Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NAMA : RIZKIYAH
Persiapan lahan:
Persiapan lahan dilakukan 15 - 30 hari sebelum benih ditanam, yaitu dengan cara
digarpu atau dicangkul sedalam 30 cm agar gembur, dibersihkan dari
ranting-ranting dan sisa tanaman yang sudah lapuk serta gulma dan diberikan
pupuk kandang sebanyak 20 ton per ha. Setelah tanah diolah dan digemburkan,
dibuat bedengan searah lereng (untuk tanah yang miring), atau dibuat guludan.
Pada bedengan atau guludan kemudian dibuat lubang tanam, dan benih jahe
kemudian ditanam pada lubang tanam tersebut.
Penanaman:
Benih ditanam pada lubang tanam sedalam 5-7 cm dengan tunas menghadap ke
atas, dengan jarak tanam adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm untuk jahe
putih besar atau 60 cm x 40 cm untuk jahe emprit atau jahe merah. Untuk pola
tumpang sari, tanaman yang ditumpangsarikan di tanam di antara tanaman jahe.
Pada saat penanaman ini diberikan pupuk buatan SP-36 dan KCl masing-masing
sebanyak 300-400 kg/ha. Penanaman benih sebaiknya dilakukan pada awal
musim hujan.
Pemeliharaan:
Setelah penanaman dilakukan pemupukan dengan urea sebanyak 3 kali yaitu pada
saat umur tanaman mencapai 1, 2 dan 3 bulan. Pada setiap umur tanaman tersebut
pupuk yang diberikan adalah sebanyak 135-200 Kg/ha. Pada saat tanaman
berumur 4 bulan diberikan pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha.
Pemanenan:
Pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 9 - 10 bulan, yaitu dengan
cara membongkar seluruh rimpang dengan menggunakan garpu atau cangkul.
Apabila bibit yang digunakan adalah varietas unggul jahe putih besar
(Cimanggu-1) produktivitas tanaman adalah 27 ton rimpang segar per hektar, dan
jika yang digunakan adalah bibit varietas unggul jahe putih kecil (JPK3; JPK6)
maka akan dihasilkan 16 ton rimpang segar per hektar. Pola tumpang sari atau
monokultur tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas tanaman jahe.
Pasca Panen:
Setelahpanen, rimpang harus segera dibersihkan untuk
menghindarimikroorganisme yang tidak diinginkan, yaitu dengan cara disemprot
airyang bertekanan tinggi atau dicuci dengan tangan. Setelah pencucian,rimpang
dianginkan untuk mengeringkan air pencucian. Untukpenjualan segar rimpang
dapat langsung dikemas. Apabila dijualdalam bentuk kering atau simplisia, maka
rimpang direbus beberapamenit, kemudian diiris setebal 1- 4 mm, dan
kemudiandikeringkan/dijemur sampai mencapai kadar air sekitar 8 – 10%,yaitu
bila rimpang bisa dipatahkan.
Pembibitan: Bibit yang digunakan dapat berasal dari rimpang induk dan
anak rimpang. Apabila digunakan rimpang induk, maka
rimpang dapat dibelah menjadi empat bagian membujur, dan
untuk anak rimpang adalah yang mempunyai bobot 15 - 20
gr. Rimpang yang digunakan untuk bibit adalah yang dipanen
minimal 11-12 bulan. Untuk pertanaman seluas 1 ha
dibutuhkan sekitar 500 kg bibit.
Penanaman:
Penanaman benih sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Benih ditanam
pada lubang tanam sedalam 5-7 cm dengan tunas menghadap ke atas, dengan
jarak tanam bervariasi yaitu 50 x 40 cm, 50 x 50 cm atau 50 x 60 cm. Apabila
kunyit ditanam secara tumpang sari dengan tanaman kacang tanah, maka jarak
tanamnya adalah 75 x 50 cm. Pada saat penanaman ini diberikan pupuk kandang
sebanyak 10 - 20 ton/ha, serta pupuk SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak
200 kg/ha.
