Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Promosi Kesehatan

2.1.1 Definisi

Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

585/MENKES/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di

Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat

melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan berasa masyarakat agar mereka dapat

menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya

masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan

publik yang berwawasan kesehatan. Secara operasional, upaya promosi kesehatan di

puskesmas dilakukan agar masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya,

baik masalah-masalah kesehatan yang diderita maupun yang berpotensi mengancam,

secara mandiri. Disamping itu, petugas kesehatan puskesmas diharapkan mampu

menjadi teladan bagi pasien, keluarga, dan masyarakat untuk melakukan

PHBS.4

2.1.2 Ruang Lingkup

Pada tahun 1986 di Ottawa, Canada dilangsungkan Konferensi International

pertama, menghasilkan Deklarasi Ottawa yang merumuskan lima pilar utama atau lima

ruang lingkup promosi kesehatan, yaitu:6

1. Build Healthy Public Policy (membangun kebijakan publik yang berwawasan

kesehatan). Setiap pembuat kebijakan publik harus memperhatikan dampak

4
kesehatan dari setiap keputusan yang dibuatnya. Demikian juga harus dibangun

kebijakan publik yang menguntungkan kesehatan. Kebijakan publik antara lain

berbentuk peraturan perundang-undangan, kebijakan fiskal, kebijakan pajak,

dan pengembangan organisasi dan kelembagaan. Contoh: pemakaian helm dan

sabuk pengaman, pembatasan iklan rokok.

2. Create Supportive Environment (menciptakan lingkungan yang mendukung).

Lingkungan sosial yang mendukung sangat besar perannya dalam

mempengaruhi kesehatan dan perilaku seseorang. Contoh : penyediaan tempat

sampah, tempat khusus menyusui di tempat umum.

3. Strengthen, Community action (memperkuat gerakan masyarakat). Promosi

kesehatan mendorong dan memfasilitasi upaya masyarakat dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan. Contoh : mendorong terbentuknya

yayasan/lembaga konsumen kesehatan, mendorong pembentukan posyandu.

4. Develop Personal Skill (mengembangkan keterampilan individu). Agar

masyarakat mampu membuat keputusan yang efektif mengenai kesehatannya,

masyarakat perlu informasi, pendidikan/pelatihan dan berbagai keterampilan.

Tugas promosi kesehatan adalah memberdayakan masyarakat agar dapat

mengambil keputusan dan alih tanggung jawab kesehatan berdasarkan

pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Mengembangkan keterampilan

individu akan lebih efektif bila dilakukan melalui tetatan-tatanan rumah tangga,

sekolah, tempat kerja, dan tatan lain yang sudah ada di masyarakat.

5
5. Reorient Health Service (menata kembali arah pelayanan kesehatan). Upaya-

upaya preventif dan promotif lebih diutamakan tanpa mengesampingkan upaya

kuratif dan rehabilitatif.

2.1.3 Strategi Promosi Kesehatan

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Surat

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 585/MENKES/SK/V/2007 tentang Pedoman

Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama promosi kesehatan

terdiri dari:4,7

2.1.3.1 Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan

pengetahuan, kemauan, dan kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat untuk

mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, menciptakan lingkungan sehat serta

berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan. Pemberdayaan ini harus

memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

a) Pemberdayaan Individu

Pemberdayaan terhadap individu dilakukan oleh setiap petugas kesehatan

Puskesmas terhadap individu-individu yang datang memanfaatkan pelayanan

Puskesmas. Tujuan dari upaya tersebut adalah memperkenalkan perilaku baru kepada

individu yang mungkin mengubah perilaku yang selama ini dipraktikkan oleh individu

tersebut. Metode yang dapat digunakan dapat berupa pilihan atau kombinasi dari

dialog, demonstrasi, konseling dan bimbingan.

6
b) Pemberdayaan Keluarga

Pemberdayaan dilakukan terhadap keluarga dari pengunjung Puskesmas atau

keluarga-keluarga yang berada di wilayah kerja Puskesmas. Pemberian informasi

tentang perilaku yang diperkenalkan perlu dilakukan secara sistematis agar anggota

keluarga yang dikunjungi dapat menerima dari tahap “tahu” ke “mau” dan jika sarana

tersedia diharapkan sampai ke tahap “mampu” melaksanakan.

c) Pemberdayaan Masyarakat

Merupakan upaya penggerakkan atau pengorganisasian masyarakat.

