Вы находитесь на странице: 1из 5

Untuk mewujudkan gerakan 100 - 0 - 100 tersebut bukanlah hal yang mudah, perlu upaya yang

keras dan kolaborasi semua pihak yaitu Pemerintah Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta dan kelompok
peduli lain, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan sampai dengan implementasi dan evaluasi programnya.

BAB I Pelaksanaan kolaborasi gerakan 100 - 0 - 100 di setiap Pemerintah Kabupaten/Kota akan
menunjukan seberapa baiknya daerah melayani kebutuhan mendasar masayarakat khususnya dibidang

PENDAHULUAN infrastruktur permukiman ini.


Berdasarkan kebijakan dan kondisi empiris di lapangan, diperlukan suatu rencana tindak (action
plan) penanganan permukiman kumuh pada kawasan dengan tipologi perkotaan. Sesuai dengan tugas dan
fungsinya, Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya akan
1.1 Latar Belakang
memberikan fasilitas berupa pendampingan dalam penyusunan Rencana Kawasan Permukiman Kumuh
Permukiman kumuh merupakan permasalahan klasik yang sejak lama telah berkembang di kota-kota besar.
Perkotaan (RKPKP) di Kabupaten/Kota sebagai bentuk pembinaan kepada Pemerintah Daerah dalam
Walaupun demikian, permasalahan permukiman kumuh tetap menjadi masalah dan hambatan utama bagi
rangka penyusunan rencana penanganan permukiman kumuh di Kabupaten/Kota-nya masing-masing
pengembangan kota. Laju perkembangan kota yang semakin pesat membuat pemanfaatan lahan yang
dengan harapan sebagai berikut:
semakin kompetitif, sedangkan di sisi lain, perkembangan kota menjadi daya tarik urbanisasi yang pada
• Percepatan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh dan tuntas bagi kawasan kumuh yang
akhirnya menyebabkan tingginya tingkat permintaan akan tempat tinggal di dalam kota. Selain itu pesatnya
telah disepakati dalam SK Kumuh pada Kabupaten/Kota.
perkembangan penduduk perkotaan tersebut yang umumnya berasal dari urbanisasi tidak selalu dapat
• Keterpaduan program yang dapat menyelesaikan dan/atau menuntaskan permasalahan permukiman
diimbangi oleh kemampuan pelayanan kota sehingga telah berakibat pada semakin meluasnya lingkungan
kumuh perkotaan melalui semua peran sektor ke-Cipta Karya-an melalui kegiatan reguler sektoral.
permukiman kumuh.
• Perkuatan pemerintah Kabupaten/Kota melalui pelibatan aktif dalam proses penanganan permukiman
Meluasnya lingkungan permukiman kumuh di perkotaan telah menimbulkan dampak pada peningkatan
kumuh bersama Badan Keswadayaan Masysarakat/Kelompok Swadaya Masyarakat (BKM/KSM).
frekuensi bencana kebakaran dan banjir di perkotaan, meningkatnya potensi kerawanan dan konflik sosial,
Kelurahan Sumpang Minangae merupakan kelurahan yang berada di pusat kota bagian bawah dan termasuk
menurunnya tingkat kesehatan masyarakat, menurunnya kualitas pelayanan prasarana dan sarana
bagian dari Kecamatan Bacukiki Barat. Potensi wilayah menjadikan Kelurahan Sumpang Minangae cepat
permukiman. Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai permukiman masyarakat miskin tersebut
berkembang, yaitu sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan dan jasa. Namun di dalam perkembangan
adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai bagian kota yang perlu disingkirkan.
yang begitu cepat muncul permasalahan dari berbagai aspek tata ruang dan munculnya kawasan kumuh,
Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area sering dipandang potensial
misalnya kependudukan, penataan permukiman, lingkungan dan sebagainya. Untuk mengatasi masalah
menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku
tersebut, Kelurahan Sumpang Minangae melalui program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) menyusun dokumen
menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit social lainnya. Meluasnya lingkungan permukiman
perencanaan yaitu Rencana Penataan Lingkungan Permkiman (RPLP).
kumuh di perkotaan telah menimbulkan dampak pada peningkatan frekuensi bencana di perkotaan,
Rencana Penataan Lingkungan Permkiman (RPLP) adalah rencana pernbangunan ditingkat kelurahan/desa
meningkatnya potensi kerawanan dan konflik sosial, menurunnya tingkat kesehatan masyarakat dan
untuk kurun waktu 5 tahun yang disusun berdasarkan aspirasi, kebutuhan dan cita-cita masyarakat untuk
menurunnya kualitas pelayanan prasarana dan sarana permukiman. Untuk itu, lingkungan permukiman kumuh
memperbaiki kondisi lingkungan permukimannya. RPLP merupakan pedoman dan alat kontrol/pengawasan
yang cenderung meluas ini perlu untuk segera ditangani. Melalui penelitian ini diharapkan dapat terwujud suatu
pembangunan kelurahan bagi masyarakat, pemerintah, swasta, LSM dan donor yang ingin berpartisipasi dalam
lingkungan perumahan dan permukiman yang layak huni dalam suatu lingkungan yang sehat.
pembangunan permukiman di tingkat kelurahan/desa. Serangkaian program pembangunan yang dimuat dalam
Pemerintah Indonesia melalui RPJMN III 2015-2019 telah menetapkan targetpencapaian akses air minum
RPLP harus dilengkapi dengan estimasi besaran dan biaya yang diperlukan, sumberdana, serta koordinasi
100%, mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk masyarakat
Indonesia pada akhir tahun 2019, target pencapaian tersebut dinamai dengan “Gerakan 100 - 0 - 100”.

