S. Nurses’ attitude toward family presence during resuscitative efforts and
invasive procedures. J Emerg Nurs. 2003;
29(6):515-521.
Kelly A. Nursing Practices and Policies Related to Family Presence During
Resuscitation. J Dimensions of Critical Care Nursing. 2017; 36 (1) : 53-59.
JM Asencio-Gutiérrez (MSN, PgDip, RN) , I. Reguera-Burgos (M, PgDip, BA) .
2017. The opinion of health professionals regarding the presence of relatives
during cardiopulmonary resucitation. 28 (44). 144-159.

Вам также может понравиться