Pemeliharaan:
Pemupukan dengan Urea dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat umur tanaman
mencapai 1, dan 3 bulan, masing-masing sebanyak 100 Kg/ha. Selama masa
pertumbuhan tanaman dilakukan penyiangan gulma dengan intensitas sesuai
dengan kondisi pertumbuhan gulma. Untuk mengurangi intensitas penyiangan
dapat digunakan mulsa tebal dari jerami atau sekam. Penyulaman dilakukan untuk
menggantikan tanaman yang tidak tumbuh setelah 1-1,5 bulan setelah penanaman.
Pada saat tanaman telah membentuk rumpun dengan 4 - 5 anakan, dilakukan
pembubunan secara periodik sesuai dengan kebutuhan agar rimpang selalu
tertutup tanah dan agar drainase terpelihara dengan baik.
Pemanenan:
Pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 10 - 12 bulan, yaitu dengan
cara membongkar seluruh rimpang dengan menggunakan garpu atau cangkul.
Apabila bibit yang digunakan adalah varietas unggul Cudo 21 produktivitas
tanaman adalah sekitar 18 - 21 ton rimpang segar per hektar, dan apabila bibit
yang digunakan adalah varietas unggul Cudo 38 maka akan dapat menghasilkan
18 - 25 ton rimpang segar per hektar.
Pasca Panen:
Setelah panen, rimpang harus segera dibersihkan untuk menghindari
mikro-organisme yang tidak diinginkan, yaitu dengan cara disemprot air yang
bertekanan tinggi atau dicuci dengan tangan. Setelah pencucian, rimpang
dianginkan untuk mengeringkan air pencucian. Untuk penjualan segar rimpang
dapat langsung dikemas. Apabila dijual dalam bentuk kering atau simplisia, maka
rimpang direbus beberapa menit, kemudian diiris dengan tebal sekitar 2 mm, dan
kemudian dikeringkan/dijemur sampai mencapai kadar air sekitar 8 - 10%, yaitu
bila rimpang bisa dipatahkan.
b. Akar
● Akar Wangi (Vetiveria zizanioides)
Persyaratan tumbuh
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas minyak akar wangi antara lain
keadaan tanah dan iklim. Keadaan tanah, tanah akar wangi cocok tumbuh ditanah
yang berpasir (antosol) atau tanah abu vulkanik di lereng-lereng bukit. Pada tanah
tersebut pertumbuhan akar wangi akan lebat dan panjang dan akar mudah dicabut.
Tanaman akar wangi juga bisa tumbuh di tanah-tanah liat yang banyak mengandung
air, namun pertumbuhan perakaran kurang bagus sehingga produksi minyaknya tidak
maksimal. Akar wangi memerlukan derajat keasaman tanah (pH) sekitar 6-7, pada
tanah yang terlalu masam (pH dibawah 5,5) akan menyebabkan tanaman kerdil. Tapi
bila tanah terlalu basa menyebabkan garam Mangan (Mn) tidak terserap sehingga
bentuk akarnya kurus dan kecil.
Iklim, tanaman akar wangi dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian sekitar 300 -
2.000 meter diatas permukaan laut dan akan berproduksi dengan baik pada ketinggian
600 - 1.500 meter diatas permukaan laut. Tanaman akar wangi memerlukan curah
hujan yang cukup yaitu sekitar 140 hari per tahun, sedang suhu yang cocok untuk
pertumbuhan tanaman sekitar 17-27 derajat Celcius. Akar wangi menyukai sinar
matahari langsung, bila ditanam ditempat yang teduh akan berpengaruh terhadap
sistem pertumbuhan akar dan mutu minyaknya.