Pengorganisasian diawali dengan membantu kelompok masyarakat mengenali

masalah-masalah yang menggangu kesehatan. Kemudian masalah tersebut

dimusyawarahkan untuk dipecahkan secara bersama. Dari hasil tersebut masyarakat

melakukan upaya-upaya agar masalah tersebut tidak menjadi masalah lagi. Peran aktif

masyarakat diharapkan dalam penanggulangan masalah kesehatan di lingkungan

mereka dengan dukungan dari Puskesmas.

2.1.3.2 Bina Suasana

Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang

mendorong individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan

meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan berperan aktif

dalam penyelenggaraan kesehatan. Untuk mendukung proses pembedayaan

masyarakat, khususnya dalam upaya mengajak individu, keluarga, dan masyarakat

mengalami peningkatan dari fase “tahu” menjadi “mau” perlu diciptakan lingkungan

yang mendukung. Keluarga atau orang yang mengantarkan pasien ke Puskesmas,

penjenguk pasien, dan petugas kesehatan memiliki pengaruh untuk menciptakan

7
lingkungan yang kondusif atau mendukung opini yang positif terhadap perilaku yang

sedang diperkenalkan.

Metode yang tepat disini adalah penggunaan media, seperti misalnya pembagian

leaflet, pemasangan poster atau penayangan video berkaitan dengan penyakit dari

pasien. Dengan demikian, mereka dapat membantu menyampaikan informasi yang

diperoleh kepada pasien. Selain itu, beberapa Puskesmas (dengan tempat perawatan)

melaksanakan penyuluhan kelompok. Dinding dan sudut-sudut ruangan, bahkan di

halaman gedung Puskesmas juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan bina suasana

kepada para pengantar pasien, penjenguk, dan pengunjung Puskesmas lainnya.

2.1.3.3 Advokasi

Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan

komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (tokoh-tokoh masyarakat

informal dan formal) agar masyarakat di lingkungan Puskesmas berdaya untuk

mencegah serta meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat.

Dalam upaya memberdayakan individu, keluaga, dan masyarakat, Puskesmas

membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain, sehingga advokasi perlu dilakukan.

Misalnya, dalam rangka mengupayakan lingkungan Puskesmas yang bebas asap rokok,

Puskesmas perlu melakukan advokasi kepada pimpinan daerah setempat untuk

diterbitkannya peraturan tentang KTR (Kawasan Tanpa Rokok) di lingkungan kerja

Puskesmas.

8
2.1.3.4 Kemitraan

Kemitraan dikembangkan antara petugas kesehatan Puskesmas dengan

sasarannya (para pasien atau pihak lain) dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina

suasana, dan advokasi. Disamping itu kemitraan juga dikembangkan karena kesadaran

bahwa untuk meningkatkan efektivitas promosi kesehatan, petugas Puskesmas harus

berkerjasama dengan berbagai pihak terkait. Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus

diperhatikan dan dipraktikkan adalah sebagai berikut:

a. Kesetaraan. Kesetaraan menghendaki tidak terciptanya hubungan yang bersifat

hierarkis (atas-bawah). Semua harus diawali dengan kesediaan menerima

bahwa masing-masing berada dalam kedudukan yang sederajat.

b. Keterbukaan. Dalam setiap langkah menjalin kerjasama, diperlukan adanya

kejujuran dari masing-masing pihak, semuanya harus disertai dengan itikad

jujur, sesuai fakta, dan tidak menutup-nutupi sesuatu.

c. Saling menguntungkan. Solusi yang diajukan hendaknya selalu mengandung

keuntungan bagi semua pihak.3

2.1.4 Pelaksana Promosi Kesehatan

Pelaksana promosi kesehatan dibagi menjadi dua, yakni (1) setiap petugas

kesehatan dan (2) petugas khusus promosi kesehatan (penyuluh kesehatan

masyarakat).7

a. Setiap Petugas Kesehatan

Setiap petugas kesehatan yang melayani pasien dan ataupun individu sehat

(seperti dokter, perawat, bidan, tenaga gizi, petugas laboratorium, dll) wajib

melaksanakan promosi kesehatan. Namun demikian tidak semua strategi promosi

9
kesehatan menjadi tugas utamanya, melainkan hanya pemberdayaan.