I-1
lembaga-lembaga terkait baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pengawasan. 1.3 Cakupan Wilayah Perencanaan
Diharapkan untuk rencana prespektif waktu 5 tahun. Cakupan wilayah perencanaan secara makro adalah administrasi Kelurahan SumpangMinangae dengan
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran deliniasi permukiman kumuh berdasarkan SK Walikota Parepare.
A. Maksud
Melalui dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP)
KelurahanSumpangMinangae digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh di Kelurahan dalam jangka 5 tahun ke depan. Hal ini
dipertegas untuk mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini, mengendalikan pertumbuhan dan
perubahan fisik terkhusus di kawasan permukiman kumuh, mewujudkan pemanfaatan ruang secara
efektif, tepat guna dan spesifik setempat.
B. Tujuan
Tujuan dari dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) di Kelurahan
SumpangMinangae adalah bertujuan untuk mengendalikan elemen rancang bangun secara
komprehensif yang menyangkut peruntukan lahan, tata bangunan, ruang terbuka hijau, kualitas
lingkungan, prasarana dan sarana serta utilitas, preservasi-konservasi, sehingga tercipta kawasan yang
bernilai ekonomis, estetis, dan memiliki kenyamanan hunian dan aktifitas yang lebih baik tanpa
melupakan karakter dan nilai lokalitas yang terkandung.
C. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dengan tersedianya dokumen Rencana Penataan Lingkungan
Permukiman (RPLP) sebagai berikut :
1. Tersedianya instrument pengembangan Kelurahan yang menitikberatkan pada tindak pencegahan
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh serta kawasan permukiman yang rawan kumuh di
dalam kelurahan yang dapat diacu oleh seluruh pemangku kepentingan di dalam Kelurahan
SumpangMinangae khususnya dan Pemerintah KotaParepare secara umum dalam konteks
penanganan kumuh skala kota.
2. Terwujudnya proses pembinaan pembangunan kawasan permukiman perkotaan yang terintegrasi
dengan kawasan fungsional perkotaan lainnya dalam konstelasi pembangunan KotaParepare.
3. Terwujudnya keselarasan pembangunan kawasan permukiman/permukiman kumuh perkotaan
antara sasaran penanganan permukiman kumuh perkotaan nasional dengan cara penanganan
permukiman kumuh di KotaParepare.
Terwujudnya peningkatan kapasitas pemangku kepentingan Kota Parepare (Stakeholder) dalam penyediaan
stratetegi pengembangan dan mengoptimalkan penyelenggaraan penanganan permukiman kumuh
perkotaan KotaParepare.

I-2
Gambar 1.1. Peta Administrasi Kelurahan Sumpang Minangae Gambar 1.2. Peta Sebaran Kumuh Kelurahan Sumpang Minangae

I-3
1.4 VISI & MISI PERMUKIMAN b) Terbentuknya rencana dan strategi penanganan kawasan permukiman kumuh Kelurahan
A. VISI Sumpang Minangae melalui pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh.
“ Terciptanya Kehidupan Masyarakat Sejahtera,Mandiri, Ber-Ahklak Mulia dan Berkomitmen Lingkungan c) Terpadunya program/kegiatan dalam penanganan kawasan permukiman kumuh untuk
“ menyelesaikan permasalahan kumuh Kelurahan Sumpang Minangae melalui berbagai
B. MISI pemangku kepentingan (pemerintah, swasta, dan masyarakat).
1. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
d) Meningkatkan kesadaran, pemahaman, dan komitmen bersama, terkait tugas dan wewenang
2. Terwujudnya peningkatan derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat.
masing-masing pemangku kepentingan (pemerintah, swasta, dan masyarakat) dalam upaya
3. Terwujudnya sarana, prasarana, infrastruktur dan fasilitas kelurahan yang tercukupi sehingga tercipta
penanganan kawasan permukiman kumuh untuk pengurangan luasan kumuh Kelurahan
permukiman yang layak huni.
Sumpang Minangae.
4. Terwujudnyatatananmasyarakat yang berwawasanlingkungan.
e) Penguatan pemerintah Kelurahan Sumpang Minangae melalui perlibatan aktif dalam upaya
5. Terwujudnyatatananmasyarakat yang religius, toleran, tertib dan humanis
penanganan kawasan permukiman kumuh untuk mewujudkan permukiman layak huni dan
6. Terwujudnya tatakelola pemerintahan kelurahan yang baik.
berkelanjutan.
1.5 Metode Penyusunan RPLP
f) Meningkatkan kapasitas masyarakat (LKM, KSM, dan kelompok masyarakat) dalam upaya
Metode dari penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) dilakukan
penanganan kawasan permukiman kumuh Kelurahan Sumpang Minangae untuk aktif
melalui 5 (lima) tahap sebagai berikut :
berpartisipasi menjaga dan memelihara keberlanjutan penanganan yang diselenggarakan
secara mandiri oleh kelompok maupun secara bersama dengan pemerintah
kabupaten/kelurahan.
Berdasarkan beberapa unsur diatas, maka output dari Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan
Permukiman (RPLP) Kelurahan adalah terciptanya Dokumen Memorandum Program Rencana Penataan
Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Sumpang Minangae yang komprehensif, dilengkapi dengan
skenario penanganan kumuh.

1.6 Output Kegiatan


Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Sumpang
Minangae guna memenuhi beberapa unsur sebagai berikut :
a) Tertanganinya kawasan permukiman kumuh Kelurahan Sumpang Minangae yang telah
ditetapkan melalui SK Walikota, dilakukan secara komprehensif dan tuntas dengan target 0%
(nol persen) luasan kumuh di Tahun 2019.

I-4
Gambar 1.3 Skema Kedudukan RPLP dalam Kerangka Pembangunan Kota Parepare

Rencana Penataan
Lingkungan
Permukiman

I-5

Вам также может понравиться