Penanaman
Persiapan lahan, dilakukan dengan pencangkulan agar tanah menjadi gembur
pada saat 1,5-2,5 bulan sebelum penanaman. Kemudian membuat lubang
dengan ukuran 20 cm x 20 cm dengan kedalaman 15 cm atau 30 cm x 30 cm
dengan kedalaman 10 cm. Penanaman dilakukan pada musim hujan. Pada
tanah yang subur jarak tanam 100 cm x 100 cm sedang tanah yang kurang
subur jarak yang digunakan 60 cm x 90 cm. Ketika membuat lubang tanam,
tanah cangkulan dapat diletakkan disekitar lubang. Pada tanah-tanah
cangkulan tersebut diberikan campuran pupuk kandang. Pemberian pupuk
kandang dilakukan sekurang-kurangnya satu bulan sebelum tanam, untuk satu
lubang diberi pupuk sebanyak ± 1 kg. Lubang-lubang yang telah diberi pupuk
tersebut dibiarkan terbuka selama 2 minggu agar mendapat cahaya matahari.
Setelah itu tanah bekas cangkulan tersebut dimasukkan kembali ke dalam
lubang seperti semula.
Pembibitan, perbanyakan akar wangi umumnya menggunakan cara vegetatif
yakni dengan menggunakan bonggol akar. Bonggol berasal dari tanaman
dalam rumpun yang tidak berbunga, kemudian dipecah-pecah sehingga tiap
pecahan bonggol memiliki mata tunas yang selanjutnya bonggol ini dapat
langsung ditanam di lahan yang sudah dipersiapkan.
Penanaman, penanaman akar wangi sebaiknya dilakukan pada permulaan
musim hujan yaitu bulan Oktober-Nopember, karena fase awal pertumbuhan,
tanaman akar wangi membutuhkan air yang cukup. Namun demikian akar
wangi bisa juga ditanam di luar musim penghujan asal tanaman disiram setiap
pagi dan sore. Bibit yang ditanam berasal dari pecahan bonggol dengan
diameter sekitar 10 cm dengan 5 mata tunas dari tanaman yang berumur 12
bulan. Penanaman dapat di lakukan secara monokultur atau campuran.
Penanaman bibit akar wangi dilakukan dengan cara memasukkan bonggol
yang siap tanam ke luabng yang telah dibuat lalu ditutup kembali selanjutnya
tanah disekitarnya dipadatkan. Penanaman di lokasi miring, sebaiknya perlu
dibuat terasering.
Syarat Tumbuh
Tanaman durian akan tumbuh secara oftimal pada daerah tropis pada
ketinggian 50 – 1000 Dpl serta intensitas cahaya matahari 40 – 50% dengan
suhu 22 – 30 o. curah hujan antara 1500 – 2500 mm pertahun, kemudian
daerah itu mengalami bulan basah selama 9 – 11 bulan pertahun dan bulan
kering selama 3 – 4 bulan untuk proses pembuangan.
Tanah lempung berpasir subur dan memiliki kandungan bahan organik adalah
tanah yang cocok bagi tanaman durian. Kemudian jenis tanah latosol,
Podsolik merah kuning, adosol merupakan jenis tanah yang paling cocok bagi
tanaman durian. Tekstur tanah yang berat seperti tanah liat, kurang baik bagi
tanaman durian karma proses pengeringanya sangat sulit terutama pada
musim hujan, kemidian pada musim kemarau tanah liat menjadi keras
sehingga tanaman durian susah menyerap air dan pertumbuhan akarnya
terganggu. Kemudian topografi yang baik bagi tanaman durian adalah yang
agak miring tetapi tidak melebihi 35o,untuk tanah miring perlu terasiring
untuk mencegah erosi. Akar tanaman durian sanggup menembus kedalam
tanah hingga tiga meter, maka lokasi yang baik adalah yang memiliki
kedalaman air tanah sekitar 50 – 300 cm. Lokasi yang terlalu rendah air
tanahnya dapat mengakibatkan kebusukan akar. Selain dari pada itu yang
perlu diperhatikan adalah pH tanah yang terkandung, pH tanah yang baik
sekitar 6,0 – 7,0 jika pH tanah kurang dari nilai itu kapur dolomit dapat
digunakan untuk menetralkanya.