Pemberdayaan yang dimaksud adalah membantu atau memfasilitasi pasien/klien,

sehingga memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk mencegah dan

atau mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya, dengan menerapkan perilaku

hidup bersih dan sehat.7

b. Petugas Khusus Promosi Kesehatan

Petugas khusus promosi kesehatan diharapkan dapat membantu para petugas

kesehatan lain dalam melaksanakan pemberdayaan, yaitu dengan menyediakan alat

batu/alat peraga atau media komunikasi, menyelenggarakan bina suasana, dan

menyelenggarakan advokasi.7

2.1.5 Sasaran

Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya tiga jenis sasaran, yaitu

sasaran primer, sasaran sekunder, dan sasaran tersier.7

a) Sasaran Primer

Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien,

individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.

Karena visi dari promosi kesehatan yang merupakan tercapainya PHBS, maka

diharapkan promosi kesehatan ini dapat merubah perilaku hidup masyarakat dari yang

tidak bersih dan tidak sehat menjadi bersih dan sehat. Akan tetapi, mengubah perilaku

bukanlah suatu hal yang mudah. Perubahan perilaku individu akan sulit dicapai apabila

tidak didukung oleh sistem nilai dan norma-norma sosial serta norma-norma hukum

yang diciptakan / dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik pemuka informal

maupun pemuka formal. Keteladanan dari para pemuka masyarakat,

10
baik pemuka informal maupun pemuka formal, dalam mempraktikkan PHBS sangat

diperlukan dalam keberhasilan perubahan perilaku. Suasana lingkungan sosial yang

kondusif dari kelompok-kelompok masyarakat dan pendapat umum juga berpengaruh

dalam keberhasilan promosi kesehatan.

b) Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal

(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal

(misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi

kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya

meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara

berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS, turut menyebarluaskan

informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS, dan

berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya

PHBS.

c) Sasaran tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan

perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta

mereka yang dapat memfasilitasi atau menyedikan sumber daya. Mereka diharapkan

turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga

(rumah tangga) dengan cara memberlakukan kebijakan / peraturan perundang-

undangan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung

terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat. Cara lain yang digunakan adalah dengan

membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat

11
mempercepat tercipanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga

(rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya.

2.1.6 Pendukung Pelaksanaan

Dalam pelaksanaannya, strategi promosi kesehatan harus diperkuat dengan 2

hal berikut:4

1. Metode Komunikasi dan Media Komunikasi

Pemilihan metode harus dilakukan dengan memperhatikan kemasan

informasinya, keadaan penerima informasi (termasuk sosial budayanya), dan hal-

hal lain seperti ruang dan waktu. Media atau sarana informasi juga perlu dipilih

mengikuti metode yang telah ditetapkan, memperhatikan sasaran atau penerima

informasi.

2. Sumber Daya

Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan promosi kesehatan

puskesmas adalah tenaga SDM, sarana/peralatan termasuk media komunikasi,

dan dana. Pengelolaan promosi kesehatan hendaknya dilakukan oleh koordinator

yang mempunyai kapasitas di bidang promosi kesehatan. Koordinator tersebut

dipilih dari tenaga khusus promosi kesehatan (yaitu pejabat fungsional Penyuluh

Kesehatan Masyarakat atau PKM). Jika tidak tersedia tenaga khusus promosi

kesehatan tersebut dapat dipilih dari semua tenaga kesehatan puskesmas yang

melayani pasien/klien.

Sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005

tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah disebutkan bahwa

standar khusus promosi kesehatan untuk di Puskesmas adalah sebagai berikut:4

12
Tabel 2.1 Standar Khusus Tenaga Promkes4
Kualifikasi Jumlah Kompetensi Umum
D3 Kesehatan + 1 orang a. Membantu tenaga kesehatan
minat dan bakat di lain merancang
bidang promosi pemberdayaan
kesehatan b. Melakukan bina suasana dan
advokasi

Sedangkan untuk standar sarana/peralatan promosi kesehatan puskesmas

minimalnya adalah sebagai berikut:4

Tabel 2.2 Standar Sarana Promkes4


No Jenis Sarana/Peralatan Jumlah
1 Flipcharts dan stands 1 set
2 OHP 1 buah
3 Amplifier dan wireless microphone 1 set
4 Kamera foto 1 buah
5 Megaphone 1 set
6 Portable generator 1 buah
7 Tape/cassette recorder/player 1 buah
8 Papan informasi 1 buah

