Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. J
Umur : 71 tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
No HP : 08217366532
3.2. ANAMNESIS
Kelamin RSUP dr. M. Djamil Padang pada tanggal 14 September 2018, dengan:
1. Keluhan Utama:
diatasnya yang terasa nyeri pada tangan kiri, paha kiri dan kedua kaki
Awalnya pasien mengeluh susah untuk buang air besar dan disertai
demam sehingga pasien berobat ke puskesmas dan mendapat obat
dari dokter yang dimasukkan melalui dubur dan dua obat makan
16
yang salah satunya adalah parasetamol dan obat yang lain tidak
diketahui namanya oleh pasien. Obat tersebut berwarna putih dan
satu lagi berwarna kuning. Setelah memakan obat tersebut pasien
langsung merasakan gatal pada tangan kiri lalu paha kiri dan kedua
kakinya, lalu disusul dengan munculnya bercak-bercak berwarna
merah keunguan di tempat-tempat tersebut. Sehari setelah itu
muncul gelembung-gelembung berisi cairan diatas bercak-bercak
tersebut disertai dengan rasa nyeri.
Setelah muncul keluhan tersebut pasien datang ke puskesmas dan
dirujuk ke RSUD
Pasien sudah pernah mengkonsumsi parasetamol sebelumnya
Pasien tidak mendapat pengobatan lain dalam 8 minggu ini
Tidak ditemukan kelainan pada mata, dan mukosa
Demam, mual dan muntah tidak ada.
Tidak terdapat pembesaran KGB
3. Riwayat penyakit Dahulu
17
- Riwayat dermatitis alergi tidak ada
1. Status Generalis
- Nadi : 80x/menit
- Nafas : 18x/menit
- Suhu : 370 C
- BB : 52 kg
- TB : 140 cm
- IMT : 33,3
18
2. Status Dermatologikus :
19
3. Status Venerologikus : Tidak ada kelainan
3.4 RESUME
20
keunguan. Sehari setelah itu muncul gelembung-gelembung berisi cairan
diatas bercak-bercak tersebut disertai dengan rasa nyeri. Obat yang diminum
pasien ada dua, yaitu parasetamol dan satu obat lainnya pasien tidak tahu
nama obatnya. Keluhan ini tidak disertai dengan keluhan sistemik. Keluhan
seperti ini baru pertama kali dialami oleh pasien.
Pada pemeriksaan fisik status dermatologi didapatkan lesi pada
pergelangan tangan kiri, paha kiri serta kedua punggung kaki yang berupa
makula eritem-keunguan multipel dengan dan tanpa bula diatasnya, ukurannya
bervariasi mulai dari lentikuler sampai dengan plakat dengan batas tegas dan
ada yang tidak tegas.
- Test Provokasi
- Uji Tempel
3.9 DIAGNOSIS
3.10 TATALAKSANA
a. Umum (Non-Farmakologi)
21
2. Menghentikan penggunaan obat yang diduga menyebabkan kelainan
kelainan ini.
b. Khusus:
Praktek Umum
SIP: N0. 1/ tahun 2018
Alamat: Jl.Perintis Kemerdekaan No. 05 Padang
Telp: 075112345
Praktek: Senin – Jumat
Jam: 19.00 – 21.00 WIB
Padang, 15 September 2018
S.3.d.d Tab II
S. 3. d.d Tab II
Pro : Ny. JZ
Umur : 71 tahun
22
3.11 PROGNOSIS
23
BAB IV
DISKUSI
Fixed drug eruption merupakan salah satu bentuk erupsi obat alergi (EOA)
yang ringan yang sering dijumpai. Erupsi obat alergi atau cutaneous drug eruption
adalah reaksi hipersensitivitas terhadap obat dengan manifestasi pada kulit dengan
atau tanpa keterlibatan mukosa. Lesi pada FDE berupa makula atau plak eritema-
keunguan dan kadang disertai vesikel atau bula pada bagian tengahnya sehingga
sering menyerupai eritema multiformis. Predileksi tersering adalah daerah bibir,
tangan dan genitalia. Kemudian meninggalkan bercak hiperpigmentasi yang lama
hilang, bahkan sering menetap. Ciri khas FDE adalah berulang pada predileksi
yang sama setelah pajanan obat penyebab.
24
Diagnosis fixed drug eruption (FDE) ditegakkan berdasarkan gambaran
morfologi khas dan didukung dengan riwayat penggunaan obat, walaupun pada
pasien tidak ditemukan lesi berulang pada tempat yang sama karena baru pertama
kali dialami oleh pasien. Pada pasien ini muncul lesi berupa maluka eritema-
keunguan dengan bula diatasnya setelah meminum obat. Dilihat dari waktu
munculnya gejala dan lesinya, maka lesi pasien ini lebih mengarah pada FDE
dibandingkan dengan EOA lainnya.
Fixed drug eruption dapat bersifat asimtomatik atau disertai rasa terbakar,
tersengat atau gatal pada lesi. Gejala sistemik berupa demam dan nausea jarang
ditemukan. Pada pasien awalnya mengeluh gatal tapi setelah muncul lesi pasien
mengeluhkan nyeri pada lesi. Pada pasien ini juga tidak ditemukan gejala
sistemik.
Walaupun FDE bukan penyakit berat atau mengancam jiwa, tapi FDE
seringkali menceaskan pasien dan keluarga, sehingga penting untuk mengetahui
obat penyebabnya. Uji provokasi oral merupakan metode yang paling terpercaya
untuk menentukan obat penyebab, tapi risiko munculnya reaksi yang lebih berat
menjadikan metode ini jarang dilakukan. Uji tempel menjadi alternatif yang lebih
25
aman. Uji tempel biasa dilakukan dalam waktu 6 minggu sampai 6 bulan setelah
lesi membaik.
Prognosis pada pasien ini untuk Quo ad sanam adalah bonam, jika obat
penyebab diketahui sehingga kemungkinan pasien terpapar dengan obat tersebut,
dan muncul reaksi lagi bisa dihindari. Untuk quo ad kosmetikum adalah bonam,
dengan menghentikan segera obat pencetus kelainan ini. Sedangkan untuk Quo ad
vitam dan fungtionam pasien ini bonam karena tidak membahayakan nyawa dan
juga tidak menyebabkan gangguan fungsi pada kulit.
26
DAFTAR PUSTAKA
27