Memilih bibit
Langkah awal sebelum menanam adalah memiliki bibit yang baik dengan
Varietas unggul yang telah disahkan oleh department pertaniaan.
Selain daripada itu juga perlu diperhatikan jenis durian unggul yang cocok
untuk ditanam pada lokasi yang sesuai dengan asal induk tanaman misalnya jenis
matahari, durian ini asli jonggol jawa barat maka cocok ditanam di daerah jawa
barat namaun untuk jenis durian introduksi dari Thailand misalnya jenis
monthong dan chanee tidak terpengaruh oleh kondisi lahan , artinya ditanam
didaerah manapun akan sama hasilnya dengan induk tanamanya (mudah
beradaptasi), hal inilah salahsatu keunggulan jenis monthong dan chanee. Adapun
cirri – ciri umum bibit durian yang baik selain jenis / Varietasnya adalah sebagai
berikut : Bibit Sehat dan Segar, Bebas Hama dan Penyakit, Daunya banyak,
Batangnya kokoh dan percabanganya 2 – 4 arah, Pada batang terlihat adanya
perkembangan tunas-tunas baru, Keseimbangan antara tinggi tanaman dengan
jumlah daun
Penanaman Bibit
Pemupukan
Pemupukan tanaman durian dapat menggunakan pupuk organik. Pada
masa awal pertumbuhan tanaman diberi pupuk yang mempunyai kandungan
nitrogen dan fosfor yang tinggi, pemberian pupuk organik atau pupuk kadang
pertamakali bersamaan dengan penanaman sebanyak satu karung (30 kg).
pemberian pupuk kandang diulang setahun sekali , pemupukan diberikan pada
akhir misim hujan atau awal musim kemarau ,adapun cara pupuk kandang adalah
dengan cara ditaburkan dibawah tajuk dalam tanaman.
Hal yang sangat penting dalam perlakuan pupuk organik yaitu adalah
dengan pemberian unsur kalsium tinggi(Cals). Karena unsur ini sangat berguna
dalam hal memprotek tanaman dari segala kondisi, memberikan kemudahan
penyerapan unsur makro dan mikro, dan sebagai penetralisir tanah.
Pemupukan pertama yaitu dua bulan setelah tanaman dengan pupuk Urea,
SP, KCL,dengan perbandingan 4 bagian urea, 2 bagian SP, 1bagian KCL, (4:2:1).
Dosisnya 250 gram pertanaman dan seterusnya 750 gram s/d 2kg.
Pengairan
Penyiangan
Secara rutin tanaman durian harus dibersihkan dari rumput yang terdapat
dibawah tajuk. Cara pembersihan rumput harus menghindari tertutupnya akar
mayang yang muncul dipermukaan tanah. Apabila bamnyak akar mayang yang
terputus maka akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat atau
stress, maka cara yang ideal yaitu dengan cara mencabut rumput atau memangkas
rumput tidak sampai mengenai tanah serat dengan menimbun tanah atau pupuk
kandang dibawah tajuk tanaman. Selain dari pada itu tanaman durian harus
terbebas dari tanaman lain yang menghalangi sinar matahari.
Pemangkasan
Formula Penyemprotan
c. Daun
● Bawang Merah
PemilihanVarietas
Varietas bawang merah yang mampu beradaptasi dimusim hujan, antara lain :
1. Sembrani, umur panen normal di dataran rendah 54-56 hari dan di dataran
tinggi 68-75 hari, potensi hasil 9,0 - 24,0 ton/ha dengan keunggulan tahan
simpan sampai 4 bulan.
2. Trisula, umur panen normal 55 hari, potensi hasil 6,50 - 23,21 ton/ha dengan
keunggulan tahan simpan sampai 5 bulan.