Untuk dana atau anggaran promosi kesehatan puskesmas memang sulit

ditentukan standar, namun demikian diharapkan Puskesmas atau Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dapat menyediakan dana yang cukup untuk melaksanakan kegiatan-

kegiatan-kegiatan promosi kesehatan puskesmas.4

2.1.7 Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan dan Evaluasi Promosi Kesehatan

1) Perencanaan

Perencanaan akan menghasilkan penentuan prioritas, rumusan tujuan, rumusan

intervensi, dan jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan yang terintegrasi dengan

perencanaan di wilayah kerja Puskesmas.4

13
a. Menentukan prioritas masalah

i. Dari beberapa masalah yang ada, mana yang dapat diselesaikan dengan

mudah

ii. Mengapa terjadi

iii. Bagaimana cara mengatasinya

iv. Apa bentuk kegiatannya

v. Berapa dana yang dibutuhkan

vi. Bagaimana jadwal kegiatannya

vii. Siapa yang akan mengerjakannya

viii. Berapa lama waktu kegiatannya

b. Menentukan tujuan

Berdasarkan masalah yang ditemui dan ketersediaan sumber daya, maka

ditentukan tujuan yang akan dicapai untuk mengatasi masalah yang ditemukan.

Contohnya: meningkatkan presentasi ibu bersalin yang dibantu oleh tenaga

kesehatan dari 60% menjadi 70% di Puskesmas kecamatan Y dalam 1 tahun.

c. Menentukan kegiatan

Caranya yaitu dengan membuat beberapa alternatif kegiatan, kemudian dipilih

kegiatan mana yang bisa dilakukan dikaitkan dengan ketersediaan sumber daya.

d. Menyusun jadwal kegiatan

Jadwal kegiatan sebaiknya dibahas pada pertemuan dengan berbagai pihak yang

terlibat dalam kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas.

14
2) Penggerakan dan Pelaksanaan

Penggerakan dan pelaksanaan merupakan upaya yang dilakukan sesuai dengan

rencana kegiatan yang kegiatannya merupakan implementasi dari kegiatan terpilih.4

3) Pemantauan

Pemantauan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

pencapaian dan pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas. Pemantauan dapat

dilakukan pada pelaksanaan program aksi baik di Puskesmas maupun di lapangan dan

juga pembinaan serta membantu memecahkan masalah-masalah yang ada.

Mekanismenya yaitu:4

a. Pelaporan yang bersih dan realisasi pelaksanaan serta pencapaian program

promosi kesehatan di Puskesmas, yang disampaikan oleh pengelola promosi

kesehatan kepada kepala Puskesmas setiap bulannya.

b. Kunjungan/peninjauan lapangan dilakukan ke beberapa lokasi terpilih.3

4) Evaluasi

Evaluasi sebaiknya dilakukan di setiap tahapan manajerial mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, dan hasil. Evaluasi dilakukan pada setiap pertengahan dan

akhir tahun untuk menilai proses dan hasil pelaksanaan promosi kesehatan di

Puskesmas. Hal tersebut dimaksudkan untuk menilai sejauh mana kemajuan kegiatan

dan hasil yang dicapai. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan indikator

keberhasilan yang dapat dijadikan sebagai masukan sekaligus bahan untuk perbaikan

dan pemanfaatan kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas.4

15
5) Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan perlu dirumuskan untuk keperluan pemantauan dan

evaluasi. Oleh karena itu, indikator keberhasilan ini sesungguhnya cenderung menjadi

perhatian dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai Pembina Puskesmas. Agar

pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan secara paripurna, maka indikator

keberhasilan ini mencakup indikator masukan (input), proses, keluaran (output), dan

indikator dampak (outcome).4

a. Indikator masukan

Masukan yang perlu diperhatikan berupa komitmen, sumber daya manusia,

sarana/peralatan, dan dana. Oleh karena itu, indikator masukan ini dapat

mencakup:4

1. Ada/tidaknya komitmen kepala Puskesmas yang tercermin dalam Rencana

Umum Pengembangan Promosi Kesehatan Puskesmas.

2. Ada/tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam Rencana

Operasional Promosi Kesehatan Puskesmas.

3. Ada/tidaknya tenaga PKM Puskesmas sesuai dengan acuan dalam standar

SDM promosi kesehatan Puskesmas.

4. Ada/tidaknya tenaga PKM dan tenaga lainnya di Puskesmas yang sudah

dilatih.

5. Ada/tidaknya sarana dan peralatan promosi kesehatan sesuai dengan acuan

dalam standar.

6. Ada/tidaknya dana di Puskesmas yang mencukupi untuk penyelenggaraan

promosi kesehatan Puskesmas.

16
b. Indikator Proses

Indikator yang digunakan disini meliputi:4

1. Sudah/belum dilaksanakannya kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung

(setiap tenaga kesehatan melakukan promosi atau diselenggarakan klinik

khusus, pemasangan poster, dan lain-lain) dan atau frekuensinya.

2. Kondisi media komunikasi yang digunakan masih baik atau sudah rusak.

3. Sudah/belum dilaksanakannya kegiatan promosi kesehatan di masyarakat.

c. Indikator Keluaran

Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan, baik secara umum maupun khusus. Oleh karena itu, indikator yang

digunakan disini adalah berupa cakupan dari kegiatan misalnya:4

1. Apakah semua tenaga kesehatan Puskesmas telah melaksanakan promosi

kesehatan.

2. Berapa banyak pasien/klien yang sudah terlayani oleh berbagai kesehatan

dalam gedung.

3. Berapa banyak keluarga yang telah mendapat kunjungan rumah oleh

Puskesmas.

4. Berapa banyak kelompok masyarakat yang sudah digarap Puskesmas dengan

pengorganisasian masyarakat.

5. Puskesmas sebagai model institusi kesehatan yang ber-PHBS, yaitu dengan

Puskesmas bebas rokok, lingkungan bersih, bebas jentik, dan jamban sehat.

17
d. Indikator Dampak

Indikator dampak mengacu kepada tujuan dilaksanakannya promosi kesehatan

Puskesmas, yaitu terciptanya PHBS di masyarakat. Oleh sebab itu, kondisi ini

sebaiknya dinilai setelah promosi ini berjalan beberapa lama, yaitu melalui upaya

evaluasi. Tatanan yang dianggap mewakili untuk dievaluasi adalah tatanan rumah

tangga, yaitu berupa persentase keluarga atau rumah tangga yang telah mempraktikkan

PHBS.4

2.2 Promosi Kesehatan dalam Gedung

2.2.1 Definisi

Promosi kesehatan di dalam puskesmas adalah promosi kesehatan yang

dilaksanakan di lingkungan dan gedung puskesmas seperti di tempat pendaftaran,

poliknik, ruang perawatan, laboratorium, kamar obat, tempat pembayaran, dan

halaman puskesmas. Kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung puskesmas

dilaksanakan sejalan dengan pelayanan yang diselenggarakan puskesmas.4

2.2.2 Bentuk Kegiatan

Kegiatan penyuluhan dalam gedung di Puskesmas se-Kota Padang dilaksanakan

sebelum jam pelayanan dimulai, dengan sasaran seluruh masyarakat yang berkunjung

ke puskesmas minimal 2 kali dalam seminggu, yang kegiatannya dikoordinir oleh

penanggungjawab UKM Promkes di masing-masing Puskesmas.

Berikut ini rincian keterangan bentuk kegiatan promosi kesehatan yang dapat

dilakukan di dalam gedung puskesmas:4

18
a. Tempat Pendaftaran

Kegiatan promosi kesehatan di tempat pendaftaran dapat dilakukan dengan

penyebaran informasi melalui media seperti poster, leaflet, selembaran yang

dapat dipasang/diletakkan di depan loket pendaftaran. Adapun jenis informasi

yang disediakan, yaitu:

1. Alur pelayanan puskesmas

2. Jenis pelayanan kesehatan

3. Denah poliklinik

4. Informasi masalah kesehatan yang menjadi isu pada saat itu

5. Peraturan kesehatan seperti dilarang merokok, dilarang meludah

sembarangan, membuang sampah pada tempatnya dll.