Penanaman
Bibit bawang adalah umbi yang sudah disimpan sekitar 2,5-4,0 bulan dan titik
tumbuhnya mencapai 80%, kondisi umbi segar, kekar, tidak cacat dan bebas dari
hama/penyakit yang menempel pada umbi bawang. Umbi bibit yang akan tanam
di ikatannya atau dilakukan pemotongan ujung bibit yang hanya dilakukan apabila
bibit bawang merah belum siap benar ditanam (pertumbuhan tunas dalam umbi
80%). Tujuan pemotongan umbi bibit adalah untuk mempercepat pertumbuhan
tunas dan umbi bibit tersebut dapat pula diberi perlakuan fungisida diaduk dengan
bibit dan dibiarkan beberapa jam sebelum di tanam. Jarak tanam pada lahan
kering/tegalan dan lahan sawah tadah hujan adalah : 15 x 20 cm untuk umbi bibit
ukuran agak besar dan 15 x 15 cm untuk umbi bibit ukuran kecil (< 4 g/umbi),
ditanam satu umbi per setiap ukuran jarak tanam tersebut dengan umbi bibit
dibenamkan langsung sehingga rata dengan permukaan tanah. Pemakaian umbi
bibit yang seragam menghasilkan pertanaman bawang tumbuh merata selama
7-10 hari. Penanaman bawang merah di musim hujan disarankan menggunakan
mulsa jerami padi yang sudah kering, diaplikasikan setelah tanam dengan
ketebalan 2-3 cm atau menggunakan mulsa plastik perak yang diaplikasikan
sebelum tanam pada bedengan yang telah diberi pupuk dasar. Bedengan dirapikan
dan ditutup dengan mulsa plastik, bagian berwarna perak di atas. Selanjutnya
dibuat lubang tanam sesuai jarak tanam dengan menggunakan alat khusus.
Pemupukan
Pupuk dasar yang di anjurkan untuk bawang merah off- season di lahan kering
meliputi pupuk kandang atau kompos, dosis pupuk kandang sapi (10-15 t/ha) atau
kotoran ayam (5-6 t/ha) atau kompos (2-3 t/ha) dan pemberian Kaptan/dolomite
(1,5 ton/ha). Pupuk buatan TSP/SP-36 (150-200 kg/ha). Pemberian pupuk dasar
tersebut diaplikasikan pada bedengan tanam sebelum tanam atau saat pengolahan
tanah ke dua pada setiap bedengan, sekitar 1-3 hari sebelum tanam.Pupuk susulan
diberikan pada umur (10-15) hari setelah tanam dan pada umur satu bulan (30
hari), dengan dosis pempukan I dan II, masing-masing campuran Urea (100-150
kg/ha)+ ZA (200-350 kg/ha) + KCl (150-200 kg/ha). Untuk meningkatkan kondisi
pertumbuhan tanaman diberikan tambahan pupuk majemuk NPK Mutiara atau
hidrokompleks pada umur tanaman 3 minggu dengan dosis 25-50 kg/hektar.
Pemberian pupuk susulan perlu diiukuti dengan penyiraman apabila diperkirakan
tidak terjadi hujan. Di samping itu dapat pula diberikan pupuk hayati efektif
sesuai anjuran apabila tersedia dan mampu mengurangi pemakaian pupuk kimia.
Pengairan
Tanaman bawang merah memerlukan pengairan atau penyemprotan air setiap
pagi sebelum kondisi lapangan panas/kering untuk menyapu atau membasuh
percikan tanah akibat hujan yang menempel pada daun tanaman atau
menghilangkan embun tepung yang menempel pada daun. Tujuannya antara lain
untuk mengurangi risiko serangan penyakit tular tanah dan penyakit utama
bawang merah seperti Fusarium dan Alternaria porrii L. Untuk mempercepat
penuaan umbi bawang setelah tanaman berumur > 55 hari biasanya petani
melakukan penyiraman pada siang hari
Penyiangan
Penyiangan tanaman bawang merah dilakukan sesuai keadaan gulma di lapangan,
yaitu antara satu sampai dua kali penyiangan, dan umumnya dilakukan sebelum
aplikasi pemupukan ke dua. Cara penyiangan dilakukan secara manual
(hand-weeding).