Memberikan salam kepada pengunjung puskesmas termasuk dari kegiatan

promosi karena telah terjadi komunikasi awal yang menimbulkan kesan baik dan

menyejukkan bagi pengunjung.

b. Poliklinik

Petugas kesehatan puskesmas yang melayani pasien meluangkan waktunya

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien berkenaan dengan penyakitnya

atau obat yang harus ditelannya. Tetapi jika hal ini belum mungkin dilaksanak,

maka dapat dibuka klinik khusus bagi pasien rawat jalan yang memerlukan

konsultasi atau konseling. Guna memudahkan pemberdayaan dalam pelayanan

media medis, harus disediakan berbagai alat peraga atau leaflet yang bisa dibawa

oleh pasien.

19
Pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien rawat jalan adalah yang

mengantarkannya ke puskesmas. Oleh karena itu di poliknikik, khususnya di

ruang tunggu, perlu dipasang media seperti poster, leaflet yang berisi informasi

tentang berbagai penyakit dan pencegahannya.

Selain itu, pemasangan poster dan media komunikasi lainnya, mendorong pasien

untuk berperilaku sesuai yang dikehendaki agar penyakit atau masalah kesehatan

yang dideritanya dapat segera diatasi.

c. Ruang Pelayanan KIA dan KB

Di pelayanan KIA danKB selain dijumpai pasien sakit, sebagian besar

pengunjung adalah ibu-ibu atau wanita yang tidak sakit, yaitu ibu-ibu yang

memeriksakan kehamilannya atau hendak bersalin, atau mereka ynag

memerlukan pelayanan kontrasepsi. Petugas kesehatan di pelayanan KIA dan KB

tersebut perlu meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

pasien/individu berkenaan dengan pelayanan yang didapatnya. Jika belum

mampu, dapat dilimpahkan ke klinik khusus.

d. Ruang Perawatan Inap

Pemberdayaan terhadap pasien rawat inap dilakukan terhadap pasien ibu-ibu

bersalin, pasien yang sudah dalam fase penyembuhan, dan pasien penyakit kronis

(keganasan, TB dll).

e. Laboratorium.

Pada umumnya pasien atau pengantarnya tidak tinggal terlalu lama di

laboratorium. Oleh karena itu, di kawasan ini sebaiknya dilakukan promosi

kesehatan dengan medis yang bersifat swalayan (self service) seperti poster

20
atau leaflet. Kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri pasien dan

pengantarnya adalah pentingnya melakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:

 Bagi pasien yaitu untuk ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh dokter

 Bagi pengunjung yang sehat yaitu untuk memantau kondisi kesehatan, agar

dapat diupayakan untuk tetap sehat.



f. Kamar Obat

Kesadaran yang ingin diciptakan terutama tentang:

 Manfaat obat generik dan keuntungan jika menggunakan obat generik



 Kedisiplinan dan kesabaran dalam menggunakan obat, sesuai dengan

petunjuk dokter

 Pentingnya memelihara taman obat keluarga dalam rangka memenuhi

kebutuhan akan obat-obatan sederhana



g. Klinik Khusus.

Klinik khusus diselenggarakan dalam rangka meningkatkan upaya promosi

kesehatan di dalam gedung puskesmas. Khususnya pelayanan-pelayanan yang

perlu mendapat tambahan dalam hal promosi kesehatannya. Biasanya karena

pasien terlalu banyak sedangkat petugas kesehatan yang melayani terbatas atau

karena pasien dan keluarganya memang memerlukan informasi/konsultasi

khusus. Dalam hal ini, beberapa puskesmas mengembangkan klinik-klinik

khusus sebagai upaya inovasi seperti klinik gizi, klinik sanitasi, klinik konsultasi

remaja dll. Kegiatan promosi kesehatan yang diselenggarakan di klinik-klinik ini

umumnya berupa layanan konseling yaitu berupaya upaya

21
membantu pemecahan masalah yang dirujuk dari poliklinik atau pelayanan KIA

dan KB.

h. Halaman

Halaman puskesmas dapat digunakan sebagai sarana untuk promosi kesehatan,

misalnya di tempat parkir untuk promosi pentingnya melaksanakan PHBS,

himbauan untuk menggunakan obat generik berlogo, bahaya merokok, bahaya

mengonsumsi minuman keras dan napza. Selain itu, taman yang tersedia di

puskesmas selain untuk memperindah pemandangan, dapat juga digunakan

sebagai sarana memperkenalkan jenis tanaman berkhasiat obat (TOGA).3

2.3 Promosi Kesehatan di Luar Gedung

Promosi kesehatan di luar gedung adalah promosi kesehatan yang dilakukan

petugas Puskesmas di luar gedung Puskesmas. Promosi kesehatan dilakukan untuk

masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas. Pelaksanaan promosi kesehatan

di luar gedung Puskesmas merupakan suatu upaya untuk meningkatkan PHBS melalui

pengorganisasian masyarakat. Pengorganisasian masyarakat merupakan suatu proses

penggerakan dan pemberdayaan masyarakat yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

pencatatan, dan penilaian dalam membangun masyarakat untuk mau dan mampu

mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya sesuai kemampuannya, khususnya yang

berkaitan dengan PHBS. Masyarakat bersama petugas diharapkan melaksanakan hal-

hal berikut:4

a. Mempersiapkan dan mengusulkan rencana aksi program PHBS berdasarkan

prioritas masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi.

b. Menggali dan mendorong partisipasi masyarakat.

22
c. Bersama-sama melaksanakan program secara efektif dan efisien.

d. Ikut memantau dan membina.

e. Melaporkan perkembangan pelaksanaan dan keberhasilan promosi kesehatan di

instansi terkait di kecamatan.

Pelaksanaan promosi kesehatan di luar gedung dilakukan Puskesmas bekerja

sama dengan berbagai pihak potensial lainnya, dengan menerapkan ABG (advokasi,

bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat), yaitu:4

a. Promosi kesehatan melalui pendekatan individu.

b. Promosi kesehatan melalui pendekatan kelompok (Tim Penggerak PKK,

Posyandu, Karang Taruna, Saka Bakti Husada, majelis ta’lim).

c. Promosi kesehatan melalui pendekatan organisasi massa (seperti kelompok

kesenian tradisional dan lain-lain).

d. Penggerakan dan pengorganisasian masyarakat.

2.3.1 Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah dilakukan petugas Puskesmas sebagai tindak lanjut dari upaya

promosi kesehatan di dalam gedung Puskesmas yang telah dilakukan kepada pasien

atau keluarga. Terutama pasien atau keluarga yang memiliki masalah kesehatan cukup

berat dan atau mereka yang sepakat untuk melaksanakan langkah-langkah tindak lanjut

di rumah tangganya.

Untuk pasien atau keluarga yang memiliki masalah kesehatan yang cukup berat,

kunjungan rumah dilakukan untuk membantu proses pemecahan masalah tersebut dengan

menggunakan prinsip konseling. Untuk pasien atau keluarga yang sepakat melaksanakan

langkah-lngkah tindak lanjut, kunjungan rumah dilakukan sebagai

23
upaya supervisi dan bimbingan, sekaligus sebagai penghargaan jika langkah-langkah

tersebut telah terlaksana.4

2.3.2 Pemberdayaan Berjenjang

Masyarakat begitu luas dan terdiri dari beberapa tatanan. Untuk menjangkaunya,

Puskesmas lebih baik bekerjasama dengan mitra-mitra yaitu para pemuka masyarakat

dan kader-kader. Oleh karena itu, di setiap tatanan harus diidentifikasi pemuka-pemuka

masyarakatnya dan siapa saja yang sekiranya dapat direkrut sebagai kader.

Selanjutnya, sesuai dengan tatanan yang akan digarap, diselenggarakan pemberdayaan

secara berjenjang, yaitu:4

a. Petugas kesehatan atau petugas PKM Puskesmas mengembangkan kemitraan

dan memberdayakan para pemuka masyarakat, dilanjutkan dengan

b. Para pemuka masyarakat memilih dan merekrut kader, lalu memberdayakan

kader, dan akhirnya

c. Para kader memberdayakan masyarakat.

2.3.3 Pengorganisasian Masyarakat

Pengorganisasian masyarakat dapat dilaksanakan di tatanan manapun yang akan

digarap; di suatu RT/RW, sekolah, pondok pesantren, kantor, pabrik, dan seterusnya.

Proses pengorgnisasian masyarakat diawali dengan para petugas Puskesmas membantu

para pemuka masyarakat dengan langkah-langkah:4

a. Survei Mawas Diri (SMD)

Dalam langkah ini, para pemuka masyarakat dibimbing untuk melakukan

pengenalan masalah-masalah kesehatan yang sering melanda masyarakatnya. Di sini

diobservasi dan digali penyebab-penyebab dari masalah tersebut (termasuk aspek

24
perilakunya) serta potensi-potensi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah

tersebut. Dengan melakukan SMD diharapkan para pemuka masyarakat menjadi sadar

(mawas diri) bahwa di masyarakatnya terdapat berbagai masalah kesehatan, namun

juga terdapat potensi sumber daya yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah

tersebut.4

b. Musyawarah Masyarakat

Dalam langkah ini para pemuka masyarakat dibimbing membahas hasil SMD

dalam musyawarah kecil di antara mereka, untuk dirumuskan dan direncanakan jalan

keluarnya. Dalam hal ini petugas kesehatan juga dapat membantu melakukan advokasi

ke berbagai pihak untuk menggalang dukungan. Hasil musyawarahpara pemuka

masyarakat ini kemudian dibahas lebih lanjut dengan masyarakat dalam musyawarah

besar. Musyawarah besar dapat dilaksanakan beberapa kali hingga dihasilkan rencana

kongkrit untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut.4

Selanjutnya para pemuka masyarakat dibimbing untuk memberdayakan para kader

melalui langkah:

a. Persiapan Pelaksanaan Kegiatan

Para pemuka masyarakat dibimbing untuk menetapkan pengurus atau

pengelola UKBM (Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat) dan pelaksana

UKBM (tenaga kesehatan dan kader). Jika pengurus dan pelaksana sudah

ditetapkan, maka selanjutnya dilakukan:

i. Pelatihan kader oleh pemuka masyarakat (dibantu petugas kesehatan)

tentang cara-cara mengatasi masalah kesehatan yang ada dan cara-cara

melaksanakan tugas-tugas kader di UKBM yang dibentuk. Termasuk disini

25
adalah cara-cara memberdayakan masyarakat, khususnya teknik konseling

individu dan konseling kelompok atau keluarga.4

ii. Pembentukan UKBM oleh para pemuka masyarakat dan para

kader. b. Pelaksana Kegiatan

Para petugas kesehatan dan para kader mulai melaksanakan pelayanannya

kepada masyarakat melalui kegiatan-kegiatan UKBM. Umumnya para kaderlah

yang akan lebih banyak melakukan pemberdayaan masyarakat dengan

memfasilitasi proses pemecahan masalah-masalah yang dihadapi individu,

keluarga ataupun kelompok aspek-aspek medis dari pemecahan masalah kemudian

diserahkan kepada petugas kesehatan untuk membantunya lebih lanjut. Sedangkan

aspek-aspek perilakunya akan terus dibina oleh kader.4

c. Dukungan, Pemantauan, dan Bimbingan

Dalam langkah ini, Puskesmas dibantu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

melaksanakan bina suasana dan advokasi. Selain itu, bersama pemuka masyarakat

juga dirumuskan dan dilaksanakan upaya-upaya guna memotivasi kader melalui

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan meraka. Bagi kader yang masih disibukkan

dengan kebutuhan dasar, bentuk motivasi yang sesuai adalah pemberian

gaji/insentif, pemberian fasilitas (seperti pengobatan gratis), pemberian dana

operasional kegiatan, atau dibantu agar bisa berwirausaha. Sedangkan bagi kader

yang sudah tidak direpotkan oleh kebutuhan dasar, bentuk motivasi yang sesuai

adalah pemberian kesempatan untuk menghadiri pertemuan-pertemuan atau

pelatihan, pemberian atribut-atribut, penugasan untuk menyelenggarakan

pertemuan-pertemuan atau pemberian tugas-tugas yang menantang lainnya. Hal

26
lain yang juga penting untuk dilakukan adalah dirumuskan dan
dilaksanakannya pencatatan dan pelaporan oleh para kader atau pengurus

UKBM ke Puskesmas.4

Di luar itu semua, para petugas Puskesmas selanjutnya mendukung terus

upaya para kader dan pemuka masyarakat melalui penyelenggaraan pelayan

Puskesmas, baik pelayanan dalam gedung maupun pelayanan di masyarakat. Di

samping itu, sesekali petugas Puskesmas juga harus datang ke masyarakat untuk

membantu para kader melalui kunjungan rumah. Pengorganisasian masyarakat juga

dapat dilakukan di tatanan lain, yaitu tatanan sarana pendidikan, tatanan tempat

kerja, dan lain-lain.4

27

Вам также может понравиться